Menuju aparat yg critique-proof atau anti-critique? (Re: Tolol vs Pandai)
Note: Kok ane melulu yg posting? Keseringan ndak baek. Ya sudah ane libur dulu barang 2 hari. Hadeer: Hehemungkin kita termasuk sombong, takabur, dan mungkin juga tolol. Tapi itu ndak penting. Yang penting itu jadi komentator polisi ndak perlu jadi polisi. Komentator tenis juga nggak perlu juara tenis. Saya rasa di sini anda agak salah, bila saya boleh bilang demikian. Untuk jadi komentator bola tidak perlu sudah teruji pandai main sepak bola. Lain kali saya bawain video biografi komentator baseball terkenal yg tidak pernah pegang bola baseball deh. Hehejangan merasa dijebrosin ya Sikon jangan jadi alasan terus. Dalam segala tindakan, kita akan selalu dihadapkan dengan sikon yg nggak menguntungkan. Apalagi aparat kepolisian sudah ditempa untuk sanggup menghadapi sikon yg lebih berat. Yang kita harapkan polisi sanggup bertindak tegas. Jadi kritik kita ya nggak sekedar kritik nolol-nololin dong. Enam orang yg mati berasal dari kampung ane. Nololin sebetulnya belum cukup! Mestinya kita tuntut itu Kapolda. Sbg warga melek hukum mari kita budayakan sadar tuntut-menuntut. Apakah 10 nyawa penonton sepakbola artinya lebih kecil dari 4 nyawa mahasiswa Trisakti? FYI, mereka bukan penonton Bonek lho... Mohon agar Hadeer menjawabnya. Terima kasih untuk himbauan agar berkaca diri. Himbauan yg bagus. Sekaligus saya menghimbau Bung Hadeer untuk tidak berkaca diri terus. Wajah kita tidak akan berubah. Keriput tetap akan ada, malah nambah. Sadar lingkungan akan lebih baik. Kritik kepada lingkungan bukankah menunjukkan kepedulian? Di mana-mana kritik selalu pahit. Jangan kena virus orba yg anti kritik. In the name of 'kritik yg membangun" masyarakat berhasil dibungkam. Berbeda dengan cara pandang Bung Hadeer, jangan pula menunggu diri kita cukup kapabel untuk bicara, karena nantinya kita tidak akan pernah bicara. Kita tidak akan pernah merasa diri cukup pandai. Anggapan bahwa untuk angkat bicara harus sudah MUMPUNI itulah yg membuat bangsa kita selalu terdiam. Anggapan banyak bicara adalah cermin kesombongan juga perlu direvisi. Bila semua speak up, barulah semua inspirasi penduduk dapat diketahui. Tidak cuma nggremeng dan nggerutu di belakang. Khusus buat Hadeer: "Harus nya Jaya sebagai orang "pandai" masuk ke Kepolisian, bukan men-tolol-kan Kepolisian.". Ini cara khas orba untuk berkelit, jangan dipake ah Jelas saya nggak bisa dan nggak mau masuk ke kepolisian. And ane nggak ngrasa pande tuh, tapi nggak ngrasa tolol juga, biasa aje. Hehehe Akhir kata, mungkin kita harus berusaha menjadi critique-proof, artinya memang kita berusaha menjadi lebih baik. Bukan sekedar anti-critique, karena artinya justru kita tidak berusaha membuka diri menuju kebaikan. Hehe...ini quote for this day versi ane. Ambil hikmah yg baik aja deh. Kalau nggak baek semua ya langsung dibuang. Susah amir Hidup kritik, mari kita angkat bicara. Jaya, - Hadeer wrote: Jaya : Bukan salah polisi untuk menjadi orang tolol...tapi situasi dan kondisi menjadikan mereka orang tolol. Karena mereka tolol-lah yang membuat mereka memilih masuk ke Kepolisian, karena hampir nggak mungkin orang tolol sekolah ke luar negeri ambil Master atau Doktor (eventhough bisa aja ada orang tolol yang sekolah ke luar negeri) Harus nya Jaya sebagai orang "pandai" masuk ke Kepolisian, bukan men-tolol-kan Kepolisian. Ehm Jadi ingat tulisan-tulisan di Permias dan segala kritik dan analisannya dan hujatannyaseperti para komentator Sepak Bola yang selalu menganggap diri jauh lebih pandai dari Pemain Sepak Bola . :-) dikira gampang main sepak bola. he..he... ayo kita ngaca diri masing-masing.jangan anggap diri kita lebih baik dari orang lainitu akan menjadikan kita besar kepala dan sombong sampai kelangit. :-) Syarat orang sombong sudah teruji baik sebagai "Pemain Sepak Bola yang pandai" baru boleh jadi "Komentator".and then baru boleh sombong :-) Hadeer = lagi mikir : sombongkah saya ? = FNU Brawijaya wrote: Sekali lagi kesalahan besar polisi terjadi lagi. Memang polisi sudah terlalu tolol untuk dapat mengambil tindakan yang benar. Masak belum puas mukulin mahasiswa Trisakti tempo hari, sekarang malah nipu suporter sepak bola. Kayaknya pantas kalau semua jajaran Polda Metro Jaya diturunin 3 tingkat semua. -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Kartu Telepon $20 buat 81 menit
