Re: [windows-1252] Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan

2004-12-26 Terurut Topik Ronald P Putra

assalaamu 'alaikum wr wb
numpang nimbrung ya...

saya sependapat dengan dik Ridha,
sebagai seorang tokoh yang setiap perkataannya dicermati dan diperhatikan
oleh masy banyak, seharusnya buya Syafi'i berhati-hati dalam menyampaikan
ketidaksetujuan beliau tsb. Harus jelas siapa yang beliau maksudkan sehingga
tidak memunculkan multi interpretasi dan bisik-bisik dibelakang umat ttg siapa
kelompok yang beliau maksudkan. Benar, ini beresiko menebar kebencian.

kenapa tidak to the point aja, sehingga jelas. Atau kalau memang keberatan,
ya sekalian jangan melemparkannya ke khalayak ramai. Sebagai tokoh umat,
beliau sudah harus menghindari penggunaan kata-kata bersayap yang beresiko
pada kebingungan umat.
Kasihan umat, dibikin bingung mulu...

wassalaam,
Ronald






   
  [EMAIL PROTECTED] 
   
  id   To:   
palanta@minang.rantaunet.org  
  Sent by: cc:  
   
  [EMAIL PROTECTED]Subject:  Re: [windows-1252] Re: 
[EMAIL PROTECTED] Prof Dr. Syafii Maarif:   Di otak
  ntaunet.org   belakang kelompok 
radikal ini,   adalah kehausan   

   

   
  12/24/2004 08:49 PM   
   
  Please respond to palanta 
   

   

   




udrekh writes:

 Mungkin kita tidak bisa memenggal 2 paragraf dari penjelasan pak Safii
 ini.

Itulah mengapa saya menggunakan ungkapan 'berisiko menebar kebencian' karena
belum tentu itu yang diinginkan. Ungkapan 'pakaian yang khas' rasanya kurang
jelas dan terbuka untuk misinterpretasi. Saya khawatir jika ungkapan yang
agak umum tersebut digunakan sebagai 'senjata' untuk menuduh individu atau
kelompok tertentu. Saya khawatir justru muncul ide bahwa kalo ada yang
penampilannya beda wah ini nih yang dimaksud beliau (walaupun bukan itu yang
dimaksudkan). Mungkin kekhawatiran saya seperti kekhawatiran Mak Darul akan
penggunaan label syari'ah.

 Terus terang saja, saya memang tidak terlepas dari penilaian pribadi pada
 saat saya membaca e-mail-e-mail dik Ridha selama ini. Asumsi pribadi saya
 adalah dik Ridha terlihat bercirikan kelompok Salafy. Wallahu a'lam, dan
 kalau salah mohon dima'afkan dan kalau benar, saya juga salah satu yang
 respek dengan sikap hati-hati kelompok ini. Mohon ma'af kalau telah
 menilai, karena ini kan otomatis muncul dikepala.

Baiknya saya perjelas saja, saya berharap saya termasuk dalam ahlus sunnah
wal jama'ah, as-salafiyyun. Tentunya bukan nama organisasi namun manhaj
(jalan/metode) salafush shalih. Namun tentunya pengakuan tidak berarti tanpa
bukti. Saya masih perlu banyak belajar dan menyelaraskan amal dengan ilmu.

 Ya.. , saya juga prihatin dengan orang yang mengaku beragama, tapi suka
 menginjak-injak nilai luhur agama. Kemudian, mari kita perhatikan
 penjelasan beliau mengenai Kita tidak boleh menghukum Saya fikir ini
 sifat yang baik. Di kalimat selanjutnya juga saya anggak cukup sopan
 karena beliau mempergunakan kata keberatan.

