Re: BOIKOT KOMPAS
Hmm.. just wondering.. kenapa agama (apalagi Nasrani) dibawa2 sama Kompas yah..? Jangan gitu dong ah.. namanya juga orang cari duit.. gak ada hubungannya dech kayaknya.. kalo korannya diboikot trus ditutup, yang kerja disono mao makan apaan? Tapi.. kok ngomongnya gitu sih.. hubungannya kan (rada2) kurang ada.. And anyway, you're right.. jumlah kaum fanatik Kompas emang jutaan.. :) Cheers STEPHANIE -Original Message- From: Ramadhan Pohan <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> Date: Monday, March 01, 1999 10:56 PM Subject: Re: BOIKOT KOMPAS >In a message dated 3/2/99 12:44:25 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] >writes: > ><< Kompas (2 Maret 1999) > .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin > Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah > ibadah Dusun Ahuru. > > >> > >Sejak "zaman kuda gigit jari", Kompas selalu begitu. Waktu perang Bosnia, >fakta pun terjungkir-balik dibikin mereka. Tapi, dari segi politik, Kompas >berhak melakukan itu. Siapa lagi yang membela Nasrani jika bukan koran >Nasrani. Apa mungkin Republika? Saya sendiri tidak menyukai dua koran itu. >Senantiasa bias dan selektif menurunkan berita. > >Ini saatnya diserukan kepada semua orang Islam agar tidak berlangganan, >membeli atau membaca Kompas. Boikot saja, itu jika kalian mau. Lebih bagus >dengar RRI atau baca Suara Merdeka atau KR, PR, dan koran-koran yang >independen lainnya. Media Indonesia sendiri-- sepanjang yang saya tahu-- >nasionalis dan tidak punya kepentingan kepada salah satu agama. > > >Jika pun Kompas diboikot, koran ini tidak akan mati. Kenapa? Tiras Kompas kan >tidak lebih dari 500 ribu copies. Sedangkan jumlah kaum fanatik Kompas-- >jutaan bung! > >salam, >ramadhan pohan >(lebih suka baca Tempo atau Forum) >
Re: BOIKOT KOMPAS
Cuman untuk yang tinggal di luar Jawa dan mencari lowongan kerja surat kabar lagi yang bisa diandalkan.?! > -- > From: Ramadhan Pohan[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] > Reply To: Indonesian Students in the US > Sent: Tuesday, March 02, 1999 10:46 AM > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: Re: BOIKOT KOMPAS > > In a message dated 3/2/99 12:44:25 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] > writes: > > << Kompas (2 Maret 1999) > .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin > Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah > ibadah Dusun Ahuru. > > >> > > Sejak "zaman kuda gigit jari", Kompas selalu begitu. Waktu perang Bosnia, > fakta pun terjungkir-balik dibikin mereka. Tapi, dari segi politik, Kompas > berhak melakukan itu. Siapa lagi yang membela Nasrani jika bukan koran > Nasrani. Apa mungkin Republika? Saya sendiri tidak menyukai dua koran itu. > Senantiasa bias dan selektif menurunkan berita. > > Ini saatnya diserukan kepada semua orang Islam agar tidak berlangganan, > membeli atau membaca Kompas. Boikot saja, itu jika kalian mau. Lebih bagus > dengar RRI atau baca Suara Merdeka atau KR, PR, dan koran-koran yang > independen lainnya. Media Indonesia sendiri-- sepanjang yang saya tahu-- > nasionalis dan tidak punya kepentingan kepada salah satu agama. > > > Jika pun Kompas diboikot, koran ini tidak akan mati. Kenapa? Tiras Kompas > kan > tidak lebih dari 500 ribu copies. Sedangkan jumlah kaum fanatik Kompas-- > jutaan bung! > > salam, > ramadhan pohan > (lebih suka baca Tempo atau Forum) >
Re: BOIKOT KOMPAS
In a message dated 3/2/99 12:44:25 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: << Kompas (2 Maret 1999) .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah ibadah Dusun Ahuru. >> Sejak "zaman kuda gigit jari", Kompas selalu begitu. Waktu perang Bosnia, fakta pun terjungkir-balik dibikin mereka. Tapi, dari segi politik, Kompas berhak melakukan itu. Siapa lagi yang membela Nasrani jika bukan koran Nasrani. Apa mungkin Republika? Saya sendiri tidak menyukai dua koran itu. Senantiasa bias dan selektif menurunkan berita. Ini saatnya diserukan kepada semua orang Islam agar tidak berlangganan, membeli atau membaca Kompas. Boikot saja, itu jika kalian mau. Lebih bagus dengar RRI atau baca Suara Merdeka atau KR, PR, dan koran-koran yang independen lainnya. Media Indonesia sendiri-- sepanjang yang saya tahu-- nasionalis dan tidak punya kepentingan kepada salah satu agama. Jika pun Kompas diboikot, koran ini tidak akan mati. Kenapa? Tiras Kompas kan tidak lebih dari 500 ribu copies. Sedangkan jumlah kaum fanatik Kompas-- jutaan bung! salam, ramadhan pohan (lebih suka baca Tempo atau Forum)
TRAGEDI BOSNIA II
Assalamualaikum wr.wb Semakin jelas sudah keberpihakan aparat keamanan dalam tragedi berdarah di Ambon. Tapi hal ini TIDAK AKAN membuat gentar kaum muslimin. Justru dengan semakin jelasnya pembantaian muslim ambon ini, semakin membara semangat jihad dihati kaum muslimin untuk menghadapi serangan kaum perusuh. Setiap musuh yang menyerang harus dilawan dan dihalau. Setiap 1 nyawa kaum muslimin yang hilang, HARUS dibayar pula dengan 1 nyawa kaum penyerang. Keadilan harus ditegakkan, agar tidak ada pihak manapun yang berani lagi berbuat aniaya kepada umat Islam. Wassalam Mohamad Rosadi Virginia, USA == Berita Republika == Bocah 7 dan 1,5 Tahun Luput dari Maut Bentrokan berdarah di Ambon kemarin luput merenggut nyawa dua bocah --Mansyur (7 tahun) dan Parman (1,5 tahun). //Alhamdulillah//, keduanya lolos dari massa perusuh yang beringas kesetanan yang menyerang kawasan Kopertis, Kodya Ambon. Tapi suratan nasib telah menggariskan lain terhadap empat jamaah yang tengah shalat Subuh di Masjid Al Huda, Kampung Ahuru, Kodya Ambon. Mereka tewas diterjang peluru oknum Polisi yang menyerbu masjid tersebut bersama ratusan warga entah dari mana. Menurut Satgas MUI Ambon, keempat jamaah yang tewas adalah Armin Paini, Mui Ekhoran, Husein Umar, dan Usman Wakano. Sementara lima orang warga Muslim lainnya dibantai di kawasan Kampung Rinjani, kawasan Kopertis, yaitu Udin Umtoina (35), Siti (30), Rohima, Hasan, dan Husein. Satu korban dari pihak perusuh tidak disebutkan namanya. Serangan oleh purusuh kemarin berlangsung di dua tempat -- Kampung Ahuru dan Kampung Rinjani. Satgas MUI melaporkan beberapa oknum aparat polisi diduga ikut andil dalam peristiwa berdarah di 'rumah' Allah pada pagi buta kemarin. Mereka adalah Kapten (Pol) LS, Letda (Pol) ES, Letda (Pol) KS, Letda (Pol) DT, Serma S, dan Serma B. Menurut Satgas MUI, aparat sebelumnya menghalau massa yang berjaga-jaga dan menyerukan menyimpan senjata tajam yang mereka bawa. Tiba-tiba terdengar tembakan ke arah Masjid Al-Huda yang langsung mengenai para jamaah, termasuk imam masjid yang bernama Husein Toisuta. Husein selamat dari tembakan tetapi empat jamaahnya tersungkur bersimbah darah. Tak pelak, tragedi tersebut memancing emosi warga di depan Masjid Raya Al-Fatah Ambon. Pada saat sembilan jenazah memasuki pelataran masjid tersebut untuk dishalatkan, massa melakukan aksi unjuk kekuatan. Beberapa orang yang mempunyai ilmu kekebalan tubuh dilaporkan menebas-nebaskan senjata tajam ke badannya. Tapi luapan emosi warga berhasil ditenangkan tokoh umat Islam Maluku, Abdullah Solissa. Berita selanjutnya silahkan klik: http://www.republika.co.id __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Ich bin ratlos und verzweifelt....
salam seperhimpunan, kerusuhan-kerusuhan terus berlanjut di Ambon hari ini berita mengenai penembakan terhadap warga yang sedang sholat oleh aparat mendominasi halaman muka harian-harian di tanah air maupun internasional. saya benar-benar mengutuk tindakan keji ini. Hal apakah yang bisa mendorong aparat (berseragam!!) untuk melakukan pembantaian keji ini? terus terang saya hampir putus asa melihat ekskalasi konflik antar agama di indonesia. ini sekali lagi bukti bahwa aparat hanya mampu melakukan kejahatan terhadap warganya. masih segar dalam ingatan pembantaian di Aceh,timor-timur, banyuwangi,kasus meidsb, aparat menambah daftar kekejiannya dengan kasus ini mari kita mendesak agar masalah ini segera diselesaikan secara cepat dan mengungkap latar belakang tragedi ini. Pangab, menteri dalam negeri,menko polkam dan Kapolri harus menyatakan bertanggung jawab dan melakukan usaha-usaha yang transparan dan dalam waktu yang sesingkat- singkatnya meredam situasi yang darurat ini. koordinator keamanan harus mengundurkan diri apa bila tidak mampu segera menanggulangi konflik ini. Permintaan maaf yang disampaikan oleh Pangab disertai permohonan agar masyarakat memakai paradigma baru dalam memandang sosok ABRI sekali lagi terbukti hanya sebagai bualan kosong untuk menghindari sikap ksatria dan melepas tanggung jawabnya selama ini. Bukan kali ini saja ABRI tidak mampu menanamkan rasa tanggung jawab terhadap prajuritnya. mulai kasus penculikan,penganiayaan (hingga berakibatkan kematian)tawanan di aceh. sampai tragedi ini membuktikan ketidak becusan ABRI ! sebagai langkah darurat, presiden de facto B.J Habibie sebagai kepala negara harus segera menuju Ambon.. mengungkapkan bela sungkawa dan turut menjamin pengungkapan latar belakang kasus ini secara adil dan transparan.Juga keamanan beberapa tokoh nasional yang hendak mengunjungi Ambon harus dijamin.Menyebarkan pamflet yang menenangkan masyarakat ambon. Pengumuman sesegera mungkin perkembangan penyidikan latar belakang kerusuhan Ambon dan kasus-kasus lain di tanah air. Jendral-jendral pun harus diajari itu rasa tanggung jawab wass deddy priadi (semoga melalui tragedi ini kita justru semakin mampu menjaga tali persaudaraan sesama manusia...tidak peduli agama, suku,ras atau warna kulit..)
