[keluarga-islam] Di mana imannya?
Ustadz Masykuri : Meski kita yakin hanya Allah Swt Yang Maha Menyembuhkan lewat berbagai perantara-Nya tapi kalau kita tidak yakin, tidak percaya, tidak mantap kepada dokter yang mengobati kita dan tidak yakin kepada obat yang diberikannya maka tetap tidak akan sembuh penyakit kita, semahal apapun itu tetap tidak akan sembuh. Sebaliknya dengan dasar keyakinan bahwa hanya Allah Yanga Maha Menyembuhkan lewat berbagai perantara-Nya maka obat yang semurah apapun maka asal kita yakin, kita percaya dan kita mantap pada dokter yang memberikan obat itu insya Allah sakit kita akan sembuh. Keyakinan itu penting dalam segala hal termasuk berobat, sedangkan bimbang dan ragu-ragu akan membuat pengobatan kita percuma meski sering sekalipun. Kuncinya adalah percaya dan yakin terhadap Allah Swt lewat perantara yang mengobati kita. Kalau kita tidak yakin dan percaya maka tidak akan mandi (bahasa Jawa untuk MANJUR), mandi = iMANe nDI (bahasa Jawa untuk 'Di mana imannya'?) www.majlismajlas.blogspot.com
[keluarga-islam] Misteri Keadilan Tuhan
Misteri Keadilan Tuhan sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com Bahwa Tuhan Maha Adil, secara akademik tak seorangpun yang menolak, tetapi bahwa banyak individu-individu yang secara diam-diam mempertanyakan keadilan Tuhan juga tak bisa dibantah. Pembicaraan tentang keadilan Tuhan bukanlah hal baru. Persoalan ini hadir sejak manusia mengenal baik buruk. Pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa ada kejahatan, ada kemiskinan, ada penyakit, atau pertanyaan mengapa si A yang baik dan pintar nasibnya buruk sedang si B yang jahat dan bodoh selalu sukses usahanya ? Sesungguhnyalah bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas menjadi sangat musykil jika jawabannya dimaksud untuk memuaskan semua nalar, tetapi jika ingin mencari hikmah dari suatu peristiwa yang tidak menyenangkan, maka boleh jadi suatu peristiwa yang semula dinilai negatip, lama-kelamaan akan berubah menjadi positip setelah kita bisa mendudukkan peristiwa itu dalam konteks yang lebih panjang. Suatu golongan meratap-ratap ketika ketuanya yang terpilih menjadi presiden dijatuhkan oleh lawan di tengah masa jabatannya. Segala macam usaha, bahkan doa-doa andalan istighasah pun sudah dipanjatkan untuk mempertahankan kedudukan sang presiden. Kecewa, sedih, marah dan dendam bercampur aduk dalam hati kelompok itu mengiringi jatuhnya sang presiden. Tetapi setelah setahun berlalu, setelah berbagai peristiwa terjadi, nampak bahwa dibalik hal yang mengecewakan itu terdapat hikmah yang luar biasa besarnya. Sebagian ulama menyatakan bahwa yang di-namakan kebaikan atau keburukan dalam perspektip diatas sebenarnya tidak ada, atau paling tidak adanya itu hanya dalam nalar manusia yang memandang secara parsial, karena segala hal yang datang dari Tuhan itu pastilah kebaikan., karena sebagaimana disebutkan al Qur'an, Dialah yang membuat segala sesuatu dengan sebaik-baiknya (Q/32:7). Keburukan itu ada hanya karena keterbatasan pandangan manusia saja. Segala sesuatu sebenarnya tidak buruk, tetapi nalar manusia yang terbatas itulah yang mengiranya buruk. Nalar tidak dapat menembus semua dimensi. Seringkali ketika seseorang memandang sesuatu secara mikro, hal itu dinilainya buruk dan jahat, tetapi jika dipandang secara makro dan menyeluruh, justeru hal itu me-rupakan unsur keindahan. Tahi lalat jika dilihat secara mikro, yakni tahi lalat itu sendiri maka pasti ia nampak buruk, tetapi jika dilihat dalam kerangka wajah pemiliknya, maka tahi lalat itu justeru bisa menjadi faktor utama kecantikan wajah pemiliknya. Sama halnya ketika kita melihat orang yang kakinya di-potong, terasa ada kekejaman di dalamnya, tetapi jika kita tahu bahwa yang mengampputasi itu dokter sebagai upaya penyelamatan hidup orang itu, maka kita bisa berkata, untung ada dokter yang sempat mengamputasinya, dan di dalamnya ada nuansa terima kasih kepada yang memotong kaki. Oleh karena itu kita tidak boleh memandang kebijaksanaan Allah secara mikro, atau, sekurang-kurangnya ketika kita belum bisa memahami hal itu, kita harus meyakini bahwa dibalik itu ada hikmah tersembunyi. Perhatikan bagaimana al Qur'an membimbing kita melihat masalah, seperti yang tersebut dalam surat al Baqarah ayat 216; ..Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyenangi sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui (Q/2:216). Renungkan pula bagaimana proses yang mengantar manusia (dan makhluk lain) pada kebahagiaan, ternyata di sana ada pihak yang harus menjadi korban. Pesta perkawinan yang sangat membahagiakan ternyata harus didukung oleh pengorbanan banyak hewan yang harus disembelih. Kemerdekaan suatu bangsa juga harus didukung oleh pengorbanan sebagian dari warganya, yakni dengan gugurnya para pahlawan di medan perang. Disadari atau tidak, sebenarnya setiap pribadi harus bersedia berkorban demi kebahagiaan bersama, dan untuk itu harus ada diantara mereka yang bersedia menjadi korban demi kebahagiaan makhluk secara keseluruhan. Pengor-banan itu merupakan syarat kesempurnaan jenis makhluk, termasuk manusia. Korban (yang mengalami keburukan) harus ada demi mewujudnya kebaikan dan keindahan. Suatu bahaya yang mencekam ternyata melahirkan keindahan berupa munculnya orang-orang pemberani yang berhasil mengusir bahaya itu. Pengalaman menderita sakit parah ternyata bisa mendatangkan rasa keindahan, yakni ketika merasakan betapa nikmatnya kesehatan. Kesabaran dipuji orang, tetapi apa artinya kesabaran jika tidak ada malapetaka? Nah, siapa yang harus mengalami semuanya itu jika bukan makhluk?. Jika penderitaan itu terjadi karena kesalahan, maka hal itu sudah setimpal dengan ulahnya, sedangkan jika seseorang tidak bersalah tetapi menjadi korban, maka pengorbanan manusia akan dibalas oleh Allah dengan ketinggian derajat di akhirat (Q/2:155-157) . Menurut al Qur'an, Allah memberikan potensi kepada manusia untuk mampu memikul kesedihan dan melupakannya. Dalam surat at Taghabun disebutkan : .Tidak satupun petaka yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
[keluarga-islam] Kiat-kiat memelihara Iman (Kolom : Ust. Syarifuddin Jatnika, Lc)
- Original Message - From: Munawar To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 08, 2008 9:17 AM Subject: MJNY Kiat-kiat memelihara Iman (Kolom : Ust. Syarifuddin Jatnika, Lc) Kiat-kiat Memelihara Iman ( Kolom : Ust. Syarifuddin Jatnika, Lc ) Jum'at , 07 Agustus 2008 Dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah maka bertambahlah imannya. ( QS. Al-Anfal, ayat 2 ) Iman adalah mutiara yang tak ternilai harganya, dengan keimananlah hidup seseorang menjadi sangat berharga, dengan keimanan pula seluruh tingkah laku manusia dapat dikendalikan , karena ia merupakan motor penggerak jiwa. Dari hatilah manusia dapat dinilai baik buruknya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bertambahnya iman seseorang, yaitu : 1. Ilmu Yakni ilmu yang dapat menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan keyakinan, seperti apa yang pernah dikatakan oleh Jundub bin Abdullah Umar dan lainnya. Berilah kami ilmu tentang keimanan, berilah kami ilmu tentang Al-quran, maka iman kami pasti akan bertambah .. (Syarah Qosidah Ibnu Qoyyim, jilid I halaman 141) Jadi yang dimaksud dengan ilmu disini adalah : a.. Ilmu yang berkaitan dengan Allah, Asma-asmaNya, sifat-sifatNya, seluruh perbuatan-Nya, dan segala nikmat-Nya. b.. Ilmu yang berkaitan dengan Rasulullah SAW, akhlak-akhlak yang dicontohkan, manhaj hidup serta syari'atnya, serta perjalanan hidupnya dalam masalah ibadahnya, perjuangannya, dan muamalahnya. c.. Ilmu yang berkaitan dengan kitabullah berikut dengan apa-apa yang dikandungnya, berupa berita-berita, contoh-contoh, hukum, I'tibar (pengajar), dan garis-garis pembeda. Yang demikian itu dikarenakan asal (pokok) keimanan adalah ikrar kepada Uluhiyah Allah, hal-hal yang menyangkut sifat-sifat Rasulullah, risalah yang ia bawa, serta setiap yang datang kepadanya dari