[Ar-Royyan-4940] Persiapan Bulan Ramadhan

2006-09-27 Thread agus rasidi





assl.wr.wb.
jamaah,
dalam artikel persiapan bulan Ramadhan (maaf agak 
telat postingnya) khususnya pada nomor 5 terdapat bagaimana persiapan Ramadhan 
untuk anak kita. Untuk lebih lengkapnya bisa disimak artikel lengkapnya dibawah 
ini. Semoga bermanfaat.
wassl.wr.wb.
Agus Rasidi

Persiapan Bulan Ramadhan
Posted Sept 7, 2006
Abu Umamah ra berkata:“Ya Rasulullahu Saw 
tunjukkan padaku amalan yang bisa memasukanku ke syurga.” Beliau menjawab: 
“Atasmu puasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu.”11 HR. 
an-Nasa’i 
Dalam menyambut bulan Ramadhan, seringkali kita tidak 
punya persiapan sama sekali. Sehingga ketika datang bulan yang istimewa ini, 
sikap kita terhadap kedatangan bulan ini adalah seperti bulan-bulan biasa saja. 
Bahkan kadang-kadang kita menganggap bahwa bulan istimewa ini akan mendatangkan 
banyak beban. Na’udzubillah min dzalik! Dan seringkali juga kita tidak tahu 
tentang hukum-hukum syara’ yang terkait dengan bulan Ramadhan. Sehingga kita 
akan banyak melihat orang Islam yang melanggar hukum-hukum syara’ yang terkait 
di bulan Ramadhan.
Oleh karena itu ada beberapa persiapan yang patut 
dilakukan. Persiapan tersebut guna mendapatkan buah Ramadhan yang mahal dan 
dapat melakukan amaliyahnya secara optimal dan maksimal. Sehingga bukan saja 
merasa senang dan gembira dengan datangnya Ramadhan akan tetapi memang sudah 
dipersiapkan sematang mungkin untuk berlomba-lomba dalam aktifitas 
kebajikan.
1. Persiapan Nafsiyah
Yang dimaksudkan dengan mempersiapkan nafsiyah adalah 
menyambut dengan hati gembira bahwasanya Ramadhan datang sebagai bulan untuk 
mendekatkan diri pada Allah SWT. Maknawiyah yang siap akan memandang Ramadhan 
bukan sebagai bulan penuh beban melainkan bulan untuk berlomba-lomba 
meningkatkan kualitas ubudiyah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah 
SWT.
Persiapan nafsiyah merupakan hal yang penting untuk 
diperhatikan dalam upaya memetik manfaat sepenuhnya dari ibadah puasa. 
Tazkiyatun nafsi (kesucian jiwa) akan melahirkan keikhlasan, kesabaran, 
ketawakalan dan amalan-amalan hati lainnya, yang akan menuntun seseorang kepada 
jenjang ibadah yang berkualitas dan kuantitas. Dan salah satu cara untuk 
mempersiapkan jiwa dan spritual untuk menyambut bulan Ramadhan adalah dengan 
jalan melatih dan memperbanyak ibadah-ibadah di bulan-bulan sebelumnya (minimal 
di bulan Sya’ban), sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits ‘Aisyah 
ra:
“Belum pernah Rasulullah Saw berpuasa (sunnah) di 
bulan-bulan lain, sebanyak yang ia lakukan di bulan Sya’ban.” [HR. 
Muslim].
Seorang yang menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan 
tanpa memiliki kesiapan secara nafsiyah dikhawatirkan puasanya akan menjadi 
sia-sia sebagaimana hadits Rasulullah Saw dengan sabdanya. Dari Abu Hurairah ra 
berkata, bersabda Rasulullah Saw:“Berapa banyak orang berpuasa, tidak 
mendapatkan sesuatu pun dari puasanya kecuali lapar. Dan berapa banyak orang 
yang shalat malam, tidak mendapatkan sesuatu pun dari shalatnya melainkan hanya 
bergadang.” [HR. Ibnu Majah].
2. Persiapan Tsaqafiyah
Untuk dapat meraih amalan di bulan Ramadhan secara 
optimal maka diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai fiqh ash-shiyâm. Oleh 
karena itu persiapan tsaqafiyah tidak kalah penting bagi seseorang untuk 
mendapatkannya. Dengan pemahaman fiqh ash-shiyâm yang baik dia akan memahami 
dengan benar mana perbuatan yang dapat merusak nilai shiyamnya dan mana 
perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas shiyamnya.
Dari Mu’adz bin Jabal ra:“Hendaklah kalian 
memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah ibadah.”
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengomentari hadits 
diatas, “Orang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak 
amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya.” Suatu 
amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu, maka kerusakannya lebih banyak daripada 
kebaikannya, dan hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui kaifiat berpuasa dan 
shalat yang benar serta sesuai dengan syariat Islam.
Jembatan menuju kebenaran adalah ilmu, dan siapa yang 
menempuh perjalanan hidupnya dalam rangka menuntut ilmu maka Allah SWT akan 
memudahkan baginya jalan menuju Surga. Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah 
Saw bersabda:
“Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, 
niscaya Allah SWT memudahkan baginya jalan menuju Surga.” [HR. 
Muslim].
3. Persiapan Jasadiyah
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas Ramadhan 
banyak memerlukan kekuatan fisik, untuk shiyamnya, tarawihnya, tilawahnya dan 
aktifitas ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang baik dapat melakukan ibadah 
tersebut tanpa terlewatkan sedikitpun juga. Karena bila kondisi fisik tidak 
prima terbuka peluang untuk tidak melaksanakannya amaliyah tersebut dengan 
maksimal, bahkan dapat terlewatkan begitu saja. Padahal bila terlewatkan nilai 
amaliyah Ramadhan tidak dapat tergantikan pada bulan yang lain.
4. Persiapan Maliyah
Persiapan materi ini bukanlah untuk beli pakaian ba

Re: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan

2006-09-27 Thread agus rasidi
Berikut ini diambil dari syariahonline tentang bagaimana mengajak anak ke 
masjid ( dalam kaitannya dengan ibadah ). Semoga bermanfaat.


-

Konsultasi : Keluarga
Ngajak Anak Ke Masjid

Pertanyaan:

ass.wrwb.
Begini ustadz, di kampung saya setiap maghrib dan isya' banyak jamaah yang 
membawa anak2nya (sekitar 3-5th) untuk ikut sholat berjamaah.. nah masalah 
yang timbul adlah terjadinya kegaduhan dimana anak2 tsb. berteriak2, 
berlari2anm, bahkan sampai ada yang BAB didalam masjid.


Pertanyaannya bagaimana sebaiknya dalam islam untuk mengatasi masalah ini? 
umur berapakah baiknya mengajak anak untuk turut berjamaah di masjid? adakah 
kiat2 untuk mengatasinya?


sekian, terima kasih ustadz.

wass.wrwb.

Budzul


Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba'd.

Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, perintah melakukan shalat itu ketika 
seorang anak berusia 7 tahun. Dan bila telah sampai usia 10 tahun namun 
tetap tidak mau shalat, sudah boleh dipukul.


Karena Rasulullah SAW selalu mengajurkan untuk shalat berjamaah di masjid, 
maka secara tidak langsung bisa kita ambil kesimpulan bahwa anak-anak usia 7 
tahun itu sudah boleh diajak ke masjid. Sebab mereka sudah bisa diatur untuk 
tertib, tidak bercanda, tidak berisik, tidak berlarian kesana kesini dan 
yang paling penting, tidak Be-A-Be di masjid.


Sedangkan anak yang masih 2 atau 3 tahunan, memang belum ada masyru`iyah 
untuk menyuruhnya shalat, tentu termasuk mengajaknya ke masjid. Sebab, bila 
dibawa ke masjid sementara mereka hanya mengganggu saja, akan merusak 
kekhusyuan shalat. Kecuali orang tuanya bisa menjamin anaknya tidak akan 
mengganggu, boleh saja sesekali diajak ke masjid, sebagai pengenalan awal.


Namun sekali lagi, belum ada masyru`iyah untuk memerintahkan shalat dan 
terkait dengan dengan itu, belum ada anjuran untuk mengajaknya ke masjid. 
Meski pun hukumnya tidak terlarang.


Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.


- Original Message - 
From: Hilda, Dermawan

To: jamaah@arroyyan.com
Sent: Wednesday, September 27, 2006 1:50 PM
Subject: RE: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan


Ass.Wr.Wb.

Maaf Pak Jaerony bila saya sedikit berkeluh kesah disini, pada malam pertama 
kebetulan anak-anak saya sholat tarawih di masjid Arroyan yang menurut 
mereka sangat senang menuju kesana dengan alasan mereka sudah akrab dengan 
lingkungan mesjid karena anak saya adalah murid dari TPA arroyan. Pada malam 
itu anak laki-laki saya mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari 
lelaki dewasa yang katanya kakinya diinjak dan badannya digeser karena 
merasa tidak nyaman, dengan adanya pembicaraan dari anak kepada ayah maka 
saya katakan kepada anak laki-laki saya apakah "ADE" nakal? maka dijawab 
oleh beliau dan kakak perempuannya bahwa ADE tidak nakal. Disini saya 
melihat memang baik untuk mengatur anak-anak tapi tolong jangan dibatasi apa 
yang mereka anggap sebagai  suatu tempat yang nyaman menjadi tempat yang 
tidak mengenakan karena kelakuan atau tingkah laku orang DEWASA yang 
berlebihan dan jangan pernah membatasi seorang anak yang akan sholat harus 
diwakili oleh orang tuanya. saya yakin pasti ada cara yang lebih baik dan 
mendidik bagi mereka supaya usaha mereka menuju mesjid bisa berkelanjutan 
dan menyenangkan. Semalam sekitar jam 2130 saya bertanya kembali kepada anak 
laki saya.. ADE tidak berangkat ke mesjid? maka dijawab nggak mau, dalam 
hati saya tersimpan PR apakah ini hasil dari perlakuan yang kurang baik 
terhadap anak-anak.


Mohon keluhan saya jadi masukan yang mungkin terjadi pada anak yang lainya 
juga


terima kasih,









From: FPS Indonesia - Mr. Jaerony S [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, September 27, 2006 8:48 AM
To: jamaah@arroyyan.com
Subject: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan


Ass.Wr.Wb.

Tarawih di Masjid Ar-Royyan :
USAHA MENGATUR ANAK-ANAK MENEMUI MOMENTUMNYA

Semalam, ketika saya datang ke masjid sekitar jam 20:00 (tidak ikut tarawih 
berjamaah karena pulang agak malam) agak sedikit kaget karena rupanya ada 
rapat "informal" di dalam masjid. Setelah agak lama menyimak ternyata yang 
dibahas adalah masalah anak-anak. Saya sendiri gabung denga P.Sarwono dan 
P.Puji yang lagi ngitung duit keropak.


Menurut penuturan bapak-bapak yang ada termasuk pada subuh pagi harinya, 
kejadiannya berawal dari anak si Wiji yang mondar-mandir di sekitar shaf 
terdepan - maklum namanya anak balita nggak ngerti kalo ada orang shalat. 
Nah, pas mau takbiratul ikhram shalat tarawih salah seorang jamaah menampar 
anak si Wiji sampe nangis jejeritan yang bikin orang sempat kaget.Si Wiji 
sendiri mengira kalau anaknya jatuh, tak tahunya ...


Setelah tarawih berakhir barulah si Bapak yang dari RT 05/14 datang ke 
Pengurus DKM dan minta maaf sekaligus minta anak-anak diatur pada saat 
pelaksanaan shalat. Beberapa bapak menyaya

Re: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan

2006-09-27 Thread FPS Indonesia - Mr. Jaerony S



Ass.Wr.Wb.
 
Pak Dermawan,
Masjid kita memang sudah terlalu sempit. Dan setiap 
yang namanya "pelayanan" dibutuhkan ORANG-ORANG YANG PEKA UNTUK MELAYANI. Saya 
memang mengharapkan ada "kerja bakti" di hari Sabtu sebelum Ramadhan, tapi 
entahlah ... kok nggak ada yang ambil inisiatif untuk mengajak rame-rame kerja 
bakti seperti tahun-tahun yang lalu. Dalam kerja bakti tidak saja 
kita membersihkan atawa mengatur apa yang tidak nyaman bagi jamaah 
nantinya tapi bisa juga ajang masukan apa yang kurang dan harus 
dibenahi!
 
Untuk puasa ini saya cuma fokus ke air wudhu yang 
"langka" dan alhamdulillah bisa tertangani sebelum ada keluhan.
 
Kejadian semalam dan juga yang bapak alami di bawah 
ini sangat tidak nyaman dan mudah-mudahan jadi perhatian kita semua dan 
alternatif lain pengaturan anak-anak ini bisa saja dicoba. Seperti kelompok 
Jamaah Tabligh yang selalu meninggalkan satu orang tidak shalat berjamaah karena 
dia harus menjaga peralatan dan barang-barang dari kelompoknya.
 
Tolong sampaikan kepada putra Bapak jangan sampe 
pengalaman ini menjadikan kapok karena apapun keadaannya shalat berjamaah 
mengandung hikmah yang besar antara lain kebersamaan dalam bermasyarakat dan 
berkehidupan sosial, seperti lagunya Bimbo, 
 
"alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan 
... sekeluarga ... sekampung ... senegara ...
kaum muslimin dan muslimat 
di dunia dipersatukan ...  di dalam 
ridhoNya"
 
Wassalam / Jaerony.-
 

  - Original Message - 
  From: 
  Hilda, Dermawan 
  
  To: jamaah@arroyyan.com 
  Sent: Wednesday, September 27, 2006 1:50 
  PM
  Subject: RE: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di 
  Masjid Ar-Royyan
  
  Ass.Wr.Wb.
   
