[iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread Shofiyuddin
Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya
surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api
yang dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan
dilanjutkan ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb.

Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan
arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup
mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April
1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia
dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra.
Saya belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km
barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa
gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya.
Diperkirakan dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan
dengan penemuan mayat mayat yang terbakar hangus.

Tulisan lengkap bisa liat langsung di Kompas edisi sabtu kemarin.

Saya tidak tahu apakah ada rekan rekan IAGI yang terlibat ekspedisi ini.

Maaf tidak bermaksud promosi, tapi tulisan itu bagus sekali. Dulu harian ini
juga melakukan ekspedisi menelusuri sisa sisa kerajaan Majapahit, yang
menurut saya luar biasa. Jadi inget novelnya nya Majapahit karangan LKH
terbitan Gramedia.


Shofi


Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread Rovicky Dwi Putrohari
Dapat dibaca disini :

http://nasional.kompas.com/read/2011/09/16/18584012/Berdebar.Nobar.Ekspedisi.Cincin.Api
*TERKAIT:*

   - Mencintai Cincin Api, Mencintai
Indonesia
   - Kita Hidup di Daerah
Bencana
   - Sejarah Berhenti di Kebun
Kopi
   - LIVE Report: Peluncuran Ekspedisi Cincin
Api
   - Jalur Ekspedisi Cincin Api
"Kompas"


RDP

2011/9/19 Shofiyuddin 

> Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya
> surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api
> yang dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan
> dilanjutkan ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb.
>
> Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan
> arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup
> mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April
> 1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia
> dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra.
> Saya belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km
> barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa
> gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya.
> Diperkirakan dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan
> dengan penemuan mayat mayat yang terbakar hangus.
>
> Tulisan lengkap bisa liat langsung di Kompas edisi sabtu kemarin.
>
> Saya tidak tahu apakah ada rekan rekan IAGI yang terlibat ekspedisi ini.
>
> Maaf tidak bermaksud promosi, tapi tulisan itu bagus sekali. Dulu harian
> ini juga melakukan ekspedisi menelusuri sisa sisa kerajaan Majapahit, yang
> menurut saya luar biasa. Jadi inget novelnya nya Majapahit karangan LKH
> terbitan Gramedia.
>
>
> Shofi
>
>
>
>



-- 
*"Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"*


Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread Yahoo
Atau ke kompas tv pak, ada juga di website ny.. Lebih ciamik lagi bs liat 
videonya.. Hehe.. 

Regards, 

Pipit

On 2011-09-19, at 7:41, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:

> Dapat dibaca disini :
> 
> http://nasional.kompas.com/read/2011/09/16/18584012/Berdebar.Nobar.Ekspedisi.Cincin.Api
> TERKAIT:
> Mencintai Cincin Api, Mencintai Indonesia
> Kita Hidup di Daerah Bencana
> Sejarah Berhenti di Kebun Kopi
> LIVE Report: Peluncuran Ekspedisi Cincin Api
> Jalur Ekspedisi Cincin Api "Kompas"
> 
> RDP
> 
> 2011/9/19 Shofiyuddin 
> Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya 
> surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api 
> yang dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan 
> dilanjutkan ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb. 
> 
> Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan 
> arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup 
> mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April 
> 1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia 
> dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra. 
> Saya belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km 
> barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa 
> gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya. Diperkirakan 
> dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan dengan 
> penemuan mayat mayat yang terbakar hangus.
> 
> Tulisan lengkap bisa liat langsung di Kompas edisi sabtu kemarin.
> 
> Saya tidak tahu apakah ada rekan rekan IAGI yang terlibat ekspedisi ini.  
> 
> Maaf tidak bermaksud promosi, tapi tulisan itu bagus sekali. Dulu harian ini 
> juga melakukan ekspedisi menelusuri sisa sisa kerajaan Majapahit, yang 
> menurut saya luar biasa. Jadi inget novelnya nya Majapahit karangan LKH 
> terbitan Gramedia. 
> 
> 
> Shofi
>  
> 
>  
> 
> 
> 
> -- 
> "Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"
> 
> 


Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread Awang Satyana
Baguslah kalau kita sendiri menghargai kekayaan dan sejarah alam serta budaya 
Indonesia, semoga makin meluas ketertarikan masyarakat kita kepada alam dan 
budayanya sendiri.

Cincin Api (ring of fire) sebenarnya julukan buat semua jalur gunungapi yang 
memagari Cekungan Samudera Pasifik, mulai dari selatan di tepi-tepi barat 
Chile-Peru, Amerika Tengah, California, Canada sebelah barat, Alaska sebelah 
selatan, menyeberang ke Asia melalui jembatan daratan Aleut, memasuki batas 
timur Eropa-Asia melalui Kuril, lalu Jepang, menghunjam ke selatan melalui 
Mariana, lalu menyusuri tepi utara Papua New Guinea dan gugusan kepulauan 
mikronesia, lalu berakhir di selatan kembali melalui Tonga, Kermadec dan 
akhirnya Selandia Baru. Istilah lain buat Cincin Api ini adalah Andesitic Line, 
mengingat hampir semua komposisi gunungapinya andesitik karena hasil subduksi 
lempeng samudera Pasifik menunjam ke semua lempeng-lempeng benua atau samudera 
yang mengelilinginya. Sebuah teori kontroversial pernah dikemukakan oleh para 
ahli kosmologi, bahwa Bulan kita adalah massa Bumi yang tercabut dari Cekungan 
Samudera Pasifik, dan Cincin Api adalah sisa
 paling luar bekas luka cabutan itu.

Bagaimana dengan gunung-gunungapi di Indonesia dari Sumatra-Jawa-Nusa 
Tenggara-Banda-Halmahera dan Sulawesi Utara?  Banyak literatur menggolongkannya 
juga sebagai jalur Cincin Api, Ring of Fire. Tetapi gunung2api Indonesia tidak 
duduk di “proper ring of fire”. Posisi Indonesia justru unik dan sangat menarik 
sebab ia duduk di junction, sambungan, jalur-jalur gunungapi di dunia, dan 
kemudian membuat jalur sendiri. Gunung-gunungapi di Sumatra-Jawa-Nusa 
Tenggara-Banda adalah jalur paling akhir “Jalur Alpide”, yang memanjang dari 
tepi barat Atlantik ke Laut Tengah ke Iran ke Himalaya, menghunjam ke selatan 
melalui Burma dan masuk ke Sumatra lalu membusur melalui Jawa-Nusa Tenggara dan 
Laut Banda. 

Adakah gunung2api aktif di sini, tentu saja ada, tetapi umumnya pada masa lalu 
dan sekarang telah mati. Ingat saja gunungapi di Pulau Thera, Santorini yang 
memunahkan kebudayaan Creta pada abad2 sebelum Masehi (dari mana legenda 
Atlantis berasal), atau ingat juga Vesuvius yang memunahkan kota Pompeii dan 
Herculaneum pada AD 79, yang lalu pada AD 1815 punya padananannya masih di 
Jalur Alpide, yaitu “Pompeii of the East” Tambora 1815. Bila gunung2 api lain 
di Jalur Alpina sudah berhenti aktif,  di Indonesia justru aktif terus karena 
lempeng samudera Hindia masih menunjam di bawahnya. Kemudian, jalur baru dibuat 
pula di Indonesia, Jalur Halmahera dan Sulawesi Utara, hasil double subduction 
ke sisi barat dan timur yang tak ada duanya di dunia.

Di Indonesialah bertemu jalur-jalur gunuapi dunia, Cincin Api Pasifik dan 
Cincin Api Alpina. Dan statusnya aktif !  Benar-benar kita seperti  duduk di 
dua ‘tungku’ mantel Bumi yang luar biasa aktif dalam kejapan skala waktu 
geologi. Maka, tiga ranking VEI (volcanic explosivity index) tertinggi di dunia 
pun dipegang oleh tiga gunungapi Indonesia: Toba 74.000 tyl (VEI 8)yang membuat 
populasi manusia tinggal 20 % saja, Tambora 1815 M (VEI 7) yang meniadakan 
musim panas setahun berikutnya di belahan dunia utara, dan Krakatau 1883 (VEI 
6) yang teriakannya paling dahsyat di Bumi. Lalu jangan lupakan Merapi , 
gunungapi teraktif di dunia, a decade volcano; yang ikut mempengaruh jalannya 
sejarah kebudayaan di Jawa .

Salam,
Awang

--- Pada Sen, 19/9/11, Rovicky Dwi Putrohari  menulis:


Dari: Rovicky Dwi Putrohari 
Judul: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 19 September, 2011, 7:41 AM


Dapat dibaca disini :

http://nasional.kompas.com/read/2011/09/16/18584012/Berdebar.Nobar.Ekspedisi.Cincin.Api

TERKAIT:


Mencintai Cincin Api, Mencintai Indonesia
Kita Hidup di Daerah Bencana
Sejarah Berhenti di Kebun Kopi
LIVE Report: Peluncuran Ekspedisi Cincin Api
Jalur Ekspedisi Cincin Api "Kompas"
RDP


2011/9/19 Shofiyuddin 


Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya 
surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api yang 
dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan dilanjutkan 
ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb. 


Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan 
arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup 
mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April 
1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia 
dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra. Saya 
belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km 
barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa 
gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya. Diperkirakan 
dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan dengan penemuan 
mayat mayat yang terbakar hangus.


Tulisan le

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread kartiko samodro
iya mas...ada filmnya juga sebagai bagian dari proyek kompas tv (seperti
NGC) ,  tapi saya tidak tahu dimana bisa menyaksikan acara kompas tv .

2011/9/19 Shofiyuddin 

> Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya
> surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api
> yang dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan
> dilanjutkan ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb.
>
> Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan
> arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup
> mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April
> 1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia
> dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra.
> Saya belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km
> barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa
> gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya.
> Diperkirakan dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan
> dengan penemuan mayat mayat yang terbakar hangus.
>
> Tulisan lengkap bisa liat langsung di Kompas edisi sabtu kemarin.
>
> Saya tidak tahu apakah ada rekan rekan IAGI yang terlibat ekspedisi ini.
>
> Maaf tidak bermaksud promosi, tapi tulisan itu bagus sekali. Dulu harian
> ini juga melakukan ekspedisi menelusuri sisa sisa kerajaan Majapahit, yang
> menurut saya luar biasa. Jadi inget novelnya nya Majapahit karangan LKH
> terbitan Gramedia.
>
>
> Shofi
>
>
>
>


Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread bsaptaf
Td malam saya lihat, ada di Tv berbayar Indovision pak, saya kira tayangan NG 
atau Discovery,tenyata kompass TV.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: kartiko samodro 
Date: Mon, 19 Sep 2011 11:07:58 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

iya mas...ada filmnya juga sebagai bagian dari proyek kompas tv (seperti
NGC) ,  tapi saya tidak tahu dimana bisa menyaksikan acara kompas tv .

2011/9/19 Shofiyuddin 

> Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya
> surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api
> yang dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan
> dilanjutkan ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb.
>
> Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan
> arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup
> mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April
> 1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia
> dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra.
> Saya belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km
> barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa
> gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya.
> Diperkirakan dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan
> dengan penemuan mayat mayat yang terbakar hangus.
>
> Tulisan lengkap bisa liat langsung di Kompas edisi sabtu kemarin.
>
> Saya tidak tahu apakah ada rekan rekan IAGI yang terlibat ekspedisi ini.
>
> Maaf tidak bermaksud promosi, tapi tulisan itu bagus sekali. Dulu harian
> ini juga melakukan ekspedisi menelusuri sisa sisa kerajaan Majapahit, yang
> menurut saya luar biasa. Jadi inget novelnya nya Majapahit karangan LKH
> terbitan Gramedia.
>
>
> Shofi
>
>
>
>



Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread Rovicky Dwi Putrohari
 teriakannya paling dahsyat di Bumi. Lalu jangan
> lupakan Merapi , gunungapi teraktif di dunia, a decade volcano; yang ikut
> mempengaruh jalannya sejarah kebudayaan di Jawa .
>
> Salam,
> Awang
>
> --- Pada Sen, 19/9/11, Rovicky Dwi Putrohari  menulis:
>
>
> Dari: Rovicky Dwi Putrohari 
> Judul: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Senin, 19 September, 2011, 7:41 AM
>
>
> Dapat dibaca disini :
>
> http://nasional.kompas.com/read/2011/09/16/18584012/Berdebar.Nobar.Ekspedisi.Cincin.Api
>
> TERKAIT:
>
>
> Mencintai Cincin Api, Mencintai Indonesia
> Kita Hidup di Daerah Bencana
> Sejarah Berhenti di Kebun Kopi
> LIVE Report: Peluncuran Ekspedisi Cincin Api
> Jalur Ekspedisi Cincin Api "Kompas"
> RDP
>
>
> 2011/9/19 Shofiyuddin 
>
>
> Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya
> surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api
> yang dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan
> dilanjutkan ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb.
>
>
> Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan
> arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup
> mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April
> 1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia
> dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra.
> Saya belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km
> barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa
> gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya.
> Diperkirakan dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan
> dengan penemuan mayat mayat yang terbakar hangus.
>
>
> Tulisan lengkap bisa liat langsung di Kompas edisi sabtu kemarin.
>
>
> Saya tidak tahu apakah ada rekan rekan IAGI yang terlibat ekspedisi ini.
>
>
> Maaf tidak bermaksud promosi, tapi tulisan itu bagus sekali. Dulu harian ini
> juga melakukan ekspedisi menelusuri sisa sisa kerajaan Majapahit, yang
> menurut saya luar biasa. Jadi inget novelnya nya Majapahit karangan LKH
> terbitan Gramedia.
>
>
>
>
> Shofi
>
>
>
>
>
>
> --
> "Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"
>
>
>
>
> 
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
> 
> Ayo siapkan diri!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
> -
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
> email to: o...@iagi.or.id
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> -
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> -
>
>

-- 
Sent from my mobile device

*"Everybody is safety leader, You can stop any unsafe operation !"*


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah Joint Convention Makassar (

RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread Awang Harun Satyana
Indonesia dikepung dan dibelit cincin api...dari berbagai dimensi ruang dan 
waktu, membuatnya subur, membuatnya berpanorama menakjubkan, membuatnya punya 
energi panasbumi terbesar di dunia; namun juga berbahaya sebab cincin2 api ini 
telah membunuh sekian banyak penduduknya. Maka mari kita daya gunakan dengan 
baik "pemberian" ini, tahu memanfaatkan yang telah diberikan, tahu juga 
memitigasinya agar korban cincin api ini dapat ditekan seminimal mungkin.

