[mediacare] Yasir Hadibroto harus dituntut!

2007-10-03 Terurut Topik ChanCT
CERPEN 100307
- Original Message -
From: Trikoyo
To:
Sent: Wednesday, October 03, 2007 6:18 PM
Subject: RENUNGAN SAMBIL MENUNGGU BUKA PUASA.


CERPEN  100307



D.N. AIDIT,  SIAPA PEMBUNUHNYA?

Renungan : Tri Ramidjo.



Di mass media sering disebut-sebut yang menangkap dan menginterogasi Aidit 
adalah Kolonel Yasir Hadibroto pada tanggal  22 Nopember 1965 di desa Sambeng 
belakang stasiun Balapan, Solo (Surakarta) dan pagi esoknya dibawa ke Boyolali 
25 km dari Solo kemudian di tembak dengan AK satu magasin (satu magasin 
setahuku   isinya 25 butir peluru tajam.). AK adalah sejenis senapan mesin 
ringan buatan Rusia. Apa singkatan AK aku tak  tahu.



Menurut mass media  Aidit ditembak membelakangi sumur tua dan langsung 
terjungkel di sumur tua itu.



Negeri ini adalah negara hukum. Orang yang dihukum mati pun jenazahnya 
diserahkan kepada keluarganya dan dimakamkan secara baik-baik menurut agama 
yang dianutnya.



Tapi Aidit ditembak tanpa proses hukum, terikat dan tidak berdaya. Tawanan 
perang pun yang tertangkap tidak diperlakukan semena-mena.



Aku  bisa berkata demikian karena aku  mengalami bertempur dalam perang dunia 
ke II. Ketika itu aku  adalah komandan kompi dalam angkatan  darat Jepang. 
Pasukanku  pernah menangkap spion atau mata-mata tentara sekutu, lengkap dengan 
 tanda anggotanya dan sepucuk  pistol  Vickers. Mata-mata itu tidak langsung 
ditembak mati tapi melalui proses pemeriksaan, pengadilan militer dan baru 
dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.

Itu dalam keadaan perang di tahun 1944 dan yang berkuasa adalah tentara fasis 
Jepang. Bayangkan, kita semua tahu betapa kejamnya tentara fasis Jepang waktu 
itu.



Sedang Aidit, beliau adalah  seorang menteri dari pemerintahan yang syah di 
bawah Presiden yang juga syah  Sukarno. Suharto yang merebut kedudukan 
tertinggi militer angkatan darat  dan melawan perintah Panglima Tertinggi, 
bertindak atas kewenangannya sendiri dan Yasir Hadibroto apakah bertindak atas 
perintah Suharto atau bertindak sendiri masih kurang jelas disebut dalam mass 
media.



Tapi bagaimana pun juga tindakan kolonel Yasir pada waktu itu terang melanggar 
hukum. Yasir adalah pembunuh dan harus diadili. Harus ditindak menurut hukum.



Kalau menurut cerita-cerita silat Tiongkok,  hutang nyawa harus dibayar dengan 
nyawa dan anak-anak yang berbakti kepada orang tuanya pasti membalaskan dendam.

Itu cerita silat.



Tapi Aidit yang ditembak mati semena-mena oleh Yasir tanpa proses hukum, sudah 
sepatutnya penegak hukum di negeri ini harus bertindak. Apakah harus menunggu 
laporan pengaduan dari anak-anak, kerabat atau familinya yang menuntut hukum?

Apakah penegak hukum di negeri ini sudah banci, impoten seperti diriku ini? Aku 
menderita  impoten bertahun-tahun juga karena siksaan interrogator orba dan 
bahkan sekarang ini menderita stroke sehingga tangan kananku tidak berfungsi.



Aku  juga ditahan bertahun-tahun diasingkan ke pulau Buru  akibat fitnah dan 
tidak pernah melalui proses hukum pengadilan apa pun apakah itu yang dinamakan 
hukum perdata atau pun hukum pidana.



Apakah aku yang sudah 81 tahun ini harus tertatih-tatih  masuk keluar kantor 
menghadap petinggi-petinggi negeri ini  untuk mengadukan nasib derita 
akibatvfitnah? Masyaallah, sungguh keterlaluyan  hukum di negeri ini.



Benar-benar negeri ini bukan negara hukum lagi lebih baik disebut negeri di 
luar hukum dan yang memegag bedil sama klasnya seperti cowboy-cowboy di Amerika.

Apakah rakyat negeri ini dianggap sapi yang digiring oleh cowboy-cowboy?

Cerita-cerita cowboy masih jauh labih baik  sebab dalam cerita cowboy yang 
benar selalu menang.



Sudah 42 tahun berlalu negeri ini menjadi negeri yang amburadul. Sudah saatnya 
para petinggi negeri ini mawas diri dan mengambil tindakan yang sesuai dengan 
norma-norma hukum,

Ahli-ahli hukum di negeri ini sudah cukup banyak tapi yang benar-benar mengerti 
hukum dan melaksanakan hukum masih sangat langka. Astagfirullah.



Sudah saatnya kita bisa menyanyikan lagu komponis terkenal Cornel Simandjuntak :

Maju tak gentar, membela yang benar,

dan bukan

maju tak gentar, membela yang..bayar.



Hahaha.

Maaf, sudah 21 hari ini aku puasa. Aku tak boleh marah-marah sebab puasa 
seperti diperinthkan  Allah  adalah agar kita bertaqwa.

Ayahku sering mengatakan bertaqwa artinya mentaati dan melaksanakan 
perintah-perintah Allah serta menjauhi larangan-larangan Allah.



Hal ini tentu saja tak perlu kutulis, sebab setiap umat Islam pasti sudah 
mengerti. Apalagi mereka yang rajin shalat lima waktu. Setiap shalat pasti 
didahului dengan wudhu dan tentu saja mengerti betul artinya wudhu. Kemudian 
berdiri dan takbir Allahu Akbar dan membaca do'a iftitah .Innashalati 
...dst.

Jelas di dalam do'a iftitah itu setiap muslim tahu betul untuk apa hidup ini 
sebenarnya. 



Tangerang hari ke 21 puasa, Rabu  Pon 03 Oktober 2007.


[mediacare] Fw: Para Seniman dan Sastrawan Lekra, Kehidupan Mereka Sekarang (2)

2007-09-28 Terurut Topik ChanCT

Sedikit penjelasan yang dimaksud dr. Lee tulisan dibawah, tentunya adalah dr. 
Lie Tjwan Sien yang ditahun 60-an ber-praktek di Magga Besar. Dr. Lie ketika 
itu dikenal sebagai dokter-tjatjing, karena kenyataan banyak pasien-pasien yang 
dihadapi, tidak sedikit penyakit disebabkan si pasien tjatjingan dan berakibat 
lemah daya-tahan. Jadi, nyaris setiap pasien yang berobat ke dr. Lie, harus 
lebih dahulu periksa tahi untuk menentukan tjatjing apa didalam perut pasien. 
Dr. Lie adalah seorang dokter baik-baik yang dihargai penduduk sekitar, setiap 
harinya dibikin sibuk dan menghabiskan waktu untuk melayani pasien-pasien yang 
memenuhi ruang praktek dirumah.

Sebenarnya saja, dimasa itu, dr. Lie sendiri bukan seorang gerakan-politik, dr. 
Lie tidak aktive di BAPERKI, yang aktive hanyalah nyonya dr. Lie yang baru 
minggu lalu meninggal itu. Jadi, disini satu bukti nyata lagi, kesalahan 
kekuasan ORBA yang sangat tidak manusiawi, main tangkap, main memenjarakan 
orang tanpa melalui proses hukum yang benar. Menangkap orang, memenjarakan 
bahkan main bunuh sampai jutaan manusia tak berdosa, dan semua dilakukan tanpa 
lebih dahulu membuktikan kesalahan-dosa yang dilakukan. Dan, sampai sekarang 
setelah lewat 42 tahun, tidak ada pernyataan minta maaf, mengakui 
kesalahan-kesalahan yang melanggar HAM-berat dan tidak seorangpun yang 
bertanggungjawab bisa diseret kepedepan pengadilan.

Salam,
ChanCT


http://jawapos.com/index.php?act=detail_cid=305749
Jumat, 28 Sept 2007,
Para Seniman dan Sastrawan Lekra, Kehidupan Mereka Sekarang (2)


Warisi Keahlian Dokter Lee untuk Nafkah Keluarga
Putu Oka Sukanta hingga kini aktif sebagai sastrawan serta sudah menghasilkan 
banyak karya novel, cerpen, dan kumpulan puisi. Namun, saat menjalani 10 tahun 
hidup sebagai tapol di Lapas Salemba, dia menemukan keahlian lain yang 
memperkaya jalan hidupnya. 

NOSTAL N. SAPUTRI, Jakarta

RUMAH Putu Oka Sukanta di kawasan Jalan Balai Pustaka, Rawamangun, Jakarta 
Timur, tidak pernah sepi. Selain menjadi tempat tinggal, rumah itu memang 
digunakan untuk tempat praktik akupunktur. Seperti saat Jawa Pos datang ke sana 
Rabu sore lalu (27/9), Putu sedang menangani dua pasien. Yakni, seorang 
perempuan dan laki-laki paro baya.

Maaf, tadi sudah saya tunggu. Saya minta waktu untuk menangani pasien dulu, 
ya, kata Putu, yang saat itu mengenakan jas putih ala dokter, kepada Jawa Pos.

Tujuh kursi lipat warna merah berada di ruang tunggu berukuran sekitar 2,5 x 6 
meter itu. Sebuah meja etalase tampak memajang berbagai obat herba yang dijual 
untuk melengkapi praktiknya.

Sudah hampir 30 tahun Putu -sastrawan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat)- 
berpraktik sebagai ahli pengobatan tusuk jarum (akupunktur). Pria kelahiran 
Singaraja, Bali, 68 tahun lalu itu adalah direktur Yayasan Sringanis yang, 
antara lain, membuka pelayanan tusuk jarum.

Saya mempraktikkan ilmu akupunktur sejak 1978 setelah keluar dari penjara, 
kata bapak seorang putri itu. 

Meski tetap dikenal sebagai penulis, Putu mengatakan bahwa hanya akupunktur 
yang bisa diandalkan untuk menghidupi dirinya. Predikat ET (eks tapol, Red) 
membuat saya tidak bisa menjadi guru, pegawai negeri, atau bekerja di 
perusahaan swasta, tuturnya. 

Penulis novel Keringat Mutiara itu hingga sekarang mengaku belum bisa menerima 
perlakuan tidak adil saat dipenjara (1968-1978) di Lapas Salemba, Jakarta, 
tanpa proses peradilan. Namun, laki-laki yang fasih berbahasa Jerman itu 
beruntung di tempat itu bertemu dengan guru yang memberikan bekal hidup.

Saya satu sel dengan seorang keturunan Tionghoa. Dialah yang menularkan ilmu 
akupunktur yang dipelajari dari Korea Utara kepada saya, ujarnya mengenang.

Putu menuturkan, awalnya dirinya enggan belajar. Tapi, dokter Lee Zhuan Shin, 
nama dokter yang sudah praktik tusuk jarum sejak 1939 itu, memaksa Putu untuk 
belajar. Bagaimana saya bisa belajar, di sini (Lapas Salemba) kita kan tidak 
boleh membawa pensil atau buku? katanya kepada Lee kala itu. 

Pertanyaan tersebut, lanjut dia, dijawab dengan ringan oleh rekan seselnya itu. 
Lha, Je (kamu dalam bahasa Belanda, Red) kan punya kepala. Ik (saya) juga 
punya kepala. Jadi, waktu kita dikunci di sel, Je dengarkan Ik ngomong, tutur 
Putu, sambil memeragakan gerak tangan Lee yang menunjuk kepalanya kala itu. 

Proses transfer ilmu yang dilakukan secara diam-diam itu, kata Putu, dilakukan 
Lee selama enam bulan. Belajar ilmu akupunktur dasar biasanya memanfaatkan 
gambar tubuh manusia atau boneka. Tapi, karena di Lapas Salemba, Putu tidak 
bisa mendapatkan peralatan tersebut. Karena itu, yang digunakan sebagai alat 
praktik adalah teman-temannya di penjara.

Di dalam penjara kan banyak pasien. Ya, setelah belajar dari dr Lee, saya 
langsung mempraktikkan ke mereka. Jadi, tidak pakai boneka, bebernya. 

Tak hanya itu. Untuk membuat jarum akupunktur, Putu dan dr Lee pun harus 
memutar otak. Kami akhirnya bikin jarum dari senar gitar karena di penjara 
nggak boleh membawa apa-apa, kenang penulis kumpulan puisi

[mediacare] URECA Memainkan Peranan dalam Nation Building

2007-09-27 Terurut Topik ChanCT
URECA Memainkan Peranan dalam Nation Building

Oleh: Siauw Tiong Djin

September 2007

 

Reuni URECA (Universitas Respublica) ke V yang diselenggarakan di Bandung pada 
awal bulan September 2007 memperkuat keyakinan bahwa URECA di masa hidupnya 
memainkan peranan penting dalam membangun bangsa Indonesia ? Nasion Indonesia ? 
sebuah nasion yang terdiri dari berbagai suku, termasuk suku Tionghoa.

 

Acara-acara sosial kesenian yang diadakan pada Reuni yang disinggung 
menunjukkan bahwa walaupun sebagian besar peserta Reuni ini berasal dari 
komunitas Tionghoa, bahkan dari komunitas Tionghoa totok, ke-Indonesiaan para 
pengunjung sangat nampak dan tidak akan bisa dibantah oleh siapa-pun.

 

Ke- Indonesiaan yang dimaksud adalah merasakan dirinya seorang Indonesia, 
mencintai kebudayaan dan kesenian Indonesia, mencintai bangsa Indonesia dan 
menerima Indonesia sebagai tanah airnya.

 

Hal ini nampak dari berbagai pertunjukan paduan suara, nyanyian bebas, 
permainan angklung, deklamasi, hingga tari-tarian bersama.  Seseorang yang 
tidak mencintai Indonesia tidak akan bisa menjiwai kebudayaan Indonesia seperti 
yang ditunjukkan pada acara-acara yang disinggung di atas.