  Maaf Pak Jaerony bila saya sedikit berkeluh kesah disini, 
  pada malam pertama kebetulan anak-anak saya sholat tarawih di masjid Arroyan 
  yang menurut mereka sangat senang menuju kesana dengan alasan mereka sudah 
  akrab dengan lingkungan mesjid karena anak saya adalah murid dari TPA arroyan. 
  Pada malam itu anak laki-laki saya mendapat perlakuan yang kurang 
  menyenangkan dari lelaki dewasa yang katanya kakinya diinjak dan badannya 
  digeser karena merasa tidak nyaman, dengan adanya pembicaraan dari anak kepada 
  ayah maka saya katakan kepada anak laki-laki saya apakah "ADE" nakal? maka 
  dijawab oleh beliau dan kakak perempuannya bahwa ADE tidak nakal. Disini saya 
  melihat memang baik untuk mengatur anak-anak tapi tolong jangan dibatasi apa 
  yang mereka anggap sebagai  suatu tempat yang nyaman menjadi tempat yang 
  tidak mengenakan karena kelakuan atau tingkah laku orang DEWASA yang 
  berlebihan dan jangan pernah membatasi seorang anak yang akan sholat harus 
  diwakili oleh orang tuanya. saya yakin pasti ada cara yang lebih baik dan 
  mendidik bagi mereka supaya usaha mereka menuju mesjid bisa berkelanjutan dan 
  menyenangkan. Semalam sekitar jam 2130 saya bertanya kembali kepada anak laki 
  saya.. ADE tidak berangkat ke mesjid? maka dijawab nggak mau, dalam hati 
  saya tersimpan PR apakah ini hasil dari perlakuan yang kurang baik terhadap 
  anak-anak.
   
  Mohon keluhan saya jadi masukan yang mungkin terjadi pada 
  anak yang lainya juga
   
  terima kasih,
   
  
  
  From: FPS Indonesia - Mr. Jaerony S 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 27, 
  2006 8:48 AMTo: jamaah@arroyyan.comSubject: 
  [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan
  
  Ass.Wr.Wb.
   
  Tarawih di Masjid Ar-Royyan :
  USAHA MENGATUR ANAK-ANAK MENEMUI 
  MOMENTUMNYA
   
  Semalam, ketika saya datang ke masjid sekitar jam 
  20:00 (tidak ikut tarawih berjamaah karena pulang agak malam) agak sedikit 
  kaget karena rupanya ada rapat "informal" di dalam masjid. Setelah agak lama 
  menyimak ternyata yang dibahas adalah masalah anak-anak. Saya sendiri gabung 
  denga P.Sarwono dan P.Puji yang lagi ngitung duit keropak.
   
  Menurut penuturan bapak-bapak yang ada termasuk 
  pada subuh pagi harinya, kejadiannya berawal dari anak si Wiji yang 
  mondar-mandir di sekitar shaf terdepan - maklum namanya anak balita nggak 
  ngerti kalo ada orang shalat. Nah, pas mau takbiratul ikhram shalat tarawih 
  salah seorang jamaah menampar anak si Wiji sampe nangis jejeritan yang bikin 
  orang sempat kaget.Si Wiji sendiri mengira kalau anaknya jatuh, tak tahunya 
  ...
   
  Setelah tarawih berakhir barulah si Bapak yang 
  dari RT 05/14 datang ke Pengurus DKM dan minta maaf sekaligus minta 
  anak-anak diatur pada saat pelaksanaan shalat. Beberapa bapak menyayangkan 
  cara si Bapak menghadapi anak yang baru berumur sekitar tiga tahunan ini. 
  Tapi, kelihatannya yang semalam adalah akumulasi kesabaran yang tidak 
  terbendung dari hari-hari sebelumnya sehingga secara reflek dia "maen gaplok" 
  saja. 
   
  Si Bapak ini adalah seorang pensiunan PNS yang 
  berasal dari Sumatera yang menurut tetangganya yang nyeritain ba'da 
  subuh, termasuk level pejabat. Jadi, bisa jadi dia ini terkena PPS (post power 
  sindrome) -- nitip pesen buat kawan-kawan yang PNS jangan terjangki

RE: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan

2006-09-27 Thread Hilda, Dermawan



Ass.Wr.Wb.
 
itu juga sudah saya katakan kepada anak saya, yang menjadi 
permasalahan bukan karena terinjak karena sempit ato kurangnya space bagi 
anak-anak tapi sepertinya orang "DEWASA" tidak suka terhadap anak-anak yang 
berada didalam mesjid.
Mudah-mudahan kita semua yang membaca email ini bisa 
terbuka hatinya supaya dapat memberikan pelajaran yang lebih baik terhadap anak 
orang lain dengan cara yang lebih "SANTUN"
 
wassalam,


From: FPS Indonesia - Mr. Jaerony S 
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 27, 
2006 2:46 PMTo: jamaah@arroyyan.comSubject: Re: 
[Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan

Ass.Wr.Wb.
 
Pak Dermawan,
Masjid kita memang sudah terlalu sempit. Dan setiap 
yang namanya "pelayanan" dibutuhkan ORANG-ORANG YANG PEKA UNTUK MELAYANI. Saya 
memang mengharapkan ada "kerja bakti" di hari Sabtu sebelum Ramadhan, tapi 
entahlah ... kok nggak ada yang ambil inisiatif untuk mengajak rame-rame kerja 
bakti seperti tahun-tahun yang lalu. Dalam kerja bakti tidak saja 
kita membersihkan atawa mengatur apa yang tidak nyaman bagi jamaah 
nantinya tapi bisa juga ajang masukan apa yang kurang dan harus 
dibenahi!
 
Untuk puasa ini saya cuma fokus ke air wudhu yang 
"langka" dan alhamdulillah bisa tertangani sebelum ada keluhan.
 
Kejadian semalam dan juga yang bapak alami di bawah 
ini sangat tidak nyaman dan mudah-mudahan jadi perhatian kita semua dan 
alternatif lain pengaturan anak-anak ini bisa saja dicoba. Seperti kelompok 
Jamaah Tabligh yang selalu meninggalkan satu orang tidak shalat berjamaah karena 
dia harus menjaga peralatan dan barang-barang dari kelompoknya.
 
Tolong sampaikan kepada putra Bapak jangan sampe 
pengalaman ini menjadikan kapok karena apapun keadaannya shalat berjamaah 
mengandung hikmah yang besar antara lain kebersamaan dalam bermasyarakat dan 
berkehidupan sosial, seperti lagunya Bimbo, 
 
"alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan 
... sekeluarga ... sekampung ... senegara ...
kaum muslimin dan muslimat 
di dunia dipersatukan ...  di dalam 
ridhoNya"
 
Wassalam / Jaerony.-
 

  - Original Message - 
  From: 
  Hilda, Dermawan 
  
  To: jamaah@arroyyan.com 
  Sent: Wednesday, September 27, 2006 1:50 
  PM
  Subject: RE: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di 
  Masjid Ar-Royyan
  
  Ass.Wr.Wb.
   
