[keluarga-islam] Di mana imannya?

2008-08-11 Terurut Topik Yusa
Ustadz Masykuri :

Meski kita yakin hanya Allah Swt Yang Maha Menyembuhkan lewat berbagai 
perantara-Nya tapi kalau kita tidak yakin, tidak percaya, tidak mantap kepada 
dokter yang mengobati kita dan tidak yakin kepada obat yang diberikannya maka 
tetap tidak akan sembuh penyakit kita, semahal apapun itu tetap tidak akan 
sembuh.

Sebaliknya dengan dasar keyakinan bahwa hanya Allah Yanga Maha Menyembuhkan 
lewat berbagai perantara-Nya maka obat yang semurah apapun maka asal kita 
yakin, kita percaya dan kita mantap pada dokter yang memberikan obat itu insya 
Allah sakit kita akan sembuh.

Keyakinan itu penting dalam segala hal termasuk berobat, sedangkan bimbang dan 
ragu-ragu akan membuat pengobatan kita percuma meski sering sekalipun. Kuncinya 
adalah percaya dan yakin terhadap Allah Swt lewat perantara yang mengobati kita.

Kalau kita tidak yakin dan percaya maka tidak akan mandi (bahasa Jawa untuk 
MANJUR), mandi = iMANe nDI (bahasa Jawa untuk 'Di mana imannya'?)

www.majlismajlas.blogspot.com

[keluarga-islam] Misteri Keadilan Tuhan

2008-08-11 Terurut Topik agussyafii
Misteri Keadilan Tuhan


sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com


Bahwa Tuhan Maha Adil, secara akademik tak seorangpun yang menolak,
tetapi bahwa banyak individu-individu yang secara diam-diam
mempertanyakan keadilan Tuhan juga tak bisa dibantah. Pembicaraan
tentang keadilan Tuhan bukanlah hal baru. Persoalan ini hadir sejak
manusia mengenal baik buruk. Pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa ada
kejahatan, ada kemiskinan, ada penyakit, atau pertanyaan mengapa si A
yang baik dan pintar nasibnya buruk sedang si B yang jahat dan bodoh
selalu sukses usahanya ?

Sesungguhnyalah bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas menjadi
sangat musykil jika jawabannya dimaksud untuk memuaskan semua nalar,
tetapi jika ingin mencari hikmah dari suatu peristiwa yang tidak
menyenangkan, maka boleh jadi suatu peristiwa yang semula dinilai
negatip, lama-kelamaan akan berubah menjadi positip setelah kita bisa
mendudukkan peristiwa itu dalam konteks yang lebih panjang. Suatu
golongan meratap-ratap ketika ketuanya yang terpilih menjadi presiden
dijatuhkan oleh lawan di tengah masa jabatannya. Segala macam usaha,
bahkan doa-doa andalan istighasah pun sudah dipanjatkan untuk
mempertahankan kedudukan sang presiden. Kecewa, sedih, marah dan
dendam bercampur aduk dalam hati kelompok itu mengiringi jatuhnya sang
presiden. Tetapi setelah setahun berlalu, setelah berbagai peristiwa
terjadi, nampak bahwa dibalik hal yang mengecewakan itu terdapat
hikmah yang luar biasa besarnya.

Sebagian ulama menyatakan bahwa yang di-namakan kebaikan atau
keburukan dalam perspektip diatas sebenarnya tidak ada, atau paling
tidak adanya itu hanya dalam nalar manusia yang memandang secara
parsial, karena segala hal yang datang dari Tuhan itu pastilah
kebaikan., karena sebagaimana disebutkan al Qur'an, Dialah yang
membuat segala sesuatu dengan sebaik-baiknya (Q/32:7). Keburukan itu
ada hanya karena keterbatasan pandangan manusia saja. Segala sesuatu
sebenarnya tidak buruk, tetapi nalar manusia yang terbatas itulah yang
mengiranya buruk. Nalar tidak dapat menembus semua dimensi. Seringkali
ketika seseorang memandang sesuatu secara mikro, hal itu dinilainya
buruk dan jahat, tetapi jika dipandang secara makro dan menyeluruh,
justeru hal itu me-rupakan unsur keindahan. Tahi lalat jika dilihat
secara mikro, yakni tahi lalat itu sendiri maka pasti ia nampak buruk,
tetapi jika dilihat dalam kerangka wajah pemiliknya, maka tahi lalat
itu justeru bisa menjadi faktor utama kecantikan wajah pemiliknya.

Sama halnya ketika kita melihat orang yang kakinya di-potong, terasa
ada kekejaman di dalamnya, tetapi jika kita tahu bahwa yang
mengampputasi itu dokter sebagai upaya penyelamatan hidup orang itu,
maka kita bisa berkata, untung ada dokter yang sempat mengamputasinya,
dan di dalamnya ada nuansa terima kasih kepada yang memotong kaki.
Oleh karena itu kita tidak boleh memandang kebijaksanaan Allah secara
mikro, atau, sekurang-kurangnya ketika kita belum bisa memahami hal
itu, kita harus meyakini bahwa dibalik itu ada hikmah tersembunyi.

