RE: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi

2009-07-23 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Karena nama saya disebut-sebut, saya merasa perlu berkomentar.

Perbedaan pendapat dan interpretasi dalam geologi adalah hal biasa dan
lumrah. Bahkan jika ada 3 ahli geologi, bisa ada 4 atau 5 pendapat.
Sangat wajar jadi tidak perlu terpecah-belah. Selama dalam ranah
scientific, tidak dipolitisir, tanpa target tertentu, pembahasan soal
Lusi menjadi sangat menarik dan jadi pembelajaran yang mungkin terjadi
dimasa depan. Apalagi di Jawa Timur saja sudah teridentifikasi 15 mud
volcano, baik on maupun offshore. Apa yang terjadi disiring Barat baru2
ini sudah terprediksi kalau saja kita mau pelajari seismic, amblesan dan
multiple conduit pada Porong collapse structure. Di Bleduk Kuwu mud
volcano complex ditemukan banyak pusat2 semburan dalam radius 1.5 km,
jadi tidak mengherankan kalau disekitar Lusi muncul semburan2 baru.
Dengan berbasis sejarah, analogi dan data serta survey2 kita bisa
memprediksi kemungkinan2 apa yang akan dan telah terjadi. Dengan itikad
seperti ini saya sempat ngobrol dengan Rovicky soal perlunya lihat data
yang tidak sepotong2, bila perlu dalam suatu workshop.

Berbekal data kita akan lebih enak untuk berpendapat. Hal ini baru2 ini
dilakukan antara lain oleh Mark Tingay yang kita kenal berpendapat Lusi
disebabkan oleh drilling dan dia terlibat dalam analisa Champion field
blowout serta relief wells-nya. Dia datang ke Lapindo beberapa kali,
masing2 seminggu untuk melihat dan mempelajari data. Tidak ada yang
di-tutup2i dan izin dari instansi2 terkaitpun dimintakan oleh rekan2 di
Lapindo. Dengan datang, melihat dan menganalisa data lalu berpendapat,
saya pikir sangat profesional.

Kenapa perlu dilakukan? Saya pikir kita semua tertarik pada solusi. Apa
mungkin ditutup, dihentikan? Ada saja yang dilakukan di Champion field,
apa yang akan terjadi, proses evolusi mud volcano, dampak dll. Perlu,
supaya bisa berantisipasi dan melakukan perencanaan.

Masalah laporan internal Medco yang bertebaran, wah saya ngga mau
komentar deh, ini porsinya pak Lukman atau teman2 Medco lainnya. Kalau
soal substansinya, jelas masalah drilling bukan kompetensi saya. Namun
teman2 drilling berpendapat banyak yang tidak konsisten dan tidak sesuai
fakta. Tapi jangan percaya kata2 saya, silahkan dipelajari secara
menyeluruh dan biarkan data dan fakta yang berbicara.

Wass.
Bambang Istadi


-Original Message-
From: bosman batubara [mailto:bosman200...@yahoo.com] 
Sent: Thursday, July 23, 2009 4:00 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi

Wah keren itu Pakdhe kalo bisa diskusi/workshop itu bisa ada. tetapi
diskusinya dengan kepala dinginlah, jangan terlalu dikejar2 target dan
kepentingan. konteksnya ilmiah. tujuannya mencari apa yang terjadi
sebenarnya, bukan mengarahkan opini.
 
tabik
bosman batubara 

weblog: http://annelis.wordpress.com


From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, July 23, 2009 3:42:29 PM
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi

Sepakat dengan Pak Awang ...
Lusi is a learning subject ... new problem with very complex phenomena.

Ada banyak aspek disitu yang sering menjadi masalah adalah ketika kita
mencampuradukkan segala aspek menjadi satu. Ada kasus science, ada
bisnis,
ada legal dan ada politik. Masing-masing memiliki keunikan metode
analisa,
data, kacamata, tata cara serta protokol yang berbeda.
Ketika melihat laporan itupun, secara tak sadar sudah banyak yang (serta
merta) mencoba menilai dari sisi yang diminatinya. Saya sepkat dengan
Pak
Awang laporan itdibuat untuk keperluan bisnis. Ndak ada yang salah dari
kacamata bisnis, tapi menjadi lutju ketika masuh ranah ilmiah atau ranah
politik. Menjadi janggal ketika dipakai kasus hukum dst.