sisi Robb-Nya, dengan penggambaran secara global. Misalnya saja tentang kalimat syahadat, barangsiapa yang mengucapkan dengan penuh keyakinan, maka baginya telah memenuhi pokok keimanan. Akan tetapi tidaklah sama nilainya bagi si pengucap, jika dalam mengucapkannya disertai oleh makna serta ketentuan-ketentuannya secara rinci. Tidaklah sama orang yang mengetahui secara rinci apa-apa yang diberitakan Rasulullah SAW perihal kejadian setelah mati (seperti adanya hari perhitungan, azab, kenikmatan abadi, dll) dibanding dengan orang yang tidak mengetahuinya. Kalau tingkat pemahaman syahadah membuahkan tingkat pemahaman yang berbeda, maka begitu juga dengan tingkat pemahaman akhirat. Tidak sama (tingkat keimanan) mereka yang memahami akhirat sampai kepada hal-hal yang terjadi didalamnya, seperti : kebangkitan dan dikumpulkannya setelah mati, pembalasan, pembacaan catatan amal, perhitungan, telaga, surga, neraka, dll jika dibandingkan dengan mereka yang memahami akhirat hanya sebatas garis besarnya saja. Begitu juga tidak sama mereka yang mengetahui Siroh perjuangan Rasulullah dan segala apa yang menyertai beliau sehingga membawa kesempurnaan pada dirinya, jika dibandingkan dengan orang-orang yang hanya mengetahui masalah itu secara garis besar. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: Dan demikian (pula) antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).Sesungguhnya yang hanya takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah para ulama.Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha pengampun. (QS. Faathir, ayat : 28) (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah yang beribadat diwaktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Robb-nya ? Katakanlah adakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui ? sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar : 9) 2. Amal perbuatan Yang dimaksud disini adalah memperbanyak amal-amal shaleh serta memperdalam ketaatan sehingga menambah keyakinan dan memperkokoh keimanan, serta memperkecil amal-amal yang jelek dan menghindari dari hal-hal yang dapat melemahkan iman. Betapa banyak manusia yang telah terjerumus kepada kemaksiatan besar bahkan sampai kepada kemungkaran yang menghalalkan darah serta mendustakan Rasulullah sehingga mereka masuk kepada golongan durjana (dzhalim) fasik dan masuk kepada kekafiran. Oleh karena itu kita harus memohon kepada Allah agar dibersihkan dari segala amalan diatas dan senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Yang demikian itu adalah asas (prinsip) keimanan kepada Allah, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa didalamnya harus mencakup pengikraran diri untuk mentauhidkan-Nya secara Uluhiyah, serta kesediaan untuk ikhlas beribadah hanya kepada-Nya. Ikrar dan pengenalan dalam hal ini, ada 2 jenis : a.. Pengakuan secara ilmu
[keluarga-islam] Jebakan Fikiran
Jebakan Fikiran Mind trapping atau jebakan fikiran sering membuat sesuatu yang tampak sederhana menjadi demikian rumit. Suatu ketika teman dari daerah datang ke Jakarta dan menginap di sebuah hotel kelas tiga di pinggiran kota, entah mengapa setelah dua hari menginap di hotel tersebut baru dia menelpon saya dan mengatakan bahwa dia sudah berada di Jakarta sejak 2 hari yang lewat dan baru bisa menghubungi karena ada urusan keluarga. Sesampainya disana saya pura-pura kaget dan memberitahukan bahwa di kamar tempat dia menginap setahun yang lewat pernah terjadi pembunuhan dimana satu keluarga terbunuh setelah di rampok terlebih dahulu. Mendengar hal tersebut teman hanya mengangguk perlahan tetapi dampaknya malam berikutnya dia tidak bisa tidur nyenyak, seperti di ikuti oleh sesuatu, padahal dua hari sebelumnya tidak ada terjadi apa-apa. Segala predikat yang melekat pada diri kita adalah pembentukan dari sebuah pengetahuan, mungkin bagi suku badui yang tidak pernah mengakses informasi ketika berhadapan dengan SBY bisa beranggapan bahwa dia bukan siapa-siapa. Pengetahuan tidak hanya membentuk