Fw: [kdpnet-id] KdP: 48 Pelajar dan Mahasiswa ALARM ditangkap
-Ursprüngliche Nachricht- Von: KdP Net <[EMAIL PROTECTED]> An: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> Datum: Montag, 1. März 1999 21:34 Betreff: [kdpnet-id] KdP: 48 Pelajar dan Mahasiswa ALARM ditangkap >Kabar dari PIJAR > > > >48 Pelajar dan Mahasiswa ditangkap > > >Jakarta, 2/3 > > >Pasukan Huru Hara Kodam Jaya menangkap aktivis Aliansi Aksi Rakyat Menggugat >(ALARM) di MPR/DPR, Senin, 1/3. 48 orang 7 di antaranya perempuan dan 5 >pelajar hingga kini disekap di tahanan Polda Metro Jaya. Sampai dini hari, >pengacara para aktivis dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia >Indonesia (PBHI) belum diijinkan bertemu dengan mereka. > >Penangkapan dilakukan tepat ketika barisan aksi baru turun dari dua buah bus >yang mereka tumpangi dari Universitas Nasional, Jakarta. Pasukan Huru Hara >Kodam Jaya yang memang telah siaga segera mengepung dan mencomoti mereka ke >dalam truk yang disediakan. Kendati dicoba untuk bernegosiasi, aparat Kodam >bertindak tanpa tedeng aling-aling. > >"Setidaknya biarkan kami membacakan pernyataan sikap, Pak," ujar Faisal, >koordinator lapangan. Pria berkaca mata minus dan biasa dipanggil Repsol ini >malah direnggut kerah bajunya untuk segera dibawa ke markas Polda. >Teman-temannya yang lain tak urung terkena giringan petugas. > >Mereka didakwa melakukan pelanggaran pasal 510 KUHP dan ketentuan baru, UU >No. 9 Tahun 1998 tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum. >Sedianya pagi ini kasus mereka akan disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta >Pusat. Para pelajar lain yang tergabung dalam Front Aksi Pelajar Jakarta >(Faperja) menyatakan akan mendatangi PN Jakpus esok untuk menyatakan >solidaritas. > >Pihak ALARM, ketika dihubungi mengecam tindakan sembrono petugas yang segera >menangkap massa aksi. Mereka juga menyatakan heran dengan peraturan yang >dikenakan. "Kenapa undang-undang nomor 9 yang kontroversial itu diterapkan?" >tandas Donny, aktivis Bogor. > >Menurut Donny secara politis dalam kondisi seperti sekarang, UU itu hanya >akan memicu ketidakstabilan di tingkat masyarakat. Lebih dari itu >menunjukkan bahwa itikad reformasi tidak digarap secara serius oleh penguasa >sekarang khususnya militer. > >Dalam pernyataannya ALARM menuntut: penghapusan jatah ABRI di MPR/DPR, >pengadilan bagi Soeharto dan kroninya serta diselenggarakannya pemilihan >umum yang jujur dan adil. > >Berikut pernyataan sikap ALARM: > > >Aliansi Aksi Rakyat Menggugat >(ALARM) > >PERNYATAAN SIKAP > > >Kedaulatan rakyat tidak akan pernah terwujud selama ABRI masih ada di DPR >dan ikut dalam mengambil keputusan. ABRI yang semestinya mempunyai peran >sebagai kekuatan pertahanan negara ternyata telah menyelewengkan perannya >kepada sebuah kepentingan sosial-politik-ekonomi yang itu semua jauh dari >prinsip demokrasi. > >Bila sebuah partai harus berjuang mendapatkan 600.000 suara untuk bisa >merebut satu suara,ABRI dengan seenaknya bisa memetik 38 kursi !ABRI memang >nggak usah repot-repot bikin partai, kampanye dan tetek bengek lainnya. ABRI >bisa begitu saja duduk dalam lembaga tersebut. Hal seperti demikian ini >jelas-jelas tidak sejalan dengan semangat reformasi total yang terus akan >kita perjuangkan. > >Masih duduknya ABRI di jabatan-jabatan politik seperti di MPR/DPR itu >mengartikan bahwa ABRI masih ingin mengulang kesalahannya ! Keinginan ABRI >untuk duduk di MPR/DPR yang merupakan jabatan politik harus secepatnya >dihentikan ! ABRI dengan hak istimewa harus mudur dari gelanggang politik >Indonesia ! Hak istimewa ABRI harus dihapuskan dalam waktu singkat, tidak >ada golongan yang boleh dianak emaskan. Dalam sistem Demokrasi yang menganut >kedaulatan rakyat, ruang aspirasi politik rakyat sipil harus dominan dan >menjadi penentu, maka sangatlah tepat apabila ABRI melepaskan jatah >kursinya. > >Kita harus menuntut dijalankannya pemilu yang LUBER dan JURDIL untuk dapat >dipilihnya wakil rakyat yang representatif dan diakui oleh rakyat ,karena >pemilu hanya sebagai Formalitas semata bagi penguasa untuk dapat >memperpanjang kekuasaannya. > >Selain itu UU POLITIK yang baru hanyalah sebuah hasil rekayasa dari rezim >Orde Baru yang masih tersisa,UU Politik tersebut sama sekali jauh dari dari >prinsip-prinsip Demokrasi.UU Politik yang baru jelas-jelas sangat >menguntungkan kelompok Status Quo,dimana masih memungkinkan munculnya >diskriminasi politik.Proses pelaksanaan Pemilu itu sendiri masih didominasi >oleh kelompok status quo. Maka dari itu, kami dari Aliansi Aksi Rakyat >Menggugat (ALARM) menuntut: > >BUBARKAN ABRI DI MPR/DPR! >ADILI SOEHARTO DAN KRONI-KRONINYA! >LAKSANAKAN PEMILU DENGAN JURDIL >DAN DEMOKRATIS! > > >BERSATU SEHATI MENUNTUT REFORMASI > > >Jakarta 1 Maret 1999 > > > > >PIJAR Indonesia -- Pusat Informasi dan Jaringan Aksi Reformasi >Jl. Pedati No. 41 (RT 4/1) Jatinegara, Jakarta Timur 13330 INDONESIA >Tel/Fax: +62-21-8514010 mailto:[EMAIL PROTECTED] http://www.pijar.net/ >---
Fw: bank dan borok pejabat
-Ursprüngliche Nachricht-Von: deddy priadi <[EMAIL PROTECTED]>An: .deddy priadi <[EMAIL PROTECTED]>Datum: Dienstag, 2. März 1999 02:36Betreff: bank dan borok pejabat ’’Nyanyian’’ Banker Mengancam, Nyali Pemerintah Mengerut Dengan penuh percaya diri, pemerintah kembali mempertontonkan sikap inkonsistensi. Pengumuman rekapitalisasi perbankan yang ditetapkan sendiri pada 27 Februari 1999, tiba-tiba ditunda selama dua minggu. Pemerintah menyebut ada hal-hal teknis yang belum rampung sehingga pengumuman itu ditunda. Tetapi, betulkah semata-mata karena alasan teknis? Masalah teknis apa sebenarnya sehingga bisa mengubah jadwal yang ditetapkan sendiri oleh Presiden Habibie? Betulkah karena ada tekanan politis dari pemilik bank yang akan dilikuidasi? SEMUA pertanyaan itu hingga kemarin belum terjawab dengan pasti. Pemerintah, melalui Menkeu Bambang Subianto dan Syahril Sabirin, berkali-kali membantah ada motif nonteknis di balik penundaan itu. ’’Jangan menghina kami. Jangan menganggap kami kayak sampah begitu. Bagaimana bisa menjelaskan, kalau kami tidak tahu soal dugaan-dugaan tersebut,’’ ujar Bambang sedikit marah. Namun, sesering apa pun pemerintah membantah, masyarakat tidak percaya begitu saja. Seperti dikatakan Prof Dr Anwar Nasution, penundaan itu bukan akibat alasan teknis. Tetapi, ada alasan lain yang bersifat nonteknis. Dia menyebut dengan istilah pressure. Menurut dekan FE UI ini, pemerintah terpaksa menunda pengumuman rekapitalisasi karena mendapat tekanan. Tekanan dari mana? ’’Saya tidak tahu. Hanya, jelas itu karena ada pressure dari kelompok tertentu,’’ katanya. Menurut Anwar, mestinya pemerintah berani mengambil keputusan tidak populer. Bila memang ada bank yang tidak layak hidup, berapa pun jumlahnya, pemerintah harus berani melikuidasinya. Tindakan itu penting. Sebab, jika dibiarkam, bank tersebut justru akan menjadi beban perekonomian. ’’Ini ekonomi krisis,’’ tegasnya. Dalam pandangan guru besar UI ini, Indonesia ibarat kapal yang siap karam. Dengan kondisi demikian, nakhoda harus berani bertindak tegas. Jangan dibiarkan kapal dan seluruh penumpang menjadi korban. ’’Memang harus ada korban. Namun, jangan biarkan semua penumpang ikut karam,’’ ucapnya. Lalu, kenapa pemerintah tidak berani mengambil risiko? Peneliti ekonomi Indef Faisal H. Basri MA menilai, pemerintah tidak berani melikuidasi bank karena takut menghadapi risiko lebih besar. ’’Pemerintah tidak berani mengambil risiko karena ada risiko yang lebih besar. Pemerintah takut ditelanjangi,’’ katanya. Ditelanjangi? Faisal yang juga menjabat Sekjen PAN ini menjelaskan, dirinya mengetahui ada ikrar dari pemilik bank yang akan dilikuidasi. Dalam ikrar itu disepakati, para pemilik bank yang dilikuidasi siap ’’bernyanyi’’. Nyanyiannya apa lagi kalau bukan borok pemerintah. ’’Para pemilik bank yang akan dilikuidasi berikrar siap mengungkap transfer dana ke luar negeri yang dilakukan para pejabat pemerintah,’’ ucapnya. Para pemilik bank berani mengancam demikian karena kerahasiaan bank yang dijamin undang-undang tidak berlaku lagi begitu banknya ditutup. Menurut Faisal, pemilik bank juga siap mengungkap kredit macet yang dimiliki beberapa pejabat. Karena ada persoalan demikian, maka dilakukan negosiasi dan lobi-lobi. Bukti dari lobi-lobi tersebut, antara lain, meroketnya sejumlah bank dari kategori C menjadi B. Bank Bira dan BNN yang disebut-sebut memiliki CAR minus seratus lebih, misalnya, tiba-tiba berada dalam kategori B. ’’Secara politis, memang ada motif-motif tertentu sehingga melahirkan negosiasi antara pemilik bank dan pemerintah,’’ tegas Faisal. Selain alasan politis, ada faktor lain kenapa pemerintah berusaha menghindari likuidasi. Berdasar hasil uji tuntas (due diligence) dan kriteria yang ditetapkan BI, ternyata sebagian besar bank nasional tidak layak ikut program rekapitalisasi. Data terakhir, bank kategori A berjumlah 64 bank, kategori B 62 bank, dan sisanya 38 bank masuk kategori C. Yang termasuk kategori C adalah tujuh bank BUMN dan lima BPD. Ternyata, seperti juga dikatakan Faisal, kalau menggunakan standar baku rekapitalisasi yang demikian ketat, hampir seluruh bank kategori C dan B layak dilikuidasi. Dengan demikian, jika benar-benar saklek dan tanpa pandang bulu, bank yang dilikuidasi bisa mencapai 40 lebih. Menghadapi kenyataan itu, nyali pemerintah mengerut. Untuk melikuidasi bank sedemikian banyak, pemerintah tentunya memerlukan banyak uang cash untuk membayar dana nasabah dan memberikan pesangon kepada karyawan yang di-PHK. Belum lagi, dampak psikologis politis atas’’penyembelihan’’ bank besar-besaran ini. ’’Singkatnya, ternyata pemerintah belum cukup siap dengan amunisinya,’’ papar Faisal. Sinyalemen Faisal dibenarkan juga oleh anggota FKP DPR Paskah Suzetta. Menurut anggota komisi VIII ini, pemerintah menunda likuidasi itu akibat tidak memiliki uang cash. Makanya, selain waktunya ditunda selama dua minggu, polanya pun diubah dari pencab
Tragedi Muslim Ambon = Tragedi Bosnia..?