 

Benny Setiono yang kini aktif berperan di bidang politik menyatakan: ??acara 
ini benar-benar membawa nostalgia yang mengesankan.  Rasanya kita ini seperti 
di URECA dulu, diajak untuk mencintai Indonesia??.  Nancy Wijaya, yang juga 
tidak kalah aktifnya dalam kegiatan berbagai organisasi menyatakan: ??kepahaman 
tentang Indonesia dan kecintaan terhadap Indonesia bangkit setelah kami masuk 
ke URECA. Sebelumnya kami yang berasal dari sekolah-sekolah Tionghoa hanya 
fasih berbicara dalam bahasa Tionghoa dan lebih mengenal kebudayaan Tiongkok. 
Masa kuliah di URECA  merupakan masa yang sangat membahagiakan  saya??. 

 

Peranan URECA dalam sejarah Indonesia menjadi lebih bermakna bilamana kita 
mempelajari asal usul kelahiran dan pengembangannya. 

 

Universitas Respublica (yang mengandung pengertian Universitas untuk 
Kepentingan Umum atau Universitas yang berbakti untuk masyarakat) merupakan 
bagian penting Baperki ? Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia.

 

Baperki didirikan pada tahun 1954 untuk melawan arus politik yang ingin 
menjadikan sebanyak mungkin WNI keturunan Tionghoa memiliki status hukum asing 
di Indonesia. Para pendirinya beranggapan bahwa Indonesia adalah tanah air 
komunitas Tionghoa di Indonesia dan komunitas Tionghoa adalah bagian yang tak 
terpisahkan dari tubuh bangsa Indonesia. Dengan demikian mereka menginginkan 
sebanyak mungkin orang Tionghoa yang lahir di Indonesia memiliki status hukum 
sebagai Warga Negara Indonesia.

 

Baperki-pun gigih memperjuangkan terwujudnya sebuah Nasion Indonesia -- bangsa 
Indonesia -- yang mengakui kehadiran dan mempertahankan keberadaan berbagai 
suku etnis termasuk suku Tionghoa. Nasion yang dimaksud tentunya tidak mengenal 
adanya Indonesian race, sehingga terminologi Indonesia Asli atau pribumi tidak 
memiliki arti hukum yang bisa dipergunakan untuk mendiskriminasikan komunitas 
Tionghoa.

 

Baperki mulai terlibat dalam bidang pendidikan pada tahun 1958, di waktu mana 
keluar kebijakan pemerintah yang melarang pelajar WNI bersekolah di 
sekolah-sekolah Tionghoa. Sampai saat itu, karena sangat terbatasnya jumlah 
sekolah-sekolah negara yang bisa menampung siswa yang berasal dari komunitas 
Tionghoa dan adanya persepsi bahwa sekolah-sekolah negara memiliki kwalitas 
yang kurang memadai, sebagian besar siswa Tionghoa, baik yang WNI maupun WNA, 
belajar di sekolah-sekolah Tionghoa yang menggunakan kurikulum bahasa Tionghoa. 
Sekolah-sekolah ini dikelola oleh organisasi-organisasi Tionghoa yang pada 
umumnya berkiblat ke Tiongkok.

 

Peraturan yang disinggung dikeluarkan dan dilaksanakan tanpa pertimbangan 
adanya penampungan tempat di sekolah-sekolah yang ada sehingga menimbulkan 
keresahan di pihak para orang tua. Baperki mengambil inisiatip untuk berperan. 
Pimpinan Baperki dengan gerak cepat mencapai persetujuan dengan berbagai 
organisasi pengelola sekolah-sekolah Tionghoa di beberapa kota besar di pulau 
Jawa: kawasan sekolah-sekolah dibagi, sesuai dengan jumlah siswa yang WNI dan 
yang WNA. Kalau yang WNI berjumlah sekitar 30% dari jumlah total, sekitar 30% 
dari kawasan sekolah yang bersangkutan dijadikan sekolah Baperki, dengan 
kurikulum nasional.  Ini menyebabkan dalam waktu ?sekejap?, Yayasan Pendidikan 
Baperki yang dipimpin oleh Siauw Giok Tjhan, bisa memiliki ratusan sekolah, 
dari SD hingga SMA, yang mampu menampung ratusan ribu jumlah siswa, sebagian 
besar darinya berasal dari komunitas Tionghoa yang WNI.

 

Sadar akan pentingnya pendidikan dan adanya keinginan untuk menampung sebanyak 
mungkin siswa yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar pada tingkat 
universitas melulu karena latar belakang etnisitasnya, pada tahun yang sama 
Baperki mengambil inisiatip untuk mendirikan universitas, yang pada mulanya 
dinamakan Universitas Baperki di Jakarta. 

[mediacare] Fw: Wasiat Soedjinah

2007-09-08 Terurut Topik ChanCT

- Original Message - 
From: sadewa48
To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
HKSIS-Group ; [EMAIL PROTECTED]
Cc: sadewa48
Sent: Saturday, 8 September, 2007 10:58
Subject: [HKSIS] Wasiat Soedjinah


WASIAT SOEDJINAH
Soedjinah, seorang pejuang wanita yang pantang menyerah untuk tetap 
memberikan dukungannya kepada Bung Karno setelah peristiwa Kudeta berdarah 
1965 dan Bung Karno jatuh dari kedudukannya sebagai Presiden RI, telah wafat 
pada 6 September 2007 di Panti Jompo Waluyo Sejati, Kramat Jakarta Pusat. 
Rekaman suara Soedjinah dalam wawancara dengan saya pada tahun 2000  (baca 
kembali Soedjinah in Memoriam oleh Umar Said) telah saya serahkan kepada 
Lontar Foundation. Di luar wawancara yang terekam, ada pembicaraan lisan 
antara saya dengan Soedjinah. Intinya, dia ingin agar dokumentasi berupa 
tulisan-tulisan tangan yang dia selundupkan dari kamar tahanan dan disimpan 
oleh seorang wartawan (tidak dapat saya sebut namanya di sini) dapat 
dihimpun kembali secara lengkap. Dia ingin dokumen itu dibukukan dan dia 
mengusulkan berjudul AKU PENDUKUNG BUNG KARNO SAMPAI MATI. Dokumen itu 
ditulis dengan pensil di atas kertas kecil sambil bersembunyi di WC kamar 
tahanannya. Kertas kecil-kecil itu sengaja disobek-sobek, ada yang 
diremas-remas seperti sampah,  agar tidak mencurigakan di mata petugas 
penjara, dan wartawan tersebut berhasil menemui Soedjinah karena menyamar 
sebagai kuli bangunan yang harus memperbaiki bangunan di penjara tempat 
Soedjinah ditahan (ada beberapa naskah yang terpaksa dia kunyah dan ditelan 
karena takut kepergok petugas penjara yang tiba-tiba lewat). Dari wawancara 
saya dengan seorang mantan aktivis Wanita Marhaen, dia menyebutkan kenal 
baik dengan Soedjinah dan mereka berdua ditambah satu wanita lagi (dari 
golongan agama) selalu di dekat Bung karno dan bertugas mencicipi makanan 
apabila Bung Karno akan mengunjungi suatu daerah.   Sampai kini saya tidak 
berhasil menghubungi wartawan yang dimaksud Soedjinah. Mohon apabila 
wartawan yang dimaksud membaca surat ini, kiranya dapat menghubungi saya 
melalui email. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih dan saya bersedia 
untuk menjaga kerahasiaan saudara. Saya merasa berdosa belum melaksanakan 
wasiat almarhumah. Selamat jalan Soedjinah, maafkan saya.
HD. Haryo Sasongko
 


[mediacare] Wayang Orang Bukan Ciptaan Kraton Solo

2007-09-08 Terurut Topik ChanCT
Sudah seharusnya kenyataan sejarah yang terjadi diajukan sebagaimana adanya, 
tidak diplintir, digelapkan bahkan terbalik sebagaimana kehendak hati-penguasa. 
Utarakanlah apa adanya sesusai kenyataan yang terjadi.

Sebelumnya juga sudah ada yang mengungkap dimana peranan bahasa Melayu-Tionghoa 
sebagai awal/dasar perkembangan bahasa Indonesia sekarang ini, kemudian disusul 
pengungkapan peranan Tionghoa dalam dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia, 
dan sekarang, ... ternyata wayang orang juga tidak luput adanya peranan 
Tionghoa didalamnya. Sebagai satu bukti lagi, dimana Tionghoa di Indonesia 
sudah menyatu dengan Bangsa Indonesia ini ratusan tahun yl., sekalipun 
menghadapi politik pecah-belah kolonial Belanda, segelintir penguasa yang rasis 
dan anti Tionghoa, ... tapi tetap tidak bisa meenghalangi apalagi menghilangkan 
kenyataan telah menjadi satunya Tionghoa dalam bagian Bangsa Indonesia.

Salam,

ChanCT

Wayang Orang Bukan Ciptaan Kraton Solo
Sabtu, 08 September 2007 | 13:47 WIB 

TEMPO Interaktif, Solo:Orang-orang Thionghoa memiliki banyak kontribusi 
terhadap kebudayaan Jawa meski sejak zaman kolonial Belanda hubungan orang 
Tionghoa dengan orang Jawa dibatasi. Contohnya Wayang Orang Panggung. 

Seni itu, menurut Dr Rustopo, ternyata diciptakan oleh seorang keturunan 
Tionghoa bernama Gam Kam. Jadi salah bila wayang orang panggung ciptaan 
kraton, karena yang pertama kali menciptakan adalah Gan Kam pada tahun 1895, 
kata saat menyampaikan pidato pengukuhan dirinya sebagai guru besar jurusan 
karawitan di Institut Seni Indonesia, Sabtu. 

Selain wayang orang panggung, dia melanjutkan, orang-orang Tionghoa juga 
memiliki andil besar dalam bidang kebudayaan lain seperti batik, keris, bahasa 
dan sastra Jawa hingga dunia lawak. Di bidang batik, dari penelitian yang 
dilakukan Rustopo diketahui batik-batik klasik yang dikoleksi perancang Irwan 
Tirta ternyata adalah karya orang Tionghoa. 

Go Tik San berperan dalan membuat Batik Indonesia yang merupakan perkawinan 
batik gaya kraton dengan pesisir, ujar Rustopo. 

Menurut Rustopo, tanpa ada seorang warga keturunan Tiongkok yang bernama Kho 
Djin Tiong, mungkin dunia entertaimen tidak akan mengenal lawakan Srimulat. Kho 
Djin Tiong yang dikenal bernana Teguh Srimulat lah yang mempelopori dunia lawak 
seperti saat ini. 

Kho Djin Tiong adalah guru besar pertunjukkan lawak. Peran orang Tionghoa 
dalam kebudayaan sering kali tertutupi karena stereotype pada ekonomi dan 
politik semata, kata dia. 

Di hadapan sidang Senat ISI, Rustopo, 55 tahun, Menyampaikan pidato berjudul 
Konstribusi Orang-orang Tionghoa dalam Kebudayaan Jawa, Rustopo menjadi guru 
besar etujuh yang dimiliki ISI Solo. Imron Rosyid 


[mediacare] Fw: Resensi buku: Alhamdulilah, Roman Memoar Pengarang Abangan

2007-09-04 Terurut Topik ChanCT

- Original Message - 
From: Tomodihardjo Soeprijadi
To:
Sent: Monday, 3 September, 2007 0:02
Subject: Resensi buku



Resensi buku
oleh Soeprijadi Tomodihardjo

ALHAMDULILLAH

Roman Memoar Pengarang Abangan

Pengarang: Asahan Aidit

Penerbit: Lembaga Sastra Pembebasan

Tebal: I-X plus 419 + 29 halaman gambar

HANYA ada satu makna bila seseorang mengucap Alhamdulillah, yakni merasa 
bersyukur kepada Allah karena merasa menerima berkahNya. Ucapan ini terkait 
erat dengan nurani Islam di mana para pemeluknya percaya, segala harapan dan 
cita-cita maupun pahala tak terduga dalam hidup ini hanya terlaksana berkat 
rahmatNya. Namun manusia kerap mengucap Alhamdulillah sekedar sebagai 
cetusan spontan karena kebiasaan. Toh bukan kebetulan ketika Asahan Aidit 
memilih ALHAMDULILLAH sebagai judul buku roman memoarnya. Dengan sadar ia 
benar-benar merasa bersyukur ke hadirat Allah ketika terbebas dari belenggu 
otoritas partai yang terasa menindasnya, dan ini terjadi berkali-kali selama 
17 tahun bermukim di Vietnam, seperti terungkap dalam roman memoar ini.

Siapakah Asahan? Bagi penentang azas dan ideologi marxis-sosialis-komunis, 
kenyataan bahwa ia adik kandung mendiang Ketua Partai Komunis Indonesia (DN 
Aidit) yang terdidik sejak muda di Tanahair ditambah 5 tahun belajar di Uni 
Sovyet dan 17 tahun di Vietnam, mungkin memberi kesan, pengarang ini seorang 
marxis-komunis. Belum tentu juga. Ia memang Marxis abangan seperti 
pengakuannya sendiri: ... saya memang pantas termasuk yang Marxis abangan, 
Patriot abangan, Islam abangan, Nasionalis abangan dan semua saja yang 
abangan... (hlm.179). Namun apa yang diakunya belum tentu miliknya.

Dalam wawasan sejarah kolonial Belanda di Indonesia, predikat abangan sering 
memicu penafsiran rancu. Pertama, Islam abangan adalah mereka yang hanya 
terdaftar dalam cacah-jiwa sebagai beragama Islam tetapi tidak melaksanakan 
rukun Islam dan karenanya lazim disebut juga golongan Islam Statistik. 
Kedua, Islam abangan adalah semacam ejekan bagi mereka yang beragama Islam 
tetapi menganut ideologi Marxis yang (dicap) atheis. Sarkasme ini sangat 
disukai lawan-lawan ideologinya, kalangan penguasa kolonial Belanda maupun 
bangsa sendiri, untuk menyudutkan dan mengisolasi gerakan kiri (PKI) dari 
masyarakat Hindia Belanda yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Tetapi karena Marxis itu sendiri adalah merah, maka Marxis abangan bisa 
punya makna ekstrem: kelewat merah. Dalam kajian sastra Indonesia orang 
mengenal sarkasme jenis ini pada karya prosa karangan Iwan Simatupang: 
Merah, Merahnya Merah. Dalam kajian serajah Hindia Belanda, nama Haji 
Misbach dikenal sebagai eksponen desiden yang ikut memelopori pemberontakan 
PKI melawan kekuasaan penjajah Belanda (1926-1927) tanpa meninggalkan 
keyakinan agamanya. Islam abangan? Mengapa bukan? Bagi setiap bangsa yang 
mengalami penindasan kolonial, pemberontakan melawan penjajah pada dasarnya 
merupakan sikap mulia. Namun kegagalan pemberontakan itu sendiri justru 
menyingkap kekurangan bahkan pelbagai kesalahan, terutama pada diri para 
pelopornya. Barangkali kesalahan ini tergolong penyakit kekiri-kirian, 
kekanak-kanakan, an infantile disorder, seperti kata guru besarnya: Lenin.

