RE: [keluarga-islam] Sunnah dan Bid'ah (4)

2006-07-23 Terurut Topik Firli Purnandi










Ass,



Maaf jika
komentar saya agak membingungkan karena saya juga bingungmgkn karena Ilmu saya
yang masih tipis..



Kalau melihat isi ayat dibawah ini



... Pada hari ini telah kusempurnakan
untuk kamu agamamu(al-Maidah:3)



Kenapa ya dari zaman dahulu.selalu ada
pertentangan

Apa benar perbedaan tersebut berujung untuk
mencari pengaruh/kekuasaansebab ujung2nya akan ada partai yang membelakangi faham
tersebut contohnya aja kalau kita lihat ada partai PKS,Muhammadiyah,NU Dll 

Dan kalau enggak salah pertentangan ini sudah
terjadi ribuan tahun yang lalu..

Kalau kita mau jujur, setelah rosul ALLAH
Muhammad S.A.W wafat. Para sahabat pun juga berbeda2 dalam memberikan
risalah2nyadan tidak jarang perbedaan tersebut berakhir dengan kekerasan.
Kalau gak salah cucu Rosul Hasan dan husein juga terbunuh.

Kalau menurut saya sih.Biar lah ALLAH yang
memberikan hidayah atas suatu kesalahan.

Jangan
kita berprasangka buruk atas apa yang dilakukan seseorang, karena itu tadi akan
muncul rasa Ego atas suatu kebenaran..yang mungkin belum tentu benar (arti
secara tersirat) apalagi sampai ada kata2 Bidah.



Saya
tertarik dengan pengalaman saya sebagai kuli disalah satu perusahaan chemical.
Pada saat tertentu saya harus memakai alat pelinndung diri yang menutupi semua
badan saya. Dari ujung kaki sampai rambut sampai ujung kaki, Kalau dilihat
salah satu hadist yang melarang memakai kain sampai dibawah mata kaki maka saya
akan kena bidah karena kain/baju
yang saya gunakan tsb 



Lucu ya.disatu
sisi kita sering melakukan bidah, tapi disi lain kita hidup dari cara2 yang
bidah.



Mohon
pencerahannya mengenai ini Pak., maaf jika pernyataan saya membingungkan
karena saya juga lagi bingung



Wassalam


Ilmu merupakan
harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan
bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan
membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah
sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala
berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak
tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang
engkau mampu. 





__._,_.___





Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.








   



  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "keluarga-islam" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  






__,_._,___





[keluarga-islam] Sunnah dan Bid'ah (4)

