[mediacare] Yasir Hadibroto harus dituntut!
CERPEN 100307 - Original Message - From: Trikoyo To: Sent: Wednesday, October 03, 2007 6:18 PM Subject: RENUNGAN SAMBIL MENUNGGU BUKA PUASA. CERPEN 100307 D.N. AIDIT, SIAPA PEMBUNUHNYA? Renungan : Tri Ramidjo. Di mass media sering disebut-sebut yang menangkap dan menginterogasi Aidit adalah Kolonel Yasir Hadibroto pada tanggal 22 Nopember 1965 di desa Sambeng belakang stasiun Balapan, Solo (Surakarta) dan pagi esoknya dibawa ke Boyolali 25 km dari Solo kemudian di tembak dengan AK satu magasin (satu magasin setahuku isinya 25 butir peluru tajam.). AK adalah sejenis senapan mesin ringan buatan Rusia. Apa singkatan AK aku tak tahu. Menurut mass media Aidit ditembak membelakangi sumur tua dan langsung terjungkel di sumur tua itu. Negeri ini adalah negara hukum. Orang yang dihukum mati pun jenazahnya diserahkan kepada keluarganya dan dimakamkan secara baik-baik menurut agama yang dianutnya. Tapi Aidit ditembak tanpa proses hukum, terikat dan tidak berdaya. Tawanan perang pun yang tertangkap tidak diperlakukan semena-mena. Aku bisa berkata demikian karena aku mengalami bertempur dalam perang dunia ke II. Ketika itu aku adalah komandan kompi dalam angkatan darat Jepang. Pasukanku pernah menangkap spion atau mata-mata tentara sekutu, lengkap dengan tanda anggotanya dan sepucuk pistol Vickers. Mata-mata itu tidak langsung ditembak mati tapi melalui proses pemeriksaan, pengadilan militer dan baru dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Itu dalam keadaan perang di tahun 1944 dan yang berkuasa adalah tentara fasis Jepang. Bayangkan, kita semua tahu betapa kejamnya tentara fasis Jepang waktu itu. Sedang Aidit, beliau adalah seorang menteri dari pemerintahan yang syah di bawah Presiden yang juga syah Sukarno. Suharto yang merebut kedudukan tertinggi militer angkatan darat dan melawan perintah Panglima Tertinggi, bertindak atas kewenangannya sendiri dan Yasir Hadibroto apakah bertindak atas perintah Suharto atau bertindak sendiri masih kurang jelas disebut dalam mass media. Tapi bagaimana pun juga tindakan kolonel Yasir pada waktu itu terang melanggar hukum. Yasir adalah pembunuh dan harus diadili. Harus ditindak menurut hukum. Kalau menurut cerita-cerita silat Tiongkok, hutang nyawa harus dibayar dengan nyawa dan anak-anak yang berbakti kepada orang tuanya pasti membalaskan dendam. Itu cerita silat. Tapi Aidit yang ditembak mati semena-mena oleh Yasir tanpa proses hukum, sudah sepatutnya penegak hukum di negeri ini harus bertindak. Apakah harus menunggu laporan pengaduan dari anak-anak, kerabat atau familinya yang menuntut hukum? Apakah penegak hukum di negeri ini sudah banci, impoten seperti diriku ini? Aku menderita impoten bertahun-tahun juga karena siksaan interrogator orba dan bahkan sekarang ini menderita stroke sehingga tangan kananku tidak berfungsi. Aku juga ditahan bertahun-tahun diasingkan ke pulau Buru akibat fitnah dan tidak pernah melalui proses hukum pengadilan apa pun apakah itu yang dinamakan hukum perdata atau pun hukum pidana. Apakah aku yang sudah 81 tahun ini harus tertatih-tatih masuk keluar kantor menghadap petinggi-petinggi negeri ini untuk mengadukan nasib derita akibatvfitnah? Masyaallah, sungguh keterlaluyan hukum di negeri ini. Benar-benar negeri ini bukan negara hukum lagi lebih baik disebut negeri di luar hukum dan yang memegag bedil sama klasnya seperti cowboy-cowboy di Amerika. Apakah rakyat negeri ini dianggap sapi yang digiring oleh cowboy-cowboy? Cerita-cerita cowboy masih jauh labih baik sebab dalam cerita cowboy yang benar selalu menang. Sudah 42 tahun berlalu negeri ini menjadi negeri yang amburadul. Sudah saatnya para petinggi negeri ini mawas diri dan mengambil tindakan yang sesuai dengan norma-norma hukum, Ahli-ahli hukum di negeri ini sudah cukup banyak tapi yang benar-benar mengerti hukum dan melaksanakan hukum masih sangat langka. Astagfirullah. Sudah saatnya kita bisa menyanyikan lagu komponis terkenal Cornel Simandjuntak : Maju tak gentar, membela yang benar, dan bukan maju tak gentar, membela yang..bayar. Hahaha. Maaf, sudah 21 hari ini aku puasa. Aku tak boleh marah-marah sebab puasa seperti diperinthkan Allah adalah agar kita bertaqwa. Ayahku sering mengatakan bertaqwa artinya mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi larangan-larangan Allah. Hal ini tentu saja tak perlu kutulis, sebab setiap umat Islam pasti sudah mengerti. Apalagi mereka yang rajin shalat lima waktu. Setiap shalat pasti didahului dengan wudhu dan tentu saja mengerti betul artinya wudhu. Kemudian berdiri dan takbir Allahu Akbar dan membaca do'a iftitah .Innashalati ...dst. Jelas di dalam do'a iftitah itu setiap muslim tahu betul untuk apa hidup ini sebenarnya. Tangerang hari ke 21 puasa, Rabu Pon 03 Oktober 2007.
[mediacare] Fw: Para Seniman dan Sastrawan Lekra, Kehidupan Mereka Sekarang (2)
Sedikit penjelasan yang dimaksud dr. Lee tulisan dibawah, tentunya adalah dr. Lie Tjwan Sien yang ditahun 60-an ber-praktek di Magga Besar. Dr. Lie ketika itu dikenal sebagai dokter-tjatjing, karena kenyataan banyak pasien-pasien yang dihadapi, tidak sedikit penyakit disebabkan si pasien tjatjingan dan berakibat lemah daya-tahan. Jadi, nyaris setiap pasien yang berobat ke dr. Lie, harus lebih dahulu periksa tahi untuk menentukan tjatjing apa didalam perut pasien. Dr. Lie adalah seorang dokter baik-baik yang dihargai penduduk sekitar, setiap harinya dibikin sibuk dan menghabiskan waktu untuk melayani pasien-pasien yang memenuhi ruang praktek dirumah. Sebenarnya saja, dimasa itu, dr. Lie sendiri bukan seorang gerakan-politik, dr. Lie tidak aktive di BAPERKI, yang aktive hanyalah nyonya dr. Lie yang baru minggu lalu meninggal itu. Jadi, disini satu bukti nyata lagi, kesalahan kekuasan ORBA yang sangat tidak manusiawi, main tangkap, main memenjarakan orang tanpa melalui proses hukum yang benar. Menangkap orang, memenjarakan bahkan main bunuh sampai jutaan manusia tak berdosa, dan semua dilakukan tanpa lebih dahulu membuktikan kesalahan-dosa yang dilakukan. Dan, sampai sekarang setelah lewat 42 tahun, tidak ada pernyataan minta maaf, mengakui kesalahan-kesalahan yang melanggar HAM-berat dan tidak seorangpun yang bertanggungjawab bisa diseret kepedepan pengadilan. Salam, ChanCT http://jawapos.com/index.php?act=detail_cid=305749 Jumat, 28 Sept 2007, Para Seniman dan Sastrawan Lekra, Kehidupan Mereka Sekarang (2) Warisi Keahlian Dokter Lee untuk Nafkah Keluarga Putu Oka Sukanta hingga kini aktif sebagai sastrawan serta sudah menghasilkan banyak karya novel, cerpen, dan kumpulan puisi. Namun, saat menjalani 10 tahun hidup sebagai tapol di Lapas Salemba, dia menemukan keahlian lain yang memperkaya jalan hidupnya. NOSTAL N. SAPUTRI, Jakarta RUMAH Putu Oka Sukanta di kawasan Jalan Balai Pustaka, Rawamangun, Jakarta Timur, tidak pernah sepi. Selain menjadi tempat tinggal, rumah itu memang digunakan untuk tempat praktik akupunktur. Seperti saat Jawa Pos datang ke sana Rabu sore lalu (27/9), Putu sedang menangani dua pasien. Yakni, seorang perempuan dan laki-laki paro baya. Maaf, tadi sudah saya tunggu. Saya minta waktu untuk menangani pasien dulu, ya, kata Putu, yang saat itu mengenakan jas putih ala dokter, kepada Jawa Pos. Tujuh kursi lipat warna merah berada di ruang tunggu berukuran sekitar 2,5 x 6 meter itu. Sebuah meja etalase tampak memajang berbagai obat herba yang dijual untuk melengkapi praktiknya. Sudah hampir 30 tahun Putu -sastrawan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat)- berpraktik sebagai ahli pengobatan tusuk jarum (akupunktur). Pria kelahiran Singaraja, Bali, 68 tahun lalu itu adalah direktur Yayasan Sringanis yang, antara lain, membuka pelayanan tusuk jarum. Saya mempraktikkan ilmu akupunktur sejak 1978 setelah keluar dari penjara, kata bapak seorang putri itu. Meski tetap dikenal sebagai penulis, Putu mengatakan bahwa hanya akupunktur yang bisa diandalkan untuk menghidupi dirinya. Predikat ET (eks tapol, Red) membuat saya tidak bisa menjadi guru, pegawai negeri, atau bekerja di perusahaan swasta, tuturnya. Penulis novel Keringat Mutiara itu hingga sekarang mengaku belum bisa menerima perlakuan tidak adil saat dipenjara (1968-1978) di Lapas Salemba, Jakarta, tanpa proses peradilan. Namun, laki-laki yang fasih berbahasa Jerman itu beruntung di tempat itu bertemu dengan guru yang memberikan bekal hidup. Saya satu sel dengan seorang keturunan Tionghoa. Dialah yang menularkan ilmu akupunktur yang dipelajari dari Korea Utara kepada saya, ujarnya mengenang. Putu menuturkan, awalnya dirinya enggan belajar. Tapi, dokter Lee Zhuan Shin, nama dokter yang sudah praktik tusuk jarum sejak 1939 itu, memaksa Putu untuk belajar. Bagaimana saya bisa belajar, di sini (Lapas Salemba) kita kan tidak boleh membawa pensil atau buku? katanya kepada Lee kala itu. Pertanyaan tersebut, lanjut dia, dijawab dengan ringan oleh rekan seselnya itu. Lha, Je (kamu dalam bahasa Belanda, Red) kan punya kepala. Ik (saya) juga punya kepala. Jadi, waktu kita dikunci di sel, Je dengarkan Ik ngomong, tutur Putu, sambil memeragakan gerak tangan Lee yang menunjuk kepalanya kala itu. Proses transfer ilmu yang dilakukan secara diam-diam itu, kata Putu, dilakukan Lee selama enam bulan. Belajar ilmu akupunktur dasar biasanya memanfaatkan gambar tubuh manusia atau boneka. Tapi, karena di Lapas Salemba, Putu tidak bisa mendapatkan peralatan tersebut. Karena itu, yang digunakan sebagai alat praktik adalah teman-temannya di penjara. Di dalam penjara kan banyak pasien. Ya, setelah belajar dari dr Lee, saya langsung mempraktikkan ke mereka. Jadi, tidak pakai boneka, bebernya. Tak hanya itu. Untuk membuat jarum akupunktur, Putu dan dr Lee pun harus memutar otak. Kami akhirnya bikin jarum dari senar gitar karena di penjara nggak boleh membawa apa-apa, kenang penulis kumpulan puisi
[mediacare] URECA Memainkan Peranan dalam Nation Building