Mekanisme dalam filsafat mengenal hukum sebab-akibat. Dalam wacana ini 
setiap kekalahan berasal dari kesalahan besar, ibarat anak kecil yang tak 
menyadari akibat perilakunya yang keliru. Realitas tragis ini malah 
diperparah dengan pengakuan Asahan bahwa predikat abangan yang disandangnya 
adalah juga imbas dari perbuatan abang-abang saya yang bagi saya juga 
adalah para abang-abangan. (hlm. 179). Kalimat ini memperkuat kesan, 
pengarang roman memoar ini bersikap sangat kritis terhadap perilaku masalalu 
abang-abangnya sebagai orang abangan. Kesan ini mencuat dalam narasi 
pengarang sepanjang roman memoar ini, yang tanpa ragu membongkar haluan dan 
langgam kepemimpinan partai yang sangat dibencinya.


Menelusuri garis besar roman memoar setebal 420 halaman ini pembaca dengan 
mudah bisa mengambil kesimpulan sederhana: dari awal sampai akhir Asahan 
menempatkan diri sebagai pembelot, melancarkan kecaman dan kritik-kritik 
tajam terhadap pimpinan kelompok partainya di Vietnam yang tunduk kepada 
pimpinan lebih tinggi di Beijing di mana mereka menempatkan ajaran Ketua Mao 
sebagai haluan partai secara membabibuta (fanatik).

Sudah pada bab-bab pertama buku ini Asahan memuntahkan keluhan emosional 
karena merasa diperlakukan sebagai sampah politik. Di Moskow dicap Maois, di 
Beijing dianggap revisionis, dan di Hanoi tentu saja dicap Maois juga karena 
partai penguasa negeri Vietnam cenderung berkiblat ke Moskow, bukan Beijing. 
Posisi Asahan sebagai pembelot menyebabkan dirinya dikucilkan atau merasa 
dikucilkan oleh kelompoknya. Celakanya, otoritas penguasa negeri Vietnam 
hanya mengakui kelompok pimpinan PKI sebagai satu-satunya wakil kaum eksil 
Indonesia. Namun pembelotan pada dasarnya adalah pembawaan pribadi Asahan 
seperti pengakuannya 

[mediacare] Fw: pahlawan yang terlupakan

2007-08-29 Terurut Topik ChanCT
Benar, banyak nama-nama pahlawan kemerdekaan yang selama ORBA berkuasa 
menghilang atau sengaja digelapkan, banyak orang juga sudah melupakan, dan 
khususnya yang muda tidak pernah mengetahui adanya kenyataan sejarah yang 
terjadi ketika itu, ... jadi bagi yang mengetahui dan pekerja sejarah perlu 
mengungkap kembali untuk diketahui dan tidak dilupakan begitu saja.

Salam,
ChanCT


- Original Message - 
From: timur7
To: HKSIS
Sent: Wednesday, 29 August, 2007 16:02
Subject: [HKSIS] pahlawan yang terlupakan


  Mungkin di sini tidak ada yang baru, tetapi tetap penting terus mengingat 
pahlawan-pahlawan kemerdekaan/nasional yang ter/dilupakan.

  Rabu, 29 Agustus 2007 SEMARANG

  Patriot-patriot Tionghoa yang Terlupakan
a.. Oleh Rukardi
  PERAN etnis Tionghoa dalam revolusi Indonesia tak banyak mengemuka. 
Hal itu mencuatkan kesan, warga keturunan itu tak punya keterlibatan apa-apa 
dalam pembentukan negara. Padahal sejarah mencatat, orang-orang Tionghoa dan 
berkulit kuning turut memperjuangkan tegaknya negara nasional Indonesia. 
Mereka antara lain, Lie Eng Hok, Kwee Thiam Tjing, Liem Koen Hian, Tan Eng 
Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan Yap Tjwan Bing.

  Lie Eng Hok seorang tokoh dalam Pemberontakan 1926 di Banten. Dalam 
peristiwa itu, massa pribumi bergerak melakukan perusakan jalan, jembatan, 
rel kereta api, instalasi listrik, air minum, rumah-rumah serta kantor milik 
Pemerintah Kolonial Belanda. Pemberontakan dilakukan sebagai bentuk 
perlawanan terhadap pemerintahan yang menindas. Lie sempat diasingkan di 
Boven Digoel selama lima tahun (1927-1932).

  Kwee Thiam Tjing merupakan pemilik nama samaran Tjamboek Berdoeri. Dia 
berjuang bukan dengan senjata, melainkan pena. Tulisan-tulisannya di media 
massa kerap membuat merah telinga Pemerintah Kolonial Belanda. Sementara 
Liem Koen Hian, Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan Yap Tjwan 
Bing tercatat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan 
Indonesia (BPUPKI).

  Di luar itu, masih banyak keturunan Tionghoa dalam deretan nama kusuma 
bangsa. Misalnya, Tony Wen yang terlibat dalam aksi penurunan bendera 
Belanda di Hotel Oranye Surabaya pada 1945.

  Disamarkan

  Peristiwa tahun 1965, secara langsung menutup peran orang-orang 
Tionghoa dalam perjuangan kemerdekaan. Historiografi yang disusun 
pemerintahan Orde Baru secara sistematis menyamarkan jasa mereka terhadap 
bangsa. Indoktrinasi yang kuat tersebut mengakar hingga sekarang. Meski 
Reformasi telah berjalan hampir 10 tahun, sejarah belum sepenuhnya 
dilempangkan.

  Dalam peringatan HUT Ke-62 RI oleh warga Tionghoa Semarang di Kompleks 
PRPP, Tawangmas, Senin (28/8) malam, kabut sejarah itu kembali disibak. 
Ketua panitia Freddy Sinatra menuturkan, hal itu bukan dilambari semangat 
sektarian melainkan semata-mata upaya penyadaran.

  ''Bangsa ini didirikan dengan persatuan berbagai kelompok etnis dan 
suku. Etnis Tionghoa adalah salah satu di antaranya. Maka tak salah kiranya, 
jika kini kami turut merayakan dan mensyukuri kemerdekaan bangsa ini,'' ujar 
Freddy.

  Acara yang dihadiri Wali Kota Sukawi Sutarip dan Sekda Soemarmo HS 
itu, berlangsung meriah. Beragam bentuk kesenian ditampilkan di atas 
panggung, di antaranya musik, nyanyian, paduan suara, dan tari-tarian.

  Beberapa sajian menyiratkan spirit persatuan. Tari ''Gebyar Indonesia 
Bersatu'' misalnya, mendisplai ragam tarian daerah Nusantara dan etnis 
Tionghoa. Para penari berusia belia itu lincah memainkan gerak bersimbol 
kebersamaan. Beberapa orang dari korps veteran juga hadir. Mereka sengaja 
diundang oleh panitia untuk diberi penghargaan. ''Acara ini baru kali 
pertama diselenggarakan. Tahun depan akan kembali kami laksanakan,'' tandas 
Freddy. (56)




Berita Utama | Ekonomi | Internasional | Olahraga
Semarang | Sala | Pantura | Muria | Kedu  DIY | Banyumas
Budaya | Wacana

 
blackpix.gif

[mediacare] Re: Syukur, Kita Bangsa Cinta Damai

2007-08-01 Terurut Topik ChanCT
Bersyukur, kita bangsa Cinta damai ada betulnya, tapi jangan kebablas 
menjadi bangsa tahu, menjadi bangsa yang lembek dan mudah hancur, yang tidak 
berkemampuan memcecahkan masalah, menjadi bangsa yang selalu diinjak-injak 
bangsa lain!

Seperti masalah SBY-Zaenal didamaikan, secara pribadi boleh-boleh saja. 
Tapi, menurut saya hendaknya juga masalah yang dituduhkan oleh Zaenal itu 
perlu ada kejernihan, betul/tidak? Kalau itu merupakan fitnah harus ada 
sanksi yang dijatuhkan pada Zaenal, sebagai pem-fitnah! Sebaliknya kalau 
tuduhan itu betul, tentu bagi SBY juga harus menanggung sanksi HUKUM yang 
berlaku! Jangan segala masalah dengan semboyan DAMAI, dilewatkan seperti 
kentut saja, segala kesalahan yang terjadi dibiarkan tanpa ada sanksi HUKUM 
yang diberlakukan.

Itu masalah kecil, hanya menyangkut pribadi seseorang yang kebetulan 
menjabat Presiden RI saja. Tapi, kalau masalah yang besar yang menyangkut 
bangsa dan rakyat banyak, seperti korupsi yang dituduhkan pada jenderal 
Soeharto, tentu perlu di-usut dan dituntaskan secara HUKUM yang baik. Jangan 
di-DAMAI-kan atau dibiarkan dibawa mati oleh Soeharto dan hilang begitu 
saja. Belum lagi masalah pelanggaran HAM-berat yang harus 
dipertanggungjawabkan sejak Oktober 1965, saat membuka jalan untuk naik 
tachta Presiden RI ke-2. Pembunuhan yang terjadi atas jutaan rakyat tak 
berdosa diluar HUKUM, penjeblosan kedalam penjara, pembuangan ke Pulau Buru 
atas ratusan-ribu rajat tak berdosa, bahkan menjadikan jutaan keluarga 
TAPOL, istri, anak dan cucu diharuskan ikut menanggung dosa orang-orang 
yang dituduh komunis dan pendukung Presiden Soekarno, harus hidup sebagai 
warga yang patut di-curigai dengan stigma tidak bersih lingkungan. 
Menjadikan puluhan juta warga dinajiskan dengan stigma tidak bersih 
lingkungan yang dilakukan tanpa proses HUKUM dan diberlakukan sampai 
sekarang ini, ya sampai sekarang setelah berlangsung hampir 42 tahun, ... 
lebih-lebih tidak seharusnya di-DAMAI-kan dengan dibiarkan lewat begitu 
saja tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas dari jenderal Soeharto!

Juga dengan banyak masalah sehubungan dengan bangsa asing, jangan hanya 
untuk ber-DAMAI, lalu membiarkan bangsa asing menguras harta kekayaan 
bumi-alam dengan membiarkan rakyat banyak tetap papa-miskin, hidup tetap 
dibawah garis kemiskinan sekalipun sudah hampir 62 tahun Merdeka. Tuntut 
pejabat-tinggi Pemerintah yang melanggar ketetapan UUD 45, yang jelas dan 
tegas mengamanatkan bahwa segenap kekayaan bumi-alam diperuntukan 
kepentingan rakyat terbanyak, dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan 
rakyat banyak. Dan pelanggaran UUD-45 yang terjadi puluhan tahun seperti PT. 
Freeport, Minyak Cepu, Newmoont dll, ... lalu, penjeratan mencekik yang 
terjadi dengan atas-nama BANTUAN IMF dan Bank Dunia, ... yang jelas 
berakibat ekonomi nasional terpuruk. Tidak bisakah Bangsa ini menegakkan 
kepala dengan Pemerintah yang berkuasa untuk menggugat dan minta 
pertanggung-jawaban IMF yang memaksa kita melaksakan instruksi yang salah 
itu? Damai??? Jangan lakukan DAMAI macam itu, tuntut dan gugatlah IMF 
untuk ikut menanggulangi BLBI yang dilarikan, hutang-piutang yang terjadi 
akbat Pemerintah RI sepenuhnya menjalankan instruk mereka.

Salam,
ChanCT



- Original Message - 
From: T Chandra
To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
mediacare@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] ; 
[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, 1 August, 2007 0:05
Subject: [HKSIS] Syukur, Kita Bangsa Cinta Damai


Kita harus syukuran nasional karena kita jelasjemelas adalah bangsa yang 
cinta damai, walaupun sekali-kali bedil dan parang ngamuk makan ribuan 
korban. Hakikatnya kita cinta damai banget. Lihat saja. Sekarang SBY dan 
Zaenal diusulkan damai, SBY dan Amien udah berdamai, pemerintah juga 
damai-damai aja sama Soeharto dan keluarganya,
sikap terhadap KKN terutama korupsi juga damai saja, diselingi aksi tebang 
pilih buat tebar
pesona. Bangsa kita yang bertradisi luhur juga cepat damai sama semua mantan 
penjajah,
begitu Orba mulai kuasa juga cepat banget dame sama para imperial dan 
perusahaan gajah, selanjutnya Indonesia damai dan bahagia dengan Freeport, 
newmont, Exxon dan sebagainya. RI sekarang juga damai dengan GAM (gerakan 
Aceh Merdeka), sangat mungkin akan damai sama RMS (kalau saja cara kibarkan 
benderanya lebih sopan, jangan dari dalam pakean dalam dong, tapi dikibar 
santun oleh gadis-gadis Maluku manisee). Dengan Sinagpura yang banyak banget 
duitnya juga Indonesia ingin damai terus, dame suplai pasir, latihan bersama 
lempar roket, para konglomerat hitam dari kita disana hidup sangat damai 
adil dan makmur menikmati jarahan yang sangat damai diperoleh dari bangsa 
kita. Ada juga harapan akan damai dengan OPM karena kan Indonesia sudah 
begitu damai dengan para sponsor mereka, seperti TKI dan TKW harus damai 
sama tuannya, yaitu damai antara pembantu dan nyonyanya. Karena sifat sangat 
cinta damai itu tanpa susah menyelesaikan seabrek masalah secara

[mediacare] Fw: Sikap tulus francisca ria susanti

2007-07-28 Terurut Topik ChanCT
Kawan-kawan sekalian yb,

Sungguh saya rasakan suatu kesejukan yang didapat dari tegur bung Kusni 
tidak pernah menyatakan Thio Keng Bouw  sebagai Anjing Soeharto, ternyata 
mendapatkan koreksi yang tulus hati dari penulis muda Francisca Ria Susanti 
untuk memberi penjelasan dan bersedia tulisannya di koreksi redaksi. Satu 
kejujuran yang patut dihargai dan dihormati.