sebuah kesadaran baru tetapi juga bisa mengikat kesadaran tersebut menjadi sebuah hukum sebagai contoh ketika kita tidak tahu bahwa segelas air di meja mengandung alkohol maka halal bagi kita meminumnya dan hukum haram jatuh ketika informasi mengenai kandungan alkohol yang terdapat didalam air tersebut datang kepada kita. Selain jebakan fikiran, suasana hati juga bisa mempengaruhi keseharian kita, sebagai contoh ketika kita sedang duduk kemudia datang ustdaz kemudian berkata jadilah orang yang sabar karena Allah bersama orang-orang yang sabar dan hal ini bisa kita terima dengan senang hati tetapi bagaimana jika ketika muka kita habis di pukul oleh seseorang kemudian sang Ustadz berkata seperti itu, tentu saja situasinya sangat berbeda bukan ? mungkin kita lebih senang saat itu sang ustadz berbicara mengenai keadilan ketimbang kesabaran. Kesimpulan sederhananya adalah bahwa sangat di perlukan sebuah kebijaksanaan dalam menyaring setiap informasi dan kebijaksaan dalam menyampaikannya sehingga amar ma'ruf nahi mungkar di laksanakan dengan cara yang ma'ruf dan bukan sebaliknya. Salam David
[keluarga-islam] (Do'a of the Day) 10 Sya'ban 1429H
Bismillah irRahman irRaheem In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind Alhamdulillahilladzi qadhaa'anaa nusukanaa. Allaahumma zidna iimaanan wa yaqiinan wa tawfiqan wa awnan, waghfirlanaa wa li aabaa'inaa wa ummahaatinaa wal muslimiina ajma'iina. Segala puja dan puji bagi Allah yang telah menyelesaikan ibadah kami. Ya Allah, tambahkanlah keimanan kemi, taufiq dan pertolongan-Mu pada kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa orang tua kami serta dosa semua orang Islam. (An Nawawi)
[keluarga-islam] Makna Sahabat
Makna Sahabat Assalamu'alaikum Wr Wb.. Teman yang berbahagia.. Dipagi yang cerah ini, izinkan saya menyapa anda dengan setulus hati dengan harapan kebahagiaan selalu menyertai hidup anda. Kebahagiaan itu sungguh sangat berarti buat kita. Seperti kehadiran anda buat saya yang berkenan membaca tulisan-tulisan saya. Jika ada satu pertanyaan, mana yang anda lebih sukai, saudara atau sahabat? Tentunya jawaban menjadi saudara atau menjadi sahabat memiliki makna yang berbeda. Buat saya makna sahabat lebih terbuka sebagai tempat curhat. Bahkan Persahabatan juga mempengaruhi secara positif terhadap harapan hidup yang lebih baik, kesehatan mental dan kesempatan untuk sembuh dari sakit. Bahkan berdasarkan penelitian Dr. Jan Yanger menunjukkan bahwa orang yang memiliki sahabat walau satu orang mempunyai harapan hidup yang lebih baik, kesehatan mental yang positif sehingga memberikan kesempatan sembuh dari sakit dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki sahabat. citra seorang sahabat yang sebenarnya diperlukan kriteria khusus untuk disebut dengan sahabat sehati. Dalam pengertian umum sahabat artinya teman. Sahabat Karib juga diartikan teman dekat. Sementara teman sehati artinya teman dekat yang setia menemani dalam keadaan suka dan duka yang saling mendukung dan menerima semua kelebihan maupun kekurangannya. Itulah sebabnya makna anda sebagai sahabat, sungguh berarti buat saya.. Salam Cinta, agussyafii === Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye Andalah Sang Cahaya, sudah saatnya menerangi kehidupan silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii.blogspot.com atau sms 0888 176 48 72
Re: [keluarga-islam] Keluarga Sakinah