URECA Memainkan Peranan dalam Nation Building Oleh: Siauw Tiong Djin September 2007 Reuni URECA (Universitas Respublica) ke V yang diselenggarakan di Bandung pada awal bulan September 2007 memperkuat keyakinan bahwa URECA di masa hidupnya memainkan peranan penting dalam membangun bangsa Indonesia ? Nasion Indonesia ? sebuah nasion yang terdiri dari berbagai suku, termasuk suku Tionghoa. Acara-acara sosial kesenian yang diadakan pada Reuni yang disinggung menunjukkan bahwa walaupun sebagian besar peserta Reuni ini berasal dari komunitas Tionghoa, bahkan dari komunitas Tionghoa totok, ke-Indonesiaan para pengunjung sangat nampak dan tidak akan bisa dibantah oleh siapa-pun. Ke- Indonesiaan yang dimaksud adalah merasakan dirinya seorang Indonesia, mencintai kebudayaan dan kesenian Indonesia, mencintai bangsa Indonesia dan menerima Indonesia sebagai tanah airnya. Hal ini nampak dari berbagai pertunjukan paduan suara, nyanyian bebas, permainan angklung, deklamasi, hingga tari-tarian bersama. Seseorang yang tidak mencintai Indonesia tidak akan bisa menjiwai kebudayaan Indonesia seperti yang ditunjukkan pada acara-acara yang disinggung di atas. Benny Setiono yang kini aktif berperan di bidang politik menyatakan: ??acara ini benar-benar membawa nostalgia yang mengesankan. Rasanya kita ini seperti di URECA dulu, diajak untuk mencintai Indonesia??. Nancy Wijaya, yang juga tidak kalah aktifnya dalam kegiatan berbagai organisasi menyatakan: ??kepahaman tentang Indonesia dan kecintaan terhadap Indonesia bangkit setelah kami masuk ke URECA. Sebelumnya kami yang berasal dari sekolah-sekolah Tionghoa hanya fasih berbicara dalam bahasa Tionghoa dan lebih mengenal kebudayaan Tiongkok. Masa kuliah di URECA merupakan masa yang sangat membahagiakan saya??. Peranan URECA dalam sejarah Indonesia menjadi lebih bermakna bilamana kita mempelajari asal usul kelahiran dan pengembangannya. Universitas Respublica (yang mengandung pengertian Universitas untuk Kepentingan Umum atau Universitas yang berbakti untuk masyarakat) merupakan bagian penting Baperki ? Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia. Baperki didirikan pada tahun 1954 untuk melawan arus politik yang ingin menjadikan sebanyak mungkin WNI keturunan Tionghoa memiliki status hukum asing di Indonesia. Para pendirinya beranggapan bahwa Indonesia adalah tanah air komunitas Tionghoa di Indonesia dan komunitas Tionghoa adalah bagian yang tak terpisahkan dari tubuh bangsa Indonesia. Dengan demikian mereka menginginkan sebanyak mungkin orang Tionghoa yang lahir di Indonesia memiliki status hukum sebagai Warga Negara Indonesia. Baperki-pun gigih memperjuangkan terwujudnya sebuah Nasion Indonesia -- bangsa Indonesia -- yang mengakui kehadiran dan mempertahankan keberadaan berbagai suku etnis termasuk suku Tionghoa. Nasion yang dimaksud tentunya tidak mengenal adanya Indonesian race, sehingga terminologi Indonesia Asli atau pribumi tidak memiliki arti hukum yang bisa dipergunakan untuk mendiskriminasikan komunitas Tionghoa. Baperki mulai terlibat dalam bidang pendidikan pada tahun 1958, di waktu mana keluar kebijakan pemerintah yang melarang pelajar WNI bersekolah di sekolah-sekolah Tionghoa. Sampai saat itu, karena sangat terbatasnya jumlah sekolah-sekolah negara yang bisa menampung siswa yang berasal dari komunitas Tionghoa dan adanya persepsi bahwa sekolah-sekolah negara memiliki kwalitas yang kurang memadai, sebagian besar siswa Tionghoa, baik yang WNI maupun WNA, belajar di sekolah-sekolah Tionghoa yang menggunakan kurikulum bahasa Tionghoa. Sekolah-sekolah ini dikelola oleh organisasi-organisasi Tionghoa yang pada umumnya berkiblat ke Tiongkok. Peraturan yang disinggung dikeluarkan dan dilaksanakan tanpa pertimbangan adanya penampungan tempat di sekolah-sekolah yang ada sehingga menimbulkan keresahan di pihak para orang tua. Baperki mengambil inisiatip untuk berperan. Pimpinan Baperki dengan gerak cepat mencapai persetujuan dengan berbagai organisasi pengelola sekolah-sekolah Tionghoa di beberapa kota besar di pulau Jawa: kawasan sekolah-sekolah dibagi, sesuai dengan jumlah siswa yang WNI dan yang WNA. Kalau yang WNI berjumlah sekitar 30% dari jumlah total, sekitar 30% dari kawasan sekolah yang bersangkutan dijadikan sekolah Baperki, dengan kurikulum nasional. Ini menyebabkan dalam waktu ?sekejap?, Yayasan Pendidikan Baperki yang dipimpin oleh Siauw Giok Tjhan, bisa memiliki ratusan sekolah, dari SD hingga SMA, yang mampu menampung ratusan ribu jumlah siswa, sebagian besar darinya berasal dari komunitas Tionghoa yang WNI. Sadar akan pentingnya pendidikan dan adanya keinginan untuk menampung sebanyak mungkin siswa yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar pada tingkat universitas melulu karena latar belakang etnisitasnya, pada tahun yang sama Baperki mengambil inisiatip untuk mendirikan universitas, yang pada mulanya dinamakan Universitas Baperki di Jakarta.
[mediacare] Fw: Wasiat Soedjinah
- Original Message - From: sadewa48 To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; HKSIS-Group ; [EMAIL PROTECTED] Cc: sadewa48 Sent: Saturday, 8 September, 2007 10:58 Subject: [HKSIS] Wasiat Soedjinah WASIAT SOEDJINAH Soedjinah, seorang pejuang wanita yang pantang menyerah untuk tetap memberikan dukungannya kepada Bung Karno setelah peristiwa Kudeta berdarah 1965 dan Bung Karno jatuh dari kedudukannya sebagai Presiden RI, telah wafat pada 6 September 2007 di Panti Jompo Waluyo Sejati, Kramat Jakarta Pusat. Rekaman suara Soedjinah dalam wawancara dengan saya pada tahun 2000 (baca kembali Soedjinah in Memoriam oleh Umar Said) telah saya serahkan kepada Lontar Foundation. Di luar wawancara yang terekam, ada pembicaraan lisan antara saya dengan Soedjinah. Intinya, dia ingin agar dokumentasi berupa tulisan-tulisan tangan yang dia selundupkan dari kamar tahanan dan disimpan oleh seorang wartawan (tidak dapat saya sebut namanya di sini) dapat dihimpun kembali secara lengkap. Dia ingin dokumen itu dibukukan dan dia mengusulkan berjudul AKU PENDUKUNG BUNG KARNO SAMPAI MATI. Dokumen itu ditulis dengan pensil di atas kertas kecil sambil bersembunyi di WC kamar tahanannya. Kertas kecil-kecil itu sengaja disobek-sobek, ada yang diremas-remas seperti sampah, agar tidak mencurigakan di mata petugas penjara, dan wartawan tersebut berhasil menemui Soedjinah karena menyamar sebagai kuli bangunan yang harus memperbaiki bangunan di penjara tempat Soedjinah ditahan (ada beberapa naskah yang terpaksa dia kunyah dan ditelan karena takut kepergok petugas penjara yang tiba-tiba lewat). Dari wawancara saya dengan seorang mantan aktivis Wanita Marhaen, dia menyebutkan kenal baik dengan Soedjinah dan mereka berdua ditambah satu wanita lagi (dari golongan agama) selalu di dekat Bung karno dan bertugas mencicipi makanan apabila Bung Karno akan mengunjungi suatu daerah. Sampai kini saya tidak berhasil menghubungi wartawan yang dimaksud Soedjinah. Mohon apabila wartawan yang dimaksud membaca surat ini, kiranya dapat menghubungi saya melalui email. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih dan saya bersedia untuk menjaga kerahasiaan saudara. Saya merasa berdosa belum melaksanakan wasiat almarhumah. Selamat jalan Soedjinah, maafkan saya. HD. Haryo Sasongko
[mediacare] Wayang Orang Bukan Ciptaan Kraton Solo
Sudah seharusnya kenyataan sejarah yang terjadi diajukan sebagaimana adanya, tidak diplintir, digelapkan bahkan terbalik sebagaimana kehendak hati-penguasa. Utarakanlah apa adanya sesusai kenyataan yang terjadi. Sebelumnya juga sudah ada yang mengungkap dimana peranan bahasa Melayu-Tionghoa sebagai awal/dasar perkembangan bahasa Indonesia sekarang ini, kemudian disusul pengungkapan peranan Tionghoa dalam dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia, dan sekarang, ... ternyata wayang orang juga tidak luput adanya peranan Tionghoa didalamnya. Sebagai satu bukti lagi, dimana Tionghoa di Indonesia sudah menyatu dengan Bangsa Indonesia ini ratusan tahun yl., sekalipun menghadapi politik pecah-belah kolonial Belanda, segelintir penguasa yang rasis dan anti Tionghoa, ... tapi tetap tidak bisa meenghalangi apalagi menghilangkan kenyataan telah menjadi satunya Tionghoa dalam bagian Bangsa Indonesia. Salam, ChanCT Wayang Orang Bukan Ciptaan Kraton Solo Sabtu, 08 September 2007 | 13:47 WIB TEMPO Interaktif, Solo:Orang-orang Thionghoa memiliki banyak kontribusi terhadap kebudayaan Jawa meski sejak zaman kolonial Belanda hubungan orang Tionghoa dengan orang Jawa dibatasi. Contohnya Wayang Orang Panggung. Seni itu, menurut Dr Rustopo, ternyata diciptakan oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Gam Kam. Jadi salah bila wayang orang panggung ciptaan kraton, karena yang pertama kali menciptakan adalah Gan Kam pada tahun 1895, kata saat menyampaikan pidato pengukuhan dirinya sebagai guru besar jurusan karawitan di Institut Seni Indonesia, Sabtu. Selain wayang orang panggung, dia melanjutkan, orang-orang Tionghoa juga memiliki andil besar dalam bidang kebudayaan lain seperti batik, keris, bahasa dan sastra Jawa hingga dunia lawak. Di bidang batik, dari penelitian yang dilakukan Rustopo diketahui batik-batik klasik yang dikoleksi perancang Irwan Tirta ternyata adalah karya orang Tionghoa. Go Tik San berperan dalan membuat Batik Indonesia yang merupakan perkawinan batik gaya kraton dengan pesisir, ujar Rustopo. Menurut Rustopo, tanpa ada seorang warga keturunan Tiongkok yang bernama Kho Djin Tiong, mungkin dunia entertaimen tidak akan mengenal lawakan Srimulat. Kho Djin Tiong yang dikenal bernana Teguh Srimulat lah yang mempelopori dunia lawak seperti saat ini. Kho Djin Tiong adalah guru besar pertunjukkan lawak. Peran orang Tionghoa dalam kebudayaan sering kali tertutupi karena stereotype pada ekonomi dan politik semata, kata dia. Di hadapan sidang Senat ISI, Rustopo, 55 tahun, Menyampaikan pidato berjudul Konstribusi Orang-orang Tionghoa dalam Kebudayaan Jawa, Rustopo menjadi guru besar etujuh yang dimiliki ISI Solo. Imron Rosyid
[mediacare] Fw: Resensi buku: Alhamdulilah, Roman Memoar Pengarang Abangan
- Original Message - From: Tomodihardjo Soeprijadi To: Sent: Monday, 3 September, 2007 0:02 Subject: Resensi buku Resensi buku oleh Soeprijadi Tomodihardjo ALHAMDULILLAH Roman Memoar Pengarang Abangan Pengarang: Asahan Aidit Penerbit: Lembaga Sastra Pembebasan Tebal: I-X plus 419 + 29 halaman gambar HANYA ada satu makna bila seseorang mengucap Alhamdulillah, yakni merasa bersyukur kepada Allah karena merasa menerima berkahNya. Ucapan ini terkait erat dengan nurani Islam di mana para pemeluknya percaya, segala harapan dan cita-cita maupun pahala tak terduga dalam hidup ini hanya terlaksana berkat rahmatNya. Namun manusia kerap mengucap Alhamdulillah sekedar sebagai cetusan spontan karena kebiasaan. Toh bukan kebetulan ketika Asahan Aidit memilih ALHAMDULILLAH sebagai judul buku roman memoarnya. Dengan sadar ia benar-benar merasa bersyukur ke hadirat Allah ketika terbebas dari belenggu otoritas partai yang terasa menindasnya, dan ini terjadi berkali-kali selama 17 tahun bermukim di Vietnam, seperti terungkap dalam roman memoar ini. Siapakah Asahan? Bagi penentang azas dan ideologi marxis-sosialis-komunis, kenyataan bahwa ia adik kandung mendiang Ketua Partai Komunis Indonesia (DN Aidit) yang terdidik sejak muda di Tanahair ditambah 5 tahun belajar di Uni Sovyet dan 17 tahun di Vietnam, mungkin memberi kesan, pengarang ini seorang marxis-komunis. Belum tentu juga. Ia memang Marxis abangan seperti pengakuannya sendiri: ... saya memang pantas termasuk yang Marxis abangan, Patriot abangan, Islam abangan, Nasionalis abangan dan semua saja yang abangan... (hlm.179). Namun apa yang diakunya belum tentu miliknya. Dalam wawasan sejarah kolonial Belanda di Indonesia, predikat abangan sering memicu penafsiran rancu. Pertama, Islam abangan adalah mereka yang hanya terdaftar dalam cacah-jiwa sebagai beragama Islam tetapi tidak melaksanakan rukun Islam dan karenanya lazim disebut juga golongan Islam Statistik. Kedua, Islam abangan adalah semacam ejekan bagi mereka yang beragama Islam tetapi