Re: [keluarga-islam] Buya Syafii: Kemerdekaan Agama, Toleransi, dan Radikalisme (I)
Mas Ananto, kok artikel dari keluarga islami sudah tidak masuk lagi ke email saya. Salam From: "Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam]"To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 8, 2015 11:50 AM Subject: [keluarga-islam] Buya Syafii: Kemerdekaan Agama, Toleransi, dan Radikalisme (I) Kemerdekaan Agama, Toleransi, dan Radikalisme(I)Oleh: Ahmad Syafii Maarif Institut Leimena pimpinan Jakob Tobing sangat bergiat mengadakan berbagaipertemuan, diskusi, dialog, simposium, dan yang sejenis itu tentangmasalah-masalah yang berakaitan dengan agama, kebudayaan, pilantropi, dansebagainya. Institut ini punya jaringan luas dengan lembaga-lembaga luarnegeri, khususnya Amerika Serikat. Saya sering diundang untuk berbicara dalamforum institut ini. Demikianlah pada 4 Oktober 2015, bertempat di Hotel Phoenix Yogyakarta,diadakan dialog dengan topik: “Indonesia’s Civilizational Heritage: Assett toPromote Religious Freedom and Tolerance, and to Counter Religious Radicalism”(Warisan Peradaban Indonesia: Aset untuk Mengembangkan Kemerdekaan Agama,Toleransi, dan untuk Menjawab Radikalisme Agama). Pengantar dialog diberikanoleh Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X dengan pembicara Romo Prof. Dr.Barnadus Soebroto Mardiatmadja, S.J. (Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara),Prof. DR. M. Amin Abdullah (UIN Sunankalijaga), dan saya sendiri. Enampenanggap dari Amerika Serikat dengan berbagai profesi adalah: David Melilli,Darrellyn Melilli, Howard F. Ahmanson, Roberta G. Ahmanson, Paul Marshall, danRalph D. Veerman. Diskusi terbatas di atas cukup intensif yang juga dihadiri oleh beberapapeserta lain dari Indonesia. Berikut ini adalah terjemahan bebas dari makalahyang saya sampaikan dengan sedikit perubahan di sana-sini: Untuk berbicara tentang kemerdekaan agama dan toleransi dalam petaagama-kultural di Indonesia, kita perlu melacak sedikit latar belakang sejarahkeagamaan yang meliputi era Hindu-Buda, Islam, Kristen, sampai masa sekarang.Dengan pengatahuan yang sedikit memadai kita akan tahu bahwa masalahkemerdekaan agama dan toleransi ternyata punya suatu raison de’tre (alasankeberadaan) yang kuat sekali dalam kehidupan bangsa ini. Adalah penyair-filosuf Majapahit Mpu Tantular yang membuat formulasi pentingtentang kemerdekaan agama dan toleransi sebagai fondasi filosofis KerajaanBesar Hindu Majapahit (1293-1520) yang terletak di Jawa Timur itu. FrasaBhinnêka tunggal ika (secara harfiah bermakna “sekalipun beraneka, tetapiSatu”) berasal dari pengarang Jawa kuno itu. Terjemahan modern dalambahasa Indonesia adalah “Persatuan dalam Keberagaman” (Unity in Diversity),yang telah ditetapkan sebagai sasanti dan motto nasional resmi negara ini. Sekalipun Mpu Tantular seorang penganut agama Budha, elite Majapahit sangatmenghormatinya. Berikut ini adalah kutipan terjemahan dari Kakawin Sutasomakarya Tantular di dalamnya ungkapan Bhinnêka itu ditemukan, yaitu dalam canto139 bait 5: Disebutkan bahwa Budha yang kesohor dan Syiwa adalah dua hakekat yang berbeda. Memang berbeda, tetapi mana mungkin untuk mengenal perbedaannya sambil lalu,karena kebenaran Jina (Budha) dan kebenaran Syiwa adalah tunggal. Benar keduanya berbeda, tetapi sama jenisnya, sebagaimana tidak ada dualitasdalam Kebenaran (Dharma). Bait terakhir ini adalah terjemahan dari ungkapan bahasa Jawa kuno yangberbunyi: “Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.” (Lih. SoewitoSantoso, Sutasoma, a Study in Old Javanese Wajrayana. New Delhi: InternationalAcademy of Culture, 1975, hlm. 578). Doktrin Kebenaran Tunggal membuka pintu lebar-lebar bagi orang untuk memahamidan melihat masing-masing agama dari sisi dan perspektif yang berbeda. Hal inihanya mungkin jika orang punya minda dan hati yang terbuka untuk berbagi denganorang lain. Sikap mau memonopoli kebenaran adalah hambatan nyata untuk berbagidengan berbagai aliran keagamaan yang ada. Peperangan yang meledak antarapemeluk agama harus dilihat dari sisi sikap yang mau menang sendiri ini. [] REPUBLIKA, 06 Oktober 2015 Ahmad Syafii Maarif | Mantan Ketua UmumPimpinan Pusat Muhammadiyah -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ "...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama..." #yiv1870225668 #yiv1870225668 -- #yiv1870225668ygrp-mkp {border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv1870225668 #yiv1870225668ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv1870225668 #yiv1870225668ygrp-mkp #yiv1870225668hd {color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 0;}#yiv1870225668 #yiv1870225668ygrp-mkp #yiv1870225668ads {margin-bottom:10px;}#yiv1870225668 #yiv1870225668ygrp-mkp .yiv1870225668ad {padding:0 0;}#yiv1870225668 #yiv1870225668ygrp-mkp .yiv1870225668ad p {margin:0;}#yiv1870225668 #yiv1870225668ygrp-mkp .yiv1870225668ad a {color:#ff;text-decoration:none;}#yiv1870225668
Re: [keluarga-islam] Islam Nusantara, Dari NU untuk Dunia
NU MENCANANGKAN ISLAM NUSANTARA, LANTAS MUHAMMADYIAH MENCANANGKAN ISLAM APA MACAM-MACAM SAJA. MEMANG ADA ISLAM ARAB, ISLAM TURKI, ISLAM MESIR, ISLAM MAKKAN, ISLAM SYRIA. ISLAM YA ISLAM. From: Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Friday, August 7, 2015 11:50 AM Subject: [keluarga-islam] Islam Nusantara, Dari NU untuk Dunia Islam Nusantara, DariNU untuk DuniaOleh: Dawam Multazam Akhir-akhir ini panggung diskusi publik kita diramaikan oleh tema IslamNusantara, terutama sejak kejadian pembacaan al-Qur’an dalam sebuah acara diIstana Negara oleh seorang qori’ yang juga dosen Universitas Islam Negeri (UIN)Sunan Kalijaga Yogyakarta. Qiro’ah tersebut menjadi buah bibir masyarakatkarena, sebagaimana disebutkan oleh pembawa acara, menggunakan langgam khasNusantara, tilawah (cara membaca) al-Qur’an yang kurang lazim didengar olehsebagian masyarakat. Setelah kejadiantersebut, tak pelak timbul pro-kontra yang cukup panjang, apalagi Pemerintah,melalui Presiden Jokowi dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, menyatakandukungannya terhadap tilawah tersebut. Dukungan yang diberikan Pemerintahsebenarnya tidak hanya terhadap qiro’ah berlanggam Nusantara, tetapi lebihbesar daripada itu, yakni dukungan terhadap Islam Nusantara. Menurut PresidenJokowi, ia mendukung Islam Nusantara, karena merupakan “Islam kita, yang penuhsopan santun, tata krama, dan toleransi” (BBC Indonesia, 14/6). Ramainya panggungdiskusi publik seputar Islam Nusantara ini juga seiring dengan rencana PengurusBesar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjadikan tema Muktamar NU ke-33 di Jombang, 1-5Agustus 2015, berbunyi“Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia danDunia”. Menurut Ketua Muktamar tersebut, H Imam Aziz, dipilihnya tema tersebuttidak terlepas dari agenda jam’iyyah NU menjelang seabad usianya. IslamNusantara, sebagai model keislaman yang dianut oleh Nahdliyin (warga NU), perluuntuk ditunjukkan posisi strategisnya sebagai “agen” Islam rahmatan lil alamindi Indonesia dan di seluruh dunia. Terkait peran NU di Indonesia, tentu sajasudah menjadi pengetahuan umum bahwa NU yang lahir pada tahun 1926 merupakanorganisasi massa Islam terbesar di Indonesia, sehingga sudah barang tentumemiliki peran yang signifikan bagi perjalanan bangsa dan negara ini. Kemudian, mengenaikiprah NU di panggung dunia, selain beberapa kali pengurusnya hadir dalambeberapa forum pro-perdamaian dan pro-toleransi Internasional, NU jugamenginspirasi, antara lain, ulama Afghanistan untuk membentuk organisasimasyarakat yang bertujuan untuk kemaslahatan umat. Berawal dari pertemuandengan PBNU pada 2013, saat ini ulama Afghanistan sudah membentuk NahdlatulUlama Afghanistan (NUA), organisasi masyarakat yang berprinsip tawasut(moderat), tawazun (seimbang-equal), adalah (keadilan), tasamuh (toleran), danmusyarokah (serikat-persatuan). Sebagaimana diketahui, prinsip yang dianut olehNUA tersebut mengadopsi prinsip-prinsip yang dianut oleh NU berdasarkanpetunjuk para ulama salaf (pendahulu). Tanggung Jawab NUuntuk Umat Berangkat darikesadaran atas perannya yang signifikan bagi masyarakat, tampaknya NU jugamenyadari bahwa ada tanggung jawab yang lebih besar. Akhirnya, denganmenghilangkan sekat organisasi masyarakat yang dimilikinya, NU kemudianmemunculkan tema Islam Nusantara. Pemunculan frasa Islam Nusantara inisebenarnya bukan merupakan penemuan aliran atau ajaran Islam yang baru. Karena,menurut Dr H Eman Suryaman, Ketua PWNU Jawa Barat, Islam Nusantara merupakan“sebuah model keislaman yang berdasarkan demografi-sosiologis” (NU Online,9/6). Selain ia bukanmerupakan aliran atau ajaran, ia juga bukan hal yang baru (saja) dilahirkanoleh NU. Memang betul bahwa NU adalah pihak pertama yang dewasa ini begitugencar memunculkan istilah ini, tercatat pada tahun 2008 lalu, Taswirul Afkar(Jurnal yang diterbitkan oleh Lakpesdam NU), mengangkat tema “Islam Nusantara”sebagai bahan kajian di edisi ke-26.Kemudian, sejak tahun 2013 di lingkunganperguruan tinggi NU (Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama, STAINU,Jakarta) sudah dibuka program pascasarjana Sejarah Kebudayaan Islam yangberkonsentrasi pada Islam Nusantara. Tetapi sejatinya Islam Nusantara sudaheksis sejak pertama kali dakwah Islam hadir dan berkembang di Tanah AirNusantara ini, meskipun tentu saja belum dirumuskan dalam frasa IslamNusantara. Begitu dua kata yangtersusun dari entitas agama dan budaya ini ramai dibincangkan, barulah paratokoh NU berikhtiar merumuskan definisinya. Prof Isom Yusqi, Direktur ProgramPascasarjana STAINU Jakarta, misalnya, menyebutkan bahwa Islam Nusantaramerupakan “istilah yang digunakan untuk merangkai ajaran dan paham keislamandengan budaya dan kearifan lokal Nusantara yang secara prinsipil tidakbertentangan dengan nilai-nilai dasar ajaran Islam” (NU Online, 25/6).KemudianKH Afifuddin Muhajir, Katib Syuriyah PBNU dan Guru Utama Fiqh-UshulFiqh di
Re: [keluarga-islam] Islam Nusantara Perspektif Tradisi Pemikiran NU
NANTI AKAN ADA PENGGANTIAN KTP DENGAN MENGGANTI KOLOM AGAMA DENGAN ; ISLAM NUSANTARA,. From: Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, August 5, 2015 11:29 AM Subject: [keluarga-islam] Islam Nusantara Perspektif Tradisi Pemikiran NU Islam Nusantara Perspektif Tradisi PemikiranNUOleh: Muhammad Sulton Fatoni Terma 'Islam Nusantara' menjadi perbincanganmasyarakat Indonesia tidak lama setelah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)menetapkannya sebagai tema Muktamar NU Ke-33 di Jombang pada tanggal 1—5Agustus 2015, Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia danDunia. Berbagai diskusi digelar, begitu juga puluhan artikel muncul dimedia nasional, dari tulisan mahasiswa hingga Guru Besar. Tak pernah terjadidalam sejarah NU sebelumnya tema Muktamar bisa meledak dan jadi bahan diskusiseramai ini. Di antara pemikiran yang muncul tentang 'Islam Nusantara' adalahmengkomparasikannya dengan istilah 'Islam: The Straight Path' yangditerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, 'Islam: Jalan Lurus', atau Islam:Shiratal Mustaqim. Memaknai 'Islam: The Straight Path' dengan 'Islam: JalanLurus' memang tidak menimbulkan pergeseran pemahaman. Namun menjadi persoalanbesar jika menyamakan makna 'Islam: The Straight Path' (Islam: Jalan Lurus)dengan 'Islam: Sirathal Mustaqim'. Rangkaian kata shirathal mustaqim terdapat dalam surah al-Fatihah ayat 6 (enam)yang lengkapnya, ihdinas shirathal mustaqim. Maksud kata shirath dalam nashtersebut adalah 'agama Islam'. Sedangkan maksud mustaqim dalam ayat tersebutadalah 'kemapanan tanpa distorsi' (Ahmad as-Showy, 1813M). Sehingga jikadirangkai dalam satu kalimat, 'islam: Shiratal Mustaqim' menimbulkan kekacauanarti yang bersumber dari kesalahan merangkai kata. Padahal Rasulullah sawmenegaskan bahwa Islam itu kesaksian ketuhanan hanya Allah, kerasulan Muhammadsaw, komitmen melaksanakan salat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan dan pergihaji saat mampu (Imam Muslim, 875M). Muncul juga pemikiran mengkomparasikan 'Islam Nusantara' dengan istilah 'IslamRahmatan lil 'Alamin'. Kalimat 'rahmatan lil 'alamin' ini terdapat dalam surahal-Anbiya' ayat 107, wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin (Aku tidak utusengkau Muhammad kecuali untuk mengasihi alam semesta). Ibn Abbas menegaskanbahwa subyek dari misi 'mengasihi alam semesta' adalah Nabi Muhammad saw.Sedangkan obyeknya adalah seluruh umat manusia (at-Thabari: 919M). Makarangkaian kata 'Islam rahmatan lil 'Alamin' pun memunculkan kekacauan arti yangdisebabkan oleh kesalahan merangkai kata. Kedua rangkaian kata di atas sudah cukup populer di tengah masyarakat. Keduafakta tersebut tentu problem besar mengingat keduanya (shiratal mustaqim danrahmatan lil 'alamin) adalah bagian dari nash al-Qur'an. Padahal telah menjadikesepakatan ulama bahwa hanya orang-orang dengan kriteria tertentu saja yangpunya otoritas untuk memaknai al-Qur'an. Terma 'Islam Nusantara' juga tidak tepat dianalisa dengan pendekatan ilmulinguistik Arab teori nisbat. Sebab kata 'Nusantara' dalam rangkaian 'IslamNusantara'—dalam berbagai tulisan para pemikir NU—itu bukan untuk kategorisasi.Kata 'Nusantara' dalam konteks linguistic hanya menerangkan teritori dimanapenghuninya memeluk agama Islam. Begitu memahami 'Islam Nusantara' dengan pisau analisa pendapatKoentjaraningrat. Sudah sepatutnya Koentjaraningrat berpendapat bahwa agama itutitah Tuhan dan sebaiknya tidak berusaha mengembangkan suatu agama Islam khasIndonesia. Pernyataan Koentjaraningrat tersebut berkesesuaian dengan prinsipIslam sebagai ajaran yang mapan tanpa distorsi (shirathal mustaqim). Hanya sajaterma 'Islam Nusantara' bukanlah bentuk pengembangan agama Islam. Lalu bagaimana dengan terma 'Islam Nusantara'? Dua rangkaian kata ini sebenarnyamembutuhkan penjelasan sederhana. 