Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

2010-09-01 Terurut Topik Sunu Praptono
Terima kasih Pak Doddy atas pencerahannya.
Kalau menilik kata-kata Freddy Numberi, terkesan bahwa claim itu sudah
berdasarkan estimasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Semoga ada anggota IAGI lain yang punya informasi dari dalam yang
memberikan pencerahan bagaimana Pemerintah RI bisa sampai pada angka USD
2.3Milliar.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalani.

Sunu.

2010/9/1 Doddy Suryanto dod...@pttep.com

 Kebetulan pertengahan bulan agustus kemarin disuruh CEO nya PTTEP
 Australasia untuk menerjemahkan surat pengaduan dari Yayasan Peduli
 Timor Barat (YPTB) yang menuntut ganti rugi atas insiden Montara. Surat
 yang dikirim dengan berbahasa Indonesia tersebut mempunyai tembusan
 kemana-mana termasuk PBB, PM Australia, Presiden Indonesia, dll.
 Intinya dalam surat tersebut pihak daerah Timor Barat dan sekitarnya
 menuntut ganti rugi tetapi terlebih dahulu membentuk tim yang
 beranggotakan pihak dari Australia, Indonesia (pemerintah pusat dan
 daerah), dan PTTEP Australasia untuk bersama-sama berdiskusi tentang
 daerah yang tercemar dan berapa ganti rugi yang harus diberikan.
 PTTEP Australasia sendiri sebelumnya telah berniat baik untuk memberikan
 ganti rugi tetapi saat itu pihak Indonesia belum bekerja untuk
 menentukan berapa jumlah kerugian yang harus dibayar. Sampai akhirnya
 turun perintah dari Presiden Indonesia untuk segera menuntaskan masalah
 ini.
 Disinilah beberapa pejabat pusat terkait bertindak dengan cepat dan
 sedikit berinteraksi dengan pemerintah daerah. Saya sebutkan bertindak
 cepat karena dalam surat yang dibuat oleh YPTB tersebut pemerintah
 daerah memberikan complain atas kinerja pemerintah pusat dalam membantu
 menangani masalah yang terjadi. Dengan keterbatasan dana, alat dan
 tenaga ahli yang dimiliki pemerintah daerah mustahil dapat dilakukan
 pengukuran area tercemar dan menghitung jumlah kerugian. Pemerintah
 pusat hanya datang beberapa kali saja dan hanya beberapa saat. Sampai
 akhirnya pemerintah daerah diberikan instruksi oleh pemerintah pusat
 agar segera memberikan jumlah kerugian untuk dilaporkan ke presiden dan
 menuntut PTTEP untuk segera membayarnya. PTTEP sendiri selama ini
 berkomunikasi hanya dengan pemerintah pusat saja dan memang seharusnya
 begitu sampai nantinya pemerintah pusat berkolaborasi dengan pemerintah
 daerah bersama-sama PTTEP bekerja sama menanggulangi masalah ini seperti
 PTTEp bekerja sama dengan pemerintah Australia.
 Yang menjadi kendala sebenarnya adalah dimana peran pemerintah pusat
 dalam membantu pemerintah daerah untuk menentukan berapa jumlah kerugian
 yang harus dibayar.
 Sekarang mungkin susah menghitung berapa besar area yang tercemar tapi
 dengan data2 foto satelit yang direkam sehari-hari mungkin bisa dihitung
 lagi berapa besar kerugian yang harus dibayar. Bukan tiba2 langsung
 minta kerugian sebesar USD 2.3B tanpa bukti yang akurat. Kalau saya yang
 punya perusahaan juga akan merasa diperas dan saya tetap tidak akan
 membayar kerugian tanpa ada data penunjang.
 Maaf kalau terlalu panjang tapi saat menerjemahkan surat dari YPTB saya
 merasa sendih atas apa yang terjadi diantara bangsa sendiri (pemerintah
 pusat dan pemerintah daerah).

 Salam,
 -doddy-


 -Original Message-
 From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
 Sent: Tuesday, 31 August, 2010 4:35 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

 Sepertinya mereka juga tahu bahwa mereka telah mencemari. namun untuk
 referensi perlu data yang akurat tentang seberapa banyak pencemarannya
 atau
 seberapa besar klaim yang diajukan. Kalau tanpa data survey atau yg
 paling
 pas foto sattelite ya kategorinya ngawur !