Assalamualaikum wr.wb Kaum Muslimin sekalian, Kerusuhan di Ambon dan sekitarnya sampai saat ini masih terus berlanjut dan semakin memburuk. Umat Islam yang MINORITAS jumlahnya adalah pihak yang paling menderita akibat kerusuhan ini. berita terakhir dari Ambon menyebutkan adanya pembantaian yang dilakukan sekelompok orang atas kaum muslimin yang sedang melaksanakan sholat subuh. Tak disangka dan tak dinyana, pembantaian ala serbia dan yahudi ini bisa terjadi di Indonesia. Cukup sudah rasanya kesabaran dan toleransi yang kita lakukan selama ini. Sementara kita dengan "lugunya" terus berdebat tentang siapa yang paling menjadi korban di Ambon, berpuluh hingga beratus nyawa kaum muslimin telah hilang, dan berpuluh ribu lainnya mengungsi dari ambon. Tidak cukupkah bukti-bukti ini membuka mata kita semua, dan menyadarkan kita dari buaian mimpi-mimpi indahnya persatuan dan persaudaraan di Indonesia (terutama di Ambon)..??? Saatnya bangun dari mimpi, wahai kaum muslimin dimana saja. Tolonglah dan bantulah sesama muslim yang sedang menderita di Ambon dengan harta maupun tenaga..,kalau perlu dengan jiwa! Ada saatnya kita menahan diri dan menjunjung tinggi rasa persatuan, namun ada saatnya pula kita bangkit melawan kesewenangan dan kezaliman yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Saatnya kini untuk berjihad, membela & mempertahankan nyawa, kehormatan,serta harga diri kita dalam BATAS-BATAS KEWAJARAN, sampai segala macam teror dan penindasan yang melanda kaum muslimin tersebut berhenti. Kepada kaum muslimin dimana saja yang diberikan kelapangan rezki oleh Allah SWT, hendaknya terus mengirimkan bantuan dana kepada sesama muslim yang sedang membutuhkan di ambon,seraya tetap terus memanjatkan do'a kepada Allah swt untuk keselamatan kaum muslimin di Ambon dan sekitarnya . Bagi kaum muslimin yang mempunyai kekuatan personil dan persenjataan, segeralah bergerak untuk membantu saudara-saudara kita di ambon dalam rangka MEMPERTAHANKAN DIRI. Ingat, mempertahankan diri dari serangan musuh adalah WAJIB hukumnya dan merupakan bagian dari HAM. Hanya dengan bersikap tegas saja, kita bisa mengatasi segala macam serangan musuh. Semoga Allah swt senantiasa memberikan kekuatan dan pertolongannya kepada kaum muslimin Ambon dalam menghadapi cobaan yang maha berat ini. AMIN... Wassalam Mohamad Rosadi Virginia, USA == Berita Republika : Pembantaian Jamaah sholat Subuh di Ambon == Jamaah Ditembaki AMBON -- Sekelompok orang, termasuk beberapa diantaranya yang diduga oknum polisi, kemarin sekitar pukul 05.00 WIT, menyerang kawasan Ahuru, Kodya Ambon.Mereka menyerang warga yang tengah melaksanakan shalat Subuh di Masjid Al Huda. Akibatnya, empat jamaah meninggal dan sejumlah orang lainnya luka-luka. Pada hari yang sama, serangan atas warga Muslim juga terjadi di kawasan Kopertis Kodya Ambon yang menyebabkan lima orang meninggal. Berarti dalam sehari itu, sembilan warga tak berdosa menjadi korban sia-sia. Tapi hingga tadi malam, berapa persisnya jumlah korban belum bisa dipastikan. Menurut Satgas MUI Ambon, dari pihak penyerang juga jatuh korban jiwa. Ketua Gerakan Ukhuwah Islamiyah Maluku, Faisal Salamvessy, pada Republika tadi malam menyebutkan jumlah korban terdata 13 orang. ''Delapan orang meninggal di dalam masjid dan lima orang di luar masjid,'' katanya. Dalam keterangannya kepada Republika tadi malam, Satgas MUI Ambon menyebutkan bahwa serangan tiba-tiba ke arah jamaah Masjid Al Huda diduga muncul dikomandoi beberapa oknum polisi, antara lain, Kapten (Pol) LS, Letda (Pol) ES, Letda (Pol) KS, Letda (Pol) DT, Serma S, dan Serma B. Mereka melakukan penembakan ke arah seratusan jamaah yang tengah shalat Subuh. Berita selanjutnya silahkan klik : http://www.republika.co.id __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Inikah calon Presiden kita?
: From: FNU Brawijaya <[EMAIL PROTECTED]>: To: [EMAIL PROTECTED]: Subject: Re: Inikah calon Presiden kita?: Date: 02 Maret 1999 6:51: : Ide dari semuanya itu sama saja. Mau pakai istilah turun ke lapangan, atau: jaman dulu TURBA, kan sama saja. Idenya adalah mencari input langsung dari: dasar masyarakat, tanpa melalui perantara. Perantara inilah yang biasanya: membuat laporan palsu atau olahan, baik untuk kepentingan pribadi dan: golongan dia, ataupun dalam rangka ABS. Kadang-kadang laporannya juga: Asbun, alias bukan suara asli masyarakat dan tanpa observasi.: : Bila 'turun ke lapangan' yang dimaksud adalah untuk langsung membantu: permasalahan, wah itu sangat ideal dan mungkin dapat saya katakan salah: arah. Yang seperti itu adalah tugas para pelaksana, bukan tugas pemimpin,: apalagi tugas pres atau capres.: : Untuk kasus kelompencapir yang tadinya dimaksudkan sebagai varian dari: TURBA lalu malah menjadi acara lawak, itu jelas kerjaan para pejabat yang: ABS. Orang-orang yg diwawancarai ditraining dulu oleh para pejabat ABS ini.: Kadang-kadang bila pertanyaan jenis baru tiba-tiba muncul dari mulut: presiden barulah jawaban jujur dari para petani ini muncul. Yang begini: ini yang sering buat ger-ger-an. Sayangnya bila hal ini terjadi para pejabat: serasa ditampar mukanya. Hal demikian menjadi taruhan prestise pejabat: karena kekurangan-kekurangan yg terungkap dapat muncul di DP3 dia,: walhasil ya susah naik pangkat. Yg begini ini belum tentu kesalahan Suharto,: mungkin ini sarana propaganda Suharto, tetapi tidak menutup kemingkinan: bahwa Suharto ingin mendengar suara langsung dari bawah. Kita tidak dapat: langsung main tuduh karena berarti kita akan menutup nalar kita sendiri.: Banyak sekali skenario yg ada, kenapa kita membatasi pada hanya satu: skenario bahwa kelompencapir diadakan untuk kepentingan Suharto saja?: : Budaya ABS menghasilkan budaya malu atau takut bersikap kritis. Alhasil: boro-boro mendebat presiden, menyampaikan opini saja jadi hal tabu.: Yang begini ini adalah hasil dari suatu sistem. Sistem ini yang membuat: bukan hanya Suharto saja, tetapi juga dengan para pejabat ybs, setelah: terjadi saling interaksi kepentingan. Kalau menimpakan semua kesalahan: kepada Suharto tanpa melihat kesalahan para pejabat dapat diartikan kita: mensederhanakan masalah. Jangan-jangan karena dipengaruhi rasa: takut bahwa bapak kita, oom kita, tetangga kita adalah pejabat atau bekas: pejabat lalu mencari selamat sendiri. Makanya cari aman langsung bikin: simplifikasi masalah seperti saya sebut tadi. Nah, amaannn, kesalahan: sudah ditaruh ke pundak satu orang saja. Apalagi orang ini sudah tua: sekali. Bilamana orang ini meninggal, para pejabat/bekas pejabat yg dulu: suka ABS dan Asbun ini dapat aman berlenggang kangkung dengan: halaman-halaman kehidupan yang bersih tanpa coretan sedikitpun.: Sayang hanya sedikit yang menyadari hal ini.: : Ini sekedar opini seorang kuli...: GIIILEEE BENEER... KULI AJA PINTARNYA KAYAK GITU, GIMANA MANDORNYA?
