Re: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008

2008-04-24 Terurut Topik mohammad syaiful
Abah Yanto, pak Eddy, dkk lainnya,

Terimakasih atas masukan dari pak Eddy. Sebelumnya mohon maaf, apakah
pak Eddy sedang berada di luar negeri? Catatan waktu di komputer yg
pak Eddy gunakan berbeda jauh dengan wib, sehingga ada 2 kemungkinan:
komputernya salah setting utk waktu, atau ya itu tadi, pak Eddy sedang
jalan2 ke luar negeri.

Mengenai tindakan dari 'panitia' (iagi, ipa, dll), sudah dilakukan
kok. Tidak hanya sekedar abstrak, bahkan full paper atau
extended-abstract utk makalah yg dipresentasikan sbg poster, juga
sudah dimasukkan proceedings (entah dalam format digital atau pun
hardcopy). Artinya, utk kedua jenis presentasi tsb, sudah diperlakukan
hal yg sama: penulis/presenter sama2 diminta mengirimkan makalah
lengkapnya.

Nah, mungkin sekarang mesti dihimbau agar yg dikemukakan oleh pak Eddy
tentang perbedaan kredit yg didapat, utk dihapuskan alias kreditnya
mesti sama.

Jaman dulu, paling tidak hingga akhir abad 20, memang utk ikut
presentasi oral atau poster sangat jauh berbeda, sbb:

Makalah utk PRESENTASI ORAL (jadul):
* setelah membuat abstrak dan diterima, harus mengirimkan makalah lengkap;
* harus mempersiapkan materi presentasi (yg sangat sederhana ya dengan
plastik murahan utk ditulisi spidol, atau yg agak mahal dikit dg
plastik khusus dan tulisan atau gambar dicetak: ini kalo mau
menggunakan overhead projector alias OHP; nah, yg lebih canggih waktu
dulu, menggunakan slide projector, bisa satu projector dan satu layar,
atau dua projector dan dua layar: mesti ribet utk mempersiapkan gambar
di draftsman, terus difoto dulu dg kamera positif, dst, dst) -- yg
jelas, rumit, repot, makan banyak waktu, tenaga, dan biaya.

Makalah utk PRESENTASI POSTER (jadul):
* cukup mengirimkan abstrak saja;
* tinggal menentukan media (kertas, karton, dll) dan tulisan serta
gambar tinggal ditempelkan saja.

JAMAN KINI, semua persiapan sama (abstrak, makalah lengkap), bedanya
hanya cara presentasi.

Nah, kembali kepada pak Eddy dan rekan2 di lembaga yg memberikan
kredit utk karyawan yg memberikan presentasi, apakah kedua jenis
presentasi tsb dapat dihargai sama? Sekarang, dalam beberapa kasus,
membuat poster lebih syusyahhh lho dibandingkan mempersiapkan
presentasi oral (seperti disitir oleh pak Eddy).

Bagaimana?

salam,
syaiful


On 4/24/08, yanto R.Sumantri [EMAIL PROTECTED] wrote:



  MasEddy , Kang Ipul

  Mari kita mulai menghapuskan
  diskriminasi oral  dan poster 
  Kalau poster
  presentation  harus  masuk dlm prosiding , tentunya ini
  mudah .
  Masukan saja abstract dr poster session - nya dalam prosiding
  , dan dengan memasukan abstrak dalam prosiding  akan menguntungkan
  para pembaca atau yang berkepentingan dengan materi makalah .
  Kalau
  pembaca rosiding  mau informasi yamg lebih detil , kan bisa
  melanjutkan diskusi dg poster presenter-nya.

  Nah just do
  it.

  Si Abah

  



   Abah, Mas Syaiful dan teman lainnya,
  
   Di dunia kenaikan pangkat peneliti/dosen memang ada pembedaan
  antara oral
   dan poster dalam hal angka kreditnya. Untuk makalah
  ilmiah dalam
   prosidings atau disajikan dalam
  seminar/simposium/pertemuan ilmiah
   internasional (oral) maka
  nilainya 15, sedangkan kalau dalam bentuk poster
   nilainya 10.
  Untuk kaliber nasional kalau oral nilainya 10 dan kalau
   poster
  nilainya 5.
  
   Saya pribadi setuju dengan Anda kalau
  oral dan poster sudah sepatutnya
   disamakan derajatnya, karena
  (di zaman power point) menyiapkan poster itu
   lebih sulit dan
  lebih mahal daripada menyiapkan presentasi oral. Akan
   tetapi
  secara harfiah memang poster masih dianggap kelas dua
   dibandingkan oral, karena yang umum terjadi adalah jika ada makalah
  yang
   tidak diterima di oral maka biasanya diposterkan dan
  (rasanya) belum ada
   makalah yang dikirim untuk poster kemudian
  diterima sebagai oral.
  
