Re: WWW.RADIOCLICK.COM

1999-04-18 Terurut Topik syafri afriansyah

Wah anda ini mau jadi Jeff Bezos-nya Indonesia rupanya..

Jangan ngiklan dong di net ini...  Bisa-bisa jadi ajang reklame
nanti...

Syafri,
Admin on-line.

--- alex <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Dear Netters,
>
>
> SILAKAN KUNJUNGIWWW.RADIOCLICK.COM dan masukan
> komentar anda...
> WWW.RADIOCLICK.COM
> WWW.RADIOCLICK.COM
> WWW.RADIOCLICK.COM
>
>
> Terima Kasih
>

_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Terurut Topik Frarev Sitorus

Kalau pemerintah "mengadakan" suasana seperti ini di Timtim maka
pemerintah belum melaksanakan apa yang diminta rakyat INA itu
DEMOKRATISASI sebenarnya. Belum referendum sudah digagalkan dengan
legalitas mempersenjatai..??

On Sun, 18 Apr 1999, Andrew G Pattiwael wrote:

> Bung,
>
> Membela diri itu boleh, tetapi ya jangan dengan dalih membela diri lantas
> minta dipersenjatai lalu gebukin orang lain selagi masih punya
> peluru...ini namanya keblinger atuh mas...Aparat seharusnya dapat
> melindungi golongan yang merasa ditekan donk..bukannya aparat justru
> melatih kung fu lalu ngasih senjata M-16. Tugas aparat donk harus
> melindungi para warga negara kita ini (selama timor belum merdeka, mereka
> masih tetap adalah warga negara yang harus dilindungi oleh negara/aparat
> keamanan)
>
> Kita tidak usah mempermasalah soal jumlah atau berapa jumlah atau berapa
> percent, yang pasti kita tahu Jika para kelompok pro integrasi ini
> mayoritas, sudah tentu Timor tidak akan menuntut Referendum. Yang pasti
> Habibie tidak akan memberikan status otonomi karena Timor adalah
> Indonesia juga, dan diperlakukan sama oleh pemerintah.
>
> Kita ndak tahu sebelum ada pemungutan suara.
> > Ngapain menyatakan perang? Xanana ini sudah tahu kalau bakal kalah,
> > dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mayoritas Timtim pengen
> > tetap integrasi.
>
> lah bung brawi sendiri juga buat assumption, tau dari mana kalau Xanana
> tau dia bakalan kalah? tidak ada yang tahu kanReferendum saja belum
> dimulai kok sudah bisa main nebak kalau xanana kalah.
>
> Intinya bukan ini yang saya maksudkan,
> inti yang saya inginkan adalah memberikan ketenangan dan kedamaian
> sebelum referendum, dan ini adalah tugas dari pemerintah dan aparat.
> Saya hanya mengecam tindakan aparat yang melatih dan mempersenjatai
> komando-komando pro integrasi yang akhirnya malah "juga" berbuat keonaran.
>
> Saya jelaskan lagi, Referendum belum kita mulai, memang belum ada hasil
> yang diputuskan untuk masa depan timor-timur. Dan saya mengakui memang
> telah ada semacam intimidasi-intimidasi dari golongan pro kemedekaan,
> namun sejauh pengetahuan saya, kelompok pro kemerdekaan kan belum sampai
> memulai kirab-kirab seperti "penunjukan kekuatan bersenjata" atau sampai
> membunuh kelompok pengungsi yang tidak bersenjata (bahkan di gereja lagi)
>
> Saya rasa tindakan kelompok pro integrasi ini sudah keterlaluan, kalau
> memang merasa diintimidasi ya diselesaikan donk dalam kerangka hukum,
> bukannya malah juga membalas dengan mengintimidasi gerakan
> pro-kemerdekaan. Seperti kata bung lagi, tunggu dulu keputusan dari
> referendum ini. Ya itu benar.
> Lho aba-aba perang saja kita kan masih kabur, apakah benar si xanana itu
> mengeluarkan aba-aba perang, sedang sanggahan dari xanana saja kan
> katanya untuk membela diri dan kalau memang dikeluarkan itukan setelah
> adanya tindakan intimidasi dan pembunuhan yang memang sengaja diterokan
> kepada golongan pro kemerdekaan oleh para integrationist ini kan.
>
> ya sudahlah sekarang jangan ada apa-apa sebelum referendum, jangan kita
> juga yang ikut-ikutan panas-panasin keadaan disana. Tunggu saja, dan
> kalau ada tindakan intimidasi dari golongan pro-kemerdekaan thd para
> integrasionis ini, kita selesaikan secara hukum. Tuntut pelakunya dan
> hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
>
> bukannya kita seperti tidak peduli dengan nasib para pendukung integrasi,
> tapi kita lindungilah ( tugas aparat) mereka. Lindungi kan bukan berarti
> memberikan senjata dan melatih mereka seperti pasukan komando.
>
> sekali lagi bung, isi posting ini hanya ingin meminta pihak indonesia
> bersikap netral sebelum referendum diadakan. Ngga usalah kita
> mempersenjatai kelompok satu yang pada akhirnya malah menciptakan
> kekacauan pada masa-masa ini. Biarkanlah rakyat Timor sendiri yang
> menilai baik buruknya itikad bangsa indonesia selama menduduki Timor.
> Let the Timorese be the judge.
>
> memang CNRT bukan dapat dikatakan sebagai wakil rakyat Timor, tetapi yang
> sekarang ini gebak-gebukan kan antara Pro dan Anti kan...selain itu
> Indonesia juga secara tidak langsung sudah mengakui bahwa Xanana Gusmao
> yang sekarang sedang dipenjarakan itu sebagai salah satu penjembatan dari
> proses perdamaian di timor. Kalau kita ngga mengganggap CNRT itu sebagai
> salah satu wakil, buat apa kita kita sampai mau berdialog dengan mereka?
> sudah aja seperti kambing congek, kalau memang Xanana Gusmao tidak
> mewakili mereka atau si Ramos Horta juga. Kita sendiri juga sepertinya
> sudah mengkultuskan Xanana Gusmao, dengan kata lain kita mengakui kalau
> xanana adalah kunci dari pintu duka nestapa yang selama ini kita alami
> dalam hubungan Timor Timur dan Indonesia.
>
> masih ada terusan dibawah.
>
>  On Sun, 18 Apr 1999, FNU Brawijaya wrote:
>
> > Andrew G Pattiwael wrote:
> >
> > > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> > > dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> > > menjadi korban

Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Terurut Topik Frarev Sitorus

Saya tuhu ini pasti canda...tapi primitif sekali.
:-)