'Islam' dan 'Nusantara' adalah dua kata yangmasing-masing mempunyai makna, dan kedua kata tersebut digabungkan untukmembentuk frasa. Maka jadilah rangkaian 'Islam Nusantara' yang memperlihatkanhubungan erat antara bagian yang diterangkan-menerangkan (Ramlan, 1985) meskitanpa menimbulkan makna baru. Dalam ilmu bahasa Indonesia jenis penggabungan kata ini disebut 'aneksi'.Karena masuk dalam kategori 'aneksi' maka terma 'Islam Nusantara' sama sajadengan terma 'Islam di Nusantara'. 'Islam Nusantara' dengan makna yang sama dapat dipahami dari perspektifgramatika Arab bahwa rangkaian dua kata 'Islam Nusantara' bukan susunanshifat-maushuf (sifat-yang disifati), melainkan susunan idlâfah (aneksi).Karena itu di antara kedua kata tersebut terkandung kata imbuhan, bisaberimbuhan min (dari) atau fî (di). Contoh, khâtamu hadîdin, artinya cincin'dari' besi; qiyâmul lail, artinya salat 'di' malam hari. Maka rangkaian 'IslamNusantara' itu bukan bermakna 'Islam' disifati 'Nusantara', tapi 'Islam hidupdi Nusantara'. Kata 'Nusantara' bukan sifat dari Islam, tetapi sebagai idlâfah(KH. Subhan Ma'mun,
Re: [keluarga-islam] Agama KTP
Mungkin ada skenario terselubung dibalik usaha untuk menghilangkan kolom agama di KTP. Untuk mengakomodasi keinginan minoritas, dengan mengorbankan mayoritas. Padahal yang ngurusin KTP itu ngakunya juga Islam, tapi mungkin ISLAM KTP YA. Makanya baru saja jadi pejabat yang di ucek-ecek dulu KTP. HEBAT PEJABATNYA. From: Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Thursday, November 27, 2014 11:04 AM Subject: [keluarga-islam] Agama KTP Mau agama apa pun,mau paham apa pun, saatnya mengisi kolom agama dalam KTP. Silakan yang punyapaham kejawen ditulis paham kejawennya, Sunda wiwitan ditulis Sunda wiwitannya.Pengikut Dayak Benoa ditulis paham keyakinannya. Kelompok Dayak Segandu berhakmenjadi penduduk Indonesia. Termasukkalau yang merasa tidak bertuhan atau ateis, silakan mencantumkan keyakinannya.Sok we ari wani mah... meh sarerea apal. (silakan saja kalau berani...biar semua orang tahu). Itu pun kalau ada yang berani mencabut Tap MPR-nya.Saya tunggu nyalinya !!! salam,ananto= Agama KTPOleh: Dedi Mulyadi Bangsa Indonesiadikenal sebagai bangsa religius, memiliki sistem keyakinan terhadap Tuhan YangMaha Esa yang sudah berlangsung sejak seluruh pelataran Nusantara dihuni olehnenek moyang kita. Penamaan terhadapTuhan Yang Maha Esa memiliki keragaman yang didasarkan pada dialektika bahasa,ada yang menyebutnya Sang Hyang Widiwase, ada yang menyebutnya Sang HyangTunggal , ada pula yang menyebutnya Sunan Ambu, Hyang Murbeng Alam, Pangeran NuMaha Kawasa, dan dalam sistem keyakinan agama Islam menyebutnya dengan AsmaAllah Subhanahu WataAllah Subhanahu Wataala. Hal tersebut sangatdipengaruhi oleh faktor geografis Arab sebagai tempat diturunkannya wahyukepada Nabi Muhammad SAW. Keyakinan terhadap asma Sang Mahakuasa melahirkan duakutub yang berbeda. Ada yang beranggapan bahwa asma bagi Tuhan di luar asmayang diajarkan dalam kitabnya adalah bukan Tuhan, tetapi ada juga yangberanggapan bahwa seluruh nama-nama itu lambang dari esensi Kemahakuasaan danKemahatunggalan yang memiliki kekuasaan di luar jangkauan manusia. Prinsip yang dianutdalam berketuhanan bukan hanya didasarkan pada nama, tetapi yang lebih tinggiderajatnya dari itu adalah sistem keyakinan yang bernama agama. Orang Sundamenganggap agama adalah ageman /cecekelan hirup (pegangan/pedoman hidup) yangada dalam hati dan pikiran setiap manusia untuk menata hidup agar memilikiketeraturan yang sejalan dengan kehendak Yang Maha Mengatur. Sistem pengajaranagama mengatur dua hal, mana yang semestinya dilakukan oleh manusia dan manayang semestinya ditinggalkan oleh manusia, yang dalam bahasa sederhananya agamamengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk. Keragaman pemahamanterhadap sistem keyakinan atau agama lebih banyak pada aspek yang bersifat tatacara manusia untuk menyembah Tuhannya secara langsung atau yang disebut dengansistem ritual. Bukan hanya antaragama, melainkan juga dalam satu sistem agamasekalipun telah melahirkan keragaman pemahaman. Keragaman tersebutsangat dipengaruhi oleh pandangan para ahli keagamaan sejak wafatnya Nabi yangmenjadi pemegang otoritas wahyu orisinal. Setelah meninggalnya Nabi, tumbuhlahpara pemegang otoritas kebenaran agama yang mulai beragam. Keberagaman tersebutsangat dipengaruhi oleh domisili, budaya, tingkat kecerdasan masyarakat, bahkankekuasaan yang berkembang pada saat itu. Jadi kalau kitaberbeda, tidak perlu berselisih. Kita tidak perlu pula merasa paling tahu ataupaling benar, karena kita tidak mengalami sendiri keadaan jaman itu, karenasemuanya adalah ”katanya” yang diilmiahkan. Agama itukekuatannya pada keyakinan. Yang membuat kita dekat dengan Tuhan adalahkeyakinan kita dan keyakinan sangatlah individual. Kini perkara individual ituberubah menjadi perkara yang bersifat karena sistem keyakinan itu mewarnaiperanti kenegaraan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Sebagai contoh,dalam ajaran Islam, sistem perkawinan masyarakat yang menganut agama Islamdiatur dalam Undang-Undang Pokok Perkawinan. Nah, dalam urusan kawin ini sayabingung. Perkawinan itu peristiwa ritual atau peristiwa administrasikependudukan? Kalau memang ritual, kenapa dicatat? Kalau memang peristiwaadministrasi kependudukan, kenapa dicatatnya oleh KUA, bukan oleh Disdukcapil? Karena saudara sayayang nonmuslim, perkawinannya dicatat oleh Disdukcapil. Kan sama-sama mencatatperkawinan, kan sama-sama bangsa Indonesia, kenapa dibedakan? Ditambah lagibanyak daerah yang menggratiskan Sistem Pencatatan Pernikahan yang dilayanioleh Disdukcapil, sedangkan yang dicatat oleh KUA masih bayar. Ini adalahdiskriminasi pencatatan perkawinan yang harus dibahas secara serius oleh paraaktivis HAM, karena yang lebih serius lagi adalah loba dulur kuring (banyaksaudara saya) yang kawinnya tidak dicatatkan, karena tidak punya uang untukbayar. Akibatnya anak-anaknya kesulitan memiliki akta kelahiran.
Re: [keluarga-islam] (GD) Saat-saat Kritis Gus Dur Lolos dari Maut
Kadang-kadang kita rancu dalam memaknai sesuatu kejadian.Kalau sudah ajal tiba tidak ada yang bisa menolaknya termasuk Gus Dur, tapi kalau BELUM ajal dalam kondisi yang bagaimanapun, segenting apapun orang tersebut belum akan meninggal. Dan ini bukan Gus Dur aja, masih banyak yang lain. Jadi bukan lolos dari maut, belum ajal saja. From: Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Tuesday, November 11, 2014 8:37 AM Subject: [keluarga-islam] (GD) Saat-saat Kritis Gus Dur Lolos dari Maut Saat-saat Kritis Gus Dur Lolos dari Maut Pada malam 19 Januari, Hasyim Wahid, adikterkecil Gus Dur sedang menunggunya di kantor ketika kemudian ia merasakhawatir. Gus Dur ke kamar mandi di seberang koridor kantornya di gedung PBNU.Setelah sekian lama, ia tak muncul juga. Karena tak dapat menunggu lagi, Hasyim dan beberapa orang lagi membuka paksapintu kamar mandi dan mendapatkan Gus Dur tak sadarkan diri di lantai.Saudaranya yang lain, Umar, seorang dokter, dipanggil dan Gus Dur dilarikan kerumah sakit. Umar mengumpulkan teman-temannya dan malam itu ahli bedah syaraf terbaik diIndonesia berkumpul di rumah sakit untuk berunding dengan Umar. Tampaknya Gus Dur tak akan bertahan hidup. Tekanan darahnya meningkat hingga ketingkat fatal dan denyut nadinya serta tanda-tanda vital lainnya menunjukkan ianyaris menghadapi maut. Diagnosis yang diberikan adalah bahwa ia menderita stoke berat. Satu-satunyacara untuk mengatasi msalah ini adalah melakukan pembedahan darurat yang penuhrisiko dan memasukkan sebuah pipa kecil plastik untuk mengeluarkan cairan daritengkorak kepalanya. Namun malam itu tak mungkin dilakukan pembedahan karena bila dilakukan, ia akankehilangan nyawanya. Mereka memutuskan menunggu hingga keesokan paginya. Ketikapagi tiba, Umar meminta para ahli bedah syarat untuk melakukan pembedahan.Mereka protes karena bagi mereka, hal ini mengandung banyak risiko dan sangpasien akan meninggal di meja operasi. Umar menanggapinya demikian: “Kami berhutang kepadanya untuk memberikankesempatan. Kakak saya sering kali keluar secara mengejutkan dari situasi yangsulit. Paling tidak kita harus memberikan kesempatan kepadanya. Kita harusmengoperasikannya” Ketika tim bedah berkumpul di ruang bedah, setiap orang merasakan dekatnyamalapetaka dan hampir merasa pasti Gus Dur tak akan keluar dari ruang bedah inidalam keadaan hidup. Namun, di luar perkiraan, operasi ini berjalan baik. Dalam beberapa jamkemudian, ia telah menunjukkan sedikit tanda-tanda ke arah kesembuhan. Keesokanharinya, Gus Dur telah mampu berbicara dengan tamu-tamunya dan kelihatan iatelah melewati serangan stroke dan bedah otak dengan sangat baik. [] Dikutip dari Biografi Gus Dur, karya GregBarton. (mkf) -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...!--#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-mkp {border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-mkp #yiv2111556588hd {color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 0;}#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-mkp #yiv2111556588ads {margin-bottom:10px;}#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-mkp .yiv2111556588ad {padding:0 0;}#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-mkp .yiv2111556588ad p {margin:0;}#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-mkp .yiv2111556588ad a {color:#ff;text-decoration:none;}#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-sponsor #yiv2111556588ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-sponsor #yiv2111556588ygrp-lc #yiv2111556588hd {margin:10px 0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv2111556588 #yiv2111556588ygrp-sponsor #yiv2111556588ygrp-lc .yiv2111556588ad {margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv2111556588 #yiv2111556588actions {font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv2111556588 #yiv2111556588activity {background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv2111556588 #yiv2111556588activity span {font-weight:700;}#yiv2111556588 #yiv2111556588activity span:first-child {text-transform:uppercase;}#yiv2111556588 #yiv2111556588activity span a {color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv2111556588 #yiv2111556588activity span span {color:#ff7900;}#yiv2111556588 #yiv2111556588activity span .yiv2111556588underline {text-decoration:underline;}#yiv2111556588 .yiv2111556588attach {clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 0;width:400px;}#yiv2111556588 .yiv2111556588attach div a {text-decoration:none;}#yiv2111556588 .yiv2111556588attach img {border:none;padding-right:5px;}#yiv2111556588 .yiv2111556588attach label {display:block;margin-bottom:5px;}#yiv2111556588 .yiv2111556588attach label a {text-decoration:none;}#yiv2111556588 blockquote {margin:0 0
Re: [keluarga-islam] JANJI JOKOWI, MARI AMIENKAN !!!
