Re: [windows-1252] Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan
assalaamu 'alaikum wr wb numpang nimbrung ya... saya sependapat dengan dik Ridha, sebagai seorang tokoh yang setiap perkataannya dicermati dan diperhatikan oleh masy banyak, seharusnya buya Syafi'i berhati-hati dalam menyampaikan ketidaksetujuan beliau tsb. Harus jelas siapa yang beliau maksudkan sehingga tidak memunculkan multi interpretasi dan bisik-bisik dibelakang umat ttg siapa kelompok yang beliau maksudkan. Benar, ini beresiko menebar kebencian. kenapa tidak to the point aja, sehingga jelas. Atau kalau memang keberatan, ya sekalian jangan melemparkannya ke khalayak ramai. Sebagai tokoh umat, beliau sudah harus menghindari penggunaan kata-kata bersayap yang beresiko pada kebingungan umat. Kasihan umat, dibikin bingung mulu... wassalaam, Ronald [EMAIL PROTECTED] id To: palanta@minang.rantaunet.org Sent by: cc: [EMAIL PROTECTED]Subject: Re: [windows-1252] Re: [EMAIL PROTECTED] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak ntaunet.org belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan 12/24/2004 08:49 PM Please respond to palanta udrekh writes: Mungkin kita tidak bisa memenggal 2 paragraf dari penjelasan pak Safii ini. Itulah mengapa saya menggunakan ungkapan 'berisiko menebar kebencian' karena belum tentu itu yang diinginkan. Ungkapan 'pakaian yang khas' rasanya kurang jelas dan terbuka untuk misinterpretasi. Saya khawatir jika ungkapan yang agak umum tersebut digunakan sebagai 'senjata' untuk menuduh individu atau kelompok tertentu. Saya khawatir justru muncul ide bahwa kalo ada yang penampilannya beda wah ini nih yang dimaksud beliau (walaupun bukan itu yang dimaksudkan). Mungkin kekhawatiran saya seperti kekhawatiran Mak Darul akan penggunaan label syari'ah. Terus terang saja, saya memang tidak terlepas dari penilaian pribadi pada saat saya membaca e-mail-e-mail dik Ridha selama ini. Asumsi pribadi saya adalah dik Ridha terlihat bercirikan kelompok Salafy. Wallahu a'lam, dan kalau salah mohon dima'afkan dan kalau benar, saya juga salah satu yang respek dengan sikap hati-hati kelompok ini. Mohon ma'af kalau telah menilai, karena ini kan otomatis muncul dikepala. Baiknya saya perjelas saja, saya berharap saya termasuk dalam ahlus sunnah wal jama'ah, as-salafiyyun. Tentunya bukan nama organisasi namun manhaj (jalan/metode) salafush shalih. Namun tentunya pengakuan tidak berarti tanpa bukti. Saya masih perlu banyak belajar dan menyelaraskan amal dengan ilmu. Ya.. , saya juga prihatin dengan orang yang mengaku beragama, tapi suka menginjak-injak nilai luhur agama. Kemudian, mari kita perhatikan penjelasan beliau mengenai Kita tidak boleh menghukum Saya fikir ini sifat yang baik. Di kalimat selanjutnya juga saya anggak cukup sopan karena beliau mempergunakan kata keberatan. Tentu saya tidak setuju dengan sikap 'menginjak-injak nilai luhur agama'. Namun saya keberatan ketika dibawa pada pemahaman pluralis yang mengaburkan makna kebenaran. Bahwa perbedaan bahkan perpecahan adalah sunatullah (sebagaimana disampaikan Rasulullah) tidak menjadikan semua perbedaan itu benar. Padahal telah jelas jalan yang haq hanya jalan yang dititi oleh Rasulullah dan para shahabat beliau. Saya pribadi termasuk orang yang sempat membaca beberapa keutamaan mengenai jenggot maupun gamis. Tapi saya tidak merasa ungkapan beliau ini menyindir saya. Wallahu a'alam. Mungkin saya saja yang 'sensi' dan terlalu khawatir. Semoga Allah mengampuni kesalahan saya dan memberikan pemahaman yang sebaik-baiknya bagi kita semua. Segala kebaikan datang dari Allah sedangkan kesalahan datang dari