Memang untuk membuat satu tulisan dari hasil wawancara, ngobrol dengan 
beberapa kawan itu tidaklah mudah. Mungkin juga salah penangkapan atau 
mungkin juga kesalahan ucap yang terjadi ketika itu. Setelah saya perhatikan 
dalam pembicaraan dengan saya, rasanya apa yang menjadi penekanan dalam 
tulisan berbeda dengan apa yang saya maksud dan kehendaki. Misalnya, sebab 
terjadinya kerusuhan anti-Tionghoa yang meletus berulang kali di Indonesia, 
sehingga kesan orang diluar, bangsa Indonesia itu bangsa yang brutal, bangsa 
barbar. Penekanan saya bukan pada adanya kesenjangan sosial seperti yang 
dituliskan, tapi karena adanya sementara pejabat-tinggi atau jenderal yang 
menjadikan komunitas Tionghoa sebagai kambing hitam, yang dikorbankan untuk 
mencapai tujuan tertentu. Adanya elite politik yang berkemampuan 
mengorganisasi dan menyulut kemarahan/ketidak puasan rakyat miskin untuk 
menjarah, merampok dan membakar harta-milik komunitas Tionghoa.

Selebihnya, disana-sini juga masih ada soal-soal kecil yang mungkin 
kurang teliti dalam menulis atau mengetik yang terjadi. Saya kira pembaca 
tidak akan salah mengerti apa yang dikehendaki penulis. Bukan soal besar. 
Bagaimanapun juga, Terimakasih atas usaha Susanti yang telah dengan susah 
payah berusaha memperkenalkan atau mengedepankan masalah-masalah yang 
dianggap menarik untuk diketahui banyak orang, dalam bentuk cerita.

Sedang menurut saya, yang lebih penting untuk mendapatkan kejelasan, 
dijernihkan dari orang yang diwawancari, Thio Keng Bouw sendiri apa 
benar/salah yang dinyatakan dalam tulisan Susanti itu.

Salam,
ChanCT

- Original Message - 
From: sangumang kusni
To: ChanCT
Sent: Sunday, 29 July, 2007 10:10
Subject: Fwd: Re: Fw: [HKSIS] minta penjelasan dari francisca ria susanti


sangumang kusni [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Date: Sun, 29 Jul 2007 09:57:50 +0800 (CST)
  From: sangumang kusni [EMAIL PROTECTED]
  Subject: Re: Fw: [HKSIS] minta penjelasan dari francisca ria susanti
  To: fransisca susanti [EMAIL PROTECTED]


  Ini sikap korek dan saya hargai. Saya harap redaksi menyiar ulang 
koreksinya sesuai etika jurnalistik. Jika etika masih dihargai. Terimakasih 
bahwa Anda berani mengaku salah, hal yang tidak gampang bagi orang Indo yang 
saya kenal. Juga masih punya tatakrama.

  JJKusni


  fransisca susanti [EMAIL PROTECTED] wrote:
Trimakasih atas penjelasannya,
trimakasih juga telah mengingatkan soal re-check.
saya mengakui telah melakukan kesalahan dg tidak melakukan re-check pada 
Anda.
Dengan demikian, khusus  perihal  mengenai Anda, saya akan minta redaksi 
untuk menghapusnya.

salam,
santi





- Original Message 
From: sangumang kusni [EMAIL PROTECTED]
To: fransisca susanti [EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, July 28, 2007 11:39:33 PM
Subject: Re: Fw: [HKSIS] minta penjelasan dari francisca ria susanti


Yth. Sdri Francisca Susanti,
Dalam menuliskan sesuatu untuk publik, apakah tidak sebaiknya ketepatan, 
check dan recheck diperlukan, termasuk apa yang diucapkan seseorang dengan 
menyebut nama dan yang disebut seringnya saya lewat Hong Kong. Anda masih 
menggunakan istilah mungkin untuk data Anda, dan mungkin bukanlah 
koreksi dan pertanggunganjawab. Salah satu cara recheck, misalnya bisa 
dilakukan dengan menghubungi saya langsung sebelum menurunkan sebuah 
tulisan. Tulisan yang tak akurat data-datanya barangkali bisa disebut 
sejenis gunjing atau ngawur.

Saya tidak mau meluaskan soal ke masalah lain seperti perasaan dan 
kedekatan dengan seseorang, kaitannya dengan Lekra,  soal menikam, serta 
masalah-masalah lainnya. Saya hanya minta pertanggunganjawab atas dua data 
itu saja.

JJ. Kusni


fransisca susanti [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Yth. Bp JJ. Kusni,
  saya minta maaf kalau tulisan saya menyinggung Anda,
  saya menuliskan berdasarkan wawancara dengan Pak Keng Bouw (TKB)
  Ada beberapa orang yg disebut oleh  TKB telah mengecamnya sbg anjing 
dan antek Soeharto.
  Mungkin saya salah menyebut kalau kata2 anjing soeharto itu keluar 
dari mulut Anda,
  tp yg pasti pernyataan TKB bahwa Anda dan kawan2 menikamTKB, itu 
saya dapat dr wawancara langsung dg TKB.
  Ia juga mengaku bahwa hubungan Anda dengannya tak lagi seperti dulu. 
Ia mengatakan bahwa dulu hubungan TKB dan Anda sangat dekat, tp kemudian 
meregang paska debat di milis tersebut.
  Sementara soal-soal lain, saya dapat dari wawancara dg pak Chan, 
obrolan dg pak ping, sejumlah kawan di Jkt dan penelusuran di milis.

  salam,
  santi



  - Original Message

[mediacare] Fw: REFORMASI

2007-05-21 Terurut Topik ChanCT
REFORMASI
- Original Message - 
From: harsutejo
To: [EMAIL PROTECTED] ; sastra pembebasan ; wahana-news ; hksis
Sent: Monday, 21 May, 2007 23:12
Subject: [HKSIS] REFORMASI


REFORMASI

Retorika Tanpa Isi

Oleh: Harsutejo

Rezim Suharto yang berpredikat Demokrasi Pancasila itu dalam kenyataannya 
merupakan rezim diktator militer yang ditandai dengan adanya barisan militer 
yang menduduki segala macam jabatan pemerintahan, eksekutif, legislatif dan 
yudikatif, dari pusat sampai daerah. Sudah pada pertengahan 1970-an terdapat 
20.000 personil militer [mayoritas dari AD], melakukan apa yang disebut 
'kekaryaan' menduduki jabatan dari menteri, duta besar, direktur BUMN, 
jabatan-jabatan tinggi dalam birokrasi, bankir, gubernur, sampai camat, 
lurah dan ketua RW/RT. Hal itu merupakan jaringan alat pemaksa untuk 
memastikan berjalannya komando dari atas. Keadaan itu kemudian berujung pada 
maraknya korupsi yang bukan saja ditolerir, bahkan didukung oleh 
kepemimpinan AD. Sistim komando dan hierarkhi diterapkan ke dalam segala 
aspek kehidupan. Seluruh negeri berada dalam genggaman militer yang 
dipandegani Suharto.

Ketika krisis melanda Asia termasuk Indonesia, maka terlihat bahwa 
pembangunan ekonomi Indonesia bak membangun istana pasir, ekonomi keuangan 
runtuh dengan cepatnya. Nilai tukar dollar AS dari Juni 1997 sampai Januari 
1998 melonjak dari Rp 2.400 meroket menjadi Rp 16.800, nilai rupiah menyusut 
tinggal 20%. Seluruh harga barang impor meningkat tajam sampai 4-6 kali 
lipat yang berdampak pada seluruh harga barang termasuk bahan makan yang 
sebagian juga diimpor. Suharto baru saja dikukuhkan sebagai presiden untuk 
ke sekian kalinya dengan kemenangan Golkar secara mutlak. Sebelumnya sudah 
dianalisis oleh Prof Dr Juwono Sudarsono, bahwa hanya militer yang siap, 
yang tak lain dari Jendral Besar (Purn) Suharto. Krisis moneter dan ekonomi 
yang membawa krisis multi dimensi ini telah menyeret Suharto dari takhta 
kerajaannya yang telah didudukinya selama 32 tahun untuk digantikan oleh 
anak emasnya Habibie.

Tuntutan reformasi sudah disuarakan berbagai pihak sebelum Suharto jatuh. 
Reformasi artinya perubahan besar dalam politik, sosial dan ekonomi, belum 
tentu perubahan mendasar. Kaum reformis yang terdiri dari berbagai macam 
golongan dan kaum muda dengan mahasiswa sebagai salah satu motornya 
menghendaki perubahan besar yang meliputi konstelasi politik, peran militer, 
birokrasi, kebebasan demokrasi, penegakan HAM dan penegakan hukum, 
pemberantasan korupsi, pendidikan yang terjangkau untuk semua lapisan, 
pemberdayaan rakyat umum dan rakyat miskin secara adil. Sebagai yang ditulis 
Prof Sarbini Sumawinata, dengan cerdik penguasa lama melakukan perubahan di 
permukaan, perubahan semu yang hanya menyentuh gaya dan penampilan, sedang 
karakter dan jiwanya tetap Orba.

Dalam kenyataannya korupsi jalan terus, yang lama belum ditindak yang baru 
berbiak. Alih-alih reformasi yang terjadi pembunuhan Munir yang melibatkan 
sejumlah pihak termasuk orang dalam dinas intelijen, dikatakan akan diusut 
tuntas. Ya cuma akan! Alih-alih reformasi bidang pendidikan yang terjadi 
pencekalan buku pelajaran sejarah, suatu ancaman potensial terhadap 
kebebasan menulis. Reformasi hanya retorika tanpa isi.



 


[mediacare] Fw: Catatan seorang Tionghoa Jakarta di bulan MEI tahun 1998

2007-05-16 Terurut Topik ChanCT

- Original Message - 
From: Steeve Haryanto
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, 17 May, 2007 3:08
Subject: [budaya_tionghua] Catatan seorang Tionghoa Jakarta di bulan MEI 
tahun 1998


Catatan seorang Tionghoa Jakarta di bulan MEI tahun 1998

Kegelapan malam menghilang
Kesiangan kembali menghadang
ketika kusadari waktu telah berganti karna begadang
kusambut hari dengan berdagang.

Indahnya metropolis menghardik kesulitan ekonomi
Papan yang berjejer rapi sepi pembeli
tak urung jua kubermimpi
suatu hari kesuksesan bisa kudapati

ribuan orang berkumpul ditengah ban berapi
melihat guyuran tatapan yang tak henti
membalikan badan sambil berteriak memaki
' cina ... cina ... bakar cina '

terbiasa dengan kunjungan orang membeli dagangan
melayani satu persatu melalui penerangan
ribuan tangan mulai menerawang
ribuan tangan mulai menggerayang

badanku tidak kujual
daganganku yang kujual
kenapa badanku yang kau jagal
dan daganganku kau obral

seperti hari ini ... aku tertidur dengan orang yang tidak ku pernah bisa 
rangkul ...
Kuburan massal TPU pondok rangon, jakarta timur.




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


Yahoo! Groups Links





[mediacare] Fw: Bagimu Pahlawan Reformasi

2007-05-13 Terurut Topik ChanCT

- Original Message - 
From: Martha J.
To: komunitas-tionghoa
Sent: Saturday, 12 May, 2007 23:28
Subject: [komunitas-tionghoa] Re: Untuk Esther Indahyani Jusuf II



Bagimu Pahlawan Reformasi  :
Hendrawan Sie, Elang Mulyana, Hafidin Royan dan Herry Hertanto.

masih terbayang di anganku kawan,
kala terakhir kau datang ke rumahku di pagi buta
kau akan pergi meninggalkan aku yang kau cinta
kau berjanji akan menulis surat untukku di setiap senja
dan aku hanya tersenyum sambil menundukkan kepala

masih terbayang di anganku kawan,
kala kita masih duduk di bangku es em u
ketika seorang guru memarahiku
dan aku menangis karena malu
kau hibur dengan kata-kata semanis madu
kaupun berusaha untuk melucu
kau kupeluk dan ciuman pertamakupun menyatu dengan bibirmu

hari ini kawan,
tepat sembilan tahun telah berlalu
tak ada lagi surat kuterima darimu
karna kau pergi untuk selamanya
diterjang peluru tentara
dari atas jembatan di ujung jalan Kyai Tapa

kini, bila rembulan hadir di malam hari
tak ada lagi engkau yang kunanti
di kebun belakang tempat kita biasa berbincang dahulu
telah dipenuhi ilalang dan debu

hanya doa kupanjatkan kepada yang maha kuasa
semoga engkau berbahagia di alam sana

12 Mei 2007
mj

On Apr 30, 4:53 pm, Martha J. [EMAIL PROTECTED] wrote:
 anakku,
 kalender di dinding hari ini telah berganti
 wajah bulan Mei kini menampakkan diri
 selalu kurasakan kembali kehadiranmu
 di kamar tidurmu yang masih seperti dulu
 di kamar mandi masih kudengar senandungmu
 ketika kecipak air membasahi tubuhku
 akupun tersadar ini hanyalah sebilah rindu

 Mei 1, 2007
 mj

 ===
 Memasuki bulan Mei, kita kenang kembali peristiwa Mei-98

 (Jakarta,12 Mei 1998)
 gelegar tembakan di ujung jalan Kyai Tapa
 mengawali derita putra-putri bangsa
 tubuh-tubuh muda terkapar
 darah berceceran
 pom bensin dibakar
 truck sampah digulingkan
 Jakarta . gegap - gempita

 (keesokan harinya)
 di suatu sudut utara kota
 angkara murka merajalela
 rumah-rumah dibakar
 tubuh menggigil menahan getar
 di hadapan orang-orang yang mengasihi
 perempuan-perempuan kehilangan harga diri

 merintih sedih
 marah dan pilu silih berganti

 korban bergelimpangan di seluruh kota
 Jakarta diamuk massa
 Jakarta  porak - poranda

 di suatu mall di tengah kota
 rakyat tak bersalah diajar durhaka
 diajak menjarah menguras harta
 tetapi mereka hanyalah dianggap sepotong benda
 yang akan dipanggang sebagai tumbal bagi penguasa

 di jalan-jalan diadakan razia
 perempuan-perempuan bermata sayu dipermalukan
 perempuan-perempuan bermata sayu dinodai
 perempuan-perempuan bermata sayu kemudian banyak yang bunuh diri

 meninggalkan derita bagi keluarga
 dendampun membara

 jiwaku meronta
 sukmaku meradang
 dimanakah engkau dewi keadilan?

 sembilan tahun aku telah menanti
 tidakkah kau dengar wahai tuan-tuan yang duduk di atas singgasana
 kebesaran?
 kami telah berteriak dengan suara lantang
 apa lagi yang bisa kami lakukan?

 melati di atas kuburpun telah lama tak lagi mewangi
 kami yang masih hidup tidak sudi hanya berdiam diri
 kami berjuang menuntut keadilan
 bagi mereka yang kini telah menjadi tulang belulang.