 Nanti dikhawatiran ada telor udang tercemari, tapi diklaim seharga
 lobster
 :(

 Sebenernya saat ini penggunaan survey penelitian ilmiah dalam klaim
 sudah
 umum terjadi. Seperti misalnya yang namanya landas continen itu merujuk
 pada
 relatif ketebalan sedimen terhadap lereng (beda tinggi). Tanpa adanya
 drilling atau seismic pengeboran yg menunjukkan ketebalan sedimen kita
 ga
 bisa ngeklaim landas continent.

 rdp

 On Tue, Aug 31, 2010 at 3:54 PM, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 wrote:

 
 
 
  Saya kira bagus saja , tapi tentu harus ada perhitungan yang dapat
  dibuktikan secara faktual. Jangan ampai kita dikatgorikan
  memeras.
 
  si Abah *
 
 
  PTTEP
  rejects Indonesiarsquo;s $2.3b compensation demand*
  
  
  Friday, August 27, 2010 - 09:23AM GMT+7
  
   Thai oil, gas
  firm PTTEP Australasia Pty Ltd has rejected the Indonesian
  
  governmentrsquo;s demand to pay compensation amounting to US$2.3
 billion
  for an
   oil spill in the Timor Sea last year, Kontan daily
  reported Friday.
  
   Freddy Numberi, the chairman of the
  team for the handling of the oil
   spill,
   said in
  Jakarta on Thursday the Indonesian government would not change the
   compensation claim despite the Thai companyrsquo;s rejection.
  
   Freddy, who is also the minister of transportation, said

Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

2010-09-01 Terurut Topik andangbachtiar
Saya mengikuti berita ini dan juga berusaha mengingatkan dan memberi info 
teknis pd deputi KLH yg mengurusi masalah ini bahkan pd saat Montara masih blm 
bisa dihentikan. Tapi nampaknya kawan2 di KLH agak menganggap enteng masalah 
ini shg gak gerak2 juga sampai kawan lama kita Pak Ferdi Tanoni dr YPTB bbrp x 
lontarkan rilis2 media sampai ke TV segala, barulah SBY perintahkan Mentri 
Kelautan Prikanan bikin tim mengurusi masalah ini (stlah Montara mampet) dimana 
angotanya jg ada dr KLH. Dan menurut info mrk hanya sekali datang ke Kupang dan 
bbrp daerah di sana, tdk sampai melakukan penelitian rinci, sampling sistimatis 
dsb, kayaknya cuma kunjungan proforma biasa. Malahan kawan dr YPTB lah yg 
sampling dan masukin samplenya ke corelab untuk diteliliti dan berdasarkan 
itulah Ferdi Tanoni kirim surat mengklaim ke PTTEP krn 0Pemerintah jg gak 
kunjung gerak nge-klaim. Barulah stlah keduluan Ferdi, pemerintah kita masukin 
claim, tapi saya sangat2 meragukan angka2 di claim tsb memang sdh berdasar 
penelitian valid. Karena ya itu tadi, ...ga ada gerAak riset yg bisa kita 
monitor, dan kbetulan salah satu motor tim yg dibentuk Mentri itu org 
kepercayaannya yg ex-aktifis ITB dan bbrp kali dia konsultasi ke network 
geologistnya ttg apa yg hrs dilakukan dsb dsb.Jadi, itulah buntutnya: klaim 
yg ikut dipertanyakan basisnya oleh PTTEP. Coba dong, ... Bisa (mau) nggak IAGI 
ikut turun bantuin beresin ini???  Spy pemerintah kita ini gak dianggep 
ngawur dan bodo2 bangetlah,...walopun kenyataan nyrempet2 ke situ...ayo 
dijagain, ayo dibantu...

Adb 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Sunu Praptono sunu.prapt...@gmail.com
Date: Wed, 1 Sep 2010 13:53:30 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?
Terima kasih Pak Doddy atas pencerahannya.
Kalau menilik kata-kata Freddy Numberi, terkesan bahwa claim itu sudah
berdasarkan estimasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Semoga ada anggota IAGI lain yang punya informasi dari dalam yang
memberikan pencerahan bagaimana Pemerintah RI bisa sampai pada angka USD
2.3Milliar.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalani.

Sunu.