   Wasalam,
   EAS
  
   abah,
  
   kalo soal kredit
  utk makalah yg dipresentasikan oral dan poster, saya
   enggak
  tahu. mungkin teman2 di kampus atau lembaga pemerintahan lebih
   mengerti. silakan dibagikan ceritanya..
  
   saya munculkan hal ini, sebab sudah lebih dari 5 tahun, iagi
  mengikuti
   jejak ipa utk menganggap bahwa presentasi poster
  adalah sama
   derajatnya dengan oral. kebetulan saat ini saya
  diserahi amanah utk
   pegang tongkat di kepanitiaan ipa 2008
  bagian tpc (technical program
   committee). eh, enggak
  disangka, secara tidak langsung ternyata ada
   bule (anggota
  komisi ini ada sekitar 20 orang dan separuhnya adalah
   bule)
  yg masih 'membedakan' antara poster dan oral. jelasnya, poster
   masih dianggap sbg kelas dua.
  
   sudah
  waktunya kita menganggap, di lingkungan iagi, hagi, perhapi,
  
  iatmi, ipa, dll, bahwa poster adalah sama derajatnya dg oral dan
   mempunyai kelebihan masing2. artinya, pada suatu acara
  formal,
   tentunya setiap penulis mesti mengirimkan makalah
  lengkap utk dua
   jenis presentasi tsb.
  
   salam,
   

RE: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008

2008-04-24 Terurut Topik Herman.Darman
Abah  kang Ipul,

Sekedar mendukung penghapusan diskriminasi Poster vs Oral. Semangat ini 
didukung penuh oleh AAPG. Di AAPG TIDAK ADA pembedaan kredit Poster vs Oral, 
bahkan kami MENDUKUNG presentasi poster. Sebenarnya untuk menyampaikan ide dan 
diskusi, presentasi poster jauh lebih efektif. 

Persepsi bahwa nilai presentasi Oral lebih tinggi nilainya daripada Poster itu 
tidak benar. 

Di dunia industri, presentasi poster juga semakin lebih banyak disukai daripada 
powerpoint presentation. Di Shell, tempat saya bekerja, juga sering disebut 
sebagai table top presentation, kalau posternya hanya ditaruh di atas meja 
(tidak digantung di dinding). Saya juga dengar dari kawan-kawan di Schlumberger 
kalau report mereka sekarang sering disampaikan berupa poster.

Salam,

Herman Darman
AAPG Asia Pacific Region President
Shell International Exploration and Production B.V., The Hague, The Netherlands 
- Trade Register no. 27002688
*   e-mail:  [EMAIL PROTECTED]
*   Mobile: +31(0) 61097 2827
* Office: +31(0) 70447 5340
* Postal: SIEP B.V, Kessler Park 1, S-2100,  2288 GS Rijswijk, The Netherlands
* Internet: http://asiapacific.aapg.org/




-Original Message-
From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, April 24, 2008 9:55 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on
Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008


Abah Yanto, pak Eddy, dkk lainnya,

Terimakasih atas masukan dari pak Eddy. Sebelumnya mohon maaf, apakah
pak Eddy sedang berada di luar negeri? Catatan waktu di komputer yg
pak Eddy gunakan berbeda jauh dengan wib, sehingga ada 2 kemungkinan:
komputernya salah setting utk waktu, atau ya itu tadi, pak Eddy sedang
jalan2 ke luar negeri.

Mengenai tindakan dari 'panitia' (iagi, ipa, dll), sudah dilakukan
kok. Tidak hanya sekedar abstrak, bahkan full paper atau
extended-abstract utk makalah yg dipresentasikan sbg poster, juga
sudah dimasukkan proceedings (entah dalam format digital atau pun
hardcopy). Artinya, utk kedua jenis presentasi tsb, sudah diperlakukan
hal yg sama: penulis/presenter sama2 diminta mengirimkan makalah
lengkapnya.

Nah, mungkin sekarang mesti dihimbau agar yg dikemukakan oleh pak Eddy
tentang perbedaan kredit yg didapat, utk dihapuskan alias kreditnya
mesti sama.

Jaman dulu, paling tidak hingga akhir abad 20, memang utk ikut
presentasi oral atau poster sangat jauh berbeda, sbb:

Makalah utk PRESENTASI ORAL (jadul):
* setelah membuat abstrak dan diterima, harus mengirimkan makalah lengkap;
* harus mempersiapkan materi presentasi (yg sangat sederhana ya dengan
plastik murahan utk ditulisi spidol, atau yg agak mahal dikit dg
plastik khusus dan tulisan atau gambar dicetak: ini kalo mau
menggunakan overhead projector alias OHP; nah, yg lebih canggih waktu
dulu, menggunakan slide projector, bisa satu projector dan satu layar,
atau dua projector dan dua layar: mesti ribet utk mempersiapkan gambar
di draftsman, terus difoto dulu dg kamera positif, dst, dst) -- yg
jelas, rumit, repot, makan banyak waktu, tenaga, dan biaya.

Makalah utk PRESENTASI POSTER (jadul):
* cukup mengirimkan abstrak saja;
* tinggal menentukan media (kertas, karton, dll) dan tulisan serta
gambar tinggal ditempelkan saja.

JAMAN KINI, semua persiapan sama (abstrak, makalah lengkap), bedanya
hanya cara presentasi.

Nah, kembali kepada pak Eddy dan rekan2 di lembaga yg memberikan
kredit utk karyawan yg memberikan presentasi, apakah kedua jenis
presentasi tsb dapat dihargai sama? Sekarang, dalam beberapa kasus,
membuat poster lebih syusyahhh lho dibandingkan mempersiapkan
presentasi oral (seperti disitir oleh pak Eddy).