Tentu saya tidak setuju dengan sikap 'menginjak-injak nilai luhur agama'.
Namun saya keberatan ketika dibawa pada pemahaman pluralis yang mengaburkan
makna kebenaran. Bahwa perbedaan bahkan perpecahan adalah sunatullah
(sebagaimana disampaikan Rasulullah) tidak menjadikan semua perbedaan itu
benar. Padahal telah jelas jalan yang haq hanya jalan yang dititi oleh
Rasulullah dan para shahabat beliau.

 Saya pribadi termasuk orang yang sempat membaca beberapa keutamaan
 mengenai jenggot maupun gamis. Tapi saya tidak merasa ungkapan beliau ini
 menyindir saya. Wallahu a'alam.

Mungkin saya saja yang 'sensi' dan terlalu khawatir. Semoga Allah mengampuni
kesalahan saya dan memberikan pemahaman yang sebaik-baiknya bagi kita semua.
Segala kebaikan datang dari Allah sedangkan kesalahan datang dari 

Re:[R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini,adalah kehausan

2004-12-26 Terurut Topik Muhammad Rijal
Ass.Wr.Wb
Umat juga harus pintar-pintar lahJangan terlalu bergantung pada 
seseorang...apakah kiai, ustad, buya.atau siapa saja
Kapan bisa maju, kalau semuanya harus tergantung pada seseorang...
Bukankah setiap umat dituntut untuk belajar?
Buat apa Al Quran dan Hadis...? Buat apa isi kepala kita ? Jika pada 
akhirnya semua harus diserahkan pada ulama saja.
Ulama boleh saja didengartapi ingat ulama juga manusia...mereka juga 
belajar...
Jika umat bingung, itu bagus, karena pertanda ada keinginan untuk mencari 
tau mana yang benar dan mana yang salah...buat apa dikasihani
Justru yang dikasihani adalah umat yang tidak bingung karena tidak mau tau 
sama sekali

Wassallam,
Rijal
- Original Message - 
From: Ronald P Putra [EMAIL PROTECTED]
To: palanta@minang.rantaunet.org
Sent: Monday, December 27, 2004 10:15 AM
Subject: Re: [windows-1252] Re: [EMAIL PROTECTED] Prof Dr. Syafii Maarif: Di 
otak belakang kelompok radikal ini,adalah kehausan


kenapa tidak to the point aja, sehingga jelas. Atau kalau memang 
keberatan,
ya sekalian jangan melemparkannya ke khalayak ramai. Sebagai tokoh umat,
beliau sudah harus menghindari penggunaan kata-kata bersayap yang beresiko
pada kebingungan umat.
Kasihan umat, dibikin bingung mulu...

wassalaam,
Ronald


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan

2004-12-24 Terurut Topik udrekh
Wa alaikum salam Wr.Wb.

Dik Ridha yang baik.

Mungkin kita tidak bisa memenggal 2 paragraf dari penjelasan pak Safii ini.
Mungkin kita bisa bertanya-tanya mengenai kelompok Radikal yang dimaksud.
Karena saya rasa, yang dituju bukanlah kelompok yang senang memakai gamis,
berjenggot, atau ciri-ciri yang lainnya. Karena untuk golongan semodel ini,
kan banyak sekali. NU, Jama'ah Tabligh juga melakukannya (bergamis),
sementara untuk jenggot kan lebih umum dilakukan oleh banyak aliran dalam
Islam..

Terus terang saja, saya memang tidak terlepas dari penilaian pribadi pada
saat saya membaca e-mail-e-mail dik Ridha selama ini. Asumsi pribadi saya
adalah dik Ridha terlihat bercirikan kelompok Salafy. Wallahu a'lam, dan
kalau salah mohon dima'afkan dan kalau benar, saya juga salah satu yang
respek dengan sikap hati-hati kelompok ini. Mohon ma'af kalau telah menilai,
karena ini kan otomatis muncul dikepala.

