RE: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia
Pa Awang, Selama ini umumnya kita mengenal hydrocarbon gas dan non-hydrocarbon gas dalam komposisi gas, apakah metana, etana, C02 dll. Tapi memang jarang disampaikan adanya Helium dalam non-hydrocarbon gas, apa memang tidak terdeteksi atau memang tidak ada? Contoh sederhana kalau memang Gas Helium berasosiasi dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, ini bisa di trace dari keberadaan CO2, kalau kita dapatkan source CO2 dari mantle degassing (bukan dari karbonat atau material organik) kemungkinan terdapat Helium (?), masalahnya kita jarang melakukan isotop 3He dan 4He jd tdk pernah tahu ada helium atau tidak dalam komposisi gas tersebut. Lpm -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, February 14, 2008 11:48 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia Dalam gas geochemistry, helium yang kadang2 ditemukan bercampur dengan natural gas (hydrocarbon gas), disebut sebagai non-hydrocarbon gas bersama-sama dengan "polutant" gas yang lain seperti CO2, H2S, atau N2. Tetapi karena helium ini jumlahnya sangat kecil dan efeknya tidak negatif seperti CO2 dan H2S, maka jarang sekali dilaporkan keberadaannya sebagai pencampur di dalam HC gas. Analisis komposisi gas hampir tidak pernah melaporkan keberadaan helium ini. Padahal, di lapangan2 gas yang dekat dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, keberadaan helium cukup signifikan (meskipun jumlahnya tetap sangat kecil). Beberapa lapangan gas di sebelah selatan Cekungan Jawa Barat (Pertamina Jawa Barat) seperti Haurgeulis, Sukatani, dan Cikarang punya kandungan helium yang lumayan sebagai petunjuk asal CO2 di lapangan2 gas ini. Majalah AAPG "Explorer" edisi Februari 2008 menurunkan artikel tentang eksplorasi dan produksi gas helium yang menjadi target baru di New Mexico, USA (ditulis oleh koresponden Explorer David Brown). Saya cantumkan hal-hal yang pentingnya di bawah ini. Harga crude helium saat ini adalah US $ 60/Mcf (bukan main, harganya sangat jauh melebihi harga HC gas yang saat ini sekitar 3 atau 4 US $/MMBTU). Harga mahal ini karena ia gas mulia dan langka. Helium ditemukan di planet Bumi pada tahun 1905. Keberadaan helium di dalam natural gas baru diketahui pada tahun 1905, kemudian dalam tiga puluh tahun berikutnya banyak ditemukan dalam lapangan2 kecil - raksasa di wilayah Kansas, Oklahoma, dan Texas dengan kandungan helium dalam natural gas antara 0,5 - 2 %, beberapa sampai mengandung 7 % helium. Kemudian, gas helium banyak ditemukan sampai sebanyak 10 % dari natural gas pada lapangan-lapangan gas di Colorado, New Mexico, Arizona, dan Wyoming. New Mexico diperkirakan akan menjadi pemasok helium terbesar di dunia karena sedimen2 reservoir natural gas di sini mengandung uranium yang begitu tingginya sebab helium merupakan produk peluruhan radioaktif uranium. Bila helium ditemukan dalam jumlah yang "besar" dan dapat diproduksikan secara ekonomis, maka separation plant-nya akan dibangun di dekat produksi lapangan gas itu. Helium dapat dipisahkan melalui pemisahan cryogenic atau teknologi bernama "pressure-swing adsorption. Amerika adalah pemasok terbesar kebutuhan helium dunia. Pada tahun 2006 negara ini menghasilkan 134 juta meter kubik helium, diikuti Aljazair (22 juta m3), Qatar dan Rusia (masing-masing 7 juta m3) dan Polandia (3 juta m3). Untuk apa helium ? Untuk bahan bakar roket, sebagai bahan supercooling dalam kedokteran untuk mendinginkan elektromagnet dalam MRI (magnetic resonance imaging), digunakan dalam produksi material computer chips, digunakan dalam pembuatan serat optik, sebagai shielding gas dalam arc welding, sebagai gas pengisi/gas tracer/pendingin dalam aplikasi2 riset, gas pengisi float balloon, gas yang bisa mengubah suara bila dihisap, dll. Helium di Amerika disebut sebagai gas strategik, sebagai gas mulia ia bisa dipakai untuk pendinginan sampai temperatur sangat rendah. Ia akan membeku pada temperatur -459.67 F. Demikian ringkasan dari Brown (2008, AAPG Explorer). Bagaimana peluang akumulasi helium di lapangan2 gas di Indonesia ? Ini bisa dikaji dengan mengacu kepada sifat kimianya. Helium memiliki dua isotop : 3He dan 4He, kelimpahan relatifnya menunjukkan sumber helium. 4He merupakan produk peluruhan radioaktif dari batuan sedimen (lihat ulasan saya di milis ini tentang deposit uranium dua minggu yang lalu). 3He punya mantle origin. Maka, perbandingan 3He/4He yang rendah menunjukkan sedimentary origin, dan rasio 3He/4He yang tinggi menunjukkan mantle origin. Ini bisa didekati juga dengan menggunakan isotop argon radiogenic (40Ar). Rasio 4He/40Ar yang tinggi menunjukkan sedimentary origin, sedangakan kalau rasio itu rendah menunjukkan mantle origin. Kata Krouse (1979 : Stable isotope geochemistry for non-hydrocarbon constituents of natural gas, 10th World Petroleum Congress, Bucharest), rasio associated helium pada natural gases umumnya 12-170, menunjukkan sediment
Re: [iagi-net-l] Gempa di Sumatra Tengah -> Mud Volkano Sumatra