Buat yang hobbinya nelefon ke Indonesia. Ada kartu telepon yang murah... $20 buat 81 menit. Yang berminat bisa langsung e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Sekian, terima kasih, Pandir Get free e-mail and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1
Re: Tolol vs Pandai
Almarhum paman saya (abang dari ibu saya) adalah mantan polisi. Dan jelas sekali buat saya bahwa almarhum bukan orang tolol. Alex
Re: Tolol vs Pandai
I reply through private line. Alex
Re: DPR
Pernah dengar kisah Aladdin (atau Ali Baba, ya - lupa namanya) dan lampu wasiat ? Ketika para penyamun (dalam cerita itu) berhasil masuk ke gua harta, mereka tergesa-gesa meraup sebanyak mungkin karena pintu gua akan segera tertutup. Tapi dasar masih silau, malah para penyamun itu tertinggal di dalam gua dan tewas. Saya tidak bilang kalau para anggota DPR itu para penyamun. Tapi ternyata manusia itu tetap manusia. Begitu lagi, begitu lagi, begitu lagi. Para penyamun yang sesungguhnya di Indonesia justru sekarang sedang menggeram-geram: "Grrr! Apa lu? Mau coba-coba cari harta simpanan gue? Mau kutak-kutik? Grr!!" Para penyamun yang ini juga tidak sadar kalau "pintu gua" akan segera tertutup. Dikiranya umur manusia ini sampai 5000 tahun sampai-sampai harus menimbun harta untuk 7500 tahun - rinciannya adalah: harta untuk 5000 tahun ditambah margin sebesar 50% dari 5000 tahun! Rgds, Alex
Pembuat Melissa tertangkap
Salam Permias, Pembuat virus Melissa yang bikin gempar mulai minggu lalu sudah tertangkap. Berita selengkapnya ada di bawah. Silahkan dihapus jika tidak berminat membacanya. Jabat erat, Ahmad Syamil Toledo, OH ** The Wall Street Journal April 2, 1999 A New Jersey Man Is Arrested And Charged as Melissa's Creator An INTERACTIVE JOURNAL News Roundup A man has been arrested and charged with originating the e-mail virus known as Melissa, the New Jersey attorney general's office announced Friday. David L. Smith, 30, of Aberdeen, was arrested Thursday night at his brother's house in Eatontown, N.J., said Rita Malley, a spokeswoman for Attorney General Peter Verniero. Mr. Smith originated the virus, which caused worldwide e-mail disruption earlier this week, from his apartment in Aberdeen, Ms. Malley said. She said the virus is named after a topless dancer from Florida, where Mr. Smith used to live. Ms. Malley said Mr. Smith was snared with the help of America Online Inc. technicians and a computer task force composed of federal and state agents. Mr. Smith was charged with interfering with the public communication, which carries a sentence of five to 10 years in prison and up to a $150,000 fine, Mr. Verniero said. Mr. Smith was released on $100,000 bail. Mr. Verniero said Mr. Smith was a network programmer for a company that did subcontracting for ATT Corp. The company's name was not immediately available. He cooperated with authorities when they arrived to arrest him, Mr. Verniero said. The Melissa virus spread around the world last Friday and over the weekend, apparently having been uploaded to the Internet newsgroup alt.sex from a stolen America Online account. It affected personal computers that have Microsoft Corp.'s Word software and its mail programs, Outlook or Outlook Express. Once activated by unwary users, the virus causes each PC to tap into the mail program's address list and send 50 copies of a message containing a list of pornographic Web sites to e-mail addresses on that list, generating a flood of traffic that brought many corporate e-mail systems to a halt last Friday. The virus crafted a subject line for the e-mail that begins with "Important message from" followed by the name of the person who