Workshop

Bulan lalu ketika ketemu Pak Bambang Istadi (di acara seminar new
Indonesian
Basin) ada obrolan singkat yang menarik. Beliau menawarkan ... Adakah
kawan-kawan di IAGI yang menginginkan bersama-sama melihat data LUSI
yang
ada di lapindo, digelar dan dipakai sebagai bahan diskusi bersama ? yaah
semacam workshop gitu lah.
Jangan hanya asal menuduh tanpa bukti. Jangan berbicara tanpa
berpendapat
tanpa data  Mari kita lihat data asli yang telah dikumpulkan di
"Museum
Lusi". Kita pakai kasus ini sebagai bahan pembelajaran bersama.
Data-data
itu kini, konon menurut Pak Bambang Istadi, boleh dilihat siapa saja.
Namun
untuk mempermudah prosedur sebaiknya ya jangan satu-satu dateng kesana.
Mungkin kita masuk kesana lewat IAGI, maksudnye tentu bukan mencari
pendapat
IAGI, tapi IAGI hanya memfasilitasi (mengkoordinir) bersama Lapindo
untuk
secara bersama berdiksusi, ngobrol, berargumentasi dan saya kira akan
menarik kalau bertemu bersama dengan data-data yang sama yang ada
disitu.
Selama ini setiap orang berpendapat dengan datanya sendiri-sendiri,
dianalisa sendiri-sendiri, kemudian diadu hasil interpretasinya. Kalau
kita
berawal dari data yang sama mungkin akan jauuh lebih "berkesan".
Tentunya
kalau anda pernah melakukan pengukuran sendiri bol

Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi

2009-07-23 Terurut Topik Hendratno Agus
Seandainya, "kita semua melupakan asal mula dan penyebab lusi" tetapi kita 
mencoba mencari model solusi dengan pendekatan DRR (disaster risk reduction) 
dalam penanganan krisis permukaan. Beberapa yang sedang dan akan kami lakukan :
1. Kompilasi peta resiko bahaya yang related selama erupsi berlangsung 
(menggunakan semua data BPLS dan patnertnya).
2. Mengembangkan deleneasi kecenderungan bahaya dalam mikrozonasi sekitar lusi, 
sampai melihat pada risk sosial, infrastruktur, dan permukiman, akhirnya pada 
tata ruang.
3. Respon dari kawan di BPLS via telp ke saya (minggu lalu), sangat mendukung 
ide yang sedang kami set-up.
4. Respon dari kawan-kawan ITS (cak Amien Widodo)..jelas mendukung banget, 
karena ide DRR ini sudah lama dan penggagas ide (termasuk saya, banyak hambatan 
teknis dan kesibukan saja), bahkan batasi publikasinya. Peta-peta mikrozonasi 
sekitar lusi bisa sangat sensitif bagi pers.
5. Sounding ke salah satu direktur yang menangani DRR di Bappenas (hari 
kemarin), sudah saya lakukan. Responnya : diam dan ada ketakutan tertentu 
beliau sebagai direktur jika bergerak menggunakan metode DRR, karena selama ini 
konsep DRR teraplikasikan pada natural disaster.
6. Sounding pada beberapa NGO besar : malah ditertawain..., itu Lusi bukan pada 
ranah natural disaster. Jadi jika ada yang masuk ke wilayah pengaruh Lusi 
dengan pendekatan DRR ke masyarakat yang terdampak (baik terdampak sesuai 
dengan peta dampak yang berSK Presiden, maupun peta terdampak sesuai kajian 
mikrozonasi bahaya geologi yang dikompilasi beberapa pihak), maka tim kami akan 
mendapat perlakukan keras / resistensi masyarakat. (gek...nanti banyak clurit 
di meja jika metode pendampingan DRR ke masyarakat di sekitar Lusi).  
7. Respon reaktif dari beberapa NGO : "tidak cukup dibahas dalam ruang seminar 
saja bicara dampak sosial dan ekonomi Lusi"
8. Respon negatif masyarakat dan beberapa NGO sudah kami tangkap gaya bahasanya 
: dibayar Lapindo berapa orang-orang kampus ini memasuki wilayah dampak lusi 
dengan cara DRR. Ungkapan sinis ini, pernah saya terima saat menjembati model 
DRR singkat antara konflik masyarakat sekitar dengan Holcim di Cilacap : 
"Sampeyan dibayar berapa oleh Holcim koq beraninya menjelaskan hubungan 
pertambangan batugamping di Nusakambangan dengan risk tsunami Pangandaran, 
tidak terkait???" Pertanyaan ini bisa muncul jika DRR memasuki wilayah 
terdampak berdasarkan kajian geologi. (pernah saya ulas konflik ini dalam 
milist IAGI tahun 2006 lalu, dimana mobil dinas presdir PT Holcim + sopirnya, 
jam 00 dini hari harus menjemput saya di Jogja untuk ke Cilcap yang besoknya 
diminta menghadapi demo msayarakat dan nelayan yang akan menyerang holcim). 
Aneh..., ada demonstrasi yang menghadapi malah seorang geologist. Maklum 
geologistnya dulu hobby-nya tukang demonstran...di bulaksumur.
 Gojeg...2x..
Masyarakat yang kami dampingi, hampir berkali-kali tatap muka, akhirnya bisa 
memahami bedanya risk tsunami dengan risk kegiatan pertambangan. Pemahaman DRR 
ini menjadi sangat strategis bagi kawasan Porong ketika pemerintah akan 
merealisasikan relokasi infrastruktrur umum (jalan raya, rel kereta api) di 
area pengaruh bahaya geologi selama erupsi lusi terlangsung berlangsung.
9. Sounding ke Pejabat PU (saat saya berkesempatan bersilahturahmi ke rumah 
Menteri PU di Jkt, 19 Juni 2009 lalu): juga sangat hati-hati mendiskusikan hal 
ini. Lalu, kenapa Peta Terdampak Lusi yang di SK Presiden tidak direvisi??? 
Jangan-jangan nunggu urusan ganti-rugi dari Minarak Lapindo terselesaikan 
dengan baik / 100% clear?? Aku gak ngerti urusan ini. 

Akhirnya masuk laci semua; dan ganti urusan..

salam, agus hendratno 









From: Awang Satyana 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, July 23, 2009 3:14:17 PM
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi


Walaupun Lusi telah memecah-belah para ahli geologi maupun ahli pemboran 
nasional dan internasional kepada pengkubuan pendapat-pendapat tentang asal 
Lusi, yang saling menyerang baik secara tak langsung dan santun  maupun secara 
frontal dan kasar, Lusi sebagai sebuah fenomena tetap menarik untuk dipelajari 
dan dipelajari lagi.

Ia pun tidak sepi dari perbincangan. Minggu lalu, 15 Juli 2009, ITS Surabaya 
bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup menggelar seminar yang 
membahas dampak fisik dan sosial-ekonomi akibat bencana Lusi setelah Lusi lebih 
dari 3 tahun mengirim lumpur panas dari bawah permukaan ke atas permukaan.

Kita semua : Pemerintah, masyarakat, para ahli, kalangan hukum, industri 
perminyakan, dan yang terkait lainnya, tak terbiasa dengan kasus seperti Lusi 
ini. Maka akibatnya, belumlah ada penyelesaian yang final atas kasus ini -para 
ahli masih berdebat tentang asal Lusi, polisi dan kejaksaan masih bingung 
bagaimana membawa kasus Lusi sebagai kasus hukum, industri perminyakan menjadi 
gamang takut di areanya ada kasus seperti Lusi, hubungan Pemerintah-masyarakat 
korban-Lapindo soal

Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi

2009-07-23 Terurut Topik bosman batubara
Wah keren itu Pakdhe kalo bisa diskusi/workshop itu bisa ada. tetapi diskusinya 
dengan kepala dinginlah, jangan terlalu dikejar2 target dan kepentingan. 
konteksnya ilmiah. tujuannya mencari apa yang terjadi sebenarnya, bukan 
mengarahkan opini.

 
tabik
bosman batubara 

weblog: http://annelis.wordpress.com





From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, July 23, 2009 3:42:29 PM
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi

Sepakat dengan Pak Awang ...
Lusi is a learning subject ... new problem with very complex phenomena.