menganut ideologi Marxis yang (dicap) atheis. Sarkasme ini sangat disukai lawan-lawan ideologinya, kalangan penguasa kolonial Belanda maupun bangsa sendiri, untuk menyudutkan dan mengisolasi gerakan kiri (PKI) dari masyarakat Hindia Belanda yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Tetapi karena Marxis itu sendiri adalah merah, maka Marxis abangan bisa punya makna ekstrem: kelewat merah. Dalam kajian sastra Indonesia orang mengenal sarkasme jenis ini pada karya prosa karangan Iwan Simatupang: Merah, Merahnya Merah. Dalam kajian serajah Hindia Belanda, nama Haji Misbach dikenal sebagai eksponen desiden yang ikut memelopori pemberontakan PKI melawan kekuasaan penjajah Belanda (1926-1927) tanpa meninggalkan keyakinan agamanya. Islam abangan? Mengapa bukan? Bagi setiap bangsa yang mengalami penindasan kolonial, pemberontakan melawan penjajah pada dasarnya merupakan sikap mulia. Namun kegagalan pemberontakan itu sendiri justru menyingkap kekurangan bahkan pelbagai kesalahan, terutama pada diri para pelopornya. Barangkali kesalahan ini tergolong penyakit kekiri-kirian, kekanak-kanakan, an infantile disorder, seperti kata guru besarnya: Lenin. Mekanisme dalam filsafat mengenal hukum sebab-akibat. Dalam wacana ini setiap kekalahan berasal dari kesalahan besar, ibarat anak kecil yang tak menyadari akibat perilakunya yang keliru. Realitas tragis ini malah diperparah dengan pengakuan Asahan bahwa predikat abangan yang disandangnya adalah juga imbas dari perbuatan abang-abang saya yang bagi saya juga adalah para abang-abangan. (hlm. 179). Kalimat ini memperkuat kesan, pengarang roman memoar ini bersikap sangat kritis terhadap perilaku masalalu abang-abangnya sebagai orang abangan. Kesan ini mencuat dalam narasi pengarang sepanjang roman memoar ini, yang tanpa ragu membongkar haluan dan langgam kepemimpinan partai yang sangat dibencinya. Menelusuri garis besar roman memoar setebal 420 halaman ini pembaca dengan mudah bisa mengambil kesimpulan sederhana: dari awal sampai akhir Asahan menempatkan diri sebagai pembelot, melancarkan kecaman dan kritik-kritik tajam terhadap pimpinan kelompok partainya di Vietnam yang tunduk kepada pimpinan lebih tinggi di Beijing di mana mereka menempatkan ajaran Ketua Mao sebagai haluan partai secara membabibuta (fanatik). Sudah pada bab-bab pertama buku ini Asahan memuntahkan keluhan emosional karena merasa diperlakukan sebagai sampah politik. Di Moskow dicap Maois, di Beijing dianggap revisionis, dan di Hanoi tentu saja dicap Maois juga karena partai penguasa negeri Vietnam cenderung berkiblat ke Moskow, bukan Beijing. Posisi Asahan sebagai pembelot menyebabkan dirinya dikucilkan atau merasa dikucilkan oleh kelompoknya. Celakanya, otoritas penguasa negeri Vietnam hanya mengakui kelompok pimpinan PKI sebagai satu-satunya wakil kaum eksil Indonesia. Namun pembelotan pada dasarnya adalah pembawaan pribadi Asahan seperti pengakuannya
[mediacare] Fw: pahlawan yang terlupakan
Benar, banyak nama-nama pahlawan kemerdekaan yang selama ORBA berkuasa menghilang atau sengaja digelapkan, banyak orang juga sudah melupakan, dan khususnya yang muda tidak pernah mengetahui adanya kenyataan sejarah yang terjadi ketika itu, ... jadi bagi yang mengetahui dan pekerja sejarah perlu mengungkap kembali untuk diketahui dan tidak dilupakan begitu saja. Salam, ChanCT - Original Message - From: timur7 To: HKSIS Sent: Wednesday, 29 August, 2007 16:02 Subject: [HKSIS] pahlawan yang terlupakan Mungkin di sini tidak ada yang baru, tetapi tetap penting terus mengingat pahlawan-pahlawan kemerdekaan/nasional yang ter/dilupakan. Rabu, 29 Agustus 2007 SEMARANG Patriot-patriot Tionghoa yang Terlupakan a.. Oleh Rukardi PERAN etnis Tionghoa dalam revolusi Indonesia tak banyak mengemuka. Hal itu mencuatkan kesan, warga keturunan itu tak punya keterlibatan apa-apa dalam pembentukan negara. Padahal sejarah mencatat, orang-orang Tionghoa dan berkulit kuning turut memperjuangkan tegaknya negara nasional Indonesia. Mereka antara lain, Lie Eng Hok, Kwee Thiam Tjing, Liem Koen Hian, Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan Yap Tjwan Bing. Lie Eng Hok seorang tokoh dalam Pemberontakan 1926 di Banten. Dalam peristiwa itu, massa pribumi bergerak melakukan perusakan jalan, jembatan, rel kereta api, instalasi listrik, air minum, rumah-rumah serta kantor milik Pemerintah Kolonial Belanda. Pemberontakan dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan yang menindas. Lie sempat diasingkan di Boven Digoel selama lima tahun (1927-1932). Kwee Thiam Tjing merupakan pemilik nama samaran Tjamboek Berdoeri. Dia berjuang bukan dengan senjata, melainkan pena. Tulisan-tulisannya di media massa kerap membuat merah telinga Pemerintah Kolonial Belanda. Sementara Liem Koen Hian, Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan Yap Tjwan Bing tercatat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di luar itu, masih banyak keturunan Tionghoa dalam deretan nama kusuma bangsa. Misalnya, Tony Wen yang terlibat dalam aksi penurunan bendera Belanda di Hotel Oranye Surabaya pada 1945. Disamarkan Peristiwa tahun 1965, secara langsung menutup peran orang-orang Tionghoa dalam perjuangan kemerdekaan. Historiografi yang disusun pemerintahan Orde Baru secara sistematis menyamarkan jasa mereka terhadap bangsa. Indoktrinasi yang kuat tersebut mengakar hingga sekarang. Meski Reformasi telah berjalan hampir 10 tahun, sejarah belum sepenuhnya dilempangkan. Dalam peringatan HUT Ke-62 RI oleh warga Tionghoa Semarang di Kompleks PRPP, Tawangmas, Senin (28/8) malam, kabut sejarah itu kembali disibak. Ketua panitia Freddy Sinatra menuturkan, hal itu bukan dilambari semangat sektarian melainkan semata-mata upaya penyadaran. ''Bangsa ini didirikan dengan persatuan berbagai kelompok etnis dan suku. Etnis Tionghoa adalah salah satu di antaranya. Maka tak salah kiranya, jika kini kami turut merayakan dan mensyukuri kemerdekaan bangsa ini,'' ujar Freddy. Acara yang dihadiri Wali Kota Sukawi Sutarip dan Sekda Soemarmo HS itu, berlangsung meriah. Beragam bentuk kesenian ditampilkan di atas panggung, di antaranya musik, nyanyian, paduan suara, dan tari-tarian. Beberapa sajian menyiratkan spirit persatuan. Tari ''Gebyar Indonesia Bersatu'' misalnya, mendisplai ragam tarian daerah Nusantara dan etnis Tionghoa. Para penari berusia belia itu lincah memainkan gerak bersimbol kebersamaan. Beberapa orang dari korps veteran juga hadir. Mereka sengaja diundang oleh panitia untuk diberi penghargaan. ''Acara ini baru kali pertama diselenggarakan. Tahun depan akan kembali kami laksanakan,'' tandas Freddy. (56) Berita Utama | Ekonomi | Internasional | Olahraga Semarang | Sala | Pantura | Muria | Kedu DIY | Banyumas Budaya | Wacana blackpix.gif
[mediacare] Re: Syukur, Kita Bangsa Cinta Damai
Bersyukur, kita bangsa Cinta damai ada betulnya, tapi jangan kebablas menjadi bangsa tahu, menjadi bangsa yang lembek dan mudah hancur, yang tidak berkemampuan memcecahkan masalah, menjadi bangsa yang selalu diinjak-injak bangsa lain! Seperti masalah SBY-Zaenal didamaikan, secara pribadi boleh-boleh saja. Tapi, menurut saya hendaknya juga masalah yang dituduhkan oleh Zaenal itu perlu ada kejernihan, betul/tidak? Kalau itu merupakan fitnah harus ada sanksi yang dijatuhkan pada Zaenal, sebagai pem-fitnah! Sebaliknya kalau tuduhan itu betul, tentu bagi SBY juga harus menanggung sanksi HUKUM yang berlaku! Jangan segala masalah dengan semboyan DAMAI, dilewatkan seperti kentut saja, segala kesalahan yang terjadi dibiarkan tanpa ada sanksi HUKUM yang diberlakukan. Itu masalah kecil, hanya menyangkut pribadi seseorang yang kebetulan menjabat Presiden RI saja. Tapi, kalau masalah yang besar yang menyangkut bangsa dan rakyat banyak, seperti korupsi yang dituduhkan pada jenderal Soeharto, tentu perlu di-usut dan dituntaskan secara HUKUM yang baik. Jangan di-DAMAI-kan atau dibiarkan dibawa mati oleh Soeharto dan hilang begitu saja. Belum lagi masalah pelanggaran HAM-berat yang harus dipertanggungjawabkan sejak Oktober 1965, saat membuka jalan untuk naik tachta Presiden RI ke-2. Pembunuhan yang terjadi atas jutaan rakyat tak berdosa diluar HUKUM, penjeblosan kedalam penjara, pembuangan ke Pulau Buru atas ratusan-ribu rajat tak berdosa, bahkan menjadikan jutaan keluarga TAPOL, istri, anak dan cucu diharuskan ikut menanggung dosa orang-orang yang dituduh komunis dan pendukung Presiden Soekarno, harus hidup sebagai warga yang patut di-curigai dengan stigma tidak bersih lingkungan. Menjadikan puluhan juta warga dinajiskan dengan stigma tidak bersih lingkungan yang dilakukan tanpa proses HUKUM dan diberlakukan sampai sekarang ini, ya sampai sekarang setelah berlangsung hampir 42 tahun, ... lebih-lebih tidak seharusnya di-DAMAI-kan dengan dibiarkan lewat begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas dari jenderal Soeharto! Juga dengan banyak masalah sehubungan dengan bangsa asing, jangan hanya untuk ber-DAMAI, lalu membiarkan bangsa asing menguras harta kekayaan bumi-alam dengan membiarkan rakyat banyak tetap papa-miskin, hidup tetap dibawah garis kemiskinan sekalipun sudah hampir 62 tahun Merdeka. Tuntut pejabat-tinggi Pemerintah yang melanggar ketetapan UUD 45, yang jelas dan tegas mengamanatkan bahwa segenap kekayaan bumi-alam diperuntukan kepentingan rakyat terbanyak, dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Dan pelanggaran UUD-45 yang terjadi puluhan tahun seperti PT. Freeport, Minyak Cepu, Newmoont dll, ... lalu, penjeratan mencekik yang terjadi dengan atas-nama BANTUAN IMF dan Bank Dunia, ... yang jelas berakibat ekonomi nasional terpuruk. Tidak bisakah Bangsa ini menegakkan kepala dengan Pemerintah yang berkuasa untuk menggugat dan minta pertanggung-jawaban IMF yang memaksa kita melaksakan instruksi yang salah itu? Damai??? Jangan lakukan DAMAI macam itu, tuntut dan gugatlah IMF untuk ikut menanggulangi BLBI yang dilarikan, hutang-piutang yang terjadi akbat Pemerintah RI sepenuhnya menjalankan instruk mereka. Salam, ChanCT - Original Message - From: T Chandra To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; mediacare@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 1 August, 2007 0:05 Subject: [HKSIS] Syukur, Kita Bangsa Cinta Damai Kita harus syukuran nasional karena kita jelasjemelas adalah bangsa yang cinta damai, walaupun sekali-kali bedil dan parang ngamuk makan ribuan korban. Hakikatnya kita cinta damai banget. Lihat saja. Sekarang SBY dan Zaenal diusulkan damai, SBY dan Amien udah berdamai, pemerintah juga damai-damai aja sama Soeharto dan keluarganya, sikap terhadap KKN terutama korupsi juga damai saja, diselingi aksi tebang pilih buat tebar pesona. Bangsa kita yang bertradisi luhur juga cepat damai sama semua mantan penjajah, begitu Orba mulai kuasa juga cepat banget dame sama para imperial dan perusahaan gajah, selanjutnya Indonesia damai dan bahagia dengan Freeport, newmont, Exxon dan sebagainya. RI sekarang juga damai dengan GAM (gerakan Aceh Merdeka), sangat mungkin akan damai sama RMS (kalau saja cara kibarkan benderanya lebih sopan, jangan dari dalam pakean dalam dong, tapi dikibar santun oleh gadis-gadis Maluku manisee). Dengan Sinagpura yang banyak banget duitnya juga Indonesia ingin damai terus, dame suplai pasir, latihan bersama lempar roket, para konglomerat hitam dari kita disana hidup sangat damai adil dan makmur menikmati jarahan yang sangat damai diperoleh dari bangsa kita. Ada juga harapan akan damai dengan OPM karena kan Indonesia sudah begitu damai dengan para sponsor mereka, seperti TKI dan TKW harus damai sama tuannya, yaitu damai antara pembantu dan nyonyanya. Karena sifat sangat cinta damai itu tanpa susah menyelesaikan seabrek masalah secara