Subkhaanallaah Bagus banget artikelnya,,, Tetap semangat Istiqomah Saudara2ku --- On Sun, 8/10/08, ariyati_arief [EMAIL PROTECTED] wrote: From: ariyati_arief [EMAIL PROTECTED] Subject: [keluarga-islam] Keluarga Sakinah To: keluarga-islam@yahoogroups.com Date: Sunday, August 10, 2008, 5:34 AM Dari Abdullah bin Mas'ud. Ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw. kepada kami: Hai golongan orang-orang muda ! siapa-siapa dari kamu mampu menikah, hendaklah ia menikah, karena yang demikian lebih menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan; dan barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah ia bersaum, karena ia itu benteng bagimu. (Muttafaq `alaih). Al-Qur'an menyebutkan kata nikah sebanyak 23 kali yang berarti menghimpun . sedangkan kata zawwaja terulang tidak kurang dari 80 kali yang berarti pasangan. Pernikahan merupakan ketetapan ilahi atas segala makhluk : Segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari (kebesaran Allah) (al-Zariyat 51:49). Perpasangan merupakan fitrah, sehingga Islam mensyari'atkan dijalinnya pertemuan yang membawanya pada pernikahan agar mengalihkan kegundahan, kerisauan menjadi ketetraman dan ketenangan yaitu sakinah. Sakinah terambil dari akar kata sakana yang berarti diam/ tenangnya sesuatu setelah bergejolak. Itulah sebabnya mengapa pisau dinamai sikkin karena ia adalah alat yang menjadikan binatang yang disembelih akan tenang, tidak bergerak, setelah tadinya ia meronta. Sakinah karena pernikahan adalah ketenangan yang dinamis dan aktif, tidak seperti kematian binatang. Di dalam Al-Qur'an surat al-Rum 21 dinyatakan : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikann-Nya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kamu yang mau berfikir. Adapun perekat pernikahan adalah mahabbah (cinta), mawaddah, rahmah dan amanah Allah. Sebagai Tali temali ruhani perekat pernikahan, cinta diisi mawaddah disusul rahmah dan dilengkapi dengan amanah. Mawaddah tersusun dari huruf-huruf m-w-d-d-, yang maknanya berkisar pada kelapangan dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Dia adalah cinta plus. Bukankah yang mencintai, sesekali hatinya kesal sehingga cintanya pudar bahkan putus, tetapi yang bersemai dalam hati mawaddah, tidak lagi akan memutuskan hubungan seperti yang bisa terjadi pada orang yang bercinta. Ini disebabkan karena hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan sehingga pintu-pintunya pun telah tertutup untuk dihinggapi keburukan lahir dan batin. Rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul di dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan, sehingga mendorong yang bersangkutan untuk memberdayakannya. Karena itu dalam kehidupan keluarga, masing- masing suami dan istri akan bersungguh-sungguh, bahkan bersusah payah demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta menolak segala yang mengganggu dan mengeruhkannya. Al-Qur'an menggarisbawahi hal ini dalam rangka jalinan perkawinan karena betapapun hebatnya seseorang, ia pasti memiliki kelemahan, dan betapapun lemahnya seseorang, pasti ada juga unsur kekuatannya. Suami istri tidak luput dari keadaan demikian, sehingga suami dan istri harus berusaha untuk saling melengkapi Istri-istri kamu (para suami) adalah pakaian untuk kamu, dan kamu adalah pakaian untuk mereka ( al-Baqarah 2: 187) Ayat ini tidak hanya mengisyaratkan bahwa suami istri saling membutuhkan sebagaimana kebutuhan manusia pada pakaian, tetapi juga berarti bahwa suami istri yang masing-masing menurut kodratnya memilki kekurangan harus dapat berfungsi menutup kekurangan pasangannya, sebagaimana pakaian menutup aurat (kekurangan pemakainya). Amanah. Pernikahan adalah amanah yang harus dijalankan sebaik-baiknya Kalian menerima istri berdasar amanah Allah Amanah adalah suatu yang diserahkan kepada pihak lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya karena kepercayaanannya bahwa apa yang diamanatkan itu, akan dipelihara dengan baik, serta keberadaannya aman di tangan yang diberi amanat itu. Istri adalah amanat di pelukan suami, suami pun amanah di pangkuan istri. Tidak mungkin orang tua dan keluarga masing-masing akan merestui perkawinan tanpa adanya rasa percaya dan aman itu. Suami demikian juga istri tidak akan menjalin hubungan tanpa merasa aman dan percaya kepada pasangannya. Kesediaan seorang istri untuk hidup bersama dengan seorang lelaki, meninggalkan orang tua dan keluarga yang membesarkannya, dan mengganti semua itu dengan penuh kerelaan untuk hidup bersama lelaki asing yang menjadi suaminya, serta bersedia membuka rahasianya yang paling dalam. Semua itu merupakan hal yang sungguh mustahil, kecuali jika ia merasa yakin bahwa kebahagiannya bersama suami akan lebih besar dibanding dengan kebahagiannya