unwittingly passed on the message. By using names in the address book and sending a message with an innocuous subject line, Melissa appeared to be a real message coming from a person most likely known to the recipient. The virus isn't activated unless users call up a Word file, named "list.doc," that is attached to the mail message. Melissa appeared to cause no direct damage to infected PCs, but the incident demonstrated the continued vulnerability of networked computer systems to rogue software, and how quickly such programs can move along the global Internet. A global hunt for the programmer responsible began soon after the virus began winging its way around the world. Computer researchers were soon hard at work tracing Melissa's path and poring over the style of coding used by its author. Some of the earliest evidence in the hunt, ironically, came from an identification number generated by some versions of Word -- a feature that was the subject of harsh scrutiny from privacy advocates after its existence was brought to light last month. The identification numbers, called global unique identifiers, or GUIDs, are generated by Word 97 and associated with specific documents. Microsoft said the numbers, also found in other companies' software, are generated for such purposes as tracking links between Web documents with changed file names. Microsoft now has distributed software tools that remove GUIDs from existing documents and can stop Word 97 from generating them in the future. The GUIDs only created circumstantial evidence, however. Though only one number is generated for each data file or Word document, sometimes virus creators work from someone else's file rather than creating a new one. It is also possible for clever programmers to change a GUID to cast suspicion on a machine other than their own, computer experts said. Another danger with viruses is the inevitable copycat strains that pop up. Antivirus-software makers were quick to discover variants of Melissa that used different subject lines or documents from different Microsoft programs. Researchers had been studying circumstantial links between the latest virus and postings by a programmer known by the pseudonym VicodinES. Ms. Malley said Friday that Mr. Smith was "definitely not'' the person who used that handle, but also said investigators believe he took two viruses, one of which came from VicodinES, and combined them with another virus to create Melissa.
Re: PDI Perjuangan = kumpulan preman
See, I told you too, Masalah seperti ini sepertinya agak luput dari perhatian para pemimpin partainya. Lha kalau sebelum pemilu aja udah kaya begini, trus gimana nanti setelah pemilu berlangsung, dan jelas siapa pemenangnya...? Kalau para pemimpin partai hanya sibuk ngurusin pencalonan dirinya, tanpa memperhatikan dampak sosial (tentunya yang negatif) yang bisa merugikan semua pihak, saya ndak yakin negara kita akan bisa menjadi negara demokrasi yang kita inginkan bersama. Makanya waktu bang Yusuf nanggapi usulan saya dulu dengan mengatakan bahwa masalah pengikut partai bisa dibicarakan setelah pemilu dilaksanakan, saya merasa sangat skeptis, karena memang kenyataannya kita masih belum dewasa untuk menerima kekalahan dan perbedaan pendapat. Au ahpusing, mending ndak usah milih aja... --- "N.S. Sisworahardjo" [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum wr. wb. See, I told you :) Massa PDI Perjuangan Serbu Golkar http://www.republika.co.id/9904/03/11011.htm Wassalam, nur N.S. Sisworahardjo _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Sikap Sukuis Kita (Re: Betapa mulia niatnya)