Perhatikan bagaimana al Qur'an membimbing kita melihat masalah,
seperti yang tersebut dalam surat al Baqarah ayat 216; …..Boleh jadi
engkau membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi engkau
menyenangi sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui dan kamu
tidak mengetahui (Q/2:216).

Renungkan pula bagaimana proses yang mengantar manusia (dan makhluk
lain) pada kebahagiaan, ternyata di sana ada pihak yang harus menjadi
korban. Pesta perkawinan yang sangat membahagiakan ternyata harus
didukung oleh pengorbanan banyak hewan yang harus disembelih.
Kemerdekaan suatu bangsa juga harus didukung oleh pengorbanan sebagian
dari warganya, yakni dengan gugurnya para pahlawan di medan perang.
Disadari atau tidak, sebenarnya setiap pribadi harus bersedia
berkorban demi kebahagiaan bersama, dan untuk itu harus ada diantara
mereka yang bersedia menjadi korban demi kebahagiaan makhluk secara
keseluruhan. Pengor-banan itu merupakan syarat kesempurnaan jenis
makhluk, termasuk manusia. 

Korban (yang mengalami keburukan) harus ada demi mewujudnya kebaikan
dan keindahan. Suatu bahaya yang mencekam ternyata melahirkan
keindahan berupa munculnya orang-orang pemberani yang berhasil
mengusir bahaya itu. Pengalaman menderita sakit parah ternyata bisa
mendatangkan rasa keindahan, yakni ketika merasakan betapa nikmatnya
kesehatan. Kesabaran dipuji orang, tetapi apa artinya kesabaran jika
tidak ada malapetaka? Nah, siapa yang harus mengalami semuanya itu
jika bukan makhluk?. Jika penderitaan itu terjadi karena kesalahan,
maka hal itu sudah setimpal dengan ulahnya, sedangkan jika seseorang
tidak bersalah tetapi menjadi korban, maka pengorbanan manusia akan
dibalas oleh Allah dengan ketinggian derajat di akhirat (Q/2:155-157) .

Menurut al Qur'an, Allah memberikan potensi kepada manusia untuk mampu
memikul kesedihan dan melupakannya. Dalam surat at Taghabun disebutkan
: ….Tidak satupun petaka yang menimpa seseorang kecuali dengan izin

[keluarga-islam] Kiat-kiat memelihara Iman (Kolom : Ust. Syarifuddin Jatnika, Lc)

2008-08-11 Terurut Topik Abu Majid
- Original Message - 
From: Munawar 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, August 08, 2008 9:17 AM
Subject:  MJNY  Kiat-kiat memelihara Iman (Kolom : Ust. Syarifuddin Jatnika, 
Lc)


Kiat-kiat Memelihara Iman

( Kolom : Ust. Syarifuddin Jatnika, Lc )
Jum'at , 07 Agustus 2008





  Dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah maka bertambahlah imannya.  ( QS. 
Al-Anfal, ayat 2 )

 Iman adalah mutiara yang tak ternilai harganya, dengan keimananlah hidup 
seseorang menjadi sangat berharga, dengan keimanan pula seluruh tingkah laku 
manusia dapat dikendalikan , karena ia merupakan motor penggerak jiwa. Dari 
hatilah manusia dapat dinilai baik buruknya. Ada beberapa faktor yang 
menyebabkan bertambahnya iman seseorang,  yaitu :



1.   Ilmu   
  
Yakni ilmu yang dapat menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan keyakinan, 
seperti apa yang pernah dikatakan oleh Jundub bin Abdullah Umar dan lainnya.  

  Berilah kami ilmu tentang keimanan, berilah kami ilmu tentang Al-quran, maka 
iman kami pasti akan bertambah .. (Syarah Qosidah Ibnu Qoyyim, jilid I halaman 
141)

 Jadi yang dimaksud dengan ilmu disini adalah :

  a.. Ilmu yang berkaitan dengan Allah, Asma-asmaNya, sifat-sifatNya, seluruh 
perbuatan-Nya, dan segala nikmat-Nya. 
  b.. Ilmu yang berkaitan dengan Rasulullah SAW, akhlak-akhlak yang 
dicontohkan, manhaj hidup serta syari'atnya, serta perjalanan hidupnya dalam 
masalah ibadahnya, perjuangannya, dan muamalahnya. 
  c.. Ilmu yang berkaitan dengan kitabullah berikut dengan apa-apa yang 
dikandungnya, berupa berita-berita, contoh-contoh, hukum, I'tibar (pengajar), 
dan garis-garis pembeda.
Yang demikian itu dikarenakan asal (pokok) keimanan adalah ikrar kepada 
Uluhiyah Allah, hal-hal yang menyangkut sifat-sifat Rasulullah, risalah yang ia 
bawa, serta setiap yang datang kepadanya dari sisi Robb-Nya, dengan 
penggambaran secara global. Misalnya saja tentang kalimat syahadat, barangsiapa 
yang mengucapkan dengan penuh keyakinan, maka baginya telah memenuhi pokok 
keimanan. Akan tetapi tidaklah sama nilainya bagi si pengucap, jika dalam 
mengucapkannya disertai oleh makna serta ketentuan-ketentuannya secara rinci.