Pa Awang, bagaimana dengan ngarai Sihanok, katanya merupakan wujud dari present day great Sumatra Fault. Apa buktinya? Berarti Gunung di sekitarnya seperti Gunung Marapi dan Gunung Singgalang berhubungan dengan Sesar Sumatra ini. Kalau hasil dari Sesar Mentawai berhubungan dengan gunung-gunung sebelah mana, Pak? Mohon penjelasannya. lambok - Original Message - From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Thursday, March 08, 2007 8:44 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Gempa di Sumatra Tengah -> Mud Volkano Sumatra Andri, Hampir semua gunungapi di Sumatra, termasuk gunungapi purba yang menghasilkan kawah volkanik Maninjau, secara spatial sangat berhubungan erat dengan Sesar Sumatra. Ada sebuah makalah dari Rock et al (1982)- "Permian to Recent volcanism in northern Sumatra, Indonesia : a preliminary study of its distribution, chemistry, and peculiarities" - Bull. Of Volcanology, 45, p. 127-152, menunjukkan bahwa gunungapi2 yang duduk di sepanjang jalur sesar ini punya karakter high-K calk-alkaline series. (sementara yang dekat palung adalah tholeeitic, dan yang di wilayah back-arc calk-alkaline; tapi bilangannya sedikit). Sehingga, mereka berkesimpulan bahwa gunungapi2 di Sumatra di sepanjang jalur Sesar Sumatra tak berhubungan dengan zone Benioff. Apalagi, kedalaman zone Benioff di Sumatra sulit dilihat lagi bila lebih dalam dari 100 km. Neogen-Recent Sumatra Fault banyak mengubah geometri danau2 volkanik yang berkembang di sepanjang sesar ini. Misalnya Singkarak, danau ini saat sebagai Ombilin Basin di masa Paleogen dimensinya jauh lebih luas, tetapi kemudian menciut menjadi model wrench-driven-pull-apart basin (sempit, panjang, dalam) pada Neogen-Recent. Berdasarkan karakteristik volkanisme yang juga berhubungan dengan Sesar Sumatra dan pengaktifan Sesar Sumatra pada Neogen, maka saya pikir Danau Maninjau merupakan wrench driven-pull-apart basin lake. Space of accommodation ala Jawa yang membentuk Bogor-North Serayu-Kendeng-Madura Strait trough kemana sedimen Neogen yang volkanoklastik diendapkan dalam waktu yang sangat cepat tak terbentuk di Sumatra. Arah kompresi di Sumatra oblique, bukan frontal seperti di Jawa yang menyebabkan semua sedimen di Bogor-Madura Strait tertekan kuat dan menjadi antiklinorium. Deformasi Neogen di cekungan2 Sumatra kebanyakan berhubungan dengan pergeseran mendatar dextral Sesar Sumatra. Memang ada beberapa sedimen Neogen yang diendapkan mengkompensasi pengangkatan Barisan, seperti Ketapang, Petani, dan Muara Enim, tetapi coba cek burial history untuk mengetahui rate of sedimentation-nya, masih jauh di bawah rate of sedimentation volkanoklastik yang mengisi Bogor-Madura Strait trough. Artinya, secara sedimentasi dan tektonik, masih kurang syarat 'elisional' basins yang akan memicu pertumbuhan mudvolcano di cekungan2 Sumatra. Salam, awang -Original Message- From: Andri Syafriya [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 07, 2007 3:03 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Gempa di Sumatra Tengah -> Mud Volkano Sumatra Pak Awang, saya ada pertanyaan dari penjelasan bapak Pertama kalau Danau Maninjau merupakan wrench driven-pull-apart basin lake, berarti danau tersebut bukan danau vulkanik. Karena dari yang pernah saya baca sebelumnya Danau Maninjau merupakan sebuah caldera raksasa yang terbentuk akibat letusan gunungapi yang dahsyat. Bahkan beberapa kali sering muncul solfatar dari dasar danau yang mengakibatkan kadar asam airnya menjadi tinggi. Yang kedua dengan intensitas tektonik yang tinggi di Sumatra, bukankah sangat mungkin untuk terjadinya sedimentasi yang cepat dan terbentuk mud volcano Terima kasih atas penjelasannya Andri -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 06 Maret 2007 14:13 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Gempa di Sumatra Tengah -> Mud Volkano Sumatra Pusat gempa berimpit dengan jalur Sesar Sumatra, jadi kemungkinan besar gempa ini dipicu pergerakan Sesar Sumatra yang merupakan sesar mendatar menganan (dextral). Sayang, kali ini USGS tak mengeluarkan data momen tensor solution-nya, tetapi berdasarkan data histori momen tensor, mekanisme gempa di wilayah ini didominasi oleh pegerakan sesar mendatar, ada yang naik atau turun bila terjadi pada daerah2 bengkokan jalur sesar yang restraining (transpression) atau bengkokan releasing (transtension). Kedalaman gempa yang 33 km di wilayah ini menunjukkan juga bahwa ini berhubungan dengan master fault Sesar Sumatra yang pasti basement-involved. Tetapi, karena lokasi episentrum di antara dua wrench driven-pull-apart basin lakes di wilayah ini (Maninjau dan Singkarak Lakes) menunjukkan bahwa mekanisme penyesaran bisa bersifat releasing, membuka, normal faulting. Pengaktifan erupsi mud volkano oleh gempa biasa terjadi, tetapi secara sedimentasi wilayah itu juga harus instabil dan punya sejarah rapid sedimentation serta overpressuring. Di sekitar wilayah ini, Central dan South Sumatra Basin
Re: [iagi-net-l] Endapan turbidit tebal lebih 20 m di shelf