Ada banyak aspek disitu yang sering menjadi masalah adalah ketika kita
mencampuradukkan segala aspek menjadi satu. Ada kasus science, ada bisnis,
ada legal dan ada politik. Masing-masing memiliki keunikan metode analisa,
data, kacamata, tata cara serta protokol yang berbeda.
Ketika melihat laporan itupun, secara tak sadar sudah banyak yang (serta
merta) mencoba menilai dari sisi yang diminatinya. Saya sepkat dengan Pak
Awang laporan itdibuat untuk keperluan bisnis. Ndak ada yang salah dari
kacamata bisnis, tapi menjadi lutju ketika masuh ranah ilmiah atau ranah
politik. Menjadi janggal ketika dipakai kasus hukum dst.

Workshop

Bulan lalu ketika ketemu Pak Bambang Istadi (di acara seminar new Indonesian
Basin) ada obrolan singkat yang menarik. Beliau menawarkan ... Adakah
kawan-kawan di IAGI yang menginginkan bersama-sama melihat data LUSI yang
ada di lapindo, digelar dan dipakai sebagai bahan diskusi bersama ? yaah
semacam workshop gitu lah.
Jangan hanya asal menuduh tanpa bukti. Jangan berbicara tanpa berpendapat
tanpa data  Mari kita lihat data asli yang telah dikumpulkan di "Museum
Lusi". Kita pakai kasus ini sebagai bahan pembelajaran bersama. Data-data
itu kini, konon menurut Pak Bambang Istadi, boleh dilihat siapa saja. Namun
untuk mempermudah prosedur sebaiknya ya jangan satu-satu dateng kesana.
Mungkin kita masuk kesana lewat IAGI, maksudnye tentu bukan mencari pendapat
IAGI, tapi IAGI hanya memfasilitasi (mengkoordinir) bersama Lapindo untuk
secara bersama berdiksusi, ngobrol, berargumentasi dan saya kira akan
menarik kalau bertemu bersama dengan data-data yang sama yang ada disitu.
Selama ini setiap orang berpendapat dengan datanya sendiri-sendiri,
dianalisa sendiri-sendiri, kemudian diadu hasil interpretasinya. Kalau kita
berawal dari data yang sama mungkin akan jauuh lebih "berkesan". Tentunya
kalau anda pernah melakukan pengukuran sendiri boleh saja dibawa dalam
workshop ini.

Mnurutku gak perlu ditargetkan ada keputusan atau pendapat bersama, tetapi
mungkin akan memberikan sedikit minuman mengobati "kehausan ilmiah" kita
akan kasus nakalnya si Lusi ini.

Gimana ? Aku rasa tawaran Mas Bambang Istadi ini cukup menarik looh !
Jangan sampai hanya karena kasus begini saja menjadi terbelah dan terpecah
 malu ah !
**
*bersama kita bisa*
... bisa apa ? ... ya apa aja !