  Maaf Pak Jaerony bila saya sedikit berkeluh kesah disini, 
  pada malam pertama kebetulan anak-anak saya sholat tarawih di masjid Arroyan 
  yang menurut mereka sangat senang menuju kesana dengan alasan mereka sudah 
  akrab dengan lingkungan mesjid karena anak saya adalah murid dari TPA arroyan. 
  Pada malam itu anak laki-laki saya mendapat perlakuan yang kurang 
  menyenangkan dari lelaki dewasa yang katanya kakinya diinjak dan badannya 
  digeser karena merasa tidak nyaman, dengan adanya pembicaraan dari anak kepada 
  ayah maka saya katakan kepada anak laki-laki saya apakah "ADE" nakal? maka 
  dijawab oleh beliau dan kakak perempuannya bahwa ADE tidak nakal. Disini saya 
  melihat memang baik untuk mengatur anak-anak tapi tolong jangan dibatasi apa 
  yang mereka anggap sebagai  suatu tempat yang nyaman menjadi tempat yang 
  tidak mengenakan karena kelakuan atau tingkah laku orang DEWASA yang 
  berlebihan dan jangan pernah membatasi seorang anak yang akan sholat harus 
  diwakili oleh orang tuanya. saya yakin pasti ada cara yang lebih baik dan 
  mendidik bagi mereka supaya usaha mereka menuju mesjid bisa berkelanjutan dan 
  menyenangkan. Semalam sekitar jam 2130 saya bertanya kembali kepada anak laki 
  saya.. ADE tidak berangkat ke mesjid? maka dijawab nggak mau, dalam hati 
  saya tersimpan PR apakah ini hasil dari perlakuan yang kurang baik terhadap 
  anak-anak.
   
  Mohon keluhan saya jadi masukan yang mungkin terjadi pada 
  anak yang lainya juga
   
  terima kasih,
   
  
  
  From: FPS Indonesia - Mr. Jaerony S 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 27, 
  2006 8:48 AMTo: jamaah@arroyyan.comSubject: 
  [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan
  
  Ass.Wr.Wb.
   
  Tarawih di Masjid Ar-Royyan :
  USAHA MENGATUR ANAK-ANAK MENEMUI 
  MOMENTUMNYA
   
  Semalam, ketika saya datang ke masjid sekitar jam 
  20:00 (tidak ikut tarawih berjamaah karena pulang agak malam) agak sedikit 
  kaget karena rupanya ada rapat "informal" di dalam masjid. Setelah agak lama 
  menyimak ternyata yang dibahas adalah masalah anak-anak. Saya sendiri gabung 
  denga P.Sarwono dan P.Puji yang lagi ngitung duit keropak.
   
  Menurut penuturan bapak-bapak yang ada termasuk 
  pada subuh pagi harinya, kejadiannya berawal dari anak si Wiji yang 
  mondar-mandir di sekitar shaf terdepan - maklum namanya anak balita nggak 
  ngerti kalo ada orang shalat. Nah, pas mau takbiratul ikhram shalat tarawih 
  salah seorang jamaah menampar anak si Wiji sampe nangis jejeritan yang bikin 
  orang sempat kaget.Si Wiji sendiri mengira kalau anaknya jatuh, tak tahunya 
  ...
   
  Setelah tarawih berakhir barulah si Bapak yang 
  dari RT 05/14 datang ke Pengurus 

Re: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan

2006-09-27 Thread Lana Sularto
AWW
Wah,email saya yang pertama kayaknya gak masuk yah..
Kepada seluruh jamaah, marilah dengan adanya kejadian ini, kita sama2 ambil 
hikmahnya saja,
setidaknya muncul pengalaman2 pribadi yang menjadi masukan yang sangat berharga 
bagi pengurus dkm
arroyyan, memang itu yang sebenarnya kami harapkan,jadi jika ada jamaah lain 
yang sebenarnya punya
uneq2 masalah lainnya, mohon agar jangan sungkan2 untuk menyampaikannya kepada 
kami,semua demi
kebaikan kita ke depan.
Bulan ini adalah bulan ramadhan, bulan yang penuh hikmah, mari kita hindari 
perpecahan dan saling
menyalahkan, ganti dengan duduk bersama mencari solusi.
WWW
Lana's
- Original message follows -


Ass.Wr.Wb.

Pak Dermawan,
Masjid kita memang sudah terlalu sempit. Dan setiap yang namanya "pelayanan" 
dibutuhkan ORANG-ORANG
YANG PEKA UNTUK MELAYANI. Saya memang mengharapkan ada "kerja bakti" di hari 
Sabtu sebelum Ramadhan,
tapi entahlah ... kok nggak ada yang ambil inisiatif untuk mengajak rame-rame 
kerja bakti seperti
tahun-tahun yang lalu. Dalam kerja bakti tidak saja kita membersihkan atawa 
mengatur apa yang tidak
nyaman bagi jamaah nantinya tapi bisa juga ajang masukan apa yang kurang dan 
harus dibenahi!

Untuk puasa ini saya cuma fokus ke air wudhu yang "langka" dan alhamdulillah 
bisa tertangani sebelum
ada keluhan.

Kejadian semalam dan juga yang bapak alami di bawah ini sangat tidak nyaman dan 
mudah-mudahan jadi
perhatian kita semua dan alternatif lain pengaturan anak-anak ini bisa saja 
dicoba. Seperti kelompok
Jamaah Tabligh yang selalu meninggalkan satu orang tidak shalat berjamaah 
karena dia harus menjaga
peralatan dan barang-barang dari kelompoknya.

Tolong sampaikan kepada putra Bapak jangan sampe pengalaman ini menjadikan 
kapok karena apapun
keadaannya shalat berjamaah mengandung hikmah yang besar antara lain 
kebersamaan dalam bermasyarakat
dan berkehidupan sosial, seperti lagunya Bimbo, 

"alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan ... sekeluarga ... sekampung ... 
senegara ...
kaum muslimin dan muslimat di dunia dipersatukan ...  di dalam ridhoNya"

Wassalam / Jaerony.-

  - Original Message - 
  From: Hilda, Dermawan 
  To: jamaah@arroyyan.com 
  Sent: Wednesday, September 27, 2006 1:50 PM
  Subject: RE: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan


--
Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913
Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com




[Ar-Royyan-4945] Fwd: FATWA ULAMA NU JOMBANG

2006-09-27 Thread kisanak
- Forwarded message from "Janu Chondro W." <[EMAIL PROTECTED]> -

Date: Thu, 28 Sep 2006 11:12:39 +0700
From: "Janu Chondro W." <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: FATWA ULAMA NU JOMBANG

NU Jombang Tolak Fatwa Bohong

Jakarta, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jombang menolak fatwa bohong berupa
selebaran gelap yang menghimbau kepada kaum nahdliyin untuk  merubah
cara peribadatan dan amalan yang dianggap tidak sesuai dengan syariat
Islam.