Salam,
Awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: 19 September 2011 10:24
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
(hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
terjadi bencana.
Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti menguras APBN maupun milik
rakyat dalam pemulihannya.

Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita merevisi
UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa sesungguhnya Indonesia berada
didaerah Cincin Api ... Sehingga diperlukan aturan khusus ttg mitigasi
yg perlu dikedapankan dalam stiap kebijakan.

Salam waspada.
Rdp

On 19/09/2011, Awang Satyana  wrote:
> Baguslah kalau kita sendiri menghargai kekayaan dan sejarah alam serta
> budaya Indonesia, semoga makin meluas ketertarikan masyarakat kita kepada
> alam dan budayanya sendiri.
>
> Cincin Api (ring of fire) sebenarnya julukan buat semua jalur gunungapi yang
> memagari Cekungan Samudera Pasifik, mulai dari selatan di tepi-tepi barat
> Chile-Peru, Amerika Tengah, California, Canada sebelah barat, Alaska sebelah
> selatan, menyeberang ke Asia melalui jembatan daratan Aleut, memasuki batas
> timur Eropa-Asia melalui Kuril, lalu Jepang, menghunjam ke selatan melalui
> Mariana, lalu menyusuri tepi utara Papua New Guinea dan gugusan kepulauan
> mikronesia, lalu berakhir di selatan kembali melalui Tonga, Kermadec dan
> akhirnya Selandia Baru. Istilah lain buat Cincin Api ini adalah Andesitic
> Line, mengingat hampir semua komposisi gunungapinya andesitik karena hasil
> subduksi lempeng samudera Pasifik menunjam ke semua lempeng-lempeng benua
> atau samudera yang mengelilinginya. Sebuah teori kontroversial pernah
> dikemukakan oleh para ahli kosmologi, bahwa Bulan kita adalah massa Bumi
> yang tercabut dari Cekungan Samudera Pasifik, dan Cincin Api adalah sisa
>  paling luar bekas luka cabutan itu.
>
> Bagaimana dengan gunung-gunungapi di Indonesia dari Sumatra-Jawa-Nusa
> Tenggara-Banda-Halmahera dan Sulawesi Utara?  Banyak literatur
> menggolongkannya juga sebagai jalur Cincin Api, Ring of Fire. Tetapi
> gunung2api Indonesia tidak duduk di "proper ring of fire". Posisi Indonesia
> justru unik dan sangat menarik sebab ia duduk di junction, sambungan,
> jalur-jalur gunungapi di dunia, dan kemudian membuat jalur sendiri.
> Gunung-gunungapi di Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara-Banda adalah jalur paling
> akhir "Jalur Alpide", yang memanjang dari tepi barat Atlantik ke Laut Tengah
> ke Iran ke Himalaya, menghunjam ke selatan melalui Burma dan masuk ke
> Sumatra lalu membusur melalui Jawa-Nusa Tenggara dan Laut Banda.
>
> Adakah gunung2api aktif di sini, tentu saja ada, tetapi umumnya pada masa
> lalu dan sekarang telah mati. Ingat saja gunungapi di Pulau Thera, Santorini
> yang memunahkan kebudayaan Creta pada abad2 sebelum Masehi (dari mana
> legenda Atlantis berasal), atau ingat juga Vesuvius yang memunahkan kota
> Pompeii dan Herculaneum pada AD 79, yang lalu pada AD 1815 punya
> padananannya masih di Jalur Alpide, yaitu "Pompeii of the East" Tambora
> 1815. Bila gunung2 api lain di Jalur Alpina sudah berhenti aktif,  di
> Indonesia justru aktif terus karena lempeng samudera Hindia masih menunjam
> di bawahnya. Kemudian, jalur baru dibuat pula di Indonesia, Jal

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread Haikal
Sepakat pak :)

Bentuk perlindungan untuk rakyat memang masih perlu ditingkatkan. Kesadaran 
para pengambil keputusan untuk bersiap sedia menghadapi bencana alam seperti 
Gempa bumi, erupsi gunung berapi dan tsunami memang sudah mulai tumbuh tapi 
belum masuk ke semua sektor.

Sektor pembangunan prasarana fisik sebagai mitigasi awal masih perlu 
ditingkatkan. 

Dari sisi Regulasi, dalam undang-undang kebencanaan masih banyak lubang-lubang 
yang perlu ditutupi dengan peraturan teknis yang lebih detail. Terutama 
regulasi yang dapat menggerakkan komponen lain selain pemerintah untuk turut 
serta dalam upaya ini seperti aturan tentang public private partnership dalam 
UU yang perlu peraturan tambahan yang lebih detail agar memudahkan realisasinya.

Dari segi perlindungan finansial; negara-negara di kepulauan karibia sebagai 
contoh sudah sejak lama bersatu padu membentuk CCRIF sebagai bentuk 
perlindungan finansial untuk menjaga APBN masing-masing negara. Indonesia masih 
jauh dari itu :)

Dari sisi riset dan pendidikan :) saya gak mau komentar, bukannya tidak ada... 
Tapi jelas kurang. apa yang dilakukan kompas (ekspedisi cincin api, ekspedisi 
ciliwung dll) menjadikan penelitian sains lebih populer dan lebih mudah di 
terima (makanya "dongeng geologi" jg populer ya pak dhe :) ) kita butuh banyak 
sarana seperti ini untuk bisa sounding lebih dalam ke masyarakat. Dan perlu 
lebih banyak ahli yang "rapat" atau "menjadi" pengambil kebijakan :) 

Adakah anggota IAGI dalam tim ekspedisi cincin api dari harian kompas tersebut? 
Kalau ada mungkin menarik untuk diajak berbagi pengalaman :)

PS: Untuk "memasukkan" si "cincin api" atau kata "kebencanaan" ke dalam UUD 
mungkin bisa jadi cerita tersendiri yang tidak kalah menarik ya pak :)

Salam
regards

-M Haikal Sedayo
http://rescogitan.com

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Date: Mon, 19 Sep 2011 10:23:34 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
(hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
terjadi bencana.
Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti menguras APBN maupun milik
rakyat dalam pemulihannya.

Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita merevisi
UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa sesungguhnya Indonesia berada
didaerah Cincin Api ... Sehingga diperlukan aturan khusus ttg mitigasi
yg perlu dikedapankan dalam stiap kebijakan.

Salam waspada.
Rdp

On 19/09/2011, Awang Satyana  wrote:
> Baguslah kalau kita sendiri menghargai kekayaan dan sejarah alam serta
> budaya Indonesia, semoga makin meluas ketertarikan masyarakat kita kepada
> alam dan budayanya sendiri.
>
> Cincin Api (ring of fire) sebenarnya julukan buat semua jalur gunungapi yang
> memagari Cekungan Samudera Pasifik, mulai dari selatan di tepi-tepi barat
> Chile-Peru, Amerika Tengah, California, Canada sebelah barat, Alaska sebelah
> selatan, menyeberang ke Asia melalui jembatan daratan Aleut, memasuki batas
> timur Eropa-Asia melalui Kuril, lalu Jepang, menghunjam ke selatan melalui
> Mariana, lalu menyusuri tepi utara Papua New Guinea dan gugusan kepulauan
> mikronesia, lalu berakhir di selatan kembali melalui Tonga, Kermadec dan
> akhirnya Selandia Baru. Istilah lain buat Cincin Api ini adalah Andesitic
> Line, mengingat hampir semua komposisi gunungapinya andesitik karena hasil
> subduksi lempeng samudera Pasifik menunjam ke semua lempeng-lempeng benua
> atau samudera yang mengelilinginya. Sebuah teori kontroversial pernah
> dikemukakan oleh para ahli kosmologi, bahwa Bulan kita adalah massa Bumi
> yang tercabut dari Cekungan Samudera Pasifik, dan Cincin Api adalah sisa
>  paling luar bekas luka cabutan itu.
>
> Bagaimana dengan gunung-gunungapi di Indonesia dari Sumatra-Jawa-Nusa
> Tenggara-Banda-Halmahera dan Sulaw

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-18 Thread iwan septeriansyah
1000% setuju dgn RDP. 
Sebelumnya perkenalkan diri saya, saya alumni T. Geologi UGM (Angk. 93, bareng 
Mas Sulastomo Raharjo), gabung dgn Pemda Kab. Lombok Barat Prov. NTB pada Dinas 
Pertambangan tahun 2002, sekarang dinas di Badan Penanggulangan Bencana Daerah 
(BPBD) Kab. Lombok Barat sejak Juli 2010, tepatnya setelah kembali dari 
mengikuti Program Double Degree GIS for Disaster Management and Spatial 
Planning UGM-ITC dgn biaya dari Bappenas. 
BPBD di kabupaten kami baru dibentuk bulan Februari 2010, dan termasuk "lebih 
awal" dibanding kabupaten2 lain di Indonesia. Kebetulan saat ini daerah kami 
sedang menggodok RTRW dan saya kebagian tugas memberi masukan dalam penentuan 
kawasan rawan bencana (KRB) dan jalur evakuasinya. 
Kendala yang saya rasakan selama ini, tentu saja adalah "perhatian" dari pemda 
terhadap masalah bencana. Sewaktu masih mengikuti program DD baik di UGM dan di 
ITC, untuk menentukan jalur evakuasi bukanlah pekerjaan yang 'asal2an', tetapi 
memerlukan kajian yang menyeluruh/komprehensif. Diperlukan data2 yang cukup 
menyangkut infrastruktur, sosial kependudukan, serta geologi terkait penentuan 
KRB, jalur evakuasi dan tempat penampungan sementara (TPS) dan tempat 
penampungan aman (TPA). Nah, oleh Bappeda selaku instansi yang bertugas 
menyusun RTRW, saya diminta menentukan KRB dan jalur evakuasi dalam waktu hanya 
2 hari! Bisa dibayangkan sebuah pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dalam 
minimal 3 bulan dan harus rampung dalam 2 hariuedannn tenannn!!!
Untung saja (khas Indonesia :) )sewaktu kuliah S1 'sudah dilatih' 
menyelesaikan tugas2 ala kerja rodidengan segala keterbatasan yang ada, 
tugas tsb rampung juga (meski masih dalam bentuk tulisan dan peta2 
seadanyabelum dilengkapi peta2 yg 'representatif'Dari sini saya melihat 
bahwa masalah bencana masih 'amat sangat' dianaktirikan oleh pemerintah 
(sengaja ditulis dalam tanda kurung, karena ada juga yang mendapat perhatian 
cukup besar, misalnya sewaktu bencana Aceh, Nias, Merapi, dan Wasior)namun 
secara umum memang kita masih lalai dalam hal sosialisasi sehingga kesiapan 
masyarakat dan pemerintah kita dalam menghadapi bencana masih sangat 
kurangkarena itu saya sangat mendukung apabila masalah bencana dapat lebih 
diberikan porsi yang memadai dalam perundang-undangan kita (saat ini baru dalam 
bentuk peraturan pemerintah/PP)

Salam...
Imul 



From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, September 19, 2011 11:23 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
(hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
terjadi bencana.
Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti menguras APBN maupun milik
rakyat dalam pemulihannya.

Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita merevisi
UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa sesungguhnya Indonesia berada
didaerah Cincin Api ... Sehingga diperlukan aturan khusus ttg mitigasi
yg perlu dikedapankan dalam stiap kebijakan.

Salam waspada.
Rdp

On 19/09/2011, Awang Satyana  wrote:
> Baguslah kalau kita sendiri menghargai kekayaan dan sejarah alam serta
> budaya Indonesia, semoga makin meluas ketertarikan masyarakat kita kepada
> alam dan budayanya sendiri.
>
> Cincin Api (ring of fire) sebenarnya julukan buat semua jalur gunungapi yang
> memagari Cekungan Samudera Pasifik, mulai dari selatan di tepi-tepi barat
> Chile-Peru, Amerika Tengah, California, Canada sebelah barat, Alaska sebelah
> selatan, menyeberang ke Asia melalui jembatan daratan Aleut, memasuki batas
> timur Eropa-Asia melalui Kuril, lalu Jepang, menghunjam ke selatan melalui
> Mariana, lalu menyusuri tepi utara Papua New Guinea dan gugusan kepulauan
> mikronesia, lalu berakhir di selatan kembali melalui Tonga, Kermadec dan
> akhirnya Sela

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Shofiyuddin
Saya pikir ekspedisi ini boleh jadi membawa pengaruh terhadap para
pengambil keputusan plus para pemerhati masalah ini karena distribusi
yang luas dari harian ini.

Setelah harian ini mengupas masalah ekspedisi mencari sisa sisa
kerjaan Majapahit, beberapa lama kemudian pemerintah bermaksud
membangun museum kerajaan Majapahit. Banyak pihak memberikan masukan
kepada pemerintah mengingat pondasi museum tersebut dibangun tepat
diatas pondasi dari artefak artefak bekas kerajaan Majapahit itu
sendiri.

Ada yang lebih penting lagi sebenarnya, tapi ini diluar wewenang para
ahli geologi yaitu masalah recovery setelah gempa. Entah bagaimana
sekarang kondisi desa Bantul setelah diterjang gempa, juga daerah lain
yang seperti Aceh, Padang dan lain sebagainya. Semoga saja pemerintah
kita memperhatikan masalah recovery ini.