RDP
2009/7/23 Awang Satyana 

>
> Walaupun Lusi telah memecah-belah para ahli geologi maupun ahli pemboran
> nasional dan internasional kepada pengkubuan pendapat-pendapat tentang asal
> Lusi, yang saling menyerang baik secara tak langsung dan santun  maupun
> secara frontal dan kasar, Lusi sebagai sebuah fenomena tetap menarik untuk
> dipelajari dan dipelajari lagi.
>
> Ia pun tidak sepi dari perbincangan. Minggu lalu, 15 Juli 2009, ITS
> Surabaya bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup menggelar seminar
> yang membahas dampak fisik dan sosial-ekonomi akibat bencana Lusi setelah
> Lusi lebih dari 3 tahun mengirim lumpur panas dari bawah permukaan ke atas
> permukaan.
>
> Kita semua : Pemerintah, masyarakat, para ahli, kalangan hukum, industri
> perminyakan, dan yang terkait lainnya, tak terbiasa dengan kasus seperti
> Lusi ini. Maka akibatnya, belumlah ada penyelesaian yang final atas kasus
> ini -para ahli masih berdebat tentang asal Lusi, polisi dan kejaksaan masih
> bingung bagaimana membawa kasus Lusi sebagai kasus hukum, industri
> perminyakan menjadi gamang takut di areanya ada kasus seperti Lusi, hubungan
> Pemerintah-masyarakat korban-Lapindo soal ganti rugi masih pasang-surut
> keharmonisannya, dll.
>
> Semua masih perlu belajar, menangani kasus Lusi ini.
>
> Akan halnya laporan2 konsultan drilling yang disewa Medco untuk memberikan
> pendapatnya soal asal Lusi yang kemudian tersebar luas ke publik melalui
> Aljazeera, saya menafsirkannya hanya sebagai partnership yang buruk antara
> Lapindo dan Medco soal kasus Lusi ini. Apakah isi kedua laporan itu benar
> atau tidak, saya juga memahaminya sebagai dua laporan yang sesaat saja, yang
> dengan cepat dibuat untuk keperluan aspek legal client-nya, laporan dengan
> data lama, yang tak menggunakan semua data dan analisis yang ada yang
> berkembang sampai saat ini, dan laporan yang hanya memandang sumur, tanpa
> sedikit pun menengok ke ruang dan waktu geologi.

Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi

2009-07-23 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Sepakat dengan Pak Awang ...
Lusi is a learning subject ... new problem with very complex phenomena.

Ada banyak aspek disitu yang sering menjadi masalah adalah ketika kita
mencampuradukkan segala aspek menjadi satu. Ada kasus science, ada bisnis,
ada legal dan ada politik. Masing-masing memiliki keunikan metode analisa,
data, kacamata, tata cara serta protokol yang berbeda.
Ketika melihat laporan itupun, secara tak sadar sudah banyak yang (serta
merta) mencoba menilai dari sisi yang diminatinya. Saya sepkat dengan Pak
Awang laporan itdibuat untuk keperluan bisnis. Ndak ada yang salah dari
kacamata bisnis, tapi menjadi lutju ketika masuh ranah ilmiah atau ranah
politik. Menjadi janggal ketika dipakai kasus hukum dst.

Workshop

Bulan lalu ketika ketemu Pak Bambang Istadi (di acara seminar new Indonesian
Basin) ada obrolan singkat yang menarik. Beliau menawarkan ... Adakah
kawan-kawan di IAGI yang menginginkan bersama-sama melihat data LUSI yang
ada di lapindo, digelar dan dipakai sebagai bahan diskusi bersama ? yaah
semacam workshop gitu lah.
Jangan hanya asal menuduh tanpa bukti. Jangan berbicara tanpa berpendapat
tanpa data  Mari kita lihat data asli yang telah dikumpulkan di "Museum
Lusi". Kita pakai kasus ini sebagai bahan pembelajaran bersama. Data-data
itu kini, konon menurut Pak Bambang Istadi, boleh dilihat siapa saja. Namun
untuk mempermudah prosedur sebaiknya ya jangan satu-satu dateng kesana.
Mungkin kita masuk kesana lewat IAGI, maksudnye tentu bukan mencari pendapat
IAGI, tapi IAGI hanya memfasilitasi (mengkoordinir) bersama Lapindo untuk
secara bersama berdiksusi, ngobrol, berargumentasi dan saya kira akan
menarik kalau bertemu bersama dengan data-data yang sama yang ada disitu.
Selama ini setiap orang berpendapat dengan datanya sendiri-sendiri,
dianalisa sendiri-sendiri, kemudian diadu hasil interpretasinya. Kalau kita
berawal dari data yang sama mungkin akan jauuh lebih "berkesan". Tentunya
kalau anda pernah melakukan pengukuran sendiri boleh saja dibawa dalam
workshop ini.