SEBAGAI PEMIMPIN TERTINGGI DINEGERI INI LEADERSHIP JOKOWI DIUJI DALAM MEMBENTUK KABINET, SUDAH TIGA HARI SETELAH DILANTIK, MASIH UJI KELAYAKAN CALON MENTERI. AWALNYA 33 MENTERI, SEKARANG JADI 34 MENTERI. KITA TUNGGU On Monday, October 20, 2014 7:04 AM, hernowobr...@yahoo.ca [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: JANJI JOKOWI MARI AMIENKAN #yiv1824866272 #yiv1824866272 -- #yiv1824866272ygrp-mkp {border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mkp #yiv1824866272hd {color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 0;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mkp #yiv1824866272ads {margin-bottom:10px;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mkp .yiv1824866272ad {padding:0 0;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mkp .yiv1824866272ad p {margin:0;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mkp .yiv1824866272ad a {color:#ff;text-decoration:none;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-sponsor #yiv1824866272ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-sponsor #yiv1824866272ygrp-lc #yiv1824866272hd {margin:10px 0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-sponsor #yiv1824866272ygrp-lc .yiv1824866272ad {margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv1824866272 #yiv1824866272actions {font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv1824866272 #yiv1824866272activity {background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv1824866272 #yiv1824866272activity span {font-weight:700;}#yiv1824866272 #yiv1824866272activity span:first-child {text-transform:uppercase;}#yiv1824866272 #yiv1824866272activity span a {color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv1824866272 #yiv1824866272activity span span {color:#ff7900;}#yiv1824866272 #yiv1824866272activity span .yiv1824866272underline {text-decoration:underline;}#yiv1824866272 .yiv1824866272attach {clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 0;width:400px;}#yiv1824866272 .yiv1824866272attach div a {text-decoration:none;}#yiv1824866272 .yiv1824866272attach img {border:none;padding-right:5px;}#yiv1824866272 .yiv1824866272attach label {display:block;margin-bottom:5px;}#yiv1824866272 .yiv1824866272attach label a {text-decoration:none;}#yiv1824866272 blockquote {margin:0 0 0 4px;}#yiv1824866272 .yiv1824866272bold {font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv1824866272 .yiv1824866272bold a {text-decoration:none;}#yiv1824866272 dd.yiv1824866272last p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv1824866272 dd.yiv1824866272last p span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv1824866272 dd.yiv1824866272last p span.yiv1824866272yshortcuts {margin-right:0;}#yiv1824866272 div.yiv1824866272attach-table div div a {text-decoration:none;}#yiv1824866272 div.yiv1824866272attach-table {width:400px;}#yiv1824866272 div.yiv1824866272file-title a, #yiv1824866272 div.yiv1824866272file-title a:active, #yiv1824866272 div.yiv1824866272file-title a:hover, #yiv1824866272 div.yiv1824866272file-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv1824866272 div.yiv1824866272photo-title a, #yiv1824866272 div.yiv1824866272photo-title a:active, #yiv1824866272 div.yiv1824866272photo-title a:hover, #yiv1824866272 div.yiv1824866272photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv1824866272 div#yiv1824866272ygrp-mlmsg #yiv1824866272ygrp-msg p a span.yiv1824866272yshortcuts {font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv1824866272 .yiv1824866272green {color:#628c2a;}#yiv1824866272 .yiv1824866272MsoNormal {margin:0 0 0 0;}#yiv1824866272 o {font-size:0;}#yiv1824866272 #yiv1824866272photos div {float:left;width:72px;}#yiv1824866272 #yiv1824866272photos div div {border:1px solid #66;height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv1824866272 #yiv1824866272photos div label {color:#66;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv1824866272 #yiv1824866272reco-category {font-size:77%;}#yiv1824866272 #yiv1824866272reco-desc {font-size:77%;}#yiv1824866272 .yiv1824866272replbq {margin:4px;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-actbar div a:first-child {margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mlmsg select, #yiv1824866272 input, #yiv1824866272 textarea {font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mlmsg pre, #yiv1824866272 code {font:115% monospace;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-mlmsg #yiv1824866272logo {padding-bottom:10px;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-msg p a {font-family:Verdana;}#yiv1824866272 #yiv1824866272ygrp-msg
Re: [keluarga-islam] (Buku of the Day) Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan Dalil-Dalilnya
OO itu too On Tuesday, October 7, 2014 11:42 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: serba salah, memang... nanti kalau diterbitkan buku dengan judul sebagaimana keinginan sampeyan, diprotes lagi... (misalnya) mosok shalat subuh pake qunut? salam,ananto 2014-10-07 11:22 GMT+07:00 Raflis amin aminraflis2...@yahoo.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com: KADANG-KADANG JUDUL BUKU INI TEERASA PROVOKATOR JUGA. KENAPA BUKAN UNTUK UMMAT ISLAM, KENAPA DIKHUSUSKAN WARGA NU SEOLAH-OLAH EKSKLUSIF SIFATNYA. SERING YANG MENAMAKAM DIRINYA KIYAI, ULAMA, USTADZ, BICARA UKHUWAH TAPI TANPA DISADARI KITA JUGA MEMECAH BELAH UMMAT. . On Monday, October 6, 2014 10:19 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Buku Shalat Pedoman Umat Judul : Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan Dalil-DalilnyaPenulis : KH. M. Sholeh Qosim, M.Si, A. Afif Amrullah, M.EIPenerbit : LTM-PBNUCetakan : I, Agustus 2014Tebal : xvi + 179 hal. 14,5 x 21 cmPeresensi : Moh. Sardiyono, alumni PP. Nasy-atul Muta’allimin Gapura Sumenep Madura dan Mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya Salah satu Hadist menjelaskan bahwa shalat itu adalah tiang agama. Jadi, kita sebagai umat Muslim kalau hidup tanpa shalat, ibarat bangunan, robohlah Islam kita. Maka laksanakanlah shalat itu. Melaksanakan shalat bukan sembarang melaksanakan shalat. Melaksanakan shalat harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Melaksanakan shalat kalau tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an dan Hadist, maka shalat tersebut tidak sah. Sahnya shalat tergantung pada tatacara atau aturan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Pertanyaannya, seperti apa shalat yang sesuai dengan aturan itu? Bagaimana shalat yang sesuai dengan aturan itu? Seperti yang telah dijelaskan dalam buku Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan Dalil-Dalilnya, shalat secara bahasa berarti do’a. Sedangkan menurut istilah ialah suatu ibadah yang terdiri dari perbuatan dan perkataan yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Di dalam shalat ada syarat-syarat yang harus kita penuhi. Diantaranya ada syarat wajib shalat, syarat sah shalat, dan syarat diterimanya shalat. Ini yang harus diperhatikan pertama kali ketika akan melaksanakan shalat. (halaman : 34-35) Yang harus menjadi catatan disini adalah syarat wajibnya shalat, sahnya, sampai diterimanya shalat. Misalnya syarat wajibnya shalat sudah terpenuhi oleh kita, belum tentu shalat kita sah. Sahnya shalat harus juga diperhatikan. Selanjutnya, syarat wajibnya dan syarat sahnya sudah terpenuhi, belum tentu juga diterima shalatnya. Karena masih ada syarat diterimanya shalat. Intinya, yang tiga itu memang harus diperhatikan. Apa saja syarat wajibnya shalat, sahnya shalat, dan diterimanya shalat? Syarat wajibnya shalat, sahnya shalat, dan diterimanya shalat ini banyak yang harus kita pelajari dan tidak mungkin saya menjelaskan secara detail dalam tulisan yang hanya beberapa kata ini. Maka tak salah kalau saya mengatakan bacalah buku Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan Dalil-Dalilnya itu. Dalam buku itu menjelaskan secara rinci hal apa saja yang berhubungan dengan shalat. Di dalamnya terdapat dalil-dalil baik Al-Qur’an, Hadist maupun kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama. Hadirnya buku yang ditulis oleh KH M Sholeh Qosim, MSi dan A Afif Amrullah, M.EI itu juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh sebagian golongan umat Islam. Sebab belakangan ini ibadah kita terutama shalat mulai dipertanyakan dalil-dalilnya. Hadirnya buku itu memperjelas kebenaran atau keabsahan ibadah kita. Mengenai qonut yang sangat kontroversial di kalangan umat Muslim juga dibahas dengan sangat rinci dalam buku yang setebal 187 itu. Membaca buku itu, qanut sebagai do’a yang dibaca setelah i’tidal itu tidak perlu dipertanyakan lagi tentang kesunnahannya. Semua sudah dijelaskan. Membaca bukunya tercermin sifat kehati-hatian dalam mengambil dalil-dalil baik Al-Qur’an maupun Hadist. Hadist Nabi Muhammad SAW : Shalatlah seperti kalian melihat aku shalat. (HR. Bukhari). Sudah jelas kalau kita melaksanakan shalat harus sama dengan shalat Rasulullah SAW. Permasalahannya, seperti apa shalatnya Rasulullah? Sebaiknya Anda membaca buku itu karena di dalamnya selain menjelaskan shalat juga dilengkapi gambar-gambar metode melaksanakannya. Selain itu, ibadah yang berkaitan dengan shalat, misalnya wudlu’, tayamum, dan dzikir juga ada penjelasannya. Dan, saya yakin seperti dalam buku itulah shalat Rasulullah SAW. Membaca judul buku itu yang muncul dalam benak kita adalah gambaran shalatnya orang Nahdliyyin. Tapi itu hanya judul bukan garis pembatas. Buku itu cocok dibaca siapa saja, termasuk warga Muhammadiyah dan seluruh orang Islam. Buku
Re: [keluarga-islam] (Buku of the Day) Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan Dalil-Dalilnya
KADANG-KADANG JUDUL BUKU INI TEERASA PROVOKATOR JUGA. KENAPA BUKAN UNTUK UMMAT ISLAM, KENAPA DIKHUSUSKAN WARGA NU SEOLAH-OLAH EKSKLUSIF SIFATNYA. SERING YANG MENAMAKAM DIRINYA KIYAI, ULAMA, USTADZ, BICARA UKHUWAH TAPI TANPA DISADARI KITA JUGA MEMECAH BELAH UMMAT. . On Monday, October 6, 2014 10:19 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Buku Shalat Pedoman Umat Judul: Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan Dalil-Dalilnya Penulis : KH. M. Sholeh Qosim, M.Si, A. Afif Amrullah, M.EI Penerbit: LTM-PBNU Cetakan: I, Agustus 2014 Tebal: xvi + 179 hal. 14,5 x 21 cm Peresensi : Moh. Sardiyono, alumni PP. Nasy-atul Muta’allimin Gapura Sumenep Madura dan Mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya Salah satu Hadist menjelaskan bahwa shalat itu adalah tiang agama. Jadi, kita sebagai umat Muslim kalau hidup tanpa shalat, ibarat bangunan, robohlah Islam kita. Maka laksanakanlah shalat itu. Melaksanakan shalat bukan sembarang melaksanakan shalat. Melaksanakan shalat harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Melaksanakan shalat kalau tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an dan Hadist, maka shalat tersebut tidak sah. Sahnya shalat tergantung pada tatacara atau aturan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Pertanyaannya, seperti apa shalat yang sesuai dengan aturan itu? Bagaimana shalat yang sesuai dengan aturan itu? Seperti yang telah dijelaskan dalam buku Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan Dalil-Dalilnya, shalat secara bahasa berarti do’a. Sedangkan menurut istilah ialah suatu ibadah yang terdiri dari perbuatan dan perkataan yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Di dalam shalat ada syarat-syarat yang harus kita penuhi. Diantaranya ada syarat wajib shalat, syarat sah shalat, dan syarat diterimanya shalat. Ini yang harus diperhatikan pertama kali ketika akan melaksanakan shalat. (halaman : 34-35) Yang harus menjadi catatan disini adalah syarat wajibnya shalat, sahnya, sampai diterimanya shalat. Misalnya syarat wajibnya shalat sudah terpenuhi oleh kita, belum tentu shalat kita sah. Sahnya shalat harus juga diperhatikan. Selanjutnya, syarat wajibnya dan syarat sahnya sudah terpenuhi, belum tentu juga diterima shalatnya. Karena masih ada syarat diterimanya shalat. Intinya, yang tiga itu memang harus diperhatikan. Apa saja syarat wajibnya shalat, sahnya shalat, dan diterimanya shalat? Syarat wajibnya shalat, sahnya shalat, dan diterimanya shalat ini banyak yang harus kita pelajari dan tidak mungkin saya menjelaskan secara detail dalam tulisan yang hanya beberapa kata ini. Maka tak salah kalau saya mengatakan bacalah buku Tuntunan Shalat Untuk Warga NU Dan Dalil-Dalilnya itu. Dalam buku itu menjelaskan secara rinci hal apa saja yang berhubungan dengan shalat. Di dalamnya terdapat dalil-dalil baik Al-Qur’an, Hadist maupun kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama. Hadirnya buku yang ditulis oleh KH M Sholeh Qosim, MSi dan A Afif Amrullah, M.EI itu juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh sebagian golongan umat Islam. Sebab belakangan ini ibadah kita terutama shalat mulai dipertanyakan dalil-dalilnya. Hadirnya buku itu memperjelas kebenaran atau keabsahan ibadah kita. Mengenai qonut yang sangat kontroversial di kalangan umat Muslim juga dibahas dengan sangat rinci dalam buku yang setebal 187 itu. Membaca buku itu, qanut sebagai do’a yang dibaca setelah i’tidal itu tidak perlu dipertanyakan lagi tentang kesunnahannya. Semua sudah dijelaskan. Membaca bukunya tercermin sifat kehati-hatian dalam mengambil dalil-dalil baik Al-Qur’an maupun Hadist. Hadist Nabi Muhammad SAW : Shalatlah seperti kalian melihat aku shalat. (HR. Bukhari). Sudah jelas kalau kita melaksanakan shalat harus sama dengan shalat Rasulullah SAW. Permasalahannya, seperti apa shalatnya Rasulullah? Sebaiknya Anda membaca buku itu karena di dalamnya selain menjelaskan shalat juga dilengkapi gambar-gambar metode melaksanakannya. Selain itu, ibadah yang berkaitan dengan shalat, misalnya wudlu’, tayamum, dan dzikir juga ada penjelasannya. Dan, saya yakin seperti dalam buku itulah shalat Rasulullah SAW. Membaca judul buku itu yang muncul dalam benak kita adalah gambaran shalatnya orang Nahdliyyin. Tapi itu hanya judul bukan garis pembatas. Buku itu cocok dibaca siapa saja, termasuk warga Muhammadiyah dan seluruh orang Islam. Buku itu adalah Buku Shalat Pedoman Umat. [] -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...