Salam,


Shofi


2011/9/19 iwan septeriansyah :
> 1000% setuju dgn RDP.
> Sebelumnya perkenalkan diri saya, saya alumni T. Geologi UGM (Angk. 93,
> bareng Mas Sulastomo Raharjo), gabung dgn Pemda Kab. Lombok Barat Prov. NTB
> pada Dinas Pertambangan tahun 2002, sekarang dinas di Badan Penanggulangan
> Bencana Daerah (BPBD) Kab. Lombok Barat sejak Juli 2010, tepatnya setelah
> kembali dari mengikuti Program Double Degree GIS for Disaster Management and
> Spatial Planning UGM-ITC dgn biaya dari Bappenas.
> BPBD di kabupaten kami baru dibentuk bulan Februari 2010, dan termasuk
> "lebih awal" dibanding kabupaten2 lain di Indonesia. Kebetulan saat ini
> daerah kami sedang menggodok RTRW dan saya kebagian tugas memberi masukan
> dalam penentuan kawasan rawan bencana (KRB) dan jalur evakuasinya.
> Kendala yang saya rasakan selama ini, tentu saja adalah "perhatian" dari
> pemda terhadap masalah bencana. Sewaktu masih mengikuti program DD baik di
> UGM dan di ITC, untuk menentukan jalur evakuasi bukanlah pekerjaan yang
> 'asal2an', tetapi memerlukan kajian yang menyeluruh/komprehensif. Diperlukan
> data2 yang cukup menyangkut infrastruktur, sosial kependudukan, serta
> geologi terkait penentuan KRB, jalur evakuasi dan tempat penampungan
> sementara (TPS) dan tempat penampungan aman (TPA). Nah, oleh Bappeda selaku
> instansi yang bertugas menyusun RTRW, saya diminta menentukan KRB dan jalur
> evakuasi dalam waktu hanya 2 hari! Bisa dibayangkan sebuah pekerjaan yang
> seharusnya dikerjakan dalam minimal 3 bulan dan harus rampung dalam 2
> hariuedannn tenannn!!!
> Untung saja (khas Indonesia :) )sewaktu kuliah S1 'sudah dilatih'
> menyelesaikan tugas2 ala kerja rodidengan segala keterbatasan yang ada,
> tugas tsb rampung juga (meski masih dalam bentuk tulisan dan peta2
> seadanyabelum dilengkapi peta2 yg 'representatif'Dari sini saya
> melihat bahwa masalah bencana masih 'amat sangat' dianaktirikan oleh
> pemerintah (sengaja ditulis dalam tanda kurung, karena ada juga yang
> mendapat perhatian cukup besar, misalnya sewaktu bencana Aceh, Nias, Merapi,
> dan Wasior)namun secara umum memang kita masih lalai dalam hal
> sosialisasi sehingga kesiapan masyarakat dan pemerintah kita dalam
> menghadapi bencana masih sangat kurangkarena itu saya sangat mendukung
> apabila masalah bencana dapat lebih diberikan porsi yang memadai dalam
> perundang-undangan kita (saat ini baru dalam bentuk peraturan
> pemerintah/PP)
> Salam...
> Imul
> ____________
> From: Rovicky Dwi Putrohari 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Monday, September 19, 2011 11:23 AM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
> Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
> sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
> BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
> bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
> rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
> besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
> (hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
> Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
> Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
> ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
> besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
> Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
> mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
> Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
> jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
> membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
> terjadi bencana.
> Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
> Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pas

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Yanto R.Sumantri



Untuk sdr / anak kali ya Iwan

"Selamat bekerja dan
teguhlah pada profeesionalisme  yan Anda pilih dan semoga berhasil
menjadi pioneer.

si Abah



On Mon,
September 19, 2011 11:16 am, iwan septeriansyah wrote:
> 1000%
setuju dgn RDP. 
> Sebelumnya perkenalkan diri saya,
saya alumni T. Geologi UGM (Angk. 93,
> bareng Mas Sulastomo
Raharjo), gabung dgn Pemda Kab. Lombok Barat Prov.
> NTB pada
Dinas Pertambangan tahun 2002, sekarang dinas di Badan
>
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Lombok Barat sejak Juli 2010,
> tepatnya setelah kembali dari mengikuti Program Double Degree GIS
for
> Disaster Management and Spatial Planning UGM-ITC dgn biaya
dari
> Bappenas. 
> BPBD di kabupaten kami
baru dibentuk bulan Februari 2010, dan termasuk
> "lebih
awal" dibanding kabupaten2 lain di Indonesia. Kebetulan saat ini
> daerah kami sedang menggodok RTRW dan saya kebagian tugas memberi
masukan
> dalam penentuan kawasan rawan bencana (KRB) dan jalur
evakuasinya. 
> Kendala yang saya rasakan selama ini,
tentu saja adalah "perhatian" dari
> pemda terhadap
masalah bencana. Sewaktu masih mengikuti program DD baik di
> UGM
dan di ITC, untuk menentukan jalur evakuasi bukanlah pekerjaan yang
> 'asal2an', tetapi memerlukan kajian yang
menyeluruh/komprehensif.
> Diperlukan data2 yang cukup menyangkut
infrastruktur, sosial kependudukan,
> serta geologi terkait
penentuan KRB, jalur evakuasi dan tempat penampungan
> sementara
(TPS) dan tempat penampungan aman (TPA). Nah, oleh Bappeda
>
selaku instansi yang bertugas menyusun RTRW, saya diminta menentukan
KRB
> dan jalur evakuasi dalam waktu hanya 2 hari! Bisa
dibayangkan sebuah
> pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dalam
minimal 3 bulan dan harus
> rampung dalam 2 hariuedannn
tenannn!!!
> Untung saja (khas Indonesia :) )sewaktu kuliah S1
'sudah dilatih'
> menyelesaikan tugas2 ala kerja rodidengan
segala keterbatasan yang
> ada, tugas tsb rampung juga (meski
masih dalam bentuk tulisan dan peta2
> seadanyabelum
dilengkapi peta2 yg 'representatif'Dari sini saya
> melihat
bahwa masalah bencana masih 'amat sangat' dianaktirikan oleh
>
pemerintah (sengaja ditulis dalam tanda kurung, karena ada juga yang
> mendapat perhatian cukup besar, misalnya sewaktu bencana Aceh,
Nias,
> Merapi, dan Wasior)namun secara umum memang kita masih
lalai dalam hal
> sosialisasi sehingga kesiapan masyarakat dan
pemerintah kita dalam
> menghadapi bencana masih sangat
kurangkarena itu saya sangat mendukung
> apabila masalah
bencana dapat lebih diberikan porsi yang memadai dalam
>
perundang-undangan kita (saat ini baru dalam bentuk peraturan
>
pemerintah/PP)
> 
> Salam...
>
Imul 
> 
> 
>

>
From: Rovicky Dwi
Putrohari 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Monday, September 19, 2011 11:23 AM
> Subject: Re:
[iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> 
> Sewaktu
saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
> sby
beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
>
BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
> bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir
semua
> rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan
betapa
> besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia.
Namun sering
> (hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan
dalam kebijakan.
> Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada
dibawah ekstraksi.
> Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg
tsunami Sunda. Kalau hal
> ini terjedi tentusaja kerugian materiil
maupun non material sangat
> besar. Trutama dg adanya pelabuhan
serta sentra industri di Cilegon.
> Saya ngga yakin mitigasi
kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
> mungkin sangatlah minim
usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
> Secara preliminary
riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
> jarang dipakai
secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
> membuatan tanggul
atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
> terjadi
bencana.
> Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja
bertahun-tahun.
> Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti
menguras APBN maupun milik
> rakyat dalam pemulihannya.
>

> Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita
merevisi
> UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa
sesungguhnya Indonesia berada
> didaerah Cincin Api ... Sehingga
diperlukan aturan khusus ttg mitigasi
> yg perlu dikedapankan
dalam stiap kebijakan.
> 
> Salam waspada.
>
Rdp
> 
> On 19/09/2011, Awang Satyana
 wrote:
>> Baguslah kalau kita
sendiri menghargai kekayaan dan sejarah alam serta
>> budaya
Indonesia, semoga makin meluas ketertarikan masyarakat kita
>>
kepada
>> alam dan buday

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread R.P.Koesoemadinata
Penerjemahan 'ring of fire' menjadi 'cincin api' saya kira tidak tepat 
bahkan dapat memberikan kesan yang menyesatkan. Saya baru saja ketemu saja 
dengan seorang seniman terkenal yang menanyakan kepada saya mengenai adanya 
penemuan baru yang yang dia sebut 'cincin api' dan sekarang sedang 
ramai-ramai dilakukan penelitian oleh para ilmuwan dunia.
Saya tertegun sebentar sebab saya mendapatkan kesan beliau itu bicara 
mengenai cincin yang benar2 seperti yang dipasang di jari yang seolah-olah 
membara seperti api.
Kemudian baru saya sadar, bahwa mungkin beliau itu membicarakan acara di 
Kompas, yaitu mengenai 'Ring of fire' yang melingkari Samudera  Pacific. 
Mungkin istilah yang tepat adalah 'lingkaran api' atau 'lingkaran bara'.
Atau apakah yang dimaksud lingkaran api yang membara yang mengepung dan 
membelit Indonesia seperti diceritakan di bawah ini?
Ungkapan untuk Indonesia yang terkenal adalah "gordel van smaragd". atau 
sabuk zamrud yang menjadi lambang IAGI. Saya tidak melihat Indonesia itu 
dilingkari oleh gunung-gunung api, atau dikepung oleh suatu cincin. Kalau 
dililit mungkin sekali

RPK

- Original Message - 
From: "Awang Harun Satyana" 

To: 
Sent: Monday, September 19, 2011 10:31 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas


Indonesia dikepung dan dibelit cincin api...dari berbagai dimensi ruang dan 
waktu, membuatnya subur, membuatnya berpanorama menakjubkan, membuatnya 
punya energi panasbumi terbesar di dunia; namun juga berbahaya sebab cincin2 
api ini telah membunuh sekian banyak penduduknya. Maka mari kita daya 
gunakan dengan baik "pemberian" ini, tahu memanfaatkan yang telah diberikan, 
tahu juga memitigasinya agar korban cincin api ini dapat ditekan seminimal 
mungkin.


Salam,
Awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: 19 September 2011 10:24
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
(hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
terjadi bencana.
Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti menguras APBN maupun milik
rakyat dalam pemulihannya.

Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita merevisi
UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa sesungguhnya Indonesia berada
didaerah Cincin Api ... Sehingga diperlukan aturan khusus ttg mitigasi
yg perlu dikedapankan dalam stiap kebijakan.

Salam waspada.
Rdp

On 19/09/2011, Awang Satyana  wrote:

Baguslah kalau kita sendiri menghargai kekayaan dan sejarah alam serta
budaya Indonesia, semoga makin meluas ketertarikan masyarakat kita kepada
alam dan budayanya sendiri.

Cincin Api (ring of fire) sebenarnya julukan buat semua jalur gunungapi 
yang

memagari Cekungan Samudera Pasifik, mulai dari selatan di tepi-tepi barat
Chile-Peru, Amerika Tengah, California, Canada sebelah barat, Alaska 
sebelah
selatan, menyeberang ke Asia melalui jembatan daratan Aleut, memasuki 
batas

timur Eropa-Asia melalui Kuril, lalu Jepang, menghunjam ke selatan melalui
Mariana, lalu menyusuri tepi utara Papua New Guinea dan gugusan kepulauan
mikronesia, lalu berakhir di selatan kembali melalui Tonga, Kermadec dan
akhirnya Selandia Baru. Istilah lain buat Cincin Api ini adalah Andesitic
Line, mengingat hampir semua komposisi gunungapinya andesitik karena hasil
subduksi lempeng samudera Pasifik menunjam ke semua lempeng-lempeng benua
atau samudera yang mengelilinginya. Sebuah teori kontroversial pernah
dikemukakan oleh para ahli kosmologi, bahwa Bulan kita adalah massa Bumi
yang tercabut dari Cekungan Samudera Pasifik, dan Cincin Api adalah sisa
 paling luar bekas luka cabutan itu.

Bagaimana dengan gunung-gunungapi di Indonesia dari Sumatra-Jawa-Nusa
Tenggara-Banda-Halmahera dan Sulawesi Utara?  Banyak literatur
menggolongkannya juga sebagai jalur Cincin Api, Ring of Fi

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Awang Satyana
Pak Koesoema dan rekan2, 

Multatuli (1860) : ”...een gordel van smaragd die zich slingert rond de 
evenaar...” (sabuk zamrud yang berjajar sepanjang khatulistiwa).

Zamrud (smaragd) permata berwarna hijau lumut tentu dimaksudkan Multatuli 
sebagai busur pulau2 volkanik dengan tutupan vegetasi hutannya yang hijau yang 
membusur menyembul di antara biru lautan di sepanjang khatulistiwa (evenaar).

Indonesia dikepung dan dibelit cincin api... adalah bermakna konotatif yang 
mempersonifikasikan benda mati sebagai berjiwa, ini adalah suatu gaya 
penulisan, tetapi cukup bermakna denotatif juga sebab saya membingkainya dalam 
dimensi ruang dan waktu. Waktu kini mungkin tak terlihat lagi, tetapi jalur2 
gunungapi Indonesia bukan hanya timbul Kuarter saja, dari Eosen pun sudah ada, 
bahkan yang lebih tua seperti Perem di Sumatra; maka sebenarnya Indonesia 
dikelilingi oleh berbagai jalur gunungapi dalam sejarahnya maupun kini. 
Dikepung, dibelit, dikelilingi, dilingkari semuanya satu pengertian (lihat 
Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, edisi ke-3, Balai Pustaka, 2007).

"Cincin" biasanya memang ukurannya kecil, tetapi itu bukan keharusan, sebab 
makna cincin juga bisa: segala sesuatu yang berbentuk lingkaran (lihat KBBI, 
2007). Dan istilah aslinya pun menggunakan "ring" yang terjemahannya memang 
cincin. Ada juga istilah cincin yang jauh lebih besar daripada ring of fire 
dipakai dalam menjelaskan suatu massa, yaitu "cincin planet Saturnus" (rings of 
Saturn, lihat "Cosmos" -Carl Sagan, 1980), dan ensiklopedia astronomi Indonesia 
(Radiman et al., 1980, ITB) pun menerjemahkannya sebagai cincin Saturnus.

Tetapi, seperti juga supervolcano, 'ring of fire' bukanlah istilah baku dalam 
geologi maupun volkanologi, istilah ini boleh jadi bermakna konotatif juga, 
tetapi memang tujuannya menggambarkan rangkaian gunungapi yang melingkari 
Samudera Pasifik, maka boleh saja supaya lebih dramatis disebut sebagai ring of 
fire, dan diterjemahkan 'cincin api'. Istilah bakunya, seperti yang telah saya 
tulis, adalah 'andesite line', bahwa di sepanjang jalur ini gunung2apinya 
andesitik, untuk membedakannya dengan gunung2api di cekungan Pasifik yang 
basaltik seperti gunung2 perisai di Hawaii. Antara ring of fire dan andesite 
line memang tak tepat sama, antara lain karena kehadiran gunung2api andesitik 
di Kep. Galapagos dan Kep. Paskah.