Wah, kali ini saya agak ndak sependapat dengan Cak Brawi, Sepertinya kita terlalu mencampur adukkan antara optimisme seseorang untuk memajukan diri dan bangsanya dengan trauma masa lalu akibat masalah2 SARA. Memang eliminasi potential conflict akibat perbedaan SARA adalah salah satu faktor kunci dalam memperbaiki kehidupan bangsa kita secara keseluruhan. Akan tetapi apabila kita selalu apriori terhadap niat baik seseorang dan optimismenya dalam mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik, maka perubahan itu sendiripun tidak akan bisa terlaksana dengan baik, karena pesimisme kita atau sikap yang skeptis akan menjadi kendalanya. Trauma terhadap "penyakit bangsa" yang bisa dibilang kronis ini sepertinya memang sangat menghantui sebagian besar bangsa kita, bahkan di kalangan legislatifpun bisa terjadi. Contoh posting Bung Rosadi tentang Komisi V DPR yang menggagalkan tender perusahaan Amerika bernilai ratusan juta dolar itu-- yang hanya karena mitra kerjanya adalah Bob Hasan yang identik dengan KKN-- juga merupakan salah satu akibat dari trauma yang berkepanjangan. Sayangnya, trauma ini sering membutakan mata dan hati kita untuk bisa melihat permasalahan secara jernih dan akibatnya justru merugikan bangsa kita sendiri. Saya setuju dengan Bung Rosadi dalam postingnya yang mengatakan bahwa sikap DPR ini justru akan bisa mematikan minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Jadi menurut saya, tidak seharusnya kita terlalu terbawa oleh trauma masa lalu yang berkepanjangan sehingga membutakan rasio kiuta untuk menerima hal hal yang positif. Itu aja deh... nggak hoby nulis panjang lebar, capek.. --- FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Peringatan: Email ini puanjang. Intinya ngomong SARA dan sedikit ngomong bentuk federasi. Kalau ndak suka langsung apus aje. Hehe...serius amat sih. Santai aja ah. Tidak ada kritik dari saya, yang ada adalah kekecewaan terhadap apa yg ada di lapangan. Pembangunan di daerah tidak hanya memerlukan orang macam Punky saja. Okay lah kita persempit, misal pembangunan Kalbar deh. Diperlukan juga orang macam Pariyem dan Sugiyo, Topson Simanungkalit, I Ketut Tantri, atau Adi Cakranegara dari madura, dll. Terusin aja sendiri, masak ratusan suku mesti disebut. Itu baik untuk bidang pertanian, perdagangan, dll. Sayangnya, yang namanya kaum pendatang biarpun sudah beranak-pinak puluhan tahun tetap dianggap sebagai pendatang. Dan kaum pendatang ini mempunyai hak yg terbatas. Paling tidak, endak akan sama dengan yang punya nama belakang Datau, misalnya. Ini adalah kenyataan. Biarpun kita memalingkan muka ke mana saja, kenyataan ini endak akan berubah. Kaum pendatang adalah tamu, yang setiap saat bisa diusir, di-harras, bahkan dibunuh. Peristiwa Sambas kemarin menunjukkan bagaimana praktek ethnic cleansing dijalankan. Pemerintah lokal malah menunjukkan keberpihakan, bukannya mengayomi semua penduduk, sebagai pemilik bersama wilayah itu. Kalau anda baca, anda akan menemukan keberatan kepala suku Dayak bila di Sambas masih ada orang Madura. Ini adalah sikap dan praktek SARA yg luar biasa. Di masa depan, pemimpin macam ini perlu dimasukkan ke kamar gas. Maksudnya diambil 100 orang secara random untuk kentut bareng ke kamar kecil, lalu si ketua rasis ini dimasukin ke kamar itu. Biar puyeng.hehe Mosok sebentar-sebentar angkat mandau. Mbok ya angkat besi aja, jadi atlit. Sikap semacam ketua suku juga ada di benak Uskup Bello. Dia pernah bilang agar Timtim untuk orang Timtim saja, juga khusus untuk orang Katolik saja. Ini juga tindakan SARA. Jadi juga mesti dimasukin ke kamar bareng ketua suku itu. Mbok ya yg katolik demo ke Vatikan gitu lho. Supaya uskup yg rasis ini diganti aja. Mosok orang rasis en sukuis kok dapat Nobel. Weleh...weleh mbok yao dikasihin ke saya aja. Bila kita buka peta Indonesia, saat ini tiap propinsi mewakili 1 atau 2 suku yg dapat mengklaim sebagai pemilik asli wilayah tersebut. Yang lain cuma numpang. Beberapa pendatang yg punya ketrampilan istimewa macam Punky akan diperlakukan sebagai savior. Yang biasa saja seperti Eyang Troy tetap dianggap sebagai tamu. Yang kurang dari rata-rata akan dianggap benalu yang perlu dimusnahkan. Kalau kita ingin maju, semua daerah harus dibuka. Tidak ada kecuali. Mau Aceh, mau Jateng, atau Ambon, dll. Saat ini tidak ada daerah yg benar-benar terbuka kecuali DKI Jakarta. Di sana setiap orang punya chance yg sama untuk meraih sukses di sektor swasta dan pemerintahan. Bila kita ingin bicara kota per kota, menurut saya hanya Jakarta dan Surabaya yang benar-benar terbuka. Jakarta jadi melting pot secara nasional, dan Surabaya jadi melting pot wilayah timur. Di luar kedua kota itu, sukuisme dan rasisme masih merajalela. Dengar-dengar sih Medan dan Ujungpandang yg terparah. Tahu deh... Untuk itulah, perlu gebrakan bagaimana memberantas sikap SARA ini baik yg tersembunyi maupun yg terbuka yg dimiliki setiap orang. Jangan sampai kesalahan Broz Tito kita