 29 april 2007
 mj


--~--~-~--~~~---~--~~
Anda menerima pesan ini karena Anda tergabung pada grup Grup Google 
komunitas-tionghoa grup.
 Untuk mengirim pesan ke grup ini, kirim email ke 
[EMAIL PROTECTED]
 Untuk keluar dari grup ini, kirim email ke 
[EMAIL PROTECTED]
 Etika berdiskusi bisa dilihat di
http://groups.google.com/group/komunitas-tionghoa/web/etika
 Untuk pilihan lainnya, lihat grup ini pada 
http://groups.google.com/group/komunitas-tionghoa?hl=id
 Kondisi/term dalam memakai jasa Googlegroups
http://groups.google.com/intl/en/googlegroups/terms_of_service3.html
 Opini dalam setiap posting adalah pendapat pribadi dari pemosting sendiri, 
bukan mencerminkan pendapat milis ataupun komunitas tionghoa keseluruhan
-~--~~~~--~~--~--~---


[mediacare] Fw: Re: SUATU TRAGEDI KEMANUSIAAN YANG NYARIS TERLUPAKAN == Djoko

2007-05-13 Terurut Topik ChanCT
Bung Djoko yb,

Benar-benar satu pengalaman hidup yang menyentuh, ... kehidupan bersama 
dalam masyarakat, hendaknya setiap suku, etnis, agama yang berbeda-beda itu 
bisa saling menerima, menghormati segala perbedaan yang ada, demi 
mempertahankan keharmonisan dan persahabatan erat, saling bantu dalam 
kehidupan sehari-hari.

Alangkah nyaman dan indahnya seandainya disetiap tempat di Nusantara 
ini, terjadi suasana hidup yang harmonis dan bersahabat sebagaimana keluarga 
bung Djoko lakukan itu, masing-masing bisa menekuni pekerjaan dengan lebih 
tenang dan giat, ... produksi meningkat, perputaran roda ekonomi nasional 
lebih lancar dan yang pasti kerugian-besar akibat kerusuhan bisa dihindari.

Sungguh sangat prihatin dan menyedihkan melihat dinegeri ini tak satu 
pelanggaran HAM-berat yang melibatkan pejabat tinggi tak pernah bisa 
dituntaskan, jangankan yang amat dahsyat seperti pembunuhan massal G30S, 
Malari, Tanjung-periok, Petrus, masalah kerusuhan Mei-'98 sampai pada 
pembunuhan Munir juga sudah memasuki tahun ke-3 belum juga tuntas. Tak juga 
bisa kita lihat ada dalang yang paling bertanggungjawab bisa diseret kedepan 
pengadilan dan dijatuhi hukuman setimpal. Sedang korban '65 yang jutaan dan 
sudah lewat hampir 42 tahun, dari Tapol yang bersangkutan sampai pada 
keluarga, istri-anak-cucu tetap dibiarkan tetap hidup bagaikan warga 
pesakitan yang patut didiskriminasi, tanpa ada kejelasan dimana kesalahan 
mereka dan oleh karena patut menderita begitu. Waaalaaah, Dimana letak HUKUM 
dinegeri ini, yang dikatakan adil dan tidak seorang bisa kebal hukum.

Salam damai dan sejahtera
ChanCT

- Original Message - 
From: djoko sri moeljono
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, 13 May, 2007 18:10
Subject: Re: [HKSIS] SUATU TRAGEDI KEMANUSIAAN YANG NYARIS TERLUPAKAN





Tragedi Kerusuhan Mei 1998 memang diusahakan oleh pemerintah agar dilupa
kan oleh masyarakat.
Saat peluncuran Buku Kerusuhan Mei 1998 di Goethe Institute bisa kita saksi
kan bahwa ruangan penuh sesak oleh pengunjung yang sebagian besar warga
Tionghoa dan memang korban kerusuhan Mei adalah warga Tionghoa.
Penerbitan buku Kerusuhan Mei 1998 memang patut diacungi jempol karena
merupakan upaya mendokumentasikan peristiwa yang merupakan noda hitam 
sejarah bangsa,agar generasi muda sesudah kita bisa mempelajarinya (dalam
nivel Marga T Sekuntum Nozomi III juga sudah ditulis,tetapi disisipkan 
seba
gai kisa dalam novel dan bukan data primer hasil investigasi}.
Kami sekeluarga bisa menyaksikan akibat kerusuhan tsb keesokan harinya
sesudah terjadi penjarahan dan pembakaran,karena kami keluar rumah pagi
hari saat sebuah tank Marinir berpatroli dan kami mengekor dibelakang tank
menyusuri jalan Gunung Sahari,Mangga Dua,Pecenongan,Hayam Wuruk -
saat api masih menyala dibeberapa tempat dan barang berserakan dijalan
Aku sengaja menujukkan pada isteri dan kedua anak (15th dan 11th) agar me
reka menyaksikan sendiri hal yang tak boleh terulang dalam kehidupan ber
bangsa.
Dalam kehidupan berbangsa mereka,warga masyarakat Tionghoa,masih men
dapat perlakuan diskriminatif seperti kami,eks tapol.Kalau mereka merasakan
dalam bentuk keharusan memiliki SBKRI,yang resminya sudah dihapus tapi
dalam praktek masih berlaku,kami mengalami diskriminasi dalam pemberian
KTP.Seharusnya bagi warga berusia 60th keatas sudah harus mendapatkan
KTP seumur hidup,eks tapol sampai usia 80th lebih belum diberi KTP seumur
hidup dan setiap 5 th sekali wajib memperpanjang.Kami senasib didiskrimina
si oleh negara!
Di sisi lain kehidupan,kalau dulu saat kami sekolah,teman dikelas ada yang
bernama The Hong Hian,Lie Soen Tat,Tan King San,Tjoa Kek Bo atau Thio
Ging Hwie - mengapa nama-nama tsb harus diganti? Ini adalah salah satu
bentuk pemaksaan yang melawan adat turun temurun
Dilain pihak,warga masyarakat Tionghoa juga masih cenderung berkumpul
dalam komunitas memisahkan diri seperti bisa kita saksikan dibeberapa wi
layah Jakarta seperti di Pluit (paling mencolok dengan pagar-pagar besi dise
tiap ujung jalan),Kelapa Gading dan yang sudah mentradisi di sekitar Glodok.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kecenderungan berkumpul dalam kelom
pok semacam ini sudah terjadi sejak lama dalam bentuk Pecinan,juga diluar
negeri seperti China Town,atau ghetto orang Yahudi,daerah keturunan Italia 
di
New York atau Melbourne,daerah keturunan Yunani dsb.
Kecenderungan semacam ini harus diusahakan secara bertahap dihilangkan
dan warga Tionghoa harus menyebar ditengah warga masyarakat.
Memang aku sendiri mengalami didiskriminasi oleh tetangga-tetanggaku yg
warga Tionghoa,sebelah kkiri rumahku orang Tionghoa,demikian pula sebelah
kanan rumah.Mereka saling mengunjungi dan rumahku selalu dilewati,tidak
pernah disinggahi,sampai suatu saat aku tersinggung.
Aku datangi mereka yang dikiri maupun kanan rumah dan aku tegur.
Yang dikiri asal Pasuruan Jawa Timur dan yang kanan asal Cirebon Jawa Barat
Aku ingatkan mereka bahwa tetangga adalah saudara terdekat - kepada sia
pa anda minta tolong dalam

[mediacare] Terkenang Jumat 10 Mei 1963, Kampus ITB

2007-05-10 Terurut Topik ChanCT
- Original Message - 
From: S Manap
To: [EMAIL PROTECTED] ; sastra-pembebasan
Sent: Thursday, 10 May, 2007 15:35
Subject: SV: [HKSIS] Fw: Terkenang Jumat 10 Mei 1963, Kampus ITB


   Mei 1963.

  Bulan Mei 1963 akan selalu menjadi ingatan, karena pada bulan itu 
terjadi gerakan rasialis secara besar-besaran yang telah banyak mencelakakan 
etnis Tiong Hua terutama di kota Bandung. Kekuatan revolusioner telah 
mencanangkan bahwa gerakan anti Tiong Hua itu akan menjalar ke berbagai 
tempat termasuk ke kampung halaman kami di Palembang. Seorang tokoh dari 
organisasi Mahasiswa Islam tertentu telah datang ke kota kami  dari Jakarta 
dengan dielu-elukan oleh pengikut-pengikutnya. Dari seorang teman sekolahku 
yang menjadi anggota organisasi itu bernama H.B (adik dari mayor Y.B) baru 
diketahui bahwa tokoh yang datang dari Jakarta itulah yang bertugas 
menggerakkan gerakan anti Tiong Hua di tempat kami.
 Atas petunjuk dari PKI  Sumatera Selatan (yang sekarang menjadi partai 
terlarang), maka Pemuda Rakyat (yang sekarang menjadi organisasi terlarang), 
bertugas melakukan antisipasi sebelum kaum rasialis sempat melaksanakan 
rencananya.
 Dengan berkoordinasi dengan PPI (satu organisasi yang mayoritas 
anggotanya etnis Tiong Hua) serta melaporkan kemungkinan akan terjadi 
gerakan anti Tiong Hua kepada polisi, maka rencana kaum rasialis anti Tiong 
Hua itu dapat digagalkan. Pemuda Rakyatlah yang melakukan ronda baik siang 
apalagi di malam hari di tempat tinggal dan pertokoan milik orang-orang 
Tiong Hua, sedangkan orang-orang Tiong Hua tidak boleh keluar rumah di malam 
hari.   Beginilah bagian terakhir dari lagu yang dinyanyikan oleh Pamuda 
Rakyat dan PPI pada waktu itu:
:
 Ayo susun terus, ayo susun terus,
 Kekuatan poros NASAKOM.
 Ganyang pembelokan tujuan,
 Ganyang kontra revolusi.

  Hancurkan, hancurkan, hancurkan rasialisme,
  Hancurkan, hancurkan, hancurkan rasialisme.

 S.Manap.
 10 Mei 2007



ChanCT [EMAIL PROTECTED] skrev:

  - Original Message - 
  From: andy mokoginta
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Sent: Thursday, 10 May, 2007 4:05
  Subject: Re: [t-net] Terkenang Jumat 10 Mei 1963, Kampus ITB


  Mengenang 10 Mei 1963  Bagi para netter yang masih muda2 (baca: dibawah 40 
tahun), baiklah opa Andy share pengalaman opa waktu kuliah di ITB di jurusan 
Fisika 44 tahun yang lalu.
Seperti biasa kalau Jumat, opa males kuliah. Kuliah juga stop jam 
sebelas karena semua musti ke masjid. Apalagi vak Quantum Mechanic yang 
rumet. Juga biasanya dua minggu sekali opa pulang ke Dengklok. Kaget opa 
pagi itu  liat si Eng San temen seindekos di papah bebrapa temen lain. 
Bajunya berlumuran darah, mukanya biru bengap, mata kirinya tertutup 
bengkak, habis berantem,  menurut si Eddy, temen sekelasnya di Mesin, motor 
Hondanya diserempet waktu mau masuk kampus oleh anak Mesin juga. Si Eng San 
yang merasa bener terang panas apa lagi dia jago judo. Dia langsung nonjok. 
Eh, si Anak Mesin ini merasa kalah kuat, nyari bantuan lantes ngeroyok 
rame2. Sebentar aja , para mahasiswa pri langsung terbakar emosinya liat ada 
non pri berani mukul pri. Kalu sebaliknya ya normal lah. Siapa sih yang 
numpang?

Sejarah mencatat, setelah sholat Jumat selesai, festival pembakaran dan 
pemukulan ethnis Tionghoa menjalar ke Cianjur, Garut , Tasik, Sukabumi, 
Bogor dan kota2 besar lainnya. Salah satu gembongnya, mahasiswa yang 
drop-out kemudian hari dikenal dengan nama Adi Sasono, mantan Menteri 
Koperasi, sekarang CEOnya Koran Republika. Untung si Eng San sempet 
diungsikan oleh teman2nya ke Cimahi. Karena sorenya, kamar kosnya abis 
dirusakin massa yang kalap. Karena kami indekos dirumah Pak Cecep, Sunda 
asli, ya gak jadi dibakar, coba kalu yang punya rumah non-pri.

Kabarnya Adi S adalah salah satu dalang kerusuhan Mei 98..tapi karena 
gak ada bukti, tidak eloklah kita memfitnah. Jelas sebagai seorang sinofobik 
beliau dianggap pahlawan oleh saudara2 seiman. Kabar terakhir Eng San sudah 
retired dan ongkang2 kaki di Bay Area, SF. Gara2 dia berapa banyak rumah 
dan motor/mobil habis diamuk massa yang menuntut keadilan! Walau yang 
nyerempet bersalah, seharusnya kita yang numpang minta ampun kok. Ini malah 
berani nonjok. Eng San, Eng San, kayak kamu gak punya mata aja, gak tahu 
tingginya gunung  Chomo Lungma aka Mount Everest!!

Semoga para netter yang muda2 sadar, sejarah akan terulang lagi. Ya 
waktu emang cepat berlalu, rambut udah putih semua, jalan juga sudah 
tertatih-tatih..mana opa Andy bisa kopdar dengan anak2 muda yang begitu 
bijak berbual-bual? Eva, saya masih mudain dikit dari Dr Han. Mana pas 
ngobrol politik dengen para cucu? Sori basa Indonya sudah kadaluwarsa. Masih 
mending Dr Han dan meneer YHG yang lancar hollands sprekken.
Salam,
Opa Andy



[mediacare] Fw: Peluncuran Buku: KERUSUHAN MEI 1998

2007-05-03 Terurut Topik ChanCT

- Original Message - 
From: Gregoria Barbarica
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, 3 May, 2007 23:28
Subject: [snb-milis] Undangan


Halo rekan-rekan semua..