Hubungan yang saya maksud itu adalah pernyataan pak Syafii mengenai
kelompok yang
tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi
mental dan sikap dasarnya tidak lebih baik dari mental dan sikap preman. Di
sini kan ada kalimat tetapinya. Saya juga termasuk orang yang nggak suka
dengan orang-orang yang kelihatan shaleh secara penampilan khas Islam,
tapi prilaku / mentalnya kayak preman.

Untuk penjelasan belia di bawah ini :
Lebih lanjut dikatakan Syafi'i, Indonesia kita adalah sebuah
bangsa
yang mengaku beragama, tetapi setiap hari dan setiap malam nilai-nilai
luhur agama itu diinjak dan diperkosa dengan dipayungi berbagai
pembenaran teologis dan kutipan-kutipan sakral.

Kembali kepada kelompok radikal, Syafi'i mengingatkan, atas nama
demokrasi pula, kita tidak boleh menghukum kelompok-kelompok yang
berwajah garang ini selama mereka menghormati konstitusi, hukum dan
etika pergaulan. Tetapi saya akan keberatan terhadap tafsiran
agama
mereka yang monolitik. Seakan-akan di luar paham mereka tidak ada
kebenaran, kata Syafi'i.

Ya.. , saya juga prihatin dengan orang yang mengaku beragama, tapi suka
menginjak-injak nilai luhur agama. Kemudian, mari kita perhatikan penjelasan
beliau mengenai Kita tidak boleh menghukum Saya fikir ini sifat yang
baik. Di kalimat selanjutnya juga saya anggak cukup sopan karena beliau
mempergunakan kata keberatan.

Saya pribadi termasuk orang yang sempat membaca beberapa keutamaan mengenai
jenggot maupun gamis. Tapi saya tidak merasa ungkapan beliau ini menyindir
saya. Wallahu a'alam.. Ini sekedar penyeimbang. Karena kita baca tulisan
yang sama, dan mungkin mencerna dengan cara yang berbeda.

- Original Message -
From: Ahmad Ridha [EMAIL PROTECTED]
To: Palanta RantauNet palanta@minang.rantaunet.org
Sent: Thursday, December 23, 2004 6:46 PM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang 
kelompok
radikal ini, adalah kehausan


 Darwin Bahar wrote:
  Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan terhadap
  kekuasaan. Agama di tangan mereka, tidak lebih dari pembenaran
  terhadap sistem kekuasaan yang memonopoli kebenaran itu..Oleh
  sebab
  itu kelompok ini sangat antidemokrasi, karena demokrasi memberi
  peluang kepada manusia untuk hidup damai dalam perbedaan, dalam iklim
  multicultural dan multiagama.
 
  Ungkapan yang tegas dan lugas itu disampaikan oleh Ketua PP
  Muhammadyah Prof Dr. Syafii Maarifketika menyoroti kelompok yang
  tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi
  ...

 Wah wah wah, saya baca ungkapan di atas rasanya agak-agak malu dan
 sedih. Kok ungkapan sedemikian umum dilontarkan oleh tokoh yang
 mengklaim mendorong kerukunan. Pemahaman sederhana adalah kalau ada
 orang yang tidak suka demokrasi dan pakaian khas maka dia 'radikal,
 militan, haus kekuasaan, menyalahgunakan agama'. Terlebih ungkapan
 pakaian khas di sini tidak jelas.

 Saya pribadi termasuk yang tidak suka demokrasi. Ekstremnya katakanlah
 saya antidemokrasi. Kemudian saya berpenampilan 'berbeda' dari
 kebanyakan orang misalnya tidak isbal dan membiarkan jenggot. Atau ada
 teman saya yang senangnya pakai gamis dan istrinya mengenakan niqab.
 Apakah lantas termasuk ke golongan yang dikatakan beliau? Bukankah ini
 dapat berisiko menebarkan benih kebencian pada publik? Padahal pakaian
 'aneh' seperti gamis termasuk sunnah jibilliyah  (kebiasaan Rasulullah)
 sedangkan isbal dilarang Rasulullah, memelihara janggut diperintah
 Rasulullah, dan niqab pun lazim pada masa Rasulullah.