2010/9/1 Doddy Suryanto dod...@pttep.com

 Kebetulan pertengahan bulan agustus kemarin disuruh CEO nya PTTEP
 Australasia untuk menerjemahkan surat pengaduan dari Yayasan Peduli
 Timor Barat (YPTB) yang menuntut ganti rugi atas insiden Montara. Surat
 yang dikirim dengan berbahasa Indonesia tersebut mempunyai tembusan
 kemana-mana termasuk PBB, PM Australia, Presiden Indonesia, dll.
 Intinya dalam surat tersebut pihak daerah Timor Barat dan sekitarnya
 menuntut ganti rugi tetapi terlebih dahulu membentuk tim yang
 beranggotakan pihak dari Australia, Indonesia (pemerintah pusat dan
 daerah), dan PTTEP Australasia untuk bersama-sama berdiskusi tentang
 daerah yang tercemar dan berapa ganti rugi yang harus diberikan.
 PTTEP Australasia sendiri sebelumnya telah berniat baik untuk memberikan
 ganti rugi tetapi saat itu pihak Indonesia belum bekerja untuk
 menentukan berapa jumlah kerugian yang harus dibayar. Sampai akhirnya
 turun perintah dari Presiden Indonesia untuk segera menuntaskan masalah
 ini.
 Disinilah beberapa pejabat pusat terkait bertindak dengan cepat dan
 sedikit berinteraksi dengan pemerintah daerah. Saya sebutkan bertindak
 cepat karena dalam surat yang dibuat oleh YPTB tersebut pemerintah
 daerah memberikan complain atas kinerja pemerintah pusat dalam membantu
 menangani masalah yang terjadi. Dengan keterbatasan dana, alat dan
 tenaga ahli yang dimiliki pemerintah daerah mustahil dapat dilakukan
 pengukuran area tercemar dan menghitung jumlah kerugian. Pemerintah
 pusat hanya datang beberapa kali saja dan hanya beberapa saat. Sampai
 akhirnya pemerintah daerah diberikan instruksi oleh pemerintah pusat
 agar segera memberikan jumlah kerugian untuk dilaporkan ke presiden dan
 menuntut PTTEP untuk segera membayarnya. PTTEP sendiri selama ini
 berkomunikasi hanya dengan pemerintah pusat saja dan memang seharusnya
 begitu sampai nantinya pemerintah pusat berkolaborasi dengan pemerintah
 daerah bersama-sama PTTEP bekerja sama menanggulangi masalah ini seperti
 PTTEp bekerja sama dengan pemerintah Australia.
 Yang menjadi kendala sebenarnya adalah dimana peran pemerintah pusat
 dalam membantu pemerintah daerah untuk menentukan berapa jumlah kerugian
 yang harus dibayar.
 Sekarang mungkin susah menghitung berapa besar area yang tercemar tapi
 dengan data2 foto satelit yang direkam sehari-hari mungkin bisa dihitung
 lagi berapa besar kerugian yang harus dibayar. Bukan tiba2 langsung
 minta kerugian sebesar USD 2.3B tanpa bukti yang akurat. Kalau saya yang
 punya perusahaan juga akan merasa diperas dan saya tetap tidak akan
 membayar kerugian tanpa ada data penunjang.
 Maaf kalau terlalu panjang tapi saat menerjemahkan surat dari YPTB saya
 merasa sendih atas apa yang terjadi diantara bangsa sendiri (pemerintah
 pusat dan pemerintah

Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

2010-09-01 Terurut Topik doddys
Memang benar sampeyan Sam. Pak Ferdi lah yang berteriak dari dulu dan contoh 
tumpahan minyak juga dikirim ke australia dan hasilnya positif sama dgn minyak 
dari ladang Montara. PTTEP sendiri telah mengusulkan ganti rugi sejak 
Oktober/November tahun lalu. YPTB juga mengusulkan membentuk tim khusus yang 
terdiri dari pemda, pemerintah pusat, PTTEP, YPTB sendiri dan lembaga terkait 
lainnya untuk mengatasi masalah ini tapi TIDAK pernah terbentuk. Bantuan dari 
pemerintah pusat yang sangat diharapkan juga tidak berjalan dengan benar dengan 
alasan dana untuk investigasi terbatas shg mereka tidak bisa tinggal lama di 
daerah. Jadi pemikiran YPTB dan pemda rasanya jauh lebih bagus dibandingkan 
pemerintah pusat yang langsung keluar dgn angka ganti rugi tanpa bukti-bukti yg 
didukung penelitian ilmiah.
Nanti kalau ada info terbaru akan diinformasikan kembali.

Salam,
-doddy-
Sent from my BlackBerry® by dovirado

-Original Message-
From: andangbacht...@yahoo.com
Date: Thu, 2 Sep 2010 01:29:30 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

Saya mengikuti berita ini dan juga berusaha mengingatkan dan memberi info 
teknis pd deputi KLH yg mengurusi masalah ini bahkan pd saat Montara masih blm 
bisa dihentikan. Tapi nampaknya kawan2 di KLH agak menganggap enteng masalah 
ini shg gak gerak2 juga sampai kawan lama kita Pak Ferdi Tanoni dr YPTB bbrp x 
lontarkan rilis2 media sampai ke TV segala, barulah SBY perintahkan Mentri 
Kelautan Prikanan bikin tim mengurusi masalah ini (stlah Montara mampet) dimana 
angotanya jg ada dr KLH. Dan menurut info mrk hanya sekali datang ke Kupang dan 
bbrp daerah di sana, tdk sampai melakukan penelitian rinci, sampling sistimatis 
dsb, kayaknya cuma kunjungan proforma biasa. Malahan kawan dr YPTB lah yg 
sampling dan masukin samplenya ke corelab untuk diteliliti dan berdasarkan 
itulah Ferdi Tanoni kirim surat mengklaim ke PTTEP krn 0Pemerintah jg gak 
kunjung gerak nge-klaim. Barulah stlah keduluan Ferdi, pemerintah kita masukin 
claim, tapi saya sangat2 meragukan angka2 di claim tsb memang sdh berdasar 
penelitian valid. Karena ya itu tadi, ...ga ada gerAak riset yg bisa kita 
monitor, dan kbetulan salah satu motor tim yg dibentuk Mentri itu org 
kepercayaannya yg ex-aktifis ITB dan bbrp kali dia konsultasi ke network 
geologistnya ttg apa yg hrs dilakukan dsb dsb.Jadi, itulah buntutnya: klaim 
yg ikut dipertanyakan basisnya oleh PTTEP. Coba dong, ... Bisa (mau) nggak IAGI 
ikut turun bantuin beresin ini???  Spy pemerintah kita ini gak dianggep 
ngawur dan bodo2 bangetlah,...walopun kenyataan nyrempet2 ke situ...ayo 
dijagain, ayo dibantu...