Fwd: Don't be afraid to take a risk
(Author Unknown) Risk is something that we all fear. Yet it is only when we take a chance that we manage to change our lives and improved them. Whenever I am afraid to take a risk on something I always remember this quote: "You can't get to second base unless you have the courage to leave first". Today, I came across a small piece that I like to share with you: Risks: To laugh is to risk appearing the fool. To weep is to risk appearing sentimental To reach out for another is to risk involvement To expose your feelings is to risk exposing your true self. To place your ideas, your dreams before a crowd is to risk their loss. To love is to risk not being loved in return To live is to risk dying. To hope is to risk despair. But risks must be taken, because the greatest hazard in life is to risk nothing. The person who risks nothing, does nothing, has nothing, and is nothing. They may avoid suffering and sorrow, but they cannot learn, feel, change, grow, love, live. Chained by their attitudes, they are a slave, they have forfeited their freedom. Only the person who risks is free. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: PDI Perjuangan = kumpulan preman
Ini jugalah yang sejak jauh-jauh hari saya khawatirkan Mas Siswo. Kelihatannya genderang perang antar pendukung partai sudah mulai ditabuh. Hampir bisa dipastikan peristiwa balasan akan menyusul, dan kalau begitu akan susah sekali untuk dihentikan (ingat juga cara-cara adu domba yang baru saja terjadi di beberapa daerah di Indonesia). Kelihatannya ada 'kekuatan' besar yang merencanakan ini semua. Saya sedih kalau pemilu akhirnya dibatalkan atau diundurkan. Salam, Budi N.S. Sisworahardjo wrote: Assalamu'alaikum wr. wb. See, I told you :) Massa PDI Perjuangan Serbu Golkar http://www.republika.co.id/9904/03/11011.htm Wassalam, nur N.S. Sisworahardjo
Re: PDI Perjuangan = kumpulan preman
Berikut ini kutipan dari berita di Republika : "Ia tak membantah atau membenarkan bahwa massa itu dari kelompoknya meski mereka semua mengenakan atribut PDI Perjuangan..." Saya teringat ketika saya kuliah dulu. Para senior kami bercerita bagaimana jaket almamater kami (sebisa mungkin) dicetak sesuai dengan jumlah mahasiswa. Keputusan ini didasarkan kepada pengalaman sewaktu masa berdarah sejarah Indonesia pertengahan tahun 60-an. Semoga peristiwa ini bukan skenario internal dari kelompok dalam Golkar yang anti Akbar Tanjung. Kalau ada perselisihan internal Golkar, tidak usah bawa-bawa atribut orang lain, lah... Kalau memang benar dari PDI Perjuangan, wah harus dihukum keras, dong! Jangan ikut-ikutan cara murahan warisan Orde Baru. Kok bisa-bisanya bilang kerusuhan massa? Rgds, Alex
Re: U.S. Green Card Lottery (PENTING)!!!
Teman2x bagi yg pernah baca informasi ttg green card di bawah ini, perlu saya beritahukan itu adalah BOHONG dan PENIPUAN karena baru sempat saya cek ke kantor INS di Chicago. Selain itu homepage INS bukan seperti yg diberitakan dlm informasi di bawah... Evan Sudianto John Marshall Law School Chicago -- From: Ahmad Syamil To: [EMAIL PROTECTED] Sent: 3/6/99 7:48:35 PM Subject: U.S. Green Card Lottery Salam untuk semuanya, Kalau tertarik ikut Green card lottery dari pemerintah Amerika, silakan coba homepagenya US Immigration and Naturalization Services (INS) berikut: http://www.us-immigration.org kalau mau yang bahasa Indonesia : http://www.us-immigration.org/id/ Jabat erat, Ahmad Syamil Toledo, OH
Re: U.S. Green Card Lottery (PENTING)!!!