 Akan lebih baik kalau beliau menjelaskan dengan lebih spesifik golongan
 yang dimaksud. Sedih saya kalau dikatakan saya atau sahabat saya haus
 kekuasaan. Wong demo aja kita gak mau ikutan.

  Dr H.J. Witteveen, mantan Direktur Pelaksana IMF dalam bukunya
  Tasauf
  in Action (2003) menulis: Satu keuntungan besar dari budaya
  Islam
  adalah bahwa ia tidak terlibat konflik antara sains dan agama  yang
  begitu menyakitkan seperti di Barat..tetapi di sisi lain dunia
  Islam
  sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan 

Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan

2004-12-24 Terurut Topik udrekh
Wa alaikum salam Wr.Wb.
(B
(BMungkin untuk mengetahui secara general mengenai manhaj Salafy, bisa dilihat
(Bdi www.salafy.or.id .
(BSekali lagi, saya mohon ma'af kepada dik Rida kalau ada tulisan saya yang
(Bsalah. Saya sendiri sih tidak ingin mengulas mengenai kelompok-kelompok yang
(Bada di Indonesia. Hanya saja, terkadang saya selalu berusaha menyesuaikan
(Bdiri dengan siapa saya berdialog, karena masing-masing kelompok toh punya
(Bciri khas yang saya sendiri lebih cenderung melihat ini sebagai kebinekaan
(Batau keanekaragaman dalam sudut pandang Islam. Masing-masing menurut saya
(Bbisa memberikan kontribusi positif selama tidak selalu merasa benar sendiri.
(B
(BKeunggulan manhaj salafy ini adalah pada kehati-hatiannya. Mereka berusaha
(Bsekali untuk mengikuti Jejak salafus shaleh. Biasanya teman-teman yang ikut
(Bmanhaj ini sangat kuat referensinya dan selalu mengacu kepada ulama Shalaf.
(B
(BHal yang mungkin buat saya nggak terlalu sreg adalah hal yang terkait dengan
(BBid'ah dan pengkafiran. Sehingga kelompok-kelompok yang lain bisa kena
(Bjewer. Tetapi saya juga sadar, meeka punya cukup banyak referensi dan sangat
(Bkuat.
(B
(BSaya sendiri, karena memang sangat buta akan agama, sepertinya lebih
(Bbersikap mau belajar dan mendengar ketimbang menyalahkan. Ingiiin sekali
(Brasanya bisa melihat kekuatan Islam, sekalipun terpecah dalam berbagai
(Bkelompok dan aliran, tapi bisa sejalan dan saling menghormati. Terkadang
(Bsaya lihat, kita bisa lebih toleran terhadap orang atheis, atau ahli kitab
(Bketimbang dengan sesama muslim, tapi beda kelompok. Hal yang sering membuat
(Borang bodoh seperti saya jadi bingung sendiri.
(B
(BKemaren ini saya memperoleh teguran dari seorang sahabat yang berusaha
(Bmengingatkan agar saya berhati-hati dalam berpendapat dan berusaha mengikuti
(Bajaran Islam yang benar. Nah, yang saya suka bingung, semua kelompok toh
(Bmerasa mengikuti Islam yang benar, atau bilang bahwa ajarannya yang benar.
(B
(BSaya pernah ikut pesantren Syi'ah, ikutan kegiatan jama'ah tablig, model
(Bpengajian PKS, kumpul sama teman-taman aliran Thasauf Qadariah/
(BNahsyabandiah, dan tentunya model organisasi besar seperti NU dan
(BMuhammadiyah, dan belakangan berusaha tau mengenai pola berfikir JIL serta
(Bcukup gandrung dengan model kajian Aa Gym. Yang jelas, saya seperti orang
(Bbingung saja kalau hadir di setiap kelompok. Kalau kurang-kurang ilmu
(Bseperti saya ini, tentu cuman bisa bilang "Benar Juga Ya..?" setiap setiap
(Bsalah satu kelompok menjelaskan Islam beserta argumen yang dia miliki..
(B
(BAkhirnya, saya hanya berusaha mengumpul-ngumpulkan informasi tersebut,
(Bmencernanya, dan menyerahkan kepada Allah. Semoga tidak tersesat dalam
(Bpencaharian mencari kebenaran. Yah, sungguh ingin sekali rasanya bisa
(Bmelihat umat Islam ini rukun. Kalau ada debat atau diskusi yang terjadi,
(Bbentuknya seperti diskusi di dunia ilmiah lewat jurnal-jurnal. Di sana boleh
(Bperang argumen dan saling kutip. Tetapi hasilnya adalah sebuah perbaikan dan
(Bpenyempurnaan. Wallahu a'alam.
(B
(B
(B- Original Message -
(BFrom: "Hasbi,Mukhlis" [EMAIL PROTECTED]
(BTo: "'Palanta RantauNet'" palanta@minang.rantaunet.org
(BSent: Friday, December 24, 2004 6:04 PM
(BSubject: RE: [EMAIL PROTECTED] Prof Dr. Syafii Maarif: "Di otak belakang 
(Bkelompok
(Bradikal ini, adalah kehausan
(B
(B
(B Ass,
(B Ada yang bisa memberikan penjelasan mengenai kelompok Salafy ini? Karena
(B kelihatannya beberapa kawan di komplek saya agak miring dengan istilah
(B salafy tetapi ketika saya Tanya kenapa mereka tidak bisa juga memberikan
(B argument yang jelas kenapa mereka tidak terlalu suka dengan Salafy.
(B Wass,
(B mh
(B
(B
(B
(B
(B
(B
(BBerhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
(Bhttp://rantaunet.org/palanta-setting
(B
(BTata Tertib Palanta RantauNet:
(Bhttp://rantaunet.org/palanta-tatatertib
(B