Re: [keluarga-islam] Adhie: Kabinet Kok Profesional
Mungkin professional dengan harapan sesuai dengan bayaran yang telah di imingi-imingi oleh Jokowi. Nanti kalau tidak sesuai y tau sendiri lah. Yang jelas mobil dinas sudah tidak baru. Gengsi dong kan menteri kenapa nggak pakai mobil baru. On Wednesday, September 24, 2014 9:25 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Kabinet Kok Profesional Rabu, 17 September 2014 , 20:17:00 WIB Oleh: Adhie M. Massardi KEGIATAN manusia modern secara umum dapat dibagi dua: amatir dan profesional. Amatir artinya hanya untuk pengembangan diri, sedangkan profesional bermakna untuk hiburan, dan karena itu penggiatnya memperoleh bayaran. Seorang profesional lebih mengutamakan bayaran dan bekerja demi kepentingan yang membayar. Karena tidak ada ideologi dan kesetiaan, maka siapa yang mampu membayar lebih besar akan dijadikan tuan oleh para profesional. Para petinju dan pesepakbola yang sering kita tonton di TV adalah para profesional di bidangnya. Apakah kabinet profesional yang akan dibentuk Jokowi-JK nanti akan menjadi seperti klub sepakbola yang terdiri dari para pemain bayaran, yang akan lebih bertanggungjawab kepada para sponsor karena mereka membayar lebih tinggi? Atau ada pengertian profesional yang berbeda dari konteks di atas? Karena di antero dunia, yang namanya menteri itu 100% jabatan politik. Pekerjaannya membuat kebijakan publik berdasarkan konstitusi demi kemaslahatan dan kesejahteraan rakyatnya. Sebab negara diibangun memang untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia di negara tersebut. Dengan demikian, negara tidak boleh dikelola secara sok profesional yang mengutamakan keuntungan para pengelolanya. Oleh sebab itu, setiap kementerian harus dipimpin oleh orang-orang yang memiliki integritas dan sejarah keberpihakan kepada rakyat yang jelas. Menteri Keuangan, misalnya, harus orang yang paham bagaimana mendistribusikan APBN ke sektor-sektor perekonomian rakyat, bukan semata dibagikan kepada kalangan tertentu hanya karena mereka sanggup membayar pajak lebih besar. Demikian pula Kementeriaaan ESDM, tugasnya bukan sekedar menjual konsesi tambang migas dan minerba kepada perusahaan-perusahaan asing hanya karena mereka sudah canggih bisnis di bidang itu. Atau Kementeriaan BUMN yang hanya berorientasi pada laba, padahal ada sektor-sektor tertentu, seperti perkeretaapian, yang dibangun memang untuk menunjang perekonomian domestik. Maka negara berkembang dengan potensi SDA dan SDM yang baik seperti Indonesia, tidak boleh dibiarkan dikelola oleh para profesional yang hanya demi keuntungan mereka sendiri, sebagaimana umumnya tabiat orang-orang partai politik. Padahal membuat kabinet yang pro-rakyat itu sangat mudah. Tinggal memanggil orang-orang yang selama ini senantiasa memperjuangkan nasib rakyat. Mau bidang apa saja ada. Kalau memang mau menyejahterakan rakyat. [***] Sumber: http://www.rmol.co/read/2014/09/17/172400/Kabinet-Kok-Profesional- -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...
Re: [keluarga-islam] Cina Melarang Muslim Xinjiang Berpuasa
ITULAH BEDANYA : KALAU YANG MAYORITAS ISLAM AGAMA LAIN AKAN TENANG MENJALANKAN IBADAHNYA, TAPI KALAU MAYORITAS NON MUSLIM ORANG ISLAM AKAN SELALU DITEKAN DAN DIHALANGI-HALANGI MENJALANKAN IBADAHNYA. DINEGARA MANAPUN DIDUNIA. HATI-HATI MEMILIH PEMIMPIN TANGGAL 9 JULI 2014. On Thursday, July 3, 2014 11:53 PM, Ade Hernowobroto hernowobr...@yahoo.ca [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Cina Melarang Muslim Xinjiang Berpuasa TEMPO.CO – 11 jam yang lalu https://id.berita.yahoo.com/cina-melarang-muslim-xinjiang-berpuasa-122722239--ramadan2012.html TEMPO.CO, Beijing - Cina melarang pegawai negeri sipil, mahasiswa, dan guru beragama Islam menjalankan ibadah puasa selama bulan suci Ramadan di kawasan Xinjiang. Pelarangan ini mendapatkan kecaman dari sejumlah kelompok masyarakat di luar negeri. Xinjiang adalah kawasan berpenduduk mayoritas muslim sekaligus rumah bagi minoritas suku Uighur. Selama bertahun-tahun partai berkuasa komunis Cina memberlakukan pelarangan berpuasa di daerah yang kerap dilanda kerusuhan mematikan antara etnis Uighur dengan pasukan keamanan. Menurut kantor berita Agence France-Presse mengutip laporan radio pemerintah Bozhu Radio dan TV University bahwa pelarangan itu diberlakukan bagi anggota partai, guru, dan orang-orang muda untuk melakukan aktivitas terkait dengan dengan Ramadan. Kami mengingatkan kembali kepada setiap orang bahwa mereka tidak diperkenankan menjalankan ibadah puasa Ramadan, tulis media pemerintah Cina. Badan Meteorologi di Kabupaten Qaraqash di sebelah barat Xinjiang dalam situsnya mengatakan sesuai dengan instruksi lembaga yang lebih tinggi bahwa seluruh pegawai dan pensiunan pegawai untuk tidak menjalankan puasa selama Ramadan. AL ARABIYA | CHOIRUL
Re: Bls: Bls: [keluarga-islam] Fahri Hamzah Sebut Jokowi Sinting
ORANG-ORANG YANG NGGAK NGERTI SEJARAH ISLAM MEMANG BEGITU, JADI SEKALI-KALI PERLU DIINGATKAN, PAKAI PECI, PAKAI KERUDUNG HANYA UNTUK TUJUAN SESAAT. On Friday, July 4, 2014 9:55 AM, 'MK. Mattawaf' mk_mtw...@yahoo.co.id [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Ternyata memang mereka Keliru memahami 1 Muharram itu bukan di-rubah, tapi di rangkai sebagai hari santri, hehehehhe. makanya dipelajari dulu bro, jangan asal bilang Sinting. Pada Jumat, 4 Juli 2014 9:29, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com menulis: tadz, bukannya ide2 bagus harus didukung? salam, ananto 2014-07-03 22:42 GMT+07:00 hernowobr...@yahoo.ca [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com: 1 Muharram itu merupakan TAHUN BARU ISLAM. pada tanggal itu dimulainya hitung2an ketetapan khoul tentang syariat, berkaitan dengan waktu2 sholat, puasa, zakat, haji dsb. ini sudah berlaku sejak 1400 tahun yang lalu. Pertanyaannya : MENGAPA hanya untuk kepentingan sesaat pemilihan Capres (yang hanya 5 tahun sekali), 1 Muharram yang merupakan hari yang sangat penting di dalam Islam, harus dirubah oleh seorang yang belum paham, apa itu makna 1 Muharram bagi ummat islam?. Mengapa Islam harus diatur dan dikalahkan demi untuk kepentingan seseorang yang BELUM TENTU membela kepentingan Agama Islam ? Kalau memang mau membuat hari santri, tetapkan saja tanggal 2 Muharram-nya. Jangan yang sudah ditetapkan sebagai Tahun baru Islam. Mohon direnungkan baik-baik. Jangan-jangan kalau capres ini nanti terpilih, pada 17 Ramadhan yang jatuhnya 15 Juli nanti, akan dirubah jadi hari kemenangan jokowi-jk. Wah bisa bahaya deh salam, herno. -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...
Re: [keluarga-islam] Gus Dur Wali Zaman Kini
OOO gitu, belum 6 bulan ya, masih terhitung bulan umurnya jadi wali. On Wednesday, June 25, 2014 8:33 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: wali 2014, tadz... salam, ananto 2014-06-24 12:44 GMT+07:00 Raflis amin aminraflis2...@yahoo.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com: Waduuuh, wali apa ya tadz. On Tuesday, June 24, 2014 8:27 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Gus Dur Wali Zaman Kini Setiap zaman memiliki problemnya sendiri. Demikian pula dalam konteks kewalian, setiap zaman memiliki walinya sendiri yang akan membantu masyarakatnya dalam menyelesaikan problem yang dihadapi. Bambang, asisten Gus Dur yang biasa membantu urusan hubungan media sangat yakin akan kewalian Gus Dur dalam konteks kekinian. “Saya percaya beliau wali, beliau tidak seperti lazimnya manusia biasa, ketokohannya luar biasa dalam memperjuangkan hak sipil rakyat. Saya menganggap beliau wali dalam konteks zaman kekinian,” katanya. Menurutnya, apa yang diperjuangkan Gus Dur, kalau ditarik dari zaman Walisongo hanya beda zaman saja, maksud dan tujuan yang disampaikan tidak berbeda. Jika dulu menyebarkan Islam, kini memperjungkan hak asasi manusia. Bambang bahkan juga melihat kemungkinan bahwa ayah dan kakek Gus Dur juga seorang wali, dalam konteks zamannya, yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. “Seorang Gus Dur mampu menjadi pemimpin ummat, dan konsisten dalam meperjuangkan hak sipil, hak demokrasi, hak asasi manusia, dan hak minoritas, Kalau sekarang ada yang menganggap beliau seorang wali, tidak aneh,” terangnya. Dalam kondisi terjadinya beberapa kerusuhan yang melibatkan agama ini, orang baru sadar dan ingat akan peran besar yang telah dilakukan Gus Dur. “Orang baru sadar, orang baru inget sama Gus Dur, saya baca di twiteer, banyak yang berkomentar ‘Kenapa dulu kita tidak menghadang Gus Dur ketika dilengserkan, sekarang baru menyesal’. Gus dur sangat diperlukan bangsa ini dalam situasi sekarang ini,” imbuhnya. Dalam situasi yang kalut seperti ini, ia selalu ingat Gus Dur merupakan orang yang paling dicari wartawan untuk diminta tanggapan dan pernyataan. “Gus Dur konsisten selalu membela yang lemah, ngak ada kekerasan terhadap apa pun. Inilah yang selalu diperjuangkan Gus Dur,” jelasnya. Mengenai aspek mistis dari Gus Dur, yang diketahui ketika menemaninya adalah ketika berziarah, yang merupakan kebiasaan Gus Dur, seperti terjadi komunikasi dengan orang yang diziarahi. “Saya beberapa kali melihat, kayak tejadi komunikasi yang beliau lakukan, tetapi kita tak bisa mendengar. Ya wallahu a'lam, apa yang sedang dibicarakan, itulah yang kita tangkap dari ziarah-ziarah itu,” ujarnya. Ia juga memiliki pengalaman menarik yang akan selalu diingatnya. Seminggu sebelum meninggalnya mantan Ketua Umum PBNU ini, Gus Dur bercerita kepadanya bahwa dirinya bermimpi bertemu KH Hasyim Asy’ari dan dikasih tugas membersihkan lantai yang kotor. “Ini dimaknai beliau, bangsa ini dalam keadaan kotor. Bapak dalam cerita kan selalu berfikiran luas, tidak memikirkan partai, kelompok atau golongan. Selalu yang diceritakan bangsa dan negara. Sayangnya tugas tersebut belum sampai terlaksana, kemudian sudah wafat,” terangnya. Dalam mimpinya tersebut, Kiai Hasyim Asy’ari juga meminta agar seminggu kemudian, Gus Dur datang ke Jombang. Dan ternyata seminggu kemudian, ia meninggal dan dimakamkan di Jombang. “Ini saya denger langsung dari beliau,” katanya meyakinkan. (mkf) -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama... -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...