Bagaimana?

salam,
syaiful


On 4/24/08, yanto R.Sumantri [EMAIL PROTECTED] wrote:



  MasEddy , Kang Ipul

  Mari kita mulai menghapuskan
  diskriminasi oral  dan poster 
  Kalau poster
  presentation  harus  masuk dlm prosiding , tentunya ini
  mudah .
  Masukan saja abstract dr poster session - nya dalam prosiding
  , dan dengan memasukan abstrak dalam prosiding  akan menguntungkan
  para pembaca atau yang berkepentingan dengan materi makalah .
  Kalau
  pembaca rosiding  mau informasi yamg lebih detil , kan bisa
  melanjutkan diskusi dg poster presenter-nya.

  Nah just do
  it.

  Si Abah

  



   Abah, Mas Syaiful dan teman lainnya,
  
   Di dunia kenaikan pangkat peneliti/dosen memang ada pembedaan
  antara oral
   dan poster dalam hal angka kreditnya. Untuk makalah
  ilmiah dalam
   prosidings atau disajikan dalam
  seminar/simposium/pertemuan ilmiah
   internasional (oral) maka
  nilainya 15, sedangkan kalau dalam bentuk poster
   nilainya 10.
  Untuk kaliber nasional kalau oral nilainya 10 dan kalau
   poster
  nilainya 5.
  
   Saya pribadi setuju dengan Anda kalau
  oral dan poster sudah sepatutnya
   disamakan derajatnya, karena
  (di zaman power point) menyiapkan poster itu
   lebih sulit dan
  lebih mahal daripada menyiapkan

Re: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008

2008-04-24 Terurut Topik Eddy Subroto
Mas Syaiful,

He he enggak, saya di Bandung saja (di kantor). Lho kan ITB mempergunakan
jasa AI3 (jangan tanya singkatannya karena saya lupa) dari Jepang. Jadi
kalau saya kirim email, maka setelah melalui servernya ITB, email saya
jalan-jalan dulu ke Jepang dan baru dikirim ke server IAGI. Mungkin di
perjalanan itu jam saya diganti dengan GMT. Jadi kalau ingin tahu saat
saya mengirim, ya GMT + 7.

Hal lain, sampai saat ini masih sulit seseorang mengklaim makalah di
prosidings yang diterbitkan dalam bentuk CD, padahal kecenderungan
sekarang organisasi besar seperti AAPG menerbitkan prosidingsnya dalam
bentuk CD yang praktis. Nah, beberapa teman yang mengajukan permohonan
kenaikan jabatan banyak yang terganggu (terhambat) karena tidak memiliki
prosidings yang dalam bentuk buku. Pak Zaim (kalau baca) akan dapat
mengomentari juga masalah ini.

Semoga saja milis ini dibaca oleh pejabat yang berwenang mengganti
kebijakan sehingga presentasi dalam bentuk oral atau poster nilainya sama.
Kalau seperti di IPA yang menerbitkan makalah baik poster maupun oral di
prosidings tidak masalah. Kita dapat saja menyebutnya sebagai makalah oral
toh tidak diminta bukti daftar acara. Yang diminta hanya prosidingsnya
saja. Jadi walau saya sudah mendapat CD dari Konvensi IPA, misalnya, kalau
saya mau menggunakan makalah di dalam CD itu untuk naik jabatan dan tidak
mau bermasalah, maka saya harus beli bukunya. Karena itu saya terus tanya
terbitnya Proceedings IPA tahun sebelumnya karena makalah saya ada di
dalamnya. Untuk IPA yang akan datang ini tampaknya saya tidak perlu beli
buku prosidingsnya, lha makalah saya tidak diterima.

Wsalam,
EAS


 Abah Yanto, pak Eddy, dkk lainnya,

 Terimakasih atas masukan dari pak Eddy. Sebelumnya mohon maaf, apakah
pak Eddy sedang berada di luar negeri? Catatan waktu di komputer yg pak
Eddy gunakan berbeda jauh dengan wib, sehingga ada 2 kemungkinan:
komputernya salah setting utk waktu, atau ya itu tadi, pak Eddy sedang
jalan2 ke luar negeri.

 Mengenai tindakan dari 'panitia' (iagi, ipa, dll), sudah dilakukan kok.
Tidak hanya sekedar abstrak, bahkan full paper atau
 extended-abstract utk makalah yg dipresentasikan sbg poster, juga sudah
dimasukkan proceedings (entah dalam format digital atau pun hardcopy).
Artinya, utk kedua jenis presentasi tsb, sudah diperlakukan hal yg sama:
penulis/presenter sama2 diminta mengirimkan makalah lengkapnya.

 Nah, mungkin sekarang mesti dihimbau agar yg dikemukakan oleh pak Eddy
tentang perbedaan kredit yg didapat, utk dihapuskan alias kreditnya
mesti sama.

 Jaman dulu, paling tidak hingga akhir abad 20, memang utk ikut
 presentasi oral atau poster sangat jauh berbeda, sbb:

 Makalah utk PRESENTASI ORAL (jadul):
 * setelah membuat abstrak dan diterima, harus mengirimkan makalah
lengkap;
 * harus mempersiapkan materi presentasi (yg sangat sederhana ya dengan
plastik murahan utk ditulisi spidol, atau yg agak mahal dikit dg plastik
khusus dan tulisan atau gambar dicetak: ini kalo mau
 menggunakan overhead projector alias OHP; nah, yg lebih canggih waktu
dulu, menggunakan slide projector, bisa satu projector dan satu layar,
atau dua projector dan dua layar: mesti ribet utk mempersiapkan gambar
di draftsman, terus difoto dulu dg kamera positif, dst, dst) -- yg
jelas, rumit, repot, makan banyak waktu, tenaga, dan biaya.