Re: [windows-1252] Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan

2004-12-24 Terurut Topik Ahmad Ridha
udrekh writes: 

Mungkin kita tidak bisa memenggal 2 paragraf dari penjelasan pak Safii 
ini.
Itulah mengapa saya menggunakan ungkapan 'berisiko menebar kebencian' karena 
belum tentu itu yang diinginkan. Ungkapan 'pakaian yang khas' rasanya kurang 
jelas dan terbuka untuk misinterpretasi. Saya khawatir jika ungkapan yang 
agak umum tersebut digunakan sebagai 'senjata' untuk menuduh individu atau 
kelompok tertentu. Saya khawatir justru muncul ide bahwa kalo ada yang 
penampilannya beda wah ini nih yang dimaksud beliau (walaupun bukan itu yang 
dimaksudkan). Mungkin kekhawatiran saya seperti kekhawatiran Mak Darul akan 
penggunaan label syari'ah. 

Terus terang saja, saya memang tidak terlepas dari penilaian pribadi pada
saat saya membaca e-mail-e-mail dik Ridha selama ini. Asumsi pribadi saya
adalah dik Ridha terlihat bercirikan kelompok Salafy. Wallahu a'lam, dan
kalau salah mohon dima'afkan dan kalau benar, saya juga salah satu yang
respek dengan sikap hati-hati kelompok ini. Mohon ma'af kalau telah 
menilai, karena ini kan otomatis muncul dikepala.
Baiknya saya perjelas saja, saya berharap saya termasuk dalam ahlus sunnah 
wal jama'ah, as-salafiyyun. Tentunya bukan nama organisasi namun manhaj 
(jalan/metode) salafush shalih. Namun tentunya pengakuan tidak berarti tanpa 
bukti. Saya masih perlu banyak belajar dan menyelaraskan amal dengan ilmu. 