[mediacare] Fw: Sikap tulus francisca ria susanti
Kawan-kawan sekalian yb, Sungguh saya rasakan suatu kesejukan yang didapat dari tegur bung Kusni tidak pernah menyatakan Thio Keng Bouw sebagai Anjing Soeharto, ternyata mendapatkan koreksi yang tulus hati dari penulis muda Francisca Ria Susanti untuk memberi penjelasan dan bersedia tulisannya di koreksi redaksi. Satu kejujuran yang patut dihargai dan dihormati. Memang untuk membuat satu tulisan dari hasil wawancara, ngobrol dengan beberapa kawan itu tidaklah mudah. Mungkin juga salah penangkapan atau mungkin juga kesalahan ucap yang terjadi ketika itu. Setelah saya perhatikan dalam pembicaraan dengan saya, rasanya apa yang menjadi penekanan dalam tulisan berbeda dengan apa yang saya maksud dan kehendaki. Misalnya, sebab terjadinya kerusuhan anti-Tionghoa yang meletus berulang kali di Indonesia, sehingga kesan orang diluar, bangsa Indonesia itu bangsa yang brutal, bangsa barbar. Penekanan saya bukan pada adanya kesenjangan sosial seperti yang dituliskan, tapi karena adanya sementara pejabat-tinggi atau jenderal yang menjadikan komunitas Tionghoa sebagai kambing hitam, yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Adanya elite politik yang berkemampuan mengorganisasi dan menyulut kemarahan/ketidak puasan rakyat miskin untuk menjarah, merampok dan membakar harta-milik komunitas Tionghoa. Selebihnya, disana-sini juga masih ada soal-soal kecil yang mungkin kurang teliti dalam menulis atau mengetik yang terjadi. Saya kira pembaca tidak akan salah mengerti apa yang dikehendaki penulis. Bukan soal besar. Bagaimanapun juga, Terimakasih atas usaha Susanti yang telah dengan susah payah berusaha memperkenalkan atau mengedepankan masalah-masalah yang dianggap menarik untuk diketahui banyak orang, dalam bentuk cerita. Sedang menurut saya, yang lebih penting untuk mendapatkan kejelasan, dijernihkan dari orang yang diwawancari, Thio Keng Bouw sendiri apa benar/salah yang dinyatakan dalam tulisan Susanti itu. Salam, ChanCT - Original Message - From: sangumang kusni To: ChanCT Sent: Sunday, 29 July, 2007 10:10 Subject: Fwd: Re: Fw: [HKSIS] minta penjelasan dari francisca ria susanti sangumang kusni [EMAIL PROTECTED] wrote: Date: Sun, 29 Jul 2007 09:57:50 +0800 (CST) From: sangumang kusni [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Fw: [HKSIS] minta penjelasan dari francisca ria susanti To: fransisca susanti [EMAIL PROTECTED] Ini sikap korek dan saya hargai. Saya harap redaksi menyiar ulang koreksinya sesuai etika jurnalistik. Jika etika masih dihargai. Terimakasih bahwa Anda berani mengaku salah, hal yang tidak gampang bagi orang Indo yang saya kenal. Juga masih punya tatakrama. JJKusni fransisca susanti [EMAIL PROTECTED] wrote: Trimakasih atas penjelasannya, trimakasih juga telah mengingatkan soal re-check. saya mengakui telah melakukan kesalahan dg tidak melakukan re-check pada Anda. Dengan demikian, khusus perihal mengenai Anda, saya akan minta redaksi untuk menghapusnya. salam, santi - Original Message From: sangumang kusni [EMAIL PROTECTED] To: fransisca susanti [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, July 28, 2007 11:39:33 PM Subject: Re: Fw: [HKSIS] minta penjelasan dari francisca ria susanti Yth. Sdri Francisca Susanti, Dalam menuliskan sesuatu untuk publik, apakah tidak sebaiknya ketepatan, check dan recheck diperlukan, termasuk apa yang diucapkan seseorang dengan menyebut nama dan yang disebut seringnya saya lewat Hong Kong. Anda masih menggunakan istilah mungkin untuk data Anda, dan mungkin bukanlah koreksi dan pertanggunganjawab. Salah satu cara recheck, misalnya bisa dilakukan dengan menghubungi saya langsung sebelum menurunkan sebuah tulisan. Tulisan yang tak akurat data-datanya barangkali bisa disebut sejenis gunjing atau ngawur. Saya tidak mau meluaskan soal ke masalah lain seperti perasaan dan kedekatan dengan seseorang, kaitannya dengan Lekra, soal menikam, serta masalah-masalah lainnya. Saya hanya minta pertanggunganjawab atas dua data itu saja. JJ. Kusni fransisca susanti [EMAIL PROTECTED] wrote: Yth. Bp JJ. Kusni, saya minta maaf kalau tulisan saya menyinggung Anda, saya menuliskan berdasarkan wawancara dengan Pak Keng Bouw (TKB) Ada beberapa orang yg disebut oleh TKB telah mengecamnya sbg anjing dan antek Soeharto. Mungkin saya salah menyebut kalau kata2 anjing soeharto itu keluar dari mulut Anda, tp yg pasti pernyataan TKB bahwa Anda dan kawan2 menikamTKB, itu saya dapat dr wawancara langsung dg TKB. Ia juga mengaku bahwa hubungan Anda dengannya tak lagi seperti dulu. Ia mengatakan bahwa dulu hubungan TKB dan Anda sangat dekat, tp kemudian meregang paska debat di milis tersebut. Sementara soal-soal lain, saya dapat dari wawancara dg pak Chan, obrolan dg pak ping, sejumlah kawan di Jkt dan penelusuran di milis. salam, santi - Original Message
[mediacare] Fw: REFORMASI
REFORMASI - Original Message - From: harsutejo To: [EMAIL PROTECTED] ; sastra pembebasan ; wahana-news ; hksis Sent: Monday, 21 May, 2007 23:12 Subject: [HKSIS] REFORMASI REFORMASI Retorika Tanpa Isi Oleh: Harsutejo Rezim Suharto yang berpredikat Demokrasi Pancasila itu dalam kenyataannya merupakan rezim diktator militer yang ditandai dengan adanya barisan militer yang menduduki segala macam jabatan pemerintahan, eksekutif, legislatif dan yudikatif, dari pusat sampai daerah. Sudah pada pertengahan 1970-an terdapat 20.000 personil militer [mayoritas dari AD], melakukan apa yang disebut 'kekaryaan' menduduki jabatan dari menteri, duta besar, direktur BUMN, jabatan-jabatan tinggi dalam birokrasi, bankir, gubernur, sampai camat, lurah dan ketua RW/RT. Hal itu merupakan jaringan alat pemaksa untuk memastikan berjalannya komando dari atas. Keadaan itu kemudian berujung pada maraknya korupsi yang bukan saja ditolerir, bahkan didukung oleh kepemimpinan AD. Sistim komando dan hierarkhi diterapkan ke dalam segala aspek kehidupan. Seluruh negeri berada dalam genggaman militer yang dipandegani Suharto. Ketika krisis melanda Asia termasuk Indonesia, maka terlihat bahwa pembangunan ekonomi Indonesia bak membangun istana pasir, ekonomi keuangan runtuh dengan cepatnya. Nilai tukar dollar AS dari Juni 1997 sampai Januari 1998 melonjak dari Rp 2.400 meroket menjadi Rp 16.800, nilai rupiah menyusut tinggal 20%. Seluruh harga barang impor meningkat tajam sampai 4-6 kali lipat yang berdampak pada seluruh harga barang termasuk bahan makan yang sebagian juga diimpor. Suharto baru saja dikukuhkan sebagai presiden untuk ke sekian kalinya dengan kemenangan Golkar secara mutlak. Sebelumnya sudah dianalisis oleh Prof Dr Juwono Sudarsono, bahwa hanya militer yang siap, yang tak lain dari Jendral Besar (Purn) Suharto. Krisis moneter dan ekonomi yang membawa krisis multi dimensi ini telah menyeret Suharto dari takhta kerajaannya yang telah didudukinya selama 32 tahun untuk digantikan oleh anak emasnya Habibie. Tuntutan reformasi sudah disuarakan berbagai pihak sebelum Suharto jatuh. Reformasi artinya perubahan besar dalam politik, sosial dan ekonomi, belum tentu perubahan mendasar. Kaum reformis yang terdiri dari berbagai macam golongan dan kaum muda dengan mahasiswa sebagai salah satu motornya menghendaki perubahan besar yang meliputi konstelasi politik, peran militer, birokrasi, kebebasan demokrasi, penegakan HAM dan penegakan hukum, pemberantasan korupsi, pendidikan yang terjangkau untuk semua lapisan, pemberdayaan rakyat umum dan rakyat miskin secara adil. Sebagai yang ditulis Prof Sarbini Sumawinata, dengan cerdik penguasa lama melakukan perubahan di permukaan, perubahan semu yang hanya menyentuh gaya dan penampilan, sedang karakter dan jiwanya tetap Orba. Dalam kenyataannya korupsi jalan terus, yang lama belum ditindak yang baru berbiak. Alih-alih reformasi yang terjadi pembunuhan Munir yang melibatkan sejumlah pihak termasuk orang dalam dinas intelijen, dikatakan akan diusut tuntas. Ya cuma akan! Alih-alih reformasi bidang pendidikan yang terjadi pencekalan buku pelajaran sejarah, suatu ancaman potensial terhadap kebebasan menulis. Reformasi hanya retorika tanpa isi.
[mediacare] Fw: Catatan seorang Tionghoa Jakarta di bulan MEI tahun 1998
- Original Message - From: Steeve Haryanto To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, 17 May, 2007 3:08 Subject: [budaya_tionghua] Catatan seorang Tionghoa Jakarta di bulan MEI tahun 1998 Catatan seorang Tionghoa Jakarta di bulan MEI tahun 1998 Kegelapan malam menghilang Kesiangan kembali menghadang ketika kusadari waktu telah berganti karna begadang kusambut hari dengan berdagang. Indahnya metropolis menghardik kesulitan ekonomi Papan yang berjejer rapi sepi pembeli tak urung jua kubermimpi suatu hari kesuksesan bisa kudapati ribuan orang berkumpul ditengah ban berapi melihat guyuran tatapan yang tak henti membalikan badan sambil berteriak memaki ' cina ... cina ... bakar cina ' terbiasa dengan kunjungan orang membeli dagangan melayani satu persatu melalui penerangan ribuan tangan mulai menerawang ribuan tangan mulai menggerayang badanku tidak kujual daganganku yang kujual kenapa badanku yang kau jagal dan daganganku kau obral seperti hari ini ... aku tertidur dengan orang yang tidak ku pernah bisa rangkul ... Kuburan massal TPU pondok rangon, jakarta timur. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links
[mediacare] Fw: Bagimu Pahlawan Reformasi