Tidaklah sama orang yang mengetahui secara rinci apa-apa yang diberitakan 
Rasulullah SAW perihal kejadian setelah mati (seperti adanya hari perhitungan, 
azab, kenikmatan abadi, dll) dibanding dengan orang yang tidak mengetahuinya. 
Kalau tingkat pemahaman syahadah membuahkan tingkat pemahaman yang berbeda, 
maka begitu juga dengan tingkat pemahaman akhirat. Tidak sama (tingkat 
keimanan) mereka yang memahami akhirat sampai kepada hal-hal yang terjadi 
didalamnya, seperti : kebangkitan dan dikumpulkannya setelah mati, pembalasan, 
pembacaan catatan amal, perhitungan, telaga, surga, neraka, dll  jika 
dibandingkan dengan mereka yang memahami akhirat hanya sebatas garis besarnya 
saja. Begitu juga tidak sama mereka yang mengetahui Siroh perjuangan Rasulullah 
dan segala apa yang menyertai beliau sehingga membawa kesempurnaan pada 
dirinya, jika dibandingkan dengan orang-orang yang hanya mengetahui masalah itu 
secara garis besar. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: 

Dan demikian (pula) antara manusia, binatang-binatang melata dan 
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan 
jenisnya).Sesungguhnya yang hanya takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya 
hanyalah para ulama.Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha pengampun.  (QS. 
Faathir, ayat : 28)

 (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah yang beribadat 
diwaktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) 
akhirat dan mengharapkan rahmat Robb-nya ? Katakanlah adakah sama orang yang 
mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui ? sesungguhnya orang yang 
berakallah yang dapat menerima pelajaran. 
(QS. Az-Zumar : 9)



2.  Amal perbuatan   

Yang dimaksud disini adalah memperbanyak amal-amal shaleh serta memperdalam 
ketaatan sehingga menambah keyakinan dan memperkokoh keimanan, serta 
memperkecil amal-amal yang jelek dan menghindari dari hal-hal yang dapat 
melemahkan iman. Betapa banyak manusia yang telah terjerumus kepada kemaksiatan 
besar bahkan sampai kepada kemungkaran yang menghalalkan darah serta 
mendustakan Rasulullah sehingga mereka masuk kepada golongan durjana (dzhalim) 
fasik dan masuk kepada kekafiran. Oleh karena itu kita harus memohon kepada 
Allah agar dibersihkan dari segala amalan diatas dan senantiasa berada dalam 
lindungan-Nya. 
Yang demikian itu adalah asas (prinsip) keimanan kepada Allah, sebagaimana kita 
ketahui bersama bahwa didalamnya harus mencakup pengikraran diri untuk 
mentauhidkan-Nya secara Uluhiyah, serta kesediaan untuk ikhlas beribadah hanya 
kepada-Nya. Ikrar dan pengenalan dalam hal ini, ada 2 jenis :

  a.. Pengakuan secara ilmu 

[keluarga-islam] Jebakan Fikiran

2008-08-11 Terurut Topik David Sofyan
Jebakan Fikiran

Mind trapping atau jebakan fikiran sering membuat sesuatu yang tampak 
sederhana menjadi demikian rumit. Suatu ketika teman dari daerah datang ke 
Jakarta dan menginap di sebuah hotel kelas tiga di pinggiran kota, entah 
mengapa setelah dua hari menginap di hotel tersebut baru dia menelpon saya dan 
mengatakan bahwa dia sudah berada di Jakarta sejak 2 hari yang lewat dan baru 
bisa menghubungi karena ada urusan keluarga. Sesampainya disana saya pura-pura 
kaget dan memberitahukan bahwa di kamar tempat dia menginap setahun yang lewat 
pernah terjadi pembunuhan dimana satu keluarga terbunuh setelah di rampok 
terlebih dahulu. Mendengar hal tersebut teman hanya mengangguk perlahan tetapi 
dampaknya malam berikutnya dia tidak bisa tidur nyenyak, seperti di ikuti oleh 
sesuatu, padahal dua hari sebelumnya tidak ada terjadi apa-apa.

