Re: Bls: Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia

2009-11-11 Terurut Topik OK Taufik
Justru dengan pelacakan Mitokondria DNA (MtDNA) manusia pertama yg menetap
di semenanjung Malaysia adalah migrasi pertama manusia ke kawasan ini,
berdasarkan
pelacakan MtDNA nya Suku Semang didaerah sekitar Danau Peninsula- Malaysia
oleh Prof. Stephen Oppenheimer  diperkirakan merupakan nenek moyang yg tiba
74000-8 thn silam (Out of Africa). Ditambah Bukti ditemukannya peralatan
arkeologi berupa palu dan sebagainya yg tertutup debu vulkanik 74000 tahun
lalu, menunjukkan mereka telah tiba dan menetap disemenanjung malaysia
sebelum Gn. Toba meletus. Akibat perluasan garis pantai karena penurunan
permukaan laut 120m pada 25000-15000 tahun lalu menyebabkan meluasnya
daratan terjadi migrasi lanjutan sampai ke australia. (Ir.Agus Haryo
Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, Mizania 2009).

Apakah akar bahasa melayu dari migrasi manusia tersebut?..masih jadi asumsi,
karena migrasi berikutnya mencirikan perbedaan yg menyolok antara ciri
manusia semang dengan pendatang berikutnya. Ahli sejarah malah
mengelompokkan Melayu dalam dua kelompok besar migrasi I - Proto melayu dan
Migrasi berikutnya Deutro-Melayu yg mendesak Proto Melayu kepedalaman. Tetap
saja penjelasan sejarah menekankan bahwa migrasi tersebut dari Semenanjung
Melayu (Malaysia sekarang) ke Pulau Sumatra. yang tak berdasar sebenarnya
adalah perkembangan terbaru (Out of Taiwan) dengan tujuan kalimantan barat
dan menuju sumatra dan semenanjung Melayu.
Saya setuju bahwa kontak Cina dengan Moloyu (Melayu)sdh ada pada abd 7,
namun publikasi yg mengatakan Mlayu (Melayu) adalah diskripsi dari bahasa
jawa sangat tak masuk akal, karena keberadaan Melayu lebih awal dari
kerajaan/budaya bahasa di Jawa.
Kedatangan Islam dengan jajaring kesultanan malah memperluas pemakaian
bahasa Melayu ke seluruh Nusantara.

Jadi bisa disederhanakan:
Out of Africa===Suku Semang (semenanjung Malaya-terisolir)===Migrasi I
(Proto Melayu) ke Nusantara (Melayu)===Migrasi II (Deutro
Melayu)===Semenajung Malaysia ke Pesisir Riau-jambi (Kerajaan Pra Melayu: Abad
3 Tchu Po, Ko Ying, dan Sanfoshih, Kant`oli pada abad ke-5 dan ke-6 M dan
Moloyu (Melayu) pada abad ke-7 M. )===Sri Vijaya (Bahasa Melayu beraksara
Pallawa, terbatas di sumatra bgn selatan, asumsi sejarawan malah ke seluruh
nusantara???)===kesultanan Islam (Menyebar luas dikawasan Nusantara Bahasa
Melayu Beraksara Jawi)===Penjajahan (Bahasa Melayu beraksara Latin)

Silahkan baca di link berikut:
http://melayuonline.com/ind/article/read/947/jejak-jejak-budaya-di-kepulauan-riau-selayang-pandang-tentang-keemasan-melayu-di-nusantara
dan
http://melayuonline.com/ind/article/read/852/bahasa-melayu-penyebar-budayapengaruh


Gelombang migrasi pertama konon menunjukkan ciri ras Weddoid yang datang
sesudah zaman es terakhir. Ras ini disebut-sebut sebagai ras pertama yang
menghuni Nusantara. Sisa-sisa nenek moyang ras gelombang pertama ini masih
ada sampai sekarang, yang merupakan golongan tersendiri di Riau dan disebut
sebagai Orang Sakai, Orang Hutan, dan Orang Kubu. Orang-orang asli ini
memiliki populasi yang tidak banyak. Orang Sakai mendiami Kecamatan
Kuno-Darussalam, Kabupaten
Kampar,
dan Kecamatan Mandau, Kabupaten
Bengkalis.
Jumlahnya terbatas, kira-kira 2160 jiwa. Orang Hutan mendiami Pulau Penyalai
di Kecamatan Kuala Kampar di Kabupaten Kampar, dengan jumlah sekitar 1494
jiwa.