"Setelah kami teliti secara seksama, selebaran yang disinyalir merupakan
hasil musyawarah tersebut adalah palsu dan tidak ada satupun nama kyai
yang menandatangani di kenal. Jadi kami anggap ini mengada-ada dan
menyesatkan," ungkap ketua Tanfidziyah PCNU Jombang, KH. A. Tamim Romli,
SH. M.Si dalam suratnya yang di tujukan kepada PBNU dan NU. Online,
Kamis (26/5).

Surat yang ditujukan kepada PCNU Banyuasin Sumatera Selatan itu merespon
pemberitaan dan selebaran bahkan melalui kaset-kaset (VCD) yang
mengatasnamakan ulama-ulama NU Jombang. Nama ulama yang di catut
tersebut antara lain, KH. Mustofa Djalil, KH. Abdullah Sidiq, KH.
Mahfudz, KH. Abdulah Hasyim, KH. Hasyim Basdan, KH. A. Ridwan Hambali,
KH. Faturahman Sujono, KH. Cholil Ansyor dan KH. Thontowi Djahari.

Dalam selebaran yang berjudul beberapa fatwa ulama NU Jombang untuk kaum
Nahdliyin, para ulama tersebut menghimbau agar meninggalkan kebiasaan
membaca ushali dengan suara keras, karena niat itu pekerjaan hati, cukup
dalam hati saja. Selain itu dalam shalat shubuh imam tidak perlu membaca
doa qunut, kecuali kalau ada sesuatu bahaya terhadap kehidupan umat
Islam secara keseluruhan, doa qunut boleh dibaca setiap shalat, bila ada
keperluan bersifat darurat tidak hanya dalam shalat shubuh.

Bukan hanya dalam urusan shalat saja, himbauan yang ditandatangani 1
Ramadhan 1423 H berupa fatwa itu juga dalam urusan upacara takziah.
Disebutkan keluarga yang mendapat musibah kematian, wajib bagi umat
Islam untuk bertakziah selama tiga hari berturut-turut, dalam takziah
juga diupayakan supaya tidak ada makan-makan, cukup air putih sekedar
obat dahaga. Dalam upacara penguburan, juga dihimbau meninggalkan
kebiasaan dalam shalat jenazah untuk mengucapkan bahwa, "jenazah ini
orang baik, khoir-khoir", hal ini tidak pernah dilakukan Rasulullah SAW.

"Kami berharap kepada warga nahdlyin agar tidak bersikap berlebihan, dan
menanggapinya dengan cara yang baik. Siapapun pihak yang menyebarkan
fatwa ini agar tidak terprovokasi, semoga Allah melindungi kita semua,"
pungkas KH. Tamim Ramli. (cih)

--
Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913
Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com




RE: [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan

2006-09-27 Thread Nugroho, Mulyawan



Kita tentu 
sepakat bahwa Rasullah adalah orang yang paling khusyu' sholatnya. 

 
1. Rasulullah membiarkan punggungnya diduduki anak kecil ketika sujud. Bahkan Rasulullah 
memperlama sujud karena hal ini!
2. Rasulullah 
mempercepat Sholat karena mendengar anak kecil 
menangis 
3. Rasulullah 
menjadi imam sholat dan Umamah binti Abu Al Ash (yang 
anak2) digendongan 
4. Rasulullah 
mengajari posisi anak dalam sholat berjamaah, 

  Ibnu Abbas 
  menceritakan masa kecilnya" Pada suatu malam aku pernah sholat dengan 
  Rasulullah Saw, aku lantas berdiri di sebelah kiri beliau , maka beliau 
  memegang kepalaku ditarik ke posisi sebelah kanan beliau. Selanjutnya beliau 
  melakukan sholat sebagai imam"
  Al-sya'bi 
  meriwayatkan dari Ibnu Abbas, " Suatu malalm aku berdiri di sebelah kiri 
  Rasulullah Saw untuk melakukan sholat berjamaah, maka beliau menarik tanganku 
  atau anggota tubuhku sehingga aku berdiri disebelah kanan 
  beliau"
  Rasulullah 
  ketika melakukan sholat berjamaah di belakang beliau adalah kaum laki2 dewasa 
  kemudian shaf anak, lalu shaf kaum wanita.
Rasulullah 
Saw bersabda" Suruhlah anak2mu mengerjakan 
sholat jika telah berusia 7 tahun, dan pukullah dia ketika meninggalkan sholat dalam usia 10 
tahun"
 
Regards, Mulyawan WN | Nike Indonesia Tel: 62.21.5396150 ext. 152 | Mobile: 62.816.1683416  

  -Original 
  Message-From: Hilda, Dermawan 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Wednesday, September 27, 2006 2:57 
  PMTo: jamaah@arroyyan.comSubject: RE: [Ar-Royyan-4932] 
  Tarawih di Masjid Ar-Royyan
  Ass.Wr.Wb.
   
  itu juga sudah saya katakan kepada anak saya, yang menjadi permasalahan 
  bukan karena terinjak karena sempit ato kurangnya space bagi anak-anak tapi 
  sepertinya orang "DEWASA" tidak suka terhadap anak-anak yang berada didalam 
  mesjid.
  Mudah-mudahan kita semua yang membaca email ini bisa terbuka hatinya 
  supaya dapat memberikan pelajaran yang lebih baik terhadap anak orang lain 
  dengan cara yang lebih "SANTUN"
   
  wassalam,
  
  
  From: FPS Indonesia - Mr. Jaerony S 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, September 27, 
  2006 2:46 PMTo: jamaah@arroyyan.comSubject: Re: 
  [Ar-Royyan-4932] Tarawih di Masjid Ar-Royyan
  
  Ass.Wr.Wb.
   
  Pak Dermawan,
  Masjid kita memang sudah terlalu sempit. Dan setiap yang 
  namanya "pelayanan" dibutuhkan ORANG-ORANG YANG PEKA UNTUK MELAYANI. Saya 
  memang mengharapkan ada "kerja bakti" di hari Sabtu sebelum Ramadhan, tapi 
  entahlah ... kok nggak ada yang ambil inisiatif untuk mengajak rame-rame kerja 
  bakti seperti tahun-tahun yang lalu. Dalam kerja bakti tidak saja 
  kita membersihkan atawa mengatur apa yang tidak nyaman bagi jamaah 
  nantinya tapi bisa juga ajang masukan apa yang kurang dan harus 
  dibenahi!
   
  Untuk puasa ini saya cuma fokus ke air wudhu yang "langka" 
  dan alhamdulillah bisa tertangani sebelum ada keluhan.
   
  Kejadian semalam dan juga yang bapak alami di bawah ini 
  sangat tidak nyaman dan mudah-mudahan jadi perhatian kita semua dan alternatif 
  lain pengaturan anak-anak ini bisa saja dicoba. Seperti kelompok Jamaah 
  Tabligh yang selalu meninggalkan satu orang tidak shalat berjamaah karena dia 
  harus menjaga peralatan dan barang-barang dari kelompoknya.
   