Segala predikat yang melekat pada diri kita adalah pembentukan dari sebuah 
pengetahuan, mungkin bagi suku badui yang tidak pernah mengakses informasi 
ketika berhadapan  dengan SBY bisa beranggapan bahwa  dia  bukan siapa-siapa. 
Pengetahuan tidak hanya membentuk sebuah kesadaran baru tetapi juga bisa 
mengikat kesadaran tersebut menjadi sebuah hukum sebagai contoh ketika  kita 
tidak tahu bahwa segelas air di meja mengandung alkohol maka halal bagi kita 
meminumnya dan hukum haram jatuh ketika informasi mengenai kandungan alkohol 
yang terdapat didalam air tersebut datang kepada kita.

Selain jebakan fikiran, suasana hati juga bisa mempengaruhi keseharian kita, 
sebagai contoh ketika kita sedang duduk kemudia datang ustdaz kemudian berkata 
jadilah orang yang sabar karena Allah bersama orang-orang yang sabar dan hal 
ini bisa kita terima dengan senang hati tetapi bagaimana jika ketika muka kita 
habis di pukul oleh seseorang kemudian sang Ustadz berkata seperti itu, tentu 
saja situasinya sangat berbeda bukan ? mungkin kita lebih senang saat itu sang 
ustadz berbicara mengenai keadilan ketimbang kesabaran.

Kesimpulan sederhananya adalah bahwa sangat di perlukan sebuah kebijaksanaan 
dalam menyaring setiap informasi dan kebijaksaan dalam menyampaikannya sehingga 
amar ma'ruf nahi mungkar di laksanakan dengan cara yang ma'ruf dan bukan 
sebaliknya.

Salam


David 


[keluarga-islam] (Do'a of the Day) 10 Sya'ban 1429H

2008-08-11 Terurut Topik Ananto
Bismillah irRahman irRaheem
In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Alhamdulillahilladzi qadhaa'anaa nusukanaa. Allaahumma zidna iimaanan wa
yaqiinan wa tawfiqan wa awnan, waghfirlanaa wa li aabaa'inaa wa ummahaatinaa
wal muslimiina ajma'iina.

Segala puja dan puji bagi Allah yang telah menyelesaikan ibadah kami. Ya
Allah, tambahkanlah keimanan kemi, taufiq dan pertolongan-Mu pada kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan dosa orang tua kami serta dosa semua orang
Islam. (An Nawawi)


[keluarga-islam] Makna Sahabat

2008-08-11 Terurut Topik agussyafii
Makna Sahabat


Assalamu'alaikum Wr Wb..


Teman yang berbahagia..

Dipagi yang cerah ini, izinkan saya menyapa anda dengan setulus hati
dengan harapan kebahagiaan selalu menyertai hidup anda. Kebahagiaan
itu sungguh sangat berarti buat kita. Seperti kehadiran anda buat saya
yang berkenan membaca tulisan-tulisan saya.

Jika ada satu pertanyaan, mana yang anda lebih sukai, saudara atau
sahabat? 

Tentunya jawaban menjadi saudara atau menjadi sahabat memiliki makna
yang berbeda. Buat saya makna sahabat lebih terbuka sebagai tempat
curhat. Bahkan Persahabatan juga mempengaruhi secara positif terhadap
harapan hidup yang lebih baik, kesehatan mental dan kesempatan untuk
sembuh dari sakit.

Bahkan berdasarkan penelitian Dr. Jan Yanger menunjukkan bahwa orang
yang memiliki sahabat walau satu orang mempunyai harapan hidup yang
lebih baik, kesehatan mental yang positif sehingga memberikan
kesempatan sembuh dari sakit dibandingkan dengan mereka yang tidak
memiliki sahabat.

citra seorang sahabat yang sebenarnya diperlukan kriteria khusus untuk
disebut dengan sahabat sehati. Dalam pengertian umum sahabat artinya
teman. Sahabat Karib juga diartikan teman dekat. Sementara teman
sehati artinya teman dekat yang setia menemani dalam keadaan suka dan
duka yang saling mendukung dan menerima semua kelebihan maupun
kekurangannya.

Itulah sebabnya makna anda sebagai sahabat, sungguh berarti buat saya..


Salam Cinta,
agussyafii

===
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye Andalah Sang Cahaya, sudah
saatnya menerangi kehidupan silahkan kirimkan dukungan dan komentar
anda di http://agussyafii.blogspot.com atau sms 0888 176 48 72









Re: [keluarga-islam] Keluarga Sakinah

2008-08-11 Terurut Topik riyanto moch
Subkhaanallaah
Bagus banget artikelnya,,,
Tetap semangat  Istiqomah Saudara2ku


--- On Sun, 8/10/08, ariyati_arief [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: ariyati_arief [EMAIL PROTECTED]
Subject: [keluarga-islam] Keluarga Sakinah
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Date: Sunday, August 10, 2008, 5:34 AM











Dari Abdullah bin Mas'ud. Ia berkata : telah bersabda Rasulullah 

saw. kepada kami: Hai golongan orang-orang muda ! siapa-siapa dari 

kamu mampu menikah, hendaklah ia menikah, karena yang demikian lebih 

menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan; dan 

barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah ia bersaum, karena ia itu 

benteng bagimu. (Muttafaq `alaih).

