Re: [mediacare] Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka
untuk Pak Charles, maaf kalau saya boleh bertanya, singkat kata anda akan terus membiarkan 1 atau 2-3 melayang (bahkan mungkin lebih) hingga penyelidikan tuntas? sampai mana kepentingan untuk menyelesaikan suatu penyelidikan jika hanya berputar pada masalahnya saja tanpa ada jalan keluarnya? menurut anda mana yang lebih penting, proses atau hasil akhir? saya sendiri sebenarnya juga tidak setuju jika harus menutup habis IPDN, ibaratnya seperti orang sakit kepala dan mengobatinya dengan cara menghacurkan kepalanya itu sendiri, padahal masih ada cara untuk hanya menghilangkan rasa sakit di kepalanya. well, we all have the same right to speak thou... terimakasih -dinda- charles hutagalung [EMAIL PROTECTED] wrote: Terkait dengan kasus kematian Praja Cliff Muntu, sebaiknya kita juga melihat sisi positif pembinaan praja senior kepada juniornya. Hal itu untuk memang diperlukan untuk penegakan disiplin dan belajar menghormati senior, selama masa kuliah hingga terbawa pada saat bekerja sebagai pamong di masyarakat, dengan demikian siswa diajari untuk tidak belagu dan menjadi slonong boy, tetapi pelaku teamwork yang baik. Peristiwa yang terjadi di IPDN sebenarnya juga terjadi di kampus-kampus lain, hanya tidak terdeteksi oleh media, atau yang menutup-nutupinya lebih canggih. IPDN menjadi sorotan publik karena IPDN merupakan badan pendidikan milik pemerintah yang pasti akan cepat menjadi sorotan publik. Bahwasanya IPDN adalah lembaga pendidikan yang baik juga tidak boleh kita pungkiri, tempat untuk melahirkan pribadi-pribadi berkualitas untuk menjaga negeri ini dari kehancuran moral dan spiritual. Mana pernah kita tahu bahwa saat ini terjadi dekadensi moral di kampus-kampus umum yang sebagai contoh kecil saja ada pelajar/mahasiswa suatu universitas berhubungan suami istri lalu direkam dalam ponsel/minidv dsb. Dari sini kita bisa melihat suatu hubungan antar mahasiswa yang terlalu kebablasan akan menjadi borok di masa yang akan datang dimana mereka akan terlibat di masyarakat. Contoh lain adalah di negara ini juga banyak terlahir sarjana-sarjana berbagai bidang studi, namun kebobrokan dan bencana negara ini malah semakin parah; KORUPSI dan KOLUSI semakin menjadi-jadi terutama mereka yang duduk di parlemen (belakangan mereka mengusulkan pembekuan dana utk IPDN yang jangan2 malah dialokasikan bagi mereka sendiri, Fuck!), bencana yang diakibatkan oleh para insinyur itu sendiri (i.e Lumpur Lapindo) dan sampai saat ini tidak mampu diatasi. Belakangan lagi, negara ini memiliki sarjana pertanian lulusan Bogor yang tidak mampu memberi makan kepada rakyatnya, tapi malah mengandalkan impor beras dr negara tetangga. Lebih parah lagi, kampus-kampus yang berbasis agama tertentu, malah melahirkan pribadi-pribadi yang fundamental dan berpemikiran sempit, sebagai contoh FPI, Anshor, HMI dan lain-lain yang lebih mengedepankan kekerasan dan pengeroyokan (Inilah ironi itu...!) Agama mengajarkan cinta kasih, tapi malah dinterpretasi lain dengan mengandalkan otot. Tuduhan kasus kematian Cliff Muntu yang juga dikaitkan dengan penyuntikan formalin untuk menutupi lebam-lebam pada jenasah Cliff adalah fitnah belaka, karena belum ada hasil penyelidikan yang mengarah ke sana. Barangkali saja tidak ada formalin di kampus IPDN, tetapi penyuntikan tersebut dilakukan pada saat Jenasahnya sudah berada di rumah sakit agar tidak membusuk. Disamping itu, sebagaimana telah diutarakan oleh Rektor IPDN dan Sekjen Depdagri, Progo Nurjaman, bahwa hanya ada 3 praja yang tewas karena penganiayaan selama masa pendidikan, angka