Re: Mana yang cukup mendekati fakta mana yang berusaha mengaburkan?
Sangat mengherankan bila suara pembaruan tidak menurunkan berita ini. Harian Kompas menurunkan berita yg tidak masuk akal. Masak aparat menembak mati orang-orang yg dari namanyapun ketahuan muslim di sekitar masjid. Sungguh jauh dari logika kalau orang-orang ini yg hendak macam-macam. Kalau dibilang menyerang polisi jelas alasan yg konyol. Orang yg sedang sembayang kok dibilang menyerang. Berarti benar kalau polisi ini yg menyerang masjid. Mestinya ABRI menindak tegas para aparat ini, yg bukannya melindungi warga malah menembaki. Yang lebih mengherankan pangkat mereka 1 orang kapten, 2 letda, 2 serma. Sangat mengherankan bila perwira menengah dapat melakukan kekejian ini. Hukuman tembak di lapangan terbuka mungkin cukup adil. Di masa mendatang pihak ABRI harus bertindak tegas. Bila perlu tembak di tempat bagi setiap pelaku kerusuhan, tidak perduli dari pihak manapun. Sangat mengherankan bila upaya penyerbuan masjid yg sedang sholat subuh tidak terendus orang intelejen. Saat ini sudah bukan masanya menuduh provokator lagi. ini sudah chaos yg menuntut tindakan tegas aparat keamanan. Bila ada oknum, maka oknum tersebut harus di-dor untuk menunjukkan niat netral aparat sekaligus menunjukkan kesungguhan aparat keamanan. Saat ini ABRI tidak perlu gojak-gajik salah tingkah (kalau memang iya) dalam bertindak. Tindakan keras untuk kerusuhan yg terlalu banyak menyita korban seperti ini tidak dapat dikaitkan lagi dengan tindakan melanggar HAM karena kerusuhan inilah pelanggaran HAM yg sejati. Tentu saja ABRI tidak dapat menggunakan perlunya tindakan tegas sebagai alasan untuk dapat bermain dalam kancah politik lagi. Jangan-jangan karena ABRI sudah terlalu lama bermain di luar bidang HANKAM sehingga di bidangnya sendiri malahan tidak mempunyai kompetensi lagi. Bila kekawatiran saya ini benar adanya, waduh kasihan bener kita-kita ini. Ya sudah kita tukaran saja, orang sipil dikasih senjata, lalu orang militer dikasih pena, cangkul dll? Yuk mulai latihan sit up Monggo, Eyang Troy, kuli. > Jawapos (2 Maret 1999) > .. Korban yang tewas itu, kabarnya, adalah jamaah yang sedang melakukan > salat subuh di sebuah masjid. > > Detik (2 Maret 1999) > .. Presiden B. J. Habibie telah mengetahui adanya kasus penembakan > jamaah sholat Subuh di Ambon Senin (1/3/1999). > > NRC-Handelsblad (1 Maret 1999) http://www.nrc.nl/ > .. Negen moslims op Ambon doodgeschoten > AMBON - Een groep mannen bidt bij de lichamen van negen moslims die > vanochtend in Ambon werden doodgeschoten door Indonesische soldaten toen > zij uit een moskee kwamen. Uit Ambon komen ook nieuwe berichten over > christenen en moslims die elkaars woningen en gebedshuizen in brand steken. > De regering in Jakarta heeft versterkingen gestuurd.(Foto Reuters) > > Suara Merdeka (2 Maret 1999) > .. Sebuah peristiwa memilukan terjadi kemarin, sekitar pukul 05.00 WIT, > ketika umat Islam menjalankan salat subuh di Masjid Al Fatah, kawasan Auhura. > > Media Indonesia (2 Maret 1999) > .. BJ Habibie telah menerima laporan menyedihkan tentang penembakan > yang dilakukan sejumlah oknum Polri terhadap jemaah yang sedang melakukan > Salat Subuh di sebuah masjid di Auhara, Ambon, Senin pagi. > > Waspada (2 Maret 1999) > .. Umat Islam di Ambon semakin tersiksa. Beberapa orang bersenjata, > diduga polisi, memberondong jamaah shalat subuh dengan tembakan Senin (1/3) > sekitar pukul 05:00 WIT. > > Kompas (2 Maret 1999) > .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin > Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah > ibadah Dusun Ahuru. > > Balipost (1 Maret 1999) > .. peristiwa penembakan terhadap jamaah shalat subuh di sebuah masjid > di kawasan Auhura Ambon, Senin (1/3) kemarin yang mengakibatkan empat orang > tewas.
HELP: visa question.
Saya ingin numpang tanya. Seandainya ada yang tahu: Ada teman saya yang punya turis visa US (B1/2 visa) yang berlaku sampai tahun 2002. Dia ada di US sejak Mei 98 dan telah memperpanjang stay permit sejak Nov 98, tapi belum mendapat balasan kecuali selembar notice saja. Sekarang dia ingin pulang ke Indonesia untuk suatu urusan selama 2 minggu. Pertanyaannya: - Apakah ada syarat2 minimum berapa lama kita harus diluar US sebelum masuk lagi ke US? - Kesulitan apa yang kira2 dia akan dapat? Kalo ada yang punya pengalaman sebelumnya. Terima kasih sebelumnya. - Andreas [EMAIL PROTECTED]
Mana yang cukup mendekati fakta mana yang berusaha mengaburkan?
Assalamu'alaikum wr. wb. Berikut saya petik berita dari beberapa media tentang kebrutalan binatang2 yang berujud manusia yang terjadi di Ambon. Media mana yang berusaha mengaburkan fakta? Wassalam, nur Jawapos (2 Maret 1999) .. Korban yang tewas itu, kabarnya, adalah jamaah yang sedang melakukan salat subuh di sebuah masjid. Detik (2 Maret 1999) .. Presiden B. J. Habibie telah mengetahui adanya kasus penembakan jamaah sholat Subuh di Ambon Senin (1/3/1999). NRC-Handelsblad (1 Maret 1999) http://www.nrc.nl/ .. Negen moslims op Ambon doodgeschoten AMBON - Een groep mannen bidt bij de lichamen van negen moslims die vanochtend in Ambon werden doodgeschoten door Indonesische soldaten toen zij uit een moskee kwamen. Uit Ambon komen ook nieuwe berichten over christenen en moslims die elkaars woningen en gebedshuizen in brand steken. De regering in Jakarta heeft versterkingen gestuurd.(Foto Reuters) Suara Merdeka (2 Maret 1999) .. Sebuah peristiwa memilukan terjadi kemarin, sekitar pukul 05.00 WIT, ketika umat Islam menjalankan salat subuh di Masjid Al Fatah, kawasan Auhura. Media Indonesia (2 Maret 1999) .. BJ Habibie telah menerima laporan menyedihkan tentang penembakan yang dilakukan sejumlah oknum Polri terhadap jemaah yang sedang melakukan Salat Subuh di sebuah masjid di Auhara, Ambon, Senin pagi. Waspada (2 Maret 1999) .. Umat Islam di Ambon semakin tersiksa. Beberapa orang bersenjata, diduga polisi, memberondong jamaah shalat subuh dengan tembakan Senin (1/3) sekitar pukul 05:00 WIT. Kompas (2 Maret 1999) .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah ibadah Dusun Ahuru. Balipost (1 Maret 1999) .. peristiwa penembakan terhadap jamaah shalat subuh di sebuah masjid di kawasan Auhura Ambon, Senin (1/3) kemarin yang mengakibatkan empat orang tewas.
Re: Did you know that Mahatma Gandhi walked barefoot everywhere?
Pemimpin kita? Pemimpin kita yang mana nih? Apakah (bekas) pemimpin kita itu hanya Soeharto? Lihatlah perjuangan Soekarno-Hatta yang bolak-balik masuk bui dan dibuang. Belum lagi negosiator kita seperti misalnya Agoes Salim yang menjahit sendiri jasnya yang robek. Apakah Anda mengetahui mantan menteri PU Soetami meninggal karena kurang gizi? Jadi membandingkan Mohandas K. Gandhi dengan Soeharto sangatlah tidak paut. Mereka berbeda menurut matra ruang dan waktu. Hanya saja Soeharto ini kebangetan memegang kekuasaan demi keluarganya. Ia juga mengultuskan dirinya sebagai raja. Akibatnya para bawahan menjadi ABS. Tidak perlulah seorang menteri (bahkan presiden) selalu TURBA. Yang penting bagaimana sikap pemimpin mendidik bawahannya untuk memberikan laporan dengan sebenar-benarnya. Ini yang (nyaris) tidak ada dalam kepemimpinan Soeharto. Wassalam, Efron -Original Message- From: Andrew G Pattiwael [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 02 March, 1999 04:57 To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Did you know that Mahatma Gandhi walked barefoot everywhere? Bandingkan dengan para pemimpin kita, bung indi, apa ada yang mau " ikut menderita " hidup melarat dengan para rakyat jelata di pinggiran rel kereta api atau dibawah kolong jembatan ? mungkin ada baiknya kita-kita semua bisa tour ke tempat2 seperti ini, lihat bagaimana kehidupan di samping kali ciliwung dll. semua pemimpin kalau bukan dari golongan elite, pasti punya istilahnya simpanan dana atau mempunyai gelar dari perguruan tinggi di luar negeri. (ngga ada salahnya sih lulusan LN) Bandingkan saja...apa pernah ada? ya selain mitos yang sering digembus-gembusi Pak Harto yang katanya anak petani dan yatim tetapi setelah berkuasa dan menjadi pimpinan, malah lupa akan asal usulnya. bagaimana Memphis? spring break ke NOLA? andrew On Mon, 1 Mar 1999, Indi Soemardjan wrote: > Did you know that Mahatma Gandhi walked barefoot everywhere? > So much in fact that it reached the point that his feet became quite > thick and hard. > > He also led passive demonstrations to provoke change when the > government was insensitive to the needs and rights of people. > He often refused to eat. Even when he was not on a hunger strike, > he did not eat much and became quite thin and frail. Often not noted in > contemporary > histories was the fact that due to his diet, he ended up with > very bad, extremely bad breath. > > Taking all these things together, he became widely known in > India as the 'Super calloused fragile mystic plagued with > halitosis." > > -- > > Indi Soemardjan > Be my guest: http://pagina.de/indradi >
Re: Ampun... ;-)
he he he... ya nggak usah rent lah kalau begitu. Kemping aja kek, murah meriah! (Tapi nggak ramah lingkungan jadinya ya, kalau orang sebanyak ini kemping semua...?) :-) rani. On Sun, 28 Feb 1999, Notrida Mandica wrote: > > > >Why can't we all simply live together? > > > >permisi, > > > >rani. > > :) Mungkin karena biaya rent mahal mBak. > > he...he.. > > ida > > >- > > > >On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote: > > > >> Menurut pemikiran saya : > >> > >> Penganut agama Islam (baik dia orang Ambon, Sulawesi, dll) sedang > menjadi > >> sasaran pembakaran, pembunuhan dan penindasan. > >> Pelakunya ... yang saya tidak tahu. Meskipun ada juga selain penganut > agama > >> Islam yang menjadi korban. > >> > >> Bukti jelas : Pengungsian besar-besaran orang Sulawesi Selatan keluar > dari > >> Ambon (Fakta dan diberitakan di seluruh media). Rekan -rekan kerja > saya > >> yang cuti ke Ambon untuk merayakan Idul Fitri yang berusaha > mati-matian > >> keluar dari Ambon bersama keluarga, padahal mereka keturunan Ambon > juga. > >> > >> Apa artinya ??? Jiwa mereka sedang teracam. > >> > >> Apakah orang penganut agama Kristen yang melakukannyaapakan orang > >> penganut agama Islam yang melakukannyaapakah orang yang tidak > beragama > >> yang melakukannya.??? > >> > >> Sebab musabab diskusi ini adalah "Kita harus mendengar versi mana > dari > >> sebuah media"itu yang sesedikit mungkin kita harus jadikan > patokan. > >> Karena media tidak menjamin kenetralan dan keperimbangan. > >> > >> Mau jelaslangsung cari dari sumber yang utama, pelaku kejadian. > >> > >> Hadeer. > >> > >> -- > > > > > > > __ > Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com >
Re: Inikah calon Presiden kita?