Al-Qur'an menyebutkan kata nikah sebanyak 23 kali yang 

berarti menghimpun . sedangkan kata zawwaja terulang tidak kurang 

dari 80 kali yang berarti pasangan.

Pernikahan merupakan ketetapan ilahi atas segala makhluk :

Segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari 

(kebesaran Allah) (al-Zariyat 51:49).

Perpasangan merupakan fitrah, sehingga Islam mensyari'atkan 

dijalinnya pertemuan yang membawanya pada pernikahan agar 

mengalihkan kegundahan, kerisauan menjadi ketetraman dan ketenangan 

yaitu sakinah. Sakinah terambil dari akar kata sakana yang berarti 

diam/ tenangnya sesuatu setelah bergejolak. Itulah sebabnya mengapa 

pisau dinamai sikkin karena ia adalah alat yang menjadikan binatang 

yang disembelih akan tenang, tidak bergerak, setelah tadinya ia 

meronta. Sakinah karena pernikahan adalah ketenangan yang dinamis 

dan aktif, tidak seperti kematian binatang.

Di dalam Al-Qur'an surat al-Rum 21 dinyatakan :

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan 

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan 

merasa tentram kepadanya, dan dijadikann-Nya di antara kamu rasa 

kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar 

terdapat tanda bagi kamu yang mau berfikir.

Adapun perekat pernikahan adalah mahabbah (cinta), mawaddah, rahmah 

dan amanah Allah. Sebagai Tali temali ruhani perekat pernikahan, 

cinta diisi mawaddah disusul rahmah dan dilengkapi dengan amanah. 

Mawaddah tersusun dari huruf-huruf m-w-d-d-, yang maknanya berkisar 

pada kelapangan dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Dia adalah 

cinta plus. Bukankah yang mencintai, sesekali hatinya kesal sehingga 

cintanya pudar bahkan putus, tetapi yang bersemai dalam hati 

mawaddah, tidak lagi akan memutuskan hubungan seperti yang bisa 

terjadi pada orang yang bercinta. Ini disebabkan karena hatinya 

begitu lapang dan kosong dari keburukan sehingga pintu-pintunya pun 

telah tertutup untuk dihinggapi keburukan lahir dan batin. 

Rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul di dalam hati akibat 

menyaksikan ketidakberdayaan, sehingga mendorong yang bersangkutan 

untuk memberdayakannya. Karena itu dalam kehidupan keluarga, masing-

masing suami dan istri akan bersungguh-sungguh, bahkan bersusah 

payah demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta menolak 

segala yang mengganggu dan mengeruhkannya.

Al-Qur'an menggarisbawahi hal ini dalam rangka jalinan perkawinan 

karena betapapun hebatnya seseorang, ia pasti memiliki kelemahan, 

dan betapapun lemahnya seseorang, pasti ada juga unsur kekuatannya. 

Suami istri tidak luput dari keadaan demikian, sehingga suami dan 

istri harus berusaha untuk saling melengkapi

Istri-istri kamu (para suami) adalah pakaian untuk kamu, dan kamu 

adalah pakaian untuk mereka ( al-Baqarah 2: 187)

Ayat ini tidak hanya mengisyaratkan bahwa suami istri saling 

membutuhkan sebagaimana kebutuhan manusia pada pakaian, tetapi juga 

berarti bahwa suami istri yang masing-masing menurut kodratnya 

memilki kekurangan harus dapat berfungsi menutup kekurangan 

pasangannya, sebagaimana pakaian menutup aurat (kekurangan 

pemakainya).

Amanah. Pernikahan adalah amanah yang harus dijalankan sebaik-baiknya

Kalian menerima istri berdasar amanah Allah

Amanah adalah suatu yang diserahkan kepada pihak lain disertai 

dengan rasa aman dari pemberinya karena kepercayaanannya bahwa apa 

yang diamanatkan itu, akan dipelihara dengan baik, serta 

keberadaannya aman di tangan yang diberi amanat itu.

Istri adalah amanat di pelukan suami, suami pun amanah di pangkuan 

istri. Tidak mungkin orang tua dan keluarga masing-masing akan 

merestui perkawinan tanpa adanya rasa percaya dan aman itu. Suami 

demikian juga istri tidak akan menjalin hubungan tanpa merasa aman 

dan percaya kepada pasangannya.