On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Begini aja dech biar gampang ...daripada referendum ... cape' dan
> lamabelum tentu semua pihak puas
>
> Daripada diadakan gencatan senjata..tapi tetap saja ada senjata selundupan
> entah darimana di keduabelah pihak, dan daripada dipersenjatai malah
> menimbulkan korban "tidak terkendali" di kedua belah pihak...bagaimana
> kalau saya usul :
>
> Masing - masing pihak mempersiapkan 100 orang terkuat, terlihat, terpandai
> dalam berperang. Kemudian masing - masing pihak akan diberi senjata HANYA
> pedang dan tameng. Dikumpulkan di sebuah lapangan terbuka. Disisi lapangan
> di siapkan Dokter-dokter terlatih untuk merawat luka.
>
> Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh 
>
> Yang menang akan diberikan hak-hak kemerdekaan OR integrasi sepenuhnya
> kepada mereka, dan yang kalah akan dilindungi hak-haknya dan diperlakukan
> adil oleh yang menang.
>
> Setuju ???
>
> Terkesan agak jahattapi kalau dilihat lebih jauh sebenarnya ini adalah
> cara yang adil, beradab dan dapat diterima oleh semua pihak.
>
> Yang menang PASTI adalah yang mempunyai KEYAKINAN yang kuat dihati mereka
> masing-masingakan terlihat siapa yang sebenarnya pengecut. !!!
>
> Kalau cara ini diterimauntuk pro kemerdekaan  yang ditaruh
> dibarisan paling depan adalah XANANA :-) Kita lihat sajaberani
> nggak dia berperang untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan
> . (siapa ya ???)
>
>
> Hadeer
>
>
> --
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)
> > Date: 19 April 1999 9:31
> >
>



Re: Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Terurut Topik Frarev Sitorus

On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:
Sebenarnya tugas TNI dan Kepolisian itu menjaga keamanan negara dan
masyarakat dan warga negara, bukan mendukung sebelah pihak atau golongan.
Kalau yang mau gabung Indonesia/pro-integrasi bukan dengan menarik mereka
dari tanah nenek moyangnya. Jelas, itu bukan pendapat yang logis dan yang
tahu apa itu masyarakat. Xanana jelas mau menyelesaikan masalah Timtim
dengan damai, bukan dengan melegalkan masyarakat bersenjatakan.
Kalau Timtim dibiarkan merdeka...akibatnya daerah lain yang sakit hati
selama Orba akan minta merdeka juga karena daerah itu kaya sehingga mampu
berdiri sendiri, yang akibatnya terhadap kedaulatan bangsa ini yang akan
datang sangaat bahaya.Justru Aceh dan Irian  sangat berpotensi seperti
Timtim, apakah mau seperti ini berlarut - larut..? Riel dong...
> Kalau saya jadi Presiden BJH...
>
> Saya akan angkut orang - orang Timtim dan orang - orang di Timtim yang
> masih pengen ikut Indonesia.
>
> Yang nggak kepengen ikut Indonesia silahkan tinggal di Timtim dan
> memerdekaan diri... toch Portugis (baca : biang masalah semua ini) juga
> sudah dari dulu kepengen ambil lagi Timtim...dan rakyat Timtim yang selalu
> mencari masalah dengan Indonesia saya pikir koq ya besar kepala sekali
> selalu minta perhatian dan perlakuan lebih dibanding rakyat indonesia yang
> lain."dikasih hati minta jantung"
>
> Baru 12 yang meninggal sudah pada ribut   bandingkan dengan Aceh,
> Ambon, Tanjung Priok, Lampung, Banyuwangi...
>
> Hadeer
>
> --
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Indonesia Bertanggung Jawab
> > Date: 19 April 1999 3:48
> >
> > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> > dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> > menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
> > penuh dari Indonesia.
> >
> > Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua
> > kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah
> > dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan
> > teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya
> > (terutama kelompok pro-kemerdekaan).
> >
> > Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak
> > bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian
> > membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.
> > Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan
> > kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat
> > keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro
> > Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik
> > pro-kemerdekaan.
> >
> > Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,
> > "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini
> > adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak
> > untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.
> >
> > Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang
> > diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI
> > dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga
> > menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat
> > Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah
> > ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut
> > preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung
> > dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)
> > Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya
> > kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu
> domba"
> > kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap )
> > dengan kelompok yang anti-Indonesia.
> >
> > Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap
> > Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya
> > saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga".
> > Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan"
> > yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan
> > tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati
> > "Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan
> > berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
> >
> > Jikalau memang Pemerintahan Habibie dan Angkatan Bersenjata/ Polri,
> > beritikad untuk menyelesaikan masalah Timor-Timur dengan cara damai dan
> > tetap menjaga harga diri Bangsa Indonesia,
> > Pemerintah dan Aparat harus melempaskan diri dari  persekutuan dengan
> > kelompok yang pro integrasi, tidak mendanai ataupun mempersenjatai
> > kelompok ini yang sekarang telah terbukti malah "justify their fears on
> the
> > other people's suffering" ( Tentunya masih ingat dengan Zionisme Bangsa
> > Yahudi yang menjajah dan menderitai Rakyat Palestina seb

Kali ini USA takut

1999-04-18 Terurut Topik Pungkas B. Ali


Bagi yang tertarik dengan Food Issue:
 
Adakalanya kalangan industri pangan Amerika, yang begitu mapan dan didukung
dengan risetnya yang sangat maju, merasa kecut menghadapi persaingan dari
pihak luar. Hal ini diungkapkan Regina Hildwine  dari US National 
Food Processors Association pada 23rd National Food Databank Conference
di Washington DC tgl 16 April lalu.
Siapakah yang membuat AS kecut itu?
Ialah Codex Allimentarius, sebuah international food standard 
code, yang disusun oleh Codex Alimentarius Commision, sebuah komite gabungan
FAO dan WHO (Prof. Winarno dari IPB pernah menjadi presiden-nya). Misi
Codex adalah "to protect the health of the consumer and promote fair practices
in food trade" . Hingga saat ini ada 150 negara berafiliasi dengan Codex.
Dalam bidang food database, misalnya AS harus menyesuaikan standarisasi
klasisfikasi makanan mereka pada standard Codex. Standard Codex sendiri,
sebenarnya tidak mengikat anggotanya. Artinya negara anggota tidak harus
menggunkaan standard Codex di negara mereka masing-masing. Yang menjadi
malasalah kemudian adalah, dalam perdagangan interantional, khususnya WTO
mamakai standard codex sebagai acuan. Seandainya terjadi dispute/perselisihan
antar negara, WTO akan memakai standard codex sebagai acuan. Sehingga banyak
negara yang mengadopsi standard Codex dalam negeri mereka.
Amerika telah mengembangkan sistem food database yang sudah sangat maju.
USDA(US Department of Agriculture)  misalnya telah mengeluarkan NDSR
(Nutrient Database Standard Reference) yang terbaru release 12  yang
memuat daftar 5.976 jenis makanan dengan komposisi 81 zat gizi-nya. Food
Composition Database adalah daftar lengkap nilai gizi makanan yang beredar
di US dan dijadikan sebagai acuan (gold standard) bagi riset dan industri
di US
Lalu, apa mengapa US kecut?
Satu contoh sederhana, beberapa waktu lalu Codex menetapkan standar
untuk butter. Dalam standard tersebut, kandungan lemak-nya bebeda dengan
stdandard US. Akibatnya, US  harus memasukkan stdndard baru untuk
butter. Hasilnya.. kini ada  regular butter US, Low fat butter
US, regular butter Codex dan low fat butter Codex. Kelihatanya ini masalah
sepele. Akan tetapi implikasi ke belakangnya sangat jauh (riplle effect).
US sekarang harus menambah dua lagi standard untuk butter dan dua satandard
baru untuk setiap item makanan yang menggunakan butter sebagai salah satu
bahannya. Bisa dihitung sendiri... berapa makanan yang pakai butter sbegai
bahannya? Kalikan dua, dan kalikan dengan 81 komponen gizi yang harus dihiutng
untuk dimasukkan ke dalam standard ini. Berapa pula biaya unutk analiasnya?
Ini baru untuk butter, masih banyak lagi hal-hali yang berpotensial untuk
dispute, misalnya kandungan fiber.
 