yang lain hanya dikarang oleh Inu Kencana hanya berbekal foto dan gambar tayang selintas saja. Jadi saya mendukung penyelidikan yang tuntas dan obyektif bagi semua pihak, namun demikian saya tidak mendukung IPDN dibubarkan Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: HARIAN KOMENTAR 11 April 2007 Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka Keluarga Ahmad Arifandi Harahap, praja IPDN asal Medan yang dipecat bersama 6 rekannya dalam kasus kematian Cliff Muntu meminta suaka dengan mendatangi Sekretaris Daerah (Sekda) Propinsi Sumatera Utara (Sumut), Muhyan Tambuse. Me- reka meminta bantuan hukum terhadap kasus anaknya. Mereka sudah datang beberapa hari lalu, menemui Pak Sekda Muhyan Tambuse. Inti-nya meminta bantuan dalam persoalan hukum yang kini dialami Ahmad Arifandi Harahap, ujar Kepala Badan Infomasi dan Komunikasi Sumut, Eddy Syofian seperti dilansir detik.com, Selasa (10/04). Eddy menjelaskan, sikap Pemprop Sumut sangat jelas. Meminta agar persoalan ini diselidiki dengan seksama. Dan jika memang tidak terbukti, maka hak-hak yang ber-sangkutan selaku praja IPDN harus dikembalikan seperti semula. Dalam kasus kematian Praja Wahyu Hidayat, empat tahun lalu, ada juga praja asal Sumatera Utara yang dinyatakan terlibat. Ternyata belakangan tidak terbukti. Dia bisa melanjutkan
Re: [mediacare] Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka
lha mendukung pengungkapan kasus ini secara tuntas sesuai hukum tapi malah sudah memvonis kalo formalin dan data jumlah korban yg disampaikan Inu adalah fitnah, logikanya dimana to mas ? - Original Message From: charles hutagalung [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 11, 2007 10:59:17 AM Subject: Re: [mediacare] Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka Terkait dengan kasus kematian Praja Cliff Muntu, sebaiknya kita juga melihat sisi positif pembinaan praja senior kepada juniornya. Hal itu untuk memang diperlukan untuk penegakan disiplin dan belajar menghormati senior, selama masa kuliah hingga terbawa pada saat bekerja sebagai pamong di masyarakat, dengan demikian siswa diajari untuk tidak belagu dan menjadi slonong boy, tetapi pelaku teamwork yang baik. Peristiwa yang terjadi di IPDN sebenarnya juga terjadi di kampus-kampus lain, hanya tidak terdeteksi oleh media, atau yang menutup-nutupinya lebih canggih. IPDN menjadi sorotan publik karena IPDN merupakan badan pendidikan milik pemerintah yang pasti akan cepat menjadi sorotan publik. Bahwasanya IPDN adalah lembaga pendidikan yang baik juga tidak boleh kita pungkiri, tempat untuk melahirkan pribadi-pribadi berkualitas untuk menjaga negeri ini dari kehancuran moral dan spiritual. Mana pernah kita tahu bahwa saat ini terjadi dekadensi moral di kampus-kampus umum yang sebagai contoh kecil saja ada pelajar/mahasiswa suatu universitas berhubungan suami istri lalu direkam dalam ponsel/minidv dsb. Dari sini kita bisa melihat suatu hubungan antar mahasiswa yang terlalu kebablasan akan menjadi borok di masa yang akan datang dimana mereka akan terlibat di masyarakat. Contoh lain adalah di negara ini juga banyak terlahir sarjana-sarjana berbagai bidang studi, namun kebobrokan dan bencana negara ini malah semakin parah; KORUPSI dan KOLUSI semakin menjadi-jadi terutama mereka yang duduk di parlemen (belakangan mereka mengusulkan pembekuan dana utk IPDN yang jangan2 malah dialokasikan bagi mereka sendiri, Fuck!), bencana yang diakibatkan oleh para insinyur itu sendiri (i.e Lumpur Lapindo) dan sampai saat ini tidak mampu diatasi. Belakangan lagi, negara ini memiliki sarjana pertanian lulusan Bogor yang tidak mampu