Ide dari semuanya itu sama saja. Mau pakai istilah turun ke lapangan, atau jaman dulu TURBA, kan sama saja. Idenya adalah mencari input langsung dari dasar masyarakat, tanpa melalui perantara. Perantara inilah yang biasanya membuat laporan palsu atau olahan, baik untuk kepentingan pribadi dan golongan dia, ataupun dalam rangka ABS. Kadang-kadang laporannya juga Asbun, alias bukan suara asli masyarakat dan tanpa observasi. Bila 'turun ke lapangan' yang dimaksud adalah untuk langsung membantu permasalahan, wah itu sangat ideal dan mungkin dapat saya katakan salah arah. Yang seperti itu adalah tugas para pelaksana, bukan tugas pemimpin, apalagi tugas pres atau capres. Untuk kasus kelompencapir yang tadinya dimaksudkan sebagai varian dari TURBA lalu malah menjadi acara lawak, itu jelas kerjaan para pejabat yang ABS. Orang-orang yg diwawancarai ditraining dulu oleh para pejabat ABS ini. Kadang-kadang bila pertanyaan jenis baru tiba-tiba muncul dari mulut presiden barulah jawaban jujur dari para petani ini muncul. Yang begini ini yang sering buat ger-ger-an. Sayangnya bila hal ini terjadi para pejabat serasa ditampar mukanya. Hal demikian menjadi taruhan prestise pejabat karena kekurangan-kekurangan yg terungkap dapat muncul di DP3 dia, walhasil ya susah naik pangkat. Yg begini ini belum tentu kesalahan Suharto, mungkin ini sarana propaganda Suharto, tetapi tidak menutup kemingkinan bahwa Suharto ingin mendengar suara langsung dari bawah. Kita tidak dapat langsung main tuduh karena berarti kita akan menutup nalar kita sendiri. Banyak sekali skenario yg ada, kenapa kita membatasi pada hanya satu skenario bahwa kelompencapir diadakan untuk kepentingan Suharto saja? Budaya ABS menghasilkan budaya malu atau takut bersikap kritis. Alhasil boro-boro mendebat presiden, menyampaikan opini saja jadi hal tabu. Yang begini ini adalah hasil dari suatu sistem. Sistem ini yang membuat bukan hanya Suharto saja, tetapi juga dengan para pejabat ybs, setelah terjadi saling interaksi kepentingan. Kalau menimpakan semua kesalahan kepada Suharto tanpa melihat kesalahan para pejabat dapat diartikan kita mensederhanakan masalah. Jangan-jangan karena dipengaruhi rasa takut bahwa bapak kita, oom kita, tetangga kita adalah pejabat atau bekas pejabat lalu mencari selamat sendiri. Makanya cari aman langsung bikin simplifikasi masalah seperti saya sebut tadi. Nah, amaannn, kesalahan sudah ditaruh ke pundak satu orang saja. Apalagi orang ini sudah tua sekali. Bilamana orang ini meninggal, para pejabat/bekas pejabat yg dulu suka ABS dan Asbun ini dapat aman berlenggang kangkung dengan halaman-halaman kehidupan yang bersih tanpa coretan sedikitpun. Sayang hanya sedikit yang menyadari hal ini. Ini sekedar opini seorang kuli... Blucer Rajagukguk wrote: > Ide turun kelapangan sama komplencapir kan jelas berbeda mas. Turun > kelapangan ini artinya langsung terjun untuk membantu permasalahan dan > bukan hanya diskusi diawang-awang yang hanya membuat rakyat bingung dan > tidak menentu. Soal pendidikan politik memang perlu dan saya setuju hal > itu. Selain itu pengkultusan individu juga perlu dihapuskan. > Jadi sudah sewajarnya diskusi politik tidak berdiri sendiri, tetapi > lebih dilanjutkan kepada pemecahan masalah yang ada secara faktual. > peace. > > Dodo D. wrote: > > > > Wah..wah..wah, > > Saya rasa pak Harto dulu ndak kurang kurangnya turun ke daerah > > membantu rakyat. Tapi karena rakyat tidak pernah di didik politik > > secara terbuka, dan pak Harto tidak pernah di debat di depan umum, > > akhirnya rakyat ya bodoh saja. Orang orang di sekeliling pak Harto > > selalu membenarkan ucapan dan tindakannya, sehingga rakyat yang > > bodohpun ikut2an memberikan pembenaran. Akhirnya terjadilah > > pengkultusan individu terhadap seorang yang namanya Soeharto. > > > > Apakah kita ingin mengulang kebodohan masa lalu? > > > > Kalau saya kok ndak mau. > > > > ---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Lebih setuju lagi kalau kemampuan menjawab pertanyaan rakyat segera > > > direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak krisis dan > > > penderitaan rakyat yang terjadi, saya kira menjawab pertanyaan dalam > > > diskusi tidak cukup untuk rakyat, yang diharapkan pemimpin langsung > > > turun kelapangan untuk mengurangi penderitaan rakyat. > > > Sekali lagi, semoga niat MS untuk turun kelapangan segera diikuti oleh > > > pemimpin yang lain. > > > peace. > > > -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: Did you know that Mahatma Gandhi walked barefoot everywhere?
Bandingkan dengan para pemimpin kita, bung indi, apa ada yang mau " ikut menderita " hidup melarat dengan para rakyat jelata di pinggiran rel kereta api atau dibawah kolong jembatan ? mungkin ada baiknya kita-kita semua bisa tour ke tempat2 seperti ini, lihat bagaimana kehidupan di samping kali ciliwung dll. semua pemimpin kalau bukan dari golongan elite, pasti punya istilahnya simpanan dana atau mempunyai gelar dari perguruan tinggi di luar negeri. (ngga ada salahnya sih lulusan LN) Bandingkan saja...apa pernah ada? ya selain mitos yang sering digembus-gembusi Pak Harto yang katanya anak petani dan yatim tetapi setelah berkuasa dan menjadi pimpinan, malah lupa akan asal usulnya. bagaimana Memphis? spring break ke NOLA? andrew On Mon, 1 Mar 1999, Indi Soemardjan wrote: > Did you know that Mahatma Gandhi walked barefoot everywhere? > So much in fact that it reached the point that his feet became quite > thick and hard. > > He also led passive demonstrations to provoke change when the > government was insensitive to the needs and rights of people. > He often refused to eat. Even when he was not on a hunger strike, > he did not eat much and became quite thin and frail. Often not noted in > contemporary > histories was the fact that due to his diet, he ended up with > very bad, extremely bad breath. > > Taking all these things together, he became widely known in > India as the 'Super calloused fragile mystic plagued with > halitosis." > > -- > > Indi Soemardjan > Be my guest: http://pagina.de/indradi >
Re: Ampun... ;-)
Setuju Mbak rani, Entah mengapa orang-orang beragama yang seharusnya mengajarkan damai dan kasih kepada orang-orang yang tidak beragama kok malah bertindak sebaliknya. Marilah kita ikut bersama-sama membantu pemecahan dengan cara sekecil apapun, bukan malah ikut-ikut menyalahkan 'agama' yang jelas tidak salah apa-apa. Banyak skenario soal Ambon, tapi yang pasti tidak ada satu agamapun yang mengajarkan kekerasan, pembantaian apalagi pembunuhan. Coba lihat sudut pandang lain selain agama. peace. Rani Elsanti Ambyo wrote: > > Halo semua.. > > Waduh, ampun... beberapa bulan ini saya ndak baca pesan-pesan di > permias... eh, lha, begitu masuk lagi, kok 'perdebatan'-nya masih di > situ-situ aja... agama lagi, agama lagi. Apa belum pada pegel? ;-) > > Sudahlah. Saya lahir sebagai orang Islam kan kebetulan saja. Kalau saya > lahir sebagai orang Norwegia di dusun terpencil, kan bukan salah saya juga > kalau saya ndak tahu-menahu tentang Islam. Apa ini dosa? Terserahlah.. kok > malah kita sendiri yang sibuk ngukur dosa. Hidup saja dengan tersenyum. > > Tertindas-menindas itu kan tergantung anda berdiri di mana... > > Lalu soal bicara langsung pada pelaku/saksi kejadian (di Ambon or > wherever)... Saya nggak tahu gimana anda melakukannya, Bung HAdeer, tapi > saya sendiri hanya mampu bicara dengan satu-dua orang. Dan mereka ini kan > manusia yang 'subyektif' juga. Kalau saya ngobrol sama teman yang Kristen, > ya ceritanya mereka yang merasa terancam. Tapi teman yang Islam juga > merasa terancam. Sami-mawon Sama bingungnya, sama nggak ngertinya, > sama takutnya. Sama manusianya. > > JAdi sudahlah. Agama itu kan ada bukan sebagai alasan buat kita untuk > memusuhi yang lain. Kriteria kafir-bukan kafir itu, kenapa harus manusia > yang pusing memikirkannya? Apa enaknya sih hidup dengan kecurigaan atau > dendam... Tuhan itu, apakah Ia beragama? Kenapa kita yang pusing... > > Saya membutuhkan anda, Bung Hadeer. Agama anda, bukan urusan saya. Saya > tak punya hak untuk jadi tuhan. Kita seagama, itu kebetulan saja. > > Why can't we all simply live together? > > permisi, > > rani. > - > > On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote: > > > Menurut pemikiran saya : > > > > Penganut agama Islam (baik dia orang Ambon, Sulawesi, dll) sedang menjadi > > sasaran pembakaran, pembunuhan dan penindasan. > > Pelakunya ... yang saya tidak tahu. Meskipun ada juga selain penganut agama > > Islam yang menjadi korban. > > > > Bukti jelas : Pengungsian besar-besaran orang Sulawesi Selatan keluar dari > > Ambon (Fakta dan diberitakan di seluruh media). Rekan -rekan kerja saya > > yang cuti ke Ambon untuk merayakan Idul Fitri yang berusaha mati-matian > > keluar dari Ambon bersama keluarga, padahal mereka keturunan Ambon juga. > > > > Apa artinya ??? Jiwa mereka sedang teracam. > > > > Apakah orang penganut agama Kristen yang melakukannyaapakan orang > > penganut agama Islam yang melakukannyaapakah orang yang tidak beragama > > yang melakukannya.??? > > > > Sebab musabab diskusi ini adalah "Kita harus mendengar versi mana dari > > sebuah media"itu yang sesedikit mungkin kita harus jadikan patokan. > > Karena media tidak menjamin kenetralan dan keperimbangan. > > > > Mau jelaslangsung cari dari sumber yang utama, pelaku kejadian. > > > > Hadeer. > > > > --
Re: Inikah calon Presiden kita?