Belum lagi dalam hal labelling. Contohnya US mensyaratkan bahwa setiap
jenis makanan yang diual harus mencantumkan kadar lemak (termasuk lemak
jenuh, tak jenuh, kolestreol). sementara Codex hanya mensyaratkan lemak.
Nah bagaimana sekarang USDA mencegah produk impor yang tak lnegkap label-nya
itu? Jika terjadi dispute dan lari ke WTO maka kemungkinan besar US kalah.
Keresahan kalangan indutri US ini cukup beralasan. Karena dalam setiap
pengambilan suara di Codex, US hanya memiliki satu suara. sementara negara-negara
Eropa yang tergabung dalam European Union (15 anggota) biasanya kompak
dalam voting. belum lagi dukungan negara-negara ketiga yang umumnya lebih
menurut pada Codex (bahkan mengadopsi standard Codex sebagai standard nasional
mereka). US merasa bahwa codex akan distir oleh UE dan negara-negara ketiga
(mereka menyebutnya less developed countries), yang otomatis sangat mengganggu
standar US yang sudah begitu mapan. Wajar AS merasa kecut
Pungkas B. Ali
Troy, NY
--
wujudkan kepedulian kita  http://www.isnet.org/~kbsi
 
 


Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

iya donk  mas

hanya itu mas...seperti yang bung brawi bilang, ngomong memang bisa, tapi
praktek itu memang susah...

susah ya membuat semua pihak bahagia...

ya untuk main salah-salahanharus obejektif donk mas...
salah ya salah...bener ya bener
tapi memang untuk portugal, kesalahan ini akan terus tertulis di sejarah
mereka.

yang jelas, si xanana hood harus dihukum apabila dia membunuh, merusak,
dll. Ini mungkin juga bisa berlaku untuk pemenang nobel Uskup Belo,
walaupun dia adalah orang gereja.

untuk uskup belo, saya terkadang melihat beliau seperti kurang
berarah...sebentar aligining ke arah pemerintah...sebentar lagi ke arah
anti. Sebaiknya gereja tidak terlalu berpihak kepada siapapun. tapi ini
adalah pandangan pribadi saya sendiri.

kenapa bung tanya saya masih orang indonesia?
ktp, passport masih mencantumkan kewarganegaraan indonesia.




andrew pattiwael

On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Namanya juga usulboleh dong
>
> Kalau punya usul yang lebih membumi, lebih cepat penyelesaiannya, lebih
> tidak ada korban, lebih murah, lebih puas semua pihak...
>
> Monggotapi objective ya !
>
> Jangan Presiden RI aja yang disalahin, jangan ABRI saja yang disalahin
> :-) Kasihan kan .
>
> Sekali - kali salahin juga dong kedua "pemenang" Nobel PERDAMAIAN dari
> Timtim dan Portugal, salahin juga dong institusi Nobel, salahin juga si
> robin hood XANANA, salahin juga Portugal...
>
> Ngomong - ngomong kita berdua masih orang Indonesia kan ??? :-)
>
> Hadeer
>
> ===
> Andrew nulis :
>
>  Akhirnya yang terjadi
> > adalah pembunuhan massal yang menurut saya sangat sia-sia.
>
> ===
> Hadeer nulis :
>
> > >
> > > Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh 
> > >
> ===
>



Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Terurut Topik Hadeer
Namanya juga usulboleh dongKalau punya usul yang lebih membumi, lebih cepat penyelesaiannya, lebih tidak ada korban, lebih murah, lebih puas semua pihak...Monggotapi objective ya ! Jangan Presiden RI aja yang disalahin, jangan ABRI saja yang disalahin :-) Kasihan kan .Sekali - kali salahin juga dong kedua "pemenang" Nobel PERDAMAIAN dari Timtim dan Portugal, salahin juga dong institusi Nobel, salahin juga si robin hood XANANA, salahin juga Portugal...Ngomong - ngomong kita berdua masih orang Indonesia kan ??? :-)Hadeer===Andrew nulis : Akhirnya yang terjadi> adalah pembunuhan massal yang menurut saya sangat sia-sia.===Hadeer nulis :> >> > Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh > >===


what is the command?

1999-04-18 Terurut Topik Indi Soemardjan

what is the command for "unsubscribe"?

--
dari

Orang Biasa bernama Indi

Visit my world: http://pagina.de/indradi



Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Tidak pernah ada kata puas dari referendum, pemilu, voting.
Tetapi setidaknya menunjukan suatu keberadaban, bahwa setiap manusia itu
diberikan hak untuk memilih.
Solusi anda memang terkesan sangat tidak manusiawi, seperti pada masa era
gladiator di Roma, yang dimana manusia sudah seperti binatang, diadu dan
siapa yang menang boleh mengambil nyawa lawannya yang kalah.
Bung, jaman ini sudah bukannya jaman "jungle warrior" lagi, seperti kata
teman saya yang melihat kebringasan di sambas lewat hasil foto di
asianweek, "kampungan sekali sih...". saya ngga tau maksud dia berbicara
kampung itu, walau saat mendengar pertama kali saya juga agak tersinggung
karena saya juga dari kampung. Mungkin kata yang lebih tepat lagi
"primitif sekali"
Perang jaman sekarang saja sudah bukan lagi menggunakan kekuatan fisik,
melainkan kekuatan otak. Lihat Amerika, apa berani dia mengirimkan
pasukannya, paling berani juga dia kirim rudal-rudal patriotnya untuk
menghantam musuh. Mungkin perang abad 21 akan mengambil tempat di
internet, dimana penggunaan fisik diminimalkan sekecil mungkin.
Karena itu juga sekarang sedang banyak digalakan penggunaan robot, untuk
menggantikan peran manusia yang begitu rentan terhadap situasi-situasi
yang berhubungan dengan hal-hal yang kritis.
Apagunanya DPR/MPR, parlemen, konggres dan sebagainya dimana para
wakil-wakil rakyat "berjuang" bukan dengan fisik melainkan dengan pikiran
dan perkataan. Buat apa kita kembali lagi ke jaman-jaman bahela yang
memang membutuhkan kekuatan fisik yang dinamis untuk survive di alam yang
penuh dengan persaingan dan mara bahaya.