Adb 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Sunu Praptono sunu.prapt...@gmail.com
Date: Wed, 1 Sep 2010 13:53:30 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?
Terima kasih Pak Doddy atas pencerahannya.
Kalau menilik kata-kata Freddy Numberi, terkesan bahwa claim itu sudah
berdasarkan estimasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Semoga ada anggota IAGI lain yang punya informasi dari dalam yang
memberikan pencerahan bagaimana Pemerintah RI bisa sampai pada angka USD
2.3Milliar.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalani.

Sunu.

2010/9/1 Doddy Suryanto dod...@pttep.com

 Kebetulan pertengahan bulan agustus kemarin disuruh CEO nya PTTEP
 Australasia untuk menerjemahkan surat pengaduan dari Yayasan Peduli
 Timor Barat (YPTB) yang menuntut ganti rugi atas insiden Montara. Surat
 yang dikirim dengan berbahasa Indonesia tersebut mempunyai tembusan
 kemana-mana termasuk PBB, PM Australia, Presiden Indonesia, dll.
 Intinya dalam surat tersebut pihak daerah Timor Barat dan sekitarnya
 menuntut ganti rugi tetapi terlebih dahulu membentuk tim yang
 beranggotakan pihak dari Australia, Indonesia (pemerintah pusat dan
 daerah), dan PTTEP Australasia untuk bersama-sama berdiskusi tentang
 daerah yang tercemar dan berapa ganti rugi yang harus diberikan.
 PTTEP Australasia sendiri sebelumnya telah berniat baik untuk memberikan
 ganti rugi tetapi saat itu pihak Indonesia belum bekerja untuk
 menentukan berapa jumlah kerugian yang harus dibayar. Sampai akhirnya
 turun perintah dari Presiden Indonesia untuk segera menuntaskan masalah
 ini.
 Disinilah beberapa pejabat pusat terkait bertindak dengan cepat dan
 sedikit berinteraksi dengan pemerintah daerah. Saya sebutkan bertindak
 cepat karena dalam surat yang dibuat oleh YPTB tersebut pemerintah
 daerah memberikan complain atas kinerja pemerintah pusat dalam membantu
 menangani masalah yang terjadi. Dengan keterbatasan dana, alat dan
 tenaga ahli yang dimiliki pemerintah daerah mustahil dapat dilakukan
 pengukuran area tercemar dan menghitung jumlah kerugian. Pemerintah
 pusat hanya datang beberapa kali saja dan hanya beberapa saat. Sampai
 akhirnya pemerintah daerah diberikan instruksi oleh pemerintah pusat
 agar segera memberikan

Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

2010-08-31 Terurut Topik yanto R.Sumantri



Saya kira bagus saja , tapi tentu harus ada perhitungan yang dapat
dibuktikan secara faktual. Jangan ampai kita dikatgorikan
memeras.

si Abah *


PTTEP
rejects Indonesiarsquo;s $2.3b compensation demand*
 

Friday, August 27, 2010 - 09:23AM GMT+7
 
 Thai oil, gas
firm PTTEP Australasia Pty Ltd has rejected the Indonesian

governmentrsquo;s demand to pay compensation amounting to US$2.3 billion
for an
 oil spill in the Timor Sea last year, Kontan daily
reported Friday.
 
 Freddy Numberi, the chairman of the
team for the handling of the oil
 spill,
 said in
Jakarta on Thursday the Indonesian government would not change the
 compensation claim despite the Thai companyrsquo;s rejection.
 
 Freddy, who is also the minister of transportation, said
that it was a big
 mistake if the Thai company turned down the
claim demand because it was
 made
 on the actual loss
caused by the oil spill.
 
 According to Freddy, the
West Atlas block in offshore Montara, Australia
 operated by
PTTEP Australasia, leaked uncontrollably for more than 70

days,
 polluting waters off West Timor. The oil spill also
destroyed fish stocks
 and wiped out seaweed farm along the
coast.
 
 ldquo;I have an instructed the Indonesian
negotiation team not to change the
 claim,rdquo; he said.
 
 Indonesia officially filed its request to the Thai
company to pay the
 compensation over the oil spill in the Timor
Sea during a negotiation held
 in Perth early this week. The
claim also includes the damages on the
 ecosystem and the
opportunity losses for the next few years that would be
 suffered
by local fishermen because of the oil spill. (*)
 


-- 
___
Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate
jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.


Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

2010-08-31 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Sepertinya mereka juga tahu bahwa mereka telah mencemari. namun untuk
referensi perlu data yang akurat tentang seberapa banyak pencemarannya atau
seberapa besar klaim yang diajukan. Kalau tanpa data survey atau yg paling
pas foto sattelite ya kategorinya ngawur !

Nanti dikhawatiran ada telor udang tercemari, tapi diklaim seharga lobster
:(

Sebenernya saat ini penggunaan survey penelitian ilmiah dalam klaim sudah
umum terjadi. Seperti misalnya yang namanya landas continen itu merujuk pada
relatif ketebalan sedimen terhadap lereng (beda tinggi). Tanpa adanya
drilling atau seismic pengeboran yg menunjukkan ketebalan sedimen kita ga
bisa ngeklaim landas continent.

rdp

On Tue, Aug 31, 2010 at 3:54 PM, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:




 Saya kira bagus saja , tapi tentu harus ada perhitungan yang dapat
 dibuktikan secara faktual. Jangan ampai kita dikatgorikan
 memeras.

 si Abah *


 PTTEP
 rejects Indonesiarsquo;s $2.3b compensation demand*
 
 
 Friday, August 27, 2010 - 09:23AM GMT+7
 
  Thai oil, gas
 firm PTTEP Australasia Pty Ltd has rejected the Indonesian
 
 governmentrsquo;s demand to pay compensation amounting to US$2.3 billion
 for an
  oil spill in the Timor Sea last year, Kontan daily
 reported Friday.
 
  Freddy Numberi, the chairman of the
 team for the handling of the oil
  spill,
  said in
 Jakarta on Thursday the Indonesian government would not change the
  compensation claim despite the Thai companyrsquo;s rejection.
 
  Freddy, who is also the minister of transportation, said
 that it was a big
  mistake if the Thai company turned down the
 claim demand because it was
  made
  on the actual loss
 caused by the oil spill.
 
  According to Freddy, the
 West Atlas block in offshore Montara, Australia
  operated by
 PTTEP Australasia, leaked uncontrollably for more than 70
 
 days,
  polluting waters off West Timor. The oil spill also
 destroyed fish stocks
  and wiped out seaweed farm along the
 coast.
 
  ldquo;I have an instructed the Indonesian
 negotiation team not to change the
  claim,rdquo; he said.
 
  Indonesia officially filed its request to the Thai
 company to pay the
  compensation over the oil spill in the Timor
 Sea during a negotiation held
  in Perth early this week. The
 claim also includes the damages on the
  ecosystem and the
 opportunity losses for the next few years that would be
  suffered
 by local fishermen because of the oil spill. (*)
 


 --
 ___
 Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate
 jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.



RE: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

2010-08-31 Terurut Topik Doddy Suryanto
Kebetulan pertengahan bulan agustus kemarin disuruh CEO nya PTTEP
Australasia untuk menerjemahkan surat pengaduan dari Yayasan Peduli
Timor Barat (YPTB) yang menuntut ganti rugi atas insiden Montara. Surat
yang dikirim dengan berbahasa Indonesia tersebut mempunyai tembusan
kemana-mana termasuk PBB, PM Australia, Presiden Indonesia, dll.
Intinya dalam surat tersebut pihak daerah Timor Barat dan sekitarnya
menuntut ganti rugi tetapi terlebih dahulu membentuk tim yang
beranggotakan pihak dari Australia, Indonesia (pemerintah pusat dan
daerah), dan PTTEP Australasia untuk bersama-sama berdiskusi tentang
daerah yang tercemar dan berapa ganti rugi yang harus diberikan.
PTTEP Australasia sendiri sebelumnya telah berniat baik untuk memberikan
ganti rugi tetapi saat itu pihak Indonesia belum bekerja untuk
menentukan berapa jumlah kerugian yang harus dibayar. Sampai akhirnya
turun perintah dari Presiden Indonesia untuk segera menuntaskan masalah
ini.
Disinilah beberapa pejabat pusat terkait bertindak dengan cepat dan
sedikit berinteraksi dengan pemerintah daerah. Saya sebutkan bertindak
cepat karena dalam surat yang dibuat oleh YPTB tersebut pemerintah
daerah memberikan complain atas kinerja pemerintah pusat dalam membantu
menangani masalah yang terjadi. Dengan keterbatasan dana, alat dan
tenaga ahli yang dimiliki pemerintah daerah mustahil dapat dilakukan
pengukuran area tercemar dan menghitung jumlah kerugian. Pemerintah
pusat hanya datang beberapa kali saja dan hanya beberapa saat. Sampai
akhirnya pemerintah daerah diberikan instruksi oleh pemerintah pusat
agar segera memberikan jumlah kerugian untuk dilaporkan ke presiden dan
menuntut PTTEP untuk segera membayarnya. PTTEP sendiri selama ini
berkomunikasi hanya dengan pemerintah pusat saja dan memang seharusnya
begitu sampai nantinya pemerintah pusat berkolaborasi dengan pemerintah
daerah bersama-sama PTTEP bekerja sama menanggulangi masalah ini seperti
PTTEp bekerja sama dengan pemerintah Australia.
Yang menjadi kendala sebenarnya adalah dimana peran pemerintah pusat
dalam membantu pemerintah daerah untuk menentukan berapa jumlah kerugian
yang harus dibayar.
Sekarang mungkin susah menghitung berapa besar area yang tercemar tapi
dengan data2 foto satelit yang direkam sehari-hari mungkin bisa dihitung
lagi berapa besar kerugian yang harus dibayar. Bukan tiba2 langsung
minta kerugian sebesar USD 2.3B tanpa bukti yang akurat. Kalau saya yang
punya perusahaan juga akan merasa diperas dan saya tetap tidak akan
membayar kerugian tanpa ada data penunjang. 
Maaf kalau terlalu panjang tapi saat menerjemahkan surat dari YPTB saya
merasa sendih atas apa yang terjadi diantara bangsa sendiri (pemerintah
pusat dan pemerintah daerah).