- Original Message - From: Martha J. To: komunitas-tionghoa Sent: Saturday, 12 May, 2007 23:28 Subject: [komunitas-tionghoa] Re: Untuk Esther Indahyani Jusuf II Bagimu Pahlawan Reformasi : Hendrawan Sie, Elang Mulyana, Hafidin Royan dan Herry Hertanto. masih terbayang di anganku kawan, kala terakhir kau datang ke rumahku di pagi buta kau akan pergi meninggalkan aku yang kau cinta kau berjanji akan menulis surat untukku di setiap senja dan aku hanya tersenyum sambil menundukkan kepala masih terbayang di anganku kawan, kala kita masih duduk di bangku es em u ketika seorang guru memarahiku dan aku menangis karena malu kau hibur dengan kata-kata semanis madu kaupun berusaha untuk melucu kau kupeluk dan ciuman pertamakupun menyatu dengan bibirmu hari ini kawan, tepat sembilan tahun telah berlalu tak ada lagi surat kuterima darimu karna kau pergi untuk selamanya diterjang peluru tentara dari atas jembatan di ujung jalan Kyai Tapa kini, bila rembulan hadir di malam hari tak ada lagi engkau yang kunanti di kebun belakang tempat kita biasa berbincang dahulu telah dipenuhi ilalang dan debu hanya doa kupanjatkan kepada yang maha kuasa semoga engkau berbahagia di alam sana 12 Mei 2007 mj On Apr 30, 4:53 pm, Martha J. [EMAIL PROTECTED] wrote: anakku, kalender di dinding hari ini telah berganti wajah bulan Mei kini menampakkan diri selalu kurasakan kembali kehadiranmu di kamar tidurmu yang masih seperti dulu di kamar mandi masih kudengar senandungmu ketika kecipak air membasahi tubuhku akupun tersadar ini hanyalah sebilah rindu Mei 1, 2007 mj === Memasuki bulan Mei, kita kenang kembali peristiwa Mei-98 (Jakarta,12 Mei 1998) gelegar tembakan di ujung jalan Kyai Tapa mengawali derita putra-putri bangsa tubuh-tubuh muda terkapar darah berceceran pom bensin dibakar truck sampah digulingkan Jakarta . gegap - gempita (keesokan harinya) di suatu sudut utara kota angkara murka merajalela rumah-rumah dibakar tubuh menggigil menahan getar di hadapan orang-orang yang mengasihi perempuan-perempuan kehilangan harga diri merintih sedih marah dan pilu silih berganti korban bergelimpangan di seluruh kota Jakarta diamuk massa Jakarta porak - poranda di suatu mall di tengah kota rakyat tak bersalah diajar durhaka diajak menjarah menguras harta tetapi mereka hanyalah dianggap sepotong benda yang akan dipanggang sebagai tumbal bagi penguasa di jalan-jalan diadakan razia perempuan-perempuan bermata sayu dipermalukan perempuan-perempuan bermata sayu dinodai perempuan-perempuan bermata sayu kemudian banyak yang bunuh diri meninggalkan derita bagi keluarga dendampun membara jiwaku meronta sukmaku meradang dimanakah engkau dewi keadilan? sembilan tahun aku telah menanti tidakkah kau dengar wahai tuan-tuan yang duduk di atas singgasana kebesaran? kami telah berteriak dengan suara lantang apa lagi yang bisa kami lakukan? melati di atas kuburpun telah lama tak lagi mewangi kami yang masih hidup tidak sudi hanya berdiam diri kami berjuang menuntut keadilan bagi mereka yang kini telah menjadi tulang belulang. 29 april 2007 mj --~--~-~--~~~---~--~~ Anda menerima pesan ini karena Anda tergabung pada grup Grup Google komunitas-tionghoa grup. Untuk mengirim pesan ke grup ini, kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Untuk keluar dari grup ini, kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Etika berdiskusi bisa dilihat di http://groups.google.com/group/komunitas-tionghoa/web/etika Untuk pilihan lainnya, lihat grup ini pada http://groups.google.com/group/komunitas-tionghoa?hl=id Kondisi/term dalam memakai jasa Googlegroups http://groups.google.com/intl/en/googlegroups/terms_of_service3.html Opini dalam setiap posting adalah pendapat pribadi dari pemosting sendiri, bukan mencerminkan pendapat milis ataupun komunitas tionghoa keseluruhan -~--~~~~--~~--~--~---
[mediacare] Fw: Re: SUATU TRAGEDI KEMANUSIAAN YANG NYARIS TERLUPAKAN == Djoko
Bung Djoko yb, Benar-benar satu pengalaman hidup yang menyentuh, ... kehidupan bersama dalam masyarakat, hendaknya setiap suku, etnis, agama yang berbeda-beda itu bisa saling menerima, menghormati segala perbedaan yang ada, demi mempertahankan keharmonisan dan persahabatan erat, saling bantu dalam kehidupan sehari-hari. Alangkah nyaman dan indahnya seandainya disetiap tempat di Nusantara ini, terjadi suasana hidup yang harmonis dan bersahabat sebagaimana keluarga bung Djoko lakukan itu, masing-masing bisa menekuni pekerjaan dengan lebih tenang dan giat, ... produksi meningkat, perputaran roda ekonomi nasional lebih lancar dan yang pasti kerugian-besar akibat kerusuhan bisa dihindari. Sungguh sangat prihatin dan menyedihkan melihat dinegeri ini tak satu pelanggaran HAM-berat yang melibatkan pejabat tinggi tak pernah bisa dituntaskan, jangankan yang amat dahsyat seperti pembunuhan massal G30S, Malari, Tanjung-periok, Petrus, masalah kerusuhan Mei-'98 sampai pada pembunuhan Munir juga sudah memasuki tahun ke-3 belum juga tuntas. Tak juga bisa kita lihat ada dalang yang paling bertanggungjawab bisa diseret kedepan pengadilan dan dijatuhi hukuman setimpal. Sedang korban '65 yang jutaan dan sudah lewat hampir 42 tahun, dari Tapol yang bersangkutan sampai pada keluarga, istri-anak-cucu tetap dibiarkan tetap hidup bagaikan warga pesakitan yang patut didiskriminasi, tanpa ada kejelasan dimana kesalahan mereka dan oleh karena patut menderita begitu. Waaalaaah, Dimana letak HUKUM dinegeri ini, yang dikatakan adil dan tidak seorang bisa kebal hukum. Salam damai dan sejahtera ChanCT - Original Message - From: djoko sri moeljono To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, 13 May, 2007 18:10 Subject: Re: [HKSIS] SUATU TRAGEDI KEMANUSIAAN YANG NYARIS TERLUPAKAN Tragedi Kerusuhan Mei 1998 memang diusahakan oleh pemerintah agar dilupa kan oleh masyarakat. Saat peluncuran Buku Kerusuhan Mei 1998 di Goethe Institute bisa kita saksi kan bahwa ruangan penuh sesak oleh pengunjung yang sebagian besar warga Tionghoa dan memang korban kerusuhan Mei adalah warga Tionghoa. Penerbitan buku Kerusuhan Mei 1998 memang patut diacungi jempol karena merupakan upaya mendokumentasikan peristiwa yang merupakan noda hitam sejarah bangsa,agar generasi muda sesudah kita bisa mempelajarinya (dalam nivel Marga T Sekuntum Nozomi III juga sudah ditulis,tetapi disisipkan seba gai kisa dalam novel dan bukan data primer hasil investigasi}. Kami sekeluarga bisa menyaksikan akibat kerusuhan tsb keesokan harinya sesudah terjadi penjarahan dan pembakaran,karena kami keluar rumah pagi hari saat sebuah tank Marinir berpatroli dan kami mengekor dibelakang tank menyusuri jalan Gunung Sahari,Mangga Dua,Pecenongan,Hayam Wuruk - saat api masih menyala dibeberapa tempat dan barang berserakan dijalan Aku sengaja menujukkan pada isteri dan kedua anak (15th dan 11th) agar me reka menyaksikan sendiri hal yang tak boleh terulang dalam kehidupan ber bangsa. Dalam kehidupan berbangsa mereka,warga masyarakat Tionghoa,masih men dapat perlakuan diskriminatif seperti kami,eks tapol.Kalau mereka merasakan dalam bentuk keharusan memiliki SBKRI,yang resminya sudah dihapus tapi dalam praktek masih berlaku,kami mengalami diskriminasi dalam pemberian KTP.Seharusnya bagi warga berusia 60th keatas sudah harus mendapatkan KTP seumur hidup,eks tapol sampai usia 80th lebih belum diberi KTP seumur hidup dan setiap 5 th sekali wajib memperpanjang.Kami senasib didiskrimina si oleh negara! Di sisi lain kehidupan,kalau dulu saat kami sekolah,teman dikelas ada yang bernama The Hong Hian,Lie Soen Tat,Tan King San,Tjoa Kek Bo atau Thio Ging Hwie - mengapa nama-nama tsb harus diganti? Ini adalah salah satu bentuk pemaksaan yang melawan adat turun temurun Dilain pihak,warga masyarakat Tionghoa juga masih cenderung berkumpul dalam komunitas memisahkan diri seperti bisa kita saksikan dibeberapa wi layah Jakarta seperti di Pluit (paling mencolok dengan pagar-pagar besi dise tiap ujung jalan),Kelapa Gading dan yang sudah mentradisi di sekitar Glodok. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kecenderungan berkumpul dalam kelom pok semacam ini sudah terjadi sejak lama dalam bentuk Pecinan,juga diluar negeri seperti China Town,atau ghetto orang Yahudi,daerah keturunan Italia di New York atau Melbourne,daerah keturunan Yunani dsb. Kecenderungan semacam ini harus diusahakan secara bertahap dihilangkan dan warga Tionghoa harus menyebar ditengah warga masyarakat. Memang aku sendiri mengalami didiskriminasi oleh tetangga-tetanggaku yg warga Tionghoa,sebelah kkiri rumahku orang Tionghoa,demikian pula sebelah kanan rumah.Mereka saling mengunjungi dan rumahku selalu dilewati,tidak pernah disinggahi,sampai suatu saat aku tersinggung. Aku datangi mereka yang dikiri maupun kanan rumah dan aku tegur. Yang dikiri asal Pasuruan Jawa Timur dan yang kanan asal Cirebon Jawa Barat Aku ingatkan mereka bahwa tetangga adalah saudara terdekat - kepada sia pa anda minta tolong dalam
[mediacare] Terkenang Jumat 10 Mei 1963, Kampus ITB
- Original Message - From: S Manap To: [EMAIL PROTECTED] ; sastra-pembebasan Sent: Thursday, 10 May, 2007 15:35 Subject: SV: [HKSIS] Fw: Terkenang Jumat 10 Mei 1963, Kampus ITB Mei 1963. Bulan Mei 1963 akan selalu menjadi ingatan, karena pada bulan itu terjadi gerakan rasialis secara besar-besaran yang telah banyak mencelakakan etnis Tiong Hua terutama di kota Bandung. Kekuatan revolusioner telah mencanangkan bahwa gerakan anti Tiong Hua itu akan menjalar ke berbagai tempat termasuk ke kampung halaman kami di Palembang. Seorang tokoh dari organisasi Mahasiswa Islam tertentu telah datang ke kota kami dari Jakarta dengan dielu-elukan oleh pengikut-pengikutnya. Dari seorang teman sekolahku yang menjadi anggota organisasi itu bernama H.B (adik dari mayor Y.B) baru diketahui bahwa tokoh yang datang dari Jakarta itulah yang bertugas menggerakkan gerakan anti Tiong Hua di tempat kami. Atas petunjuk dari PKI Sumatera Selatan (yang sekarang menjadi partai terlarang), maka Pemuda Rakyat (yang sekarang menjadi organisasi terlarang), bertugas melakukan antisipasi sebelum kaum rasialis sempat melaksanakan rencananya. Dengan berkoordinasi dengan PPI (satu organisasi yang mayoritas anggotanya etnis Tiong Hua) serta melaporkan kemungkinan akan terjadi gerakan anti Tiong Hua kepada polisi, maka rencana kaum rasialis anti Tiong Hua itu dapat digagalkan. Pemuda Rakyatlah yang melakukan ronda baik siang apalagi di malam hari di tempat tinggal dan pertokoan milik orang-orang Tiong Hua, sedangkan orang-orang Tiong Hua tidak boleh keluar rumah di malam hari. Beginilah bagian terakhir dari lagu yang dinyanyikan oleh Pamuda Rakyat dan PPI pada waktu itu: : Ayo susun terus, ayo susun terus, Kekuatan poros NASAKOM. Ganyang pembelokan tujuan, Ganyang kontra revolusi. Hancurkan, hancurkan, hancurkan rasialisme, Hancurkan, hancurkan, hancurkan rasialisme. S.Manap. 