Saya setuju kalau pemenangnya adalah yang mempunyai keyakinan dan
kepercayaan yang luar biasa.

Sangat disayangkan bagi kita-kita semua yang melihat bahwa hanya fisik
yang bisa menyelesaikan segala persoalan. Buat apa yang DiAtas memberikan
akal budi (otak) kalau tidak digunakan untuk menghindari segala bentuk
kekerasan yang pada akhirnya juga tidak membawa penyelesaian selain
menciptakan dendam kesumat yang berkepanjangan.

Dari solusi anda yang katanya mengumpulkan 100 orang untuk ditarungkan
disuatu arena, saya memperkirakan akan muncul 1000 orang lagi yang merasa
tidak puas dengan hasil yang dicapai oleh ke-100 orang itu, dan
kemungkinan akan muncul lagi 1,000,000 orang lagi yang juga tidak puas
dengan hasil pendahulunya...begitu seterusnya. Akhirnya yang terjadi
adalah pembunuhan massal yang menurut saya sangat sia-sia.








Andrew Pattiwael

On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Begini aja dech biar gampang ...daripada referendum ... cape' dan
> lamabelum tentu semua pihak puas
>
> Daripada diadakan gencatan senjata..tapi tetap saja ada senjata selundupan
> entah darimana di keduabelah pihak, dan daripada dipersenjatai malah
> menimbulkan korban "tidak terkendali" di kedua belah pihak...bagaimana
> kalau saya usul :
>
> Masing - masing pihak mempersiapkan 100 orang terkuat, terlihat, terpandai
> dalam berperang. Kemudian masing - masing pihak akan diberi senjata HANYA
> pedang dan tameng. Dikumpulkan di sebuah lapangan terbuka. Disisi lapangan
> di siapkan Dokter-dokter terlatih untuk merawat luka.
>
> Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh 
>
> Yang menang akan diberikan hak-hak kemerdekaan OR integrasi sepenuhnya
> kepada mereka, dan yang kalah akan dilindungi hak-haknya dan diperlakukan
> adil oleh yang menang.
>
> Setuju ???
>
> Terkesan agak jahattapi kalau dilihat lebih jauh sebenarnya ini adalah
> cara yang adil, beradab dan dapat diterima oleh semua pihak.
>
> Yang menang PASTI adalah yang mempunyai KEYAKINAN yang kuat dihati mereka
> masing-masingakan terlihat siapa yang sebenarnya pengecut. !!!
>
> Kalau cara ini diterimauntuk pro kemerdekaan  yang ditaruh
> dibarisan paling depan adalah XANANA :-) Kita lihat sajaberani
> nggak dia berperang untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan
> . (siapa ya ???)
>
>
> Hadeer
>
>
> --
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)
> > Date: 19 April 1999 9:31
> >
>



Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Terurut Topik FNU Brawijaya

Andrew G Pattiwael wrote:

> Bung,
>
> Membela diri itu boleh, tetapi ya jangan dengan dalih membela diri lantas
> minta dipersenjatai lalu gebukin orang lain selagi masih punya
> peluru...ini namanya keblinger atuh mas...Aparat seharusnya dapat
> melindungi golongan yang merasa ditekan donk..bukannya aparat justru
> melatih kung fu lalu ngasih senjata M-16. Tugas aparat donk harus
> melindungi para warga negara kita ini (selama timor belum merdeka, mereka
> masih tetap adalah warga negara yang harus dilindungi oleh negara/aparat
> keamanan)
>
> Kita tidak usah mempermasalah soal jumlah atau berapa jumlah atau berapa
> percent, yang pasti kita tahu Jika para kelompok pro integrasi ini
> mayoritas, sudah tentu Timor tidak akan menuntut Referendum. Yang pasti
> Habibie tidak akan memberikan status otonomi karena Timor adalah
> Indonesia juga, dan diperlakukan sama oleh pemerintah.

Lha ini asumsi lagi, sebetulnya yang minta referendum itu siapa? Falintil dan
CNRT atau rakyat Timtim? Kok bikin asumsi CNRT = rakyat Timtim?


> Kita ndak tahu sebelum ada pemungutan suara.
> > Ngapain menyatakan perang? Xanana ini sudah tahu kalau bakal kalah,
> > dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mayoritas Timtim pengen
> > tetap integrasi.
>
> lah bung brawi sendiri juga buat assumption, tau dari mana kalau Xanana
> tau dia bakalan kalah? tidak ada yang tahu kanReferendum saja belum
> dimulai kok sudah bisa main nebak kalau xanana kalah.
>
> Intinya bukan ini yang saya maksudkan,
> inti yang saya inginkan adalah memberikan ketenangan dan kedamaian
> sebelum referendum, dan ini adalah tugas dari pemerintah dan aparat.
> Saya hanya mengecam tindakan aparat yang melatih dan mempersenjatai
> komando-komando pro integrasi yang akhirnya malah "juga" berbuat keonaran.

Eh, yg part itu kan tebakan ane. Bukan asumsi. Tapi kalau dilihat dari urutan
waktu kok memang gitu. Makanya, silakan time-frame kejadiannya dirunut lagi dong
Siapa yang mulai mengintimidasi? Siapa yg mulai membentuk pemerintahan
bayangan?