Boleh tau ngga bedanya turbidit di fluvial, shelf ataupun di deep marin? Karakter apa yang jelas2 beda dengan quick look analysis sebelum bantuan data biostratigrafi. salam, LPM - Original Message - From: "johnson achmad paju" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, July 28, 2006 11:15 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Endapan turbidit tebal lebih 20 m di shelf sumbang pikiran setau saya proses turbidit bisa terjadi dimana saja mulai dari fluvial system (crevasse splay) sampai ke deep marine (deep marine fan), syaratnya antara lain adalah adanya slope dan aliran confined ke unconfined kalau misalnya paket tersebut ada di shelf, anggaplah di sand bar shelf (long shore bar), mungkin saja ada sand bar yang di potong oleh semacam distributary channel (?) dimana bisa terjadi aliran confined ke unconfined sehingga di depan sand bar akan kita dapatkan semacam paket limpahan turbidit structure jadi menurut saya paket turbidit seperti itu bisa saja terdapat di shelf mohon masukan bila ada pendapat lain salam JAP - Original Message - From: <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Thursday, July 27, 2006 9:57 AM Subject: [iagi-net-l] Endapan turbidit tebal lebih 20 m di shelf Mau nanya geologi lagi ah Saya ada kasus, kalau melihat pattern logsnya menunjukkan endapan turbidit tapi dari biostratnya (dengan uncertainity tertentu juga ) menunjukan bahwa endapan tersebut merupakan endapan shelf (apa kemungkinan reworks..?) Mungkin ada rekan yang pernah menemukan adanya endapan turbidit di shelf ( bukan laut dalam ) yang tebalnya lebih dari 20 m...? Setahu saya untuk dapat mengendapan turbidit yang cukup tebal dibutuhkan kedalaman yang cukup dalam juga, nah apa mungkin ada endapan sand dalam sistem turbidit di shelf yang bisa cukup tebal...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru - Call For Papers until 26 May 2006 - Submit to: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia
Sehubungan dengan tripartid yang dikatakan Pa Awang. Di daerah Jabung pernah dilakukan studi geokimia secara detail, dan sangat membantu dalam pemahaman sistem petroleum. Sehingga benar yang dikatakan Pa Awang, tidak mereka-reka, tapi ada guidance untuk mencari prospek sampai drillable prospect. Salam, Lambok - Original Message - From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, May 19, 2006 3:48 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia Pak Slamet, Data sulfur, API, n-parafin, isoprenoid dari minyak2 di suatu kawasan kalau dihubungkan dan dipahami secara regional akan menggambarkan oil grouping serta karakteristiknya. Lalu, source facies-nya bisa kita duga-duga. Kalau lalu kita masukkan pemahaman geologic setting dan stratigrafinya akan membimbing kita ke pemahaman apa source-nya (formasi apa) dan di mana kitchen-nya. Akibatnya, kita akan tahu bagaimana gambaran migrasinya. Juga bisa untuk menaksir kawasan terbiodegradasi atau bebas biodegradasi bila kita libatkan struktur geologi di dalamnya. Kalau kita hubungkan data VR dan heatflow tiap sumur, atau dengan heatflow regional, kita bisa merekonstruksi sejarah pematangannya, di mana oil/gas/overmature window saat ini, dan di mana dulu. Geokimia akan nyaring berbunyi bila kita tiupkan nafas geologi ke dalamnya. Dan tanpa geokimia, semua hanya reka-reka. Kematangan atau oil grouping hanya ditunjukkan oleh geokimia, dan kembali ke tadi, geokimia akan sangat berguna kalau geologi jadi sokogurunya. Maka, tripartit geologi-geofisika-geokimia tak boleh diceraiberaikan. Salam, awang -Original Message- From: Riyadi, Slamet S [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, May 19, 2006 8:08 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia Terima kasih atas penjelasanya. Andaikata, kita punya 'trace elements' berupa data sulphur, vitrinite refelectance, API, n-parafin atau isoprenoid dan juga data heat-flow di setiap well yang ada di Kepulauan Sumatera. Lalu kita bermain-main dengan mem-plots dan menghubungkan masing-masing data tersebut dengan interpretasi isoline dan opposite-nya . . . dan cerita geology apa saja yang bisa menghubungkan semuanya itu secara specifik? Apakah bisa bercerita tentang trend of sediment environment, source facies/rocks, partial pressure (CO2), etc.? Menarik ya mengungkapkan trend secara regional?! Salaam, SLAMET RIYADI -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, May 18, 2006 4:26 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia Pak Slamet dan Pak Hendro, Blockage lebih dikuatirkan terjadi semakin mendekati seabed karena pressure dan temperatur yang turun di bawah dew point. Kalau di reservoir jauh di bawah seabed, temperatur yang tinggi bisa mencegah blokage minyak parafinik. Dalam flow assurance study, kondisi ini akan disimulasi, apakah minyak parafiniknya cenderung membeku dan menyumbat pipa (blaockage). Sepanjang jalur pipa di atas sea bed pun kondisi menjadi rawan karena laut dalam tentu punya temperatur yang minimal (tak heran gas hydrate - biogenic gas yang terperangkap dalam kisi2 kristal es sering ditemukan tak jauh dari seabed). Seperti yang Pak Hendro sebutkan, saat ini caranya adalah dengan pemanasan di titik2 tertentu di sepanjang tubing dan di beberapa "stasiun termal" di sepanjang jalur pipa ke tempat pengumpul. Kalau ada booster pompa untuk mendorong minyak tetap punya tekanan agar mengalir di pipa yang menanjak pun, maka ini ada thermal booster agar minyak tak jadi membeku di pipa meskipun di luar temperatur drop. Cara lain adalah dengan membuat bio-enhanced buatan, yaitu menginjeksikan mikroba pemakan lilin. Atau, dengan injeksi uap/mikroba seperti pernah dicoba di lapangan2 di Sumatra Tengah. Bila ada minyaknya, kelihatannya minyak Antarktika tak akan parafinik, mungkin tipe yang diproduksi dari marine algae yang miskin lilin. Penyumbatan