Salam,
-doddy-


-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, 31 August, 2010 4:35 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

Sepertinya mereka juga tahu bahwa mereka telah mencemari. namun untuk
referensi perlu data yang akurat tentang seberapa banyak pencemarannya
atau
seberapa besar klaim yang diajukan. Kalau tanpa data survey atau yg
paling
pas foto sattelite ya kategorinya ngawur !

Nanti dikhawatiran ada telor udang tercemari, tapi diklaim seharga
lobster
:(

Sebenernya saat ini penggunaan survey penelitian ilmiah dalam klaim
sudah
umum terjadi. Seperti misalnya yang namanya landas continen itu merujuk
pada
relatif ketebalan sedimen terhadap lereng (beda tinggi). Tanpa adanya
drilling atau seismic pengeboran yg menunjukkan ketebalan sedimen kita
ga
bisa ngeklaim landas continent.

rdp

On Tue, Aug 31, 2010 at 3:54 PM, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
wrote:




 Saya kira bagus saja , tapi tentu harus ada perhitungan yang dapat
 dibuktikan secara faktual. Jangan ampai kita dikatgorikan
 memeras.

 si Abah *


 PTTEP
 rejects Indonesiarsquo;s $2.3b compensation demand*
 
 
 Friday, August 27, 2010 - 09:23AM GMT+7
 
  Thai oil, gas
 firm PTTEP Australasia Pty Ltd has rejected the Indonesian
 
 governmentrsquo;s demand to pay compensation amounting to US$2.3
billion
 for an
  oil spill in the Timor Sea last year, Kontan daily
 reported Friday.
 
  Freddy Numberi, the chairman of the
 team for the handling of the oil
  spill,
  said in
 Jakarta on Thursday the Indonesian government would not change the
  compensation claim despite the Thai companyrsquo;s rejection.
 
  Freddy, who is also the minister of transportation, said
 that it was a big
  mistake if the Thai company turned down the
 claim demand because it was
  made
  on the actual loss
 caused by the oil spill.
 
  According to Freddy, the
 West Atlas block in offshore Montara, Australia
  operated by
 PTTEP Australasia, leaked uncontrollably for more than 70
 
 days,
  polluting waters off West Timor. The oil spill also
 destroyed fish stocks
  and wiped out seaweed farm along the
 coast.
 
  ldquo;I have an instructed the Indonesian
 negotiation team not to change the
  claim,rdquo; he

RE: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

2010-08-31 Terurut Topik Yoga Negara
Terjadi dihampir semua lokasi tambang di tanah air.
Sampai hari ini saya lihat belum ada analisa yang detail dari pemerintah
dan pihak industri untuk bisa menghitung berapa besar kerugian
lingkungan dampak dari kegiatan industri ini (kasihan generasi
mendatang).

-Original Message-
From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] 
Sent: Wednesday, 1 September 2010 12:54 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