 Makalah utk PRESENTASI POSTER (jadul):
 * cukup mengirimkan abstrak saja;
 * tinggal menentukan media (kertas, karton, dll) dan tulisan serta
gambar tinggal ditempelkan saja.

 JAMAN KINI, semua persiapan sama (abstrak, makalah lengkap), bedanya
hanya cara presentasi.

 Nah, kembali kepada pak Eddy dan rekan2 di lembaga yg memberikan kredit
utk karyawan yg memberikan presentasi, apakah kedua jenis presentasi tsb
dapat dihargai sama? Sekarang, dalam beberapa kasus, membuat poster
lebih syusyahhh lho dibandingkan mempersiapkan
 presentasi oral (seperti disitir oleh pak Eddy).

 Bagaimana?

 salam,
 syaiful




PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod


PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA 

Re: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008

2008-04-24 Terurut Topik Ismail Zaini
Sebetulnya yang butuh angka kredit itu yg menempuh jalur Fungsional di Peg 
Neg spt Dosen , Periset / Peneliti, Perekayasa , dll , angka kredit ini ( 
jumlah angka kredit komulatif ) akan mempengaruhi kenaikan pangkatnya  , 
misalnya untuk pangkat  Bintang empat  sbg Periset/Peneliti harus 
terkumpul minimal 1000 angka kredit kalau gak salah , Kalau Bagi yang dari 
kampeni mungkin tidk terlalu penting masalah Nilai Kredit dalam suatu 
makalah yang dipresentasikan/diposterkan.
Aturan pemberian angka kredit tsb biasanya mengacu pada aturan yang sdh 
ditetapkan cukup lama mungkin sebelum adanya Power Point ( sbg contoh  untuk 
Periset / Peneliti aturannya ada di LIPI ) , makanya seperti yang 
disampaikan pak Edy tsb ( yg penting ada Buku proceedingnya  , walaupun 
sdh ada di CD ini Belum bisa digunakan / belum bisa sebagai alat bukti)
Lha sekarang ini kan sudah ada teknik presentasi yang bermacam macam dg 
berbagai software nya , oleh karena itu Aturan penilaian ( pemberian Angka 
Kredit ) harusnya sudah di update , apalagi sekarang sudah ada UU ttg IT 
yang sudah menetapkan bahwa surat elektronik  itu sudah bisa digunakan sbg 
Barang Bukti , Jadi Penilaian thd suatu karya tulis harus selalu singkron dg 
kemajuan / perkembangan IT , oleh karena itu Lembaga Lembaga ( Riset, dll ) 
yang berwenang sbg Penilai jabatan fungsioanal / penilaian  suatu Karya 
Tulis atau sejenisnya  ( jabatan fungsional )seharusnya sudah merubah 
paradigma penilaiannya.atau mungkin bisa mernjadi usulan dari organisasi 
profesi seperti halnya untuk usulan sertifikasi...



ISM


- Original Message - 
From: Eddy Subroto [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, April 24, 2008 9:18 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on 
Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008




Mas Syaiful,

He he enggak, saya di Bandung saja (di kantor). Lho kan ITB mempergunakan
jasa AI3 (jangan tanya singkatannya karena saya lupa) dari Jepang. Jadi
kalau saya kirim email, maka setelah melalui servernya ITB, email saya
jalan-jalan dulu ke Jepang dan baru dikirim ke server IAGI. Mungkin di
perjalanan itu jam saya diganti dengan GMT. Jadi kalau ingin tahu saat
saya mengirim, ya GMT + 7.

Hal lain, sampai saat ini masih sulit seseorang mengklaim makalah di
prosidings yang diterbitkan dalam bentuk CD, padahal kecenderungan
sekarang organisasi besar seperti AAPG menerbitkan prosidingsnya dalam
bentuk CD yang praktis. Nah, beberapa teman yang mengajukan permohonan
kenaikan jabatan banyak yang terganggu (terhambat) karena tidak memiliki
prosidings yang dalam bentuk buku. Pak Zaim (kalau baca) akan dapat
mengomentari juga masalah ini.

Semoga saja milis ini dibaca oleh pejabat yang berwenang mengganti
kebijakan sehingga presentasi dalam bentuk oral atau poster nilainya sama.
Kalau seperti di IPA yang menerbitkan makalah baik poster maupun oral di
prosidings tidak masalah. Kita dapat saja menyebutnya sebagai makalah oral
toh tidak diminta bukti daftar acara. Yang diminta hanya prosidingsnya
saja. Jadi walau saya sudah mendapat CD dari Konvensi IPA, misalnya, kalau
saya mau menggunakan makalah di dalam CD itu untuk naik jabatan dan tidak
mau bermasalah, maka saya harus beli bukunya. Karena itu saya terus tanya
terbitnya Proceedings IPA tahun sebelumnya karena makalah saya ada di
dalamnya. Untuk IPA yang akan datang ini tampaknya saya tidak perlu beli
buku prosidingsnya, lha makalah saya tidak diterima.

Wsalam,
EAS



Abah Yanto, pak Eddy, dkk lainnya,

Terimakasih atas masukan dari pak Eddy. Sebelumnya mohon maaf, apakah

pak Eddy sedang berada di luar negeri? Catatan waktu di komputer yg pak
Eddy gunakan berbeda jauh dengan wib, sehingga ada 2 kemungkinan:
komputernya salah setting utk waktu, atau ya itu tadi, pak Eddy sedang
jalan2 ke luar negeri.