10 Mei 2007 ChanCT [EMAIL PROTECTED] skrev: - Original Message - From: andy mokoginta To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, 10 May, 2007 4:05 Subject: Re: [t-net] Terkenang Jumat 10 Mei 1963, Kampus ITB Mengenang 10 Mei 1963 Bagi para netter yang masih muda2 (baca: dibawah 40 tahun), baiklah opa Andy share pengalaman opa waktu kuliah di ITB di jurusan Fisika 44 tahun yang lalu. Seperti biasa kalau Jumat, opa males kuliah. Kuliah juga stop jam sebelas karena semua musti ke masjid. Apalagi vak Quantum Mechanic yang rumet. Juga biasanya dua minggu sekali opa pulang ke Dengklok. Kaget opa pagi itu liat si Eng San temen seindekos di papah bebrapa temen lain. Bajunya berlumuran darah, mukanya biru bengap, mata kirinya tertutup bengkak, habis berantem, menurut si Eddy, temen sekelasnya di Mesin, motor Hondanya diserempet waktu mau masuk kampus oleh anak Mesin juga. Si Eng San yang merasa bener terang panas apa lagi dia jago judo. Dia langsung nonjok. Eh, si Anak Mesin ini merasa kalah kuat, nyari bantuan lantes ngeroyok rame2. Sebentar aja , para mahasiswa pri langsung terbakar emosinya liat ada non pri berani mukul pri. Kalu sebaliknya ya normal lah. Siapa sih yang numpang? Sejarah mencatat, setelah sholat Jumat selesai, festival pembakaran dan pemukulan ethnis Tionghoa menjalar ke Cianjur, Garut , Tasik, Sukabumi, Bogor dan kota2 besar lainnya. Salah satu gembongnya, mahasiswa yang drop-out kemudian hari dikenal dengan nama Adi Sasono, mantan Menteri Koperasi, sekarang CEOnya Koran Republika. Untung si Eng San sempet diungsikan oleh teman2nya ke Cimahi. Karena sorenya, kamar kosnya abis dirusakin massa yang kalap. Karena kami indekos dirumah Pak Cecep, Sunda asli, ya gak jadi dibakar, coba kalu yang punya rumah non-pri. Kabarnya Adi S adalah salah satu dalang kerusuhan Mei 98..tapi karena gak ada bukti, tidak eloklah kita memfitnah. Jelas sebagai seorang sinofobik beliau dianggap pahlawan oleh saudara2 seiman. Kabar terakhir Eng San sudah retired dan ongkang2 kaki di Bay Area, SF. Gara2 dia berapa banyak rumah dan motor/mobil habis diamuk massa yang menuntut keadilan! Walau yang nyerempet bersalah, seharusnya kita yang numpang minta ampun kok. Ini malah berani nonjok. Eng San, Eng San, kayak kamu gak punya mata aja, gak tahu tingginya gunung Chomo Lungma aka Mount Everest!! Semoga para netter yang muda2 sadar, sejarah akan terulang lagi. Ya waktu emang cepat berlalu, rambut udah putih semua, jalan juga sudah tertatih-tatih..mana opa Andy bisa kopdar dengan anak2 muda yang begitu bijak berbual-bual? Eva, saya masih mudain dikit dari Dr Han. Mana pas ngobrol politik dengen para cucu? Sori basa Indonya sudah kadaluwarsa. Masih mending Dr Han dan meneer YHG yang lancar hollands sprekken. Salam, Opa Andy
[mediacare] Fw: Peluncuran Buku: KERUSUHAN MEI 1998
- Original Message - From: Gregoria Barbarica To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, 3 May, 2007 23:28 Subject: [snb-milis] Undangan Halo rekan-rekan semua.. Peluncuran dan Bedah Buku 'Kerusuhan Mei 1998 : Fakta, Data dan Analisa' Hari Kamis, tgl 10 Mei 2007 , pk.18.00 wib di Goethe-Institut Jakarta, Jl. Sam Ratulangi No. 9 - 15 Menteng, Jakarta-Pusat Konfirmasi Kehadiran: Meiti: 021.784.40636 / 0815.9565374 Mohon doa, dukungan serta kedatangan anda sehingga acara nanti dpt berjalan dgn lancar sukses. Dengan harapan yang berminat bisa memberi sumbangan! salam, gregoria barbarica __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Yahoo! Groups Links
[mediacare] Re: Masyarakat Tionghoa Bagian Integral Indonesia == Metta
Terimakasih atas koreksi bung Metta, Semula saya hanya mendengar Sejak Presiden Gus Dur, Presiden Mega dan Presiden SBY sekarang ini sudah menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, ketika berhadapan atau pembicaraan resmi dengan pejabat Pemerintah RRT. Jadi, saya masih meragukan kebenaran Presiden SBY sudah menggunakan sebutan Tionghoa didepan warga Indonesia sendiri, karena laporan yang disampaikan Kompas menggunakan sebutan China, sedang Suara Merdeka menggunakan Tionghoa. Baru yakin, setelah bung Benny S. yang ikut menghadiri upacara Perayaan Imlek tgl. 24 itu, memberikan ketegasan bahwa Presiden SBY dalam kata sambutannya sudah menggunakan sebutan Tionghoa. Dan sekarang dari bung Metta, saya mendapatkan ketegasan Presiden SBY sudah sejak menjabat Presiden menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa menggantikan sebutan Cina yang jelas berkonotasi penghinaan itu. Tentunya goodwill tersebut dari pejabat tertinggi Pemerintah RI harus dengan sabar kita tunggu untuk dilanjutkan maju selangkah lagi untuk mencabut secara resmi, sebagai koreksi kesalahan pemerintah yl. yang mengeluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Tentang Masalah Cina No.SE-06/Pres.Kab/6/67. Dan yang jelas, goodwill Presiden SBY ini akan mendorong lebih lanjut kehidupan harmonis yang terjadi dalam masyarakat majemuk, dimana Tionghoa benar-benar dijadikan dan diperlakukan sebagai anak bangsa Indonesia asli. Bersaing bersama secara sehat untuk mempercepat perputaran roda ekonomi nasional, berlomba memberikan sumbangan besar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Mewujudkan satu masyarakat adil dan makmur dalam kenyataan hidup. Salam, ChanCT - Original Message - From: metta To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, 27 February, 2007 10:58 Subject: Re: [nasional-list] Masyarakat Tionghoa Bagian Integral Indonesia setuju pendapat anda, dengan sedikit koreksi : SBY sudah menggunakan sebutan Tionghoa dan Tiongkok sejak awal beliau jadi Presiden. sekarang tinggal bagaimana goodwill itu dapat mendorong para elite Tionghoa untuk meujudkan secara nyata, apa yang akan dikerjakan. banyak bidang seperti politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, industri dlsb. yang menanti talenta para elite untuk menggarapnya. Rakyat (termasuk didalamnya orang Tionghoa kebanyakan) menunggu langkah nyata mereka. Salam, Metta - Original Message - From: HKSIS To: HKSIS-Group Sent: Tuesday, February 27, 2007 8:42 AM Subject: [nasional-list] Masyarakat Tionghoa Bagian Integral Indonesia Saya tertarik dengan kebijaksanaan Presiden SBY untuk tetap menghadiri satu-stunya upacara Perayaan Tahun Baru Imlek yang diselenggarakan MATAKIN tgl. 24 yl., kemudian akan menghadiri perayaan tgl. 28 besok setelah dirubah temanya menjadi Perayaan Persahabatan RI-RRT dengan mengharapkan kedua belah pihak kelompok Tionghoa yang bersangkutan bisa menghadiri kedua upacara tsb; kedua, Presiden SBY dalam kata sambutan secara resmi menggunakan sebutan Tionghoa didepan umum untuk menggantikan sebutan Cina atau China yang hampir selama 40 tahun digunakan itu. Maju terus pak Presiden, berani maju selangkah lagi untuk secara resmi mencabut Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Tentang Masalah Cina No.SE-06/Pres.Kab/6/67. Salam, ChanCT SUARA PEMBARUAN DAILY -- Masyarakat Tionghoa Bagian Integral Indonesia
[mediacare] Re: Tahun Baru Imlek dengan keunikannya di Indonesia == Semua!!!
Ya benar, asal-mula Tahun Baru Imlek hanyalah merupakan perayaan musim semi, sebagai pembukaan tahun musim tanam didesa, ... itulah yang terjadi sejak 4644 tahun yl. Kemudian, untuk menghormati Konghucu, dikaitkanlah perayaan musim semi itu sebagai pembuka tahun baru, yang dipotong dengan tahun kelahiran Konghucu 551 SM, jadilah tahun 2558 penanggalan masehi. Namun demikian, kenyataan yang ada Tahun Baru Imlek bukanlah monopoli atau hanya dirayakan oleh umat Konghucu saja, kenyataan tidak hanya etnis Tionghoa, atau suku Han atau Tenglang saja, tapi juga dirayakan oleh suku-suku lain, seperti suku Mongol, suku Korea bahkan bangsa Jepang dan bangsa Vietnam juga ikut merayakan Tahun Baru Imlek. Bagi Indonesia Tahun Baru Imlek memang menjadi sesuatu yang unik, sebelum G30S, Imlek biasa dirayakan oleh Tionghoa dan juga dinikmati perayaan itu beramai-ramai praktis oleh mayoritas penduduk setempat, baik kemeriahan atraksi budaya barongsai, liang-liong, juga wayang Potehi, ... juga makanan khusus kue-kranjang dan lapis-legit. Pokoknya kemeriahaan IMLEK bisa dinikmati bersama (Tionghoa dan non-Tionghoa), Tidak ada masalah dengan kemeriahan merayakan Tahun Baru Imlek yang diselenggarakan spontan dikalangan rakyat. Dan itulah yang terjadi sudah ratusan tahun dibumi Nusantara ini. Saya yakin, begitu juga diluar Jawa, apalagi didaerah yang banyak Tionghoa-nya seperti di Singkawang, Pontianak, Banjarmasin dsb. Baru kemudian setelah Orba berkuasa, karena jenderal Soeharto menjalankan politik anti-Tiongkok dan mencurigai yang Tionghoa itu berkiblat ke RRT-komunis, maka munculah Inpres No.14/1967 yang melarang orang Tionghoa merayakan Imlek dan ber-ibadah didedan umum. Sebagai salah satu usaha menghilangkan segala yang berbau Tionghoa. Dan Inpres yang tidak rasional dan jelas melecehkan Tionghoa ini telah dicabut dimasa Pemerintah GusDur. Lalu Tahun Baru Imlek oleh ibu Mega sebagai Presiden RI, meningkatkan jadi libur nasional di Indonesia pada tahun 2003. Saya tidak ingat alasan yang diajukan oleh Presiden Megawati, mengapa Tahun Baru Imlek diangkat jadi hari libur nasional, dan saya juga tidak jelas apakah ada kekuatan/kelompok di Indonesia yang menentang. Dan bagi Kenken atau Benny Joe yang mengajukan problem, juga tidak memperjelas dimana sikap dan pandangan mereka sehubungan ini. Bagi saya, seandainya kenyataan Tahun Baru Imlek bisa diterima dengan baik oleh mayoritas mutlak rakyat Indonesia, apapun alasan ibu Mega mengangkatnya sebagai Hari Libur Nasional tentu tidak penting, tentu bisa diteruskan saja. Tidak perlu dipersoalkan, sesuai dengan kenyataan sudah ratusan tahun Tahun Baru Imlek dirayakan bersama, dinikmati bersama sebagaimana juga Tahun Baru 1 Januari dan liburan Natal. Apa salahnya? Sebaliknya, seandainya, sekali lagi penekanan saya seandainya cukup banyak dan kuat kelompok yang menentang, tidak setuju Tahun Baru Imlek dijadikan liburan nasional, katakanlah merasa terganggu dan dirugikan dengan ketambahan libur sehari itu, tentu Pemerintah harus pertimbangkan kembali. Tidak perlu kita ngotot mencari alasan, menegaskan Imlek adalah perayaan agama Konghucu hanya untuk mempertahankan terus sebagai libur nasional, boleh saja dirubah lagi jadi libur vakultatif sebagaimana sebelum G30S itu, kan. Tak ada guna kita bersikeras mempertahankan Imlek sebagai libur-nasional, seandai itu membuat sekelompok masyarakat yang cukup besar merasa tidak senang/dirugikan, akan lebih bijaksana kalau kehidupan harmonis didalam masyarakat bisa dipertahankan, dengan bersama-sama merayakan Tahun Baru Imlek dengan penuh kemeriahan dan kegembiraan. SELAMAT TAHUN BARU IMLEK pada semua kawan, SEHAT-SEHAT dan SUKSES SELALU! KONG HEI FAT CHOI! Salam, ChanCT - Original Message - From: Arnold To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, 15 February, 2007 2:13 Subject: [komunitas-tionghoa] Re: Coba diperjelas maunya apa? == Semua!!! Sdr Roeslan benar! Di Indonesia tentu lain tidak seperti US! Bahkan majoritas Indonesiapun lain dgn majoritas US, sehingga pandangan kedua negara dan toleran mereka tidak dapat dijadikan pandangan bersama, dan tidak akan bijaksana bila berpikir di US boleh mengapa di Indonesia tidak boleh!! Sebenarnya untuk meminta Imlek sebagai hari Nasional Indonesia, akan membutuhkan pertimbangan politikal dan sosial aspek dari hubungan Chinese Govt dan Indonesia Govt. Kesimpulannya, sebaiknya Tionghoa di Indo dan di luar negeri merasakan grateful, bahwa Imlek sudah diijinkan dan mungkin tidak perlu memaksakan keadaan hanya waktu yang dapat merubah! Karena masih banyak yang jauh lebih penting daripada hal ini. Dan tentu tidak semua akan setuju dgn keadaan sekarang? That's life! Thanks //AL --- [EMAIL PROTECTED] wrote: OK , Arnold saya mengerti. Jadi IMLEK nampaknya sudah diglobalisasikan sehingga di AS IMLEK sudah bermetamorvose menjadi bentuk KARVAVAL MUSIM SEMI. itu si bisa-bisa saja, sebab memang menurut sejarahnya ada saling hubungannya antara
[mediacare] Fw: Benny Setiono Re: Tahun Baru Imlek dengan keunikannya di Indonesia == Semua!!!