memberi makan kepada rakyatnya, tapi malah mengandalkan impor beras dr negara tetangga. Lebih parah lagi, kampus-kampus yang berbasis agama tertentu, malah melahirkan pribadi-pribadi yang fundamental dan berpemikiran sempit, sebagai contoh FPI, Anshor, HMI dan lain-lain yang lebih mengedepankan kekerasan dan pengeroyokan (Inilah ironi itu...!) Agama mengajarkan cinta kasih, tapi malah dinterpretasi lain dengan mengandalkan otot. Tuduhan kasus kematian Cliff Muntu yang juga dikaitkan dengan penyuntikan formalin untuk menutupi lebam-lebam pada jenasah Cliff adalah fitnah belaka, karena belum ada hasil penyelidikan yang mengarah ke sana. Barangkali saja tidak ada formalin di kampus IPDN, tetapi penyuntikan tersebut dilakukan pada saat Jenasahnya sudah berada di rumah sakit agar tidak membusuk. Disamping itu, sebagaimana telah diutarakan oleh Rektor IPDN dan Sekjen Depdagri, Progo Nurjaman, bahwa hanya ada 3 praja yang tewas karena penganiayaan selama masa pendidikan, angka yang lain hanya dikarang oleh Inu Kencana hanya berbekal foto dan gambar tayang selintas saja. Jadi saya mendukung penyelidikan yang tuntas dan obyektif bagi semua pihak, namun demikian saya tidak mendukung IPDN dibubarkan Sunny [EMAIL PROTECTED] se wrote: HARIAN KOMENTAR 11 April 2007 Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka Keluarga Ahmad Arifandi Harahap, praja IPDN asal Medan yang dipecat bersama 6 rekannya dalam kasus kematian Cliff Muntu meminta ‘suaka’ dengan mendatangi Sekretaris Daerah (Sekda) Propinsi Sumatera Utara (Sumut), Muhyan Tambuse. Me- reka meminta bantuan hukum terhadap kasus anaknya. “Mereka sudah datang beberapa hari lalu, menemui Pak Sekda Muhyan Tambuse. Inti-nya meminta bantuan dalam persoalan hukum yang kini dialami Ahmad Arifandi Harahap,” ujar Kepala Badan Infomasi dan Komunikasi Sumut, Eddy Syofian seperti dilansir detik.com, Selasa (10/04). Eddy menjelaskan, sikap Pemprop Sumut sangat jelas. Meminta agar persoalan ini diselidiki dengan seksama. Dan jika memang tidak terbukti, maka hak-hak yang ber-sangkutan selaku praja IPDN harus dikembalikan seperti semula. “Dalam kasus kematian Praja Wahyu Hidayat, empat tahun lalu, ada juga praja asal Sumatera Utara yang dinyatakan terlibat. Ternyata belakangan tidak terbukti. Dia bisa melanjutkan pendidikan kembali dan sudah tamat,” kata Eddy. Disebutkan Eddy, saat ini ada 77 praja tingkat satu asal Sumatera Utara yang ada di IPDN Jatinangor. Setiap ta-hunnya, setiap praja itu di-biayai Rp 7,5 juta oleh kabu-paten atau kota yang merupa-kan daerah asal praja yang bersangkutan. Sebelumnya, kepada wartawan, Brigadir Polisi Satu Parel Harahap, orang tua Ahmad Arifandi Harahap menyatakan, pihaknya kini sedang
paradigma katro Re: [mediacare] Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka
Lae Charles ini memang agak asbun ketika bilang Peristiwa yang terjadi di IPDN sebenarnya juga terjadi di kampus-kampus lain, hanya tidak terdeteksi oleh media, atau yang menutup-nutupinya lebih canggih. Melemparkan masalah IPDN ini ke tempat dan topik lain apa charles ini pernah keliling universitas2 lain melihat ospek2 universitas lain? Tendangan taekwondo dan tonjokan kungfu ke dada dan perut memang cuman di IPDN, kok mendukung pengungakapan kasus itu baru bagian kecil, lae,.. yang lebih penting, rombak tuh sistem pendidikannya, penegakan disiplin dan dan saling menghormati untuk teamwork dalam sistem birokrasi itu basisnya performansi, dong, ... bukan basis umur dan senioritas, apalagi kalau pake cara kekerasan dan feodalisme kayak yang dipelihara oleh IPDN, pake sistem hirarki (gubernur praja,walikota