Mengenai tindakan dari 'panitia' (iagi, ipa, dll), sudah dilakukan kok.

Tidak hanya sekedar abstrak, bahkan full paper atau

extended-abstract utk makalah yg dipresentasikan sbg poster, juga sudah

dimasukkan proceedings (entah dalam format digital atau pun hardcopy).
Artinya, utk kedua jenis presentasi tsb, sudah diperlakukan hal yg sama:
penulis/presenter sama2 diminta mengirimkan makalah lengkapnya.


Nah, mungkin sekarang mesti dihimbau agar yg dikemukakan oleh pak Eddy

tentang perbedaan kredit yg didapat, utk dihapuskan alias kreditnya
mesti sama.


Jaman dulu, paling tidak hingga akhir abad 20, memang utk ikut
presentasi oral atau poster sangat jauh berbeda, sbb:

Makalah utk PRESENTASI ORAL (jadul):
* setelah membuat abstrak dan diterima, harus mengirimkan makalah

lengkap;

* harus mempersiapkan materi presentasi (yg sangat sederhana ya dengan

plastik murahan utk ditulisi spidol, atau yg agak mahal dikit dg plastik
khusus dan tulisan atau gambar dicetak: ini kalo mau

menggunakan overhead projector alias OHP; nah, yg lebih canggih waktu

dulu, menggunakan slide projector, bisa satu projector dan satu layar,
atau dua projector dan dua layar

[iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008

2008-04-23 Terurut Topik yanto R.Sumantri



 Mas Ipul 

Saya kira Anda benar bahw waktu diskusi
yang paling leluasa adalah apabila kita melakukan poster  session.


Akan tetapi para calon pemakalah kelihatan-nya lebih senang
untuk melakukan Oral Presentation , Apakah hal ini al disebabkan nliai
kredit - nya yang lebih rendah ?

Si Abah


   bravo, pak awang! terimakasih atas infonya.
 
 1) boleh juga nih kalau diinfokan juga apa saja judul ke-16 makalah
yg
 dipresentasikan tsb. lebih lanjut, apakah bagi yg tidak hadir
pada
 acara tsb, dapat memperoleh makalah lengkapnya (kalau ada),
mungkin
 lewat iatmi ya?
 
 2) tentang format
presentasi secara formal, tentu saja waktunya selalu
 terbatas
atau dibatasi. seharusnya tidak ada istilah terburu-buru,
 karena
si presenter sudah tahu alokasi waktunya dan tentunya dapat

menyesuaikan diri dan memberikan presentasi (oral) secara pas.


 masih mengenai presentasi, apabila ingin memberikan presentasi
dg
 lebih leluasa dan ilmunya dapat saling dicerna, maka
presentasi
 berbentuk poster adalah pilihan yg lebih baik
dibandingkan dg
 presentasi oral. saya bisa panjang-lebar cerita
ini, tetapi pada
 intinya bahwa presentasi poster bukanlah kelas
dua dibandingkan dg
 presentasi oral yg katanya (oleh sebagian
orang) dianggap lebih
 bergengsi.
 
 salam,
 syaiful
 
 On Thu, Apr 24, 2008 at 2:16 AM, Awang
Satyana [EMAIL PROTECTED]
 wrote:

IATMI sedang mengadakan worshop carbonate complexity : 
 characterization, modeling and simulation di Yogyakarta
dari 22-25
 April 2008. Workshop dihadiri sekitar 80 orang
dari berbagai institusi
 pemerintah, oil companies, service
companies, dan perguruan tinggi.

  Workshop
didahului oleh kursus satu hari tentang aspek geologi dan

reservoir engineering karbonat dibawakan oleh Alit Ascaria (Premier
 Oil) dan Doddy Abdassah (ITB).

 
Workshop dibuka pada 23 April 2008 oleh Ketua IATMI Kuswo Wahyono,
 dilanjutkan dengan pidato sambutan oleh John Sinulingga
mewakili
 Pertamina Eksploitasi (panitia workshop adalah
IATMI Komda Cirebon
 ndash;Pertamina), dan pidato/presentasi
kunci dari Handoyo Eko Wahono
 (BPMIGAS) tentang
lapangan-lapangan karbonat yang dikembangkan dalam
 lima
tahun terakhir, Bob Yulian (BPMIGAS) tentang kemajuan eksplorasi
 target karbonat di Indonesia, dan Gatot Kariyoso Wiroyudo
(Shell)
 tentang investasi teknologi Shell dalam mengerjakan
karbonat.

  Makalah teknis yang dipresentasikan
sebanyak 16 makalah. Workshop
 diselingi dengan fieldtrip ke
Gunung Kidul mengunjungi singkapan
 karbonat Wonosari.

  Pembicara mendapatkan kesempatan berbicara cukup
tenang karena waktu
 yang diberikan antara 20-30 menit,
pertanyaan 5-10 menit. Workshop ini
 jelas bermanfaat
menambah wawasan aspek GGRE karbonat. Karbonat
 merupakan
objektif sangat penting karena menyusun sekitar 50 %

reservoir lapangan2 produksi di Indonesia. Bahkan dalam lima tahun
 terakhir, 54 % recoverable reserve lapangan-lapangan baru
berasal dari 
 reservoir karbonat, maka karbonat tak kalah
penting dari reservoir
 silisiklastik, bahkan bisa lebih.