Gelombang migrasi pertama terjadi pada periode 2500-1500 SM dengan berciri
ras Proto Melayu yang merupakan pendukung
kebudayaanzaman batu
baru. Mereka menyebar ke Pulau Sumatra melalui
*Semenanjung Melayu* (Malaysia sekarang). Sisa mereka terdapat di Riau, yang
dikenal sebagai Orang Talang Mamak dan Orang
Laut.Orang
Talang Mamak menetap di Kecamatan Pasir Penyu dan Kecamatan Rengat,
Kabupaten Indragiri Hulu, dengan populasi sebanyak 3276 jiwa (1980). Orang
Laut menghuni Kecamatan Reteh dan Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri
Hilir, serta di Kecamatan Tambelan, Kepulauan Riau, sebanyak 2849 jiwa.
Selain itu, ada golongan orang-orang asli lainnya yaitu Orang Akit yang
mendiami Kecamatan Rupat, Bengkalis, Mandau, Tebing Tinggi di Kabupaten
Bengkalis, sebanyak 11625 jiwa.

Gelombang migrasi ras Melayu kedua datang sesudah tahun 1500 SM yang disebut
Deutro Melayu. Golongan ini menyebabkan Proto Melayu menyingkir ke
pedalaman, sisanya bercampur dengan pendatang baru. Proses selanjutnya,
orang-orang Deutro Melayu bercampur lagi dengan pendatang-pendatang dan
berbagai golongan berasal dari berbagai penjuru Nusantara. Percampuran itu
menghadirkan suku-suku bangsa Melayu. Mereka inilah penduduk mayoritas yang
mendiami kawasan Riau. Suku-suku bangsa Melayu Riau menghadirkan sub-sub
suku bangsa Melayu Siak, Melayu Bintan, Melayu Rokan, Melayu Kampar, Melayu
Kuantan, dan Melayu Indragiri, dengan alat komunikasi utama (*lingua franca*)
bahasa

Bls: Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia

2009-11-10 Terurut Topik Awang Satyana
Teori bahwa bahasa Melayu berasal dari Semenanjung Malaya (Malaysia  sekarang) 
berasal dari Kern (1888). Teori ini bertahan cukup lama, sebagian karena merasa 
mendapat dukungan dari teori migrasi manusia dari Asia Tenggara.

Tetapi pada akhir abad ke-20 teori tersebut tak dianut lagi, juga teori migrasi 
manusia pun mendapatkan tantangan yang hebat dari proyek pemetaan genome 
manusia (National Geographic) yang mempertanyakan kembali arus migrasi yang 
melalui Semenanjung Malaya ke Indonesia. Perunutan arus migrasi menggunakan 
teknik rekombinan DNA bahkan mengatakan bahwa pulau2 di sebelah Sumatra dihuni 
lebih dahulu dari bagian Indonesia Barat yang lain termasuk Semenanjung Malaya.

Teori bahasa Melayu asal Semenanjung Malaya gugur oleh peneltian2 pada akhir 
1980-an dan sepanjang 1990-an (silakan dilihat a.l. publikasi dari Adelaar, 
1988 dan Belwood, 1993 - Adelaar, K.A. 1988, More on Proto-Malayic dalam  Mohd. 
Thani Ahmad dan Zaini Mohammed Zain (ed.) Rekonstruksi dan cabang-cabang Bahasa 
Melayu induk, pp.59-77. Seri monograf sejarah bahasa Melayu. Kuala Lumpur: 
Dewan Bahasa dan Pustaka;  
Bellwood, P. 1993. Cultural and biological differentiation in peninsular 
Malaysia: the last 10,000 years. Asian Perspectives 32:37-60. 

Bukti-bukti linguistik dan prehistori menggugurkan teori Kern (1888). Adelaar 
(1988) dan Belwood (1993) mengatakan bahwa asal bahasa Melayu dari Sumatera.