2006-07-19 Terurut Topik wandy sulastra



Mari kita memperhatikan ciri-ciri bid’ah berdasarkan definisi dari as-Syathibi,Bid’ah Meniru Jalan Syari’at  ---  Ada banyak hal yang yang diciptakan manusia dalam agama yang tidak mempunyai sandaran dan dasar dalam syari’at. Hanya saja ia mempunyai sisi kemiripan dengan suatu ajaran syari’at. Karena bentuknya yang menyerupai ibadah dan meniru jalan syariat, maka hal inilah yang dianggap baik oleh para pembuat bid’ah dan para pengikut bid’ah. Jadi sisi kemiripannya ini yang kemudian mereka menganggapnya baik, sedang jika jelas-jelas berbeda dengan syari’at tentu mereka akan menolaknya.Bid’ah Bersikap berlebih-lebihan dalam Beribadah  -  Maksud berlebih-lebihan ini adalah biasanya mereka yang membuat praktek bid’ah melakukan hal itu dengan tujuan untuk berlebih-lebihan dalam ber-taqarrub kepada Allah SWT. Mereka merasa tidak puas dengan apa yang telah dajarkan syari’at.Apakah niat baik itu dapat menjustifikasi tindakan mereka? Tentu saja tidak. Karena telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam masalah ibadah, kita harus melengkapi dua hal yaitu niat yang ikhlas dan mutaba’ah (beribadah dengan mengikuti cara yang diajarkan Rasulullah saw). Jadi sebenarnya ukuran dan karakteristik ibadah yang benar amatlah jelas, yaitu HARUS mengikuti tuntunan Rasulullah saw. Ibadah yang menyimpang dan atau tidak seperti apa yang diajarkan Rasulullah inilah yang dsebut bid’ah. Bid’ah dengan pengertian seperti inilah yang dikatakan sesat sebagaimana disinyalir oleh Hadits “setiap bid’ah adalah sesat”.Macam Bid’ah Menurut Ulama dan Pengertiannya Yang Tepat  ---  Ada ulama yang membagi bid’ah menjadi dua macam, yaitu bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah. Ada juga Ulama yang membagi bid’ah menjadi lima seperti halnya hukum syari’at yaitu bid’ah wajibah, bid’ah mustahabbah, bid’ah makruhah, bid’ah muharromah dan bid’ah
 mubahah.Pendapat-pendapat tersebut sebenarnya berakhir dan bertemu pada muara yang sama. Pembagian-pembagian tersebut merupakan pembagian bid’ah dalam pengertian lughowi (etimologis), bukan dalam pengertian terminologi syar’i sebagaimana yang menjadi pokok bahasan kita. Hal ini dapat kita lihat dari contoh-contoh yang ditunjukan oleh para ulama dalam membagi bid’ah tersebut.Sungguh tidak tepat jika kita mengartikan bahwa pembagian bid’ah yang bermacam-macam tersebut merupakan maksud dari pengertian bid’ah secara syar’i. Tidaklah mungkin sesuatu yang wajib atau mustahabah (dianjurkan) dalam syari’at itu lantas dikatakan bid’ah. Yang terbaik adalah kita berpedoman pada hadits syarif yang diungkapkan dengan redaksi yang demikian jelas, yaitu “Karena SETIAP bid’ah adalah sesat”. Dan pengertian bid’ah yang dimaksudkan pada hadits ini adalah sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Imam Asy-Syathibi.“Mengapa Islam Bersikap Keras Dalam Masalah Bid’ah?”  -  Mengapa Rasulullah saw memberikan peringatan yang amat keras dalam masalah bd’ah, menilainya sebagai kesesatan, dan pelakunya diancam akan dimasukkan ke neraka?   
 Berikut ni adalah beberapa alasannya:1.Pembuat dan pelaku bid’ah tanpa disadari telah mengangkat dirinya sebaga pembuat syariat baru, sehingga menjadi sekutu bagi Allah SWT. Karena hak membuat syariat hanyalah milik Allah SWT semata. Tndakan membuat syarat baru adalah tindakan yang amat berbahaya dan tidak diizinkan oleh Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt:artinya: “Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (asy-Syuura:21)Orang yang membuat bid’ah meletakan dirinya seakan-akan pihak yang berwenang menetapkan hukum dan menjadi sekutu bagi Allah swt dan dia mengoreksi apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui
 Rasul-Nya.2. Pembuat bid’ah memandang agama tidak lengkap dan bertujuan melengkapinya. Padahal Allah telah menyempurnakan agama secara lengkap, Dia berfirman:“… Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu
 agamamu….”(al-Maidah:3)Oleh karena itu Ibnu Majisyun meriwayatkan dari Imam Malik bahwa dia berkata “Siapa yang telah membuat praktek bid’ah dalam agama Isla mdan ia melihatnya sebagai suatu tindakan yang baik, berarti ia telah menuduh Nabi Muhammad telah mengkhianati risalah. Karena Allah SWT berfirman… (al maidah:3). Jika saat itu agama Islam belum lengkap niscaya saat ini tidak ada agama Islam itu”Oleh karena itu, para sahabat dan para Imam setelah mereka, amat memerangi praktek bid’ah karena hal itu berarti menuduh agama Islam tidak lengkap dan menuduh Rasulullah saw telah berbuat khianat.3. Praktek Bid’ah mempersulit agama dan menghilangkan sifat kemudahannya. Agama yang disyariatkan oleh Allah SWT pada dasarnya bersifat mudah dan Allah SWT juga mengutus nabi-Nya dengan “hanifiah samhah” (agama
 yang orisinil dan 

RE: [keluarga-islam] Sunnah dan Bid'ah (4)

2006-07-19 Terurut Topik Radiansyah










Kang Wandy, kalau boleh, mohon
diberi contoh amalan sehari2 yg kita jumpai dimasyarakat
yg termasuk bidah.

Makasih sebelumnya .

Wassalam 



-Original Message-
From:
keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of wandy sulastra
Sent: Thursday, July 20, 2006
11:32 AM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] Sunnah
dan Bid'ah (4)





Mari kita memperhatikan ciri-ciri bidah
berdasarkan definisi dari as-Syathibi,











Bidah Meniru Jalan
Syariat





---





Ada banyak hal yang
yang diciptakan manusia dalam agama yang tidak mempunyai sandaran dan dasar
dalam syariat. Hanya saja ia mempunyai sisi kemiripan dengan suatu
ajaran syariat. Karena bentuknya yang menyerupai ibadah dan meniru jalan
syariat, maka hal inilah yang dianggap baik oleh para pembuat bidah dan
para pengikut bidah. Jadi sisi kemiripannya ini yang kemudian mereka
menganggapnya baik, sedang jika jelas-jelas berbeda dengan syariat tentu
mereka akan menolaknya.