Re: Bls: [keluarga-islam] Jokowi Hilangkan Sebagian Surat Al Fatihah
Bacaan Jho Kho Hwie kayak baca ono coroko On Saturday, June 21, 2014 3:30 PM, 'mk_mtw...@yahoo.co.id' mk_mtw...@yahoo.co.id [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Coba suruh pak prabowo jadi imam pintar mana Dikirim dari Yahoo Mail pada Android From: Ade Hernowobroto hernowobr...@yahoo.ca [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com; To: keluarga-islam milist keluarga-islam@yahoogroups.com; mencintai-islam mencintai-is...@yahoogroups.com; Subject: [keluarga-islam] Jokowi Hilangkan Sebagian Surat Al Fatihah Sent: Sat, Jun 21, 2014 6:22:19 AM Video : Menjadi Imam Shalat Maghrib, Jokowi Hilangkan Sebagian Surat Al Fatihah http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2014/06/21/31083/video-menjadi-imam-shalat-maghrib-jokowi-hilangkan-sebagian-surat-al-fatihah/#sthash.toYNx98m.dpbs JAKARTA (voa-islam.com) - Bagi umat Islam, ibadah tidak boleh asal-asalan karena kita langsung berhadapan dengan Allah penguasa jagat raya, sehingga ketika beramal shalih maka sepatutnya belajar lebih baik dan merasa takut jika amalnya tak diterima Allah Subhanahu Wa ta'ala. Apalagi masalah ibadah shalat, karena ketika di hisab, ketika dihitung-hitung amal kita di akherat kelak ternyata yang paling awal ditanya adalah soal shalat. Nah ketika kampanye Capres RI 2014 ini rasanya kini para capres terus-menerus menampilkan dan menampakkan ibadahnya secara terbuka, baik Capres Prabowo Subianto dan Jokowi tentu patut di apresiasi, semoga niatnya Ikhlas mencari ridho Allah, bukan selainnya. Telisik Foto Wudhu Video Jokowi Menjadi Imam Shalat Maghrib Dari penelusuran kami ternyata Jokowi sempat marah ketika Mantan Sekda DKI Fadjar Panjaitan ternyata pernah mengingatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi yang salah dalam berwudhu sebelum Shalat Jumat. Setelah salat Jumat Fajar dipanggil menghadap, dalam pertemuan itu Jokowi mengungkapkan karena merasa tersinggung atas teguran mengingatkan cara berwudhu yang dilakukan oleh mantan sekda DKI Jakarta yang mundur karena jadi caleg PDIP untuk Dapil DKI Jakarta Nomor Urut 6 dari PDI Perjuangan. Fadjar melihat cara wudhu Jokowi salah, trus diingatkan. Ternyata Jokowi tak terima. Setelah salat Jumat Fajar dipanggil menghadap#represif, tulis Ragil Nugroho di akun Twitter-nya, @ragilnugroho1, Minggu (4/5) Beredar video di Youtube dengan judul Jokowi menjadi Imam Shalat Maghrib di pesantren Tasik Tak hanya salah wudhu rupanya, kini beredar video Jokowi salah mengucapkan atau tidak menguasai Surat Al Fatihah ketika menjadi Imam Shalat Maghrib. Dalam video di Youtube dengan berdurasi 8:56 menit ini diunguh oleh akun Jokowi Jusuf Kalla pada tanggal 14 Juni 2014. Dalam keterangannya video ini ternyata sengaja dibuat videonya agar orang tau bahwa Jokowi bisa jadi imam atau biar orang tau kalau bacaannya seperti itu. Tak Tahunya ketika diperhatikan secara seksama, Jokowi tak fasih membaca dan bahkan menghilangkan sebagian Surat Al Fatihah, ketika membaca ayat... sirotholladzina-an amta alaihim.. dibaca : sirotholladzina-amta alaihim, dalam konteks ini Jokowi menghilangkan ayat an. Nah kan, mau pamer malah ngawur? simak Videonya: Dari Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani) Sesungguhnya pertama kali yang dihisab (ditanya dan diminta pertanggungjawaban) dari segenap amalan seorang hamba di hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana shalatnya rusak, sungguh kerugian menimpanya.” (HR. Tirmidzi) Sesungguhnya pertama kali yang dihisab (ditanya dan diminta pertanggungjawaban) dari segenap amalan seorang hamba di hari kiamat kelak adalah shalatnya. Namun ada fakta yang terungkap soal Ibadah Prabowo Subianto, Meski Prabowo tidak mendalami ilmu Agama secar mendalam namun ia dibina dan
Re: [keluarga-islam] Gus Dur Wali Zaman Kini
Waduuuh, wali apa ya tadz. On Tuesday, June 24, 2014 8:27 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Gus Dur Wali Zaman Kini Setiap zaman memiliki problemnya sendiri. Demikian pula dalam konteks kewalian, setiap zaman memiliki walinya sendiri yang akan membantu masyarakatnya dalam menyelesaikan problem yang dihadapi. Bambang, asisten Gus Dur yang biasa membantu urusan hubungan media sangat yakin akan kewalian Gus Dur dalam konteks kekinian. “Saya percaya beliau wali, beliau tidak seperti lazimnya manusia biasa, ketokohannya luar biasa dalam memperjuangkan hak sipil rakyat. Saya menganggap beliau wali dalam konteks zaman kekinian,” katanya. Menurutnya, apa yang diperjuangkan Gus Dur, kalau ditarik dari zaman Walisongo hanya beda zaman saja, maksud dan tujuan yang disampaikan tidak berbeda. Jika dulu menyebarkan Islam, kini memperjungkan hak asasi manusia. Bambang bahkan juga melihat kemungkinan bahwa ayah dan kakek Gus Dur juga seorang wali, dalam konteks zamannya, yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. “Seorang Gus Dur mampu menjadi pemimpin ummat, dan konsisten dalam meperjuangkan hak sipil, hak demokrasi, hak asasi manusia, dan hak minoritas, Kalau sekarang ada yang menganggap beliau seorang wali, tidak aneh,” terangnya. Dalam kondisi terjadinya beberapa kerusuhan yang melibatkan agama ini, orang baru sadar dan ingat akan peran besar yang telah dilakukan Gus Dur. “Orang baru sadar, orang baru inget sama Gus Dur, saya baca di twiteer, banyak yang berkomentar ‘Kenapa dulu kita tidak menghadang Gus Dur ketika dilengserkan, sekarang baru menyesal’. Gus dur sangat diperlukan bangsa ini dalam situasi sekarang ini,” imbuhnya. Dalam situasi yang kalut seperti ini, ia selalu ingat Gus Dur merupakan orang yang paling dicari wartawan untuk diminta tanggapan dan pernyataan. “Gus Dur konsisten selalu membela yang lemah, ngak ada kekerasan terhadap apa pun. Inilah yang selalu diperjuangkan Gus Dur,” jelasnya. Mengenai aspek mistis dari Gus Dur, yang diketahui ketika menemaninya adalah ketika berziarah, yang merupakan kebiasaan Gus Dur, seperti terjadi komunikasi dengan orang yang diziarahi. “Saya beberapa kali melihat, kayak tejadi komunikasi yang beliau lakukan, tetapi kita tak bisa mendengar. Ya wallahu a'lam, apa yang sedang dibicarakan, itulah yang kita tangkap dari ziarah-ziarah itu,” ujarnya. Ia juga memiliki pengalaman menarik yang akan selalu diingatnya. Seminggu sebelum meninggalnya mantan Ketua Umum PBNU ini, Gus Dur bercerita kepadanya bahwa dirinya bermimpi bertemu KH Hasyim Asy’ari dan dikasih tugas membersihkan lantai yang kotor. “Ini dimaknai beliau, bangsa ini dalam keadaan kotor. Bapak dalam cerita kan selalu berfikiran luas, tidak memikirkan partai, kelompok atau golongan. Selalu yang diceritakan bangsa dan negara. Sayangnya tugas tersebut belum sampai terlaksana, kemudian sudah wafat,” terangnya. Dalam mimpinya tersebut, Kiai Hasyim Asy’ari juga meminta agar seminggu kemudian, Gus Dur datang ke Jombang. Dan ternyata seminggu kemudian, ia meninggal dan dimakamkan di Jombang. “Ini saya denger langsung dari beliau,” katanya meyakinkan. (mkf) -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...
Re: [keluarga-islam] Jokowi : Ojo Dumeh, Ora Opo-Opo, I Don't Think About That ..
Ini kan seperti pisang kepok masak di karbit. Dimakan langsung, ternyata masih mentah, dibikin goreng pisang nggak enak, dibikin kolak masih juga mentah. Tapi nanti kalau diwawancara kan bisa jawabnya : Ai don ting ebout det. On Thursday, June 19, 2014 1:23 PM, Ade Hernowobroto hernowobr...@yahoo.ca [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Jokowi : Ojo Dumeh, Ora Opo-Opo, I Don't Think About That .. http://www.voa-islam.com/read/opini/2014/06/17/30985/jokowi-ojo-dumeh-ora-opoopo-i-dont-think-about-that/#sthash.X3uOI9pO.dpbs JAKARTA (voa-islam.com) - ‘Ojo Dumeh’, kosa kata bahasa Jawa, maksudnya ‘jangan mentang-mentang’. Jokowi yang sudah dipilih menjadi Gubernur DKI itu, maksudnya ‘Ojo Dumeh’, alias ‘jangan mentang-mentang’. Dia berjanji melaksanakan amanah rakyat DKI Jakarta yang memilih, dan tetap menjadi Gubernu selama lima tahun. Jokowi yang namanya bagaikan ‘meteor’ itu, karena media massa dan sosial, ternyata melanggar pantangan ‘Ojo Dumeh’. Jokowi tak amanah dan taat memegang janjinya. Jokowi tak tahan godaan kekuasaan. Amanah rakyat dia khianati. Seperti rakyat Solo dia khianati. Sekarang rakyat Jakarta yang menaruh harapan dia khianati juga. Jokowi ‘salting’ atau ‘jumping’ melompat, karena sudah meninggalkan falsafat Jawa ‘Ojo Dumeh’. Dia sudah tidak memiliki kearifan, dan kehilangan hati nurani. Mengeja nafsu ambisinya. Dia menjadi lupa. Silau. Tidak tahan menghadapi ‘covered’ media massa, media sosial, dan ‘pressure’ (desakan), oleh berbagai kepentingan. Jokowi tidak menjadi pribadi yang ‘genuine’ (alamiah) lagi. Jokowi terus mengikuti nafsunya terhadap kekuasaan. Dia terus mendekati Megawati ‘bos’ Banteng, yang sudah mulai ‘sepuh’ dan ‘udzur’. Jokowi seperti menerima ‘durian runtuh’, saat Mega menitahkannya menjadi calon presiden PDIP. Dengan sadar Jokowi berani menerima titah Mega, memikul beban berat, dan meninggalkan amanah. Inilah tipikal Jokowi. Dia tidak memiliki pribadi yang konsisten (istiqomah), dan berimpati kepada orang-orang yang sudah memberikan kepercayaan kepadanya. Jokowi berani mengambil peran figuran yang sangat ‘naif’, tetapi bangga dan menikmati di panggung ‘theater’ besar Indodnesia sebagai calon presiden. Semua mata rakyat Indonesia melihatnya, benarkah dia pemimpin sejati? Sejarah nanti yang menentukan nasibnya. Apakah seorang pemimpin sejati, atau hanyalah seorang pecundang yang haus kekuasaan? Jokowi telah berani berspekulasi dengan bermain dalam sebuah panggung ‘sandiwara’ besar, dan dia belum memiliki kapasitas bermain di panggung sejarah besar bangsa, karena memang tak memiliki modal. Tetapi, semua itu ditepisnya, dan tak berarti apa-apa, karena Jokowi sudah menjadi seorang yang ‘kepala batu’, dan berprinsip atau berfalsafah ‘Ora Opo-Opo’ (tidak apa-apa). Tidak lagi bisa menerima kritik. Hatinya, pendengarannya, dan matanya, semuanya sudah tertutup. Tertutup oleh nafsu ambsisi. Hatinya sudah mati. Karena sudah ditutupi oleh ambisinya. Dia hanya ada satu yang menjadi tujuannya yaitu : “Presiden Indonesia”. Tidak ada yang lain. Kekuasaan menjadi segalanya. Seakan dengan obsesinya itu, dia akan menjadi seorang pahlawan. Dia tahu semuanya yang terjadi atas dirinya, hanyalah sebuah rekayasa. Sebuah sebuah narasi ‘cerita’ besar tentang masa depan Indonesia, seperti yang diinginkan oleh orang-orang yang sekarang berada dibalik sosok Jokowi. Tangan-tangan yang tak ‘nampak’ mempersiapkan seb uah langkah besar, bagaimana menguasai Indonesia secara permanen, dan menggunakan figuran ‘Jokowi’. Inilah hakekatnya perebutan kekuasaan yang sekarang di jalin melalui pemilihan presiden 2014. Sebuah sirkulasi kekuasaan, dan hanya akan mengekalkan para pemilik modal, para penjajah yang ingin budak 250 rakyat Indonesia. Sayangnya Jokowi secara s adar mau dijadikan kuda ‘tunggangan’, dan telah kehilangan akal sehat -‘commonsense’. Tidak bisa lagi berfikir secara jernih. Membiarkan dirinya diarak-arak oleh kumpulan manusia di tengah-tengah arus perubahan yang terjadi. Dia larut dan membiarkannya situasi itu terus berjalan. Inilah yang akan menjadi sebuah malapetaka. Seharusnya, Jokowi bisa menilai dan mengukur dirinya secara jujur. Melakukan muhasabah (menghitung-hitung), layakah dirinya memikul tanggungjawab besar, memikul amanah 250 juta rakyat Indonesia? Disinilah pokok persoalannya. Jika dia sudah menjadi ‘batu’, ‘Ora Opo-Opor’. Dia tidak lagi bisa mengukur dirinya, kemampuannya, dan merasa bisa. Disinilah semua persoalan bermuara. Indonesia akan mengalami ‘disaster’ (bencana). Ada persoalan lebih serius lagi. Indonesia akan berinteraksi dengan masyarakat global. Posisi Indonesia yang secara geopolitik sangat strategis, karena letak posisi geografisnya, sumber alam yang dimilikinya, dan jumlah populasinya yang sangat besar. Indonesia merupakan negara ketiga populasi terbesar di dunia, sesudah Cina dan India. Indonesia akan memasuki milenium baru, abad baru dan dunia baru. Semua sudah berubah. Ini