  Tolong sampaikan kepada putra Bapak jangan sampe pengalaman 
  ini menjadikan kapok karena apapun keadaannya shalat berjamaah mengandung 
  hikmah yang besar antara lain kebersamaan dalam bermasyarakat dan berkehidupan 
  sosial, seperti lagunya Bimbo, 
   
  "alangkah nikmat ibadah bulan Ramadhan ... 
  sekeluarga ... sekampung ... senegara ...
  kaum muslimin dan muslimat di dunia 
  dipersatukan ...  di dalam ridhoNya"
   
  Wassalam / Jaerony.-
   
  
- Original Message - 
From: 
Hilda, Dermawan 

To: jamaah@arroyyan.com 
Sent: Wednesday, September 27, 2006 
1:50 PM
Subject: RE: [Ar-Royyan-4932] Tarawih 
di Masjid Ar-Royyan

Ass.Wr.Wb.
 
Maaf Pak Jaerony bila saya sedikit berkeluh kesah disini, pada malam 
pertama kebetulan anak-anak saya sholat tarawih di masjid Arroyan yang 
menurut mereka sangat senang menuju kesana dengan alasan mereka sudah akrab 
dengan lingkungan mesjid karena anak saya adalah murid dari TPA arroyan. 
Pada 
malam itu anak laki-laki saya mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan 
dari lelaki dewasa yang katanya kakinya diinjak dan badannya digeser karena 
merasa tidak nyaman, dengan adanya pembicaraan dari anak kepada ayah maka 
saya katakan kepada anak laki-laki saya apakah "ADE" nakal? maka dijawab 
oleh beliau dan kakak perempuannya bahwa ADE tidak nakal. Disini saya 
melihat memang baik untuk mengatur anak-anak tapi tolong jangan dibatasi apa 
yang mereka anggap sebagai  suatu tempat yang nyaman menjadi tempat 
yang tidak mengenakan karena kelakuan atau tingkah laku orang DEWASA yang 
berlebihan dan jangan pernah membatasi seorang anak yang akan sholat harus 
diw

[Ar-Royyan-4947] FW: daarut-tauhiid = Kisah Gadis Bengkalis Dua Jam Mati Suri

2006-09-27 Thread Januardo Henry Salvetti

--Original Mail--
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>,

Sent: Mon, 25 Sep 2006 10:15:18 +0700
Subject: daarut-tauhiid = Kisah Gadis Bengkalis Dua Jam Mati Suri

ma'af jika tidak berkenan ...


- Forwarded by Adon BKC1305 Saiful/BKCP/BKC on 25/09/2006 09:46
-

- Forwarded by BKC1133 Isniyanti/BKCP/BKC on 09/25/2006 09:28 AM
-

- Forwarded by Muyun BKC1206 Isfandi Hari/BKCP/BKC on 22/09/2006
13:28 
-

- Forwarded by Tasno BKC1070 Taslim/BKCP/BKC on 09/22/2006 08:13 AM 
-


Assalamualaikum

teman-teman milis sekalian, baru saja saya membaca kisah nyata seorang 
gadis yatim anak penakik getah di Bengkalis, Riau yang mengalami mati 
suri. pengalamannya selama mati suri sungguh menggetarkan hati saya. 
perasaan jadi gimanaaa... gitu. kisah ini dimuat di beberapa koran lokal

di pekanbaru dan konon jadi buah bibir orang. ditulis oleh teman saya,
adi 
sutrisno dan saya kopipastekan untuk teman-teman. saya bagi buat 
teman-teman sekalian, semoga ada manfaatnya. wassalam... 

Adi Sutrisno,
Wartawan Riau Mandiri
===

Kisah Gadis Bengkalis Dua Jam Mati Suri (1) 
Diperlihatkan Berbagai Kejadian di Akhirat

Sempat dinyatakan meninggal dunia, Aslina alias Iin (23) ternyata 
mengalami mati suri selama dua jam dan koma dua hari dua malam.
Mahasiswi 
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bengkalis itu mengaku selama mati
suri, 
ia diperlihatkan berbagai kejadian alam barzah dan akhirat, serta
beberapa 
kejadian yang menyangkut amal dan perbuatan manusia selama di dunia. Di 
hadapan sekitar 50-an orang, terdiri dari pegawai honor tenaga kesehatan

Bengkalis, warga masyarakat serta sejumlah wartawan, Aslina, Rabu (3/9) 
kemarin, di aula studio TV Sri Junjungan Televisi (SJTV) Bengkalis, 
mengisahkan kejadian ghaib yang dialaminya itu. Menurut penuturan Iin
yang 
didampingi pamannya, Rustam Effendi, sejak tiga tahun lalu ia menderita 
penyakit kelenjar gondok alias hiper teroid. Karena penyakitnya itu,
Pada 
25 Agustus silam, gadis ini ditemani Rustam Effendi berobat ke rumah
sakit 
Mahkota Medical Center (MMC) Malaka. Setelah menjalani pemeriksaan 
kesehatan, dokter mengatakan operasi baru bisa dilakukan setelah tiga 
bulan, karena waktu itu tekanan darah tinggi. Namun pada Sabtu (26/8) 
tengah lama, kondisi anak sulung tiga bersaudara ini kritis, koma. Sang 
paman sempat memandunya membaca dua kalimat syahadat dan kalimat toyibah

(Lailahailallah) sebanyak dua kali. Waktu ajal menjemput, tutur sang 
paman, Aslina sempat melafazkan kalimat toyibah dan syahadat. Secara 
perlahan-lahan gadis yang bekerja sebagai honorer di Dinas Perindustrian

dan Perdagangan (Perindag) Bengkalis ini tak bernafas. Tepat pukul 02.00

waktu Malaysia, indikator monitor denyut jantung terlihat kosong atau 
berupa garis lurus. Tak pelak situasi ini membuat Rustam sedih, kemudian

beberapa dokter MMC Malaka terlihat sibuk memeriksa dan mengecek kondisi

Aslina. Waktu itu dia sempat menghubungi keluarnya di Bengkalis untuk 
memberitahu kondisi terakhir Aslina. Untungnya setelah dua jam ditangani

dokter, monitor terlihat kembali bergerak yang menandakan denyut jantung

gadis yatim ini berdenyut lagi. Untuk perawatan lebih lanjut, Aslina 
dimasukan ke ruang ICU dan baru dua hari dua malam kemudian ia
dinyatakan 
melewati masa kritisnya.