> Saya jelaskan lagi, Referendum belum kita mulai, memang belum ada hasil
> yang diputuskan untuk masa depan timor-timur. Dan saya mengakui memang
> telah ada semacam intimidasi-intimidasi dari golongan pro kemedekaan,
> namun sejauh pengetahuan saya, kelompok pro kemerdekaan kan belum sampai
> memulai kirab-kirab seperti "penunjukan kekuatan bersenjata" atau sampai
> membunuh kelompok pengungsi yang tidak bersenjata (bahkan di gereja lagi)

Lha ya itu kembali lagi ke urutan kejadian lagi. Peristiwa ini kan dimulai dari
usaha intimidasi dan pemukulan oleh kelompok pro-kemerdekaan pada
beberapa penduduk dan simpatisan pro-integrasi. Jadi jangan dihilangkan
fakta yang ini. Setelah itu baru situasi berkembang, lalu setelah jumlahnya
lebih banyak baru ganti memburu. Jadi, ini adalah sebab-akibat. Lha kalau belum
tahu ya dicari tahu sejauh mana mereka mengintimidasi anggota masyarakat yg
tidak sepaham. Kirab-kirab kan sebagai jawaban atas pernyataan perang
si Xanana. Nah, silakan dilihat lagi urutan kejadiannya.

> Saya rasa tindakan kelompok pro integrasi ini sudah keterlaluan, kalau
> memang merasa diintimidasi ya diselesaikan donk dalam kerangka hukum,
> bukannya malah juga membalas dengan mengintimidasi gerakan
> pro-kemerdekaan. Seperti kata bung lagi, tunggu dulu keputusan dari
> referendum ini. Ya itu benar.

Weleh-weleh. Ini sangat ideal. Dalam praktek mustahil dilakukan. Mau diselesaikan
secara hukum gimana? Lha wong yg di ujung meja bawa bedil kok mau diajak
ke pengadilan. Sudah di-dor dulu mas.

> Lho aba-aba perang saja kita kan masih kabur, apakah benar si xanana itu
> mengeluarkan aba-aba perang, sedang sanggahan dari xanana saja kan
> katanya untuk membela diri dan kalau memang dikeluarkan itukan setelah
> adanya tindakan intimidasi dan pembunuhan yang memang sengaja diterokan
> kepada golongan pro kemerdekaan oleh para integrationist ini kan.

Lho, anda jadi balik-balik urutan kejadian.

> ya sudahlah sekarang jangan ada apa-apa sebelum referendum, jangan kita
> juga yang ikut-ikutan panas-panasin keadaan disana. Tunggu saja, dan
> kalau ada tindakan intimidasi dari golongan pro-kemerdekaan thd para
> integrasionis ini, kita selesaikan secara hukum. Tuntut pelakunya dan
> hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

Weleh, kalau mau nuntut satu orang masih mungkin. Lebih dari sepuluh
orang ya lama. Kalau dituntut secara organisasi entar dijawab ulah oknum.
Dalam teori ya mudah, di lapangan ya susah.

> bukannya kita seperti tidak peduli dengan nasib para pendukung integrasi,
> tapi kita lindungilah ( tugas aparat) mereka. Lindungi kan bukan berarti
> memberikan senjata dan melatih mereka seperti pasukan komando.

Lho kepriben. Kan ABRI mau ditarik. Lha lalu Falintil yg mampu menyergap
pasukan ABRI mau dihadapkan dengan kelompok pro-integrasi bersenjata
ketapel? Kalau sampai terjadi demikian, berarti ABRI menghukum mati
kelompok pro-integrasi.

> sekali lagi bung, isi posting ini hanya ingin meminta pihak indone

Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Terurut Topik Hadeer
Begini aja dech biar gampang ...daripada referendum ... cape' dan lamabelum tentu semua pihak puasDaripada diadakan gencatan senjata..tapi tetap saja ada senjata selundupan entah darimana di keduabelah pihak, dan daripada dipersenjatai malah menimbulkan korban "tidak terkendali" di kedua belah pihak...bagaimana kalau saya usul :Masing - masing pihak mempersiapkan 100 orang terkuat, terlihat, terpandai dalam berperang. Kemudian masing - masing pihak akan diberi senjata HANYA pedang dan tameng. Dikumpulkan di sebuah lapangan terbuka. Disisi lapangan di siapkan Dokter-dokter terlatih untuk merawat luka.Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh Yang menang akan diberikan hak-hak kemerdekaan OR integrasi sepenuhnya kepada mereka, dan yang kalah akan dilindungi hak-haknya dan diperlakukan adil oleh yang menang.Setuju ??? Terkesan agak jahattapi kalau dilihat lebih jauh sebenarnya ini adalah cara yang adil, beradab dan dapat diterima oleh semua pihak.Yang menang PASTI adalah yang mempunyai KEYAKINAN yang kuat dihati mereka masing-masingakan terlihat siapa yang sebenarnya pengecut. !!!Kalau cara ini diterimauntuk pro kemerdekaan  yang ditaruh dibarisan paling depan adalah XANANA :-) Kita lihat sajaberani nggak dia berperang untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan .. (siapa ya ???)Hadeer--> From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>> To: [EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)> Date: 19 April 1999 9:31> 


Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)

1999-04-18 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Bung,

Membela diri itu boleh, tetapi ya jangan dengan dalih membela diri lantas
minta dipersenjatai lalu gebukin orang lain selagi masih punya
peluru...ini namanya keblinger atuh mas...Aparat seharusnya dapat
melindungi golongan yang merasa ditekan donk..bukannya aparat justru
melatih kung fu lalu ngasih senjata M-16. Tugas aparat donk harus
melindungi para warga negara kita ini (selama timor belum merdeka, mereka
masih tetap adalah warga negara yang harus dilindungi oleh negara/aparat
keamanan)

Kita tidak usah mempermasalah soal jumlah atau berapa jumlah atau berapa
percent, yang pasti kita tahu Jika para kelompok pro integrasi ini
mayoritas, sudah tentu Timor tidak akan menuntut Referendum. Yang pasti
Habibie tidak akan memberikan status otonomi karena Timor adalah
Indonesia juga, dan diperlakukan sama oleh pemerintah.

Kita ndak tahu sebelum ada pemungutan suara.
> Ngapain menyatakan perang? Xanana ini sudah tahu kalau bakal kalah,
> dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mayoritas Timtim pengen
> tetap integrasi.

lah bung brawi sendiri juga buat assumption, tau dari mana kalau Xanana
tau dia bakalan kalah? tidak ada yang tahu kanReferendum saja belum
dimulai kok sudah bisa main nebak kalau xanana kalah.

Intinya bukan ini yang saya maksudkan,
inti yang saya inginkan adalah memberikan ketenangan dan kedamaian
sebelum referendum, dan ini adalah tugas dari pemerintah dan aparat.
Saya hanya mengecam tindakan aparat yang melatih dan mempersenjatai
komando-komando pro integrasi yang akhirnya malah "juga" berbuat keonaran.