Re:[R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini,adalah kehausan
Ass.Wr.Wb Umat juga harus pintar-pintar lahJangan terlalu bergantung pada seseorang...apakah kiai, ustad, buya.atau siapa saja Kapan bisa maju, kalau semuanya harus tergantung pada seseorang... Bukankah setiap umat dituntut untuk belajar? Buat apa Al Quran dan Hadis...? Buat apa isi kepala kita ? Jika pada akhirnya semua harus diserahkan pada ulama saja. Ulama boleh saja didengartapi ingat ulama juga manusia...mereka juga belajar... Jika umat bingung, itu bagus, karena pertanda ada keinginan untuk mencari tau mana yang benar dan mana yang salah...buat apa dikasihani Justru yang dikasihani adalah umat yang tidak bingung karena tidak mau tau sama sekali Wassallam, Rijal - Original Message - From: Ronald P Putra [EMAIL PROTECTED] To: palanta@minang.rantaunet.org Sent: Monday, December 27, 2004 10:15 AM Subject: Re: [windows-1252] Re: [EMAIL PROTECTED] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini,adalah kehausan kenapa tidak to the point aja, sehingga jelas. Atau kalau memang keberatan, ya sekalian jangan melemparkannya ke khalayak ramai. Sebagai tokoh umat, beliau sudah harus menghindari penggunaan kata-kata bersayap yang beresiko pada kebingungan umat. Kasihan umat, dibikin bingung mulu... wassalaam, Ronald Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan
Wa alaikum salam Wr.Wb. Dik Ridha yang baik. Mungkin kita tidak bisa memenggal 2 paragraf dari penjelasan pak Safii ini. Mungkin kita bisa bertanya-tanya mengenai kelompok Radikal yang dimaksud. Karena saya rasa, yang dituju bukanlah kelompok yang senang memakai gamis, berjenggot, atau ciri-ciri yang lainnya. Karena untuk golongan semodel ini, kan banyak sekali. NU, Jama'ah Tabligh juga melakukannya (bergamis), sementara untuk jenggot kan lebih umum dilakukan oleh banyak aliran dalam Islam.. Terus terang saja, saya memang tidak terlepas dari penilaian pribadi pada saat saya membaca e-mail-e-mail dik Ridha selama ini. Asumsi pribadi saya adalah dik Ridha terlihat bercirikan kelompok Salafy. Wallahu a'lam, dan kalau salah mohon dima'afkan dan kalau benar, saya juga salah satu yang respek dengan sikap hati-hati kelompok ini. Mohon ma'af kalau telah menilai, karena ini kan otomatis muncul dikepala. Hubungan yang saya maksud itu adalah pernyataan pak Syafii mengenai kelompok yang tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi mental dan sikap dasarnya tidak lebih baik dari mental dan sikap preman. Di sini kan ada kalimat tetapinya. Saya juga termasuk orang yang nggak suka dengan orang-orang yang kelihatan shaleh secara penampilan khas Islam, tapi prilaku / mentalnya kayak preman. Untuk penjelasan belia di bawah ini : Lebih lanjut dikatakan Syafi'i, Indonesia kita adalah sebuah bangsa yang mengaku beragama, tetapi setiap hari dan setiap malam nilai-nilai luhur agama itu diinjak dan diperkosa dengan dipayungi berbagai pembenaran teologis dan kutipan-kutipan sakral. Kembali kepada kelompok radikal, Syafi'i mengingatkan, atas nama demokrasi pula, kita tidak boleh menghukum kelompok-kelompok yang berwajah garang ini selama mereka menghormati konstitusi, hukum dan etika pergaulan. Tetapi saya akan keberatan terhadap tafsiran agama mereka yang monolitik. Seakan-akan di luar paham mereka tidak ada kebenaran, kata Syafi'i. Ya.. , saya juga prihatin dengan orang yang mengaku beragama, tapi suka menginjak-injak nilai luhur agama. Kemudian, mari kita perhatikan penjelasan beliau mengenai Kita tidak