Re: [keluarga-islam] Kenanglah Kemuliaan Walikota Tri Rismaharini Selamanya
Laksanakan amal ma'ruf nahi mungkar. Allahu Akbar. On Thursday, June 19, 2014 1:14 PM, Ade Hernowobroto hernowobr...@yahoo.ca [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Kenanglah Kemuliaan Walikota Tri Rismaharini Selamanya http://www.voa-islam.com/read/opini/2014/06/16/30951/kenanglah-kemuliaan-walikota-tri-rismaharini-selamanya/#sthash.F1NSQz2l.dpbs SURABAYA (voa-islam.com) - Berapa juta laki dan perempuan yang sudah melakukan zina di komplek pelacuran Dolly? Berapa banyak laki dan perempuan yang terkena penyakit kotor termasuk HIV? Berapa juta laki dan perempuan yang harus dihukum mati, di rajam, andai tegak hukum hudud (syariah Islam)? Laki dan perempuan yang melakukan zina, dan sudah menikah hukumannya dirajam (dilempari batu) sampai mati. Di dalam al-Qur’an tidak ada hukuman lain bagi pelaku zina, kecuali hukum rajam. Zina merupakan dosa besar (kabair), hampir sama dengan dosa syirik. Dolly sudah ada sejak zaman Belanda. Dolly nama mucikari pertama di komplek pelacuran terbesar di Asia Tenggara. Dolly perempuan Belanda yang menciptakan tempat zina itu. Bagaimana zina dijadikan kegiatan mencari ‘nafkah’? Zina menjadi aktifitas legal. Zina menjadi kebutuhan pokok, seperti makan dan minum. Tidak ada yang merasa hina dengan zina. Dalam hadist shahih, jika disatu tempat, terjadi perzinahan, maka empat puluh rumah sekeliling tempat terjadinya zina itu, maka akan dilaknat. Padahal, sejak zaman Belanda, orang beranak pinak di komplek pelacuran Dolly. Mereka mencari makan, hidup, bersama para pelacur. Ketika akan ditutup rakyat yang tinggal di komplek pelacuran Dolly itu menentang keras. PDIP menolak penutupan lokalisasi pelacuran Dolly. Betapa orang hidupnya bergantung kepada aktifitas kotor. Jual beli ‘lendir’. Sungguh sangat nista. Pernah, saat ada aturan yang ingin ditegakkan oleh pemerintah daerah Surabaya meliburkan Dolly, para pelacur melakukan aksi demo, menolak penutupan di bulan Ramadhan. Merka, mengecam para pejabat Pemda Surabaya yang ingin meliburkan para pelacur di bulan Ramadhan. Mereka menentang. Mereka berteriak, “Kami tidak mau melayani para pejabat, jika diliburkan di bula Ramadhan”, cetus para pelacur. Surabya sudah berganti entah berapa kali walikota. Tapi, tidak ada satupun walikota yang memiliki kemauan keras menutup komplek pelacuran Dolly. Ribuan perempuan di jadikan ‘budak’ oleh para mucikari. Mereka harus menyerahkan tubuhnya kepada setiap laki-laki. Terkadang seorang pelacur sampai harus melayani lima laki-laki. Dan, uang yang diperoleh para pelacur itu, tidak seimbang dengan pengorbanannya, dan tetap saja yang mendapatkan bagian yang besar mucikari. Mereka tidak dapat meninggalkan komplek Dolly, dan harus melakukan aktifitas kotor itu, sampai menemui hari tua. Penuturan Walikota Surabaya Tri Rismaharini sangat gamblang. Perempuan yang berwajah keras itu, sampai menangis, berkata terbata-bata, tidak sampai hati menceritakan pengalamannya bertemu dengan seorang pelacur tua. Bagaimana di usia yang sudah tidak muda lagi itu, mendapatkan pelanggan, tanya Risma. Itu pertanyaan Tri Rismaharini kepada pelacur tua yang hidup sebatang kara, di gubuk reot. Jawabannya sangat mengejutkan dan membuat yang mendengarkan pasti akan meneteskan air mata. Menurut Tri Rismaharini, ternyata para pelanggan pelacur tua itu, anak-anak sekolah SD dan SMP, dan membayar Rp1.000 atau Rp 2.000 rupiah. Tragis. Di Surabaya banyak tempat mangkal pelacur. Sebagian sudah ditutup oleh pemerintah daerah Surabya. Tinggal komplek Dolly yang belum ditutup. Dolly menjadi pusat pelacuran yang paling besar di Asia Tenggara. Setiap hari berlangsung zina, antara laki dengan pelacur. Ratusan pelacur setiap hari melayani laki-laki bejat. Berzina. Sungguh luar biasa. Kehidupan malam di Dolly sudah berlangsung sejak zaman Belanda. Terus berjalan. Tidak ada satupun pejabat yang berhasil mengakhiri kejahatan zina itu. Tri Rismaharini, perempuan paruh baya, memiliki jabatan sebagai Walikota, dan dengan jabatan atau kekuasaannya itu, digunakan mengakhiri sebuah perbuatan yang paling laknat di muka bumi, zina. Perzinahan yang dilakukan oleh ratusan orang setiap malam, bukan hanya satu orang. Sudah sejak zaman Belanda. Berapa tumpukkan dosa? Berapa banyak yang harus dirajam manusia-manusia laknat, laki dan perempuan yang sudah bergelimang dalam zina itu? Tri Rismaharini mengakhiri perbuatan terkutuk itu menjelang Ramadhan. Tri Rismaharini dengan ketulusannya berani mengambil keputusan penting dalam sejarah hidupnya sebagai wanita dan walikota. Di mana tidak pernah ada pejabat walikota sebelumnya yang berani mengambil resiko menutup Dolly. Sungguh mulia Tri Rismaharini. Kemuliaan Tri Rismaharini patut dikenang sepanjang sejarah kehidupan negeri ini. Menutup tempat yang memberikan laknat kepada negeri ini. Ini sejarah kehidupan yang harus terus dikenang jasa Tri Rismaharini selamanya. Wallahu’alam. - See more at:
Re: [keluarga-islam] Mengawasi Khotbah di Masjid
BAGAIMANA DENGAN JK SEBAGAI KEDUA DEWAN MASJID. APA PANTAS/MUNGKIN SEOLAH-OLAH JK TIDAK MENGETAHUI HAL INI . PERLU DIPERTANYAKAN. On Thursday, June 19, 2014 11:40 AM, Ade Hernowobroto hernowobr...@yahoo.ca [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Mengawasi Khotbah di Masjid http://www.republika.co.id/berita/kolom/fokus/14/06/17/n7b9q4-mengawasi-khotbah-di-masjid REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Supriyono Rencana tim sukses Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk merekam isi khutbah Jumat di masjid-masjid mengundang reaksi keras dari pelbagai kalangan. Umumnya mereka menolak tindakan itu dan menganggap langkah tersebut sebagai provokasi yang bisa menimbulkan gesekan di masyarakat. Adalah anggota tim sukses Jokowi-JK, Eva Kusuma Sundari, yang sempat mengutarakan hal itu. Eva mengaku telah memerintahkan kader partainya yang beragama Islam untuk melakukan aksi intelijen di masjid-masjid dengan merekam isi khutbah Jumat. Dia berdalih, kampanye hitam terhadap Jokowi-JK banyak terjadi di masjid. Kalau ada yang mengawasi dalam rangka melihat kebaikan atau bakat seseorang, tentu itu tidak menjadi masalah. Jika pengawasan itu terkait dengan hal yang buruk, siapa pun yang mengalaminya pasti merasa tak enak dan tidak senang. Ini pula yang mungkin dirasakan oleh para pengelola masjid, khotib, dan sebagian besar jamaah. Selama ini, isi ceramah atau khutbah Jumat di masjid-masjid nyaris tak terbatas. Tema apa saja bisa masuk: mulai dari masalah keluarga, lingkungan, moral, ibadah, hukum, korupsi, pendidikan, politik, dan sebagainya. Para khotib pun pasti punya batasan, apa saja yang bisa dan memungkinan untuk mereka sampaikan di depan jamaah shalat Jumat. Walau faktanya, ada saja khotib yang cara menyampaikan materi terasa berlebihan bagi sebagian pihak yang mendengarkannya. Terkait dengan pelaksanaan pemilu presiden yang akan digelar pada 9 Juli nanti, saya pikir tak perlu ada pembatasan bagi khotib untuk memilih tema dalam khutbahnya. Tema apa saja tetap layak untuk mereka sampaikan kepada umat, asal memang mengandung ajakan moral untuk melakukan hal yang lebih baik dalam menjalani kehidupan. Agak berbeda dengan pemikiran beberapa tokoh ternama, saya sepenuhnya tak setuju bila ada pihak yang menyarankan untuk membatasi agar para khotib tak bicara politik. Politik adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia. Apabila umat memiliki pemahaman yang baik tentang politik, tentu pada akhirnya akan berpengaruh pada kualitas kehidupan berpolitik, berdemokrasi, dan berbangsa secara umum. Ajakan untuk berpolitik secara santun, menjunjung tinggi etika serta kejujuran, menjauhi rasa dendam, dan menghindari tindak kekerasan merupakan nilai plus yang harus menjadi pegangan umat. Tak salah jika khotib membahas hal ini, termasuk pula mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan mengambil bagian dalam pemilu demi perbaikan kualitas kehidupan berbangsa. Tak keliru pula bila khotib juga mengajari masyarakat untuk memilih pemimpin yang baik sesuai kaidah Islam. Hal yang tak semestinya dilakukan oleh para khotib adalah mengajak masyarakat agar memilih calon presiden tertentu. Kalau ini yang terjadi, berarti sang khotib telah melakukan kampanye politik atau melakukan kegiatan politik praktis. Tak seharusnya memang masjid menjadi arena kampanye politik. Berkaitan dengan upaya melakukan pengawasan khutbah di masjid oleh tim sukses capres-cawapres tadi, sebaiknya tak usah kita hiraukan. Abaikan saja rencana dan gagasan itu jika benar akan dijalankan. Asal para khotib tidak berkampanye di masjid dan tidak melakukan fitnah (terhadap pasangan capres-cawapres), tak ada yang perlu dikhawatirkan. Bagi tim sukses capres-cawapres mungkin tak perlu harus melakukan pengawasan terhadap khutbah Jumat di masjid-masjid. Rencana dan tindakan itu hanya akan melukai hati umat. Tindakan itu sungguh kontraproduktif dan pada gilirannya hanya akan menimbulkan rasa antipati serta menjauhkan sang calon terhadap masyarakat pemilihnya. Padahal, semestinya tim sukses capres-cawapres melakukan upaya untuk mendekati dan mengambil hati khalayak atau pemilih. Mereka seharusnya menyadari, bahwa umat Islam merupakan jumlah terbesar di negeri ini. Melukai hati umat tentu bermakna menjauhi pemilik suara terbesar dalam pemilu kali ini. Seandainya rencana tersebut sudah menjadi keputusan tim sukses capres-cawapres, seharusnya itu tak hanya berlaku untuk khutbah di masjid. Biar ada keadilan, sudah pada tempatnya bila pengawasan juga dilakukan di tempat ibadah lainnya: gereja, vihara, pura, dan kelenteng. Walau begitu, tetap akan lebih baik kalau pengawasan itu tak dilakukan. Kalaupun ditemukan kampaye di masjid-masjid, tinggal laporkan saja hal tersebut pada Badan Pengawas Pemilu yang memang mendapat tugas untuk itu. Demikian pula jika ada fitnah dari khotib yang tersebar di arena masjid saat menjelang shalat Jumat, sudah pada tempatnyalah jika dilaporkan ke pihak
Re: [keluarga-islam] Jaya Suprana: Yang Nggak Mengagumi Gus Dur, Berarti “Something Wrong”
Mudah-mudahan yang SOMETHING WRONG MASUK MUSIUM MURI YA BOSS. On Tuesday, June 10, 2014 8:00 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Jaya Suprana: Yang Nggak Mengagumi Gus Dur, Berarti “Something Wrong” Bos Museum Rekor Indonesia (Muri) Jaya Suprana merupakan salah satu pengagum setia Gus Dur. Tak ada aspek khusus yang menonjol yang dikaguminya, semua yang ada pada diri Gus Dur sifatnya holistik. “Memang beliau layak dikagumi. Orang yang tidak mengagumi Gus Dur, berarti something wrong, ngak waras,” paparnya seusai diskusi di Gedung PBNU. Baginya, Gus Dur adalah orang yang holistik, bahkan ketunanetraanya merupakan salah satu keistemewaan, karena hal ini meningkatkan kepekaan batin. “Jadi setiap kelompok bisa menjadikan Gus Dur sebagai tokohnya, orang China, Perempuan atau lainnya karena dia tokoh yang kompleks sekali.” Bos Jamu Jago ini pertama kali bertemu secara fisik dengan Gus Dur pada pernikahan putri Arif Budiman, aktifis angkatan 66 yang kemudian mengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga dan kini di Universitas Melbourne. Buru-buru ia menegaskan, sebelum pertemuan tersebut, ia sudah mengagumi dari jauh. “Kelompok China, kalau ngak ada Gus Dur, posisinya habis itu,” tegasnya. Baginya, Gus Dur diturunkan ke dunia bukan hanya untuk umat Islam, tetapi untuk memberi kedamaian bagi semua orang. Istilah pejuang kemanusiaan baginya belum cukup, “Beliau mengajarkan kasih sayang.” Ia sendiri mengaku tidak memperhatikan aspek spiritual Gus Dur, baginya, aspek riil dari Gus Dur sudah luar biasa. Silahkan saja kalau warga NU menganggap beliau sebagai wali, tandasnya. [] (mukafi niam) -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...