Boleh saja kalau kita mau menggunakan 'lingkaran api' di samping 'cincin api', 
biarkan saja kedua penerjemahan ini bersaing, sampai akhirnya ada satu yang 
lebih disukai pemakainya.

salam,
Awang



--- Pada Sen, 19/9/11, R.P.Koesoemadinata  menulis:

> Dari: R.P.Koesoemadinata 
> Judul: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Senin, 19 September, 2011, 10:00 PM
> Penerjemahan 'ring of fire' menjadi
> 'cincin api' saya kira tidak tepat bahkan dapat memberikan
> kesan yang menyesatkan. Saya baru saja ketemu saja dengan
> seorang seniman terkenal yang menanyakan kepada saya
> mengenai adanya penemuan baru yang yang dia sebut 'cincin
> api' dan sekarang sedang ramai-ramai dilakukan penelitian
> oleh para ilmuwan dunia.
> Saya tertegun sebentar sebab saya mendapatkan kesan beliau
> itu bicara mengenai cincin yang benar2 seperti yang dipasang
> di jari yang seolah-olah membara seperti api.
> Kemudian baru saya sadar, bahwa mungkin beliau itu
> membicarakan acara di Kompas, yaitu mengenai 'Ring of fire'
> yang melingkari Samudera  Pacific. Mungkin istilah yang
> tepat adalah 'lingkaran api' atau 'lingkaran bara'.
> Atau apakah yang dimaksud lingkaran api yang membara yang
> mengepung dan membelit Indonesia seperti diceritakan di
> bawah ini?
> Ungkapan untuk Indonesia yang terkenal adalah "gordel van
> smaragd". atau sabuk zamrud yang menjadi lambang IAGI. Saya
> tidak melihat Indonesia itu dilingkari oleh gunung-gunung
> api, atau dikepung oleh suatu cincin. Kalau dililit mungkin
> sekali
> RPK
> 
> - Original Message - From: "Awang Harun Satyana"
> 
> To: 
> Sent: Monday, September 19, 2011 10:31 AM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> 
> 
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api...dari berbagai
> dimensi ruang dan waktu, membuatnya subur, membuatnya
> berpanorama menakjubkan, membuatnya punya energi panasbumi
> terbesar di dunia; namun juga berbahaya sebab cincin2 api
> ini telah membunuh sekian banyak penduduknya. Maka mari kita
> daya gunakan dengan baik "pemberian" ini, tahu memanfaatkan
> yang telah diberikan, tahu juga memitigasinya agar korban
> cincin api ini dapat ditekan seminimal mungkin.
> 
> Salam,
> Awang
> 
> -Original Message-
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailt

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread koesoema
Hampir saya katakan kepada sang seniman: 'Kalau urusan cincin dengan permata 
api itu harus ditanyakan kepada Pak Sudjatmiko, ahli batu mulia dan permata', 
tetapi keburu sadar yg dimaksud.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Awang Satyana 
Date: Tue, 20 Sep 2011 01:24:36 
To: 
Reply-To: 
Cc: Forum HAGI; Eksplorasi 
BPMIGAS; Geo 
Unpad
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Pak Koesoema dan rekan2, 

Multatuli (1860) : ”...een gordel van smaragd die zich slingert rond de 
evenaar...” (sabuk zamrud yang berjajar sepanjang khatulistiwa).

Zamrud (smaragd) permata berwarna hijau lumut tentu dimaksudkan Multatuli 
sebagai busur pulau2 volkanik dengan tutupan vegetasi hutannya yang hijau yang 
membusur menyembul di antara biru lautan di sepanjang khatulistiwa (evenaar).

Indonesia dikepung dan dibelit cincin api... adalah bermakna konotatif yang 
mempersonifikasikan benda mati sebagai berjiwa, ini adalah suatu gaya 
penulisan, tetapi cukup bermakna denotatif juga sebab saya membingkainya dalam 
dimensi ruang dan waktu. Waktu kini mungkin tak terlihat lagi, tetapi jalur2 
gunungapi Indonesia bukan hanya timbul Kuarter saja, dari Eosen pun sudah ada, 
bahkan yang lebih tua seperti Perem di Sumatra; maka sebenarnya Indonesia 
dikelilingi oleh berbagai jalur gunungapi dalam sejarahnya maupun kini. 
Dikepung, dibelit, dikelilingi, dilingkari semuanya satu pengertian (lihat 
Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, edisi ke-3, Balai Pustaka, 2007).

"Cincin" biasanya memang ukurannya kecil, tetapi itu bukan keharusan, sebab 
makna cincin juga bisa: segala sesuatu yang berbentuk lingkaran (lihat KBBI, 
2007). Dan istilah aslinya pun menggunakan "ring" yang terjemahannya memang 
cincin. Ada juga istilah cincin yang jauh lebih besar daripada ring of fire 
dipakai dalam menjelaskan suatu massa, yaitu "cincin planet Saturnus" (rings of 
Saturn, lihat "Cosmos" -Carl Sagan, 1980), dan ensiklopedia astronomi Indonesia 
(Radiman et al., 1980, ITB) pun menerjemahkannya sebagai cincin Saturnus.

Tetapi, seperti juga supervolcano, 'ring of fire' bukanlah istilah baku dalam 
geologi maupun volkanologi, istilah ini boleh jadi bermakna konotatif juga, 
tetapi memang tujuannya menggambarkan rangkaian gunungapi yang melingkari 
Samudera Pasifik, maka boleh saja supaya lebih dramatis disebut sebagai ring of 
fire, dan diterjemahkan 'cincin api'. Istilah bakunya, seperti yang telah saya 
tulis, adalah 'andesite line', bahwa di sepanjang jalur ini gunung2apinya 
andesitik, untuk membedakannya dengan gunung2api di cekungan Pasifik yang 
basaltik seperti gunung2 perisai di Hawaii. Antara ring of fire dan andesite 
line memang tak tepat sama, antara lain karena kehadiran gunung2api andesitik 
di Kep. Galapagos dan Kep. Paskah.

Boleh saja kalau kita mau menggunakan 'lingkaran api' di samping 'cincin api', 
biarkan saja kedua penerjemahan ini bersaing, sampai akhirnya ada satu yang 
lebih disukai pemakainya.

salam,
Awang



--- Pada Sen, 19/9/11, R.P.Koesoemadinata  menulis:

> Dari: R.P.Koesoemadinata 
> Judul: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Senin, 19 September, 2011, 10:00 PM
> Penerjemahan 'ring of fire' menjadi
> 'cincin api' saya kira tidak tepat bahkan dapat memberikan
> kesan yang menyesatkan. Saya baru saja ketemu saja dengan
> seorang seniman terkenal yang menanyakan kepada saya
> mengenai adanya penemuan baru yang yang dia sebut 'cincin
> api' dan sekarang sedang ramai-ramai dilakukan penelitian
> oleh para ilmuwan dunia.
> Saya tertegun sebentar sebab saya mendapatkan kesan beliau
> itu bicara mengenai cincin yang benar2 seperti yang dipasang
> di jari yang seolah-olah membara seperti api.
> Kemudian baru saya sadar, bahwa mungkin beliau itu
> membicarakan acara di Kompas, yaitu mengenai 'Ring of fire'
> yang melingkari Samudera  Pacific. Mungkin istilah yang
> tepat adalah 'lingkaran api' atau 'lingkaran bara'.
> Atau apakah yang dimaksud lingkaran api yang membara yang
> mengepung dan membelit Indonesia seperti diceritakan di
> bawah ini?
> Ungkapan untuk Indonesia yang terkenal adalah "gordel van
> smaragd". atau sabuk zamrud yang menjadi lambang IAGI. Saya
> tidak melihat Indonesia itu dilingkari oleh gunung-gunung
> api, atau dikepung oleh suatu cincin. Kalau dililit mungkin
> sekali
> RPK
> 
> - Original Message - From: "Awang Harun Satyana"
> 
> To: 
> Sent: Monday, September 19, 2011 10:31 AM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> 
> 
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api...dari berbagai
> dimensi ruang dan waktu, membuatnya subur, membuatnya
> berpanorama menakjubkan, membuatnya punya energi p

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Prianggito Sulistiono
Sebetulnya istilah yg lebih tepat adalah 'Rim of Fire'. Kebetulan baik 'Rim of 
Fire' maupun 'Ring if Fire' sama2 digunakan utk mendeskripsikan penyebaran 
volkano di sekitar samudra Pasifik

salam,
Prianggito

Sent from my iPhone


On 20/09/2011, at 7:36, koeso...@melsa.net.id wrote:

> Hampir saya katakan kepada sang seniman: 'Kalau urusan cincin dengan permata 
> api itu harus ditanyakan kepada Pak Sudjatmiko, ahli batu mulia dan permata', 
> tetapi keburu sadar yg dimaksud.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> -Original Message-
> From: Awang Satyana 
> Date: Tue, 20 Sep 2011 01:24:36 
> To: 
> Reply-To: 
> Cc: Forum HAGI; Eksplorasi 
> BPMIGAS; Geo 
> Unpad
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> 
> Pak Koesoema dan rekan2, 
> 
> Multatuli (1860) : ”...een gordel van smaragd die zich slingert rond de 
> evenaar...” (sabuk zamrud yang berjajar sepanjang khatulistiwa).
> 
> Zamrud (smaragd) permata berwarna hijau lumut tentu dimaksudkan Multatuli 
> sebagai busur pulau2 volkanik dengan tutupan vegetasi hutannya yang hijau 
> yang membusur menyembul di antara biru lautan di sepanjang khatulistiwa 
> (evenaar).
> 
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api... adalah bermakna konotatif yang 
> mempersonifikasikan benda mati sebagai berjiwa, ini adalah suatu gaya 
> penulisan, tetapi cukup bermakna denotatif juga sebab saya membingkainya 
> dalam dimensi ruang dan waktu. Waktu kini mungkin tak terlihat lagi, tetapi 
> jalur2 gunungapi Indonesia bukan hanya timbul Kuarter saja, dari Eosen pun 
> sudah ada, bahkan yang lebih tua seperti Perem di Sumatra; maka sebenarnya 
> Indonesia dikelilingi oleh berbagai jalur gunungapi dalam sejarahnya maupun 
> kini. Dikepung, dibelit, dikelilingi, dilingkari semuanya satu pengertian 
> (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, edisi ke-3, Balai Pustaka, 2007).
> 
> "Cincin" biasanya memang ukurannya kecil, tetapi itu bukan keharusan, sebab 
> makna cincin juga bisa: segala sesuatu yang berbentuk lingkaran (lihat KBBI, 
> 2007). Dan istilah aslinya pun menggunakan "ring" yang terjemahannya memang 
> cincin. Ada juga istilah cincin yang jauh lebih besar daripada ring of fire 
> dipakai dalam menjelaskan suatu massa, yaitu "cincin planet Saturnus" (rings 
> of Saturn, lihat "Cosmos" -Carl Sagan, 1980), dan ensiklopedia astronomi 
> Indonesia (Radiman et al., 1980, ITB) pun menerjemahkannya sebagai cincin 
> Saturnus.
> 
> Tetapi, seperti juga supervolcano, 'ring of fire' bukanlah istilah baku dalam 
> geologi maupun volkanologi, istilah ini boleh jadi bermakna konotatif juga, 
> tetapi memang tujuannya menggambarkan rangkaian gunungapi yang melingkari 
> Samudera Pasifik, maka boleh saja supaya lebih dramatis disebut sebagai ring 
> of fire, dan diterjemahkan 'cincin api'. Istilah bakunya, seperti yang telah 
> saya tulis, adalah 'andesite line', bahwa di sepanjang jalur ini 
> gunung2apinya andesitik, untuk membedakannya dengan gunung2api di cekungan 
> Pasifik yang basaltik seperti gunung2 perisai di Hawaii. Antara ring of fire 
> dan andesite line memang tak tepat sama, antara lain karena kehadiran 
> gunung2api andesitik di Kep. Galapagos dan Kep. Paskah.
> 
> Boleh saja kalau kita mau menggunakan 'lingkaran api' di samping 'cincin 
> api', biarkan saja kedua penerjemahan ini bersaing, sampai akhirnya ada satu 
> yang lebih disukai pemakainya.
> 
> salam,
> Awang
> 
> 
> 
> --- Pada Sen, 19/9/11, R.P.Koesoemadinata  menulis:
> 
>> Dari: R.P.Koesoemadinata 
>> Judul: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
>> Tanggal: Senin, 19 September, 2011, 10:00 PM
>> Penerjemahan 'ring of fire' menjadi
>> 'cincin api' saya kira tidak tepat bahkan dapat memberikan
>> kesan yang menyesatkan. Saya baru saja ketemu saja dengan
>> seorang seniman terkenal yang menanyakan kepada saya
>> mengenai adanya penemuan baru yang yang dia sebut 'cincin
>> api' dan sekarang sedang ramai-ramai dilakukan penelitian
>> oleh para ilmuwan dunia.
>> Saya tertegun sebentar sebab saya mendapatkan kesan beliau
>> itu bicara mengenai cincin yang benar2 seperti yang dipasang
>> di jari yang seolah-olah membara seperti api.
>> Kemudian baru saya sadar, bahwa mungkin beliau itu
>> membicarakan acara di Kompas, yaitu mengenai 'Ring of fire'
>> yang melingkari Samudera  Pacific. Mungkin istilah yang
>> tepat adalah 'lingkaran api' atau 'lingkaran bara'.
>> Atau apakah yang dimaksud lingkaran api yang membara yang
>> mengep