Ya.. , saya juga prihatin dengan orang yang mengaku beragama, tapi suka
menginjak-injak nilai luhur agama. Kemudian, mari kita perhatikan 
penjelasan beliau mengenai Kita tidak boleh menghukum Saya fikir ini
sifat yang baik. Di kalimat selanjutnya juga saya anggak cukup sopan 
karena beliau mempergunakan kata keberatan.
Tentu saya tidak setuju dengan sikap 'menginjak-injak nilai luhur agama'. 
Namun saya keberatan ketika dibawa pada pemahaman pluralis yang mengaburkan 
makna kebenaran. Bahwa perbedaan bahkan perpecahan adalah sunatullah 
(sebagaimana disampaikan Rasulullah) tidak menjadikan semua perbedaan itu 
benar. Padahal telah jelas jalan yang haq hanya jalan yang dititi oleh 
Rasulullah dan para shahabat beliau. 

Saya pribadi termasuk orang yang sempat membaca beberapa keutamaan 
mengenai jenggot maupun gamis. Tapi saya tidak merasa ungkapan beliau ini 
menyindir saya. Wallahu a'alam.
Mungkin saya saja yang 'sensi' dan terlalu khawatir. Semoga Allah mengampuni 
kesalahan saya dan memberikan pemahaman yang sebaik-baiknya bagi kita semua. 
Segala kebaikan datang dari Allah sedangkan kesalahan datang dari saya dan 
syaithan. 

Allahu a'lam wa billahit taufiq. 

Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1980 M/1400 H) 


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



Re: [R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan

2004-12-23 Terurut Topik Ahmad Ridha
Darwin Bahar wrote:
Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan terhadap
kekuasaan. Agama di tangan mereka, tidak lebih dari pembenaran
terhadap sistem kekuasaan yang memonopoli kebenaran itu..Oleh
sebab
itu kelompok ini sangat antidemokrasi, karena demokrasi memberi
peluang kepada manusia untuk hidup damai dalam perbedaan, dalam iklim
multicultural dan multiagama. 

Ungkapan yang tegas dan lugas itu disampaikan oleh Ketua PP
Muhammadyah Prof Dr. Syafii Maarifketika menyoroti kelompok yang
tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi
...
Wah wah wah, saya baca ungkapan di atas rasanya agak-agak malu dan 
sedih. Kok ungkapan sedemikian umum dilontarkan oleh tokoh yang 
mengklaim mendorong kerukunan. Pemahaman sederhana adalah kalau ada 
orang yang tidak suka demokrasi dan pakaian khas maka dia 'radikal, 
militan, haus kekuasaan, menyalahgunakan agama'. Terlebih ungkapan 
pakaian khas di sini tidak jelas.

Saya pribadi termasuk yang tidak suka demokrasi. Ekstremnya katakanlah 
saya antidemokrasi. Kemudian saya berpenampilan 'berbeda' dari 
kebanyakan orang misalnya tidak isbal dan membiarkan jenggot. Atau ada 
teman saya yang senangnya pakai gamis dan istrinya mengenakan niqab. 
Apakah lantas termasuk ke golongan yang dikatakan beliau? Bukankah ini 
dapat berisiko menebarkan benih kebencian pada publik? Padahal pakaian 
'aneh' seperti gamis termasuk sunnah jibilliyah  (kebiasaan Rasulullah) 
sedangkan isbal dilarang Rasulullah, memelihara janggut diperintah 
Rasulullah, dan niqab pun lazim pada masa Rasulullah.

Akan lebih baik kalau beliau menjelaskan dengan lebih spesifik golongan 
yang dimaksud. Sedih saya kalau dikatakan saya atau sahabat saya haus 
kekuasaan. Wong demo aja kita gak mau ikutan.