Kesediaan seorang istri untuk hidup bersama dengan seorang lelaki, 

meninggalkan orang tua dan keluarga yang membesarkannya, dan 

mengganti semua itu dengan penuh kerelaan untuk hidup bersama lelaki 

asing yang menjadi suaminya, serta bersedia membuka rahasianya yang 

paling dalam. 

Semua itu merupakan hal yang sungguh mustahil, kecuali jika ia 

merasa yakin bahwa kebahagiannya bersama suami akan lebih besar 

dibanding dengan kebahagiannya 

[keluarga-islam] (Ngaji of the Day) Menyambut Ramadhan: (2) Sejarah Puasa

2008-08-11 Terurut Topik Ananto
*Sejarah Puasa*



Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin
di seluruh dunia. Allah swt. telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman,
sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad saw. Puasa merupakan
amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu.


Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin
di seluruh dunia. Allah swt. telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman,
sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad saw. Puasa merupakan
amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu.


Ada empat bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu, yaitu:



1. Puasanya orang-orang sufi, yakni praktek puasa setiap hari dengan
maksud menambah pahala. Misalnya puasanya para pendeta

2. Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Sebagaimana yang telah
dikisahkan Allah dalam Al-Qur'an, surat Maryam ayat 26 :

Jika kamu (Maryam) melihat seorang manusia, maka katakanlah, sesungguhnya
aku telah bernadzar berpuasa untuk tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak
akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini (Q.S. Maryam :26).

3. Puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa
yang dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa-puasa
kaum-kaum lainnya yang mempunyai cara dan kriteria yang telah ditentukan
oleh masing-masing kaum tersebut.

4. Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia
mempunyai aturan yang tengah-tengah yang berbeda dari puasa kaum sebelumnya
baik dalam tata cara dan waktu pelaksanaan. Tidak terlalu ketat sehingga
memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar sehingga mengabaikan
aspek kejiwaan. Hal mana telah menunjukkan keluwesan Islam.


HIKMAH PUASA


Diwajibkannya puasa atas ummat Islam mempunyai hikmah yang dalam. Yakni
merealisasikan ketakwaan kepada Allan swt. Sebagaimana yang terkandung dalam
surat al-Baqarah ayat 183:
Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalain bertakwa.


Kadar takwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185 :



(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan
bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.
Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa diwajibkan
di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah mengisyaratkan hikmah
puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah
dan yang diistimewakan Allah dengan dengan menurunkan kenikmatan terbesar di
dalamnya, yaitu al-Qur'an al-Karim yang akan menunjukan manusia ke jalan
yang lurus. Ramadhan juga merupakan pengobat hati, rahmah bagi orang-orang
yang beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang jiwa-raga. Inilah
nikmat terbesar dan teragung. Maka wajib bagi orang-orang yang mendapat
petunjuk untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore.


Bila puasa telah diwajibkan kepada umat terdahulu, maka adakah puasa yang
diwajibkan atas umat Islam sebelum Ramadhan?


Jumhur ulama dan sebagian pengikut Imam Syafi'i berpendapat bahwa tidak ada
puasa yang pernah diwajibkan atas umat Islam sebelum bulan Ramadhan.
Pendapat ini dilandaskan pada hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh
Mu'awiyah :


Hari ini adalah hari Asyura', dan Allah tidak mewajibkannya atas kalian.
Siapa yang mau silahkan berpuasa, yang tidak juga boleh meninggalkannya.


Sedangkan madzhab Hanafi mempunyai pendapat lain: bahwa puasa yang
diwajibkan pertamakali atas umat Islam adalah puasa Asyura'. Setelah datang
Ramadhan Asyura' dirombak (mansukh). Madzhab ini mengambil dalil hadisnya
Ibn Umar dan Aisyah ra.: diriwayatkan dari Ibn 'Amr ra. bahwa Nabi saw.
telah berpuasa hari Asyura' dan memerintahkannya (kepada umatnya) untuk
berpuasa pada hari itu. Dan ketika datang Ramadhan maka lantas puasa Asyura'
beliau tinggalkan, Abdullah (Ibnu 'Amr) juga tidak berpuasa. (H.R.
Bukhari).


Diriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa orang-orang Quraisy biasa melakukan
puasa Asyura' pada masa jahiliyah. Kemudian Rasulullah memerintahkan untuk
berpuasa hari Asyura' sampai diwajibkannya puasa Ramadhan. Dan Rasul
berkata, barang siapa ingin berpuasa Asyura' silahkan berpuasa, jika tidak
juga tak apa-apa. (H.R. Bukhari dan Muslim).


Pada masa-masa sebelumnya, Rasulullah biasa melakukan puasa Asyura' sejak
sebelum hijrah dan terus berlanjut sampai usai hijrah. Ketika hijrah ke
Madinah beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa (Asyura'),
beliau pun ikut berpuasa seperti mereka dan manyerukan ke ummatnya untuk
melakukan puasa itu.