  Saya diundang IATMI berkontribusi makalah
tentang geologi regional
 karbonat di Indonesia. Di bawah ini
adalah abstraknya, semoga berguna.

  Mahasiswa
tidak banyak yang hadir. Karena merasa ada yang kurang kalau

saya hanya mempresentasikan makalah saya kepada para profesional di
 workshop, maka pada hari yang sama saya ke UGM dan
mempresentasikan
 materi yang sama di hadapan para mahasiswa
tetapi dalam format
 penyampaian kepada mahasiswa.  Setelah
itu, masih di UGM, saya
 melanjutkan mempresentasikan makalah
Sandhyakala ning Jenggala dan
 Majapahit : Hipotesis
Kebencanaan Geologi ndash; kali ini jauh lebih tenang

tak seperti saat mempresentasikan makalah ini di PIT IAGI 2007 Bali
 yang mesti berpacu dengan waktu yang terbatas. Waktu yang
terbatas atau
 terburu2 akan menyulitkan pendengar mencerna
materi yang disampaikan.
 Sebagai informasi, hipotesis ini
telah ditangkap National Geographic
 Channel
untuk  menjadi tayangan (pengambilan gambar sudah dilalukan) di
 dalam film dokumenter LUSI.

  Demikian, laporan singkat.
  awang ndash; Grand
Mercure ndash; 24/4/2008, 02.15

  LAMPIRAN

  Geologic Controls on Carbonate Reservoirs in
Indonesia :
  Regional Overview

 
Awang Harun Satyana

  (BPMIGAS)

  Carbonate reservoirs are characterized by
extreme heterogeneity of
 porosity and permeability. This is
related to the complexities of the
 original depositional
environment and the diagenetic influences that
 can modify
the original textures. Wide variety of environmental facies

and diagenetic changes express controls of geologic factors. Therefore,
 in characterizing carbonate reservoirs, it is important to
evaluate
 geologic controls which influence carbonate
sedimentation and
 diagenesis.

 
Being located at warm humid tropical shallow water, in Indonesia
 carbonates are geographically and temporally widespread. They
occur in
 a range of ages and depositional settings which
were often affected by
 coeval tectonism, siliciclastic input
or volcanism. The 

Re: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008

2008-04-23 Terurut Topik mohammad syaiful
abah,

kalo soal kredit utk makalah yg dipresentasikan oral dan poster, saya
enggak tahu. mungkin teman2 di kampus atau lembaga pemerintahan lebih
mengerti. silakan dibagikan ceritanya..

saya munculkan hal ini, sebab sudah lebih dari 5 tahun, iagi mengikuti
jejak ipa utk menganggap bahwa presentasi poster adalah sama
derajatnya dengan oral. kebetulan saat ini saya diserahi amanah utk
pegang tongkat di kepanitiaan ipa 2008 bagian tpc (technical program
committee). eh, enggak disangka, secara tidak langsung ternyata ada
bule (anggota komisi ini ada sekitar 20 orang dan separuhnya adalah
bule) yg masih 'membedakan' antara poster dan oral. jelasnya, poster
masih dianggap sbg kelas dua.

sudah waktunya kita menganggap, di lingkungan iagi, hagi, perhapi,
iatmi, ipa, dll, bahwa poster adalah sama derajatnya dg oral dan
mempunyai kelebihan masing2. artinya, pada suatu acara formal,
tentunya setiap penulis mesti mengirimkan makalah lengkap utk dua
jenis presentasi tsb.

salam,
syaiful

On Thu, Apr 24, 2008 at 7:36 AM, yanto R.Sumantri [EMAIL PROTECTED] wrote:



  Mas Ipul

 Saya kira Anda benar bahw waktu diskusi
 yang paling leluasa adalah apabila kita melakukan poster  session.


 Akan tetapi para calon pemakalah kelihatan-nya lebih senang
 untuk melakukan Oral Presentation , Apakah hal ini al disebabkan nliai
 kredit - nya yang lebih rendah ?

 Si Abah


bravo, pak awang! terimakasih atas infonya.
 
  1) boleh juga nih kalau diinfokan juga apa saja judul ke-16 makalah
 yg
  dipresentasikan tsb. lebih lanjut, apakah bagi yg tidak hadir
 pada
  acara tsb, dapat memperoleh makalah lengkapnya (kalau ada),
 mungkin
  lewat iatmi ya?
 
  2) tentang format
 presentasi secara formal, tentu saja waktunya selalu
  terbatas
 atau dibatasi. seharusnya tidak ada istilah terburu-buru,
  karena
 si presenter sudah tahu alokasi waktunya dan tentunya dapat
 
 menyesuaikan diri dan memberikan presentasi (oral) secara pas.
 

  masih mengenai presentasi, apabila ingin memberikan presentasi
 dg
  lebih leluasa dan ilmunya dapat saling dicerna, maka
 presentasi
  berbentuk poster adalah pilihan yg lebih baik
 dibandingkan dg
  presentasi oral. saya bisa panjang-lebar cerita
 ini, tetapi pada
  intinya bahwa presentasi poster bukanlah kelas
 dua dibandingkan dg
  presentasi oral yg katanya (oleh sebagian
 orang) dianggap lebih
  bergengsi.
 
  salam,
  syaiful
 
  On Thu, Apr 24, 2008 at 2:16 AM, Awang
 Satyana [EMAIL PROTECTED]
  wrote:
 
 IATMI sedang mengadakan worshop carbonate complexity :
  characterization, modeling and simulation di Yogyakarta
 dari 22-25
  April 2008. Workshop dihadiri sekitar 80 orang
 dari berbagai institusi
  pemerintah, oil companies, service
 companies, dan perguruan tinggi.
 