Kebetulan pertengahan bulan agustus kemarin disuruh CEO nya PTTEP
Australasia untuk menerjemahkan surat pengaduan dari Yayasan Peduli
Timor Barat (YPTB) yang menuntut ganti rugi atas insiden Montara. Surat
yang dikirim dengan berbahasa Indonesia tersebut mempunyai tembusan
kemana-mana termasuk PBB, PM Australia, Presiden Indonesia, dll.
Intinya dalam surat tersebut pihak daerah Timor Barat dan sekitarnya
menuntut ganti rugi tetapi terlebih dahulu membentuk tim yang
beranggotakan pihak dari Australia, Indonesia (pemerintah pusat dan
daerah), dan PTTEP Australasia untuk bersama-sama berdiskusi tentang
daerah yang tercemar dan berapa ganti rugi yang harus diberikan.
PTTEP Australasia sendiri sebelumnya telah berniat baik untuk memberikan
ganti rugi tetapi saat itu pihak Indonesia belum bekerja untuk
menentukan berapa jumlah kerugian yang harus dibayar. Sampai akhirnya
turun perintah dari Presiden Indonesia untuk segera menuntaskan masalah
ini.
Disinilah beberapa pejabat pusat terkait bertindak dengan cepat dan
sedikit berinteraksi dengan pemerintah daerah. Saya sebutkan bertindak
cepat karena dalam surat yang dibuat oleh YPTB tersebut pemerintah
daerah memberikan complain atas kinerja pemerintah pusat dalam membantu
menangani masalah yang terjadi. Dengan keterbatasan dana, alat dan
tenaga ahli yang dimiliki pemerintah daerah mustahil dapat dilakukan
pengukuran area tercemar dan menghitung jumlah kerugian. Pemerintah
pusat hanya datang beberapa kali saja dan hanya beberapa saat. Sampai
akhirnya pemerintah daerah diberikan instruksi oleh pemerintah pusat
agar segera memberikan jumlah kerugian untuk dilaporkan ke presiden dan
menuntut PTTEP untuk segera membayarnya. PTTEP sendiri selama ini
berkomunikasi hanya dengan pemerintah pusat saja dan memang seharusnya
begitu sampai nantinya pemerintah pusat berkolaborasi dengan pemerintah
daerah bersama-sama PTTEP bekerja sama menanggulangi masalah ini seperti
PTTEp bekerja sama dengan pemerintah Australia.
Yang menjadi kendala sebenarnya adalah dimana peran pemerintah pusat
dalam membantu pemerintah daerah untuk menentukan berapa jumlah kerugian
yang harus dibayar.
Sekarang mungkin susah menghitung berapa besar area yang tercemar tapi
dengan data2 foto satelit yang direkam sehari-hari mungkin bisa dihitung
lagi berapa besar kerugian yang harus dibayar. Bukan tiba2 langsung
minta kerugian sebesar USD 2.3B tanpa bukti yang akurat. Kalau saya yang
punya perusahaan juga akan merasa diperas dan saya tetap tidak akan
membayar kerugian tanpa ada data penunjang. 
Maaf kalau terlalu panjang tapi saat menerjemahkan surat dari YPTB saya
merasa sendih atas apa yang terjadi diantara bangsa sendiri (pemerintah
pusat dan pemerintah daerah).

Salam,
-doddy-


-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, 31 August, 2010 4:35 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

Sepertinya mereka juga tahu bahwa mereka telah mencemari. namun untuk
referensi perlu data yang akurat tentang seberapa banyak pencemarannya
atau
seberapa besar klaim yang diajukan. Kalau tanpa data survey atau yg
paling
pas foto sattelite ya kategorinya ngawur !

Nanti dikhawatiran ada telor udang tercemari, tapi diklaim seharga
lobster
:(

Sebenernya saat ini penggunaan survey penelitian ilmiah dalam klaim
sudah
umum terjadi. Seperti misalnya yang namanya landas continen itu merujuk
pada
relatif ketebalan sedimen terhadap lereng (beda tinggi). Tanpa adanya
drilling atau seismic pengeboran yg menunjukkan ketebalan sedimen kita
ga
bisa ngeklaim landas continent.

rdp

On Tue, Aug 31, 2010 at 3:54 PM, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
wrote:




 Saya kira bagus saja , tapi tentu harus ada perhitungan yang dapat
 dibuktikan secara faktual. Jangan ampai kita dikatgorikan
 memeras.

 si Abah *


 PTTEP
 rejects Indonesiarsquo;s $2.3b compensation demand*
 
 
 Friday, August 27, 2010 - 09:23AM GMT+7
 
  Thai oil, gas
 firm PTTEP Australasia Pty Ltd has rejected the Indonesian
 
 governmentrsquo;s demand to pay compensation amounting to US$2.3
billion
 for an
  oil spill in the Timor Sea last year, Kontan daily
 reported Friday.
 
  Freddy Numberi, the chairman of the
 team for the handling of the oil
  spill,
  said in
 Jakarta on Thursday the Indonesian government would not change the
  compensation claim despite the Thai companyrsquo;s rejection.
 
  Freddy, who is also the minister of transportation, said
 that it was a big
  mistake if the Thai company turned down

Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

2010-08-31 Terurut Topik mohammad syaiful
semoga saja pemerintah pusat (RI) dan daerah sudah bekerja-sama
sekarang secara baik dan profesional dan mampu menghitung kerugian yg
layak utk dimintakan kepada PTTEP. mungkin rekan doddy dapat
memberikan info jika ada kemajuan dalam masalah ini.