[keluarga-islam] (Ngaji of the Day) Menyambut Ramadhan: (2) Sejarah Puasa
*Sejarah Puasa* Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Allah swt. telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad saw. Puasa merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu. Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Allah swt. telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad saw. Puasa merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu. Ada empat bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu, yaitu: 1. Puasanya orang-orang sufi, yakni praktek puasa setiap hari dengan maksud menambah pahala. Misalnya puasanya para pendeta 2. Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Sebagaimana yang telah dikisahkan Allah dalam Al-Qur'an, surat Maryam ayat 26 : Jika kamu (Maryam) melihat seorang manusia, maka katakanlah, sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini (Q.S. Maryam :26). 3. Puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa yang dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa-puasa kaum-kaum lainnya yang mempunyai cara dan kriteria yang telah ditentukan oleh masing-masing kaum tersebut. 4. Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia mempunyai aturan yang tengah-tengah yang berbeda dari puasa kaum sebelumnya baik dalam tata cara dan waktu pelaksanaan. Tidak terlalu ketat sehingga memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar sehingga mengabaikan aspek kejiwaan. Hal mana telah menunjukkan keluwesan Islam. HIKMAH PUASA Diwajibkannya puasa atas ummat Islam mempunyai hikmah yang dalam. Yakni merealisasikan ketakwaan kepada Allan swt. Sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 183: Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalain bertakwa. Kadar takwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185 : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah mengisyaratkan hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan yang diistimewakan Allah dengan dengan menurunkan kenikmatan terbesar di dalamnya, yaitu al-Qur'an al-Karim yang akan menunjukan manusia ke jalan yang lurus. Ramadhan juga merupakan pengobat hati, rahmah bagi orang-orang yang beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang jiwa-raga. Inilah nikmat terbesar dan teragung. Maka wajib bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore. Bila puasa telah diwajibkan kepada umat terdahulu, maka adakah puasa yang diwajibkan atas umat Islam sebelum Ramadhan? Jumhur ulama dan sebagian pengikut Imam Syafi'i berpendapat bahwa tidak ada puasa yang pernah diwajibkan atas umat Islam sebelum bulan Ramadhan. Pendapat ini dilandaskan pada hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Mu'awiyah : Hari ini adalah hari Asyura', dan Allah tidak mewajibkannya atas kalian. Siapa yang mau silahkan berpuasa, yang tidak juga boleh meninggalkannya. Sedangkan madzhab Hanafi mempunyai pendapat lain: bahwa puasa yang diwajibkan pertamakali atas umat Islam adalah puasa Asyura'. Setelah datang Ramadhan Asyura' dirombak (mansukh). Madzhab ini mengambil dalil hadisnya Ibn Umar dan Aisyah ra.: diriwayatkan dari Ibn 'Amr ra. bahwa Nabi saw. telah berpuasa hari Asyura' dan memerintahkannya (kepada umatnya) untuk berpuasa pada hari itu. Dan ketika datang Ramadhan maka lantas puasa Asyura' beliau tinggalkan, Abdullah (Ibnu 'Amr) juga tidak berpuasa. (H.R. Bukhari). Diriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa orang-orang Quraisy biasa melakukan puasa Asyura' pada masa jahiliyah. Kemudian Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa hari Asyura' sampai diwajibkannya puasa Ramadhan. Dan Rasul berkata, barang siapa ingin berpuasa Asyura' silahkan berpuasa, jika tidak juga tak apa-apa. (H.R. Bukhari dan Muslim). Pada masa-masa sebelumnya, Rasulullah biasa melakukan puasa Asyura' sejak sebelum hijrah dan terus berlanjut sampai usai hijrah. Ketika hijrah ke Madinah beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa (Asyura'), beliau pun ikut berpuasa seperti mereka dan manyerukan ke ummatnya untuk melakukan puasa itu. Hal ini sesuai dengan wahyu