praja,sampei kepala desa praja,...), pake hormat2 ala militer ke atasan/senior, kayak gini memelihara budaya ABS, jilat menjilat, feodal, yes-man, dalam birokrasi pemerintah... eh ditambah budaya teror dan kekerasan. aih. paradigma basi banget,katro,norak,ndeso. maaf, mod. gemas. -dwiAGus- From: charles hutagalung [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, April 11, 2007 10:59:17 AM Subject: Re: [mediacare] Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka Terkait dengan kasus kematian Praja Cliff Muntu, sebaiknya kita juga melihat sisi positif pembinaan praja senior kepada juniornya. Hal itu untuk memang diperlukan untuk penegakan disiplin dan belajar menghormati senior, selama masa kuliah hingga terbawa pada saat bekerja sebagai pamong di masyarakat, dengan demikian siswa diajari untuk tidak belagu dan menjadi slonong boy, tetapi pelaku teamwork yang baik. Peristiwa yang terjadi di IPDN sebenarnya juga terjadi di kampus-kampus lain, hanya tidak terdeteksi oleh media, atau yang menutup-nutupinya lebih canggih. IPDN menjadi sorotan publik karena IPDN merupakan badan pendidikan milik pemerintah yang pasti akan cepat menjadi sorotan publik. Bahwasanya IPDN adalah lembaga pendidikan yang baik juga tidak boleh kita pungkiri, tempat untuk melahirkan pribadi-pribadi berkualitas untuk menjaga negeri ini dari kehancuran moral dan spiritual. Mana pernah kita tahu bahwa saat ini terjadi dekadensi moral di kampus-kampus umum yang sebagai contoh kecil saja ada pelajar/mahasiswa suatu universitas berhubungan suami istri lalu direkam dalam ponsel/minidv dsb. Dari sini kita bisa melihat suatu hubungan antar mahasiswa yang terlalu kebablasan akan menjadi borok di masa yang akan datang dimana mereka akan terlibat di masyarakat. Contoh lain adalah di negara ini juga banyak terlahir sarjana-sarjana berbagai bidang studi, namun kebobrokan dan bencana negara ini malah semakin parah; KORUPSI dan KOLUSI semakin menjadi-jadi terutama mereka yang duduk di parlemen (belakangan mereka mengusulkan pembekuan dana utk IPDN yang jangan2 malah dialokasikan bagi mereka sendiri, Fuck!), bencana yang diakibatkan oleh para insinyur itu sendiri (i.e Lumpur Lapindo) dan sampai saat ini tidak mampu diatasi. Belakangan lagi, negara ini memiliki sarjana pertanian lulusan Bogor yang tidak mampu memberi makan kepada rakyatnya, tapi malah mengandalkan impor beras dr negara tetangga. Lebih parah lagi, kampus-kampus yang berbasis agama tertentu, malah melahirkan pribadi-pribadi yang fundamental dan berpemikiran sempit, sebagai contoh FPI, Anshor, HMI dan lain-lain yang lebih mengedepankan kekerasan dan pengeroyokan (Inilah ironi itu...!) Agama mengajarkan cinta kasih, tapi malah dinterpretasi lain dengan mengandalkan otot. Tuduhan kasus kematian Cliff Muntu yang juga dikaitkan dengan penyuntikan formalin untuk menutupi lebam-lebam pada jenasah Cliff adalah fitnah belaka, karena belum ada hasil penyelidikan yang mengarah ke sana. Barangkali saja tidak ada formalin di kampus IPDN, tetapi penyuntikan tersebut dilakukan pada saat Jenasahnya sudah berada di rumah sakit agar tidak membusuk. Disamping itu, sebagaimana telah diutarakan oleh Rektor IPDN dan Sekjen Depdagri, Progo Nurjaman, bahwa hanya ada 3 praja yang tewas karena penganiayaan selama masa pendidikan, angka yang lain hanya dikarang oleh Inu Kencana hanya berbekal foto dan gambar tayang selintas saja. Jadi saya mendukung penyelidikan yang tuntas dan obyektif bagi semua pihak, namun demikian saya tidak mendukung IPDN dibubarkan Sunny [EMAIL PROTECTED] se wrote: HARIAN KOMENTAR 11 April 2007 Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka Keluarga Ahmad Arifandi Harahap, praja IPDN asal Medan yang dipecat bersama 6 rekannya dalam kasus kematian Cliff Muntu meminta suaka dengan mendatangi Sekretaris Daerah (Sekda) Propinsi Sumatera Utara (Sumut), Muhyan Tambuse. Me- reka meminta bantuan hukum terhadap kasus anaknya. Mereka sudah datang beberapa hari lalu, menemui Pak Sekda Muhyan Tambuse. Inti-nya meminta bantuan dalam persoalan hukum yang kini dialami