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Hendri Harsian
Bapak-bapak, 
Saya sependapat dengan Pak Koesoema, bahasa 'ring of fire' punya Kompas menurut 
saya adalah bahasa 'tag line' koran. Orang awam akan lebih tertarik mendengar 
'ring of fire' karena diambil dari Bahasa Inggris. Karena itu juga mungkin 
Kompas tidak memakai istilah 'cincin api' dalam Bahasa Indonesia.
Kita sebaiknya sih mengembalikan istilah kearti sebenarnya, jalur gunung api di 
Indonesia kan memang tidak berbentuk cincin (circle) tapi lebih seperti sabuk. 
Sekalian memberikan edukasi ke masyarakat awam dan tidak menyesatkan.
Sekedar pendapat.
Salam
Hendri



On 20 Sep 2011, at 04:37, "koeso...@melsa.net.id"  wrote:

> Hampir saya katakan kepada sang seniman: 'Kalau urusan cincin dengan permata 
> api itu harus ditanyakan kepada Pak Sudjatmiko, ahli batu mulia dan permata', 
> tetapi keburu sadar yg dimaksud.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> -Original Message-
> From: Awang Satyana 
> Date: Tue, 20 Sep 2011 01:24:36 
> To: 
> Reply-To: 
> Cc: Forum HAGI; Eksplorasi 
> BPMIGAS; Geo 
> Unpad
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> 
> Pak Koesoema dan rekan2, 
> 
> Multatuli (1860) : ”...een gordel van smaragd die zich slingert rond de 
> evenaar...” (sabuk zamrud yang berjajar sepanjang khatulistiwa).
> 
> Zamrud (smaragd) permata berwarna hijau lumut tentu dimaksudkan Multatuli 
> sebagai busur pulau2 volkanik dengan tutupan vegetasi hutannya yang hijau 
> yang membusur menyembul di antara biru lautan di sepanjang khatulistiwa 
> (evenaar).
> 
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api... adalah bermakna konotatif yang 
> mempersonifikasikan benda mati sebagai berjiwa, ini adalah suatu gaya 
> penulisan, tetapi cukup bermakna denotatif juga sebab saya membingkainya 
> dalam dimensi ruang dan waktu. Waktu kini mungkin tak terlihat lagi, tetapi 
> jalur2 gunungapi Indonesia bukan hanya timbul Kuarter saja, dari Eosen pun 
> sudah ada, bahkan yang lebih tua seperti Perem di Sumatra; maka sebenarnya 
> Indonesia dikelilingi oleh berbagai jalur gunungapi dalam sejarahnya maupun 
> kini. Dikepung, dibelit, dikelilingi, dilingkari semuanya satu pengertian 
> (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, edisi ke-3, Balai Pustaka, 2007).
> 
> "Cincin" biasanya memang ukurannya kecil, tetapi itu bukan keharusan, sebab 
> makna cincin juga bisa: segala sesuatu yang berbentuk lingkaran (lihat KBBI, 
> 2007). Dan istilah aslinya pun menggunakan "ring" yang terjemahannya memang 
> cincin. Ada juga istilah cincin yang jauh lebih besar daripada ring of fire 
> dipakai dalam menjelaskan suatu massa, yaitu "cincin planet Saturnus" (rings 
> of Saturn, lihat "Cosmos" -Carl Sagan, 1980), dan ensiklopedia astronomi 
> Indonesia (Radiman et al., 1980, ITB) pun menerjemahkannya sebagai cincin 
> Saturnus.
> 
> Tetapi, seperti juga supervolcano, 'ring of fire' bukanlah istilah baku dalam 
> geologi maupun volkanologi, istilah ini boleh jadi bermakna konotatif juga, 
> tetapi memang tujuannya menggambarkan rangkaian gunungapi yang melingkari 
> Samudera Pasifik, maka boleh saja supaya lebih dramatis disebut sebagai ring 
> of fire, dan diterjemahkan 'cincin api'. Istilah bakunya, seperti yang telah 
> saya tulis, adalah 'andesite line', bahwa di sepanjang jalur ini 
> gunung2apinya andesitik, untuk membedakannya dengan gunung2api di cekungan 
> Pasifik yang basaltik seperti gunung2 perisai di Hawaii. Antara ring of fire 
> dan andesite line memang tak tepat sama, antara lain karena kehadiran 
> gunung2api andesitik di Kep. Galapagos dan Kep. Paskah.
> 
> Boleh saja kalau kita mau menggunakan 'lingkaran api' di samping 'cincin 
> api', biarkan saja kedua penerjemahan ini bersaing, sampai akhirnya ada satu 
> yang lebih disukai pemakainya.
> 
> salam,
> Awang
> 
> 
> 
> --- Pada Sen, 19/9/11, R.P.Koesoemadinata  menulis:
> 
>> Dari: R.P.Koesoemadinata 
>> Judul: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
>> Tanggal: Senin, 19 September, 2011, 10:00 PM
>> Penerjemahan 'ring of fire' menjadi
>> 'cincin api' saya kira tidak tepat bahkan dapat memberikan
>> kesan yang menyesatkan. Saya baru saja ketemu saja dengan
>> seorang seniman terkenal yang menanyakan kepada saya
>> mengenai adanya penemuan baru yang yang dia sebut 'cincin
>> api' dan sekarang sedang ramai-ramai dilakukan penelitian
>> oleh para ilmuwan dunia.
>> Saya tertegun sebentar sebab saya mendapatkan kesan beliau
>> itu bicara mengenai cincin yang benar2 seperti yang dipasang
>> di jari yang seolah-olah membara seperti api.
>>

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread asikin_sukendar
Saya kira "ring disini adalah yang mengitari samudra Pasifik". Sedangkan 
Indonesia sebetulnya kalau saya kuliah, selalu mengatakan :merupakan bagian 
dari "ring of fire". Dan ini sudah sangat lazim dalam tektonik. 
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: "Hendri Harsian" 
Date: Tue, 20 Sep 2011 07:37:58 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Bapak-bapak, 
Saya sependapat dengan Pak Koesoema, bahasa 'ring of fire' punya Kompas menurut 
saya adalah bahasa 'tag line' koran. Orang awam akan lebih tertarik mendengar 
'ring of fire' karena diambil dari Bahasa Inggris. Karena itu juga mungkin 
Kompas tidak memakai istilah 'cincin api' dalam Bahasa Indonesia.
Kita sebaiknya sih mengembalikan istilah kearti sebenarnya, jalur gunung api di 
Indonesia kan memang tidak berbentuk cincin (circle) tapi lebih seperti sabuk. 
Sekalian memberikan edukasi ke masyarakat awam dan tidak menyesatkan.
Sekedar pendapat.
Salam
Hendri



On 20 Sep 2011, at 04:37, "koeso...@melsa.net.id"  wrote:

> Hampir saya katakan kepada sang seniman: 'Kalau urusan cincin dengan permata 
> api itu harus ditanyakan kepada Pak Sudjatmiko, ahli batu mulia dan permata', 
> tetapi keburu sadar yg dimaksud.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> -Original Message-
> From: Awang Satyana 
> Date: Tue, 20 Sep 2011 01:24:36 
> To: 
> Reply-To: 
> Cc: Forum HAGI; Eksplorasi 
> BPMIGAS; Geo 
> Unpad
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> 
> Pak Koesoema dan rekan2, 
> 
> Multatuli (1860) : ”...een gordel van smaragd die zich slingert rond de 
> evenaar...” (sabuk zamrud yang berjajar sepanjang khatulistiwa).
> 
> Zamrud (smaragd) permata berwarna hijau lumut tentu dimaksudkan Multatuli 
> sebagai busur pulau2 volkanik dengan tutupan vegetasi hutannya yang hijau 
> yang membusur menyembul di antara biru lautan di sepanjang khatulistiwa 
> (evenaar).
> 
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api... adalah bermakna konotatif yang 
> mempersonifikasikan benda mati sebagai berjiwa, ini adalah suatu gaya 
> penulisan, tetapi cukup bermakna denotatif juga sebab saya membingkainya 
> dalam dimensi ruang dan waktu. Waktu kini mungkin tak terlihat lagi, tetapi 
> jalur2 gunungapi Indonesia bukan hanya timbul Kuarter saja, dari Eosen pun 
> sudah ada, bahkan yang lebih tua seperti Perem di Sumatra; maka sebenarnya 
> Indonesia dikelilingi oleh berbagai jalur gunungapi dalam sejarahnya maupun 
> kini. Dikepung, dibelit, dikelilingi, dilingkari semuanya satu pengertian 
> (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, edisi ke-3, Balai Pustaka, 2007).
> 
> "Cincin" biasanya memang ukurannya kecil, tetapi itu bukan keharusan, sebab 
> makna cincin juga bisa: segala sesuatu yang berbentuk lingkaran (lihat KBBI, 
> 2007). Dan istilah aslinya pun menggunakan "ring" yang terjemahannya memang 
> cincin. Ada juga istilah cincin yang jauh lebih besar daripada ring of fire 
> dipakai dalam menjelaskan suatu massa, yaitu "cincin planet Saturnus" (rings 
> of Saturn, lihat "Cosmos" -Carl Sagan, 1980), dan ensiklopedia astronomi 
> Indonesia (Radiman et al., 1980, ITB) pun menerjemahkannya sebagai cincin 
> Saturnus.
> 
> Tetapi, seperti juga supervolcano, 'ring of fire' bukanlah istilah baku dalam 
> geologi maupun volkanologi, istilah ini boleh jadi bermakna konotatif juga, 
> tetapi memang tujuannya menggambarkan rangkaian gunungapi yang melingkari 
> Samudera Pasifik, maka boleh saja supaya lebih dramatis disebut sebagai ring 
> of fire, dan diterjemahkan 'cincin api'. Istilah bakunya, seperti yang telah 
> saya tulis, adalah 'andesite line', bahwa di sepanjang jalur ini 
> gunung2apinya andesitik, untuk membedakannya dengan gunung2api di cekungan 
> Pasifik yang basaltik seperti gunung2 perisai di Hawaii. Antara ring of fire 
> dan andesite line memang tak tepat sama, antara lain karena kehadiran 
> gunung2api andesitik di Kep. Galapagos dan Kep. Paskah.
> 
> Boleh saja kalau kita mau menggunakan 'lingkaran api' di samping 'cincin 
> api', biarkan saja kedua penerjemahan ini bersaing, sampai akhirnya ada satu 
> yang lebih disukai pemakainya.
> 
> salam,
> Awang
> 
> 
> 
> --- Pada Sen, 19/9/11, R.P.Koesoemadinata  menulis:
> 
>> Dari: R.P.Koesoemadinata 
>> Judul: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
>> Tanggal: Senin, 19 September, 2011, 10:00 PM
>> Penerjemahan 'ring of fire' menjadi
>> 'cincin api' saya kira tidak tepat bahkan dapat memberikan
>> kesan yang menyesatk

RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Awang Harun Satyana
Zaman sekolah dasar dan menengah dulu, di pelajaran geografi "ring of fire" 
tidak diajarkan; yang diajarkan adalah bahwa di dunia ini ada dua dua jalur 
gunungapi: Sirkum-Pasifik dan Mediterania. Sirkum Pasifik-lah yang disebut 
"proper ring of fire", dan cocok sebab ia memang melingkari Pasifik dari Chile 
ke Alaska ke Jepang ke Papua ke Selandia Baru. Cincin Api bukan nama untuk 
Indonesia, Indonesia hanya 'tersenggol' sebagian saja di busur Sangihe dan 
Halmahera; seperti yang ditulis Pak Sukendar di bawah. Gunungapi2 di 
Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara adalah jalur paling timur dari Mediterania (Belt of 
Alpide), perhatikan mereka menyebutnya belt - sabuk, dan cocok, bukan ring of 
Alpide. Boleh2 saja kalau Kompas menggunakan Cincin Api, walaupun bukan proper 
ring of fire sebab banyak literatur geologi populer juga menggolongkannya 
begitu. Popularitas yang masih bisa diterima sebab Kompas bukan publikasi 
ilmiah; tetapi bila kita mau menyorotnya secara ilmiah, tentu harus lebih 
ketat. Seperti yang saya tulis kemarin, jalur Mediterania kini terutama aktif 
di Indonesia, dan di jalur ini juga tumpang tindih dengan pegunungan lipatan 
ala Alpina dan Himalaya, jalur Tethys dalam pengertian yang lama.

Salam,
Awang

-Original Message-
From: asikin_suken...@yahoo.com [mailto:asikin_suken...@yahoo.com]
Sent: 20 September 2011 8:39
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Saya kira "ring disini adalah yang mengitari samudra Pasifik". Sedangkan 
Indonesia sebetulnya kalau saya kuliah, selalu mengatakan :merupakan bagian 
dari "ring of fire". Dan ini sudah sangat lazim dalam tektonik.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: "Hendri Harsian" 
Date: Tue, 20 Sep 2011 07:37:58
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Bapak-bapak,
Saya sependapat dengan Pak Koesoema, bahasa 'ring of fire' punya Kompas menurut 
saya adalah bahasa 'tag line' koran. Orang awam akan lebih tertarik mendengar 
'ring of fire' karena diambil dari Bahasa Inggris. Karena itu juga mungkin 
Kompas tidak memakai istilah 'cincin api' dalam Bahasa Indonesia.
Kita sebaiknya sih mengembalikan istilah kearti sebenarnya, jalur gunung api di 
Indonesia kan memang tidak berbentuk cincin (circle) tapi lebih seperti sabuk. 
Sekalian memberikan edukasi ke masyarakat awam dan tidak menyesatkan.
Sekedar pendapat.
Salam
Hendri



On 20 Sep 2011, at 04:37, "koeso...@melsa.net.id"  wrote:

> Hampir saya katakan kepada sang seniman: 'Kalau urusan cincin dengan permata 
> api itu harus ditanyakan kepada Pak Sudjatmiko, ahli batu mulia dan permata', 
> tetapi keburu sadar yg dimaksud.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Awang Satyana 
> Date: Tue, 20 Sep 2011 01:24:36
> To: 
> Reply-To: 
> Cc: Forum HAGI; Eksplorasi 
> BPMIGAS; Geo 
> Unpad
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
> Pak Koesoema dan rekan2,
>
> Multatuli (1860) : ”...een gordel van smaragd die zich slingert rond de 
> evenaar...” (sabuk zamrud yang berjajar sepanjang khatulistiwa).
>
> Zamrud (smaragd) permata berwarna hijau lumut tentu dimaksudkan Multatuli 
> sebagai busur pulau2 volkanik dengan tutupan vegetasi hutannya yang hijau 
> yang membusur menyembul di antara biru lautan di sepanjang khatulistiwa 
> (evenaar).
>
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api... adalah bermakna konotatif yang 
> mempersonifikasikan benda mati sebagai berjiwa, ini adalah suatu gaya 
> penulisan, tetapi cukup bermakna denotatif juga sebab saya membingkainya 
> dalam dimensi ruang dan waktu. Waktu kini mungkin tak terlihat lagi, tetapi 
> jalur2 gunungapi Indonesia bukan hanya timbul Kuarter saja, dari Eosen pun 
> sudah ada, bahkan yang lebih tua seperti Perem di Sumatra; maka sebenarnya 
> Indonesia dikelilingi oleh berbagai jalur gunungapi dalam sejarahnya maupun 
> kini. Dikepung, dibelit, dikelilingi, dilingkari semuanya satu pengertian 
> (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, edisi ke-3, Balai Pustaka, 2007).
>
> "Cincin" biasanya memang ukurannya kecil, tetapi itu bukan keharusan, sebab 
> makna cincin juga bisa: segala sesuatu yang berbentuk lingkaran (lihat KBBI, 
> 2007). Dan istilah aslinya pun menggunakan "ring" yang terjemahannya memang 
> cincin. Ada juga istilah cincin yang jauh lebih besar daripada ring of fire 
> dipakai dalam menjelaskan suatu massa, yaitu "cincin planet Saturnus" (rings 
> of Saturn, lihat "Cosmos" -Carl Sagan, 1980), dan ensiklopedia astronomi 
> Indonesia (Radiman et al., 1980, ITB) pun menerjemahkannya sebagai cincin 
> Saturnus.
>
> Tetapi, seperti juga supervolcano,

RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Brahmantyo Gunawan
Jadi, Geologist Indonesia boleh bangga sebagai 'Lord of the rings'(of fire) :) 

--- Pada Sel, 20/9/11, Awang Harun Satyana  menulis:

> Dari: Awang Harun Satyana 
> Judul: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> Kepada: "'iagi-net@iagi.or.id'" 
> Tanggal: Selasa, 20 September, 2011, 10:21 AM
> Zaman sekolah dasar dan menengah
> dulu, di pelajaran geografi "ring of fire" tidak diajarkan;
> yang diajarkan adalah bahwa di dunia ini ada dua dua jalur
> gunungapi: Sirkum-Pasifik dan Mediterania. Sirkum
> Pasifik-lah yang disebut "proper ring of fire", dan cocok
> sebab ia memang melingkari Pasifik dari Chile ke Alaska ke
> Jepang ke Papua ke Selandia Baru. Cincin Api bukan nama
> untuk Indonesia, Indonesia hanya 'tersenggol' sebagian saja
> di busur Sangihe dan Halmahera; seperti yang ditulis Pak
> Sukendar di bawah. Gunungapi2 di Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara
> adalah jalur paling timur dari Mediterania (Belt of Alpide),
> perhatikan mereka menyebutnya belt - sabuk, dan cocok, bukan
> ring of Alpide. Boleh2 saja kalau Kompas menggunakan Cincin
> Api, walaupun bukan proper ring of fire sebab banyak
> literatur geologi populer juga menggolongkannya begitu.
> Popularitas yang masih bisa diterima sebab Kompas bukan
> publikasi ilmiah; tetapi bila kita mau menyorotnya secara
> ilmiah, tentu harus lebih ketat. Seperti yang saya tulis
> kemarin, jalur Mediterania kini terutama aktif di Indonesia,
> dan di jalur ini juga tumpang tindih dengan pegunungan
> lipatan ala Alpina dan Himalaya, jalur Tethys dalam
> pengertian yang lama.
> 
> Salam,
> Awang
> 
> -Original Message-----
> From: asikin_suken...@yahoo.com
> [mailto:asikin_suken...@yahoo.com]
> Sent: 20 September 2011 8:39
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> 
> Saya kira "ring disini adalah yang mengitari samudra
> Pasifik". Sedangkan Indonesia sebetulnya kalau saya kuliah,
> selalu mengatakan :merupakan bagian dari "ring of fire". Dan
> ini sudah sangat lazim dalam tektonik.
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL,
> Nyambung Teruuusss...!
> 
> -Original Message-
> From: "Hendri Harsian" 
> Date: Tue, 20 Sep 2011 07:37:58
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
> 
> Bapak-bapak,
> Saya sependapat dengan Pak Koesoema, bahasa 'ring of fire'
> punya Kompas menurut saya adalah bahasa 'tag line' koran.
> Orang awam akan lebih tertarik mendengar 'ring of fire'
> karena diambil dari Bahasa Inggris. Karena itu juga mungkin
> Kompas tidak memakai istilah 'cincin api' dalam Bahasa
> Indonesia.
> Kita sebaiknya sih mengembalikan istilah kearti sebenarnya,
> jalur gunung api di Indonesia kan memang tidak berbentuk
> cincin (circle) tapi lebih seperti sabuk. Sekalian
> memberikan edukasi ke masyarakat awam dan tidak
> menyesatkan.
> Sekedar pendapat.
> Salam
> Hendri
> 
> 
> 
> On 20 Sep 2011, at 04:37, "koeso...@melsa.net.id"
> 
> wrote:
> 
> > Hampir saya katakan kepada sang seniman: 'Kalau urusan
> cincin dengan permata api itu harus ditanyakan kepada Pak
> Sudjatmiko, ahli batu mulia dan permata', tetapi keburu
> sadar yg dimaksud.
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> >
> > -Original Message-
> > From: Awang Satyana 
> > Date: Tue, 20 Sep 2011 01:24:36
> > To: 
> > Reply-To: 
> > Cc: Forum HAGI;
> Eksplorasi BPMIGAS;
> Geo Unpad
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api -
> Kompas
> >
> > Pak Koesoema dan rekan2,
> >
> > Multatuli (1860) : ”...een gordel van smaragd die
> zich slingert rond de evenaar...” (sabuk zamrud yang
> berjajar sepanjang khatulistiwa).
> >
> > Zamrud (smaragd) permata berwarna hijau lumut tentu
> dimaksudkan Multatuli sebagai busur pulau2 volkanik dengan
> tutupan vegetasi hutannya yang hijau yang membusur menyembul
> di antara biru lautan di sepanjang khatulistiwa (evenaar).
> >
> > Indonesia dikepung dan dibelit cincin api... adalah
> bermakna konotatif yang mempersonifikasikan benda mati
> sebagai berjiwa, ini adalah suatu gaya penulisan, tetapi
> cukup bermakna denotatif juga sebab saya membingkainya dalam
> dimensi ruang dan waktu. Waktu kini mungkin tak terlihat
> lagi, tetapi jalur2 gunungapi Indonesia bukan hanya timbul
> Kuarter saja, dari Eosen pun sudah ada, bahkan yang lebih
> tua seperti Perem di Sumatra; maka sebenarnya Indonesia
> dikelilingi oleh berbagai jalur gunungapi dalam sejarahnya
> maupun kini. Dikepung, dibelit, dikelilingi, dilingkari
> semuanya s

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread F. Hasan Sidi
Wah, Tyo mulai melenceng nih. Boleh lah selama membuat diskusi ini
tidak boRing dan sedikit stress-release dari suffeRing :-)

On 9/20/11, Brahmantyo Gunawan wrote:
> Jadi, Geologist Indonesia boleh bangga sebagai 'Lord of the rings'(of fire) :)


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Biro Kursus IAGI
Terbayang  kalau IAGI mampu melakukan kegiatan itu sambil bekerjasama dengan
lembaga lain atau Media TV tentu sangat menarik sekali...

Pada 19 September 2011 07:28, Shofiyuddin  menulis:

> Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya
> surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api
> yang dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan
> dilanjutkan ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb.
>
> Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan
> arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup
> mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April
> 1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia
> dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra.
> Saya belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km
> barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa
> gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya.
> Diperkirakan dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan
> dengan penemuan mayat mayat yang terbakar hangus.
>
> Tulisan lengkap bisa liat langsung di Kompas edisi sabtu kemarin.
>
> Saya tidak tahu apakah ada rekan rekan IAGI yang terlibat ekspedisi ini.
>
> Maaf tidak bermaksud promosi, tapi tulisan itu bagus sekali. Dulu harian
> ini juga melakukan ekspedisi menelusuri sisa sisa kerajaan Majapahit, yang
> menurut saya luar biasa. Jadi inget novelnya nya Majapahit karangan LKH
> terbitan Gramedia.
>
>
> Shofi
>
>
>
>


Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Rovicky Dwi Putrohari
Barangkali yg dimaksud KOMPAS adalah sebuah proyek besar mengelilingi
lingkaran atau cincin ini "dimulai" dari Indonesia. Siapa tahu Kompas
akan melanjutkan ekspedisinya ke seluruh gunung-gunung yang ada
disekeliling Samodera Pasific.

Btw, sepanjang atau sekeliling Ring of Fire ini yang paling aktif
kegiatannya yang 'section' dimana ya ? Di Indonesia atau di Jepang ?

RDP

2011/9/19 R.P.Koesoemadinata :
> Penerjemahan 'ring of fire' menjadi 'cincin api' saya kira tidak tepat
> bahkan dapat memberikan kesan yang menyesatkan. Saya baru saja ketemu saja
> dengan seorang seniman terkenal yang menanyakan kepada saya mengenai adanya
> penemuan baru yang yang dia sebut 'cincin api' dan sekarang sedang
> ramai-ramai dilakukan penelitian oleh para ilmuwan dunia.
> Saya tertegun sebentar sebab saya mendapatkan kesan beliau itu bicara
> mengenai cincin yang benar2 seperti yang dipasang di jari yang seolah-olah
> membara seperti api.
> Kemudian baru saya sadar, bahwa mungkin beliau itu membicarakan acara di
> Kompas, yaitu mengenai 'Ring of fire' yang melingkari Samudera  Pacific.
> Mungkin istilah yang tepat adalah 'lingkaran api' atau 'lingkaran bara'.
> Atau apakah yang dimaksud lingkaran api yang membara yang mengepung dan
> membelit Indonesia seperti diceritakan di bawah ini?
> Ungkapan untuk Indonesia yang terkenal adalah "gordel van smaragd". atau
> sabuk zamrud yang menjadi lambang IAGI. Saya tidak melihat Indonesia itu
> dilingkari oleh gunung-gunung api, atau dikepung oleh suatu cincin. Kalau
> dililit mungkin sekali
> RPK
>
> - Original Message - From: "Awang Harun Satyana"
> 
> To: 
> Sent: Monday, September 19, 2011 10:31 AM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
>
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api...dari berbagai dimensi ruang dan
> waktu, membuatnya subur, membuatnya berpanorama menakjubkan, membuatnya
> punya energi panasbumi terbesar di dunia; namun juga berbahaya sebab cincin2
> api ini telah membunuh sekian banyak penduduknya. Maka mari kita daya
> gunakan dengan baik "pemberian" ini, tahu memanfaatkan yang telah diberikan,
> tahu juga memitigasinya agar korban cincin api ini dapat ditekan seminimal
> mungkin.
>
> Salam,
> Awang
>
> -Original Message-
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
> Sent: 19 September 2011 10:24
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
> Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
> sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
> BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
> bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
> rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
> besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
> (hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
> Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
> Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
> ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
> besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
> Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
> mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
> Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
> jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
> membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
> terjadi bencana.
> Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
> Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti menguras APBN maupun milik
> rakyat dalam pemulihannya.
>
> Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita merevisi
> UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa sesungguhnya Indonesia berada
> didaerah Cincin Api ... Sehingga diperlukan aturan khusus ttg mitigasi
> yg perlu dikedapankan dalam stiap kebijakan.
>
> Salam waspada.
> Rdp
>
> On 19/09/2011, Awang Satyana  wrote:
>>
>> Baguslah kalau kita sendiri menghargai kekayaan dan sejarah alam serta
>> budaya Indonesia, semoga makin meluas ketertarikan masyarakat kita kepada
>> alam dan budayanya sendiri.
>>
>> Cincin Api (ring of fire) sebenarnya julukan buat semua jalur gunungapi
>> yang
>> memagari Cekungan Samudera Pasifik, mulai dari selatan di tepi-tepi barat
>> Chile-Peru, Amerika Tengah, California, Canada sebelah barat, Alaska
>> sebelah
>> selatan, menyeberang ke Asia melalui jembatan daratan Aleut, memasuki
>> batas
>> timur Eropa-Asia me

RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Awang Harun Satyana
Tentu saja Indonesia Pak Vicky, dan di antara itu, yang teraktif adalah Merapi 
di Jawa Tengah... Maka the International Association of Volcanology and 
Chemistry of the earth's Interior telah menobatkan Merapi sebagai gunungapi 
paling aktif, dan kita tahu ia juga telah mempengaruhi jalannya sejarah Jawa, 
termasuk saat Pajang yang berkekuatan 10.000 tentara mau menyerang Mataram yang 
hanya berkekuatan 800 tentara. Kalau saja Merapi tidak "memihak" Mataram saat 
itu, lainlah cerita sejarah Jawa sampai sekarang.

Salam,
Awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: 20 September 2011 12:20
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Barangkali yg dimaksud KOMPAS adalah sebuah proyek besar mengelilingi
lingkaran atau cincin ini "dimulai" dari Indonesia. Siapa tahu Kompas
akan melanjutkan ekspedisinya ke seluruh gunung-gunung yang ada
disekeliling Samodera Pasific.

Btw, sepanjang atau sekeliling Ring of Fire ini yang paling aktif
kegiatannya yang 'section' dimana ya ? Di Indonesia atau di Jepang ?