Ide turun kelapangan sama komplencapir kan jelas berbeda mas. Turun kelapangan ini artinya langsung terjun untuk membantu permasalahan dan bukan hanya diskusi diawang-awang yang hanya membuat rakyat bingung dan tidak menentu. Soal pendidikan politik memang perlu dan saya setuju hal itu. Selain itu pengkultusan individu juga perlu dihapuskan. Jadi sudah sewajarnya diskusi politik tidak berdiri sendiri, tetapi lebih dilanjutkan kepada pemecahan masalah yang ada secara faktual. peace. Dodo D. wrote: > > Wah..wah..wah, > Saya rasa pak Harto dulu ndak kurang kurangnya turun ke daerah > membantu rakyat. Tapi karena rakyat tidak pernah di didik politik > secara terbuka, dan pak Harto tidak pernah di debat di depan umum, > akhirnya rakyat ya bodoh saja. Orang orang di sekeliling pak Harto > selalu membenarkan ucapan dan tindakannya, sehingga rakyat yang > bodohpun ikut2an memberikan pembenaran. Akhirnya terjadilah > pengkultusan individu terhadap seorang yang namanya Soeharto. > > Apakah kita ingin mengulang kebodohan masa lalu? > > Kalau saya kok ndak mau. > > ---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Lebih setuju lagi kalau kemampuan menjawab pertanyaan rakyat segera > > direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak krisis dan > > penderitaan rakyat yang terjadi, saya kira menjawab pertanyaan dalam > > diskusi tidak cukup untuk rakyat, yang diharapkan pemimpin langsung > > turun kelapangan untuk mengurangi penderitaan rakyat. > > Sekali lagi, semoga niat MS untuk turun kelapangan segera diikuti oleh > > pemimpin yang lain. > > peace. > > > > Yuni Wulandana wrote: > > > > > > Assalamu'alikum ww > > > > > > Maaf ikut nimbrung. > > > Saya sendiri cenderung melihat bahwa yg terjadi pada > > > talk show adalah tidak saja kemampuan dari peserta > > > secara individual, tapi juga kemampuan suatu team > > > yang diwakili oleh individu tersebut. Persiapan utk menghadapi > > > talk show bukanlah tugas sebuah individu, tapi sebuah > > > team. Seorg peserta (individu) yg 'kelabakan' adalah > > > bukti tidak saja kurang siapnya dia secara individu tapi > > > juga team yg mempersiapkannya. Mugkin mereka kurang > > > ber'brain storming' sebelum acara tsb atau sebab lain. > > > > > > Namun seperti juga pelajar yg baik yg tidak belajar semalam > > > sebelum ujian berlangsung, sebuah partai tidaklah berbrain storming > > > hanya sebelum kampanye atau talk show. Menjawab sejuta > > > pertanyaan yg ada di masyarakat sekarang adalah tugas sebuah > > > partai. Tidaklah seperti sebuah PR dimana pak guru mengetahui > > > jawaban yg benar dan sang pelajar berusaha menemukannya, > > > dan pak guru memberinya nilai seratus jika dia menemukannya, > > > masyarakat tidak pernah tahu jawaban yg benar. Mereka hanya > > > tahu sejuta pertanyaannya saja. Partai tidaklah mampu mencari jawban > > > yag benar, karena kalau pun benar, masyarakat toh tidak tahu. > > > Partai hanyalah berusaha mencari jawaban yg cukup meyakinkan > > > di mata masyarakat. Apakah itu jawaban yg benar ? Hanya perjalanan > > > waktu yang bisa menjawabnya. > > > > > > Jika usaha menjawab ini dilakukan secara intensif oleh sebuah > partai. > > > atau setidak-tidaknya sebuah think tank partai, maka pertanyaan2 > > > yg terlontar di talk show bukanlah suatu kejutan. Walhasil, > > > menjawabnya adalah hal yg enteng dilakukan .Bahwa yg melontarkan > > > pertanyaan tidak puas dengan jawaban yg disediakan oleh sebuah > > > partai, itu adalah urusan lain. In fact itu adalah urusan si > pelontar perta- > > > nyaan itu sendiri, apakah dia akan memilih partai itu atau tidak > karena > > > tidak memberikan jawab yg memuaskannya. Sebuah partai tidak > menjawab pertanyaan > > > > > > berdasarkan keinginan masyarakat tapi berdasarkan visinya sendiri. > > > Jawaban oleh sebuah partai adalah visi partai tsb. > > > > > > Kesimpulannya, saya setuju dengan pak Nur bahwa talk show janganlah > > > dianggap sebagai budaya asing. Ibarat mengendarai mobil, janganlah > > > dipandang sebagai budaya asing, tapi simaklah manfaatnya. Tentu saja > > > utk dapat memanfaatkannya kita harus belajar mengendarai mobil, > > > tidak bisalah kita terus terusan meminta orang lain utk menyetirnya > > > buat kita. Kesimpulan kedua adalah bahwa keberhasilan menjawab > > > seorg individu di talk show tidak hanya refleksi kemampuan > individualnya > > > tapi juga refleksi kemampuan think tank bahkan the whole party > > > yg diwakilinya untuk menjawab tantangan masa depan. > > > > > > baiklah sudah terlalu panjang nimbrungnya, sekian dulu, > > > selamat berdiskusi. > > > > > > doni > > > Pittsburgh > > > > > > N.S. Sisworahardjo wrote: > > > > > > > Assalamu'alaikum wr. wb. > > > > > > > > Mas Budi yang budiman, > > > > > > > > Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat > dengan anda > > > > tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang > sependapat dengan > > > > pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. > Prinsip demokrasi > > > > adalah keterbu
Try This Relaxation Technique.
>> Try This Relaxation Technique. >> >> Picture yourself near a stream. >> Birds are singing in the crisp, cool mountain air. >> Nothing can bother you here. No one knows this secret place. >> You are in total seclusion from that place called the world. >> The soothing sound of a gentle waterfall fills the air with a cascade of >> serenity. The water is clear. >> >> You can easily make out the face of the person whose >> head you're holding under the water. >> >> There now, feeling better? -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Did you know that Mahatma Gandhi walked barefoot everywhere?
Did you know that Mahatma Gandhi walked barefoot everywhere? So much in fact that it reached the point that his feet became quite thick and hard. He also led passive demonstrations to provoke change when the government was insensitive to the needs and rights of people. He often refused to eat. Even when he was not on a hunger strike, he did not eat much and became quite thin and frail. Often not noted in contemporary histories was the fact that due to his diet, he ended up with very bad, extremely bad breath. Taking all these things together, he became widely known in India as the 'Super calloused fragile mystic plagued with halitosis." -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
lembaga calo
Analisis CW: Sekarang setelah Soeharto turun kita juga masih mempertahankan mekanisme ''lembaga calo'' MPR yang merupakan warisan bikinan PPKI yang ketinggalan setengah abad. Seluruh dunia sudah menuju pada pemilihan presiden langsung sedang kita masih memakai berhala keramat UUD 1945 yang disejajarkan dengan ''Tuhan'' oleh elite kualat yang sebetulnya tidak pernah takut kepada Tuhan karena terus-menerus korupsi dan mengintimidasi rakyatnya sendiri. Para pendiri Republik sebetulnya sudah mengisyaratkan bahwa UUD 1945 boleh dan harus disempurnakan dan disesuaikan dengan tantangan zaman. *Uuntuk lengkapnya baca: http://www.suarapembaruan.com/News/1999/03/010399/Headline/hl07/hl07.html -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Referensi untuk Knowledge-Based Economy
Rekan-rekan PERMIAS Netters yang budiman, Barangkali saja anda punya referensi yang menarik mengenai Knowledge-Based Economy (KBE), terutama yang berkaitan dengan Kerangka Kebijaksanaan Internasional. Buat rekan yang ingin bantu saya, silahkan kirim referensi tersebut melalui jalur pribadi. Mohon maaf, buat yang merasa terganggu. Terimakasih. Salam, budi santoso
Re: Ampun... ;-)
> >Why can't we all simply live together? > >permisi, > >rani. :) Mungkin karena biaya rent mahal mBak. he...he.. ida >- > >On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote: > >> Menurut pemikiran saya : >> >> Penganut agama Islam (baik dia orang Ambon, Sulawesi, dll) sedang menjadi >> sasaran pembakaran, pembunuhan dan penindasan. >> Pelakunya ... yang saya tidak tahu. Meskipun ada juga selain penganut agama >> Islam yang menjadi korban. >> >> Bukti jelas : Pengungsian besar-besaran orang Sulawesi Selatan keluar dari >> Ambon (Fakta dan diberitakan di seluruh media). Rekan -rekan kerja saya >> yang cuti ke Ambon untuk merayakan Idul Fitri yang berusaha mati-matian >> keluar dari Ambon bersama keluarga, padahal mereka keturunan Ambon juga. >> >> Apa artinya ??? Jiwa mereka sedang teracam. >> >> Apakah orang penganut agama Kristen yang melakukannyaapakan orang >> penganut agama Islam yang melakukannyaapakah orang yang tidak beragama >> yang melakukannya.??? >> >> Sebab musabab diskusi ini adalah "Kita harus mendengar versi mana dari >> sebuah media"itu yang sesedikit mungkin kita harus jadikan patokan. >> Karena media tidak menjamin kenetralan dan keperimbangan. >> >> Mau jelaslangsung cari dari sumber yang utama, pelaku kejadian. >> >> Hadeer. >> >> -- > > __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Inikah calon Presiden kita?