[mediacare] Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka
HARIAN KOMENTAR 11 April 2007 Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka Keluarga Ahmad Arifandi Harahap, praja IPDN asal Medan yang dipecat bersama 6 rekannya dalam kasus kematian Cliff Muntu meminta 'suaka' dengan mendatangi Sekretaris Daerah (Sekda) Propinsi Sumatera Utara (Sumut), Muhyan Tambuse. Me- reka meminta bantuan hukum terhadap kasus anaknya. Mereka sudah datang beberapa hari lalu, menemui Pak Sekda Muhyan Tambuse. Inti-nya meminta bantuan dalam persoalan hukum yang kini dialami Ahmad Arifandi Harahap, ujar Kepala Badan Infomasi dan Komunikasi Sumut, Eddy Syofian seperti dilansir detik.com, Selasa (10/04). Eddy menjelaskan, sikap Pemprop Sumut sangat jelas. Meminta agar persoalan ini diselidiki dengan seksama. Dan jika memang tidak terbukti, maka hak-hak yang ber-sangkutan selaku praja IPDN harus dikembalikan seperti semula. Dalam kasus kematian Praja Wahyu Hidayat, empat tahun lalu, ada juga praja asal Sumatera Utara yang dinyatakan terlibat. Ternyata belakangan tidak terbukti. Dia bisa melanjutkan pendidikan kembali dan sudah tamat, kata Eddy. Disebutkan Eddy, saat ini ada 77 praja tingkat satu asal Sumatera Utara yang ada di IPDN Jatinangor. Setiap ta-hunnya, setiap praja itu di-biayai Rp 7,5 juta oleh kabu-paten atau kota yang merupa-kan daerah asal praja yang bersangkutan. Sebelumnya, kepada wartawan, Brigadir Polisi Satu Parel Harahap, orang tua Ahmad Arifandi Harahap menyatakan, pihaknya kini sedang berkordinasi dengan kuasa hukum guna mengusahakan penangguhan penahanan Arifandi yang kini ditahan Polres Sumedang, Jawa Barat. Parel yakin bahwa anaknya tidak mungkin terlibat dalam penganiayaan terhadap Cliff Muntu, sebab selama ini Arifandi yang biasa dipanggil Arif, tergolong anak yang baik dan alim.(dtc)
Re: [mediacare] Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka
Terkait dengan kasus kematian Praja Cliff Muntu, sebaiknya kita juga melihat sisi positif pembinaan praja senior kepada juniornya. Hal itu untuk memang diperlukan untuk penegakan disiplin dan belajar menghormati senior, selama masa kuliah hingga terbawa pada saat bekerja sebagai pamong di masyarakat, dengan demikian siswa diajari untuk tidak belagu dan menjadi slonong boy, tetapi pelaku teamwork yang baik. Peristiwa yang terjadi di IPDN sebenarnya juga terjadi di kampus-kampus lain, hanya tidak terdeteksi oleh media, atau yang menutup-nutupinya lebih canggih. IPDN menjadi sorotan publik karena IPDN merupakan badan pendidikan milik pemerintah yang pasti akan cepat menjadi sorotan publik. Bahwasanya IPDN adalah lembaga pendidikan yang baik juga tidak boleh kita pungkiri, tempat untuk melahirkan pribadi-pribadi berkualitas untuk menjaga negeri ini dari kehancuran moral dan spiritual. Mana pernah kita tahu bahwa saat ini terjadi dekadensi moral di kampus-kampus umum yang sebagai contoh kecil saja ada pelajar/mahasiswa suatu universitas berhubungan suami istri lalu direkam dalam ponsel/minidv dsb. Dari sini kita bisa melihat suatu hubungan antar mahasiswa yang terlalu kebablasan akan menjadi borok di masa yang akan datang dimana mereka