Peluncuran dan Bedah Buku
'Kerusuhan Mei 1998 : Fakta, Data dan Analisa'

Hari Kamis, tgl 10 Mei 2007 , pk.18.00 wib
di Goethe-Institut Jakarta,
Jl. Sam Ratulangi No. 9 - 15
Menteng, Jakarta-Pusat

Konfirmasi Kehadiran:
Meiti: 021.784.40636 / 0815.9565374


Mohon doa, dukungan serta kedatangan anda sehingga acara nanti dpt berjalan 
dgn lancar  sukses.
Dengan harapan yang berminat  bisa memberi sumbangan!


salam,
gregoria barbarica



__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com


Yahoo! Groups Links



















[mediacare] Re: Masyarakat Tionghoa Bagian Integral Indonesia == Metta

2007-02-27 Terurut Topik ChanCT
Terimakasih atas koreksi bung Metta,

Semula saya hanya mendengar Sejak Presiden Gus Dur, Presiden Mega dan 
Presiden SBY sekarang ini sudah menggunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa, 
ketika berhadapan atau pembicaraan resmi dengan pejabat Pemerintah RRT. 
Jadi, saya masih meragukan kebenaran Presiden SBY sudah menggunakan sebutan 
Tionghoa didepan warga Indonesia sendiri, karena laporan yang disampaikan 
Kompas menggunakan sebutan China, sedang Suara Merdeka menggunakan 
Tionghoa.

Baru yakin, setelah bung Benny S. yang ikut menghadiri upacara Perayaan 
Imlek tgl. 24 itu, memberikan ketegasan bahwa Presiden SBY dalam kata 
sambutannya sudah menggunakan sebutan Tionghoa. Dan sekarang dari bung 
Metta, saya mendapatkan ketegasan Presiden SBY sudah sejak menjabat Presiden 
menggunakan kembali sebutan Tiongkok/Tionghoa menggantikan sebutan Cina yang 
jelas berkonotasi penghinaan itu.

Tentunya goodwill tersebut dari pejabat tertinggi Pemerintah RI harus 
dengan sabar kita tunggu untuk dilanjutkan maju selangkah lagi untuk 
mencabut secara resmi, sebagai koreksi kesalahan pemerintah yl. yang 
mengeluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Tentang Masalah Cina 
No.SE-06/Pres.Kab/6/67.

Dan yang jelas, goodwill Presiden SBY ini akan mendorong lebih lanjut 
kehidupan harmonis yang terjadi dalam masyarakat majemuk, dimana Tionghoa 
benar-benar dijadikan dan diperlakukan sebagai anak bangsa Indonesia asli. 
Bersaing bersama secara sehat untuk mempercepat perputaran roda ekonomi 
nasional, berlomba memberikan sumbangan besar untuk meningkatkan 
kesejahteraan rakyat banyak. Mewujudkan satu masyarakat adil dan makmur 
dalam kenyataan hidup.

Salam,
ChanCT

- Original Message - 
From: metta
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, 27 February, 2007 10:58
Subject: Re: [nasional-list] Masyarakat Tionghoa Bagian Integral Indonesia


setuju pendapat anda, dengan sedikit koreksi : SBY sudah menggunakan sebutan 
Tionghoa dan Tiongkok sejak awal beliau jadi Presiden.
sekarang tinggal bagaimana goodwill itu dapat mendorong para elite 
Tionghoa untuk meujudkan secara nyata, apa yang akan dikerjakan.
banyak bidang seperti  politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, industri dlsb. 
yang menanti talenta para elite untuk menggarapnya. Rakyat (termasuk 
didalamnya orang Tionghoa kebanyakan) menunggu langkah nyata mereka.
Salam,
Metta
  - Original Message - 
  From: HKSIS
  To: HKSIS-Group
  Sent: Tuesday, February 27, 2007 8:42 AM
  Subject: [nasional-list] Masyarakat Tionghoa Bagian Integral Indonesia


  Saya tertarik dengan kebijaksanaan Presiden SBY untuk tetap menghadiri 
satu-stunya upacara Perayaan Tahun Baru Imlek  yang diselenggarakan MATAKIN 
tgl. 24 yl., kemudian akan menghadiri perayaan tgl. 28 besok setelah dirubah 
temanya menjadi Perayaan Persahabatan RI-RRT dengan mengharapkan kedua belah 
pihak kelompok Tionghoa yang bersangkutan bisa menghadiri kedua upacara tsb; 
kedua, Presiden SBY dalam kata sambutan secara resmi menggunakan sebutan 
Tionghoa didepan umum untuk menggantikan sebutan Cina atau China yang hampir 
selama 40 tahun digunakan itu.

  Maju terus pak Presiden, berani maju selangkah lagi untuk secara resmi 
mencabut Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Tentang Masalah Cina 
No.SE-06/Pres.Kab/6/67.

  Salam,
  ChanCT

  SUARA PEMBARUAN DAILY

--

  Masyarakat Tionghoa Bagian Integral Indonesia
 


[mediacare] Re: Tahun Baru Imlek dengan keunikannya di Indonesia == Semua!!!

2007-02-15 Terurut Topik ChanCT
Ya benar, asal-mula Tahun Baru Imlek hanyalah merupakan perayaan musim semi, 
sebagai pembukaan tahun musim tanam didesa, ... itulah yang terjadi sejak 
4644 tahun yl.  Kemudian, untuk menghormati Konghucu, dikaitkanlah perayaan 
musim semi itu sebagai pembuka tahun baru, yang dipotong dengan tahun 
kelahiran Konghucu 551 SM, jadilah tahun 2558 penanggalan masehi.

Namun demikian, kenyataan yang ada Tahun Baru Imlek bukanlah monopoli atau 
hanya dirayakan oleh umat Konghucu saja, kenyataan tidak hanya etnis 
Tionghoa, atau suku Han atau Tenglang saja, tapi juga dirayakan oleh 
suku-suku lain, seperti suku Mongol, suku Korea bahkan bangsa Jepang dan 
bangsa Vietnam juga ikut merayakan Tahun Baru Imlek.

Bagi Indonesia Tahun Baru Imlek memang menjadi sesuatu yang unik, sebelum 
G30S, Imlek biasa dirayakan oleh Tionghoa dan juga dinikmati perayaan itu 
beramai-ramai praktis oleh mayoritas penduduk setempat, baik kemeriahan 
atraksi budaya barongsai, liang-liong, juga wayang Potehi, ... juga makanan 
khusus kue-kranjang dan lapis-legit. Pokoknya kemeriahaan IMLEK bisa 
dinikmati bersama (Tionghoa dan non-Tionghoa), Tidak ada masalah dengan 
kemeriahan merayakan Tahun Baru Imlek yang diselenggarakan spontan 
dikalangan rakyat. Dan itulah yang terjadi sudah ratusan tahun dibumi 
Nusantara ini. Saya yakin, begitu juga diluar Jawa, apalagi didaerah yang 
banyak Tionghoa-nya seperti di Singkawang, Pontianak, Banjarmasin dsb.

Baru kemudian setelah Orba berkuasa, karena jenderal Soeharto menjalankan 
politik anti-Tiongkok dan mencurigai yang Tionghoa itu berkiblat ke 
RRT-komunis, maka munculah Inpres No.14/1967 yang melarang orang Tionghoa 
merayakan Imlek dan ber-ibadah didedan umum. Sebagai salah satu usaha 
menghilangkan segala yang berbau Tionghoa. Dan Inpres yang tidak rasional 
dan jelas melecehkan Tionghoa ini telah dicabut dimasa Pemerintah GusDur. 
Lalu Tahun Baru Imlek oleh ibu Mega sebagai Presiden RI, meningkatkan jadi 
libur nasional di Indonesia pada tahun 2003.

Saya tidak ingat alasan yang diajukan oleh Presiden Megawati, mengapa Tahun 
Baru Imlek diangkat jadi hari libur nasional, dan saya juga tidak jelas 
apakah ada kekuatan/kelompok di Indonesia yang menentang. Dan bagi Kenken 
atau Benny Joe yang mengajukan problem, juga tidak memperjelas dimana sikap 
dan pandangan mereka sehubungan ini.

Bagi saya, seandainya kenyataan Tahun Baru Imlek bisa diterima dengan baik 
oleh mayoritas mutlak rakyat Indonesia, apapun alasan ibu Mega mengangkatnya 
sebagai Hari Libur Nasional tentu tidak penting, tentu bisa diteruskan saja. 
Tidak perlu dipersoalkan, sesuai dengan kenyataan sudah ratusan tahun Tahun 
Baru Imlek dirayakan bersama, dinikmati bersama sebagaimana juga Tahun Baru 
1 Januari dan liburan Natal. Apa salahnya?

Sebaliknya, seandainya, sekali lagi penekanan saya seandainya cukup banyak 
dan kuat kelompok yang menentang, tidak setuju Tahun Baru Imlek dijadikan 
liburan nasional, katakanlah merasa terganggu dan dirugikan dengan 
ketambahan libur sehari itu, tentu Pemerintah harus pertimbangkan kembali. 
Tidak perlu kita ngotot mencari alasan, menegaskan Imlek adalah perayaan 
agama Konghucu hanya untuk mempertahankan terus sebagai libur nasional, 
boleh saja dirubah lagi jadi libur vakultatif sebagaimana sebelum G30S itu, 
kan.

Tak ada guna kita bersikeras mempertahankan Imlek sebagai libur-nasional, 
seandai itu membuat sekelompok masyarakat yang cukup besar merasa tidak 
senang/dirugikan, akan lebih bijaksana kalau kehidupan harmonis didalam 
masyarakat bisa dipertahankan, dengan bersama-sama merayakan Tahun Baru 
Imlek dengan penuh kemeriahan dan kegembiraan.

SELAMAT TAHUN BARU IMLEK pada semua kawan,
SEHAT-SEHAT dan SUKSES SELALU!
KONG HEI FAT CHOI!

Salam,
ChanCT


- Original Message - 
From: Arnold
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, 15 February, 2007 2:13
Subject: [komunitas-tionghoa] Re: Coba diperjelas maunya apa? == Semua!!!



Sdr Roeslan benar!

Di Indonesia tentu lain tidak seperti US!
Bahkan majoritas Indonesiapun lain dgn majoritas US, sehingga
pandangan kedua negara dan toleran mereka tidak dapat dijadikan
pandangan bersama, dan tidak akan bijaksana bila berpikir di US
boleh mengapa di Indonesia tidak boleh!!

Sebenarnya untuk meminta Imlek sebagai hari Nasional Indonesia, akan
membutuhkan pertimbangan politikal dan sosial aspek dari hubungan
Chinese Govt dan Indonesia Govt.

Kesimpulannya, sebaiknya Tionghoa di Indo dan di luar negeri
merasakan grateful, bahwa Imlek sudah diijinkan dan mungkin tidak
perlu memaksakan keadaan hanya waktu yang dapat merubah!
Karena masih banyak yang jauh lebih penting daripada hal ini.
Dan tentu tidak semua akan setuju dgn keadaan sekarang?
That's life!

Thanks

//AL
--- [EMAIL PROTECTED] wrote:


 OK , Arnold saya mengerti. Jadi IMLEK nampaknya sudah
 diglobalisasikan
 sehingga di AS IMLEK sudah bermetamorvose menjadi bentuk KARVAVAL
 MUSIM SEMI. itu si bisa-bisa saja, sebab memang menurut sejarahnya
 ada
 saling hubungannya antara

[mediacare] Fw: Benny Setiono Re: Tahun Baru Imlek dengan keunikannya di Indonesia == Semua!!!

2007-02-15 Terurut Topik ChanCT
Bung Benny yb,

Satu tanggapan yang sangat baik sekali. Saya mengerti sekarang dimana 
masalah sesungguhnya, dan setuju dengan usul bung: Masalah Imlek merupakan 
puncak ritual Agama atau hanya festival budaya tidak perlu dibesar-besarkan. 
Yang penting dinegeri ini, yang baru saja tertimpa bencana berturut-turut 
dan terakhir banjir lebat, 70% Jakarta tergenang air, hendaknya perayaan 
Tahun Baru Imlek bisa diselenggarakan sesederhana mungkin, tidak dengan 
pesta-pora adu mewah. Bagi Tionghoa-Tionghoa sukses bisa lebih memberikan 
perhatian, rasa peduli yang lebih besar pada penduduk sekeliling yang masih 
papa-miskin dan tertimpa penderitaan bencana alam yang terjadi. Dengan 
demikian, kehidupan masyarakat harmonis bisa lebih terjamin, bersama-sama 
maju terus memasuki Tahun Babi Emas dengan lebih baik bagi semua pihak.

Mudah-mudahan setelah menarik pelajaran dengan baik kedua kelompok bisa 
kembali bersatu, demi kepentingan bersama lebih mengutamakan mendorong maju 
ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.

Salam,
ChanCT

- Original Message - 
From: Benny Setiono
To: [EMAIL PROTECTED] ; HKSIS-Group
Sent: Thursday, 15 February, 2007 16:50
Subject: [komunitas-tionghoa] Re: Tahun Baru Imlek dengan keunikannya di 
Indonesia == Semua!!!


Bung Chan,

Berhubung masalah Imlek tahun ini merupakan masalah yang sedang aktual dan 
berpotensi menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat Tionghoa di 
Indonesia, khususnya di antara kalangan totok tertentu dan peranakan 
menengah kebawah (umat Khonghucu), saya ikut urun rembuk.

Saat ini terjadi kebingungan dan keresahan di kalangan masyarakat Tionghoa 
terutama di Jakarta berhubung berkembangnya isu-isu apakah Imlek itu 
perayaan agama atau budaya ?Ada apa sebenarnya ?