Assalamu'alaikum wr. wb. Mas Budi yang budiman, Terima kasih lagi atas tanggapan Mas Budi. Saya hanya sedikit mau mengomentari soal kalau suatu acara seperti itu direkayasa atau tidak. Mas Budi, kalau kita mau jujur, apa sich yang ada di dunia ini tidak ada rekayasa :) Contoh yang terang benderang di depan mata. kalau kita pergi undagan resepsi pernikahan, kita lihat kedua mempelai begitu anggun, serasi dan diapit oleh ke-empat orang tua, begitu indah, begitu agung dan begitu lain2nya? Bukankah itu rekayasa Mas? Terserah nanti setelah turun panggung mau cakar2an atau langsung cerai itu soal lain. Intinya segala sesuatu itu ada rekayasanya. Nah kalau kita bicara politik, dan politik itu adalah "seni", maka disitulah dituntut kepawaian seseorang atau tim dalam menyusun rekayasa tandingan atau rekayasa bantahan. Yang sudah tentu disampaikan dengan cara yang manis. kalau kita lihat sekarang khan yang ada khan rekayasa politik model rendahan, menghujat, menyadap, memfitnah dsb. Apakah tidak lebih baik kalau ada wahana yang sesuai kita manfaatkan. Soal ada efek negatif, itu wajar, itu khan bagian dari dialektika. Saya kira kalau merujuk azas manfaat, berdiskusi adalah lebih baik dari pada mendengarkan orang ceramah dan kemudian hanya teriak yel..yel.. Soal budaya NATO saya setuju sama Mas Budiman, tapi sebagai tambahan budaya diem dan cuma mesam mesem dan juga NO ACTION koq rasanya juga nggak pas. Contoh yang gamblang, pernah MS ditanya wartawan lokal apa pendapatnya tentang Supersemar, lha koq dia menjawab, "Wah saat itu saya masih kecil" Lha koq jawaban model seperti itu terucap dari seseorang yang katanya di"gadang2" bakal jadi presiden. Dan yang paling akhir, pernah wartawan US menulis tentang PDI dan MS, dia menyatakan kekecewaannya, karena saat dicoba untuk diwawancarai, MS hanya bilang..."kita wait and see saja" lha koq?! dan seperti biasa MS langsung ngeloyor pergi dan tidak lupa sambil mesam-mesem. Saya kira sudah banyak komentar sahabat2 di millist ini yang mungkin senada. Mudah2an saja kita bisa memetik manfaatnya. Akhir kata, saya sependapat lagi dengan Mas Budi, tentang massa mengambang menjadi massa dewasa. memang itu tidak gampang, tapi bukannya tidak mungkin khan? Itulah gunanya rekayasa :) Wassalam, nur >Bung Nur yang budiman, yang bagian ini dibusek = >politik bagi rakyat (pemirsa tv). Hanya saja kita mungkin perlu tahu >bahwa tidak setiap acara talk show itu secara otomatis bermanfaat >positip bagi para pemirsa tv. Dalam hal ini aturan main (termasuk peran >moderator) dalam acara tsb dan respon para pemirsa tv (yang mempunyai >latar belakang yang beragam). Dalam suatu kultur masyarakat yang belum >dewasa, mungkin perlu pula kita antisipasi kemungkinan acara talk show >tsb di rekayasa (oleh panitia penyelenggara) untuk kepentingan kelompok >politik tertentu. Atau kemungkinan negatip lainnya, kelompok politik >tertentu memanfaatkan salah-lidah yang dilakukan oleh tokoh lawan >politiknya, merekam/gandakannya ke dalam kaset (kalau perlu sedikit >diedit) dan menyebarkan 'fitnah dan kebohongan-kebohongan' yang telah >dilakukan oleh lawan politiknya. Kesimpulannya, saya ingin mengatakan >bahwa acara talk show itu bisa positip atau negatip tergantung dari >beberapa faktor a.l. yang sudah saya sebutkan tsb. Karenanya, kita juga >sebaiknya waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan negatipnya. Termasuk >kemungkinan meluasnya budaya NATO (No Action, Talk >Only). > >Buat rakyat yang termasuk dalam 'floating mass' memang sulit untuk tidak >terpaksa 'memilih kucing dalam karung' dalam pemilu nanti. Tapi saya >percaya, anda dan banyak rekan mahasiswa kita lainnya tidak akan mau >dipaksa untuk memilih kucing. Dan kalau kita juga tidak ingin rakyat >memilih kucing, tantangannya menurut saya adalah merubah masa-mengambang >menjadi masa-dewasa. Dan itu juga tidak gampang. Karena bahasa dan >pemahaman kita bisa berbeda. > >Salam, > >budi santoso
Re: MIMPI AJA TERUS - Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Bersemangat, rajin dan optimis? wah makasih atas pujiannya, namun kadangkala pekerjaan sekolah saya jadi terganggu karena saking bersemangatnya, sampai-sampai ada yang mengatakan saya seperti kurang kerjaan terus-terusan posting di permias@. saya memang pemimpi bung... andrew pattiwael On Mon, 22 Feb 1999, Adri Amiruddin wrote: > : From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]> > : To: [EMAIL PROTECTED] > : Subject: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI ) > : Date: 27 Februari 1999 0:19 > : > : Bung Nur, > : > : ngga usah bingung bung, > : jelas yang di Indonesia (Yg Mayoritas Muslim) pasti membela yang muslim > : sedangkan yang di Belanda (Yg Mayoritas Kristen) akan membela yang > nasrani > : Sekarang tergantung dari kitanya sendiri, Darimana kita menerima sumber > : berita tersebut, kalau dari media yang memang berbau-bau keagamaan, jelas > : mereka tentu akan membela kaumnya. > : Kalau bung mencari berita di ummat, jelas bung melihat yang Islam telah > : didiskriminasi sedangkan kalau bung mencari berita di fica.net, jelas > : yang Kristen yang merasa didiskriminasi. > : Sekarang kan seharusnya ada penjelasan dari Aparat, yang seharusnya > NETRAL > : dalam menengahi permasalahan keagamaan di Ambon ini, apakah mereka NETRAL > : atau bisa bersikap NETRAL dalam menyelesaikan permasalahan ini. > : Sekarang bagi kita, mari kita cari kebenaran dengan mencari berita-berita > : yang tidak miring sebelah, cari berita yang bersikap netral atau yang > : selama ini netral. Bolehlah kita membaca berita yang ditulis oleh media > : Islam maupun Kristen, namun kita harus tau bahwa tidak semua pemberitaan > : media-media tersebut NETRAL. Iya kan? > > BAGIAN YANG INI SAYA SETUJU BUNG ANDREW. Enggak ada media yang netral, > karena di dalamnya penuh atau sarat kepentingan. Mana mungkin netral. Yang > mungkin dipertanyakan apakah kira-kira informasi yang diberikannya lebih > banyak faktanya, atau lebih banyak opininya, atau lebih berat dan banyak > tuduhannya? Saya kira ini yang harus diawasi. Kalau masalah kepentingan > (there is no value free in this life), sama-sama kita maklumi saja sejauh > tidak mengganggu kepentingan orang lain. > > : Seperti yang kita ketahui kan, Suara pembaruan adalah media yang bermisi > : Kekristenan, jelas media suara pembaruan ini akan memberitakan > : pemberitaan yang akan membela Kristen Indonesia, sedangkan Republika yang > : adalah media bermisikan Keislaman tentu akan berbuat demikian juga. > : > : Carilah pemberitaan yang netral atau setidaknya cari berita yang asli > : dari Ambon, yang tentunya juga bersikap NETRAL. > > YANG INI AGAK KURANG SETUJU. Anda seperti ajak saya bermimpi untuk > memperoleh media yang netral atau bebas kepentingan (baca situsnya Jurgen > Habermas dan mazhab Frankfurt yang banyak tersebar di internet), mana > mungkin. Semua punya kepentingan, paling tidak (ini yang tidak anda > sebutkan) mereka punya kepentingan bisnis alias cari untung. Judul berita > harus seksi, mengundang atau menarik perhatian, dan kalau perlu menimbulkan > polemik dan kontroversi. Dengan cara itu orang berebut beli koran. Coba > bayangkan kalau berita di koran AS tentang Indonesia dengan judul yang > tidak menarik, siapa mau beli (disamping juga jadi dagangan politik > mereka). > > Berita langsung dari Ambon sendiri pun tidak pernah netral. Data atau fakta > kejadian pada dirinya sendiri (mungkin) netral. tapi ketika dibahasakan dia > akan telak-telak mewakili kepentingan tertentu. Paling tidak dia mewakili > kepentingan orang yang membahasakannya. Kalau ada laporan atau tulisan > langsung dari Ambon (kalau tidak salah saya pernah forwardkan 2 kali), > jelas dia mewakili kepentingan si pengirim. Yang kita tidak tahu adalah apa > kepentingan orang tersebut. Apakah dia minta diberi perhatian, atau dia > minta dilindungi oleh pemerintah pusat? Gimana? > > : Semoga kita yang di permias@ selalu bersikap NETRAL, > : > Salam jumpa lagi. Lama saya tidak komentari tulisan anda. Pada hal anda > salah satu yang bersemangat dan rajin serta optimis dalam milis ini. > > Salam > [EMAIL PROTECTED]
TANGGAPAN KEPADA KWIK KIAN GIE