Bung Benny yb, Satu tanggapan yang sangat baik sekali. Saya mengerti sekarang dimana masalah sesungguhnya, dan setuju dengan usul bung: Masalah Imlek merupakan puncak ritual Agama atau hanya festival budaya tidak perlu dibesar-besarkan. Yang penting dinegeri ini, yang baru saja tertimpa bencana berturut-turut dan terakhir banjir lebat, 70% Jakarta tergenang air, hendaknya perayaan Tahun Baru Imlek bisa diselenggarakan sesederhana mungkin, tidak dengan pesta-pora adu mewah. Bagi Tionghoa-Tionghoa sukses bisa lebih memberikan perhatian, rasa peduli yang lebih besar pada penduduk sekeliling yang masih papa-miskin dan tertimpa penderitaan bencana alam yang terjadi. Dengan demikian, kehidupan masyarakat harmonis bisa lebih terjamin, bersama-sama maju terus memasuki Tahun Babi Emas dengan lebih baik bagi semua pihak. Mudah-mudahan setelah menarik pelajaran dengan baik kedua kelompok bisa kembali bersatu, demi kepentingan bersama lebih mengutamakan mendorong maju ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Salam, ChanCT - Original Message - From: Benny Setiono To: [EMAIL PROTECTED] ; HKSIS-Group Sent: Thursday, 15 February, 2007 16:50 Subject: [komunitas-tionghoa] Re: Tahun Baru Imlek dengan keunikannya di Indonesia == Semua!!! Bung Chan, Berhubung masalah Imlek tahun ini merupakan masalah yang sedang aktual dan berpotensi menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat Tionghoa di Indonesia, khususnya di antara kalangan totok tertentu dan peranakan menengah kebawah (umat Khonghucu), saya ikut urun rembuk. Saat ini terjadi kebingungan dan keresahan di kalangan masyarakat Tionghoa terutama di Jakarta berhubung berkembangnya isu-isu apakah Imlek itu perayaan agama atau budaya ?Ada apa sebenarnya ? Sudah bertahun-tahun sejak tumbangnya rezim Orba dan pemerintahan Gus Dur,Imlek nasional dirayakan umat Khonghucu di bawah naungan Matakin sebagai puncak dari ritual agamanya. Yang dimaksud nasional disini karena perayaan tersebut dihadiri oleh para presiden RI.Jangan dipersoalkan apakah Khonghucu itu agama atau bukan, karena seperti kata Gus Dur, batu pun kalau ada yang memujanya selama tidak mengganggu dan merugikan orang lain, mau dibilang agama oleh umatnya silahkan saja. Apalagi Khonghucu itu memenuhi syarat normatif sebagai agama yang selama ini dikenal di Indonesia yaitu, percaya adanya kehidupan setelah kematian, percaya adanya Tuhan yang maha esa (bandingkan dengan agama lain yang sah diakui pemerintah), adanya kitab, adanya nabi dan yang paling penting ada umatnya yang berjumlah jutaan atau setidaknya ratusan ribu di Indonesia. Demikian juga adanya ritual seperti kebaktian di Litang-litang lengkap dengan pendetanya (Haksu, Bunsu dsbnya). Dalam merayakan tahun Baru Imlek yang dijadikan awal penghitungan kalender Tionghoa, yaitu tahun hari lahirnya Khonghucu seperti juga Tahun Baru Masehi (AD) yang dihitung dari tahun kelahiran Kristus oleh Paus Gregorian dan juga Perayaan Waisak yang antara lain merupakan hari lahirnya Sidharta Gautama (maaf, kayanya tidak ada kalender Buddha), umat Khonghucu di Indonesia selalu merayakannya dengan ritual Sembahyang Tahun Baru, Sembahyang Tikong (Tuhan Allah), Sembahyang Capgomeh dsbnya. Semuanya ini sesuai dengan ajarannya yang harus selalu menghormati dan menjunjung tinggi para orangtua dan leluhur sampai ke arwah dan makamnya. Sedang hari raya umat Hindu Bali seperti Galungan, Nyepi dsbnya tidak dikenal di India dan tempat lain, yang ada hari raya Deepavali. Di Indonesia agamaKhonghucu sekarang dengan resmi telah dinyatakan kembali sebagai agama yang sah (di samping di Korea) oleh Presiden SBY dan di kolom KTP sudah bisa dicantumkan dalam kolom agama, demikian juga ritual perkawinan secara agama Khonghucu sekarang sudah sah di terima oleh kantor Catatan Sipil. Kita masih ingat bukan bahwa di zaman Orba terjadi gugatan perkawinan di Pengadilan Negeri Surabaya oleh sepasang pengantin Tionghoa yang tidak mau dianggap berzinah, dan melakukan upacara perkawinan dengan ritual agama Khonghucu sesuai keyakinan yang dianutnya,namun ditolak untuk dicatat oleh kantor Catatan Sipil Surabaya, sehingga perkawinannya dianggap tidak sah dan anak-anaknya menjadi anak haram ? Masih ingat juga bagaimana Gus Dur membela perkawinan pasangan tersebut dalam kesaksiannya sehingga diraih kemenangan oleh pasangan yang teguh dengan keyakinannya tersebut ?Pada saat itu kita menyambut peristiwa tersebut sebagai bentuk kemenangan atas kesewenang-wenangan rezim penguasa yang ikut menentukan kepercayaan mana saja yang boleh dikatagorikan sebagai agama yang sah di Indonesia.Jadi sangat tidak relevan, malahan kontra produktif dan setback apabila kita terus memperdebatkan masalah ini, karena itu berarti kita ikut menyetujui tindakan tirani dari para penguasa tersebut. Patut kita ketahui bahwa yang selama ini menentang Khonghucu diakui kembali sebagai agama bukanlah dari kalangan Islam tetapi dari kalangan
[mediacare] Fw: Re: Dewan Revolusi 1965 dan 2007=Nesare #52035
- Original Message - From: nesare To: tionghoa-net@yahoogroups.com Sent: Friday, 16 February, 2007 9:57 Subject: RE: [t-net] Re: Dewan Revolusi 1965 dan 2007=Nesare #52035 Detailnya Peristiwa May 1998, dari hari ke hari, bahkan beberapa jam yang menentukan sebelum peristiwa itu terjadi, bisa kita baca dari biografinya Habibie dan biografinya Wiranto. Prabowo datang ke istana dengan niat dan keinginannya itu dijelaskan oleh Habibie. Lalu bagaimana posisi Prabowo (Pangkostrad waktu itu) secara mendadak sekali dicopot oleh Wiranto (Panglima TNI waktu itu), dan diganti oleh Johny Lumintang, lalu bagaimana Pangkostrad Johny Lumintang cuma bertugas beberapa jam langsung diganti Jaja Suparman, itu bisa kita ikuti dari koran-koran bulan Mei 1998. Dari copot-mencopot panglima Kostrad yang berlangsung begitu cepat, dan ini belum pernah terjadi sebelumnya, kita sudah bisa duga memang sedang ada pertikaian intern di dalam tubuh AD waktu itu. Itu satu faktor, atau latar belakang, yang penting sekali dalam Peristiwa Mei 98. Seandainya tidak ada pertikaian intern, seluruh jajaran AD kompak dalam satu komando, mana mungkin terjadi? Mana mungkin bisa terjadi ada ratusan toko dibakar, ratusan wanita diperkosa, ribuan orang mati, terjadinya cuma beberapa km atau relatif tidak jauh dari istana. Itu hanya mungkin terjadi karena pas kejadian memang nggak ada tentara dan polisi. Kenapa bisa nggak ada, yah kita mesti tanya pada dua orang. Pertama pada Pangkostrad Letjen Prabowo dan kedua pada Mayjen Syafri, Pangdam Jaya waktu itu. Karena cuma dua panglima itu yang bener-bener punya pasukan di Jakarta. Cuma mereka yang bisa mengerahkan ribuan tentara, puluhan tank-tank, puluhan panser, bisa koordinasi dengan macam-macam alat perhubungan yang canggih, punya jaringan intel yang tersebar seluruh kota, dsb, dsb. Semua perlengkapan itu mereka punya untuk mempertahankan ibu kota Jakarta. Jadi pasti mereka yang paling tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan dengan begitu juga kedua orang itulah yang sebenarnya paling bertanggung jawab. Memang bener nggak ada pengadilan yang sudah membuktikan Prabowio di balik Peristiwa Mei 98. Pengadilannya memang tidak ada. Tapi banyak orang yang pikir memang dia yang bertanggung jawab. Dalam Wikipedia dikatakan, The scope of Prabowo's personal involvement in the use of brute force, during the Suharto regime's last-ditch attempt to stop the 1998 pro-democracy reform movement, was never clarified in any court of law or authoritative investigation. The probes conducted in Indonesia by a human rights panel led by Attorney-General Marzuki Darusman were unable to find conclusive proof against him. Nevertheless, in 2000, Prabowo made legal history as being the first person denied entry to enter the United States under the provisions of the United Nations Convention against Torture and other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment. A senior US official told The Sunday Times that a major reason for that decision - taken after considerable deliberations -was a reasonable belief that [Prabowo] was involved in the riots which devastated Jakarta in 1998 and that witnesses had testified to his involvement in torture and the organizing of rapes during the May riots, both being crimes covered under the [UN] convention.[3] (Previous to the 1998 revolution, Prabowo had been welcome in the US, and his son was studying in Boston.) http://en.wikipedia.org/wiki/Prabowo Korps Marinir tidak berada di bawah Pangkostrad dan satu Brigade Marinir memang selalu bertugas di Jakarta (Cilandak). Yang bisa menggerakkan Marinir, misalnya mendatangkan Brigade lain yang ada di Surabaya, itu cuma Panglima TNI. Waktu itu, ya Wiranto. Siapapun pada bulan Mei 1998 itu tahu bahwa Prabowo punya banyak pendukung di kalangan Kopassus. Nah, kalau Wiranto mau menggeser dia, yang bisa dia andalkan cuma Korps Marinir itu. Kopasus itu jadi punya nama besar sejak pembunuhan massal 65, dalam operasi di TimTim, dsb. Tapi sayangnya yang dijadikan musuhnya itu kan rakyat yang nggak bersenjata. Sedangkan Marinir ini kan memang bener-bener tentara yang dilatih perang. Marinir memang bisa perang dan mereka memang punya tank, punya panser, dsb. Jadi memang Wiranto pakai Marinir untuk mengimbangi kekuatan Prabowo dengan kopasusnya. Kenapa warga Tionghoa yang dijadikan sasaran, saya rasa itu jelas kalau melihat latar belakangnya. Gerakan mahasiswa selama April-Mei itu sudah meluas sekali di seluruh Indonesia. Terutama memang di Jakarta, di kota itu gerakan mahasiswa bisa menurunkan puluhan ribu mahasiswa dan memang didukung oleh penduduk/rakyat Jakarta. Tetapi bukan hanya di Jakarta saja, di seluruh kota-kota besar sudah ada gerakan mahasiswa yang memang mendapat dukungan dari kelas menengah di kota-kota. Peristiwa Semanggi dan Trisakti itu membuat kelas menengah marah. Karena yang dibunuh itu kan mahasiswa dari sekolahan elitenya Jakarta seperti UI, Trisakti dan Atmajaya. Mereka anak-anak orang
[mediacare] Re: Korupsi di Bawah Rp 25 Juta Diampuni == T. CHandra
Iya betul bung Chandra, korupsi harus sekuat tenaga dibrantas, ditangkap dan dijebloskan dalam penjara. Kalau perlu yang kakap-kakap gede di tembak-mati, ... Jangan biarkan dia berkeliaran dan terus tumbuh tanpa terjerat hukum, ... sedang rakyat banyak dibiarkan makin menderita segala kemiskinan dan kelaparan. Tapi, kenyataan dihadapan Pengadilan Negeri, begitu banyaknya kasus kkn, dari pusat sampai daerah, dari pemerintah pusat sampai kelurahan, ... segaligus mau diselesaikan tidaklah mungkin. Tebang pilih yang dilakukan Pemerintah SBY-JK sekarang adalah menangkapi koruptor teri, yang kakap tak terjamah. Ini kenyataan yang terjadi. Saya setuju kalau yang didahulukan dan diutamakan adalah menangkap koruptor kakap, yang jelas lebih merugikan dan mencelakakan negeri ini. Yang koruptor teri diselesaikan sesuai dengan kemampuan pengadilan setempat saja dahulu. Sekali lagi, yang harus didahulukan dan diutamakan Pemerintah atau pengadilan negeri pusat, menyelesaikan kasus koruptor kakap paling gede itu. Dan itulah tantangan Pemerintah SBY-JK yang berkuasa sekarang ini, untuk mewujutkan janji-janji muluk yang setelah lewat 2 tahun belum juga nampak perubahan dan perbaikan. Kecuali masih saja menunjukkan diri bagaikan macan kertas saja, ... jadi, menurut bung, mampukah pemerintah sekarang ini mengigit koruptor kakap-kakap gede? Atau setelah mulut jaksa disumpal sekian milyard, segala bukti-bukti korupsi menghlaaang, dan oleh karenanya setelah disidang beberapa kali, koruptor kakap boleh dinyatakan bebas tidak terbukti menilap uang negara! Heheheheee, ... Siapa yang menaruh belas kasihan pada koruptor? Atau bung salah menafsirkan pendapat saya? Sedang pencuri ayam dihajar sampai mati, itu kan di-hakimi sendiri, bukan didepan pengadilan. Dan tentunya itu harus dicegah jangan sampai terjadi, ... berlakukanlah hukum sebaik-baiknya. Benar, 25 juta jauh lebih besar ketimbang seekor ayam, dan itu cukup untuk membuka peternakan ayam. Tapi, dibanding dengan koruptor yang ratusan milyard, yang puluhan triliun, tentu yang 25 juta tidak berarti apa-apa, bukan. Dan, ... jelas koruptor yang menelan ratusan milyar dan puluhan triliun itu jauh, jauh lebih membuat rakyat banyak lebih melarat dan lebih mengakibatkan ekonomi nasional terpuruk, nyaris membuat pemerintah RI