Bertemu Sang Ayah 
Menurut pengakuan Aslina, dia melihat ketika nyawanya dicabut oleh 
malaikat. Waktu itu, nyawanya dicabut dari kaki kanan oleh malaikat. 
"Rasanya sangat sakit, kulit seperti disayat, dibakar dengan minyak," 
tuturnya. Setelah roh berpisah dengan jasad, dia menyaksikan orang-orang

yang masih hidup dan jasadnya terbaring di tempat tidur. Kemudian dibawa

dua malaikat menuju ke suatu tempat. Aslina mempunyai keinginan untuk 
bertemu dengan ayahnya yang sudah lama meninggal, bernama Hasan Basri. 
"Wahai ayahku bisakah aku bertemu denganmu. Aku sangat rindu, oh ayah," 
ucapnya. Memang di tempat itu Aslina bertemu dengan sosok pria muda 
berusia 17 tahun dengan wajah bersinar dan berseri-seri. Melihat sosok 
pria muda tersebut, Aslina tetap ngotot ingin bertemu dengan sang ayah. 
Kemudian,
kedua malaikat  memperkenalkan bahwa pria muda tersebut adalah ayahnya. 
Tentunya dia tidak menyangka karena waktu meninggal dunia, ayahnya
berusia 
55 tahun. Kemudian sang ayah bertanya kepada Aslina, maksud
kedatangannya. 
Dia menjawab kedatangannya semata-mata memenuhi panggilan Allah SWT.
Sang 
ayah menyuruh Aslina tetap pulang untuk menjaga adik-adiknya di dunia. 
Namun Aslina menjawab bahwa dirinya ke sini, memenuhi panggilan Allah. 
Waktu itu juga, dia menyebut rukun Islam satu persatu. Setelah berdialog

dengan ayahnya, dua malaikat tadi membawa Aslina ke suatu tempat yang 
dipenuhi wanita memakai baju rapi dan berjilbab. Di situ, dia disalami
dan 
dicium pipi kanan-kiri oleh wanita-wanita Muslimah tersebut. Tidak hanya

itu, Aslina juga bertemu dengan 1.000 malaikat dengan wajah berseri da

[Ar-Royyan-4948] Corporate Culture: Andalah "Pemain"-nya

2006-09-27 Thread FPS Indonesia - Mr. Jaerony S



Ass.Wr.Wb.
 
Pengantar :
Untuk kata "corporate" atau "perusahaan" dalam 
artikel di bawah ini silakan dibaca : organisasi. Dalam konteks Ar-Royyan, jika 
Anda mengharap pelayanan yang lebih dan lebih baik lagi silakan anda 
"mendeposit"-kan kontribusi anda dan syukur-syukur terjun langsung menjadi 
Pengurus lembaga-lembaga di bawah Ar-Royyan.
 
Wassalam / Jaerony.-
 
***
 

Karier, Kompas, 
16 
September 2006
 
Corporate Culture:  Andalah 
“Pemain”-nya
 
 
Bila Anda memasuki 
banking hall Bank Niaga, misalnya, Anda akan menjumpai personil dengan sikap 
yang ‘seragam’, dari saptam sampai kepala cabangnya. Bank yang menjadi pelopor 
‘customer focus’ tersebut sudah lama 
secara sadar berorientasi mencetak karyawan untuk menginternalisasikan dan 
saling menularkan nilai-nilai seperti integritas dan ‘customer focus’, sehingga nilai-nilai 
tersebut terekspresikan dalam tindakan nyata, dan terasa sebagai ‘budaya’ 
perusahaan yang khas.
 
Derap persaingan 
bisnis, tidak mengizinkan perusahaan berada dalam ‘PW’ (posisi wuenak), dan menikmati budaya perusahaan 
yang sudah ada. Ada perusahaan atau 
organisasi yang ingin agar nilai integritas dihayati oleh pegawai 
sesegera mungkin, sehingga di mana-mana digantungkan poster yang 
meng-‘iklan’-kan integritas. Sementara 
perusahaan lain, yang merasa bahwa karyawannya sudah cukup kuat menampilkan ‘compliance’, ingin agar nilai-nilai 
lain, misalnya ‘profesionalisme’, 
yang diseragamkan dan dimantapkan.
 
Bagaimana bila kita 
berada di perusahaan di mana yang menjadi ‘budaya’ adalah hal-hal seperti : 
tidak berbicara terus terang, datang terlambat, mengambangkan masalah, tidak 
berkoordinasi, minim berkomunikasi, dan menolerir kemandulan produktivitas? Dari 
pembicaraan di kantin seringkali kita dengar bahwa setiap individu merasa tahu 
persis lemahnya budaya perusahaan, tetapi merasa bahwa dirinya tidak terlibat 
dan terpotret. Pertanyaan yang sering diucapkan : “Kenapa ya … di sini kebiasaannya seperti 
ini?, tanpa menyadari bahwa yang dibicarakan (baca: perusahaan) adalah 
dirinya sendiri.
 
Budaya Perusahaan = 
Perilaku Saya
 
Tindakan yang paling 
aman tetapi usang adalah tidak melibatkan diri sebagai unsure paling penting 
dalam pembentukan dan pemantapan budaya perusahaan. Padahal, dari cara berpikir, 
berespons, cara berbicara, dan cara memproses kitalah budaya perusahaan dicerap 
oleh orang luar. Budaya adalah “The way 
we do things around here”.
 
Setiap karyawan modern 
dituntut untuk bisa merubah cara pandang dan reaksi-reaksinya sesuai dengan arah 
perubahan strategi perusahaan. Bila tadinya perusahaan biasa menangani pelanggan 
korporasi, di mana kita biasa mengembangkan gaya gaul eksekutif, dan sekarang 
perusahaan bergerak kea rah “retail”, di mana pelanggan perlu dilayani dengan 
lebih bersahabat dan non-formal, maka individu perlu mampu mengubah sikapnya, 
menggulung lengan panjangnya, dan mungkin terjun ke pasar becek. Individu perlu 
mengembangkan kemampuan adaptasinya seperti orang yang mendengarkan musik, yaitu 
mencerap, menangkap iramanya, menikmati melodinya, dan kemudian ikut bergoyang 
sesuai irama yang tengah dimainkan.
 
Jadilah “Kepala”, Bukan 
“Ekor”
 
Mengembangkan perilaku 
dan kebiasaan baru memang perlu energi ekstra. Namun, ini adalah pilihan 
individu, apakah ia ingin semata menjadi “batu bata” dalam membangun budaya 
perusahaan atau “tukang batu”-nya. Tentu saja, kita lebih baik mengambil peran 
proaktif dan kreatif dalam memahami, meminati, dan mengimajinasikan budaya ideal 
yang ingin dibangun dan kemudian menjadi pelopor dalam tim kita. Lebih baik 
menjadi “kepala” daripada hanya meng-“ekor” dalam pengembangan budaya perusahaan 
kita. Energi lebih akan datang dari diri kita sendiri karena kita merasa bahwa 
kitalah pemilik dalam pengembangan budaya tersebut. 
 
Tanda-tanda Anda sudah 
terlibat dan “memiliki” perubahan justru datang bila Anda mengalami konflik atau 
dilemma. Bisa saja konflik disebabkan oleh sikap resisten teman sekelompok, 
bahkan atasan Anda. Bisa juga konflik ada dalam diri Anda sendiri, di mana Anda 
ditarik oleh 2 kutub yang ingin mempertahankan kebiasaan lama atau menjalankan 
sikap baru dengan penuh tantangan. Dan, hal yang paling penting di sini adalah 
tidak merasa kecut dan mundur tetapi justru memenangkan 
dilemanya.
 