[keluarga-islam] Keadilan Sebagai Prinsip Hukum Alam
Keadilan Sebagai Prinsip Hukum Alam sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com Keadilan adalah kata jadian dari kata adil yang terambil dari bahasa Arab `adala - `adl. Dalam bahasa Arab kata `adl mengandung arti sama, terutama dalam hal yang bersifat immateriil. Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata adil diartikan sebagai (a) tidak berat sebelah/tidak memihak, (b) berpihak kepada kebenaran, dan (c) sepatutnya/tidak sewenang-wenang. Jadi dibalik kata adil terkandung arti memperlakukan secara sama, tidak berpihak kecuali atas dasar prinsip kebenaran dan kepatutan, atau seperti yang disebut dalam ungkapan bahasa Arab, wadl`u assyai' fi mahallihi, artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kata adil mengisyaratkan adanya dua pihak atau lebih yang harus diperlakukan secara sama. Dalam al Qur'an. Keadilan disebut dengan kata al `adl, al qisth dan al mizan. Kata al qisth mengandung arti bagian yang wajar dan patut, sehingga pengertian sama tidak harus persis sama, tetapi bisa beda bentuk asal substansinya sama. Sedangkan kata al mizan mengandung arti seimbang atau timbangan, merujuk pengertian bahwa keadilan itu mendatangkan harmoni (tidak jomplang) karena segala sesuatu diperlakukan atau ditempatkan sesuai dengan semestinya. Alam tata surya misalnya, diciptakan Tuhan dengan mengetrapkan prinsip keseimbangan, wassama a rafa`aha wa wadla`a al mizan (Q/55:7). Dengan keseimbangan itu maka alam berjalan harmoni, siang, malam, kemarau, musim hujan, musim panas, musim dingin, gerhana, yang dengan itu manusia bisa menikmati keteraturan keseimbangan itu dengan menghitung jam, bulan, tahun, cuaca, arah angin dan sebagainya. Dengan keseimbangan (mizan) alam ini , manusia kemudian menyadari tentang ozon, efek rumah kaca dan sebagainya. Demikian juga keseimbangan yang ada pada tata bumi, struktur tanah, resapan air, habitat makhluk hidup, kesemuanya diletakkan dalam sistem keadilan, yakni sistem yang menempatkan seluruh makhluk dalam satu siklus dimana kesemuanya diperlakukan secara sama, proporsional dan sepantasnya. Semua makhluk hidup sampai yang sekecil-kecilnya disediakan rizkinya oleh sistem tersebut. Sistem keadilan dan harmoni itu membuat semua makhluk memiliki makna atas kehadirannya. Kotoran manusia yang oleh manusia dipandang najis, menjijikkan dan membahayakan kesehatannya, ternyata ia sangat bermakna bagi ikan gurame di kolam, yang dengan menu najis itu ikan gurame menjadi gemuk. Kehadiran ikan gurame yang gemuk selanjutnya menjadi sangat bermakna bagi manusia, karena dibutuhkan gizinya. Allah menciptakan dan mengelola alam ini dengan keadilan sebagai sunnatullah, maka Allahpun mengetrapkan prinsip keadilan ini pada kehidupan manusia. Hukum sunnatullah itu bersifat pasti dan tidak bisa diganti, oleh karena itu siapapun yang berlaku adil maka dialah yang berhak menerima buahnya berupa kehidupan yang harmoni, sebaliknya siapapun yang menyimpang dari prinsip keadilan (zalim) ia akan memetik buahnya berupa ketidak harmonisan. Sunnatullah berlaku pada alam, pada tubuh manusia, pada kehidupan individu manusia, pada kehidupan keluarga, kehidupan masyarakat, kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu ada perintah untuk berlaku adil meski kepada diri sendiri, berlaku adil kepada orang yang menjadi tanggung jawabnya dan ada juga keharusan menegakkan keadilan sosial. sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com Salam Cinta, agussyafii Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui [EMAIL PROTECTED] atau http://mubarok-institute.blogspot.com
[keluarga-islam] Bersyukurlah !