karena pembekuan lebih gampang diatasi daripada penyumbatan kimiawi karena kandungan lilin/parafin. Salam, awang -Original Message- From: Riyadi, Slamet S [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, May 18, 2006 2:37 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia Delete-- This message and any attached files may contain information that is confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the intended recipient. If you are not the intended recipient or the person responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised that you have received this message in error and that any dissemination, copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is the disclosure of the information therein. If you have received this message in error please notify the sender immediately and delete the message. - -
Re: [iagi-net-l] Power point mengenai XPT tool
mau dong pak - Original Message - From: "Fariman Wirahadikusumah" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, May 05, 2006 8:58 AM Subject: [iagi-net-l] Power point mengenai XPT tool Bagi rekan rekan yang mau lihat tentang Pressure Express tool. Saya ada power pointnya, presentasi Schlumberger. Berhububg filenya gede ( 7 MB) Yang mau bisa hubungi saya via japri. Thanks Fariman Whk - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Rafting di Cimandiri Belajar Sedimentologi
Kemarin 20 Maret saya ikut kursusnya mas Andang, tentang fluvial-deltaic sedimentology for explorasionist, kebetulan ke lokasi sepanjang Sungai Cimandiri, singkapan2nya bagus2, bisa seharian di sungai jadinya kulit jadi merah, alias "moletek" kalao kata orang Sunda bilang. Yang ngga bisa berenang jgn khawatir pasti aman, ada tim rescuenya hehehe.. betul ngga mas lambok - Original Message - From: "Andang Bachtiar" <[EMAIL PROTECTED]> To: ; <[EMAIL PROTECTED]> Cc: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Tuesday, April 11, 2006 11:20 AM Subject: [iagi-net-l] Rafting di Cimandiri Belajar Sedimentologi Kawan-kawan peminat kebumian dan alam bebas yang kebetulan ada di sekitar Jakarta dan Bandung kelak hari Sabtu 29 April 2006, anda saya undang untuk ikutan refreshing rafting di Sungai Cimandiri, Sukabumi, sepanjang lintasan 16 KM dari Padang Benghar ke Luewilalay, Warung Kiara. Grade: 3 s/d 4. Berbeda dengan rafting biasa, dalam acara ini saya akan berhenti-berhenti di beberapa stop outcrop Formasi Cimandiri dan Nyalindung untuk melakukan pengamatan dan pendataan. Jadi, jalur yang biasanya ditempuh dalam 1,5 jam kali ini memerlukan sekitar 5,5 jam untuk menjalaninya (termasuk pengamatan geologi-sedimentologi dan makan siang). Anda cukup membayar ke pelaksana arung-jeramnya yaitu PT Riam Jeram sejumlah Rp.290.000,- (sudah termasuk asuransi & makan siang). Charge mereka lebih mahal dari program biasanya (Rp.210-230rb-an) karena saya minta berhenti-berhenti di beberapa tempat dan waktu tempuh jadi >3xlipat waktu tempuh biasanya. Meeting point: 08:30 AM di Markas PT Riam Jeram di Warung Kiara (Jalan dr Cibadak ke Pelabuhan Ratu). Untuk mencapai lokasi tsb langsung hari yg sama dari Jakarta, anda harus berangkat pagi2 jam 5:00. Kita akan masuk sungai jam 9:30-an dan selesai jam 15:00-an. Kalau ingin langsung pulang ke Jakarta, maka sebelum jam 19:00 harusnya anda sudah sampai di rumah. Apabila anda berminat lebih lanjut hubungi ANDI KRIS di flexi 02193002108 atau kirim email ke [EMAIL PROTECTED] . andang bachtiar "sedimentologist" - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks
maksudnya permeabilitas vertikal (kv) - Original Message - From: "Lambok Parulian Marpaung" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, April 07, 2006 2:01 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks Apa ada hubungannya dengan permeabilitas horizontal, karena kalau kita ingat shale atau clay kan disusun oleh mineral2 pipih, sehingga tidak mempunyai permebilitas sekunder (kv). lambok - Original Message - From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: "Prawoto Ikhwan Syuhada" <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]> Cc: Sent: Friday, April 07, 2006 10:20 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks Prawoto, Info yang menarik, terima kasih. Saya cc-kan ke iagi-net ya. PBS yang di fasies delta (delta lakustrin) bisa punya karakter gas-prone yang makin minimal menuju deep lakustrin. Walaupun PBS masuk gas window, tetapi ia didominasi labile kerogen yang oil-prone, maka hasilnya tetap akan dominan oil, hanya light oil. Perlu reafractory kerogen agar gas-prone. Shale sangat porous sebelum kompaksi, setelah kompaksi ia jelas berkurang, tetapi permeabilitas sangat minimal. Jadi, tak cukup hanya dari indikasi porous, ia juga harus permeable agar flowing dan shale tak punya itu tanpa fracturing. Mungkin metode test harus di-frac juga (metode frac juga harus dicoba multiple seperti dengan nitrogen foam atau sclicked water). Soal Telisa dan Petani shales, CSB punya GG average 4.3 deg F/100 ft (salah satu cekungan dengan GG yang paling tinggi di dunia), di beberapa graben mereka sudah matang, dan justru tipe generating SR dan potential SR ini yang jadi kandidat bagus, lagipula ia lebih gas-prone dibandingkan PSB karena mereka diendapkan dalam lingkungan yang lebih oxidized. Kalaupun belum matang