Mnurutku gak perlu ditargetkan ada keputusan atau pendapat bersama, tetapi
mungkin akan memberikan sedikit minuman mengobati "kehausan ilmiah" kita
akan kasus nakalnya si Lusi ini.

Gimana ? Aku rasa tawaran Mas Bambang Istadi ini cukup menarik looh !
Jangan sampai hanya karena kasus begini saja menjadi terbelah dan terpecah
 malu ah !
**
*bersama kita bisa*
... bisa apa ? ... ya apa aja !

RDP
2009/7/23 Awang Satyana 

>
> Walaupun Lusi telah memecah-belah para ahli geologi maupun ahli pemboran
> nasional dan internasional kepada pengkubuan pendapat-pendapat tentang asal
> Lusi, yang saling menyerang baik secara tak langsung dan santun  maupun
> secara frontal dan kasar, Lusi sebagai sebuah fenomena tetap menarik untuk
> dipelajari dan dipelajari lagi.
>
> Ia pun tidak sepi dari perbincangan. Minggu lalu, 15 Juli 2009, ITS
> Surabaya bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup menggelar seminar
> yang membahas dampak fisik dan sosial-ekonomi akibat bencana Lusi setelah
> Lusi lebih dari 3 tahun mengirim lumpur panas dari bawah permukaan ke atas
> permukaan.
>
> Kita semua : Pemerintah, masyarakat, para ahli, kalangan hukum, industri
> perminyakan, dan yang terkait lainnya, tak terbiasa dengan kasus seperti
> Lusi ini. Maka akibatnya, belumlah ada penyelesaian yang final atas kasus
> ini -para ahli masih berdebat tentang asal Lusi, polisi dan kejaksaan masih
> bingung bagaimana membawa kasus Lusi sebagai kasus hukum, industri
> perminyakan menjadi gamang takut di areanya ada kasus seperti Lusi, hubungan
> Pemerintah-masyarakat korban-Lapindo soal ganti rugi masih pasang-surut
> keharmonisannya, dll.
>
> Semua masih perlu belajar, menangani kasus Lusi ini.
>
> Akan halnya laporan2 konsultan drilling yang disewa Medco untuk memberikan
> pendapatnya soal asal Lusi yang kemudian tersebar luas ke publik melalui
> Aljazeera, saya menafsirkannya hanya sebagai partnership yang buruk antara
> Lapindo dan Medco soal kasus Lusi ini. Apakah isi kedua laporan itu benar
> atau tidak, saya juga memahaminya sebagai dua laporan yang sesaat saja, yang
> dengan cepat dibuat untuk keperluan aspek legal client-nya, laporan dengan
> data lama, yang tak menggunakan semua data dan analisis yang ada yang
> berkembang sampai saat ini, dan laporan yang hanya memandang sumur, tanpa
> sedikit pun menengok ke ruang dan waktu geologi.
>
> salam,
> Awang
>
> --- On Thu, 7/23/09, Hendratno Agus  wrote:
>
> > From: Hendratno Agus 
> > Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Date: Thursday, July 23, 2009, 2:31 PM
>  > Amatan saya sekarang ini, kasus
> > lumpur di porong dalam konteks ranah saintifik dan teknis
> > memunculkan ketakutan yang luar biasa. Bahkan dalam studi
> > G&GR pada wilayah yang berdeka

Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi

2009-07-23 Terurut Topik Awang Satyana

Walaupun Lusi telah memecah-belah para ahli geologi maupun ahli pemboran 
nasional dan internasional kepada pengkubuan pendapat-pendapat tentang asal 
Lusi, yang saling menyerang baik secara tak langsung dan santun  maupun secara 
frontal dan kasar, Lusi sebagai sebuah fenomena tetap menarik untuk dipelajari 
dan dipelajari lagi.

Ia pun tidak sepi dari perbincangan. Minggu lalu, 15 Juli 2009, ITS Surabaya 
bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup menggelar seminar yang 
membahas dampak fisik dan sosial-ekonomi akibat bencana Lusi setelah Lusi lebih 
dari 3 tahun mengirim lumpur panas dari bawah permukaan ke atas permukaan.