Hal ini sesuai dengan wahyu 

[keluarga-islam] Keadilan Sebagai Prinsip Hukum Alam

2008-08-11 Terurut Topik agussyafii
Keadilan Sebagai Prinsip Hukum Alam

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com

Keadilan adalah kata jadian dari kata adil yang terambil dari bahasa
Arab `adala - `adl. Dalam bahasa Arab kata `adl mengandung arti
sama, terutama dalam hal yang bersifat immateriil. Dalam kamus
Bahasa Indonesia, kata adil diartikan sebagai (a) tidak berat
sebelah/tidak memihak, (b) berpihak kepada kebenaran, dan (c)
sepatutnya/tidak sewenang-wenang. Jadi dibalik kata adil terkandung
arti memperlakukan secara sama, tidak berpihak kecuali atas dasar
prinsip kebenaran dan kepatutan, atau seperti yang disebut dalam
ungkapan bahasa Arab, wadl`u assyai' fi mahallihi, artinya menempatkan
sesuatu pada tempatnya. Kata adil mengisyaratkan adanya dua pihak atau
lebih yang harus diperlakukan secara sama.
Dalam al Qur'an. Keadilan disebut dengan kata al `adl, al qisth dan al
mizan.


Kata al qisth mengandung arti bagian yang wajar dan patut, sehingga
pengertian sama tidak harus persis sama, tetapi bisa beda bentuk asal
substansinya sama. Sedangkan kata al mizan mengandung arti seimbang
atau timbangan, merujuk pengertian bahwa keadilan itu mendatangkan
harmoni (tidak jomplang) karena segala sesuatu diperlakukan atau
ditempatkan sesuai dengan semestinya. Alam tata surya misalnya,
diciptakan Tuhan dengan mengetrapkan prinsip keseimbangan, wassama a
rafa`aha wa wadla`a al mizan (Q/55:7). Dengan keseimbangan itu maka
alam berjalan harmoni, siang, malam, kemarau, musim hujan, musim
panas, musim dingin, gerhana, yang dengan itu manusia bisa menikmati
keteraturan keseimbangan itu dengan menghitung jam, bulan, tahun,
cuaca, arah angin dan sebagainya. Dengan keseimbangan (mizan) alam ini
, manusia kemudian menyadari tentang ozon, efek rumah kaca dan sebagainya.

Demikian juga keseimbangan yang ada pada tata bumi, struktur tanah,
resapan air, habitat makhluk hidup, kesemuanya diletakkan dalam sistem
keadilan, yakni sistem yang menempatkan seluruh makhluk dalam satu
siklus dimana kesemuanya diperlakukan secara sama, proporsional dan
sepantasnya. Semua makhluk hidup sampai yang sekecil-kecilnya
disediakan rizkinya oleh sistem tersebut. Sistem keadilan dan harmoni
itu membuat semua makhluk memiliki makna atas kehadirannya. Kotoran
manusia yang oleh manusia dipandang najis, menjijikkan dan
membahayakan kesehatannya, ternyata ia sangat bermakna bagi ikan
gurame di kolam, yang dengan menu najis itu ikan gurame menjadi gemuk.
Kehadiran ikan gurame yang gemuk selanjutnya menjadi sangat bermakna
bagi manusia, karena dibutuhkan gizinya.

Allah menciptakan dan mengelola alam ini dengan keadilan sebagai
sunnatullah, maka Allahpun mengetrapkan prinsip keadilan ini pada
kehidupan manusia. Hukum sunnatullah itu bersifat pasti dan tidak bisa
diganti, oleh karena itu siapapun yang berlaku adil maka dialah yang
berhak menerima buahnya berupa kehidupan yang harmoni, sebaliknya
siapapun yang menyimpang dari prinsip keadilan (zalim) ia akan memetik
buahnya berupa ketidak harmonisan.

Sunnatullah berlaku pada alam, pada tubuh manusia, pada kehidupan
individu manusia, pada kehidupan keluarga, kehidupan masyarakat,
kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu ada perintah untuk
berlaku adil meski kepada diri sendiri, berlaku adil kepada orang yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada juga keharusan menegakkan keadilan
sosial. 


sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com

Salam Cinta,
agussyafii

Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
[EMAIL PROTECTED] atau http://mubarok-institute.blogspot.com





[keluarga-islam] Bersyukurlah !

2008-08-11 Terurut Topik Yusa
Kyai Munif Zuhri - Ponpes Giri Kusumo, Mranggen - Demak :



(Dalam acara pembacaan rotib Alatas dan maulid ad-Diba'i di rumah Alhabib 
Abdurrahman bin Ja'far Barakbah, Jl. Mlatiharjo Semarang)

 

Ada pertanyaan apa yang didapat dari maulid semacam ini? Di maulid seperti ini, 
barokah majlis sangat banyak yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. 
Kita tentu merasakan keagungan dari pembacaan maulid ini, siapa yang 
benar-benar khusyuk maka Rasul Saw akan hadir bersama kita.