di beberapa tempat, Petani telah terbukti menghasilkan biogenic gas di beberapa blok di CSB (Seng, Segat, Bentu, Korinci dll.). Salam, awang -Original Message- From: Prawoto Ikhwan Syuhada [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 07, 2006 9:56 AM To: Awang Harun Satyana; [EMAIL PROTECTED] Subject: FW: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks Maaf karena ngimelnya ke pak awang n Mas bamb.. ajah.. karena imil tidak bisa nimbus IAGI [mungkin belum ter-recognize oleh IAGI net] Saya kurang sependapat dengan pak awang mengenai Pematang Brown Shale (PBS), Sumur yang lumayan terakhir dari Kondur cukup menembus PBS malah sampai ke Basal Clastic (lower Red Bed)thicknes nya hampir 1800 ft. Di dalam section PBS tersebut content-nya diinterpretasikan berbagai facies dari lacustrine, mulai dari delta sampai deep lacustrine. Potensi untuk Shale gas Play terlihat di bagian bawah [kurang lebih tebalnya 120 ft], dari data gas reading shalenya menunjukan pembacaaan yang cukup besar [sekali] muncul sampai C5, Total Gas juga besar serta resistivitya nggak tanggung-tanggung di atas 100 ohm m, sedangkan soniknya responsya high DT (mungkin karena over pressure efek juga)... Bule dari Kanada yang melihat log ini pun langsung mengklaim bahwa typical yang semacam ini di Kanada di kembangkan untuk Fractured Shale Gas. Dari segi windownya jugah PBS, di CSB basin, khususnya Bengkalis sudah masuk gas window. Kita juga melakukan DST di shale ini (agak Nekat) karena sejak pertama terpesona oleh Resistivity dan gas reading yang besar serta adanya oil show di shale, tetapi sayang hasilnya no flow, padahal kita sudah coba menempatkan interval pada shale yang "agak" porous [dngn melihat response NPHI & RHOB serta DT] Kalau kasus untuk Petani atau Telisa shale dari segi potensi, memang keduannya berpotensi sebagai source rock, tetapi dari segi maturity apakah bisa??? Kalau melihat papernya Curtis, 2002 mengenai "Fractured Shale-Gas System" [AAPG Buletin November 2002], disitu log type untuk Shale gas Play memang dibutuhkan shale yang tebal, dan resistivitynya pun tidak heboh-heboh amat (tidak sampai 50 ohm m).. di Lewis Shale of San Juan Basin praw -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.3.5/303 - Release Date: 4/6/2006 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - ---
Re: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks
Apa ada hubungannya dengan permeabilitas horizontal, karena kalau kita ingat shale atau clay kan disusun oleh mineral2 pipih, sehingga tidak mempunyai permebilitas sekunder (kv). lambok - Original Message - From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: "Prawoto Ikhwan Syuhada" <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]> Cc: Sent: Friday, April 07, 2006 10:20 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks Prawoto, Info yang menarik, terima kasih. Saya cc-kan ke iagi-net ya. PBS yang di fasies delta (delta lakustrin) bisa punya karakter gas-prone yang makin minimal menuju deep lakustrin. Walaupun PBS masuk gas window, tetapi ia didominasi labile kerogen yang oil-prone, maka hasilnya tetap akan dominan oil, hanya light oil. Perlu reafractory kerogen agar gas-prone. Shale sangat porous sebelum kompaksi, setelah kompaksi ia jelas berkurang, tetapi permeabilitas sangat minimal. Jadi, tak cukup hanya dari indikasi porous, ia juga harus permeable agar flowing dan shale tak punya itu tanpa fracturing. Mungkin metode test harus di-frac juga (metode frac juga harus dicoba multiple seperti dengan nitrogen foam atau sclicked water). Soal Telisa dan Petani shales, CSB punya GG average 4.3 deg F/100 ft (salah satu cekungan dengan GG yang paling tinggi di dunia), di beberapa graben mereka sudah matang, dan justru tipe generating SR dan potential SR ini yang jadi kandidat bagus, lagipula ia lebih gas-prone dibandingkan PSB karena mereka diendapkan dalam lingkungan yang lebih oxidized. Kalaupun belum matang di beberapa tempat, Petani telah terbukti menghasilkan biogenic gas di beberapa blok di CSB (Seng, Segat, Bentu, Korinci dll.). Salam, awang -Original Message- From: Prawoto Ikhwan Syuhada [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 07, 2006 9:56 AM To: Awang Harun Satyana; [EMAIL PROTECTED] Subject: FW: [iagi-net-l] Shale-Gas Play : Exploring and Producing Gas from Source Rocks Maaf karena ngimelnya ke pak awang n Mas bamb.. ajah.. karena imil tidak bisa nimbus IAGI [mungkin belum ter-recognize oleh IAGI net] Saya kurang sependapat dengan pak awang mengenai Pematang Brown Shale (PBS), Sumur yang lumayan terakhir dari Kondur cukup menembus PBS malah sampai ke Basal Clastic (lower Red Bed)thicknes nya hampir 1800 ft. Di dalam section PBS tersebut content-nya diinterpretasikan berbagai facies dari lacustrine, mulai dari delta sampai deep lacustrine. Potensi untuk Shale gas Play terlihat di bagian bawah [kurang lebih tebalnya 120 ft], dari data gas reading shalenya menunjukan pembacaaan yang cukup besar [sekali] muncul sampai C5, Total Gas juga besar serta resistivitya nggak tanggung-tanggung di atas 100 ohm m, sedangkan soniknya responsya high DT (mungkin karena over pressure efek juga)... Bule dari Kanada yang melihat log ini pun langsung mengklaim bahwa typical yang semacam ini di Kanada di kembangkan untuk