RDP

2011/9/19 R.P.Koesoemadinata :
> Penerjemahan 'ring of fire' menjadi 'cincin api' saya kira tidak tepat
> bahkan dapat memberikan kesan yang menyesatkan. Saya baru saja ketemu saja
> dengan seorang seniman terkenal yang menanyakan kepada saya mengenai adanya
> penemuan baru yang yang dia sebut 'cincin api' dan sekarang sedang
> ramai-ramai dilakukan penelitian oleh para ilmuwan dunia.
> Saya tertegun sebentar sebab saya mendapatkan kesan beliau itu bicara
> mengenai cincin yang benar2 seperti yang dipasang di jari yang seolah-olah
> membara seperti api.
> Kemudian baru saya sadar, bahwa mungkin beliau itu membicarakan acara di
> Kompas, yaitu mengenai 'Ring of fire' yang melingkari Samudera  Pacific.
> Mungkin istilah yang tepat adalah 'lingkaran api' atau 'lingkaran bara'.
> Atau apakah yang dimaksud lingkaran api yang membara yang mengepung dan
> membelit Indonesia seperti diceritakan di bawah ini?
> Ungkapan untuk Indonesia yang terkenal adalah "gordel van smaragd". atau
> sabuk zamrud yang menjadi lambang IAGI. Saya tidak melihat Indonesia itu
> dilingkari oleh gunung-gunung api, atau dikepung oleh suatu cincin. Kalau
> dililit mungkin sekali
> RPK
>
> ----- Original Message - From: "Awang Harun Satyana"
> 
> To: 
> Sent: Monday, September 19, 2011 10:31 AM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
>
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api...dari berbagai dimensi ruang dan
> waktu, membuatnya subur, membuatnya berpanorama menakjubkan, membuatnya
> punya energi panasbumi terbesar di dunia; namun juga berbahaya sebab cincin2
> api ini telah membunuh sekian banyak penduduknya. Maka mari kita daya
> gunakan dengan baik "pemberian" ini, tahu memanfaatkan yang telah diberikan,
> tahu juga memitigasinya agar korban cincin api ini dapat ditekan seminimal
> mungkin.
>
> Salam,
> Awang
>
> -Original Message-
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
> Sent: 19 September 2011 10:24
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
> Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
> sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
> BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
> bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
> rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
> besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
> (hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
> Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
> Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
> ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
> besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
> Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
> mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
> Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
> jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
> membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
> terjadi bencana.
> Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
> Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti menguras APBN maupun milik
> rakyat dalam pemulihannya.
>
> Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita merevisi
> UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa sesungguhnya Indonesia berada
> didaerah Cincin Api ... Sehingga diperlukan aturan khusus ttg mitiga

RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread Sigit
Vick,
 
Pernahkah Kompas berkonsultasi dengan IAGI tentang topik ini?
 
Mungkin IAGI perlu lebih menekuni masalah "branding" agar lebih populer dan 
lebih menjadi acuan industri/departmen lain dalam beraktivitas atau menyusun 
program yg berhubungan dengan ke-geologi-an. Nantinya Pak Ketua yg baru 
sepertinya perlu mengalokasikan Seksi Branding. Branding tidak harus mahal, 
terutama Self-Branding. Sayang kalau organisasi profesional seperti IAGI kurang 
dimanfaatkan pengetahuan dan pengalaman-nya oleh orang2/industri/departemen 
yang berkepentingan.
 
Sorry agak nyeleweng dikit.
 
RS
 



From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: Tue 9/20/2011 1:20 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas



Barangkali yg dimaksud KOMPAS adalah sebuah proyek besar mengelilingi
lingkaran atau cincin ini "dimulai" dari Indonesia. Siapa tahu Kompas
akan melanjutkan ekspedisinya ke seluruh gunung-gunung yang ada
disekeliling Samodera Pasific.

Btw, sepanjang atau sekeliling Ring of Fire ini yang paling aktif
kegiatannya yang 'section' dimana ya ? Di Indonesia atau di Jepang ?

RDP

2011/9/19 R.P.Koesoemadinata :
> Penerjemahan 'ring of fire' menjadi 'cincin api' saya kira tidak tepat
> bahkan dapat memberikan kesan yang menyesatkan. Saya baru saja ketemu saja
> dengan seorang seniman terkenal yang menanyakan kepada saya mengenai adanya
> penemuan baru yang yang dia sebut 'cincin api' dan sekarang sedang
> ramai-ramai dilakukan penelitian oleh para ilmuwan dunia.
> Saya tertegun sebentar sebab saya mendapatkan kesan beliau itu bicara
> mengenai cincin yang benar2 seperti yang dipasang di jari yang seolah-olah
> membara seperti api.
> Kemudian baru saya sadar, bahwa mungkin beliau itu membicarakan acara di
> Kompas, yaitu mengenai 'Ring of fire' yang melingkari Samudera  Pacific.
> Mungkin istilah yang tepat adalah 'lingkaran api' atau 'lingkaran bara'.
> Atau apakah yang dimaksud lingkaran api yang membara yang mengepung dan
> membelit Indonesia seperti diceritakan di bawah ini?
> Ungkapan untuk Indonesia yang terkenal adalah "gordel van smaragd". atau
> sabuk zamrud yang menjadi lambang IAGI. Saya tidak melihat Indonesia itu
> dilingkari oleh gunung-gunung api, atau dikepung oleh suatu cincin. Kalau
> dililit mungkin sekali
> RPK
>
> ----- Original Message - From: "Awang Harun Satyana"
> 
> To: 
> Sent: Monday, September 19, 2011 10:31 AM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
>
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api...dari berbagai dimensi ruang dan
> waktu, membuatnya subur, membuatnya berpanorama menakjubkan, membuatnya
> punya energi panasbumi terbesar di dunia; namun juga berbahaya sebab cincin2
> api ini telah membunuh sekian banyak penduduknya. Maka mari kita daya
> gunakan dengan baik "pemberian" ini, tahu memanfaatkan yang telah diberikan,
> tahu juga memitigasinya agar korban cincin api ini dapat ditekan seminimal
> mungkin.
>
> Salam,
> Awang
>
> -Original Message-
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
> Sent: 19 September 2011 10:24
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
> Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
> sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
> BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
> bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
> rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
> besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
> (hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
> Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
> Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
> ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
> besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
> Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
> mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
> Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
> jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
> membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
> terjadi bencana.
> Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
> Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti menguras APBN maupun milik
> rakyat dalam pemulihannya.
>
> Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita merevisi
> UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa sesungguhnya Indonesia berada
> didaerah Ci

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-19 Thread hsemim
Friends, kalau begitu, apabila "Ring of Fire" itu hanya yang mengelilingi 
Pasifik. Untaian gunungapi yang di Indonesia ya dianggap sebagai mata cincinnya 
"Ring of Fire" itu saja seolah untaian batu2 Ruby yang merah!  Sedang untaian 
kepulauannya sebagai untaian batu2 Zamrud-nya yang hijau!

Salam,
Habash
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Date: Tue, 20 Sep 2011 12:20:27 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
Barangkali yg dimaksud KOMPAS adalah sebuah proyek besar mengelilingi
lingkaran atau cincin ini "dimulai" dari Indonesia. Siapa tahu Kompas
akan melanjutkan ekspedisinya ke seluruh gunung-gunung yang ada
disekeliling Samodera Pasific.

Btw, sepanjang atau sekeliling Ring of Fire ini yang paling aktif
kegiatannya yang 'section' dimana ya ? Di Indonesia atau di Jepang ?

RDP

2011/9/19 R.P.Koesoemadinata :
> Penerjemahan 'ring of fire' menjadi 'cincin api' saya kira tidak tepat
> bahkan dapat memberikan kesan yang menyesatkan. Saya baru saja ketemu saja
> dengan seorang seniman terkenal yang menanyakan kepada saya mengenai adanya
> penemuan baru yang yang dia sebut 'cincin api' dan sekarang sedang
> ramai-ramai dilakukan penelitian oleh para ilmuwan dunia.
> Saya tertegun sebentar sebab saya mendapatkan kesan beliau itu bicara
> mengenai cincin yang benar2 seperti yang dipasang di jari yang seolah-olah
> membara seperti api.
> Kemudian baru saya sadar, bahwa mungkin beliau itu membicarakan acara di
> Kompas, yaitu mengenai 'Ring of fire' yang melingkari Samudera  Pacific.
> Mungkin istilah yang tepat adalah 'lingkaran api' atau 'lingkaran bara'.
> Atau apakah yang dimaksud lingkaran api yang membara yang mengepung dan
> membelit Indonesia seperti diceritakan di bawah ini?
> Ungkapan untuk Indonesia yang terkenal adalah "gordel van smaragd". atau
> sabuk zamrud yang menjadi lambang IAGI. Saya tidak melihat Indonesia itu
> dilingkari oleh gunung-gunung api, atau dikepung oleh suatu cincin. Kalau
> dililit mungkin sekali
> RPK
>
> - Original Message - From: "Awang Harun Satyana"
> 
> To: 
> Sent: Monday, September 19, 2011 10:31 AM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
>
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api...dari berbagai dimensi ruang dan
> waktu, membuatnya subur, membuatnya berpanorama menakjubkan, membuatnya
> punya energi panasbumi terbesar di dunia; namun juga berbahaya sebab cincin2
> api ini telah membunuh sekian banyak penduduknya. Maka mari kita daya
> gunakan dengan baik "pemberian" ini, tahu memanfaatkan yang telah diberikan,
> tahu juga memitigasinya agar korban cincin api ini dapat ditekan seminimal
> mungkin.
>
> Salam,
> Awang
>
> -Original Message-
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
> Sent: 19 September 2011 10:24
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
>
> Sewaktu saya mengisi pembekalan ttg proses2 geologi di Muhammadiyah
> sby beberapa bulan lalu kebetulan bersamaan dg Pak Maarif komandan
> BNPB. Beliau menyampaikan bahwa semestinya istilah kebencanaan atau
> bahkan istilah cincin api masuk dalam UUD45. Saat ini hampir semua
> rakyat Indonesia mengerti hal ini dan sadar bagaimana dan betapa
> besarnya dampak dari bencana selama ini di Indonesia. Namun sering
> (hampir selalu) mitigasi kebencanaan dikesampingkan dalam kebijakan.
> Hal ini tentusaja dasar legitimasi mitigasi ada dibawah ekstraksi.
> Saya baru melihat model Pak Hamzah Latief ttg tsunami Sunda. Kalau hal
> ini terjedi tentusaja kerugian materiil maupun non material sangat
> besar. Trutama dg adanya pelabuhan serta sentra industri di Cilegon.
> Saya ngga yakin mitigasi kebencanaan utk daerah ini sudah cukup,
> mungkin sangatlah minim usaha mitigasi dalam artian persiapan fisik.
> Secara preliminary riset dan penelitian sudah sering dilakukan namun
> jarang dipakai secara riil utk peningkatan usaha fisik. Misal
> membuatan tanggul atau usaha tata ruang dalam mengurangi dampak bila
> terjadi bencana.
> Sekali terjadi bencana maka musnahlah hasil kerja bertahun-tahun.
> Musnahlah jerihpayah pembangunan. Dan pasti menguras APBN maupun milik
> rakyat dalam pemulihannya.
>
> Dengan demikian bisa jadi bukanlah hal yg muluk bila kita merevisi
> UUD45 dengan memasukkan kalimat "Bahwa sesungguhnya Indonesia berada
> didaerah Cincin Api ... Sehingga diperlukan aturan khusus ttg mitigasi
> yg perlu dikedapankan dalam stiap kebijakan.
>
> Salam waspada.
> Rdp
>
> On 19/09/2011, Awang Satyana  wrote:
>>
>> Baguslah kalau kita sendiri menghargai kekayaan dan sejarah alam sert

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-20 Thread R.P.Koesoemadinata

Sdr-sdr sekalian:

Masalah istilah penerjemahan  “ring of fire” rim of fire” . “gordel van 
smaragd  dsb” dsb, itu bukan semata-mata istilah yang lebih tepat secara 
tatabahasa, tetapi menyangkut arti kiasan atau metaphor dari kata-kata 
tersebut.




Para ahli geologi di masa lampau, sampai ke pertengahan abad ke-20 masih 
lebih yang berifat naturalis dan berjiwa poetis, yang ingin mengexpressikan 
kekagumannya  terhadap keberaturan proses-proses  alam yang berpola begitu 
indah, bahkan begitu dahsyat sehingga mereka ingin mengutarakan dalam bahasa 
yang indah dan poetis juga yang penuh dengan kiasan, perumpamaan atau 
metaphore, bahkan didramatisir. Dalam menterjemahkan kata-kata kiasan ini 
lah kita harus berhati-hati jangan sampai kita memberikan pengertian atapun 
yang salah pada orang awam, yang mengharapkan para geoscientists bicara ‘to 
the point” walaupun dengan menggunakan istilah tekniks.




Gordel dalam bahasa Belanda bukanlah sembarang sabuk yang kita pakai sehari, 
tetapi suatu sabuk yang indah bahkan bertatahkan manikam, sehingga jika 
secara harfiah diterjemahkan sebagai sabuk saja, nilai poetisnya hilang. 
Mungkin terjemahan yang tepat adalah sebagai “untaian zamrud yang menghiasi 
khatulistiwa’. Begitupun katan “ring of fire”, inipun merupakan suatu kata 
kiasan, kita tidak medeskripkan adanya lingkaran api yang melingkari samudra 
Pasifik, tetapi adanya suatu jalur volkanik yang melingkari Samudra Pacific 
yang sewaktu-waktu memuntahkan lava pijar bagaikan api, mungkin disebut 
“Lingkaran yang membara”. Itulah sebabnya waktu saya dengar mengenai adanya 
“cincin api” saya ingin segera menanyakannya ke Pak Sudjatmiko, batu mulia 
apa itu yang menghiasi cincin api itu.




Biasanya dalam menggunakan kata-kata kiasan orang menggunakan makhluk2 
mythology atau legenda, sehingga menghindari pemahaman yang harfiah. 
Misalnya saja untuk menamakan kepulauan Indonesia yang rawan  bencana 
mungkin  “Nusantara Indah nan dibelit Sang Naga”.( Maaf  saya sendiri tidak 
poetis)




Umbgrove adalah satu contohnya yang mengarang buku dengan judul “Symphony of 
the Earth”,  dan“Pulse of the Earth”, Hans Cloos dengan menggunakan judul 
“Conversation with the Earth”, kalau diterjemahkan secara harfiah dapat 
menimbulkan kesan yang keliru mengenai proses yang terjadi dimuka bumi ini. 
Mungkin orang awam akan bertanya “Apakah benar  bumi itu berdenyut (Denyutan 
Bumi)? Berapa kali per menit ya?” “Apakah benar bumi itu mengeluarkan suara 
seperti suatu Symphony?” “Atau bagaimana caranya kita berbicara dengan  bumi 
itu?”. “Ring of fire” yang dengar pertama kalinya dari Klompe, jadi seorang 
naturalis yang poetis. Namun demikian pula istilah “andesite line” yang 
tidak poetis.