Bidah Bersikap
berlebih-lebihan dalam Beribadah





-





Maksud berlebih-lebihan ini adalah biasanya mereka
yang membuat praktek bidah melakukan hal itu dengan tujuan untuk
berlebih-lebihan dalam ber-taqarrub kepada Allah SWT. Mereka merasa tidak puas
dengan apa yang telah dajarkan syariat.











Apakah niat baik itu dapat menjustifikasi tindakan
mereka? Tentu saja tidak. Karena telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam
masalah ibadah, kita harus melengkapi dua hal yaitu niat yang ikhlas dan mutabaah (beribadah dengan
mengikuti cara yang diajarkan Rasulullah saw). Jadi sebenarnya ukuran dan
karakteristik ibadah yang benar amatlah jelas, yaitu HARUS mengikuti tuntunan
Rasulullah saw. Ibadah yang menyimpang dan atau tidak seperti apa yang diajarkan
Rasulullah inilah yang dsebut bidah. Bidah dengan pengertian
seperti inilah yang dikatakan sesat sebagaimana disinyalir oleh Hadits
setiap bidah adalah sesat.











Macam Bidah
Menurut Ulama dan Pengertiannya Yang Tepat





---





Ada ulama yang membagi bidah menjadi dua macam,
yaitu bidah hasanah dan bidah sayyiah. Ada juga Ulama yang
membagi bidah menjadi lima seperti halnya hukum syariat yaitu
bidah wajibah, bidah mustahabbah, bidah makruhah,
bidah muharromah dan bidah mubahah.











Pendapat-pendapat tersebut sebenarnya berakhir dan
bertemu pada muara yang sama. Pembagian-pembagian tersebut merupakan pembagian
bidah dalam pengertian lughowi (etimologis), bukan dalam pengertian
terminologi syari sebagaimana yang menjadi pokok bahasan kita. Hal ini
dapat kita lihat dari contoh-contoh yang ditunjukan oleh para ulama dalam
membagi bidah tersebut.











Sungguh tidak tepat jika kita mengartikan bahwa
pembagian bidah yang bermacam-macam tersebut merupakan maksud dari
pengertian bidah secara syari. Tidaklah mungkin sesuatu yang
wajib atau mustahabah (dianjurkan) dalam syariat itu lantas dikatakan
bidah. Yang terbaik adalah kita berpedoman pada hadits syarif yang
diungkapkan dengan redaksi yang demikian jelas, yaitu Karena SETIAP
bidah adalah sesat. Dan pengertian bidah yang dimaksudkan
pada hadits ini adalah sebagaimana yang
telah didefinisikan oleh Imam Asy-Syathibi.











Mengapa Islam
Bersikap Keras Dalam Masalah Bidah?





-





Mengapa Rasulullah saw memberikan peringatan yang amat
keras dalam masalah bdah, menilainya sebagai kesesatan, dan pelakunya
diancam akan dimasukkan ke neraka?











Berikut ni adalah beberapa alasannya:











1.Pembuat dan pelaku
bidah tanpa disadari telah mengangkat dirinya sebaga pembuat syariat
baru, sehingga menjadi sekutu bagi Allah SWT. Karena
hak membuat syariat hanyalah milik Allah SWT semata. Tndakan membuat syarat
baru adalah tindakan yang amat berbahaya dan tidak diizinkan oleh Allah swt.
Sebagaimana firman Allah swt:











artinya: Apakah mereka mempunyai
sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang
tidak diizinkan Allah? (asy-Syuura:21)











Orang yang membuat bidah meletakan dirinya
seakan-akan pihak yang berwenang menetapkan hukum dan menjadi sekutu bagi Allah
swt dan dia mengoreksi apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui
Rasul-Nya.











2. Pembuat bidah
memandang agama tidak lengkap dan bertujuan melengkapinya.
Padahal Allah telah menyempurnakan agama secara lengkap, Dia berfirman:











 Pada hari ini telah kusempurnakan untuk
kamu agamamu.(al-Maidah:3)











Oleh karena itu Ibnu Majisyun meriwayatkan dari Imam
Malik bahwa dia berkata Siapa yang telah membuat praktek bidah
dalam agama Isla mdan ia melihatnya sebagai suatu tindakan yang baik, berarti
ia telah menuduh Nabi Muhammad telah mengkhianati risalah. Karena Allah SWT
berfirman (al maidah:3). Jika saat itu agama Islam belum lengkap