Kita semua : Pemerintah, masyarakat, para ahli, kalangan hukum, industri 
perminyakan, dan yang terkait lainnya, tak terbiasa dengan kasus seperti Lusi 
ini. Maka akibatnya, belumlah ada penyelesaian yang final atas kasus ini -para 
ahli masih berdebat tentang asal Lusi, polisi dan kejaksaan masih bingung 
bagaimana membawa kasus Lusi sebagai kasus hukum, industri perminyakan menjadi 
gamang takut di areanya ada kasus seperti Lusi, hubungan Pemerintah-masyarakat 
korban-Lapindo soal ganti rugi masih pasang-surut keharmonisannya, dll.

Semua masih perlu belajar, menangani kasus Lusi ini.

Akan halnya laporan2 konsultan drilling yang disewa Medco untuk memberikan 
pendapatnya soal asal Lusi yang kemudian tersebar luas ke publik melalui 
Aljazeera, saya menafsirkannya hanya sebagai partnership yang buruk antara 
Lapindo dan Medco soal kasus Lusi ini. Apakah isi kedua laporan itu benar atau 
tidak, saya juga memahaminya sebagai dua laporan yang sesaat saja, yang dengan 
cepat dibuat untuk keperluan aspek legal client-nya, laporan dengan data lama, 
yang tak menggunakan semua data dan analisis yang ada yang berkembang sampai 
saat ini, dan laporan yang hanya memandang sumur, tanpa sedikit pun menengok ke 
ruang dan waktu geologi.

salam,
Awang

--- On Thu, 7/23/09, Hendratno Agus  wrote:

> From: Hendratno Agus 
> Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Thursday, July 23, 2009, 2:31 PM
> Amatan saya sekarang ini, kasus
> lumpur di porong dalam konteks ranah saintifik dan teknis
> memunculkan ketakutan yang luar biasa. Bahkan dalam studi
> G&GR pada wilayah yang berdekatan dengan blok tersebut,
> ketika para ahli seismik, geofisik, geologi (yang sudah
> berpengalaman lebih dari 10th dalam G&GR) semua
> mencermati penampang seismik yang dekat-dekat dengan blok
> brantas, harus dibikin pusing dengan melihat berbagai
> jendulan-jendulan aneh dengan tafsiran yang macem-macem.
> Bahkan perlu melihat kembali seismik yang dimiliki oleh blok
> yang ada lusinya itu, dan repotnya menjadi panjang berurusan
> dengan otoritas migas yang ada. Dua manzdab besar tentang
> proses lusi sudah banyak diketahui publik dan ilmuwan, yang
> ternyata tidak ketemu di ranah hukum dan pengadilan.
> Sekarang lusi maupun kasus lusi ini dua fakta yang berbeda
> dengan barang yang sama. Ternyata mulai digiring dan sengaja
> atau tidak sengaja "dijebloskan" pada ranah politik, impact
> ekonomi, krisis
>  sosial, dan bahkan pertarungan ideologi. Gak bakalan
> rampung itu!!! OK, gak rampung, bagaimana dengan krisis di
> permukaan, kalau krisis bawah permukaan ternyata belum bisa
> clear?? Krisis permukaan juga gak rampung!!. Jangan-jangan
> semua lini organisasi pemerintah, dan berbagai komunitas
> sudah lupa Lusi dan Kasus Lusi, karena semua sedang trend
> untuk mengungkap kasus bom Jkt..., yaach...kasihan juga
> korban Lusi...
> salam, gus hend
> 
> 
> 
> 
> 
> From: sudung situmorang 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Thursday, July 23, 2009 1:23:30 PM
> Subject: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi
> 
> 
> Memang terasa bosan karena ngak ada jalan keluarnya. Yang
> ada cuma bahasan prosesnya saja.
> 
> 
> 
> - Pesan Asli 
> Dari: Amir Al Amin 
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Terkirim: Rabu, 22 Juli, 2009 15:18:30
> Judul: [iagi-net-l] Lusi lagi
> 
> maaf , mungkin udah pada bosen ngomongin Lusi..
> baru2 saja, saya mendapat email laporan internal perusahaan
> sbb, kok beredar
> di milis2..?
> mudah2an bisa menjadi masukan , bagi IAGI.
> 
> 1.    http://english. aljazeera. net/mritems/ Documents/
> 2009/6/17/
> 2009617151210657 572TriTech_ Lukman_report_ -_East_Java_
> Well_Blow-
> out_Assessment_ -_Preliminary_ Report_Document.
> pdf<http://english.aljazeera.net/mritems/Documents/2009/6/17/2009617151210657572TriTech_Lukman_report_-_East_Java_Well_Blow-out_Assessment_-_Preliminary_Report_Document.pdf>
> 
> 2.    http://english. aljazeera. net/mritems/ Documents/
> 2009/6/17/
> 2009617151816979 683Final% 20Report% 20Sidoarjo%
> 20Neil%20Adams.
> pdf<http://english.aljazeera.net/mritems/Documents/2009