Dr H.J. Witteveen, mantan Direktur Pelaksana IMF dalam bukunya
Tasauf
in Action (2003) menulis: Satu keuntungan besar dari budaya
Islam
adalah bahwa ia tidak terlibat konflik antara sains dan agama  yang
begitu menyakitkan seperti di Barat..tetapi di sisi lain dunia
Islam
sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan ilmiah modern.
Pemikiran filosofis lebih didasarkan kepada visi mistik spritual dari
pada analitis rasional. Dan dengan pembatasan religius terhadap
aktivitas ekonomi, dunia Islam mengalami penurunan serius dalam
perkembangan ekonomi.
Hmmm, jadi dunia Islam sedikit berpartisipasi dalam perkembangan 
teknologi dan ilmiah modern dan ekonominya terhambat karena dibatasi 
oleh agama? Ucapan yang sungguh aneh. Semoga bukan keluar dari seorang 
muslim.

Bukankah saat ini dunia Islam bergelimang dalam aktivitas ekonomi yang 
di luar batas-batas agama. Hampir-hampir tidak ada harta yang tak 
tersentuh riba. Hal inilah yang menjadikan kemunduran Islam sebagaimana 
telah dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Jika kalian telah berjual beli dengan cara inah dan telah sibuk 
dengan ekor-ekor sapi (sibuk denngan bercocok tanam), sehingga kalian 
meninggalkan jihad, maka Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan, dan 
(Dia) tidak akan mengangkat kehinaan dari kalian, sampai kalian kembail 
kepada agama kalian. (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud)

Saya pilih percaya perkataan sebaik-baik manusia.
Mohon maaf jika ada kata yang salah. Semoga Allah memberikan petunjuk 
bagi kita semua.

Allahu a'lam.
Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
--
Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[R@ntau-Net] Prof Dr. Syafii Maarif: “Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan

2004-12-22 Terurut Topik Darwin Bahar

Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan terhadap
kekuasaan. Agama di tangan mereka, tidak lebih dari pembenaran
terhadap sistem kekuasaan yang memonopoli kebenaran itu…..Oleh
sebab
itu kelompok ini sangat antidemokrasi, karena demokrasi memberi
peluang kepada manusia untuk hidup damai dalam perbedaan, dalam iklim
multicultural dan multiagama.

Ungkapan yang tegas dan lugas itu disampaikan oleh Ketua PP
Muhammadyah Prof Dr. Syafii Maarifketika menyoroti kelompok yang
tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi
mental dan sikap dasarnya tidak lebih baik dari mental dan sikap
premandalam orasinya yang berjudul Indonesia Baru, di tengah
Pertarungan Antara Mosaik Budaya yang Elok dan Kaya dengan Ancaman
Keserakahan, yang disampaikannya ketika menerima Hamengku Buwono
IX
Award, Senin (20/12) dalam rangkaian Dies Natalis Ke-55 di Yogyakarta
seperti diberitakan Sinar Harapan Selasa, 21 Desember 2004.

Lebih lanjut dikatakan Syafi'i, Indonesia kita adalah sebuah
bangsa
yang mengaku beragama, tetapi setiap hari dan setiap malam nilai-nilai
luhur agama itu diinjak dan diperkosa dengan dipayungi berbagai
pembenaran teologis dan kutipan-kutipan sakral.

Kembali kepada kelompok radikal, Syafi'i mengingatkan, atas nama
demokrasi pula, kita tidak boleh menghukum kelompok-kelompok yang
berwajah garang ini selama mereka menghormati konstitusi, hukum dan
etika pergaulan. Tetapi saya akan keberatan terhadap tafsiran
agama
mereka yang monolitik. Seakan-akan di luar paham mereka tidak ada
kebenaran, kata Syafi'i.

Pemahaman yang monilitik, tekstual dan nyaris tanpa dimensi spritual
atau mengabaikan sisi esetorik dari Islam, memang merupakan salah satu
ancaman yang sangat serius terhadap upaya untuk mengibarkan Islam
sebagai rahmatan lil alamin serta mempunyai andil yang sangat besar
terhadap kemuduran ummat Islam sampai saat ini.