Re: [keluarga-islam] Soal Babinsa, Tim Prabowo Tuding Keterlibatan Tim Jokowi
Pepatah mengatakan ayam berkokok tandanya bertelur atau maling teriak maling. On Tuesday, June 10, 2014 7:55 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: sebaiknya mbak nurul arifin ngurusin lumpur lapindo-nya ustadz ARB saja... :) salam hangat, ananto 2014-06-09 13:03 GMT+07:00 hernowobr...@yahoo.ca [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com: http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/08/269583409/Soal-Babinsa-Tim-Prabowo-Tuding-Keterlibatan-Tim-Jokowi Soal Babinsa, Tim Prabowo Tuding Keterlibatan Tim Jokowi TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara pasangan calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subiato-Hatta Rajasa, Nurul Arifin, membantah keterlibatan tim sukses Prabowo-Hatta dalam kasus bintara pembina desa. Ia justru balik menuding kasus ini dilakukan tim Jokowi-Jusuf Kalla. “Jangan-jangan ini maling teriak maling,” ujarnya ketika dihubungi, Minggu, 8 Juni 2014. Nurul mengatakan tudingan keterlibatan itu sulit dinalar lantaran tim sukses Prabowo-Hatta tidak memiliki infrastruktur untuk menggerakkan babinsa. “Kami tidak ada urusan dengan babinsa. Keterangan yang dilontarkan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Moeldoko hari ini juga membantah dugaan tersebut,” katanya. Kasus babinsa sempat membuat resah sejumlah warga Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Mereka mengaku diintimidasi petugas babinsa untuk memilih pasangan Prabowo-Hatta. Penyelidikan TNI menyimpulkan, ulah itu dilakukan anggota Kopral Satu Rusfandi. Ia dijatuhi hukuman penjara selama 21 hari dan penundaan pangkat. Menurut Nurul, isu ini sengaja diembuskan sebagai strategi untuk menjatuhkan citra lawan politik. Peristiwa itu tampak begitu sistematis, terlebih setelah kasus kebakaran posko Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di daerah Setiabudi, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. “Hasil evaluasi kami menganggap demikian,” tuturnya. RIKY FERDIANTO -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...
Re: [keluarga-islam] (Taushiyah of the Day) Pernyataan Ketum PBNU Terkait Pilpres 2014
Pernyataan yang NORMATIF aja, beda dilapangan On Tuesday, June 3, 2014 8:17 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Pernyataan Ketum PBNU Terkait Pilpres 2014 Senin, 02/06/2014 18:00 NU merupakan jam'iyyah diniyyah ijtima'iyyah, organisasi masyarakat keagamaan. Sejak awal didirikan oleh para Kyai, NU mengemban tugas besar menjaga, merawat, dan mengembangkan ajaran Islam ala Ahlissunnah wal Jama'ah di bumi Nusantara. Karenanya sudah teramat jelas bahwa NU tidak bertujuan meraih kekuasaan politik. Kalaupun harus menyebut istilah politik, maka politik NU adalah politik kebangsaan dan politik kerakyatan. NU menunjukkan bahwa jalan menuju kemaslahatan individual dan kolektif terbentang begitu banyak dan luas. Sementara kekuasaan politik praktis hanya sebagian saja dari berbagai jalan yang ada. Hingga sekarang dan kelak, NU secara tegas dan teguh memegang komitmen terhadap Khittah 1926 ini. Salah satu pelajaran penting dari Khittah 1926 ialah NU keluar dari batas-batas partai politik. NU meluaskan pandangan dan pengertian terhadap politik. Perluasan pandangan itu beranjak dari sebatas tukar guling kekuasaan meluas menjadi perjuangan kemaslahatan. Sejak mengemban amanah Ketua Umum PBNU, saya dengan sadar dan sengaja berusaha meneruskan komitmen Khittah 1926. NU bukan bagian dari partai politik apapun. Bukan bagian dari PDIP, GOLKAR, PD, GERINDRA, PKB, PPP, dan seterusnya. Bagi saya, Karena NU jauh lebih besar dari partai, justru di partai-partai itulah tersebar kader-kader NU. Indonesia pasca-reformasi yang antara lain ditandai dengan semangat desentralisasi atau otonomi daerah dibajak oleh penumpang gelap demokrasi. Pembajakan demokrasi di era otonomi itu membuat kekuasaan politik tersebar secara luas dan menyeret masyarakat sipil dalam godaan dan iming-iming duniawi yang tidak mudah dikendalikan. Dalam pusaran semacam itu, unsur-unsur dalam NU kerap diseret-seret untuk terlibat dalam arus kekuasaan politik praktis. Dari level nasional hingga daerah, kecenderungan ini terjadi secara sporadis. Kita tahu bahwa jumlah Nahdliyin, merujuk sejumlah survei akademik, survey pemerintah, dan survey intelijen, memang besar sekali secara demografis. Tidak heran jika Agenda semacam pemilihan kepala daerah, seringkali membuat Nahdliyyin dihitung sebatas sebagai penyumbang suara. Padahal, ini yang kerap dilupakan, besarnya jumlah warga Nahdliyyin merupakan akibat dari perjuangan keaswajaan yang berangkat dari kesadaran, bukan semata akibat dari politik praktis yang berangkat dari hasrat kekuasaan. Hari-hari ini, kita menyaksikan, proses menuju Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 begitu menyita perhatian. Sulit dipungkiri, NU kembali diseret-seret dalam proses tersebut. NU sebagai organisasi tidak layak diperalat untuk menjadi sekadar tim sukses. Yang didukung NU bukan sekadar kandidat, melainkan proses penyelenggaran pemilihan yang jujur, adil, dan bermartabat. Sikap PBNU jelas dan tegas, tidak berpolitik praktis. Tak satupun yang akan mendapat stempel NU. Kalaupun ada pihak-pihak yang membawa-bawa NU untuk dijadikan komoditas politik, sudah pasti itu tidak lebih dari sekadar klaim. Saya menghimbau warga NU untuk memilih pemimpin yang mampu menjadi solusi bagi Indonesia. Warga NU harus menggunakan hak pilih secara bertanggung jawab. Tanggung jawab itu terus berlangsung hingga setidaknya lima tahun mendatang. Baik buruknya bangsa ini, ada di tangan kita sendiri. Karena pemilihan presiden hanya merupakan satu tahap saja dari rangkaian pembangunan Indonesia, jauh lebih penting bagi PBNU untuk mengawal dan mengawasi pemerintahan terpilih. Saya akan berdiri di depan dan pasang badan jika presiden dan wakil presiden terpilih nanti tidak bekerja untuk kedaulatan rakyat. Jadi, tidak hanya 9 Juli yang penting, jauh lebih penting adalah hari-hari panjang sesudahnya. Jakarta, 1 Juni 2014 DR KH Said Aqil Siroj, MA Ketua Umum PBNU -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...
Re: [keluarga-islam] Kang Sobary: Bersikap Adil terhadap Jokowi
Ust Ananto, masih lebih baik diatur kiyai, dibanding diatur oleh orang yang nggak jelas agamanya. On Monday, May 26, 2014 8:41 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: mudah2an hatta rajasa nanti ga diatur kiai amien rais... salam, ananto 2014-05-24 14:07 GMT+07:00 Raflis amin aminraflis2...@yahoo.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com: Gimana nggak duatur, sudah dibawa ketek bu Mega kok. On Thursday, May 22, 2014 6:46 PM, 'andr...@nsk.com' andr...@nsk.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Yang paling penting kalo Pak Jokowi jadi presiden tidak diatur Bu Mega… From:keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com] Sent: Thursday, May 22, 2014 10:14 AM To: keluarga-islam Subject: Re: [keluarga-islam] Kang Sobary: Bersikap Adil terhadap Jokowi :) salam, ananto 2014-05-21 9:42 GMT+07:00 'catur suryo' zhoery...@yahoo.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com: NU dukung Prabowo Pak, yg dukung jokowi cuma Muhaimin beserta teman2 nya aja sedikit, akar rumput tetap bersama umat islam yg lain... http://m.inilah.com/read/detail/2101023/ketua-pbnu-dukung-prabowo-andil-pkb-ambrol Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Raflis amin aminraflis2...@yahoo.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com Sender: keluarga-islam@yahoogroups.com Date: Tue, 20 May 2014 19:33:49 -0700 (PDT) To: keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam@yahoogroups.com ReplyTo: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Kang Sobary: Bersikap Adil terhadap Jokowi BIASA KALAU NU SUDAH NYEMPLUNG YA MBELA DONG . NORMAL AJA SIFAT SEPERTI ITU. NGGAK HERAN KOK. On Wednesday, May 21, 2014 8:10 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Bersikap Adil terhadap Jokowi Oleh: Mohamad Sobary Kalau direnungkan secara jernih, dengan sikap egaliter dalam memandang orang lain, bagaimana bisa seorang warga negara biasa, yang sama dengan kita, tiba-tiba disalahkan secara ramai-ramai dan diminta bertanggung jawab atas suatu perkara yang bukan kesalahannya? Jokowi itu warga negara merdeka dan boleh tidak berpikir mengenai apa yang berada di luar domain politik yang ruwet ini. Dilihat dari sikap, pemikiran, gaya hidup, dan ungkapan-ungkapan kebahasaannya, kita tahu ia hidup tanpa pretense yang bukan-bukan. Pernahkah ia (seharusnya “beliau”) menginginkan kita menjadikannya political hero di tengah suasana politik yang sumpek, macet-cet, bau busuk korupsi besar-besaran, tanpa kesegaran, dan tanpa jalan keluar ini? Tidak. Ia tak pernah berambisi menjadi apa yang bukan dirinya. Ia belum cukup pengalaman untuk berlagak sok pemimpin. Keluguannya otentik dan tulus. Keluguan macam itu mahalnya minta ampun. Ini sikap, gaya hidup, dan karakter yang tak terbeli dan memang tak dijual. Pernahkah Jokowi membujuk-bujuk orang banyak agar mereka begitu antusias menyayanginya, sampai pada tingkat histeris seperti yang terjadi belakangan ini? Tidak. Ia tak pernah berbuat senista itu. Hal-hal seperti itu hanya bisa dilakukan para tokoh politik yang tua-tua, yang kenyang kemegahan masa lalu dan masih ingin menikmatinya terus menerus. Apakah semua fenomena yang terjadi di media, yang begitu hiruk pikuk itu, “buatan” Jokowi? Bukan. Histeria massa yang terjadi di lapis bawah dalam masyarakat kita itu, niscaya tak akan sampai seluas itu kalau orang-orang media tidak ikut “histeris” dan haus akan pahlawan pujaan. Kekuatan besar yang membuat ini semua adalah media. Apakah Jokowi pernah berharap agar dia diperlakukan seperti orang suci dalam politik? Atau sejenis “pahlawan” yang baru tampil? Tidak. Jokowi itu sebuah kitab terbuka. Kita bisa membaca apa yang tertulis di luar, kata-katanya, tindakannya, bahasa tubuhnya, senyumnya, niscaya sama dengan apa yang tertulis di dalam, yang berhubungan dengan isi hatinya, cita-citanya, dan aspirasinya. Ia tak menyembunyikan suatu keculasan, atau kelicikan. Bagaimana ia bisa melejit seperti roket dalam waktu pendek dan begitu berwibawa di mata para pengagumnya, sehingga semua kritik kepadanya dilawan habis oleh pengagum-pengagum fanatik itu? Patut dicatat, ini bukan salah Jokowi. Bukan pula manipulasi politik untuk membius para pengagum. Fanatisme yang begitu meluas, hampir secara dadakan ini, bisa ditelusuri latar belakang psikologi politiknya. Kita tahu, semua politikus di Jakarta, yang mapan-mapan tadi, tampil dengan gaya kelas atas yang tak nyambung dengan gaya rakyat pada umumnya. Jokowi kebalikannya; ia mewakili tampang rakyat jelata dan dengan sendirinya dipuja-puja. Itu matematika politik biasa. Puja-memuja ini salah atau benar, itu soal lain. Itu isu politik lain. Namun, mengenai gaya konvensional, sok kelas atas, ke mana-mana berseragam tapi kadang berlagak populis, ini parah
Re: [keluarga-islam] Kang Sobary: Bersikap Adil terhadap Jokowi