Saya jelaskan lagi, Referendum belum kita mulai, memang belum ada hasil
yang diputuskan untuk masa depan timor-timur. Dan saya mengakui memang
telah ada semacam intimidasi-intimidasi dari golongan pro kemedekaan,
namun sejauh pengetahuan saya, kelompok pro kemerdekaan kan belum sampai
memulai kirab-kirab seperti "penunjukan kekuatan bersenjata" atau sampai
membunuh kelompok pengungsi yang tidak bersenjata (bahkan di gereja lagi)

Saya rasa tindakan kelompok pro integrasi ini sudah keterlaluan, kalau
memang merasa diintimidasi ya diselesaikan donk dalam kerangka hukum,
bukannya malah juga membalas dengan mengintimidasi gerakan
pro-kemerdekaan. Seperti kata bung lagi, tunggu dulu keputusan dari
referendum ini. Ya itu benar.
Lho aba-aba perang saja kita kan masih kabur, apakah benar si xanana itu
mengeluarkan aba-aba perang, sedang sanggahan dari xanana saja kan
katanya untuk membela diri dan kalau memang dikeluarkan itukan setelah
adanya tindakan intimidasi dan pembunuhan yang memang sengaja diterokan
kepada golongan pro kemerdekaan oleh para integrationist ini kan.

ya sudahlah sekarang jangan ada apa-apa sebelum referendum, jangan kita
juga yang ikut-ikutan panas-panasin keadaan disana. Tunggu saja, dan
kalau ada tindakan intimidasi dari golongan pro-kemerdekaan thd para
integrasionis ini, kita selesaikan secara hukum. Tuntut pelakunya dan
hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

bukannya kita seperti tidak peduli dengan nasib para pendukung integrasi,
tapi kita lindungilah ( tugas aparat) mereka. Lindungi kan bukan berarti
memberikan senjata dan melatih mereka seperti pasukan komando.

sekali lagi bung, isi posting ini hanya ingin meminta pihak indonesia
bersikap netral sebelum referendum diadakan. Ngga usalah kita
mempersenjatai kelompok satu yang pada akhirnya malah menciptakan
kekacauan pada masa-masa ini. Biarkanlah rakyat Timor sendiri yang
menilai baik buruknya itikad bangsa indonesia selama menduduki Timor.
Let the Timorese be the judge.

memang CNRT bukan dapat dikatakan sebagai wakil rakyat Timor, tetapi yang
sekarang ini gebak-gebukan kan antara Pro dan Anti kan...selain itu
Indonesia juga secara tidak langsung sudah mengakui bahwa Xanana Gusmao
yang sekarang sedang dipenjarakan itu sebagai salah satu penjembatan dari
proses perdamaian di timor. Kalau kita ngga mengganggap CNRT itu sebagai
salah satu wakil, buat apa kita kita sampai mau berdialog dengan mereka?
sudah aja seperti kambing congek, kalau memang Xanana Gusmao tidak
mewakili mereka atau si Ramos Horta juga. Kita sendiri juga sepertinya
sudah mengkultuskan Xanana Gusmao, dengan kata lain kita mengakui kalau
xanana adalah kunci dari pintu duka nestapa yang selama ini kita alami
dalam hubungan Timor Timur dan Indonesia.

masih ada terusan dibawah.

 On Sun, 18 Apr 1999, FNU Brawijaya wrote:

> Andrew G Pattiwael wrote:
>
> > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> > dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> > menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
> > penuh dari Indonesia.
>
> Memang akibatnya seperti mengadu domba. Tapi kebijakan ini persis
> seperti AS yang mengirimkan senjata diam-diam ke Afganistan. Atau ke Kurdi
> di Irak. Itu yang di bawah tangan. Yang di atas tangan ya lihat sendiri Vietnam
> Selatan, Korsel. Apakah maksudnya mengadu domba? Kayaknya kok kita
> terlalu tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan.
>
> > 

Re: Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Saya rasa ini bukan masalah "Hanya 12" yang meninggal, tetapi ini
masalah siapa yang memulai, siapa yang memanas-manasi dan siapa yang menaruh api
dalam sekam.
Kalau kita bisa jujur sedikit saja, mungkin kita bisa berpikir
sebenarnya siapa yang salah dan siapa yang harus "back off" dari
permasalahan ini.
Kita, pihak Indonesia sudah mengeluarkan sebuah statement, yang
menggaris-bawahi bahwa kita "Committed" to solve the East Timor
Problem, by any means: Pemberian Kemerdekaan Apabila East Timorese
dalam referendum nanti menyatakan "Pisah" dari Republik Indonesia.
By Any Means, saya maksud kita berjanji akan menyelesaikan
permasalahan ini secara damai, walaupun akhirnya kita harus merelakan
untuk melepas Timor/ Kehilangan Muka. Sebenarnya ini bukan suatu
"kemaluan yang harus diterima oleh Bangsa Indonesia" tapi seharusnya
dapat kita tunjukan sebagai kebesaran bangsa kita yang dibilang selalu
ramah-tamah itu.
Dan memang, sebagai pertanggung jawaban kita thd golongan elite
Timor-Timur yang selama ini kita bina untuk menjadi minority who ruled
East Timor, harus kita pikirkan keselamatan dan masa depannya.
Contoh Belanda, setelah dibubarkannya Republik Indonesia Serikat,
mengijinkan warga Indonesia, Indo, yang masih menyatakan kesetiaan
kepada the Netherlands Crown untuk tinggal di Belanda. Ini hanya suatu
bentuk tanggung-jawab sebagai bekas "penjajah".
Karena itu saya setuju dengan jawaban Bapak Presiden, yang
menyatakan bahwa Indonesia tidak ingin lebih lama lagi ingin diberati
masalah Timor-Timur. Either You Except the Full Autonomy Status (Plus) or you can
declare your Independence. Kita sudah menyatakan batas-batas dimana
Indonesia berpijak. There is limitation...and we would not go beyond
there.
Permasalahan bukan hanya dari 12 orang saja yang meninggal, yang
harus kita cari adalah the preventive measure untuk menyelesaikan
problems without any cause such as death. Seharusnya kita dapat mencegah
pertumpah darahan, bukannya malah memancing-mancing agar terjadi tumpah
darah.