boleh menghukum Saya fikir ini sifat yang baik. Di kalimat selanjutnya juga saya anggak cukup sopan karena beliau mempergunakan kata keberatan. Saya pribadi termasuk orang yang sempat membaca beberapa keutamaan mengenai jenggot maupun gamis. Tapi saya tidak merasa ungkapan beliau ini menyindir saya. Wallahu a'alam.. Ini sekedar penyeimbang. Karena kita baca tulisan yang sama, dan mungkin mencerna dengan cara yang berbeda. - Original Message - From: Ahmad Ridha [EMAIL PROTECTED] To: Palanta RantauNet palanta@minang.rantaunet.org Sent: Thursday, December 23, 2004 6:46 PM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan Darwin Bahar wrote: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan terhadap kekuasaan. Agama di tangan mereka, tidak lebih dari pembenaran terhadap sistem kekuasaan yang memonopoli kebenaran itu..Oleh sebab itu kelompok ini sangat antidemokrasi, karena demokrasi memberi peluang kepada manusia untuk hidup damai dalam perbedaan, dalam iklim multicultural dan multiagama. Ungkapan yang tegas dan lugas itu disampaikan oleh Ketua PP Muhammadyah Prof Dr. Syafii Maarifketika menyoroti kelompok yang tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi ... Wah wah wah, saya baca ungkapan di atas rasanya agak-agak malu dan sedih. Kok ungkapan sedemikian umum dilontarkan oleh tokoh yang mengklaim mendorong kerukunan. Pemahaman sederhana adalah kalau ada orang yang tidak suka demokrasi dan pakaian khas maka dia 'radikal, militan, haus kekuasaan, menyalahgunakan agama'. Terlebih ungkapan pakaian khas di sini tidak jelas. Saya pribadi termasuk yang tidak suka demokrasi. Ekstremnya katakanlah saya antidemokrasi. Kemudian saya berpenampilan 'berbeda' dari kebanyakan orang misalnya tidak isbal dan membiarkan jenggot. Atau ada teman saya yang senangnya pakai gamis dan istrinya mengenakan niqab. Apakah lantas termasuk ke golongan yang dikatakan beliau? Bukankah ini dapat berisiko menebarkan benih kebencian pada publik? Padahal pakaian 'aneh' seperti gamis termasuk sunnah jibilliyah (kebiasaan Rasulullah) sedangkan isbal dilarang Rasulullah, memelihara janggut diperintah Rasulullah, dan niqab pun lazim pada masa Rasulullah. Akan lebih baik kalau beliau menjelaskan dengan lebih spesifik golongan yang dimaksud. Sedih saya kalau dikatakan saya atau sahabat saya haus kekuasaan. Wong demo aja kita gak mau ikutan. Dr H.J. Witteveen, mantan Direktur Pelaksana IMF dalam bukunya Tasauf in Action (2003) menulis: Satu keuntungan besar dari budaya Islam adalah bahwa ia tidak terlibat konflik antara sains dan agama yang begitu menyakitkan seperti di Barat..tetapi di sisi lain dunia Islam sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan
Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan
Wa alaikum salam Wr.Wb. (B (BMungkin untuk mengetahui secara general mengenai manhaj Salafy, bisa dilihat (Bdi www.salafy.or.id . (BSekali lagi, saya mohon ma'af kepada dik Rida kalau ada tulisan saya yang (Bsalah. Saya sendiri sih tidak ingin mengulas mengenai kelompok-kelompok yang (Bada di Indonesia. Hanya saja, terkadang saya selalu berusaha menyesuaikan (Bdiri dengan siapa saya berdialog, karena masing-masing kelompok toh punya (Bciri khas yang saya sendiri lebih cenderung melihat ini sebagai kebinekaan (Batau keanekaragaman dalam sudut pandang Islam. Masing-masing menurut saya (Bbisa memberikan kontribusi positif selama tidak selalu merasa benar sendiri. (B (BKeunggulan manhaj salafy ini adalah pada kehati-hatiannya. Mereka berusaha (Bsekali untuk mengikuti Jejak salafus shaleh. Biasanya teman-teman