Ini bukan persoalan penipuan atau bohong mas Evan, Sejak dulu memang banyak sekali badan2 swasta yang bertindak sebagai calo dalam usaha nyari duit bagi peserta lottery. Banyak peserta yang tidak tahu tata caranya dan menempuh cara lewat calo. Itu tidak salah dan bukan penipuan. Itu adalah bisnis yang sah di US ini. Nah berpulang pada kita, mau ikut lottery dengan mengisi formulir sendiri atau minta bantuan calo, itu terserah kita. :) Wassalam, nur At 04:42 PM 4/2/99 -0600, you wrote: website INS itu adl http://www.ins.usdoj.gov/ selain itu lottery utk green card tdk dipungut bayaran silahkan hubungi INS regional masing2x utk lebih jelasnya... Evan Sudianto John Marshall Law School Chicago
Re: [Re: adi sasono]
Itu nyang namanya politik. Orang tua dulu bilang politik itu kotor, ada juga nyang bilang politik itu kejam. Syahganda? aktivis politik sejak di bangku kuliahan. Terkena DO jamannya wiranto jadi rektor. kemudian ia aktif di LSM internasional, kalau tak salah istrinya orang belanda. Ibunya pernah menulis di surat pembacanya kompas, isinya mempertanyakan perubahan anaknya sebelum ia masuk ITB dan setelah beberapa taun ia kuliah di ITB. Noorcholis/gepeng juga aktivis politik sejak bangku kuliahan, kalo tak salah ia adik kelas (beda 4 taun) dengan syahganda. politiklah nyang membuat orang berubah, politik jugalah nyang membuat teman jadi saling menghantam. Benar tidaknya surat syahganda pun seakan bias, apa benar itu surat syahganda, atau ada orang nyang sengaja mencatut suratnya syahganda. Politik politik, benar kata kang Andrew mendingan makan-makan aja, jadi mau nraktir saya makan di mana? Kalo kejauhan cukup kirimi saya money order... :-D Pandir, Propokator nyang nggak pernah pake surat-suratan Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: ya sepertinya : Yang kristen ketakutan kalau si adi sasono yang sekarang ini berada di pusat kekuasaan bermain-main api didalam sekam. si adi ditakutkan akan merubah negara ini menjadi negara agama, lalu ngejar-ngejar yang kristen. Sedang yang Islam masih terus ketakutan dengan si benny yang katanya masih bermain strategi papan catur untuk menyudutkan umat islam yang katanya didendami nya sampai mati... jadi siapa yang sekarang kita takuti? takut kita sama si adi? takut kita sama si benny? atau kita takut dengan kelaparan.mana yang lebih mengancam? kelaparan yang telah membuat kita beringas sehingga bisa diadu macam spion oleh orang-orang macam adi dan si benny ini...(kalau memang mereka ini yang menjadi penggerak catur-caturnya) jadi mau apa? masih terus aja bilang diprovokasimasih terus aja bilang ini salah si adi...ini salah si benny.ah...mana selesai permasalahan.buat perubahan donk yang mendasar.. oiii...makan...makanbagi pemerintahan yang baru, bersih, dan berdemokrasi murni...tugas pertama anda adalah menyediakan PANGAN MURAH yang dapat dibeli oleh MAYORITAS MASYARAKAT (yang sekarang sudah berada dibawah ambang kemiskinan), bukan untuk menyediakan uang NEGARA untuk menyelamatkan bank, kejadian si BAKRIE lalu... Sediaiin uang dari kas negara (YANG BERASAL DARI RAKYAT) kembali untuk kemakmuran rakyat jelata...bukan kemakmuran elitis bosen dengan masalah sama si adi dan si benny MAKAN-MAKAN On Thu, 1 Apr 1999, Indi Soemardjan wrote: SeeI told you so! - SEPERTINYA BAPAK YANG SATU INI (AS)PERLU DIPERHATIKAN SECARA KHUSUS. STRATEGINYA SEPERTI EYANG HARTO. Belakangan ini muncul heboh "Surat Syahganda", Sekjen Partai Daulat Rakyat (PDR) dan peneliti CIDES, lembaga kajian milik ICMI. Surat yang bocor ini menyiratkan agenda politik Adi Sasono dan PDR untuk mencalonkan Habibie menjadi presiden mendatang. Surat ini juga menyiratkan agenda politik PDR dan Adi Sasono sendiri. Berikut adalah kutipan dari apa yang dikatakan sebagai "surat syahganda" tersebut. - Kepada Yth, Mas Adi Sasono, Dirumah. Assalamu' alaikum. Saya sekeluarga sehat wal'afiat dan semoga Mas Adi sekeluarga demikian adanya serta senatiasa mendapatkan hidayahnya. Keadaan politik terakhir ini perkembangannya sangat cepat sekali dan karena kesibukan mas Adi , saya melaporkan hal-hal sebagai berikut sebagai tindak lanjut pembicaraan kita di Tanah Suci. 1. Untuk KPU saya sudah menggolkan Umar Husein masuk mewakili PDR . Saya pribadi ingin agar Mas Adi