Assalamu'alaikum wr. wb. Ini ada posting dari seorang teman yang ditujukan kepada saya secara pribadi, tapi saya pikir tidak ada jeleknya saya postingkan disini, mudah2an Mas Priyo tidak keberatan, kalaupun keberatan saya mohon maaf, sudah terlanjur saya posting jee :) Wassalam, nur TANGGAPAN KEPADA KWIK KIAN GIE oleh: S. Widodo Baru-baru ini dengan cukup panjang dan bersemangat Kwik Kian Gie membela posisi Megawati dan PDI-Perjuangan -- yang selama beberapa waktu terakhir ini TIDAK terdengar suaranya. Cukup bagus, tetapi beberapa hal belum jelas. 1. KKG mencoba menjelaskan kenapa ketika para mahasiswa berkumpul di halaman DPR/MPR sebelum Soeharto jatuh, Megawati sama sekali tidak muncul. Menurut KKG, Megawati "menanyakan kembali, apa yang masih dapat dikatakan setelah semuanya dikatakan jauh-jauh hari sebelumnya seperti yang dikemukakan di atas?". Apakah ada yang waktu itu belum dikatakan? Ada. Sampai hari itu, yang BELUM pernah dikatakan oleh Megawati dengan tegas ialah bahwa Soeharto harus MUNDUR. Mungkin KKG ingat, bahwa di pertengahan Mei 1998 itu sejumlah tokoh oposisi, (Amien Rais, Albert Hasibuan, Arief Budiman, Adnan Buyung Nasution, Daniel Separinga, Emil Salim, Faisal Basri, Franz Magnis Suseno, Goenawan Mohamad, Nursyahbani Kacasungkana, Trimoeljo, Toeti Heraty Rooseno, dan lain-lain), bahkan para bekas menteri Soeharto, termasuk Siswono, menyerukan agar Soeharto mundur. Sampai Soeharto mundur pun, suara Megawati TIDAK terdengar! Megawati juga mempersoalkan kepada siapa kepemimpinannya waktu itu dibutuhkan: "Kepemimpinan kepada siapa ? Kepada rakyat Indonesia atau kepada para mahasiswa yang berkumpul di halaman DPR/MPR ?" Ini pertanyaan formalistis dan legalistis, yang membedakan "mahasiswa" dengan "rakyat". Tentu saja secara legal-formal para mahasiswa yang berkumpul di halaman DPR/MPR itu bukan wakil rakyat dan tidak identik "rakyat Indonesia". Tetapi apakah Mega tidak melihat, bahwa ketika perwakilan rakyat yang benar tidak ada, maka perwakilan simbolik menjadi penting? Mahasiswa di halaman DPR/MPR itu adalah "perwakilan simbolik" dari rakyat. Jika Megawati tidak mengakui itu, maka ia sebenarnya sepikiran dengan Soeharto: mahasiswa itu TIDAK SAMA dengan rakyat. Yang menentang Soeharto mahasiswa, bukan rakyat. Itu berarti, Megawati tidak mengakui legitimasi perjuangan mahasiswa sebagai bagian perjuangan rakyat! 2. Kata KKG, Megawati juga mengetahui apa "yang terjadi di depan DPR/MPR adalah lebih banyak menghujat pak Harto yang keterlaluan, ketimbang mengemukakan pikiran-pikiran yang konstruktif untuk keluar dari kemelut yang melanda bangsa kita." Ini terang-terangan melecehkan perjuangan mahasiswa di depan DPR/MPR. Ini juga menunjukkan bagaimana tidak pahamnya Megawati akan suasana revolusioner dan aksi massa. Dalam aksi massa, ketika suasana begitu membutuhkan garis tegas antara lawan dan kawan, yang dibutuhkan bukanlah "pikiran-pikiran konstruktif untuk keluar dari kemelut.." Itu mah dalam seminar, Mbak!. Menurut KKG, kenapa Megawati tidak aktif menyatakan mau menjadi presiden, karena "titik tolak pikir dan sikapnya memang tidak mau menjadi Presiden, kecuali rakyat menghendakinya. Maka dia pasif saja melihat apakah rakyat memang menghendakinya atau tidak." Tampaknya ini rendah hati dan demokratis, tetapi konsekuensinya sangat jauh. Coba perhatikan. Megawati, menurut KKG, "memang tidak mau menjadi presiden". Tetapi ia baru mau menjadi presiden kalau "rakyat menghendakinya". Jadi yang butuh agar Megawati jadi presiden adalah rakyat; Megawati sendiri tidak butuh itu (Soeharto juga mengatakan begitu, dengan kata terkenal, "miris"). Maka rakyat yang harus membujuknya, memintanya, agar ia mau jadi presiden. "Dia pasif saja melihat apakah rakyat memang menghendakinya atau tidak". Nanti, jika Megawati ternyata gagal memimpin, ya yang salah rakyat. Bukan Megawati... Jika kita lihat kampanye kepresidenan (atau jabatan tinggi lainnya) di negara demokratis, misalnya India, Filipina, Amerika Serikat, Swedia, atau Polandia, kita akan melihat dengan terang benderang: bahwa calon pemimpin itulah yang meminta-minta kepada rakyat untuk mendukungnya. Si calon presiden atau calon perdana menteri mendatangi rakyat, menyalaminya, mendengarkan permintaannya. Tampaknya ini merendahkan martabat calon pemimpin, tetapi justru itulah inti soalnya: sang calon pemimpin harus merasakan bahwa ia membutuhkan rakyat. Bukan rakyat yang membutuhkan dia. Juga dengan berkampanye berarti sang calon pemimpin menawarkan agenda politik dan ekonominya. Atau dengan kata lain "janji-janji"-nya. Maka prestasinya akan kelak dinilai: ia memenuhi janji-janji itu atau tidak. Kalau seorang pemimpin seperti Mega tidak mau menawarkan agendanya, dan hanya pasif menunggu diminta rakyat, bagaimana kelak kita akan menilai kinerjanya? Atau cukup mengatakan, "salahnya rakyat, kok memilih saya, wong saya sudah tidak mau, kok". 4. Meskipun sudah panjang lebar menulis, KKG tidak menjelaskan kenapa PDI-Perjuangan TIDAK berusaha men
MIMPI AJA TERUS - Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
: From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>: To: [EMAIL PROTECTED]: Subject: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI ): Date: 27 Februari 1999 0:19: : Bung Nur,: : ngga usah bingung bung,: jelas yang di Indonesia (Yg Mayoritas Muslim) pasti membela yang muslim: sedangkan yang di Belanda (Yg Mayoritas Kristen) akan membela yang nasrani: Sekarang tergantung dari kitanya sendiri, Darimana kita menerima sumber: berita tersebut, kalau dari media yang memang berbau-bau keagamaan, jelas: mereka tentu akan membela kaumnya.: Kalau bung mencari berita di ummat, jelas bung melihat yang Islam telah: didiskriminasi sedangkan kalau bung mencari berita di fica.net, jelas: yang Kristen yang merasa didiskriminasi.: Sekarang kan seharusnya ada penjelasan dari Aparat, yang seharusnya NETRAL: dalam menengahi permasalahan keagamaan di Ambon ini, apakah mereka NETRAL: atau bisa bersikap NETRAL dalam menyelesaikan permasalahan ini.: Sekarang bagi kita, mari kita cari kebenaran dengan mencari berita-berita: yang tidak miring sebelah, cari berita yang bersikap netral atau yang: selama ini netral. Bolehlah kita membaca berita yang ditulis oleh media: Islam maupun Kristen, namun kita harus tau bahwa tidak semua pemberitaan: media-media tersebut NETRAL. Iya kan?BAGIAN YANG INI SAYA SETUJU BUNG ANDREW. Enggak ada media yang netral, karena di dalamnya penuh atau sarat kepentingan. Mana mungkin netral. Yang mungkin dipertanyakan apakah kira-kira informasi yang diberikannya lebih banyak faktanya, atau lebih banyak opininya, atau lebih berat dan banyak tuduhannya? Saya kira ini yang harus diawasi. Kalau masalah kepentingan (there is no value free in this life), sama-sama kita maklumi saja sejauh tidak mengganggu kepentingan orang lain.: Seperti yang kita ketahui kan, Suara pembaruan adalah media yang bermisi: Kekristenan, jelas media suara pembaruan ini akan memberitakan: pemberitaan yang akan membela Kristen Indonesia, sedangkan Republika yang: adalah media bermisikan Keislaman tentu akan berbuat demikian juga.: : Carilah pemberitaan yang netral atau setidaknya cari berita yang asli: dari Ambon, yang tentunya juga bersikap NETRAL.YANG INI AGAK KURANG SETUJU. Anda seperti ajak saya bermimpi untuk memperoleh media yang netral atau bebas kepentingan (baca situsnya Jurgen Habermas dan mazhab Frankfurt yang banyak tersebar di internet), mana mungkin. Semua punya kepentingan, paling tidak (ini yang tidak anda sebutkan) mereka punya kepentingan bisnis alias cari untung. Judul berita harus seksi, mengundang atau menarik perhatian, dan kalau perlu menimbulkan polemik dan kontroversi. Dengan cara itu orang berebut beli koran. Coba bayangkan kalau berita di koran AS tentang Indonesia dengan judul yang tidak menarik, siapa mau beli (disamping juga jadi dagangan politik mereka).Berita langsung dari Ambon sendiri pun tidak pernah netral. Data atau fakta kejadian pada dirinya sendiri (mungkin) netral. tapi ketika dibahasakan dia akan telak-telak mewakili kepentingan tertentu. Paling tidak dia mewakili kepentingan orang yang membahasakannya. Kalau ada laporan atau tulisan langsung dari Ambon (kalau tidak salah saya pernah forwardkan 2 kali), jelas dia mewakili kepentingan si pengirim. Yang kita tidak tahu adalah apa kepentingan orang tersebut. Apakah dia minta diberi perhatian, atau dia minta dilindungi oleh pemerintah pusat? Gimana?: Semoga kita yang di permias@ selalu bersikap NETRAL,: Salam jumpa lagi. Lama saya tidak komentari tulisan anda. Pada hal anda salah satu yang bersemangat dan rajin serta optimis dalam milis ini.Salam[EMAIL PROTECTED]