   Workshop
 didahului oleh kursus satu hari tentang aspek geologi dan
 
 reservoir engineering karbonat dibawakan oleh Alit Ascaria (Premier
  Oil) dan Doddy Abdassah (ITB).
 
 
 Workshop dibuka pada 23 April 2008 oleh Ketua IATMI Kuswo Wahyono,
  dilanjutkan dengan pidato sambutan oleh John Sinulingga
 mewakili
  Pertamina Eksploitasi (panitia workshop adalah
 IATMI Komda Cirebon
  ndash;Pertamina), dan pidato/presentasi
 kunci dari Handoyo Eko Wahono
  (BPMIGAS) tentang
 lapangan-lapangan karbonat yang dikembangkan dalam
  lima
 tahun terakhir, Bob Yulian (BPMIGAS) tentang kemajuan eksplorasi
  target karbonat di Indonesia, dan Gatot Kariyoso Wiroyudo
 (Shell)
  tentang investasi teknologi Shell dalam mengerjakan
 karbonat.
 
   Makalah teknis yang dipresentasikan
 sebanyak 16 makalah. Workshop
  diselingi dengan fieldtrip ke
 Gunung Kidul mengunjungi singkapan
  karbonat Wonosari.
 
   Pembicara mendapatkan kesempatan berbicara cukup
 tenang karena waktu
  yang diberikan antara 20-30 menit,
 pertanyaan 5-10 menit. Workshop ini
  jelas bermanfaat
 menambah wawasan aspek GGRE karbonat. Karbonat
  merupakan
 objektif sangat penting karena menyusun sekitar 50 %
 
 reservoir lapangan2 produksi di Indonesia. Bahkan dalam lima tahun
  terakhir, 54 % recoverable reserve lapangan-lapangan baru
 berasal dari
  reservoir karbonat, maka karbonat tak kalah
 penting dari reservoir
  silisiklastik, bahkan bisa lebih.
 
   Saya diundang IATMI berkontribusi makalah
 tentang geologi regional
  karbonat di Indonesia. Di bawah ini
 adalah abstraknya, semoga berguna.
 
   Mahasiswa
 tidak banyak yang hadir. Karena merasa ada yang kurang kalau
 
 saya hanya mempresentasikan makalah saya kepada para profesional di
  workshop, maka pada hari yang sama saya ke UGM dan
 mempresentasikan
  materi yang sama di hadapan para mahasiswa
 tetapi dalam format
  penyampaian kepada mahasiswa.  Setelah
 itu, masih di UGM, saya
  melanjutkan mempresentasikan makalah
 Sandhyakala ning Jenggala dan
  Majapahit : Hipotesis
 Kebencanaan Geologi ndash; kali ini jauh lebih tenang
 
 tak seperti saat mempresentasikan makalah ini di PIT IAGI 2007 Bali
  yang mesti berpacu dengan waktu yang terbatas. Waktu yang
 terbatas atau
  terburu2 akan menyulitkan pendengar 

Re: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008

2008-04-23 Terurut Topik Eddy Subroto
Abah, Mas Syaiful dan teman lainnya,

Di dunia kenaikan pangkat peneliti/dosen memang ada pembedaan antara oral
dan poster dalam hal angka kreditnya. Untuk makalah ilmiah dalam
prosidings atau disajikan dalam seminar/simposium/pertemuan ilmiah
internasional (oral) maka nilainya 15, sedangkan kalau dalam bentuk poster
nilainya 10. Untuk kaliber nasional kalau oral nilainya 10 dan kalau
poster nilainya 5.

Saya pribadi setuju dengan Anda kalau oral dan poster sudah sepatutnya
disamakan derajatnya, karena (di zaman power point) menyiapkan poster itu
lebih sulit dan lebih mahal daripada menyiapkan presentasi oral. Akan
tetapi secara harfiah memang poster masih dianggap kelas dua
dibandingkan oral, karena yang umum terjadi adalah jika ada makalah yang
tidak diterima di oral maka biasanya diposterkan dan (rasanya) belum ada
makalah yang dikirim untuk poster kemudian diterima sebagai oral.

Wasalam,
EAS

 abah,

 kalo soal kredit utk makalah yg dipresentasikan oral dan poster, saya
 enggak tahu. mungkin teman2 di kampus atau lembaga pemerintahan lebih
 mengerti. silakan dibagikan ceritanya..

 saya munculkan hal ini, sebab sudah lebih dari 5 tahun, iagi mengikuti
 jejak ipa utk menganggap bahwa presentasi poster adalah sama
 derajatnya dengan oral. kebetulan saat ini saya diserahi amanah utk
 pegang tongkat di kepanitiaan ipa 2008 bagian tpc (technical program
 committee). eh, enggak disangka, secara tidak langsung ternyata ada
 bule (anggota komisi ini ada sekitar 20 orang dan separuhnya adalah
 bule) yg masih 'membedakan' antara poster dan oral. jelasnya, poster
 masih dianggap sbg kelas dua.

 sudah waktunya kita menganggap, di lingkungan iagi, hagi, perhapi,
 iatmi, ipa, dll, bahwa poster adalah sama derajatnya dg oral dan
 mempunyai kelebihan masing2. artinya, pada suatu acara formal,
 tentunya setiap penulis mesti mengirimkan makalah lengkap utk dua
 jenis presentasi tsb.

 salam,
 syaiful

 On Thu, Apr 24, 2008 at 7:36 AM, yanto R.Sumantri [EMAIL PROTECTED]
 wrote:



  Mas Ipul

 Saya kira Anda benar bahw waktu diskusi
 yang paling leluasa adalah apabila kita melakukan poster  session.