yang ikut (Bmanhaj ini sangat kuat referensinya dan selalu mengacu kepada ulama Shalaf. (B (BHal yang mungkin buat saya nggak terlalu sreg adalah hal yang terkait dengan (BBid'ah dan pengkafiran. Sehingga kelompok-kelompok yang lain bisa kena (Bjewer. Tetapi saya juga sadar, meeka punya cukup banyak referensi dan sangat (Bkuat. (B (BSaya sendiri, karena memang sangat buta akan agama, sepertinya lebih (Bbersikap mau belajar dan mendengar ketimbang menyalahkan. Ingiiin sekali (Brasanya bisa melihat kekuatan Islam, sekalipun terpecah dalam berbagai (Bkelompok dan aliran, tapi bisa sejalan dan saling menghormati. Terkadang (Bsaya lihat, kita bisa lebih toleran terhadap orang atheis, atau ahli kitab (Bketimbang dengan sesama muslim, tapi beda kelompok. Hal yang sering membuat (Borang bodoh seperti saya jadi bingung sendiri. (B (BKemaren ini saya memperoleh teguran dari seorang sahabat yang berusaha (Bmengingatkan agar saya berhati-hati dalam berpendapat dan berusaha mengikuti (Bajaran Islam yang benar. Nah, yang saya suka bingung, semua kelompok toh (Bmerasa mengikuti Islam yang benar, atau bilang bahwa ajarannya yang benar. (B (BSaya pernah ikut pesantren Syi'ah, ikutan kegiatan jama'ah tablig, model (Bpengajian PKS, kumpul sama teman-taman aliran Thasauf Qadariah/ (BNahsyabandiah, dan tentunya model organisasi besar seperti NU dan (BMuhammadiyah, dan belakangan berusaha tau mengenai pola berfikir JIL serta (Bcukup gandrung dengan model kajian Aa Gym. Yang jelas, saya seperti orang (Bbingung saja kalau hadir di setiap kelompok. Kalau kurang-kurang ilmu (Bseperti saya ini, tentu cuman bisa bilang "Benar Juga Ya..?" setiap setiap (Bsalah satu kelompok menjelaskan Islam beserta argumen yang dia miliki.. (B (BAkhirnya, saya hanya berusaha mengumpul-ngumpulkan informasi tersebut, (Bmencernanya, dan menyerahkan kepada Allah. Semoga tidak tersesat dalam (Bpencaharian mencari kebenaran. Yah, sungguh ingin sekali rasanya bisa (Bmelihat umat Islam ini rukun. Kalau ada debat atau diskusi yang terjadi, (Bbentuknya seperti diskusi di dunia ilmiah lewat jurnal-jurnal. Di sana boleh (Bperang argumen dan saling kutip. Tetapi hasilnya adalah sebuah perbaikan dan (Bpenyempurnaan. Wallahu a'alam. (B (B (B- Original Message - (BFrom: "Hasbi,Mukhlis" [EMAIL PROTECTED] (BTo: "'Palanta RantauNet'" palanta@minang.rantaunet.org (BSent: Friday, December 24, 2004 6:04 PM (BSubject: RE: [EMAIL PROTECTED] Prof Dr. Syafii Maarif: "Di otak belakang (Bkelompok (Bradikal ini, adalah kehausan (B (B (B Ass, (B Ada yang bisa memberikan penjelasan mengenai kelompok Salafy ini? Karena (B kelihatannya beberapa kawan di komplek saya agak miring dengan istilah (B salafy tetapi ketika saya Tanya kenapa mereka tidak bisa juga memberikan (B argument yang jelas kenapa mereka tidak terlalu suka dengan Salafy. (B Wass, (B mh (B (B (B (B (B (B (BBerhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: (Bhttp://rantaunet.org/palanta-setting (B (BTata Tertib Palanta RantauNet: (Bhttp://rantaunet.org/palanta-tatatertib (B
Re: [windows-1252] Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan
udrekh writes: Mungkin kita tidak bisa memenggal 2 paragraf dari penjelasan pak Safii ini. Itulah mengapa saya menggunakan ungkapan 'berisiko menebar kebencian' karena belum tentu itu yang diinginkan. Ungkapan 'pakaian yang khas' rasanya kurang jelas dan terbuka untuk misinterpretasi. Saya khawatir jika ungkapan yang agak umum tersebut digunakan sebagai 'senjata' untuk menuduh individu atau kelompok tertentu. Saya khawatir justru muncul ide bahwa kalo ada yang penampilannya beda wah ini nih yang dimaksud beliau (walaupun bukan itu yang dimaksudkan). Mungkin kekhawatiran saya seperti kekhawatiran Mak Darul akan penggunaan label syari'ah. Terus terang saja, saya memang tidak terlepas dari penilaian pribadi pada saat saya membaca e-mail-e-mail dik Ridha selama ini. Asumsi pribadi saya adalah dik Ridha terlihat bercirikan kelompok Salafy. Wallahu a'lam, dan kalau salah mohon dima'afkan dan kalau benar, saya juga salah satu yang respek dengan sikap hati-hati kelompok ini. Mohon ma'af kalau telah menilai, karena ini kan otomatis muncul dikepala. Baiknya saya perjelas saja, saya berharap saya termasuk dalam ahlus sunnah wal jama'ah, as-salafiyyun. Tentunya bukan nama organisasi namun manhaj (jalan/metode) salafush shalih. Namun tentunya pengakuan tidak berarti tanpa bukti. Saya masih perlu banyak belajar dan menyelaraskan amal dengan ilmu. Ya.. , saya juga prihatin dengan orang yang mengaku beragama, tapi suka menginjak-injak nilai luhur agama. Kemudian, mari kita perhatikan penjelasan beliau mengenai Kita tidak boleh menghukum Saya fikir ini sifat yang baik. Di kalimat selanjutnya juga saya anggak cukup sopan karena beliau mempergunakan kata keberatan. Tentu saya tidak setuju dengan sikap 'menginjak-injak nilai luhur agama'. Namun saya keberatan ketika dibawa pada pemahaman pluralis yang mengaburkan makna kebenaran. Bahwa perbedaan bahkan perpecahan adalah sunatullah (sebagaimana disampaikan Rasulullah) tidak menjadikan semua perbedaan itu benar. Padahal telah jelas jalan yang haq hanya jalan yang dititi oleh Rasulullah dan para shahabat beliau. Saya pribadi termasuk orang yang sempat membaca beberapa keutamaan mengenai jenggot maupun gamis. Tapi saya tidak merasa ungkapan beliau ini menyindir saya. Wallahu a'alam. Mungkin saya saja yang 'sensi' dan terlalu khawatir. Semoga Allah mengampuni kesalahan saya dan memberikan pemahaman yang sebaik-baiknya bagi kita semua. Segala kebaikan datang dari Allah sedangkan kesalahan datang dari saya dan syaithan. Allahu a'lam wa billahit taufiq. Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim (l. 1980 M/1400 H) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan
Darwin Bahar wrote: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan terhadap kekuasaan. Agama di tangan mereka, tidak lebih dari pembenaran terhadap sistem kekuasaan yang memonopoli kebenaran itu..Oleh sebab itu kelompok ini sangat antidemokrasi, karena demokrasi memberi peluang kepada manusia untuk hidup damai dalam perbedaan, dalam iklim multicultural dan multiagama. Ungkapan yang tegas dan lugas itu disampaikan oleh Ketua PP Muhammadyah Prof Dr. Syafii Maarifketika menyoroti kelompok yang tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi ... Wah wah wah, saya baca ungkapan di atas rasanya agak-agak malu dan sedih. Kok ungkapan sedemikian umum dilontarkan oleh tokoh yang mengklaim mendorong kerukunan. Pemahaman sederhana adalah kalau ada orang yang tidak suka demokrasi dan pakaian khas maka dia 'radikal, militan, haus kekuasaan, menyalahgunakan agama'. Terlebih ungkapan pakaian khas di sini tidak jelas. Saya pribadi termasuk yang tidak suka demokrasi. Ekstremnya katakanlah saya antidemokrasi. Kemudian saya berpenampilan 'berbeda' dari kebanyakan orang misalnya tidak isbal dan membiarkan jenggot. Atau ada teman saya yang senangnya pakai gamis dan istrinya mengenakan niqab. Apakah lantas termasuk ke golongan yang dikatakan beliau? Bukankah ini dapat berisiko menebarkan benih kebencian pada publik? Padahal pakaian 