Dengan berlindung kepada  pemahaman literal dan parsial  terhadap
nash-nash syarii, mereka seperti katak dalam tempurung,
menafikan
pluralitas yang pada dasarnya merupakan sunatullah serta dan
menempatkan agama dalam posisi konflik dengan modernisasi dan
perkembangan sains, sehingga ummat menjadi statis/reaksioner dan
tertinggal jauh dengan barat/kristen, namun tetap merasa diri sebagai
ummatan wahidan.

Oleh kelompok dan individu-individu seperti ini, misi kenabian
Muhammad SAW yang penuh keteladanan dan sumber inspirasi yang tidak
kering-keringnya direduksikan seakan-akan hanya untuk memperkenalkan
hukum hudud.

Tentu saja kondisi seperti ini tidak jatuh begitu saja dari langit!

Dr H.J. Witteveen, mantan Direktur Pelaksana IMF dalam bukunya
Tasauf
in Action (2003) menulis: Satu keuntungan besar dari budaya
Islam
adalah bahwa ia tidak terlibat konflik antara sains dan agama  yang
begitu menyakitkan seperti di Barat……..tetapi di sisi lain dunia
Islam
sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan ilmiah modern.
Pemikiran filosofis lebih didasarkan kepada visi mistik spritual dari
pada analitis rasional. Dan dengan pembatasan religius terhadap
aktivitas ekonomi, dunia Islam mengalami penurunan serius dalam
perkembangan ekonomi.

Di bagian lain ditulisnya: Akan tetapi, pengaruh Barat yang
dibawa
modernisasi (yang dilakukan Pemerintah Negara-Negara Islam, DB)
berkonflik dengan budaya Islam. Ketertarikan pada materi lebih
mempengaruhi dan terkadang menyebabkan korupsi. Banyak kalangan
religius merasa terkejut dengan hal ini dan takut agama serta budaya
mereka akan musnah………Dalam iklim seperti ini berkembang reaksi
kuat
fundamentalis yang memaksakan penafsiran harfiah dan penerapan Al
Qur'an serta hukum Islam (syariat). Ini dilakukan dengan ektreem,
sehingga siapapun---entah organisasi ataupun individu yang tidak
ortodoks akan dilihat sebagai seorang kafir yang harus
dilawan
dengan dengan perang suci (jihad). Sikap semacam ini jauh
menyimpang
dari tradisi Islam yang menekankan tanggung jawab individu terhadap
Tuhan dan sikap yang jauh lebih toleran.

Eniwe, pernyataan Buya Syafei Maarif---yang bukan pertama kali
dikemukakan itu, menunjukkan posisi Muhammadyah, yang tahun depan akan
bermuktamar, terhadap radikalisasi dan militansi gerakan Islam, yang
hampir sama dan sebangun dengan sikap NU, yang sayang sekali
kepemimpinannya sesudah Muktamar November lalu bukan dipegang oleh
ulama kultural KH Mustofa Bisri, tetapi masih tetap oleh KH Hasyim
Muzadi---yang walaupun dalam wawasan sosial dan keagamaan tidak jauh
berbeda dengan KH Mustofa Bisri (bahkan dengan Buya Syafei
Maarif)---tetapi integritasnya sudah agak tercoreng akibat cara-cara
yang kurang etis yang dilakukannya dengan menggunakan dukungan
struktur NU dalam upayanya memenangkan posisi Wapres dalam pilpres
yang lalu, yang ternyata gagal total (hanya didukung oleh bagian yang
tidak terlalu signifikan di kalangan NU akar rumput), yang menyebabkan
beliau sekarang harus berhadap-hadapan dengan Gus Dur sang mentor.

Siapapun yang terpilih menjadi Ketua PP Muhammadyah untuk periode yang
akan