Fractured Shale Gas. Dari segi windownya jugah PBS, di CSB basin, khususnya Bengkalis sudah masuk gas window. Kita juga melakukan DST di shale ini (agak Nekat) karena sejak pertama terpesona oleh Resistivity dan gas reading yang besar serta adanya oil show di shale, tetapi sayang hasilnya no flow, padahal kita sudah coba menempatkan interval pada shale yang "agak" porous [dngn melihat response NPHI & RHOB serta DT] Kalau kasus untuk Petani atau Telisa shale dari segi potensi, memang keduannya berpotensi sebagai source rock, tetapi dari segi maturity apakah bisa??? Kalau melihat papernya Curtis, 2002 mengenai "Fractured Shale-Gas System" [AAPG Buletin November 2002], disitu log type untuk Shale gas Play memang dibutuhkan shale yang tebal, dan resistivitynya pun tidak heboh-heboh amat (tidak sampai 50 ohm m).. di Lewis Shale of San Juan Basin praw -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.385 / Virus Database: 268.3.5/303 - Release Date: 4/6/2006 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indon
Re: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian
Saya kira tidak usah dibahas terlalu panjang, alihkan ke masalah geologi lain, thx lpm --- Wayan Ismara Heru Young <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > ass.wr.wb. > > Minarwan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >>Laki-laki enggak bisa menahan syahwat kok orang > lain yang dipaksa > >>nurutin kemauannya :)) > > betul sekali Pak ! > justru laki2 yg ngga bisa menahan syahwat yang > perlu di "benar"kan.. > wong dia yang bermasalah kok... > atau kalau memang tidak mampu menahan, mbo ya di > ganti channel TVnya.. kan masih banyak siaran > lain... > menurut saya menutup-tutupi masalah itu tidak > baik, justru akan menumpuk dan akhirnya membludak, > malah repot kan? > "pervert" tidak akan berubah hanya dengan > menyembunyikan apa yang dia inginkan, justru jika di > sembunyikan dia akan mencari jalan lain (yang > mungkin jauh lebih bahaya...) > > saya setuju bahwa setiap orang akan dengan mudah > dapat di nilai dari penampilannya, walaupun banyak > yang bilang "don;t judge a book by it's cover" tapi > memang kenyataannya demikian.. (mungkin pepatah ini > paling baik tertanam di negeri swiss, dimana > berbusana "punk" pun bisa mencari kerja kantoran) > dan saya juga sangat setuju bahwa indonesia perlu > bangga terhadap budayanya sendiri dan tidak > membanggakan budaya orang lain.. tapi memaksakan > kebudayaan melalui hukum sih sudah keliwatan atuh... > > saya juga sudah liat sepintas isi RUUAPP itu, > disana banyak sekali ada kerancuan dan makna2 ambigu > yang, jika di sahkan, bisa membuat banyak kekacauan > dalam mengaplikasikan pasal2 yang ada didalamnya... > > tapi ini hanya pendapat saya, yang mungkin kurang > berkenan buat sebagian.. > jadi saya juga mohon maaf lahir batin, > > .heru. > -Anti RUU Anti PP- > :) > > p.s. mohon maaf pada moderator, sekiranya bahasan > ini terlalu melenceng dari tujuan MILIS IAGI.. > mungkin diskusinya bisa dilanjutkan di forum lain, > barangkali... > > > Minarwan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Udah punya RUU APP-nya belum nih? > Jangan sampe udah saling melempar ide tapi belum > baca RUU-nya sama sekali. > Kalo belum baca sini saya kirimkan... :)) > > Kalo secara buta mengatakan RUU Porno itu kudu harus > diterapkan tanpa > memikirkan interpretasi-interpretasi pasal per pasal > yah jelas > keterlaluan. Inilah yang namanya maksain kehendak. > Pantaslah orang > enggak bangga jadi orang Indonesia. > > Masalah pornografi memang perlu diberantas, pengedar > video porno > ditangkap dan diberantas sih enggak masalah. > Orang-orang yang menjebak > anak-anak jadi pelacur juga harus diberantas tapi > kalo pake celana > pendek udah enggak boleh kan keliwatan. > > Laki-laki enggak bisa menahan syahwat kok orang lain > yang dipaksa > nurutin kemauannya :)) > > Salam eh maaf lahir batin juga :)) > Minarwan > > On 3/15/06, Suhirmanto, Agus (asmanto) wrote: > > Wah kudu ikutan nanggapin nih "unek-unek"nya si > Ferdi. > > > > Saya tertarik dengan pernyataannya Ferdi..yang > satu ini: > > "kalau ngomong masalah moral kita bilang budaya > arab lebih bagus, lebih > > sopan , lebih berbudaya dari kita , jadi budaya > arab harus diterapkan > > di sini (ruuapp)". > > > > Mendingan sih blak-blakan aja dan lebih specifik. > Siapa bilang budaya > > arab lebih bagus !!! Karena kebetulan pencetus UU > APP ini mayoritas > > Islam...lantas Anda mengaitkannya dengan budaya > arab. Sekali lagi Islam > > tidak hanya di arab, dan tidak semua arab adalah > Islam. Fakta, Indonesia > > adalah mayoritas umat Islam terbesar di dunia. > Yang saya tahu tentang > > moralitas dalam Islam (bukan arab lhooo)sangat > jelas dan tegas > > diatur dalam hukum Islam. > > > > Masalah moralitas adalah masalah semua bangsa. > Kalau kita bicara > > specific soal agamatiap agama juga punya > bahasan khusus tentang > > moralitas. Dan hampir semua agama didunia ini, > menurut saya, sangat > > menjunjung tinggi masalah moralitas. Tinggal titik > beratnya aja gimana > > masing-masing agama mengimplementasikan moralitas > dalam kehidupan > > sehari-hari. > > Jadi bukan karena Indonesia mau menerapkan hukum > Islam Fer, lantas UU > > APP diterapkan. Tapi karena hampir semua orang > sudah