 

Lalu siapa kita? Kita adalah hamba-Nya! Hamba itu bagaimana? Hamba itu wajib 
bersyukur atas segala yang dikaruniakan oleh Allah Swt. Barang siapa bersyukur 
kepada Alah Swt maka akan ditambah nikmat oleh Allah Swt dan barang siapa tidak 
bersyukur kepada Allah Swt maka akan dikurangi nikmat-Nya. Sekarang ini banyak 
orang yang pintar berbicara, pintar di mulut saja, tidak pintar hatinya. 
Manusia yang seperti ini hanya pandai bicara tapi tidak pandai mengamalkan, 
maka apa yang dia bicarakan tidak akan didengar oleh orang lain.

 

Ada sebuah cerita jaman dulu ada seorang kyai didatangi oleh seorang ibu-ibu 
minta tolong agar kyai menasehati anak ibu tersebut untuk berhenti makan 
permen, sebab meski disuruh ibunya si anak tetap tidak mau berhenti juga. Si 
kyai menyanggupi tapi ibu itu disuruh datang 3 hari lagi. Sesudah 3 hari ibu 
itu datang lagi, kyai lalu menasehati si anak,

 

Le, ojo maem permen meneh, mundhak marak i untumu gigis, nek untumu gigis ngko 
ilang nggantengmu! (Dik, jangan makan permen lagi ya, gigimu nanti rusak nah 
kalau gigimu rusak nanti hilang cakepmu!)

 

Sudah itu saja nasehat beliau, ibu dan anak itu lalu pulang. Dan benar, si anak 
tidak lagi makan permen sama sekali. Dengan keheranan si ibu balik lagi ke kyai 
dan bertanya kenapa anaknya langsung berubah total seperti itu setelah 
dinasehati oleh si kyai? Dijawab oleh sang kyai bahwa 3 hari yang lalu ketika 
ibu dan anak itu datang, kyai tersebut masih suka makan permen. Kyai itu janji 
dalam 3 hari akan berhenti makan permen demi menasehati anak ibu itu. Sesudah 
kyai bisa berhenti makan permen, beliau akan menasehati anak tersebut. Si kyai 
tidak mau menasehati yang beliau tidak melakukan apa yang beliau nasehatkan.

 

Dengan mengamalkan terlebih dulu suatu perkara sebelum kita nasehatkan akan 
membuat apa yang kita nasehatkan itu didengar dan dilakukan oleh mereka.

 

Jaman sekarang siapa orang yang seperti Rasul Saw? Sangat sedikit! Barang siapa 
bertaqwa kepada Allah Swt maka bumi dan segala isinya akan dibuka untuknya, 
tapi barang siapa tidak bertaqwa maka berbagai maksiat akan menimpa mereka.

 

Semua anggota badan kita seperti mata, hidung, telinga, tangan, kaki dsb adalah 
merupakan masyarakat dari negara diri kita sendiri. Kalau mereka (masyarakat 
negara diri kita = anggota badan kita) diajak taat kepada Allah Swt lalu taat 
pada Rasulullah Saw, maka Allah Swt akan mengkaruniakan berbagai nikmat-Nya 
untuk mereka.

 

Syukuri apa yang Allah Swt karuniakan kepada kita. Kita punya mobil seperti 
apapun harus disyukuri kita masih bisa nyaman naik mobil. Kita punya rumah 
seperti apapun harus disyukuri kita bisa berteduh di bawahnya saat hujan dan 
terik panas matahari. Syukuri manfaat dari apa yang kita punya meski secara 
kualitas dan kuantitas pas-pasan. Yang terpenting adalah manfaat dari barang 
yang kita punya. Kerja kita jauh tapi alhamdulillah ada sepeda, ada motor, ada 
mobil, ada angkot dsb jadi masih terkurangi rasa capek kita. Jangan selalu 
merasa kurang! Orang yang seperti ini berarti dia sudah tahu Allah Swt.

 

Seandainya kita punya suatu barang yang banyak jumlahnya tapi secara kualitas 
sedang-sedang saja, ketika lalu kita ditawari suatu barang sangat bagus 
istimewa oleh orang lain untuk kita terima sebagai hadiah, mana yang kita 
pilih? Barang bagus atau barang yang sedang-sedang saja? Sudah tentu kita 
memilih barang yang bagus itu!

 

Allah Swt adalah Maha Istimewa, ketika kita ditawari yang Maha Istimewa maka 
seharusnya kita memilih Allah Swt. Barang siapa sudah ketemu dengan Allah Swt 
maka mereka akan merasa cukup dengan itu, mereka akan merasa cukup dengan apa 
yang mereka punya dan mereka tidak ingin lagi yang lain.

www.majlismajlas.blogspot.com