Andrew Pattiwael



On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote:

>
> Kalau saya jadi Presiden BJH...
>
> Saya akan angkut orang - orang Timtim dan orang - orang di Timtim yang
> masih pengen ikut Indonesia.
>
> Yang nggak kepengen ikut Indonesia silahkan tinggal di Timtim dan
> memerdekaan diri... toch Portugis (baca : biang masalah semua ini) juga
> sudah dari dulu kepengen ambil lagi Timtim...dan rakyat Timtim yang selalu
> mencari masalah dengan Indonesia saya pikir koq ya besar kepala sekali
> selalu minta perhatian dan perlakuan lebih dibanding rakyat indonesia yang
> lain."dikasih hati minta jantung"
>
> Baru 12 yang meninggal sudah pada ribut   bandingkan dengan Aceh,
> Ambon, Tanjung Priok, Lampung, Banyuwangi...
>
> Hadeer
>
> --
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Indonesia Bertanggung Jawab
> > Date: 19 April 1999 3:48
> >
> > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> > dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> > menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
> > penuh dari Indonesia.
> >
> > Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua
> > kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah
> > dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan
> > teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya
> > (terutama kelompok pro-kemerdekaan).
> >
> > Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak
> > bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian
> > membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.
> > Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan
> > kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat
> > keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro
> > Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik
> > pro-kemerdekaan.
> >
> > Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,
> > "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini
> > adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak
> > untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.
> >
> > Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang
> > diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI
> > dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga
> > menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat
> > Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah
> > ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut
> > preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung
> > dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)
> > Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya
> > kejadian setela

Re: Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Terurut Topik FNU Brawijaya

Andrew G Pattiwael wrote:

> Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
> dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
> menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
> penuh dari Indonesia.

Memang akibatnya seperti mengadu domba. Tapi kebijakan ini persis
seperti AS yang mengirimkan senjata diam-diam ke Afganistan. Atau ke Kurdi
di Irak. Itu yang di bawah tangan. Yang di atas tangan ya lihat sendiri Vietnam
Selatan, Korsel. Apakah maksudnya mengadu domba? Kayaknya kok kita
terlalu tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan.

> Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua
> kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah
> dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan
> teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya
> (terutama kelompok pro-kemerdekaan).

Dari dulu saya endak setuju kalau dibilang pro-in dari kelompok minoritas.
Kita nggak pernah tahu seberapa jumlah sebenarnya karena banyak
yang berdiam diri, opini disimpan di dalam hati. Sebelum lebih jauh
menyebutkan mereka dari kelompok minoritas, coba dikasih "alasan-alasan"-
nya. Ndak usah "bukti" karena saya juga maklum kita ndak punya.

> Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak
> bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian
> membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.
> Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan
> kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat
> keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro
> Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik
> pro-kemerdekaan.

Lho niat baik pro kemerdekaan itu apa sih? Kan mereka sudah mendahului
keputusan masyarakat Timtim. Rakyat banyak belum mutusin kok kelompok ini
sudah bikin aba-aba sendiri. Masak ini yang disebut niat baik? Wah, kepriben
mas? Lha sudah ada 2 opsi kok masih menyatakan perang. Tindakan gini ini
masih anda dukung argumene opo tho? Mbok ya tunggu gimana keputusan
rakyat banyak dong. Kalau tiba-tiba ada aba-aba perang dari satu pihak,
jelas kelompok yang merasa berlawanan prinsip juga akan mengangkat
senjata. Masak menyediakan leher mereka buat digorok. Weleh...weleh

> Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,
> "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini
> adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak
> untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.

Sekali lagi, istilah minoritas perlu ditinjau lagi. Lha yang pro-kemerdekaan
jumlahe berapa sih? Kan minoritas juga. Jangan-jangan jumlahnya lebih
sedikit dari yg pro-integrasi. Kita ndak tahu sebelum ada pemungutan suara.
Ngapain menyatakan perang? Xanana ini sudah tahu kalau bakal kalah,
dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mayoritas Timtim pengen
tetap integrasi. Makanya lalu bikin gara-gara. Kalau saya sendiri sih, bila
rakyat Timtim mayoritas pengen pisah malah seneng aja. Bikin capek aja.
Padahal cuman baca berita kok ya capek juga.

> Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang
> diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI
> dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga
> menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat
> Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah
> ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut
> preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung
> dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)
> Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya
> kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu domba"
> kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap )
> dengan kelompok yang anti-Indonesia.

Yang berhak menuliskan siapa yang preman dan yg bukan adalah pemenang.
Batas antara ekstrimis dan pejuang sangat tipis. Kita ada di luar sistem,
sehingga sulit untuk menilai. Waktu Israel belum lahir, mereka melakukan
penyabotan, pembunuhan, persis yang dilakukan oleh bangsa palestina
sekarang. Nah, sekarang mereka dan kelompok barat menyebutnya
kelompok ekstrimis. Dulu Iggris juga menyebut pejuang yahudi sebagai
ekstrimis. Nah, siapa yg preman dan siapa yg pejuang jadi nisbi kan?

> Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap
> Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya
> saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga".
> Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan"
> yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan
> tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati
> "Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan
> berperikemanusiaan dan berperikeadilan.

Re: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR.

1999-04-18 Terurut Topik FNU Brawijaya

Blucer Rajagukguk wrote:

> FNA: lebih enak lagi punya anak yang baik, tidak sombong lagipula
> pintar, seperti si boy. Memang enak ngobrol sama pemimpi yang pengennya
> ideal terus :)

Lho jelas tho. Mesti berusaha ideal. Lha wong udah gitu aja masih ada
pelencengannya kok.

> FNA: Lho, siapa yang nyuruh kabur? Justru di Indonesia masih lebih enak,
> wong dimana-mana enggak dikasih visa, mau kabur kemana. Paling-paling
> kerumahnya Nelson Mandela. Dengan tetap tinggalnya pak harto dicendana,
> pengadilan yang tersendat-sendat, bukti telepon habibie-ghalib, keluarga
> masih bergerak dinamis, ini tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Pak Harto
> itu tidak kualat dan masih menjadi penguasa sebenarnya pemerintah
> sekarang.

Hehejustru itu kan menjawab pertanyyan anda sendiri sebelumnya.
Banyak negara-negara yang sangat open, enggak susah ngasih visa,
apalagi buat yg orang kaya. Lha macam Brazil apa nggak mau ngasih?
Wong penjahat Nazi aja bisa slamet. Kurang apa sih para intel Israel, tetep
aja para penjahat nazi tetap aman tentram tuh. Apalagi hubungan Indo
dengan negara-negara latin itu ya nggak ada apa-apanya. Jadi negara-
negara tsb ndak akan rugi banyak kalau RI mau nuntut deportasi. Cuek
ajah.

> > > FNU:
> > Weleh...kepriben ini oom. Latar belakang argumennya bagaimana ini? Hopo
> > iya 80 juta orang waswas ndak makan? Mosok iya Pak Harto nggak was-was
> > keluar rumah. Kalau menurut akal saya (ndak tahu sehat atau tidak) Suharto
> > akan sangat was-was untuk keluar rumah. Kita ndak bicara bayar-membayar
> > rasa was-was kan?
> FNA: 80 juta orang ini potensial terpuruk pendapatannya dan digolongkan
> sebagai 'orang miskin' yang saya ekstrimkan istilahnya sebagai
> orang-orang yang was-was tidak bisa memenuhi makannya dengan memadai.
> Tanpa menuduh akal mas Jaya sehat atau tidak, saya berani jamin tidak
> ada secuil hatipun buat Pak Harto untuk was-was keluar rumah.
> Sekali lagi yang was-was keluar rumah sekarang ini di Indonesia cuma
> penduduk ambon dan sambas.