sangat prihatin > > dengan dekadensi moral di negeri ini, yang paling > mencolok adalah > > masalah Pornografi ini. Makin lama kok makin > ngawur nih per-porno-an. > > > > Soal UU APP, kalau mau jujur...sebenarnya > batasannya cukup jelas > > kok...saya tanya pada Anda...Anda nafsu nggak > nonton seorang penyanyi > > wanita cantik dengan pakaian sangat seksi > bergoyang, meliuk-liuk di atas > > panggung dengan gerakan sangat erotis dan ditempat > umum atau bisa > > dilihat oleh masyarakat umum??? Atau Anda nafsu > nggak melihat gambar > > wanita dengan busana sangat seksi atau bahkan > "totally naked", meskipun > > katanya difoto dengan teknik photografi yang super > "nyeni" ??? Padahal > > wanita-wanita itu bukan Istri Anda. Nha, kalau > Anda "nafsu" atau > > tiba-tiba syahwat Anda sedikit b
Re: [iagi-net-l] Age-Diagnostic Biomarkers
Wah pas sekali daerahnya nih, kebetulan sampelnya ada yang bagus. Masalah oleanana kan asalnya dari tumbuhan angiospermae, sy dapat klasifikasi BP Research (1991) untuk kelas E (gymnosperm dominated, yang kriterianya sangat sulit dibedakan dengan kelas D, karena sangat mirip sekali. Bagaimana cara membedakannya? Saya pernah denger kalau kelimpahan ol di marin coba dicek di aromatnya. Kira2 pakai fragmentogram apa? dan apa mesti dicek. Bagaimana penjelasannya ol yang muncul di laut dalam? salam, lambok --- Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Lambok, > > Beberapa penelitian di Indonesia (yang bagus untuk > jadi model adalah South Sumatra Basin) memang > menunjukkan bahwa oleanane lebih melimpah di > sedimen2 yang dipengaruhi marin di banding yang full > non-marin. Mengapa, padahal oleanane adalah asal > higher land plants yang angiospermae khususnya di > delta top environment, kok malah banyak ke > lingkungan marin ? Penyebabnya adalah bahwa > kelimpahannya sangat sensitif terhadap kondisi2 > paleo-oseanografi selama early diagenesis, terutama > sangat dipengaruhi oleh degree of marine influence. > Lingkungan oksidaksi dan reduksi juga akan > mempengaruhi pengawetannya (kita tahu bahwa > lingkungan daratan lebih teroksidasi, pengawetannya > lebih buruk). Coba cek : Murray et al. (1997) : > Oleananes in oils and sediments : evidence of marine > influence during early diagenesis ? - Geochim > Cosmochim Acta. Dengan demikian, menggunakan > sequence stratigraphy-sea level fluctuations, kita > bisa memprediksi apakah delta top itu akan kaya > oleanane atau tidak; subm > erged > delta top akan lebih kaya oleanane dibandingkan > yang tidak pernah tenggelam. > > Hanya, hati2 menggunakan oleanane, ada jenis > oleanane yang justru kebalikannya, yaitu kaya ke > arah daratan, yaitu A-ring contracted oleananes > (oleanoid triterpanes), yang dihasilkan sebagai > produk diagenesis plant matter di bawah kondisi peat > swamp. Biomarker ini semakin berkurang semakin > tingginya marine influence. Analisis geokimia yang > baik akan bisa menunjukkan kedua jenis olenane itu. > > Age-diagnostic biomarkers memang ada beberapa, di > samping rasio mortane/hopane dan oleanane/hopane. > Precursor-nya mesti juga sensitif terhadap umur, > misalnya angiospermae untuk asal oleanane, kan jenis > tumbuhan ini muncul post-Late Cretaceous. Maka, > kalau memeriksa minyak Oseil di Seram yang asal > Jurassic marine shales/carbonates, tak akan ada > oleanane ditemukan walaupun ia di lingkungan marin > (yang bisa kaya akan oleanane seperti diskusi di > atas). > > Rasio 24-nordiacholestane yang lebih besar dari > 0.25 adalah diagnosa oil yang digenerasikan dari > source Cretaceous atau Tersier (Holba et al., 1998 : > Application of 24-cholestanes for constraining > source age petroleum, Organic Geochemistry, v. 29, > p. 1269-1283). Chung et al. (1992) pun pernah > menggunakan isotop C13 untuk menaksir umur source > oil. Source berumur Oligo-Miocene katanya mengalami > pengayaan di 13 C sampel minyaknya baik untuk fraksi > saturat maupun aromat (Chung et al., 1992, carbon > isotope composition of marine crude oils, AAPG Bull > v. 76, p. 1000-1007). > > Jadi, kalau menemukan minyak yang punya high > ratios of oleanane, high 24-nordiacholestane, dan > 13C-rich isotope ratios; yakinkanlah bahwa itu > berasal dari source Tersier (bukan Mesozoik), di > bagian mana Tersier-nya, nah ini akan lebih sulit, > tetapi tak mustahil dilakukan. Beberapa biomarker > sangat spesifik muncul di satu kala Tersier saja, > misalnya bisnorlupane - ia hanya kaya di Eocene > source rocks. Cross-plot antara oleanane ratio, > bicadinane ratio dan lupanoid ratio akan menunjukkan > itu (Joseph Curiale, 2005 -unpublished). > > salam, > awang > > lambok parulian <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ikutan nimbrung. Pa Awang selain penggunaan > oleanana > untuk penentuan umur relatif saya juga pernah > menggunakan rasio moretana/hopana bisa di cek dgn > m/z > 191. Grantham (1986), menyatakan bahwa minyak dari > batuan induk tersier menunjukkan rasiomor/hop > (0,1-0,3 > dgn nilai umum 0,15-0,20) daripada batuan yang lebih > tua (umumnya 0,1 atau kurang). Untuk GC, biasanya > analisis awal Seb C20 dominasi alga (marin) dan > setelah C20 dominasi terrestrial. Kalau terjadi 2 > peak, biasanya khas untuk endapan fluvio-deltaik. > Untuk cluster analysis tentunya prioritas parameter > jadi kunci untuk pengelompokkan dan tidak > dipengaruhi > kematangan. Untuk oleanana kan lebih dominan di > daerah > darat, tapi sy dapat melimpah ke arah marin. Kira2 > selain dari mekanika transportnya faktor apa lagi > yang > mempengaruhinya. > > sal
Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE Java Basin
Ikutan nimbrung. Pa Awang selain penggunaan oleanana untuk penentuan umur relatif saya juga pernah menggunakan rasio moretana/hopana bisa di cek dgn m/z 191. Grantham (1986), menyatakan bahwa minyak dari batuan induk tersier menunjukkan rasiomor/hop (0,1-0,3 dgn nilai umum 0,15-0,20) daripada batuan yang lebih tua (umumnya 0,1 atau kurang). Untuk GC, biasanya analisis awal Seb C20 dominasi alga (marin) dan setelah C20 dominasi terrestrial. Kalau terjadi 2 peak, biasanya khas untuk endapan fluvio-deltaik. Untuk cluster analysis tentunya prioritas parameter jadi kunci untuk pengelompokkan dan tidak dipengaruhi kematangan. Untuk oleanana kan lebih dominan di daerah darat, tapi sy dapat melimpah ke arah marin. Kira2 selain dari mekanika transportnya faktor apa lagi yang mempengaruhinya. salam, lambok --- Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Pak Andang, > > Preferensi nomor atom ganjil terhadap nomor atom > genap cukup dapat dilihat di GC scan untuk > lingkungan manapun, dan jelas fingerprint > merefleksikan sesuatu tentang deret ini, kalau tidak > tak mungkin ada formulasi preferensi ini. > > Minyak Kangean, seperti posting2 saya sebelumnya, > memang menunjukkan anomali, tetapi sekali lagi bukan > anomali marin seperti yang Anda sebutkan, tetapi > anomali sangat khas dominasi terestrial. Marine oil > dari type II kerogen di Indonesia akan punya average > pr/ph 1.22, pris/nC17 0.85, dan C31/C19 (wax ratio) > 0.25. Dan nilai2 kisaran ini tak muncul untuk minyak > Kangean. Intensitas atom2 nomor tinggi di minyak > Kangean malah menggelembung (C24-C30), suatu hal > yang tidak akan terjadi untuk minyak2 marin. Saya > berpendapat bahwa minyak Kangean sangat terestrial. > > Tentang oleanane, saya menggunakan referensi dari > Peters et al. (1999) - Geochemistry of crude oils > from Eastern Indonesia - AAPG Bull v 83 n 12, p. > 1927-1942, December 1999. Dan, cut off > olenane/hopane 0.20 berasal dari publikasi ini. Saya > pikir, ini cut off yang logis sebab di Indonesia > Timur, seperti kita tahu, kita bisa meng-exercise > dengan baik minyak Mesozoic vs Tersier berdasarkan > kandungan olenanane karena keduanya terjadi. Di > Salawati Basin, yang pernah dulu dianggap minyaknya > berasal dari sumber pra-Tersier (Phoa and Samuel, > 1984, IPA), saya dengan yakin bahwa minyaknya semua > berasal dari Klasafet/Kais yang berumur Miosen (itu > berdasarkan pemelajaran oil geochemistry yang saya > lakukan di Salawati Basin 1997-2000), lihat di > publikasi Satyana et al. (2000)-IPA. > > Saya suka kalau di SE Sundaland ini ada play > Mesozoic, hanya saya belum mendapatkan buktinya yang > kuat. > > salam, > awang > > Andang Bachtiar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Pak Awang, kalau anda lihat kembali gambar > finger-print berbagai jenis > minyak East-Java di paper anda yang anda bandingkan > dg typical > fluvio-deltaic chromatogram (Robinson, 1987), maka > akan anda lihat anomali > (bukan dominasi kesamaan) di finger-print minyak > dari Kangean (Phillip, > 1991). Selain itu, finger print tersebut juga tidak > merefleksikan apapun > tentang preferensi odd carbon number chains (kecuali > kalau mata kita sangat > awas menelisik frekuensi garis-garis chromatogram > yang diassign berdasarkan > rentention time-nya untuk mendapatkan kalibrasi > nomor karbon tsb). Point > saya: mungkin saja C24-C30 peak yang saya lihat pada > minyak Kangean yg anda > tampilkan dari Phillips, 1991 tersebut berkaitan > dengan dominasi long-chain > lengths yg berikutnya juga terkait dengan waxiness, > tetapi yang pasti, > minyak Kangean tersebut secara kasat mata > finger-print-nya menampakkan peak > yang sangat berbeda dengan minyak fluvio-deltaik > lainnya yang anda tampilkan > dalam gambar tsb. > > Menurut saya, justru kunci menuju ke discovery > konsep-konsep baru di daerah > frontier seperti segitiga Jawa Timur - Kalimantan - > Sulawesi ataupun di > ujung timur Cekungan Jawa Timur tersebut adalah > mencoba mencari "anomali" > dari "sistematika yang mendominasi". Anomali finger > - print minyak Kangean > (Phillips, 1991), anomali delta C13 saturate vs > delta C13 aromatics, anomali > pr/C17 vs ph/c18, dan anomali maturity "basement" > yang hanya 1-1,2%Ro di > daerah tinggian Sepanjang tentunya dapat dijadikan > starting point untuk > meneliti konsep2 play lebih luas / dalam di daerah > tsb. > > Permasalahan oleanane vs hopane yang "typical" > Tersier (>0.20) mungkin > sudah saatnya untuk agak diketatkan sedikit > pemakaiannya di Indonesia bagian > Timur, dimana kemungkinan kita juga bisa mendapatkan > angka rasio yang > mendekati atau lebih kecil dari 0.20 untuk minyak2 > yang dihasilkan dari > endapan2 Mesozoic - Cretaceous (toch pada saat itu > angiosperm juga sudah > mulai ada). > > Pemodelan yang pernah saya lakukan untuk endapan2 > Jurasic - Cretaceous di > beberapa mini Mesozoicum basins di ujung timur > Cekungan Jawa Timur tersebut > menunjukkan bahwa pada umumnya minyak Mesozoicu