akan terlibat di masyarakat. Contoh lain adalah di negara ini juga banyak terlahir sarjana-sarjana berbagai bidang studi, namun kebobrokan dan bencana negara ini malah semakin parah; KORUPSI dan KOLUSI semakin menjadi-jadi terutama mereka yang duduk di parlemen (belakangan mereka mengusulkan pembekuan dana utk IPDN yang jangan2 malah dialokasikan bagi mereka sendiri, Fuck!), bencana yang diakibatkan oleh para insinyur itu sendiri (i.e Lumpur Lapindo) dan sampai saat ini tidak mampu diatasi. Belakangan lagi, negara ini memiliki sarjana pertanian lulusan Bogor yang tidak mampu memberi makan kepada rakyatnya, tapi malah mengandalkan impor beras dr negara tetangga. Lebih parah lagi, kampus-kampus yang berbasis agama tertentu, malah melahirkan pribadi-pribadi yang fundamental dan berpemikiran sempit, sebagai contoh FPI, Anshor, HMI dan lain-lain yang lebih mengedepankan kekerasan dan pengeroyokan (Inilah ironi itu...!) Agama mengajarkan cinta kasih, tapi malah dinterpretasi lain dengan mengandalkan otot. Tuduhan kasus kematian Cliff Muntu yang juga dikaitkan dengan penyuntikan formalin untuk menutupi lebam-lebam pada jenasah Cliff adalah fitnah belaka, karena belum ada hasil penyelidikan yang mengarah ke sana. Barangkali saja tidak ada formalin di kampus IPDN, tetapi penyuntikan tersebut dilakukan pada saat Jenasahnya sudah berada di rumah sakit agar tidak membusuk. Disamping itu, sebagaimana telah diutarakan oleh Rektor IPDN dan Sekjen Depdagri, Progo Nurjaman, bahwa hanya ada 3 praja yang tewas karena penganiayaan selama masa pendidikan, angka yang lain hanya dikarang oleh Inu Kencana hanya berbekal foto dan gambar tayang selintas saja. Jadi saya mendukung penyelidikan yang tuntas dan obyektif bagi semua pihak, namun demikian saya tidak mendukung IPDN dibubarkan Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: HARIAN KOMENTAR 11 April 2007 Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka Keluarga Ahmad Arifandi Harahap, praja IPDN asal Medan yang dipecat bersama 6 rekannya dalam kasus kematian Cliff Muntu meminta suaka dengan mendatangi Sekretaris Daerah (Sekda) Propinsi Sumatera Utara (Sumut), Muhyan Tambuse. Me- reka meminta bantuan hukum terhadap kasus anaknya. Mereka sudah datang beberapa hari lalu, menemui Pak Sekda Muhyan Tambuse. Inti-nya meminta bantuan dalam persoalan hukum yang kini dialami Ahmad Arifandi Harahap, ujar Kepala Badan Infomasi dan Komunikasi Sumut, Eddy Syofian seperti dilansir detik.com, Selasa (10/04). Eddy menjelaskan, sikap Pemprop Sumut sangat jelas. Meminta agar persoalan ini diselidiki dengan seksama. Dan jika memang tidak terbukti, maka hak-hak yang ber-sangkutan selaku praja IPDN harus dikembalikan seperti semula. Dalam kasus kematian Praja Wahyu Hidayat, empat tahun lalu, ada juga praja asal Sumatera Utara yang dinyatakan terlibat. Ternyata belakangan tidak terbukti. Dia bisa melanjutkan pendidikan kembali dan sudah tamat, kata Eddy. Disebutkan Eddy, saat ini ada 77 praja tingkat satu asal Sumatera Utara yang ada di IPDN Jatinangor. Setiap ta-hunnya, setiap praja itu di-biayai Rp 7,5 juta oleh kabu-paten atau kota yang merupa-kan daerah asal praja yang bersangkutan. Sebelumnya, kepada wartawan, Brigadir Polisi Satu Parel Harahap, orang tua Ahmad Arifandi Harahap menyatakan, pihaknya kini sedang berkordinasi dengan kuasa hukum guna mengusahakan penangguhan penahanan Arifandi yang kini ditahan Polres Sumedang, Jawa Barat. Parel yakin bahwa anaknya tidak mungkin terlibat dalam penganiayaan terhadap Cliff Muntu, sebab selama ini Arifandi yang biasa dipanggil Arif, tergolong anak yang baik dan alim.(dtc)