Tak ada di Semenanjung Malaya ditemukan artefak berbahasa Melayu (kuna) setua 
seperti yang ditemukan di Sumatra. Ini adalah hard data. Catatan tertulis 
pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum 
pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan 
Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini 
berbahasa Melayu kuna meskipun menggunakan aksara Pallawa.

Catatan para musafir Cina yang mengunjungi Nusantara pada zaman Sriwijaya juga 
mengemukakan hal2 yang mendukung bahwa asal bahasa Melayu dari Sumatra, bukan 
Semenanjung Malaya.

Catatan orang Cina menyatakan bahawa sebuah kerajaan Mo-lo-yeu mempersembahkan 
hasil bumi kepada raja Cina sekitar 644-645 Masehi. Kerajaan Mo-lo-yeu berpusat 
di daerah Jambi, Sumatera, daripada sebatang sungai yang deras alirannya, yaitu 
Sungai Melayu. Satu lagi catatan orang Cina ialah catatan rahib Buddha bernama 
I-Tsing yang menggunakan kata ma-lo-yu tentang dua buah kerajaan yang 
dilawatinya sekitar 675 Masehi, yang kemudian dikenal sebagai Sriwijaya dan 
kerajaan kecil di sekitarnya.

Beberapa publikasi bahkan menyebutkan bahwa kata "Melayu"  berasal dari bahasa 
Jawa Kuno "Mlayu" yang artinya berlari atau mengembara. Bahasa Jawa modern pun 
artinya masih begitu. Hal ini ditujukan untuk orang2 Jawa yang mengembara ke 
Sumatra dari Jawa, termasuk cucu Samarottungga, raja Wangsa Syailendra, yaitu 
Balaputradewa, pendiri dan raja terkenal Sriwijaya.  

Berdasarkan hal2 di atas lemahlah argumen yang menyatakan bahwa bahasa Melayu 
asal Semenanjung Malaya.

Denys Lombard dalam bukunya "Le Carrefour Javanais Essai d H’Histoire Globale" 
yang diterjemahkan menjadi tiga buku berjudul "Nusa Jawa : Silang Budaya" 
(Gramedia, 1996) tak pernah mengatakan bahwa bahasa Melayu asal dari Malaya. 
Sebagian orang memang berpikir begitu, tetapi argumen tersebut sudah banyak 
kelemahannya. 

Berbicara asal suatu bahasa tentu kita akan mencari ke akar pertamanya, bukan 
ke zaman2 Islam masuk ke Indonesia (Jawa), tetapi jauh lebih tua dari itu.

salam,
Awang

--- Pada Rab, 11/11/09, OK Taufik  menulis:

> Dari: OK Taufik 
> Judul: Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tanggal: Rabu, 11 November, 2009, 11:32 AM
> Sebagai perbandingan,
> 
> Beberapa pakar pada masa lalu sebenarnya pernah mengajukan
> pertimbangan
> komparatif tentang dunia melayu. Pada tahun 1954, Charles
> Robequain,
> professor geografi tropikal di Universitas Sorbone,
> menerbitkan Malaya,
> Indonesian, Borneo and the Philipines : A Gepgraphical,
> Economic and
> Political Discription of malaya. The East Indies and
> Philipines. Dia jelas
> tak hanya membahas dunia melayu dari sisi ilmu bumi, tapi
> juga soal budaya
> dan demografi. dunia melayu yg terentang dari malaya sampai
> filipina.
> Kesatuan bahasa melayu juga tercermin dalam penyebaran
> bahasa melayu di
> bagian terbesar kepulauan Indonesia dan perkembangannya
> sebagai bahasa
> perdagangan di tempat yg jauh dari Semenanjung Melayu
> sekalipun. Bahasa
> tersebut terbawa sampai ke maluku melalui perdagangan.
> Membicarakan
> Indonesia, "Melayu lingua franca merupakan fenomena tunggal
> di asia
> tenggara. karena di pergunakan dan dikembangkan oleh
> orang-orang asing
> sewaktu memasuki nusantara dari malaka sebagai pangkalan.
> Mula-mula
> dipergunakan oleh para Mubalig islam, juga dari pangkalan
> Malaka Untuk
> menyebarkan Islam. Maka tidak mengherankan bila
> naskah-naskah tua tafsir
> Al-Quran yg di dapatkan di sepanjang pesisir utara Pu