'aneh' seperti gamis termasuk sunnah jibilliyah (kebiasaan Rasulullah) sedangkan isbal dilarang Rasulullah, memelihara janggut diperintah Rasulullah, dan niqab pun lazim pada masa Rasulullah. Akan lebih baik kalau beliau menjelaskan dengan lebih spesifik golongan yang dimaksud. Sedih saya kalau dikatakan saya atau sahabat saya haus kekuasaan. Wong demo aja kita gak mau ikutan. Dr H.J. Witteveen, mantan Direktur Pelaksana IMF dalam bukunya Tasauf in Action (2003) menulis: Satu keuntungan besar dari budaya Islam adalah bahwa ia tidak terlibat konflik antara sains dan agama yang begitu menyakitkan seperti di Barat..tetapi di sisi lain dunia Islam sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan ilmiah modern. Pemikiran filosofis lebih didasarkan kepada visi mistik spritual dari pada analitis rasional. Dan dengan pembatasan religius terhadap aktivitas ekonomi, dunia Islam mengalami penurunan serius dalam perkembangan ekonomi. Hmmm, jadi dunia Islam sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan ilmiah modern dan ekonominya terhambat karena dibatasi oleh agama? Ucapan yang sungguh aneh. Semoga bukan keluar dari seorang muslim. Bukankah saat ini dunia Islam bergelimang dalam aktivitas ekonomi yang di luar batas-batas agama. Hampir-hampir tidak ada harta yang tak tersentuh riba. Hal inilah yang menjadikan kemunduran Islam sebagaimana telah dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika kalian telah berjual beli dengan cara inah dan telah sibuk dengan ekor-ekor sapi (sibuk denngan bercocok tanam), sehingga kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan, dan (Dia) tidak akan mengangkat kehinaan dari kalian, sampai kalian kembail kepada agama kalian. (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud) Saya pilih percaya perkataan sebaik-baik manusia. Mohon maaf jika ada kata yang salah. Semoga Allah memberikan petunjuk bagi kita semua. Allahu a'lam. Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, -- Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim (l. 1400 H/1980 M) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
[R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan
Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan terhadap kekuasaan. Agama di tangan mereka, tidak lebih dari pembenaran terhadap sistem kekuasaan yang memonopoli kebenaran itu ..Oleh sebab itu kelompok ini sangat antidemokrasi, karena demokrasi memberi peluang kepada manusia untuk hidup damai dalam perbedaan, dalam iklim multicultural dan multiagama. Ungkapan yang tegas dan lugas itu disampaikan oleh Ketua PP Muhammadyah Prof Dr. Syafii Maarifketika menyoroti kelompok yang tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi mental dan sikap dasarnya tidak lebih baik dari mental dan sikap premandalam orasinya yang berjudul Indonesia Baru, di tengah Pertarungan Antara Mosaik Budaya yang Elok dan Kaya dengan Ancaman Keserakahan, yang disampaikannya ketika menerima Hamengku Buwono IX Award, Senin (20/12) dalam rangkaian Dies Natalis Ke-55 di Yogyakarta seperti diberitakan Sinar Harapan Selasa, 21 Desember 2004. Lebih lanjut dikatakan Syafi'i, Indonesia kita adalah sebuah bangsa yang mengaku beragama, tetapi setiap hari dan setiap malam nilai-nilai luhur agama itu diinjak dan diperkosa dengan dipayungi berbagai pembenaran teologis dan kutipan-kutipan sakral. Kembali kepada kelompok radikal, Syafi'i mengingatkan, atas nama demokrasi pula, kita tidak boleh menghukum kelompok-kelompok yang berwajah garang ini selama mereka menghormati konstitusi, hukum dan etika pergaulan. Tetapi