Re: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi

2009-07-23 Terurut Topik Hendratno Agus
Amatan saya sekarang ini, kasus lumpur di porong dalam konteks ranah saintifik 
dan teknis memunculkan ketakutan yang luar biasa. Bahkan dalam studi G&GR pada 
wilayah yang berdekatan dengan blok tersebut, ketika para ahli seismik, 
geofisik, geologi (yang sudah berpengalaman lebih dari 10th dalam G&GR) semua 
mencermati penampang seismik yang dekat-dekat dengan blok brantas, harus 
dibikin pusing dengan melihat berbagai jendulan-jendulan aneh dengan tafsiran 
yang macem-macem. Bahkan perlu melihat kembali seismik yang dimiliki oleh blok 
yang ada lusinya itu, dan repotnya menjadi panjang berurusan dengan otoritas 
migas yang ada. Dua manzdab besar tentang proses lusi sudah banyak diketahui 
publik dan ilmuwan, yang ternyata tidak ketemu di ranah hukum dan pengadilan. 
Sekarang lusi maupun kasus lusi ini dua fakta yang berbeda dengan barang yang 
sama. Ternyata mulai digiring dan sengaja atau tidak sengaja "dijebloskan" pada 
ranah politik, impact ekonomi, krisis
 sosial, dan bahkan pertarungan ideologi. Gak bakalan rampung itu!!! OK, gak 
rampung, bagaimana dengan krisis di permukaan, kalau krisis bawah permukaan 
ternyata belum bisa clear?? Krisis permukaan juga gak rampung!!. Jangan-jangan 
semua lini organisasi pemerintah, dan berbagai komunitas sudah lupa Lusi dan 
Kasus Lusi, karena semua sedang trend untuk mengungkap kasus bom Jkt..., 
yaach...kasihan juga korban Lusi...
salam, gus hend





From: sudung situmorang 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, July 23, 2009 1:23:30 PM
Subject: Bls: [iagi-net-l] Lusi lagi


Memang terasa bosan karena ngak ada jalan keluarnya. Yang ada cuma bahasan 
prosesnya saja.



- Pesan Asli 
Dari: Amir Al Amin 
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Rabu, 22 Juli, 2009 15:18:30
Judul: [iagi-net-l] Lusi lagi

maaf , mungkin udah pada bosen ngomongin Lusi..
baru2 saja, saya mendapat email laporan internal perusahaan sbb, kok beredar
di milis2..?
mudah2an bisa menjadi masukan , bagi IAGI.

1.http://english. aljazeera. net/mritems/ Documents/ 2009/6/17/
2009617151210657 572TriTech_ Lukman_report_ -_East_Java_ Well_Blow-
out_Assessment_ -_Preliminary_ Report_Document.
pdf

2.http://english. aljazeera. net/mritems/ Documents/ 2009/6/17/
2009617151816979 683Final% 20Report% 20Sidoarjo% 20Neil%20Adams.
pdf



-- 
***
Amir Al Amin
Operations/ Wellsite Geologist
(62)811592902
amir13120[at]yahoo.com
amir.al.amin[at]gmail.com




  "Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com";


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-