memperhatikan Umar Husein sebagai kader. Selebihnya peran Pak Syarwan yang selalu membantu juga layak untuk kita beri pujian soalnya kita kemarin udah 'last minute' lho mas. 2. Guna Kelancaran pencalonan bapak Habibie untuk Presiden mendatang , saya sudah melakukan langkah langkah sebagai berikut, a) Saya sudah koordinasi dengan Bang Hariman Siregar untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang mungkin bisa kita rangkul dan juga kekuatan kekuatan yang melawan. Hariman juga sudah koordinasi dengan Fanny dan sudah memerintahkan Bursah untuk melakukan operasi mendukung Pak Habibie lewat GPRI. Bursah akan meloby elite tentara supaya menerima kombinasi Sipil-Militer dengan mendorong isssue duet Presiden Habibie-Pak Wiranto (tentara ini kalo nggak diakalin emang susah). Sedikit ganjalan hanya dari 2 Colis (Muzaki Colis dan Noorcholis/ge- peng) yang tidak bisa kompromi dan anti Habibie. Muzaki Colis ini binaan lama dari Tutut-Hartono sedang Noorcholis ini tangannya Arifin Panigoro. Hariman juga sudah memerintahkan Kastorius Sinaga untuk menjaga Tim 11 bersama Bang Buyung serta aktif melakukan pemantauan terhadap Pemantau Pemilu. Ini penting mengingat ada gerakan Arifin Panigoro dan kawan kawannya yang akan menggunakan Pemantau Pemilu untuk menghantam hasil-hasil Pemilu 1999 nanti. Hariman juga nitip pesan
Re: Fwd: Don't be afraid to take a risk
Bung Dodo, Memilih dalam Pemilu juga adalah keberanian untuk mengambil resiko !! Anomali nampaknya. Bung dodo yang cenderung memilih untuk tidak memilih, karena takut salah pilih( seperti dikemukakan dalam posting sebelumnya atau sesudahnya ?), ternyata juga yang meng-forward posting ini. It's a kind of self - critics may be ?. But risks must be taken, because the greatest hazard in life is to risk nothing. The person who risks nothing, does nothing, has nothing, and is nothing. They may avoid suffering and sorrow, but they cannot learn, feel, change, grow, love, live. Chained by their attitudes, they are a slave, they have forfeited their freedom. Only the person who risks is free. salam. - Original Message - From: Dodo D. [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, April 03, 1999 3:35 AM Subject: Fwd: Don't be afraid to take a risk (Author Unknown) Risk is something that we all fear. Yet it is only when we take a chance that we manage to change our lives and improved them. Whenever I am afraid to take a risk on something I always remember this quote: "You can't get to second base unless you have the courage to leave first". Today, I came across a small piece that I like to share with you: Risks: To laugh is to risk appearing the fool. To weep is to risk appearing sentimental To reach out for another is to risk involvement To expose your feelings is to risk exposing your true self. To place your ideas, your dreams before a crowd is to risk their loss. To love is to risk not being loved in return To live is to risk dying. To hope is to risk despair. But risks must be taken, because the greatest hazard in life is to risk nothing. The person who risks nothing, does nothing, has nothing, and is nothing. They may avoid suffering and sorrow, but they cannot learn, feel, change, grow, love, live. Chained by their attitudes, they are a slave, they have forfeited their freedom. Only the person who risks is free. _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Habibie di Aceh...
Ada lagi bung, semalam Mr. Carter menyebut "Habibie" dengan hangat sebagai sahabat yang pernah dikenalnya empat tahun yang lalu...ehm. Memang lebih enak punya pimpinan yang pinter, plus dikenal international. Bukannya yang mengandalkan kharisma, massa...lebih-lebih kekuasaan dan kekuatan. Salut buat Habibie... Harus kita akui, tidak semua orang bisa berbuat seperti ini. Kali ini tindakan beliau patut kita beri ancungan jempol. Tinggal kita tunggu saja realisasi dari ucapan-ucapannya tersebut. Semoga saja kehidupan rakyat aceh dimasa mendatang menjadi jauh lebih baik,tentram, dan sejahtera, serta aman...