Prinsip 
“I-WE-THEM-IT”
 
Dalam mengikuti 
pengembangan budaya perusahaan, individu selalu perlu memusatkan perubahan pada 
dirinya terlebih dahulu, sebelum melihat lebih jauh :
 
·  
I : Jadilah “The Super 
Power Can Do Man”, yang menjunjung tinggi etika kerja, kerja sama, sikap 
transparan, dan akuntabel. Ciptakan dan ekspresikan kebiasaan dan standar 
respons yang mudah dikenali orang lain, dan memberi efek pada citra 
perusahaan.
·  
We : Tularkan semangat 
Anda ke rekan dalam tim, kemudian ke tim lain. Semangati kelompok untuk 
mempunyai “Esprit de Corps” yang jempolan. Jangan ragu mengemukakan saran 
korektif bila terlihat ada perilaku me

[Ar-Royyan-4949] [5 Ramadhan 1427 H]Jangan Ragu dengan Rezeki Allah

2006-09-27 Thread agus rasidi




Jangan Ragu dengan Rezeki Allah
Oleh Sus Woyo

  26 Sep 06 07:13 WIB 

Saya mau pergi ke rumah orang tua saya. Waktu itu, anak saya yang masih 
berumur lima tahun dan menjelang sekolah TK itu menangis ingin ikut. Awalnya 
saya tidak berencana untuk membawa dia, namun karena tangisnya tidak mau 
berhenti, akhirnya saya ajak juga.
Sebelum berangkat, dia saya beri janji. Agar selama perjalanan nanti jangan 
jajan. Sebab saya sedang tidak punya uang. Saya hanya ada uang untuk ongkos 
berangkat ke rumah orang tua saya saja. Selebihnya saya tidak punya apa-apa.
Namun, yang namanya anak, walaupun sudah berjanji tidak jajan, begitu melihat 
berbagai macam barang di pingiran terminal, keinginannya mendadak bangkit. 
Pertama ia melihat berjejernya para pedagang pakaian. Ia minta dibelikan kaos 
ala pemain bola dunia. Ia memaksa saya untuk membeli kaos yang bertuliskan salah 
satu pemain sepak bola Inggris, Beckam. Namun tidak saya kabulkan. Karena saya 
tidak punya uang untuk itu.
Dengan berbagai cara, ia saya hibur agar tidak minta kaos-kaos itu. Ia segera 
saya bawa ke tempat di mana banyak berjejer delman. Sebab dengan begitu ia akan 
lupa karena melihat banyak kuda di situ. Namun sial, ternyata di kompleks itu 
juga ada pedagang buah yang begitu menarik menata dagangannya. Ia minta 
dibelikan apel. Permintaan itupun tidak saya kabulkan. Sekedar untuk menghibur 
dia, saya bisikan kalimat padanya. “Sabar ya… nanti di rumah nenek ada 
apel.”
Cepat-cepat saya bawa anak saya ke tempat bis jurusan daerah orang tua saya. 
Ia segera saya ajak naik, dan duduk di depan sendiri, di samping sang sopir. Ia 
agak terhibur, karena banyak berlalu lalang truk gandeng dan kendaraan tangki 
pertamina yang besar-besar itu. Sebab ia sangat senang kalau melihat kendaraan 
besar semacam itu.
Saya lega. Saya lebih tenang karena sudah tidak akan melewati pasar lagi. 
Dengan demikian anak saya tidak akan minta jajan lagi. Saya duduk sambil 
merangkul anak saya. Dia begitu nikmat melihat lalu lalangnya kendaraan di depan 
kami. Ia sudah lupa dengan apa-apa yang ia minta di sepanjang perjalaan tadi
Sebenarnya saya juga merasa kasihan. Seandainya saya punya uang cukup, tentu 
saya tidak akan berbuat sekejam itu. Tentu saya akan menuruti kehendaknya, 
walaupun mungkin tidak semua saya turuti. Orang tua mana sih yang tidak ingin 
memberikan sesuatu kepada anaknya?
Sedang asyik-asyiknya, kami menikmati berbagai macam kendaraan di depan bis 
yang kami tumpangi, tiba-tiba seorang ibu naik dan duduk persis di sebelah saya. 
Sebuah keranjang kecil berisi berbagai macam barang dari pasar ada dalam 
keranjang tersebut.
Kami saling berbasa-basi. Ternyata ia satu jurusan dengan saya. Beberapa 
menit sebelum bis jalan, perempuan itu menyodorkan tiga buah apel kepada anak 
saya. Saya kaget. Seolah perempuan itu tahu bahwa anak saya sedang menginginkan 
apel. Anak saya langsung memakannya dengan lahap. Saya melihat nikmatnya anak 
saya makan apel itu dengan linangan air mata. Saya tak bisa membelikan buah itu, 
tapi Allah tahu tentang keinginan anak saya. Sehingga lewat perempuan itu dia 
dapat menikmati apel. Betul-betul tidak saya sangka sebelumnya. Betul-betul di 
luar jangkauan nalar saya.
Sampai di rumah orang tua, saya lebih kaget lagi. Saya sama sekali tidak 
membayangkan saudara-saudara saya akan berkerumun menemui saya. Dan mereka 
seolah berlomba memberikan uang kepada anak saya. Sampai nenek saya yang 
seharusnya saya beri uang justru memberikan rupiah kepada anak saya. Seolah 
mereka tahu bahwa kami sedang tidak mempunyai uang. Seolah mereka tahu bahwa 
saya ada dalam keadaan sangat kesulitan dalam hal keuangan.
Sepulang dari rumah bapak ibu saya, saku celana dan baju anak saya tak ada 
yang kosong dari lembaran-lembaran uang. Ahirnya uang itu bisa dipergunakan anak 
saya untuk membeli baju bola yang sejak lama ia inginkan. Bisa membeli buah apel 
dan bakso di pasar. Dan yang lebih mengharukan adalah bisa membantu saya untuk 
mengisi arisan di lingkungan RT saya.
Sambil melihat anak saya menikmati semangkok bakso, saya hanya bisa bergumam, 
bahwa rizki Allah datang selalu tak terduga. Walaupun saya sedang tidak punya 
usaha, karena sedang mengalami kebangkrutan, tapi Allah tetap menyodorkan rizki 
kepada kami.
Sebuah keyakinan tentang ke-maha besar-an Allah, ahirnya tumbuh kembali. 
Puing-puing kesusahan hidup dan keraguan tentang rizki Allah semakin terpendam. 
Apalagi kalau mengingat firman Allah, - Dan tak ada suatu binatang melatapun di 
muka bumi ini melainka Allah lah yang memberi rezekinya-, maka keraguan itu 
makin tidak ada. Sayang seribu sayang, hamba yang kecil ini masih begitu gampang 
dan mudah dihinggapi rasa ketakutan tidak kebagian rizki.

Purwokerto, Sept 06 [EMAIL PROTECTED] 
www.eramuslim.com