bangkrut. Coba bung pilih mana, membiarkan koruptor kakap-gede tidak terjamah hukum dengan Pengadilan selalu penuh acara sibuk mengurusi koruptor teri yang menelan dibawah 25 juta, atau mendahulukan dan mengutamakan menangkap koruptor kakap gede yang diatas ratusan milyard atau triliunan itu? Salam, ChanCT - Original Message - From: T Chandra To: [EMAIL PROTECTED] ; mediacare@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 7 February, 2007 18:40 Subject: Re: [HKSIS] Fw: Korupsi di Bawah Rp 25 Juta Diampuni Semua korupsi yang teri apalagi yang kakap harus diberantas dong! Kita sebagai bangsa yang berbudi adiluhung ya sukarlah menerapkan hukuman mati, spt di RRC yang hasilnya kelihatan bagus. Kita menerima saja nasib tinggalan Orba, jadi korpusi masih akan marak 100 tahun lagi kan? Dari biang kerok korpusi yang disebut Raja Koruptor sampai yang kecil harus ditumpas. Saya agak heran pada Pak Chan yang jadi ikut-ikutan menaruh belas kasihan, padahal biasanya tegar dan konsekuen menyebarkan perlunya supremasi negara hukum. Pemerintah itu termasuk perda-perda orangnya ratusan ribu, cuma kerjanya loyo dan sifatnya juga banyak yang sontoloyo.Ini birokrasi tinggalan Orba yg rentan KKN. Yang perlu diperbaiki dengan cepat ialah bidang yustisia, kalau perlu diperbanyak stafnya. Lalu bersama Polri yang harus dibersihkan juga dari sifat korup, semuanya harus bisa menangani segala kasus korupsi, teri apa kakap, termasuknya Rajanya yang kaya yayasan. Bayangin aja kalau dari 3 juta PNS yang korup cuman dibawah Rp 25 juta ada misalnya, hanya misal lo, 1 juta, berapa sudah kerugihan negara? Ditambah yang kakap-kakap??? Kita yang pada latah kagum sama RRC harus berani dan siap mental juga mengambill caranya RRC membrantas korupsi: tembak mati di lapangan sepak bola! Dalam waktu 10 tahun korupsi di Indonesia bakalan turun anjlok dibatas yang dapat ditoleransi. Coba deh, atau mau tarohan nih? TCh samiaji [EMAIL PROTECTED] wrote: Mencuri ayam karena lapar ... dihajar sampai mati !!! - Original Message - From: ChanCT To: HKSIS-Group Sent: Wednesday, February 07, 2007 9:39 AM Subject: [HKSIS] Fw: Korupsi di Bawah Rp 25 Juta Diampuni Yah, ... mungkin Pemerintah sudah kebingungan begitu banyaknya, sudah begitu membudaya-nya korupsi dinegeri ini, ... jadi kalau masih juga mau ngurusi koruptor dibawah 25 juta, entah sampai berapa puluh tahun baru bisa diurus. Jadi? Dahulukan dan utamakanlah koruptor-koruptor kakap, yang lebih merugikan rakyat banyak dan sangat-sangat mencelakakan ekonomi nasional negeri ini
[mediacare] Fw: PERNYATAAN SIKAP - PK-FNPBI KAPUK
PENGURUS KOTA KAPUK FRONT NASIONAL PERJUANGAN BURUH INDONESIA ( PK-FNPBI KAPUK ) Kontak person : Desi ( 0852 1313 8086 ), Agus Cs/Kiting (0815 8461 4321 ), Edi ( 0888 1777 970 ) PERNYATAAN SIKAP Bendahara PDI-P DPC Jakarta Barat (Hartono Michael Kuo) Penindas Buruh ! Mengaku Partai wong Cilik pengurusnya Orang Licik ! BIADAB. Itulah kata yang pantas untuk Bendahara PDI-P Jakarta Barat, betapa tidak Saudari Tuti Haerani seorang Karyawan dari perusahaan PT. Dwi Sapta Semesta Prakarsa. telah mendapatkan siksaan fisik dan teror psykologis. Tuti si Karyawati yang telah mengundurkan diri dari PT Dwi Sapta Semesta sejak tanggal 30 November 2006, hingga hari ini Izasahnya belum dikembalikan oleh Michel Kuok, parahnya Uang Gaji pada bulan November 2006 juga belum dibayarkan oleh si perusahaan tempat dia bekerja. Yang parahnya Sdr. Tuti pada tanggal 20 Desember 2006 di pangil menghadap oleh Hartono M K selaku Bos. Dalam pertemuan itu Tuti di bentak-bentak, “kamu sudah berani menentang saya, kamu tahu siapa saya. Saya orang hukum dan orang PDI-P. Kalau kamu sudah berani ke LBH berarti kamu siap diperiksa kekepolisian. Saya juga menuntut balik paspor klien saya yang hilang dan pengelapan uang. LBH tahu siapa saya, orang BMI, mereka (LBH) pasti lepas tanggan. Saya tidak akan mengembalikan uang dan ijasah kalau masalah ini belum tuntas�. Kemudian pada tanggal 21 Desember 2006, Hartono M K kembali menghubungi Sdr. Tuti supaya menghadap kekantor. Janjinya Hartono M K mau mengembalikan Ijazah dan membayar gaji yang belum diberikan. Namun sesampai di kantor Tuti disuruh menandatangani surat pernyataan tes kebohongan. Isi surat pernyataan tersebut adalah bahwa yang bersangkutan (Tuti) harus bersedia dites kebohongan dengan lengan tangannya diolesi oleh minyak. Dan bila terjadi sesuatu yang tidak diingini harus tanggung sendiri. Karena merasa takut, Tuti tanpa sadar menandatangi surat tersebut. Setelah itu, Tuti diperintahkan naik ke atas (Ruangan Hartono M K). Di Ruangan tersebut lengan kanan Tuti diolesi tisu yang sudah dibasahi minyak oleh seorang dukun. Selang berapa menit kemudian lengan kanan Sdr.Tuti yang sudah diolesi terasa panas dan membekas merah (seperti terbakar). Perilaku Kasar, Tidak manusiawi adalah perbuatan yang tidak pernah diajarkan dalam nilai-nilai apapun, termasuk ajaran Sukarno. Ajaran SUKARNO tidak pernah membolehkan para pengikutnya untuk tidak menghargai kemanusiaan. Seperti menindas kaum buruh. Sebaliknya ajaran SUKARNO mengajak para pengikutnya termasuk semua manusia untuk selalu membela dan melindungi kaum Buruh, Rakyat Miskin atau Marhaenisme. Sudah menjadi rahasia umum bahwa, PDI-P adalah partai nasionalis yang berkoar-koar menganut nilai-nilai SUKARNO. Juga kita ketahui saat ini PDI-P sedang gembar-gembor akan selalu membela orang-orang kecil dinegeri ini. Saat ini PDI-P telah berikrar akan memperbaiki kesalahan dimasa lalu. Diberbagai kesempatan kunjungan dengan masyarakat kecil, para petinggi PDI-P selalu berkoar-koar akan memperjuangkan dan membela kepentingan rakyat miskin. Sialnya niat dan perubahan sikap yang mulia tersebut tampaknya tidak dipahami secara seragam. Betapa tidak, perilaku Hartono M K sebagai Bendahara PDI-P yang juga BOS dari PT Dwi Sapta Semesta Prakarsa telah menambah fakta bahwa, sikap dan perbuatan pengurus PDIP terbutki tidak benar-benar mau membela kehidupan kaum Pekerja. Merespon hal ini kami Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI) Kota Kapuk menyatakan; 1. Bahwa PT Dwi Sapta Semesta Prakarsa telah melanggar UU No. 13 Tahun 2003 Tetangan Ketenagakerjaan. 2. Bahwa Sdr Hartono M K selaku Bos dari PT Sapta Semesta Prakarsa telah merusak nama baik PDI-P sebagai partai pembela wong cilik. Sebab, sebagaimana banyak diketahui PDI-P tidak pernah memerintahkan pada para kader dan pengurusnya untuk berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat atau pun kaum buruh. Atas dasar kesimpulan tersebut kami menuntut : 1. Segera kembalikan Ijasah dan Berikan Gaji Sdri.Tuti pada bulan November 2006; 2. Pecat Hartono M K dari Jabatannya sebagai Bendahara PDI-P DPC Jakarta Barat ; 3. Kepada DPP PDI-P kami meminta untuk segera menindak tegas Hartono M K yang telah melanggar hak-hak kaum buruh; Kepada seluruh elemen Demokrasi kami serukan : · Mohon beri dukungan perjuangan Sdri. Tuti dalam menuntut Hak-haknya. Kepada semua elemen gerakan demokrasi kami meminta agar segera mengirimkan surat kecaman kepada Hartono M K. Surat kecaman ini dapat anda layangkan ke alamat Komplek Perkantoran Taman Palem Lestari Blok M/No.71 Ruko galaxy-Kamal Raya-Cengkareng- Jakarta Barat 11730 Telp: 021-9228743/ 59 Fak: 021-55959828 Hp: 0812.9260026/ 0811849799 Jakarta, 4 Januari 2007 Mengetahui, Desi Arisanti Ketua __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
[mediacare] Fw: CERDIG - .Aku anak jujur dan aku tidak pernah bohong
CERDIG - Original Message - From: Trikoyo To: HKSIS Cc: May Teo Sent: Thursday, 16 November, 2006 21:38 Subject: CERDIG - .Aku anak jujur dan aku tidak pernah bohong CERDIG (CERITA DIGUL ) -kenangan waktu kecil yang tak terlupakan. AKU ANAK JUJUR DAN AKU TIDAK PERNAH BOHONG. Oleh : Tri Ramidjo. Pelajaran jam akhir hari itu pelajaran sejarah. Oleh meneer Sujitno guru kami aku di suruh maju ke depan kelas untuk menceritakan ulang riwayat Ken Arok dan Ken Dedes dari kerajaan Tumapel di Kediri. Selesai aku bicara di muka kelas meneer Sujitno bertepuk tangan memuji. Kemudian meneer Sujitno bertanya : Jij Mintargo, Wie is Tunggul Ametung? Mintargo terkejut karena dia rupanya tertidur waktu aku bercerita di muka kelas. Untung meneer Sujitno yang baik hati itu tidak marah hanya berkata. Niet slapen in de klas.! Tidak lama kemudian bel berbunyi tanda, bahwa pelajaran telah usai berbunyi. Seperti biasa dengan tertib kami mengemasi buku-buku dan memaasukkannya ke dalam tas dan dengan tertib meninggalkan sekolah. Aku berjalan pulang dengan adikku Rohmah. Adikku kelas 4 dan aku kelas 5 waktu itu. Di tengah jalan persis di muka rumah oom Samingun, Rusdi temanku sudah menunggu. Rusdi tidak sekolah di Standard School (HIS) tapi sekolah di MES (Malay Enhlish School0 - sekolah partikulir (swasta) yaitu sekolahnya anak-anak orang buangan yang tidak mau tunduk kepada gubernemen - orang-orang natura yang setiap bulannya menerima catu berupa beras, gula merah, minyak tanah, minyak kelapa dll. dari pemerintah. Rusdi mengajakku pergi mancing dan katanya dia sudah menyiapkan dua pancing lengkap dengan bamboo walesannya. Rus, mana pancingnya. Aku bawa pulang dulu, bentuknya akan kurobah supaya udang pun bisa terpancing tidak hanya ikan. Kataku. Rusdi memberikan dua mata kail kepadaku. Masih baru dan masih berkilat. Dengan membawa mata kail itu aku pulang bersama adikku. Sebelum sampai di rumah adikku Rohmah kubisiki. Jangan bilang bapak atau simbok (ibuku) ya, kalau aku akan pergi mancing dengan mas Rusdi, ya! kataku kepada adikku. Rohmah adikku merengut. Dia tidak biasa berbohong tapi dia juga tidak suka dan kasihan kalau aku dimarahi bapak. Dia diam saja tidak menjawab ya atau tidak. Sesampainya di rumah kami berdua cepat-cepat cuci tangan dan cuci kaki dan aku tidak hanya cuci tangan dan cuci kaki tapi mengambil wudhu. Aku langsung sembahyang lohor dulu kemudian baru makan. Siang itu ibuku masak sayur lodeh kacang panjang dan goreng ikan asin. Aduh, enak sekali. Aku makan sampai dua kali nambah. Ibuku senang melihat aku makan banyak. Sebab biasanya aku makan seperti kucing, selalu tidak berselera dan makan sedikit. Ya, malariaku sering anval kadang-kadang suhu badanku mencapai 40 derajat Celcius. Itulah sebabnya ibu dan ayahku sangat memanjakanku. Sampai-sampai pamanku paklik Mahmud mengatakan lawong si Ribut kuwi anake gusti Allah, ngidak lemah wae ora entuk, kudu nganggo gapyak. Mbok ben ajar ngidak lemah koyo bocah-bocah liyane kae. Ora orane nek cacingen. Nek cacingen yo diombeni obat cacing to. Ono rumah sakit iki. ( si Ribut itu anaknya gusti Allah. Tidak boleh menginjak tanah. Dan kalau menginjak tanah harus pakai gapyak (alas kaki dari kayu) . Tidak akan cacingan dan kalau cacingan kasih saja obat cacing. Dan ada rumah sakit. Yang dijawab oleh ibuku Yo ben, tapi Ribut rajin sinau, loro-loro yo sinau, jare meneer Said Ali ning sekolah yo paling pintar lan ora nakal. ora tau tukaran. Selesai makan aku segera mengambil tang di tempat alat-alat tukang bapak. Pancing itu kupanaskan dulu dan kubentuk dengan tang sehingga berubah bentuknya menjadi bentuk bungkuk udang tidak seperti pancing biasa. Kata ayahku dengan bentuk kail seperti itu udang pun bisa dipancing, Kemudian aku segera mengerjakan PR. Aku tak bisa belajar malam hari karena di rumah sedang kehabisan minyak tanah dan kami tidak bisa menyalakan lampu aladin yang biasa kami pakai bersama di meja makan untuk belajar. Sudah hampir jam tiga. Cepat berangkat ngaji. Kata ibuku. Aku segera pamitan dan berangkat. Juzama kututupi daun pisang kutaroh di bawah pohon di semak-semak. Temanku Rusdi sudah menunggu di belik oom Kadirun. Aku sudah lama menunggu. Kok lama sekali makannya. Berapa piring sih, makannya? katanya. Piringnya sih Cuma satu, tapi beberapa kali tanduk (tambah). Aku mengerjakan PR dulu. Jawabku. PR nanti malam kan bisa. You are stupied. Kata Rusdi. Jij ook, je ben dom als een ezel. Kataku. Aku ngerti bahasa Inggris sebab aku dulu sampai klas 3 blajar di MES dan setelah ayahku berhenti jadi natura dan tunduk kepada pemerintah dan masuk kerja menjadi - daggelder (buruh harian ) - aku masuk sekolah di standard school. Dan temanku Rusdi pintar bahasa Inggris tapi belum mengerti bahasa Belanda. Zo dom als een ezel, apa artinya sih? tanyanya. Very stupied like a dunkey. Jawabku. Ribut, (ribut adalah nama panggilanku waktu kecil) kamu