 Akan tetapi para calon pemakalah kelihatan-nya lebih senang
 untuk melakukan Oral Presentation , Apakah hal ini al disebabkan nliai
 kredit - nya yang lebih rendah ?

 Si Abah




PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod


PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Re: Poster vs Oral[iagi-net-l] Workshop on Carbonate Complexity IATMI Yogyakarta 22-25 April 2008

2008-04-23 Terurut Topik yanto R.Sumantri



MasEddy , Kang Ipul

Mari kita mulai menghapuskan
diskriminasi oral  dan poster 
Kalau poster
presentation  harus  masuk dlm prosiding , tentunya ini
mudah .
Masukan saja abstract dr poster session - nya dalam prosiding
, dan dengan memasukan abstrak dalam prosiding  akan menguntungkan
para pembaca atau yang berkepentingan dengan materi makalah .
Kalau
pembaca rosiding  mau informasi yamg lebih detil , kan bisa
melanjutkan diskusi dg poster presenter-nya.

Nah just do
it.

Si Abah




 Abah, Mas Syaiful dan teman lainnya,
 
 Di dunia kenaikan pangkat peneliti/dosen memang ada pembedaan
antara oral
 dan poster dalam hal angka kreditnya. Untuk makalah
ilmiah dalam
 prosidings atau disajikan dalam
seminar/simposium/pertemuan ilmiah
 internasional (oral) maka
nilainya 15, sedangkan kalau dalam bentuk poster
 nilainya 10.
Untuk kaliber nasional kalau oral nilainya 10 dan kalau
 poster
nilainya 5.
 
 Saya pribadi setuju dengan Anda kalau
oral dan poster sudah sepatutnya
 disamakan derajatnya, karena
(di zaman power point) menyiapkan poster itu
 lebih sulit dan
lebih mahal daripada menyiapkan presentasi oral. Akan
 tetapi
secara harfiah memang poster masih dianggap kelas dua
 dibandingkan oral, karena yang umum terjadi adalah jika ada makalah
yang
 tidak diterima di oral maka biasanya diposterkan dan
(rasanya) belum ada
 makalah yang dikirim untuk poster kemudian
diterima sebagai oral.
 
 Wasalam,
 EAS
 
 abah,

 kalo soal kredit
utk makalah yg dipresentasikan oral dan poster, saya
 enggak
tahu. mungkin teman2 di kampus atau lembaga pemerintahan lebih
 mengerti. silakan dibagikan ceritanya..

 saya munculkan hal ini, sebab sudah lebih dari 5 tahun, iagi
mengikuti
 jejak ipa utk menganggap bahwa presentasi poster
adalah sama
 derajatnya dengan oral. kebetulan saat ini saya
diserahi amanah utk
 pegang tongkat di kepanitiaan ipa 2008
bagian tpc (technical program
 committee). eh, enggak
disangka, secara tidak langsung ternyata ada
 bule (anggota
komisi ini ada sekitar 20 orang dan separuhnya adalah
 bule)
yg masih 'membedakan' antara poster dan oral. jelasnya, poster
 masih dianggap sbg kelas dua.

 sudah
waktunya kita menganggap, di lingkungan iagi, hagi, perhapi,

iatmi, ipa, dll, bahwa poster adalah sama derajatnya dg oral dan
 mempunyai kelebihan masing2. artinya, pada suatu acara
formal,
 tentunya setiap penulis mesti mengirimkan makalah
lengkap utk dua
 jenis presentasi tsb.

 salam,
 syaiful

 On
Thu, Apr 24, 2008 at 7:36 AM, yanto R.Sumantri
[EMAIL PROTECTED]
 wrote:



  Mas Ipul

 Saya kira Anda benar bahw waktu
diskusi
 yang paling leluasa adalah apabila kita
melakukan poster  session.


 Akan tetapi para calon pemakalah kelihatan-nya lebih
senang
 untuk melakukan Oral Presentation , Apakah hal
ini al disebabkan nliai
 kredit - nya yang lebih rendah
?

 Si Abah
 
 
 


 PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
 * acara utama: 27-28 Agustus
2008
 * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008

* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
 * batas akhir
penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
 * abstrak / makalah
dikirimkan ke:
 www.grdc.esdm.go.id/aplod
 username:
iagi2008
 password: masukdanaplod
 


 PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
 * pendaftaran calon
ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
 * penghitungan suara: waktu PIT
IAGI Ke-37 di Bandung
 AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG
JUGA!!!
 

-
 To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website:
http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123
0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net
Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

-
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
information
 posted on its mailing lists, whether posted by IAGI
or others. In no event
 shall IAGI and its members be liable for
any, including but not limited to
 direct or indirect damages, or
damages of any kind whatsoever, resulting
 from loss of use, data
or profits, arising out of or in connection with
 the use of any
information posted on IAGI mailing list.

-
 
 


-- 
___
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.