Gimana nggak duatur, sudah dibawa ketek bu Mega kok. On Thursday, May 22, 2014 6:46 PM, 'andr...@nsk.com' andr...@nsk.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Yang paling penting kalo Pak Jokowi jadi presiden tidak diatur Bu Mega… From:keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com] Sent: Thursday, May 22, 2014 10:14 AM To: keluarga-islam Subject: Re: [keluarga-islam] Kang Sobary: Bersikap Adil terhadap Jokowi :) salam, ananto 2014-05-21 9:42 GMT+07:00 'catur suryo' zhoery...@yahoo.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com: NU dukung Prabowo Pak, yg dukung jokowi cuma Muhaimin beserta teman2 nya aja sedikit, akar rumput tetap bersama umat islam yg lain... http://m.inilah.com/read/detail/2101023/ketua-pbnu-dukung-prabowo-andil-pkb-ambrol Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Raflis amin aminraflis2...@yahoo.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com Sender: keluarga-islam@yahoogroups.com Date: Tue, 20 May 2014 19:33:49 -0700 (PDT) To: keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam@yahoogroups.com ReplyTo: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Kang Sobary: Bersikap Adil terhadap Jokowi BIASA KALAU NU SUDAH NYEMPLUNG YA MBELA DONG . NORMAL AJA SIFAT SEPERTI ITU. NGGAK HERAN KOK. On Wednesday, May 21, 2014 8:10 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Bersikap Adil terhadap Jokowi Oleh: Mohamad Sobary Kalau direnungkan secara jernih, dengan sikap egaliter dalam memandang orang lain, bagaimana bisa seorang warga negara biasa, yang sama dengan kita, tiba-tiba disalahkan secara ramai-ramai dan diminta bertanggung jawab atas suatu perkara yang bukan kesalahannya? Jokowi itu warga negara merdeka dan boleh tidak berpikir mengenai apa yang berada di luar domain politik yang ruwet ini. Dilihat dari sikap, pemikiran, gaya hidup, dan ungkapan-ungkapan kebahasaannya, kita tahu ia hidup tanpa pretense yang bukan-bukan. Pernahkah ia (seharusnya “beliau”) menginginkan kita menjadikannya political hero di tengah suasana politik yang sumpek, macet-cet, bau busuk korupsi besar-besaran, tanpa kesegaran, dan tanpa jalan keluar ini? Tidak. Ia tak pernah berambisi menjadi apa yang bukan dirinya. Ia belum cukup pengalaman untuk berlagak sok pemimpin. Keluguannya otentik dan tulus. Keluguan macam itu mahalnya minta ampun. Ini sikap, gaya hidup, dan karakter yang tak terbeli dan memang tak dijual. Pernahkah Jokowi membujuk-bujuk orang banyak agar mereka begitu antusias menyayanginya, sampai pada tingkat histeris seperti yang terjadi belakangan ini? Tidak. Ia tak pernah berbuat senista itu. Hal-hal seperti itu hanya bisa dilakukan para tokoh politik yang tua-tua, yang kenyang kemegahan masa lalu dan masih ingin menikmatinya terus menerus. Apakah semua fenomena yang terjadi di media, yang begitu hiruk pikuk itu, “buatan” Jokowi? Bukan. Histeria massa yang terjadi di lapis bawah dalam masyarakat kita itu, niscaya tak akan sampai seluas itu kalau orang-orang media tidak ikut “histeris” dan haus akan pahlawan pujaan. Kekuatan besar yang membuat ini semua adalah media. Apakah Jokowi pernah berharap agar dia diperlakukan seperti orang suci dalam politik? Atau sejenis “pahlawan” yang baru tampil? Tidak. Jokowi itu sebuah kitab terbuka. Kita bisa membaca apa yang tertulis di luar, kata-katanya, tindakannya, bahasa tubuhnya, senyumnya, niscaya sama dengan apa yang tertulis di dalam, yang berhubungan dengan isi hatinya, cita-citanya, dan aspirasinya. Ia tak menyembunyikan suatu keculasan, atau kelicikan. Bagaimana ia bisa melejit seperti roket dalam waktu pendek dan begitu berwibawa di mata para pengagumnya, sehingga semua kritik kepadanya dilawan habis oleh pengagum-pengagum fanatik itu? Patut dicatat, ini bukan salah Jokowi. Bukan pula manipulasi politik untuk membius para pengagum. Fanatisme yang begitu meluas, hampir secara dadakan ini, bisa ditelusuri latar belakang psikologi politiknya. Kita tahu, semua politikus di Jakarta, yang mapan-mapan tadi, tampil dengan gaya kelas atas yang tak nyambung dengan gaya rakyat pada umumnya. Jokowi kebalikannya; ia mewakili tampang rakyat jelata dan dengan sendirinya dipuja-puja. Itu matematika politik biasa. Puja-memuja ini salah atau benar, itu soal lain. Itu isu politik lain. Namun, mengenai gaya konvensional, sok kelas atas, ke mana-mana berseragam tapi kadang berlagak populis, ini parah. Kecuali gaya itu memuakkan rakyat pada umumnya, sikap populis tadi tidak matching sama sekali dengan penampilan mereka. Ini kemunafikan politik. Tidak Adil Kita tahu, kemunafikan umum sudah tak bisa disembunyikan lagi. Rakyat tahu itu semua. Tokoh-tokoh bicara pemberantasan korupsi, antikorupsi. Namun, pada saat yang sama mereka korup luar biasa. Orang merasa menemukan obat yang baik. Obat itu Jokowi. Pilihan baru
Re: [keluarga-islam] NU Mendayung antara Masyumi dan PKI
SEKARANG NYEMPLUNG DI PDI On Wednesday, May 21, 2014 8:14 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: NU Mendayung antara Masyumi dan PKI Sewaktu NU mengadakan Muktamar ke-20 di Medan Desember 1956 lalu, daerah itu sedang bergolak akibat tindakan yang dilakukan oleh Dewan Gajah pimpinan Kol. Simbolon. Di Sumatera Barat, Dewan Banteng pimpinan Kol. Ahmad Husein juga melakukan tindakan sama, sehingga Muktamar berlangsung di bawah dentuman meriam dan tekanan bayonet. Untungnya semua hambatan bisa diatasi. Muktamar selesai dengan lancar, meski beberapa peserta termasuk Idham Cholid dan Djamaluddin Malik sempat tertahan. Selesai Muktamar, NU dikejutkan lagi dengan rencana Masyumi untuk menarik para menterinya di kabinet. NU berusaha keras membujuknya agar Masyumi tetap bertahan di kabinet, sebab kalau posisi itu ditinggalkan, maka akan diduduki PKI. Nasehat NU tidak digubris. Masyumi tetap keukeuh menarik diri dari kabinet sehingga mengakibatkan Ali-Rum-Idham bubar. Mengingat keadaan negara waktu itu sedang genting, maka Presiden Soekarno pada 14 Maret 1957 mengumumkan negara dalam keadaan bahaya (SOB). Padahal saat itu sangat dibutuhkan keamanan mengingat para wakil rakyat di Konstituante sedang giatnya menyusun Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Dengan demikian, kehidupa sosial politik menjadi terganggu. Seluruh peraturan normal tidak berjalan lagi dalam mengatur kehidupan Negara. Persis tengah malam pada 15 Februari 1958, Kiai Wahab terkejut bukan main mendengar Masyumi bergabung dengan pemberontak Dewan Banteng dan Dewan Gajah yang memproklamirkan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Tanpa menunggu waktu lama, Rais Aam PBNU itu segera mengutus santrinya untuk memanggil Ketua Umum PBNU KH Idham Chalid dan yang lainnya untuk melakukan koordinasi. Ketika mendapat panggilan dari Rois Aam, tanpa berpikir panjang Idham Cholid segera bangun dan bergegas berangkat. Tentu saja isterinya kaget di tengah malam seperti itu sang kiai hendak pergi. Idham hanya bilang pada isterinya, “Saya sedang mendapatkan tugas dari Pangti (Panglima Tertinggi),” demikian Idham biasa menyebut Rais Aam. Sang isteri segera mafhum terhadap watak Pangti-NU yang cerdik dan tak kenal lelah itu sehingga membiarkan suaminya pergi. Ketika sampai di rumahnya, ternyata di sana telah berkumpul beberapa orang. Kiai Wahab segera menyambut Idham Chalid dan berkata, “Celaka Masyumi melakukan pemberontakan dan membentuk pemerintahan sendiri dengan cara kekerasan dengan memproklamirkan PRRI di Sumatera Barat” “Wah ini sudah jelas bughot, tidak bisa dibenarkan, lalu apa yang mesti kita lakukan Kiai?” tanya Idham Cholid “Kita harus segera membuat statement (pernyataan/sikap), agar tidak didahului oleh kelompok Syuyuiyin (PKI), karena PKI akan memanfaatkan peristiwa ini untuk menggebuk Masyumi dan umat Islam semuanya. Karena itu, kita mengeluarkan pernyataan sikap ini dengan dua tujuan. Pertama, agar PKI tahu bahwa tidak semua umat Islam setuju dengan pemberontakan PRRI. Kedua, agar dunia internasional jangan sampai menganggap bahwa pemerintah pusat sudah sepenuhnya dikuasasi PKI, sebagaimana dipropagandakan Masyumi dan PSI untuk menggalang dukungan internasional” tandas Kiai Wahab dengan yakin. “Kapan statement kita keluarkan” tanya Kiai Idham “Malam ini kita rapat untuk menyusun draftnya, besok pagi sudah harus diumumkan.” Jawab kiai Wahab tegas, layaknya seorang Pangti. Walaupun NU selalu bergandengan tangan dengan Masyumi, tetapi soal pemberontakannya tetap tidak setuju. Bagi NU, Masyumi merupakan mitra penting dalam menghadapi PKI. Karena itu ketika Masyumi dibubarkan tahun 1960, akibat pemberontakan PRRI itu, NU merasa sangat kehilangan mitra perjuangan, sehingga NU berjuang sendiri melawan PKI dalam Kabinet dan Nasakom. Tetapi sejarawan berbicara lain. NU dituduh ikut mendorong pembubaran Masyumi, kemudian dituduh oportunis karena ikut masuk dalam pemerintahan Bung Karno. Padahal di sana NU tidak hanya bertopang dagu menikmati kekuasaan, melainkan berjuang sendirian menyelamatkan Islam, menyelamatkan negara dan termasuk menyelamatkan Bung Karno dari cengkeraman PKI. [] (Abdul Mun’im DZ) -- http://harian-oftheday.blogspot.com/ ...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama...
Re: [keluarga-islam] Kang Sobary: Bersikap Adil terhadap Jokowi
BIASA KALAU NU SUDAH NYEMPLUNG YA MBELA DONG . NORMAL AJA SIFAT SEPERTI ITU. NGGAK HERAN KOK. On Wednesday, May 21, 2014 8:10 AM, Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam] keluarga-islam@yahoogroups.com wrote: Bersikap Adil terhadap Jokowi Oleh: Mohamad Sobary Kalau direnungkan secara jernih, dengan sikap egaliter dalam memandang orang lain, bagaimana bisa seorang warga negara biasa, yang sama dengan kita, tiba-tiba disalahkan secara ramai-ramai dan diminta bertanggung jawab atas suatu perkara yang bukan kesalahannya? Jokowi itu warga negara merdeka dan boleh tidak berpikir mengenai apa yang berada di luar domain politik yang ruwet ini. Dilihat dari sikap, pemikiran, gaya hidup, dan ungkapan-ungkapan kebahasaannya, kita tahu ia hidup tanpa pretense yang bukan-bukan. Pernahkah ia (seharusnya “beliau”) menginginkan kita menjadikannya political hero di tengah suasana politik yang sumpek, macet-cet, bau busuk korupsi besar-besaran, tanpa kesegaran, dan tanpa jalan keluar ini? Tidak. Ia tak pernah berambisi menjadi apa yang bukan dirinya. Ia belum cukup pengalaman untuk berlagak sok pemimpin. Keluguannya otentik dan tulus. Keluguan macam itu mahalnya minta ampun. Ini sikap, gaya hidup, dan karakter yang tak terbeli dan memang tak dijual. Pernahkah Jokowi membujuk-bujuk orang banyak agar mereka begitu antusias menyayanginya, sampai pada tingkat histeris seperti yang terjadi belakangan ini? Tidak. Ia tak pernah berbuat senista itu. Hal-hal seperti itu hanya bisa dilakukan para tokoh politik yang tua-tua, yang kenyang kemegahan masa lalu dan masih ingin menikmatinya terus menerus. Apakah semua fenomena yang terjadi di media, yang begitu hiruk pikuk itu, “buatan” Jokowi? Bukan. Histeria massa yang terjadi di lapis bawah dalam masyarakat kita itu, niscaya tak akan sampai seluas itu kalau orang-orang media tidak ikut “histeris” dan haus akan pahlawan pujaan. Kekuatan besar yang membuat ini semua adalah media. Apakah Jokowi pernah berharap agar dia diperlakukan seperti orang suci dalam politik? Atau sejenis “pahlawan” yang baru tampil? Tidak. Jokowi itu sebuah kitab terbuka. Kita bisa membaca apa yang tertulis di luar, kata-katanya, tindakannya, bahasa tubuhnya, senyumnya, niscaya sama dengan apa yang tertulis di dalam, yang berhubungan dengan isi hatinya, cita-citanya, dan aspirasinya. Ia tak menyembunyikan suatu keculasan, atau kelicikan. Bagaimana ia bisa melejit seperti roket dalam waktu pendek dan begitu berwibawa di mata para pengagumnya, sehingga semua kritik kepadanya dilawan habis oleh pengagum-pengagum fanatik itu? Patut dicatat, ini bukan salah Jokowi. Bukan pula manipulasi politik untuk membius para pengagum. Fanatisme yang begitu meluas, hampir secara dadakan ini, bisa ditelusuri latar belakang psikologi politiknya. Kita tahu, semua politikus di Jakarta, yang mapan-mapan tadi, tampil dengan gaya kelas atas yang tak nyambung dengan gaya rakyat pada umumnya. Jokowi kebalikannya; ia mewakili tampang rakyat jelata dan dengan sendirinya dipuja-puja. Itu matematika politik biasa. Puja-memuja ini salah atau benar, itu soal lain. Itu isu politik lain. Namun, mengenai gaya konvensional, sok kelas atas, ke mana-mana berseragam tapi kadang berlagak populis, ini parah. Kecuali gaya itu memuakkan rakyat pada umumnya, sikap populis tadi tidak matching sama sekali dengan penampilan mereka. Ini kemunafikan politik. Tidak Adil Kita tahu, kemunafikan umum sudah tak bisa disembunyikan lagi. Rakyat tahu itu semua. Tokoh-tokoh bicara pemberantasan korupsi, antikorupsi. Namun, pada saat yang sama mereka korup luar biasa. Orang merasa menemukan obat yang baik. Obat itu Jokowi. Pilihan baru dan alternatif yang dianggap baik itu ternyata tidak mampu mengangkat perolehan suara PDIP dalam pileg lalu. Semua orang, ahli-ahli politik dan para politikus, ramai-ramai menyalahkan Jokowi. Begitu juga media. Mereka semua sama emosionalnya dengan rakyat yang menjagokan Jokowi. Jokowi yang “turba” ke mana-mana, dadakan, mengejutkan, dan berkomunikasi dengan rakyat dalam bahasa rakyat, beberapa waktu lalu “dipuja-puja”, dianggap hebat, dan otentik. Ketika terbukti tak berpengaruh terhadap perolehan suara PDIP, ada pengamat yang menyalahkannya. Katanya tak sama dengan Bung karno. Ini sikap tidak konsisten. Dulu, ia diam saja dan mungkin ikut “memuja” Jokowi. Sekarang menyalahkan pengaruhnya yang tak terasa bagi PDIP, lalu membandingkannya dengan Bung Karno. Ini tidak adil. Bung Karno tak usah dibawa-bawa. Semua orang tak akan pernah sebanding dengan beliau. Mbak Mega menjagokannya, tidak salah. Pertama, ada gelombang besar dalam PDIP, yang bergabung secara nasional, membangun suatu aliansi pendukung Jokowi. Kalau aspirasi anak-anaknya sudah begitu, apa salah kalau Mbak Mega mengabulkannya? Munculnya Jokowi diduga sebagai jalan keluar politik yang baik. Semua, dalam lingkungan PDIP, kurang lebih berharap sama.