terimakasih dan salam,
syaiful

2010/9/1 Doddy Suryanto dod...@pttep.com:
 Kebetulan pertengahan bulan agustus kemarin disuruh CEO nya PTTEP
 Australasia untuk menerjemahkan surat pengaduan dari Yayasan Peduli
 Timor Barat (YPTB) yang menuntut ganti rugi atas insiden Montara. Surat
 yang dikirim dengan berbahasa Indonesia tersebut mempunyai tembusan
 kemana-mana termasuk PBB, PM Australia, Presiden Indonesia, dll.
 Intinya dalam surat tersebut pihak daerah Timor Barat dan sekitarnya
 menuntut ganti rugi tetapi terlebih dahulu membentuk tim yang
 beranggotakan pihak dari Australia, Indonesia (pemerintah pusat dan
 daerah), dan PTTEP Australasia untuk bersama-sama berdiskusi tentang
 daerah yang tercemar dan berapa ganti rugi yang harus diberikan.
 PTTEP Australasia sendiri sebelumnya telah berniat baik untuk memberikan
 ganti rugi tetapi saat itu pihak Indonesia belum bekerja untuk
 menentukan berapa jumlah kerugian yang harus dibayar. Sampai akhirnya
 turun perintah dari Presiden Indonesia untuk segera menuntaskan masalah
 ini.
 Disinilah beberapa pejabat pusat terkait bertindak dengan cepat dan
 sedikit berinteraksi dengan pemerintah daerah. Saya sebutkan bertindak
 cepat karena dalam surat yang dibuat oleh YPTB tersebut pemerintah
 daerah memberikan complain atas kinerja pemerintah pusat dalam membantu
 menangani masalah yang terjadi. Dengan keterbatasan dana, alat dan
 tenaga ahli yang dimiliki pemerintah daerah mustahil dapat dilakukan
 pengukuran area tercemar dan menghitung jumlah kerugian. Pemerintah
 pusat hanya datang beberapa kali saja dan hanya beberapa saat. Sampai
 akhirnya pemerintah daerah diberikan instruksi oleh pemerintah pusat
 agar segera memberikan jumlah kerugian untuk dilaporkan ke presiden dan
 menuntut PTTEP untuk segera membayarnya. PTTEP sendiri selama ini
 berkomunikasi hanya dengan pemerintah pusat saja dan memang seharusnya
 begitu sampai nantinya pemerintah pusat berkolaborasi dengan pemerintah
 daerah bersama-sama PTTEP bekerja sama menanggulangi masalah ini seperti
 PTTEp bekerja sama dengan pemerintah Australia.
 Yang menjadi kendala sebenarnya adalah dimana peran pemerintah pusat
 dalam membantu pemerintah daerah untuk menentukan berapa jumlah kerugian
 yang harus dibayar.
 Sekarang mungkin susah menghitung berapa besar area yang tercemar tapi
 dengan data2 foto satelit yang direkam sehari-hari mungkin bisa dihitung
 lagi berapa besar kerugian yang harus dibayar. Bukan tiba2 langsung
 minta kerugian sebesar USD 2.3B tanpa bukti yang akurat. Kalau saya yang
 punya perusahaan juga akan merasa diperas dan saya tetap tidak akan
 membayar kerugian tanpa ada data penunjang.
 Maaf kalau terlalu panjang tapi saat menerjemahkan surat dari YPTB saya
 merasa sendih atas apa yang terjadi diantara bangsa sendiri (pemerintah
 pusat dan pemerintah daerah).

 Salam,
 -doddy-


 -Original Message-
 From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
 Sent: Tuesday, 31 August, 2010 4:35 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?

 Sepertinya mereka juga tahu bahwa mereka telah mencemari. namun untuk
 referensi perlu data yang akurat tentang seberapa banyak pencemarannya
 atau
 seberapa besar klaim yang diajukan. Kalau tanpa data survey atau yg
 paling
 pas foto sattelite ya kategorinya ngawur !

 Nanti dikhawatiran ada telor udang tercemari, tapi diklaim seharga
 lobster
 :(

 Sebenernya saat ini penggunaan survey penelitian ilmiah dalam klaim
 sudah
 umum terjadi. Seperti misalnya yang namanya landas continen itu merujuk
 pada
 relatif ketebalan sedimen terhadap lereng (beda tinggi). Tanpa adanya
 drilling atau seismic pengeboran yg menunjukkan ketebalan sedimen kita
 ga
 bisa ngeklaim landas continent.

 rdp

 On Tue, Aug 31, 2010 at 3:54 PM, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 wrote:




 Saya kira bagus saja , tapi tentu harus ada perhitungan yang dapat
 dibuktikan secara faktual. Jangan ampai kita dikatgorikan
 memeras.

 si Abah *


 PTTEP
 rejects Indonesiarsquo;s $2.3b compensation demand*
 
 
 Friday, August 27, 2010 - 09:23AM GMT+7
 
  Thai oil, gas
 firm PTTEP Australasia Pty Ltd has rejected the Indonesian
 
 governmentrsquo;s demand to pay compensation amounting to US$2.3
 billion
 for an
  oil spill in the Timor Sea last year, Kontan daily
 reported Friday.
 
  Freddy Numberi, the chairman of the
 team for the handling of the oil
  spill,
  said in
 Jakarta on Thursday the Indonesian government would not change the
  compensation claim despite the Thai companyrsquo;s rejection.
 
  Freddy, who is also the minister of transportation, said
 that it was a big
  mistake if the Thai company turned down the
 claim demand because it was
  made
  on the actual loss
 caused by the oil