Sudah bertahun-tahun sejak tumbangnya rezim Orba dan pemerintahan Gus 
Dur,Imlek nasional dirayakan umat Khonghucu di bawah naungan Matakin sebagai 
puncak dari ritual agamanya. Yang dimaksud nasional disini karena perayaan 
tersebut dihadiri oleh para presiden RI.Jangan dipersoalkan apakah Khonghucu 
itu agama atau bukan, karena seperti kata Gus Dur, batu pun kalau ada yang 
memujanya selama tidak mengganggu dan merugikan orang lain, mau dibilang 
agama oleh umatnya silahkan saja. Apalagi Khonghucu itu memenuhi syarat 
normatif  sebagai agama yang selama ini dikenal di Indonesia yaitu, percaya 
adanya kehidupan setelah kematian, percaya adanya Tuhan yang maha esa 
(bandingkan dengan agama lain yang sah diakui pemerintah), adanya kitab, 
adanya nabi dan yang paling penting ada umatnya yang berjumlah jutaan atau 
setidaknya ratusan ribu di Indonesia. Demikian juga adanya ritual seperti 
kebaktian di Litang-litang lengkap dengan pendetanya (Haksu, Bunsu dsbnya). 
Dalam merayakan tahun Baru Imlek yang dijadikan awal penghitungan kalender 
Tionghoa, yaitu tahun hari lahirnya Khonghucu seperti juga Tahun Baru Masehi 
(AD) yang dihitung dari tahun kelahiran Kristus oleh Paus Gregorian dan juga 
Perayaan Waisak yang antara lain merupakan  hari lahirnya Sidharta Gautama 
(maaf, kayanya tidak ada kalender Buddha), umat Khonghucu di Indonesia 
selalu merayakannya dengan ritual Sembahyang Tahun Baru, Sembahyang Tikong 
(Tuhan Allah), Sembahyang Capgomeh dsbnya. Semuanya ini sesuai dengan 
ajarannya yang harus selalu menghormati dan menjunjung tinggi para orangtua 
dan leluhur sampai ke arwah dan makamnya. Sedang hari raya umat Hindu Bali 
seperti Galungan, Nyepi dsbnya tidak dikenal di India dan tempat lain, yang 
ada hari raya Deepavali.

 Di Indonesia agamaKhonghucu sekarang dengan resmi telah dinyatakan kembali 
sebagai agama yang sah (di samping di Korea) oleh Presiden SBY dan di kolom 
KTP sudah bisa dicantumkan dalam kolom agama, demikian juga ritual 
perkawinan secara agama Khonghucu sekarang sudah sah di terima oleh kantor 
Catatan Sipil. Kita masih ingat bukan bahwa di zaman Orba terjadi gugatan 
perkawinan di Pengadilan Negeri Surabaya oleh sepasang pengantin Tionghoa 
yang tidak mau dianggap  berzinah, dan melakukan upacara perkawinan dengan 
ritual agama Khonghucu sesuai keyakinan yang dianutnya,namun ditolak untuk 
dicatat oleh kantor Catatan Sipil Surabaya, sehingga perkawinannya dianggap 
tidak sah dan anak-anaknya menjadi anak haram ? Masih ingat juga bagaimana 
Gus Dur membela perkawinan pasangan tersebut dalam kesaksiannya sehingga 
diraih kemenangan oleh pasangan yang teguh dengan keyakinannya tersebut 
?Pada saat itu kita menyambut peristiwa tersebut sebagai bentuk kemenangan 
atas kesewenang-wenangan rezim penguasa yang ikut  menentukan kepercayaan 
mana saja yang boleh dikatagorikan sebagai agama yang sah di Indonesia.Jadi 
sangat tidak relevan, malahan kontra produktif dan setback apabila kita 
terus memperdebatkan masalah ini, karena itu berarti kita ikut menyetujui 
tindakan tirani dari para penguasa tersebut.

Patut kita ketahui bahwa yang selama ini menentang Khonghucu diakui kembali 
sebagai agama bukanlah dari kalangan Islam tetapi dari kalangan

[mediacare] Fw: Re: Dewan Revolusi 1965 dan 2007=Nesare #52035

2007-02-15 Terurut Topik ChanCT

- Original Message - 
From: nesare
To: tionghoa-net@yahoogroups.com
Sent: Friday, 16 February, 2007 9:57
Subject: RE: [t-net] Re: Dewan Revolusi 1965 dan 2007=Nesare #52035


Detailnya Peristiwa May 1998, dari hari ke hari, bahkan beberapa jam yang 
menentukan sebelum peristiwa itu terjadi, bisa kita baca
dari biografinya Habibie dan biografinya Wiranto. Prabowo datang ke istana 
dengan niat dan keinginannya itu dijelaskan oleh Habibie.
Lalu bagaimana posisi Prabowo (Pangkostrad waktu itu) secara mendadak sekali 
dicopot oleh Wiranto (Panglima TNI waktu itu), dan
diganti oleh Johny Lumintang, lalu bagaimana Pangkostrad Johny Lumintang 
cuma bertugas beberapa jam langsung diganti Jaja Suparman,
itu bisa kita ikuti dari koran-koran bulan Mei 1998. Dari copot-mencopot 
panglima Kostrad yang berlangsung begitu cepat, dan ini
belum pernah terjadi sebelumnya, kita sudah bisa duga memang sedang ada 
pertikaian intern di dalam tubuh AD waktu itu.  Itu satu
faktor, atau latar belakang, yang penting sekali dalam Peristiwa Mei 98.

Seandainya tidak ada pertikaian intern, seluruh jajaran AD kompak dalam satu 
komando, mana mungkin terjadi? Mana mungkin bisa
terjadi ada ratusan toko dibakar, ratusan wanita diperkosa, ribuan orang 
mati, terjadinya cuma beberapa km atau relatif tidak jauh
dari istana. Itu hanya mungkin terjadi karena pas kejadian memang nggak ada 
tentara dan polisi. Kenapa bisa nggak ada, yah kita
mesti tanya pada dua orang. Pertama pada Pangkostrad Letjen Prabowo dan 
kedua pada Mayjen Syafri, Pangdam Jaya waktu itu. Karena
cuma dua panglima itu yang bener-bener punya pasukan di Jakarta. Cuma mereka 
yang bisa mengerahkan ribuan tentara, puluhan
tank-tank, puluhan panser, bisa koordinasi dengan macam-macam alat 
perhubungan yang canggih, punya jaringan intel yang tersebar
seluruh kota, dsb, dsb. Semua perlengkapan itu mereka punya untuk 
mempertahankan ibu kota Jakarta. Jadi pasti mereka yang paling
tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan dengan begitu juga kedua orang itulah 
yang sebenarnya paling bertanggung jawab.

Memang bener nggak ada pengadilan yang sudah membuktikan Prabowio di balik 
Peristiwa Mei 98. Pengadilannya memang tidak ada. Tapi
banyak orang yang pikir memang dia yang bertanggung jawab. Dalam Wikipedia 
dikatakan, The scope of Prabowo's personal involvement
in the use of brute force, during the Suharto regime's last-ditch attempt to 
stop the 1998 pro-democracy reform movement, was never
clarified in any court of law or authoritative investigation. The probes 
conducted in Indonesia by a human rights panel led by
Attorney-General Marzuki Darusman were unable to find conclusive proof 
against him.

Nevertheless, in 2000, Prabowo made legal history as being the first 
person denied entry to enter the United States under the
provisions of the United Nations Convention against Torture and other Cruel, 
Inhuman or Degrading Treatment or Punishment. A senior
US official told The Sunday Times that a major reason for that decision - 
taken after considerable deliberations -was a
reasonable belief that [Prabowo] was involved in the riots which devastated 
Jakarta in 1998 and that witnesses had testified to
his involvement in torture and the organizing of rapes during the May riots, 
both being crimes covered under the [UN]
convention.[3] (Previous to the 1998 revolution, Prabowo had been welcome 
in the US, and his son was studying in Boston.)
http://en.wikipedia.org/wiki/Prabowo

Korps Marinir tidak berada di bawah Pangkostrad dan satu Brigade Marinir 
memang selalu bertugas di Jakarta (Cilandak). Yang bisa
menggerakkan Marinir, misalnya mendatangkan Brigade lain yang ada di 
Surabaya, itu cuma Panglima TNI. Waktu itu, ya Wiranto.
Siapapun pada bulan Mei 1998 itu tahu bahwa Prabowo punya banyak pendukung 
di kalangan Kopassus. Nah, kalau Wiranto mau menggeser
dia, yang bisa dia andalkan cuma Korps Marinir itu. Kopasus itu jadi punya 
nama besar sejak pembunuhan massal 65, dalam operasi di
TimTim, dsb. Tapi sayangnya yang dijadikan musuhnya itu kan rakyat yang 
nggak bersenjata. Sedangkan Marinir ini kan memang
bener-bener tentara yang dilatih perang. Marinir memang bisa perang dan 
mereka memang punya tank, punya panser, dsb. Jadi memang
Wiranto pakai Marinir untuk mengimbangi kekuatan  Prabowo dengan kopasusnya.

Kenapa warga Tionghoa yang dijadikan sasaran, saya rasa itu jelas kalau 
melihat latar belakangnya. Gerakan mahasiswa selama
April-Mei itu sudah meluas sekali di seluruh Indonesia. Terutama memang di 
Jakarta, di kota itu gerakan mahasiswa bisa menurunkan
puluhan ribu mahasiswa dan memang didukung oleh penduduk/rakyat Jakarta. 
Tetapi bukan hanya di Jakarta saja, di seluruh kota-kota
besar sudah ada gerakan mahasiswa yang memang mendapat dukungan dari kelas 
menengah di kota-kota. Peristiwa Semanggi dan Trisakti
itu membuat kelas menengah marah. Karena yang dibunuh itu kan mahasiswa dari 
sekolahan elitenya Jakarta seperti UI, Trisakti dan
Atmajaya. Mereka anak-anak orang 

[mediacare] Re: Korupsi di Bawah Rp 25 Juta Diampuni == T. CHandra

2007-02-07 Terurut Topik ChanCT
Iya betul bung Chandra, korupsi harus sekuat tenaga dibrantas, ditangkap dan 
dijebloskan dalam penjara. Kalau perlu yang kakap-kakap gede di tembak-mati, 
... Jangan biarkan dia berkeliaran dan terus tumbuh tanpa terjerat hukum, 
... sedang rakyat banyak dibiarkan makin menderita segala kemiskinan dan 
kelaparan. Tapi, kenyataan dihadapan Pengadilan Negeri, begitu banyaknya 
kasus kkn, dari pusat sampai daerah, dari pemerintah pusat sampai kelurahan, 
... segaligus mau diselesaikan tidaklah mungkin. Tebang pilih yang dilakukan 
Pemerintah SBY-JK sekarang adalah menangkapi koruptor teri, yang kakap tak 
terjamah. Ini kenyataan yang terjadi.

Saya setuju kalau yang didahulukan dan diutamakan adalah menangkap koruptor 
kakap, yang jelas lebih merugikan dan mencelakakan negeri ini. Yang koruptor 
teri diselesaikan sesuai dengan kemampuan pengadilan setempat saja dahulu. 
Sekali lagi, yang harus didahulukan dan diutamakan Pemerintah atau 
pengadilan negeri pusat, menyelesaikan kasus koruptor kakap paling gede itu. 
Dan itulah tantangan Pemerintah SBY-JK yang berkuasa sekarang ini, untuk 
mewujutkan janji-janji muluk yang setelah lewat 2 tahun belum juga nampak 
perubahan dan perbaikan. Kecuali masih saja menunjukkan diri bagaikan macan 
kertas saja, ... jadi, menurut bung, mampukah pemerintah sekarang ini 
mengigit koruptor kakap-kakap gede? Atau setelah mulut jaksa disumpal sekian 
milyard, segala bukti-bukti korupsi menghlaaang, dan oleh karenanya 
setelah disidang beberapa kali, koruptor kakap boleh dinyatakan bebas tidak 
terbukti menilap uang negara! Heheheheee, ...

Siapa yang menaruh belas kasihan pada koruptor? Atau bung salah menafsirkan 
pendapat saya?
Sedang pencuri ayam dihajar sampai mati, itu kan di-hakimi sendiri, bukan 
didepan pengadilan. Dan tentunya itu harus dicegah jangan sampai terjadi, 
... berlakukanlah hukum sebaik-baiknya. Benar, 25 juta jauh lebih besar 
ketimbang seekor ayam, dan itu cukup untuk membuka peternakan ayam. Tapi, 
dibanding dengan koruptor yang ratusan milyard, yang puluhan triliun, tentu 
yang 25 juta tidak berarti apa-apa, bukan. Dan, ... jelas koruptor yang 
menelan ratusan milyar dan puluhan triliun itu jauh, jauh lebih membuat 
rakyat banyak lebih melarat dan lebih mengakibatkan ekonomi nasional 
terpuruk, nyaris membuat pemerintah RI bangkrut.

Coba bung pilih mana, membiarkan koruptor kakap-gede tidak terjamah hukum 
dengan Pengadilan selalu penuh acara sibuk mengurusi koruptor teri yang 
menelan dibawah 25 juta, atau mendahulukan dan mengutamakan menangkap 
koruptor kakap gede yang diatas ratusan milyard atau triliunan itu?

Salam,
ChanCT

- Original Message - 
From: T Chandra
To: [EMAIL PROTECTED] ; mediacare@yahoogroups.com ; 
[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, 7 February, 2007 18:40
Subject: Re: [HKSIS] Fw: Korupsi di Bawah Rp 25 Juta Diampuni


Semua korupsi yang teri apalagi yang kakap harus diberantas dong! Kita 
sebagai bangsa yang berbudi adiluhung ya sukarlah menerapkan hukuman mati, 
spt di RRC yang hasilnya kelihatan bagus. Kita menerima saja nasib tinggalan 
Orba, jadi korpusi masih akan marak 100 tahun lagi kan? Dari biang kerok 
korpusi yang disebut Raja Koruptor sampai yang kecil
harus ditumpas.
Saya agak heran pada Pak Chan yang jadi ikut-ikutan menaruh belas kasihan, 
padahal biasanya tegar dan konsekuen menyebarkan perlunya supremasi negara 
hukum. Pemerintah itu termasuk perda-perda orangnya ratusan ribu, cuma 
kerjanya loyo dan sifatnya juga banyak yang sontoloyo.Ini birokrasi 
tinggalan Orba yg rentan KKN. Yang perlu diperbaiki dengan cepat ialah 
bidang yustisia, kalau perlu diperbanyak stafnya. Lalu bersama Polri yang 
harus dibersihkan juga dari sifat korup, semuanya harus bisa menangani 
segala kasus korupsi, teri apa kakap, termasuknya Rajanya yang kaya yayasan.
Bayangin aja kalau dari 3 juta PNS yang korup cuman dibawah Rp 25 juta ada 
misalnya,
hanya misal lo, 1 juta, berapa sudah kerugihan negara? Ditambah yang 
kakap-kakap???
Kita yang pada latah kagum sama RRC harus berani dan siap mental juga 
mengambill caranya RRC membrantas korupsi: tembak mati di lapangan sepak 
bola! Dalam waktu 10 tahun korupsi di Indonesia bakalan turun anjlok dibatas 
yang dapat ditoleransi. Coba deh,
atau mau tarohan nih?