Ya soal istilah ‘cincin api” yang sifatnya poetis dan kata2 kiasan, saya 
tidak mau berkomentar lebih lanjut, silahkan saja. Tetapi ini adalah 
pengalaman pribadi,  begitu mendengar “cincin api” langsung saya teringat 
Pak Sudjatmino, yang mungkin telah menemukan mineral baru yang diberi 
julukan “cincin api”




Wassalam

RPK



- Original Message - 
From: 

To: 
Sent: Tuesday, September 20, 2011 8:39 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas


Saya kira "ring disini adalah yang mengitari samudra Pasifik". Sedangkan 
Indonesia sebetulnya kalau saya kuliah, selalu mengatakan :merupakan 
bagian dari "ring of fire". Dan ini sudah sangat lazim dalam tektonik.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
Teruuusss...!


-Original Message-
From: "Hendri Harsian" 
Date: Tue, 20 Sep 2011 07:37:58
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Bapak-bapak,
Saya sependapat dengan Pak Koesoema, bahasa 'ring of fire' punya Kompas 
menurut saya adalah bahasa 'tag line' koran. Orang awam akan lebih 
tertarik mendengar 'ring of fire' karena diambil dari Bahasa Inggris. 
Karena itu juga mungkin Kompas tidak memakai istilah 'cincin api' dalam 
Bahasa Indonesia.
Kita sebaiknya sih mengembalikan istilah kearti sebenarnya, jalur gunung 
api di Indonesia kan memang tidak berbentuk cincin (circle) tapi lebih 
seperti sabuk. Sekalian memberikan edukasi ke masyarakat awam dan tidak 
menyesatkan.

Sekedar pendapat.
Salam
Hendri



On 20 Sep 2011, at 04:37, "koeso...@melsa.net.id"  
wrote:


Hampir saya katakan kepada sang seniman: 'Kalau urusan cincin dengan 
permata api itu harus ditanyakan kepada Pak Sudjatmiko, ahli batu mulia 
dan permata', tetapi keburu sadar yg dimaksud.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Awang Satyana 
Date: Tue, 20 Sep 2011 01:24:36
To: 
Reply-To: 
Cc: Forum HAGI; Eksplorasi 
BPMIGAS; Geo 
Unpad

Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Pak Koesoema dan rekan2,

Multatuli (1860) : ”...een gordel van smaragd die zich slingert rond de 
evenaar...” (sabuk zamrud yang berjajar sepanjang khatulistiwa).


Zamrud (smarag

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-20 Thread R.P.Koesoemadinata
Tambora memang meletus pada tahun 1815, itu bukan diperkirakan tetapi memang 
disaksikan sebaga letusan yang lebih dasyat daripada Krakatau 1883, dengan 
jumlah korban yang lebih banyak lagi.

  - Original Message - 
  From: Biro Kursus IAGI 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Tuesday, September 20, 2011 10:57 AM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas


  Terbayang  kalau IAGI mampu melakukan kegiatan itu sambil bekerjasama dengan 
lembaga lain atau Media TV tentu sangat menarik sekali...


  Pada 19 September 2011 07:28, Shofiyuddin  menulis:

Sabtu kemarin iseng iseng beli koran Kompas ... dan waw ... saya dibuatnya 
surprise sekali dimana harian ini mengulas perjalanan Ekspedisi Cincin Api yang 
dimulai dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Sana. Ekspedisi akan dilanjutkan 
ke banyak gunung api lainnya seperti Toba di Sumatra dsb. 


Ini adalah ekspedisi gabungan yang melibatkan ilmu volkanologi, geologi dan 
arkeologi. Gunung Tambora dijadikan sebagai titik awal ekspedisi. Cukup 
mencengangkan ternyata gunung yang satu ini diperkirakan meletus pada April 
1815. Kedahsyatan letusannya sanggup mengubah iklim di sebagai belahan dunia 
dan diperkirakan berada 1 tingkat di bawah letusan super Toba di Sumatra. Saya 
belum pernah mendengar ini sebelumnya. Diameter kaldera sepanjang 7 km 
barangkali bisa bercerita kehebatan letusannya dan penemuan sisa sisa 
gelontoran awan panas membumi hanguskan desa desa di sekitarnya. Diperkirakan 
dua kerajaan terkubur hidup hidup karena letusan ini dibuktikan dengan penemuan 
mayat mayat yang terbakar hangus.


Tulisan lengkap bisa liat langsung di Kompas edisi sabtu kemarin.


Saya tidak tahu apakah ada rekan rekan IAGI yang terlibat ekspedisi ini.  


Maaf tidak bermaksud promosi, tapi tulisan itu bagus sekali. Dulu harian 
ini juga melakukan ekspedisi menelusuri sisa sisa kerajaan Majapahit, yang 
menurut saya luar biasa. Jadi inget novelnya nya Majapahit karangan LKH 
terbitan Gramedia. 




Shofi







Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-20 Thread R.P.Koesoemadinata

Diterjemahkan menjadi "Gusti Pangeran Cincin"!

- Original Message - 
From: "Brahmantyo Gunawan" 

To: 
Sent: Tuesday, September 20, 2011 10:49 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas


Jadi, Geologist Indonesia boleh bangga sebagai 'Lord of the rings'(of fire) 
:)


--- Pada Sel, 20/9/11, Awang Harun Satyana  menulis:


Dari: Awang Harun Satyana 
Judul: RE: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas
Kepada: "'iagi-net@iagi.or.id'" 
Tanggal: Selasa, 20 September, 2011, 10:21 AM
Zaman sekolah dasar dan menengah
dulu, di pelajaran geografi "ring of fire" tidak diajarkan;
yang diajarkan adalah bahwa di dunia ini ada dua dua jalur
gunungapi: Sirkum-Pasifik dan Mediterania. Sirkum
Pasifik-lah yang disebut "proper ring of fire", dan cocok
sebab ia memang melingkari Pasifik dari Chile ke Alaska ke
Jepang ke Papua ke Selandia Baru. Cincin Api bukan nama
untuk Indonesia, Indonesia hanya 'tersenggol' sebagian saja
di busur Sangihe dan Halmahera; seperti yang ditulis Pak
Sukendar di bawah. Gunungapi2 di Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara
adalah jalur paling timur dari Mediterania (Belt of Alpide),
perhatikan mereka menyebutnya belt - sabuk, dan cocok, bukan
ring of Alpide. Boleh2 saja kalau Kompas menggunakan Cincin
Api, walaupun bukan proper ring of fire sebab banyak
literatur geologi populer juga menggolongkannya begitu.
Popularitas yang masih bisa diterima sebab Kompas bukan
publikasi ilmiah; tetapi bila kita mau menyorotnya secara
ilmiah, tentu harus lebih ketat. Seperti yang saya tulis
kemarin, jalur Mediterania kini terutama aktif di Indonesia,
dan di jalur ini juga tumpang tindih dengan pegunungan
lipatan ala Alpina dan Himalaya, jalur Tethys dalam
pengertian yang lama.

Salam,
Awang

-Original Message-
From: asikin_suken...@yahoo.com
[mailto:asikin_suken...@yahoo.com]
Sent: 20 September 2011 8:39
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Saya kira "ring disini adalah yang mengitari samudra
Pasifik". Sedangkan Indonesia sebetulnya kalau saya kuliah,
selalu mengatakan :merupakan bagian dari "ring of fire". Dan
ini sudah sangat lazim dalam tektonik.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL,
Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-----
From: "Hendri Harsian" 
Date: Tue, 20 Sep 2011 07:37:58
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Bapak-bapak,
Saya sependapat dengan Pak Koesoema, bahasa 'ring of fire'
punya Kompas menurut saya adalah bahasa 'tag line' koran.
Orang awam akan lebih tertarik mendengar 'ring of fire'
karena diambil dari Bahasa Inggris. Karena itu juga mungkin
Kompas tidak memakai istilah 'cincin api' dalam Bahasa
Indonesia.
Kita sebaiknya sih mengembalikan istilah kearti sebenarnya,
jalur gunung api di Indonesia kan memang tidak berbentuk
cincin (circle) tapi lebih seperti sabuk. Sekalian
memberikan edukasi ke masyarakat awam dan tidak
menyesatkan.
Sekedar pendapat.
Salam
Hendri



On 20 Sep 2011, at 04:37, "koeso...@melsa.net.id"

wrote:

> Hampir saya katakan kepada sang seniman: 'Kalau urusan
cincin dengan permata api itu harus ditanyakan kepada Pak
Sudjatmiko, ahli batu mulia dan permata', tetapi keburu
sadar yg dimaksud.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Awang Satyana 
> Date: Tue, 20 Sep 2011 01:24:36
> To: 
> Reply-To: 
> Cc: Forum HAGI;
Eksplorasi BPMIGAS;
Geo Unpad
> Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api -
Kompas
>
> Pak Koesoema dan rekan2,
>
> Multatuli (1860) : ”...een gordel van smaragd die
zich slingert rond de evenaar...” (sabuk zamrud yang
berjajar sepanjang khatulistiwa).
>
> Zamrud (smaragd) permata berwarna hijau lumut tentu
dimaksudkan Multatuli sebagai busur pulau2 volkanik dengan
tutupan vegetasi hutannya yang hijau yang membusur menyembul
di antara biru lautan di sepanjang khatulistiwa (evenaar).
>
> Indonesia dikepung dan dibelit cincin api... adalah
bermakna konotatif yang mempersonifikasikan benda mati
sebagai berjiwa, ini adalah suatu gaya penulisan, tetapi
cukup bermakna denotatif juga sebab saya membingkainya dalam
dimensi ruang dan waktu. Waktu kini mungkin tak terlihat
lagi, tetapi jalur2 gunungapi Indonesia bukan hanya timbul
Kuarter saja, dari Eosen pun sudah ada, bahkan yang lebih
tua seperti Perem di Sumatra; maka sebenarnya Indonesia
dikelilingi oleh berbagai jalur gunungapi dalam sejarahnya
maupun kini. Dikepung, dibelit, dikelilingi, dilingkari
semuanya satu pengertian (lihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia/KBBI, edisi ke-3, Balai Pustaka, 2007).
>
> "Cincin" biasanya memang ukurannya kecil, tetapi itu
bukan keharusan, sebab makna cincin juga bisa: segala
sesuatu yang berbentuk lingkaran (lihat KBBI, 2007). Dan
istilah aslinya pun menggunakan "ring" y

Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-20 Thread Agus
Mas brahmantyo, bangganya ditambah jika tambora nya bisa masuk jalur geopark 
dunia oleh unesco..., apalagi yg pernah trekking ke Tambora
Publik indonesia, pasti merindukan terbitnya buku ilmiah populer tentang 
Gunungapi Indonesia, semacam Eksiklopedi dg domain geologi, wisata gunungapi, 
flora fauna, juga budaya yg tumbuh terkait keberadaan gunungapi itu sendiri 
(etno-vulkanologi). 
Salam, gushend.89

Sent from my iPad

On 20 Sep 2011, at 10:56, "F. Hasan Sidi"  wrote:

Wah, Tyo mulai melenceng nih. Boleh lah selama membuat diskusi ini
tidak boRing dan sedikit stress-release dari suffeRing :-)

On 9/20/11, Brahmantyo Gunawan wrote:
Jadi, Geologist Indonesia boleh bangga sebagai 'Lord of the rings'(of fire) :)


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-20 Thread Shofiyuddin
Mas Agus,
Kalo saja ada yang memulai bikin Ensiklopedia ini? saya daftar untuk
beli bukunya. Atau sudah ada yang menulis?
Asiik banget tentunya buat jalan jalan.


Shofi


2011/9/21 Agus :
> Mas brahmantyo, bangganya ditambah jika tambora nya bisa masuk jalur geopark 
> dunia oleh unesco..., apalagi yg pernah trekking ke Tambora
> Publik indonesia, pasti merindukan terbitnya buku ilmiah populer tentang 
> Gunungapi Indonesia, semacam Eksiklopedi dg domain geologi, wisata gunungapi, 
> flora fauna, juga budaya yg tumbuh terkait keberadaan gunungapi itu sendiri 
> (etno-vulkanologi).
> Salam, gushend.89
>
> Sent from my iPad
>
> On 20 Sep 2011, at 10:56, "F. Hasan Sidi"  wrote:
>
> Wah, Tyo mulai melenceng nih. Boleh lah selama membuat diskusi ini
> tidak boRing dan sedikit stress-release dari suffeRing :-)
>
> On 9/20/11, Brahmantyo Gunawan wrote:
> Jadi, Geologist Indonesia boleh bangga sebagai 'Lord of the rings'(of fire) :)
>
> 
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
> 
> Ayo siapkan diri!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
> -
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the 
> email to: o...@iagi.or.id
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> -
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted 
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall 
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or 
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of 
> use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any 
> information posted on IAGI mailing list.
> -
>
>


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

2011-09-22 Thread Gantok Subiyantoro
Ring of Fire:

sabuk gunung api
jalur gunung api
untaian gunung api
tautan gunung api
lingkaran gunung api
gugusan gunung api


From: Agus 
To: "" 
Sent: Wednesday, September 21, 2011 5:55 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Ekspedisi Cincin Api - Kompas

Mas brahmantyo, bangganya ditambah jika tambora nya bisa masuk jalur geopark 
dunia oleh unesco..., apalagi yg pernah trekking ke Tambora
Publik indonesia, pasti merindukan terbitnya buku ilmiah populer tentang 
Gunungapi Indonesia, semacam Eksiklopedi dg domain geologi, wisata gunungapi, 
flora fauna, juga budaya yg tumbuh terkait keberadaan gunungapi itu sendiri 
(etno-vulkanologi). 
Salam, gushend.89

Sent from my iPad

On 20 Sep 2011, at 10:56, "F. Hasan Sidi"  wrote:

Wah, Tyo mulai melenceng nih. Boleh lah selama membuat diskusi ini
tidak boRing dan sedikit stress-release dari suffeRing :-)

On 9/20/11, Brahmantyo Gunawan wrote:
Jadi, Geologist Indonesia boleh bangga sebagai 'Lord of the rings'(of fire) :)


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-