Kyai Munif Zuhri - Ponpes Giri Kusumo, Mranggen - Demak : (Dalam acara pembacaan rotib Alatas dan maulid ad-Diba'i di rumah Alhabib Abdurrahman bin Ja'far Barakbah, Jl. Mlatiharjo Semarang) Ada pertanyaan apa yang didapat dari maulid semacam ini? Di maulid seperti ini, barokah majlis sangat banyak yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Kita tentu merasakan keagungan dari pembacaan maulid ini, siapa yang benar-benar khusyuk maka Rasul Saw akan hadir bersama kita. Lalu siapa kita? Kita adalah hamba-Nya! Hamba itu bagaimana? Hamba itu wajib bersyukur atas segala yang dikaruniakan oleh Allah Swt. Barang siapa bersyukur kepada Alah Swt maka akan ditambah nikmat oleh Allah Swt dan barang siapa tidak bersyukur kepada Allah Swt maka akan dikurangi nikmat-Nya. Sekarang ini banyak orang yang pintar berbicara, pintar di mulut saja, tidak pintar hatinya. Manusia yang seperti ini hanya pandai bicara tapi tidak pandai mengamalkan, maka apa yang dia bicarakan tidak akan didengar oleh orang lain. Ada sebuah cerita jaman dulu ada seorang kyai didatangi oleh seorang ibu-ibu minta tolong agar kyai menasehati anak ibu tersebut untuk berhenti makan permen, sebab meski disuruh ibunya si anak tetap tidak mau berhenti juga. Si kyai menyanggupi tapi ibu itu disuruh datang 3 hari lagi. Sesudah 3 hari ibu itu datang lagi, kyai lalu menasehati si anak, Le, ojo maem permen meneh, mundhak marak i untumu gigis, nek untumu gigis ngko ilang nggantengmu! (Dik, jangan makan permen lagi ya, gigimu nanti rusak nah kalau gigimu rusak nanti hilang cakepmu!) Sudah itu saja nasehat beliau, ibu dan anak itu lalu pulang. Dan benar, si anak tidak lagi makan permen sama sekali. Dengan keheranan si ibu balik lagi ke kyai dan bertanya kenapa anaknya langsung berubah total seperti itu setelah dinasehati oleh si kyai? Dijawab oleh sang kyai bahwa 3 hari yang lalu ketika ibu dan anak itu datang, kyai tersebut masih suka makan permen. Kyai itu janji dalam 3 hari akan berhenti makan permen demi menasehati anak ibu itu. Sesudah kyai bisa berhenti makan permen, beliau akan menasehati anak tersebut. Si kyai tidak mau menasehati yang beliau tidak melakukan apa yang beliau nasehatkan. Dengan mengamalkan terlebih dulu suatu perkara sebelum kita nasehatkan akan membuat apa yang kita nasehatkan itu didengar dan dilakukan oleh mereka. Jaman sekarang siapa orang yang seperti Rasul Saw? Sangat sedikit! Barang siapa bertaqwa kepada Allah Swt maka bumi dan segala isinya akan dibuka untuknya, tapi barang siapa tidak bertaqwa maka berbagai maksiat akan menimpa mereka. Semua anggota badan kita seperti mata, hidung, telinga, tangan, kaki dsb adalah merupakan masyarakat dari negara diri kita sendiri. Kalau mereka (masyarakat negara diri kita = anggota badan kita) diajak taat kepada Allah Swt lalu taat pada Rasulullah Saw, maka Allah Swt akan mengkaruniakan berbagai nikmat-Nya untuk mereka. Syukuri apa yang Allah Swt karuniakan kepada kita. Kita punya mobil seperti apapun harus disyukuri kita masih bisa nyaman naik mobil. Kita punya rumah seperti apapun harus disyukuri kita bisa berteduh di bawahnya saat hujan dan terik panas matahari. Syukuri manfaat dari apa yang kita punya meski secara kualitas dan kuantitas pas-pasan. Yang terpenting adalah manfaat dari barang yang kita punya. Kerja kita jauh tapi alhamdulillah ada sepeda, ada motor, ada mobil, ada angkot dsb jadi masih terkurangi rasa capek kita. Jangan selalu merasa kurang! Orang yang seperti ini berarti dia sudah tahu Allah Swt. Seandainya kita punya suatu barang yang banyak jumlahnya tapi secara kualitas sedang-sedang saja, ketika lalu kita ditawari suatu barang sangat bagus istimewa oleh orang lain untuk kita terima sebagai hadiah, mana yang kita pilih? Barang bagus atau barang yang sedang-sedang saja? Sudah tentu kita memilih barang yang bagus itu! Allah Swt adalah Maha Istimewa, ketika kita ditawari yang Maha Istimewa maka seharusnya kita memilih Allah Swt. Barang siapa sudah ketemu dengan Allah Swt maka mereka akan merasa cukup dengan itu, mereka akan merasa cukup dengan apa yang mereka punya dan mereka tidak ingin lagi yang lain. www.majlismajlas.blogspot.com