TCh

samiaji [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Mencuri ayam karena lapar ... dihajar sampai mati !!!


- Original Message - 
From: ChanCT
To: HKSIS-Group
Sent: Wednesday, February 07, 2007 9:39 AM
Subject: [HKSIS] Fw: Korupsi di Bawah Rp 25 Juta Diampuni


Yah, ... mungkin Pemerintah sudah kebingungan begitu banyaknya, sudah 
begitu membudaya-nya korupsi dinegeri ini, ... jadi kalau masih juga mau 
ngurusi koruptor dibawah 25 juta, entah sampai berapa puluh tahun baru bisa 
diurus. Jadi?

Dahulukan dan utamakanlah koruptor-koruptor kakap, yang lebih merugikan 
rakyat banyak dan sangat-sangat mencelakakan ekonomi nasional negeri ini

[mediacare] Fw: PERNYATAAN SIKAP - PK-FNPBI KAPUK

2007-01-06 Terurut Topik ChanCT

PENGURUS KOTA KAPUK
FRONT NASIONAL PERJUANGAN BURUH INDONESIA
( PK-FNPBI KAPUK )
Kontak person : Desi ( 0852 1313 8086 ), Agus Cs/Kiting (0815 8461 4321 ),
Edi ( 0888 1777 970 )


PERNYATAAN SIKAP

Bendahara PDI-P DPC Jakarta Barat (Hartono Michael Kuo) Penindas Buruh !
Mengaku Partai wong Cilik pengurusnya Orang Licik !

BIADAB. Itulah kata yang pantas untuk Bendahara PDI-P Jakarta Barat, betapa 
tidak Saudari Tuti Haerani seorang Karyawan dari perusahaan PT. Dwi Sapta 
Semesta Prakarsa. telah mendapatkan siksaan fisik dan teror psykologis. Tuti 
si Karyawati yang telah mengundurkan diri dari PT Dwi Sapta Semesta sejak 
tanggal 30 November 2006, hingga hari ini Izasahnya belum dikembalikan oleh 
Michel Kuok, parahnya Uang Gaji pada bulan November 2006 juga belum 
dibayarkan oleh si perusahaan tempat dia bekerja.
Yang parahnya Sdr. Tuti pada tanggal 20 Desember 2006 di pangil menghadap 
oleh Hartono M K selaku Bos. Dalam pertemuan itu Tuti di bentak-bentak, 
“kamu sudah berani menentang saya, kamu tahu siapa saya. Saya orang hukum 
dan orang PDI-P. Kalau kamu sudah berani ke LBH berarti kamu siap diperiksa 
kekepolisian. Saya juga menuntut balik paspor klien saya yang hilang dan 
pengelapan uang. LBH tahu siapa saya, orang BMI, mereka (LBH) pasti lepas 
tanggan. Saya tidak akan mengembalikan uang dan ijasah kalau masalah ini 
belum tuntas�.
Kemudian pada tanggal 21 Desember 2006, Hartono M K kembali menghubungi Sdr. 
Tuti supaya menghadap kekantor. Janjinya Hartono M K mau mengembalikan 
Ijazah dan membayar gaji yang belum diberikan. Namun sesampai di kantor Tuti 
disuruh menandatangani surat pernyataan tes kebohongan. Isi surat pernyataan 
tersebut adalah bahwa yang bersangkutan (Tuti) harus bersedia dites 
kebohongan dengan lengan tangannya diolesi oleh minyak. Dan bila terjadi 
sesuatu yang tidak diingini harus tanggung sendiri. Karena merasa takut, 
Tuti tanpa sadar menandatangi surat tersebut. Setelah itu, Tuti 
diperintahkan naik ke atas (Ruangan Hartono M K). Di Ruangan tersebut lengan 
kanan Tuti diolesi tisu yang sudah dibasahi minyak oleh seorang dukun. 
Selang berapa menit kemudian lengan kanan Sdr.Tuti yang sudah diolesi terasa 
panas dan membekas merah (seperti terbakar).
Perilaku Kasar, Tidak manusiawi adalah perbuatan yang tidak pernah diajarkan 
dalam nilai-nilai apapun, termasuk ajaran Sukarno. Ajaran SUKARNO tidak 
pernah membolehkan para pengikutnya untuk tidak menghargai kemanusiaan. 
Seperti menindas kaum buruh. Sebaliknya ajaran SUKARNO mengajak para 
pengikutnya termasuk semua manusia untuk selalu membela dan melindungi kaum 
Buruh, Rakyat Miskin atau Marhaenisme.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa, PDI-P adalah partai nasionalis yang 
berkoar-koar menganut nilai-nilai SUKARNO. Juga kita ketahui saat ini PDI-P 
sedang gembar-gembor akan selalu membela orang-orang kecil dinegeri ini. 
Saat ini PDI-P telah berikrar akan memperbaiki kesalahan dimasa lalu. 
Diberbagai kesempatan kunjungan dengan masyarakat kecil, para petinggi PDI-P 
selalu berkoar-koar akan memperjuangkan dan membela kepentingan rakyat 
miskin. Sialnya niat dan perubahan sikap yang mulia tersebut tampaknya tidak 
dipahami secara seragam. Betapa tidak, perilaku Hartono M K sebagai 
Bendahara PDI-P yang juga BOS dari PT Dwi Sapta Semesta Prakarsa telah 
menambah fakta bahwa, sikap dan perbuatan pengurus PDIP terbutki tidak 
benar-benar mau membela kehidupan kaum Pekerja.

Merespon hal ini kami Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI) Kota 
Kapuk menyatakan;
1. Bahwa PT Dwi Sapta Semesta Prakarsa telah melanggar UU No. 13 Tahun 2003 
Tetangan Ketenagakerjaan.
2. Bahwa Sdr Hartono M K selaku Bos dari PT Sapta Semesta Prakarsa telah 
merusak nama baik PDI-P sebagai partai pembela wong cilik. Sebab, 
sebagaimana banyak diketahui PDI-P tidak pernah memerintahkan pada para 
kader dan pengurusnya untuk berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat atau pun 
kaum buruh.

Atas dasar kesimpulan tersebut kami menuntut :
1. Segera kembalikan Ijasah dan Berikan Gaji Sdri.Tuti pada bulan November 
2006;
2. Pecat Hartono M K dari Jabatannya sebagai Bendahara PDI-P DPC Jakarta 
Barat ;
3. Kepada DPP PDI-P kami meminta untuk segera menindak tegas Hartono M K 
yang telah melanggar hak-hak kaum buruh;

Kepada seluruh elemen Demokrasi kami serukan :
· Mohon beri dukungan perjuangan Sdri. Tuti dalam menuntut Hak-haknya. 
Kepada semua elemen gerakan demokrasi kami meminta agar segera mengirimkan 
surat kecaman kepada Hartono M K. Surat kecaman ini dapat anda layangkan ke 
alamat Komplek Perkantoran Taman Palem Lestari Blok M/No.71 Ruko 
galaxy-Kamal Raya-Cengkareng- Jakarta Barat 11730 Telp: 021-9228743/ 59 Fak: 
021-55959828 Hp: 0812.9260026/ 0811849799


Jakarta, 4 Januari 2007

Mengetahui,


Desi Arisanti
Ketua




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com


[mediacare] Fw: CERDIG - .Aku anak jujur dan aku tidak pernah bohong

2006-11-16 Terurut Topik ChanCT
CERDIG
- Original Message - 
From: Trikoyo
To: HKSIS
Cc: May Teo
Sent: Thursday, 16 November, 2006 21:38
Subject: CERDIG - .Aku anak jujur dan aku tidak pernah bohong



CERDIG  (CERITA DIGUL )

-kenangan waktu kecil yang tak terlupakan.



AKU  ANAK  JUJUR  DAN  AKU TIDAK  PERNAH  BOHONG.



Oleh : Tri Ramidjo.



Pelajaran jam akhir hari itu pelajaran sejarah. Oleh meneer Sujitno guru 
kami aku di suruh maju ke depan kelas untuk menceritakan ulang riwayat Ken 
Arok dan Ken Dedes dari kerajaan Tumapel di Kediri. Selesai  aku bicara di 
muka kelas meneer Sujitno bertepuk tangan memuji. Kemudian meneer Sujitno 
bertanya : Jij Mintargo, Wie is Tunggul Ametung?

Mintargo terkejut karena dia rupanya tertidur waktu aku bercerita di muka 
kelas.  Untung meneer Sujitno yang baik hati itu tidak marah hanya berkata. 
Niet slapen in de klas.! 

Tidak lama kemudian bel berbunyi tanda, bahwa pelajaran telah usai berbunyi.



Seperti biasa dengan tertib kami mengemasi buku-buku dan memaasukkannya ke 
dalam tas dan dengan tertib meninggalkan sekolah. Aku berjalan pulang dengan 
adikku Rohmah. Adikku kelas 4 dan aku kelas 5 waktu itu.

Di tengah jalan persis di muka rumah oom Samingun, Rusdi temanku sudah 
menunggu. Rusdi tidak sekolah di Standard School (HIS) tapi sekolah di MES 
(Malay Enhlish School0 - sekolah partikulir (swasta) yaitu sekolahnya 
anak-anak orang buangan yang tidak mau tunduk kepada gubernemen - 
orang-orang natura yang setiap bulannya menerima catu berupa beras, gula 
merah, minyak tanah, minyak kelapa dll. dari pemerintah.

Rusdi mengajakku pergi mancing  dan katanya dia sudah menyiapkan dua pancing 
lengkap dengan bamboo walesannya.

Rus, mana pancingnya. Aku bawa pulang dulu, bentuknya akan kurobah supaya 
udang pun bisa terpancing tidak hanya ikan. Kataku.

Rusdi memberikan dua mata kail kepadaku. Masih baru dan masih berkilat. 
Dengan membawa mata kail itu aku pulang bersama adikku. Sebelum sampai di 
rumah adikku Rohmah kubisiki.

Jangan bilang bapak atau simbok (ibuku) ya, kalau aku akan pergi mancing 
dengan mas Rusdi, ya!  kataku kepada adikku.

Rohmah adikku merengut. Dia tidak biasa berbohong tapi dia juga tidak suka 
dan  kasihan kalau aku dimarahi bapak. Dia diam saja tidak menjawab ya atau 
tidak.



Sesampainya di rumah kami berdua cepat-cepat cuci tangan dan cuci kaki dan 
aku tidak hanya cuci tangan dan cuci kaki tapi mengambil wudhu. Aku langsung 
sembahyang lohor dulu kemudian baru makan.

Siang itu ibuku masak sayur lodeh kacang panjang dan goreng ikan asin. Aduh, 
enak sekali. Aku makan sampai dua  kali nambah.  Ibuku senang melihat aku 
makan banyak. Sebab biasanya aku makan seperti kucing, selalu tidak 
berselera dan makan sedikit. Ya, malariaku sering  anval kadang-kadang suhu 
badanku mencapai 40 derajat Celcius. Itulah sebabnya ibu dan ayahku sangat 
memanjakanku. Sampai-sampai pamanku paklik Mahmud mengatakan  lawong si 
Ribut kuwi anake gusti Allah, ngidak lemah wae ora entuk, kudu nganggo 
gapyak. Mbok ben ajar ngidak lemah koyo bocah-bocah liyane kae. Ora orane 
nek cacingen. Nek cacingen yo diombeni obat cacing to. Ono rumah sakit iki. 
( si Ribut itu anaknya gusti Allah. Tidak boleh menginjak tanah. Dan kalau 
menginjak tanah harus pakai gapyak (alas kaki dari kayu) . Tidak akan 
cacingan dan kalau cacingan kasih saja obat cacing. Dan ada rumah sakit. 
Yang dijawab oleh ibuku Yo  ben, tapi Ribut rajin sinau, loro-loro yo 
sinau, jare meneer Said Ali ning sekolah yo paling pintar lan ora nakal. ora 
tau tukaran.



Selesai makan aku segera mengambil tang di tempat alat-alat tukang bapak. 
Pancing itu kupanaskan dulu  dan kubentuk dengan tang sehingga berubah 
bentuknya menjadi bentuk bungkuk udang tidak seperti pancing biasa. Kata 
ayahku dengan bentuk kail seperti itu udang pun bisa dipancing,



Kemudian aku segera mengerjakan PR. Aku tak bisa belajar malam hari karena 
di rumah sedang kehabisan minyak tanah dan kami tidak bisa menyalakan lampu 
aladin yang biasa kami pakai bersama di meja makan untuk belajar.

Sudah hampir jam tiga. Cepat berangkat ngaji. Kata ibuku.

Aku segera pamitan dan berangkat. Juzama  kututupi daun pisang  kutaroh di 
bawah pohon di semak-semak.

Temanku Rusdi sudah menunggu di belik oom Kadirun.

Aku sudah lama menunggu. Kok lama sekali makannya. Berapa piring sih, 
makannya?  katanya.

Piringnya sih Cuma satu, tapi beberapa kali tanduk (tambah).  Aku 
mengerjakan PR dulu. Jawabku.

PR nanti malam kan bisa. You are stupied. Kata Rusdi.

Jij ook, je ben dom als een ezel. Kataku.

Aku ngerti bahasa Inggris sebab aku dulu sampai klas 3 blajar di MES dan 
setelah ayahku berhenti jadi  natura dan tunduk kepada pemerintah dan masuk 
kerja menjadi - daggelder (buruh harian ) -  aku masuk sekolah di standard 
school. Dan temanku Rusdi  pintar bahasa Inggris  tapi belum  mengerti 
bahasa Belanda.

Zo dom als een ezel, apa artinya sih? tanyanya.

Very stupied like a dunkey. Jawabku.

Ribut, (ribut adalah nama panggilanku waktu kecil) kamu