(amienn!) Wassalam Mohamad Rosadi ==Berita dari Republika Presiden Minta Maaf pada Rakyat Aceh BANDA ACEH -- Takbir bergema di Masjid Baiturrahman Banda Aceh, kemarin. Itu tidak saja dari sekitar 3.000 jamaah masjid, tapi juga berkali-kali digemakan Presiden BJ Habibie. Pada awal pidatonya, Presiden berseru: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Presiden Habibie memenuhi janjinya. Dalam silaturahmi usai shalat Jumat, Presiden menampung semua uneg-uneg dan aspirasi masyarakat Aceh, kecuali suatu hal yakni soal referendum. ''Masalah itu sepenuhnya merupakan wewenang MPR,'' tegas Presiden, menjawab usul seorang mahasiswa agar Pemerintah Pusat melaksanakan referendum. Sebelum dialog -- yang berlangsung agak panas dengan lontaran-lontaran pertanyaan cukup kritis dari masyarakat Aceh Presiden Habibie lebih dahulu membacakan pidato tertulisnya. Dalam pidato itu, Presiden atas nama pemerintah menyampaikan permohonan maaf kepada rakyat Aceh. "Pemerintah memaklumi jika masyarakat Aceh merasa pedih dan kecewa serta traumatis terhadap ekses dari operasi keamanan yang terjadi selama ini. Atas nama pemerintah dan ABRI, saya sangat menyesalkan segala ekses yang terjadi,'' tandas Kepala Negara yang disambut takbir Allahu Akbar jamaah masjid. Mengulangi apa yang telah disampaikankan dalam pidato Kenegaraan 15 Agustus lalu, Habibie menyatakan, ''Dari tempat yang suci di Masjid Baiturrahman ini, saya sekali lagi menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas segala tindakan dan kesalahan yang dilakukan aparat dalam menjalankan tugasnya, sehingga -- baik secara sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja -- menyakiti dan melukai hati rakyat.'' Melalui forum silaturahmi ini, lanjut Presiden, permintaan maaf juga disampaikan kepada seluruh rakyat Aceh, khususnya para keluarga korban atas ekses yang terjadi dan sama-sama tidak dikehendaki tersebut. ''Saya intruksikan [kepada] aparat keamanan untuk menghentikan semua tindakan kekerasan dan pertumbahan darah. Saya juga minta diambil tindakan terhadap oknum ABRI, birokrat dan masyarakat yang melaksanakan perbuatan melanggar hukum dan melanggar hak asasi manusia,'' tegasnya. Presiden juga mengatakan, pemerintah sekarang ini amat menyadari bahwa kebijaksanaan pada masa lalu ada yang tidak cocok bagi masyarakat Aceh. Kebijaksanaan itu mungkin terjadi karena langkah yang sentralistik dan penyeragaman. Kemudian, secara pribadi, Habibie menyatakan menjadi orang tua asuh bagi anak-anak berbakat korban operasi keamanan. ''Saya pribadi Bacharuddin Jusuf Habibie dan istri Hajjah Ainun Habibie telah mengambil kebijaksanaan dan jika diterima bersedia menjadi orang tua asuh dari anak-anak yang berbakat. Caranya saya serahkan kepada para tokoh masyarakat,'' ujar Presiden. Presiden bersama Ny Hasri Ainun Habibie tiba di bandara Sultan Iskandar Muda Aceh Jumat pukul 11.30. Di bandara, Kepala Negara disambut Gubernur Aceh Syamsuddin Mahmud, Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Rachman Gaffar, tokoh ulama Teungku Muhibbudin Wali dan Teungku Ahmad Dahlan, serta Rektor IAIN Ar Raniriy Dr Sofwan Idris. Presiden didampingi sejumlah menteri, termasuk Menhankam/Pangab Jenderal TNI Wiranto. Kedatangan Presiden juga disambut unjuk rasa mahasiswa. Berbagai spanduk terlihat di beberapa tempat, yang antara lain bertuliskan Status Daerah Istimewa Aceh Jangan Basa-Basi Tolong Realisasinya, Kodam Iskandar Muda Oke, Tapi Harus Memihak Kepada Rakyat!. Di Masjid Baiturrahman, kaum wanita yang biasanya jarang shalat Jumat, kemarin mereka terlihat ikut shalat. Bahkan di antara mereka, usai shalat, menyampaikan uneg-uneg. Perhatian media pun, termasuk media asing, cukup tinggi. Dalam sambutannya, Habibie menjelaskan, pemerintah tengah mengembangkan sebuah kerangka penyelesaian masalah Aceh yang adil, komprehensif dan berorientasi ke depan. ''Adil bagi semua pihak, komprehensif dalam segala aspeknya dan berorientasi ke depan untuk membangun masa depan Aceh yang lebih tenteram dan sejahtera.'' Ia menambahkan, ''Yang ingin kita bawa dan wujudkan di masa depan adalah kehormatan, keberdayaan dan kehidupan masyarakat Aceh yang sejati dan yang kita dambakan dan bukan masa depan yang terbelenggu oleh trauma,'' paparnya. Gubernur Syamsuddin Mahmud dalam sambutannya, sebelum Presiden
PDI Perjuangan = kumpulan preman
Assalamu'alaikum wr. wb. See, I told you :) Massa PDI Perjuangan Serbu Golkar http://www.republika.co.id/9904/03/11011.htm Wassalam, nur N.S. Sisworahardjo