saya akan keberatan terhadap tafsiran agama mereka yang monolitik. Seakan-akan di luar paham mereka tidak ada kebenaran, kata Syafi'i. Pemahaman yang monilitik, tekstual dan nyaris tanpa dimensi spritual atau mengabaikan sisi esetorik dari Islam, memang merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap upaya untuk mengibarkan Islam sebagai rahmatan lil alamin serta mempunyai andil yang sangat besar terhadap kemuduran ummat Islam sampai saat ini. Dengan berlindung kepada pemahaman literal dan parsial terhadap nash-nash syarii, mereka seperti katak dalam tempurung, menafikan pluralitas yang pada dasarnya merupakan sunatullah serta dan menempatkan agama dalam posisi konflik dengan modernisasi dan perkembangan sains, sehingga ummat menjadi statis/reaksioner dan tertinggal jauh dengan barat/kristen, namun tetap merasa diri sebagai ummatan wahidan. Oleh kelompok dan individu-individu seperti ini, misi kenabian Muhammad SAW yang penuh keteladanan dan sumber inspirasi yang tidak kering-keringnya direduksikan seakan-akan hanya untuk memperkenalkan hukum hudud. Tentu saja kondisi seperti ini tidak jatuh begitu saja dari langit! Dr H.J. Witteveen, mantan Direktur Pelaksana IMF dalam bukunya Tasauf in Action (2003) menulis: Satu keuntungan besar dari budaya Islam adalah bahwa ia tidak terlibat konflik antara sains dan agama yang begitu menyakitkan seperti di Barat ..tetapi di sisi lain dunia Islam sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan ilmiah modern. Pemikiran filosofis lebih didasarkan kepada visi mistik spritual dari pada analitis rasional. Dan dengan pembatasan religius terhadap aktivitas ekonomi, dunia Islam mengalami penurunan serius dalam perkembangan ekonomi. Di bagian lain ditulisnya: Akan tetapi, pengaruh Barat yang dibawa modernisasi (yang dilakukan Pemerintah Negara-Negara Islam, DB) berkonflik dengan budaya Islam. Ketertarikan pada materi lebih mempengaruhi dan terkadang menyebabkan korupsi. Banyak kalangan religius merasa terkejut dengan hal ini dan takut agama serta budaya mereka akan musnah Dalam iklim seperti ini berkembang reaksi kuat fundamentalis yang memaksakan penafsiran harfiah dan penerapan Al Qur'an serta hukum Islam (syariat). Ini dilakukan dengan ektreem, sehingga siapapun---entah organisasi ataupun individu yang tidak ortodoks akan dilihat sebagai seorang kafir yang harus dilawan dengan dengan perang suci (jihad). Sikap semacam ini jauh menyimpang dari tradisi Islam yang menekankan tanggung jawab individu terhadap Tuhan dan sikap yang jauh lebih toleran. Eniwe, pernyataan Buya Syafei Maarif---yang bukan pertama kali dikemukakan itu, menunjukkan posisi Muhammadyah, yang tahun depan akan bermuktamar, terhadap radikalisasi dan militansi gerakan Islam, yang hampir sama dan sebangun dengan sikap NU, yang sayang sekali kepemimpinannya sesudah Muktamar November lalu bukan dipegang oleh ulama kultural KH Mustofa Bisri, tetapi masih tetap oleh KH Hasyim Muzadi---yang walaupun dalam wawasan sosial dan keagamaan tidak jauh berbeda dengan KH Mustofa Bisri (bahkan dengan Buya Syafei Maarif)---tetapi integritasnya sudah agak tercoreng akibat cara-cara yang kurang etis yang dilakukannya dengan menggunakan dukungan struktur NU dalam upayanya memenangkan posisi Wapres dalam pilpres yang lalu, yang ternyata gagal total (hanya didukung oleh bagian yang tidak terlalu signifikan di kalangan NU akar rumput), yang menyebabkan beliau sekarang harus berhadap-hadapan dengan Gus Dur sang mentor. Siapapun yang terpilih menjadi Ketua PP Muhammadyah untuk periode yang akan