Lha masih diekstrimkan kok dibilang was-was. Penuturan orang-orang di
daerah-daerah kok masih adem ayem saja tuh. Memang kondisi saat ini
payah, tapi perubahannya nggak drastis. Jadi di lapisan bawah sih biasa-
biasa saja. Ndak was-was. Yang was-was kan peringkat atas saja.

> FNA: Justru ini yang saya binun'. Gimana kalau tanya pak Harto langsung,
> kenapa dia belum berhenti pada saat dia telah mendapatkan semuanya.

Itu kan yg disesalkan banyak pihak. Dua penyebab yg selama ini ditampilkan
ya lingkaran dalam yg akan rugi kalau Pak harto turun, dan juga karena
Mbak Tut sama Mas Bambang sedang latihan bisnis dan berhasil. Perlu
waktu lebih lama lagi buat mengembangin bisnisnya. Jadi kalau Suharto
sudah terima 5 tingkat kepuasan. Yang belum kan para anak-anaknya
dan para pejabat termasuk Akbar Tanjung sama Adi Sasono yang
sekarang teriak-teriak kebakaran jenggot itu. Dasar kelompok ABS dan
PUAS TIPUAD (punya uang abang disayang, tidak punya uang abang
ditendang) ya gitu itu.. Bener-bener rai gedhek..

> FNA: Yang saya rasakan dan amati pengikut Soeharto tetap banyak,
> terutama dari partai-partai yang muncul dan banyak kasus yang terjadi.
> Jangan-jangan malah mas jaya yang ngamatinya pake kacamata rayban :)
> Membandingkan kepedihan bung karno dan pak harto tidak relevan dari
> mana? apa mas jaya sendiri yang punya buku relevan...Orang membandingkan
> PD I dan PD II, saja tetap ok walaupun jamannya beda. Mas jaya ada bakat
> diktator lho, kok pake intruksi cuma Yuni Shara saja yang cuma boleh
> bilang pedih :)). Soal nikmat bukan cable saja, banyak orang makan tanpa
> cabe akan kurang nikmat.

Hehehe.. menurut saya Suharto sudah finish. Anda mesti lebih melihat
ke peran BJH dan Akbar Tanjung serta Adi Sasono. Mereka sudah siap
membuat trah baru. Bukan di bawah Suharto lagi. Jadi sudah bukan
dinasti Ming lagi, tapi sudah dinasti Cing. Gito lho.eh, Gitu lho
Jadi anda yg pake kacamata rayban. Kalau saya pake lensa night owl,
nembus cak. Hehehe...

> FNA: Lho siapa yang bilang saya seneng sama bung Karno? Memangnya saya
> homo, kalau seneng sama dewi soekarno itu mungkin.
> Mas jaya baru bangun tidur yach?

Alaa.mungkir ah. Kemaren bilang demen ama Bung Karno. Ngapain juga
demen sama Dewi Sukarno, kalau masak empal sudah mesti direndam
di air tujuh malem. Wis alot cak..

> Lho yang kita omongin khan persis kondisi KKN di Indonesia yang juga
> enggak ada ujung pangkalnya. Atau masalah keturunan Cina dan pribumi
> yang juga enggak ada ujung pangkalnya. Lagipula benda yang memiliki
> ujung pangkal juga enggak seberapa :)

Masak sih nggak seberapa? Jangan bikin generalisasi gitu ah...

> Pipis bareng-bareng yuk, tapi jangan deket-deket nanti disangka anak
> muridnya Joop Ave lagi:)

Ndak mau. kalau bareng Cameron Diaz sih mau


Salam,
Jaya
--
   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer

Re: Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Terurut Topik Hadeer
Kalau saya jadi Presiden BJH...Saya akan angkut orang - orang Timtim dan orang - orang di Timtim yang masih pengen ikut Indonesia.Yang nggak kepengen ikut Indonesia silahkan tinggal di Timtim dan memerdekaan diri... toch Portugis (baca : biang masalah semua ini) juga sudah dari dulu kepengen ambil lagi Timtim...dan rakyat Timtim yang selalu mencari masalah dengan Indonesia saya pikir koq ya besar kepala sekali selalu minta perhatian dan perlakuan lebih dibanding rakyat indonesia yang lain."dikasih hati minta jantung"Baru 12 yang meninggal sudah pada ribut   bandingkan dengan Aceh, Ambon, Tanjung Priok, Lampung, Banyuwangi...Hadeer--> From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>> To: [EMAIL PROTECTED]> Subject: Indonesia Bertanggung Jawab> Date: 19 April 1999 3:48> > Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,> dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan> menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan> penuh dari Indonesia.> > Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua> kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah> dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan> teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya> (terutama kelompok pro-kemerdekaan).> > Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak> bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian> membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.> Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan> kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat> keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro> Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik> pro-kemerdekaan.> > Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,> "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini> adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak> untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.> > Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang> diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI> dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga> menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat> Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah> ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut> preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung> dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)> Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya> kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu domba"> kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap )> dengan kelompok yang anti-Indonesia.> > Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap> Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya> saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga".> Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan"> yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan> tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati> "Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan> berperikemanusiaan dan berperikeadilan.> > Jikalau memang Pemerintahan Habibie dan Angkatan Bersenjata/ Polri,> beritikad untuk menyelesaikan masalah Timor-Timur dengan cara damai dan> tetap menjaga harga diri Bangsa Indonesia,> Pemerintah dan Aparat harus melempaskan diri dari  persekutuan dengan> kelompok yang pro integrasi, tidak mendanai ataupun mempersenjatai> kelompok ini yang sekarang telah terbukti malah "justify their fears on the> other people's suffering" ( Tentunya masih ingat dengan Zionisme Bangsa> Yahudi yang menjajah dan menderitai Rakyat Palestina sebagai dalih bahwa> mereka telah menderita dibawah kekejaman Nazi Jerman ? semoga bangsa> indonesia tidak melupakan itu)> > Cabut dukungan apapun thd kelompok pro-integrasi, buat kesepakatan> dengan kelompok CNRT untuk tidak membalas dendam dan tentunya pegang> pernyataan Xanana bahwa Pro-Kemerdekaan ingin menyelesaikan masalah ini> dengan damai. Adakan perundingan untuk penurunan senjata, penandatangan> untuk tidak mengangkat senjata tapi melainkan menyelesaikan> permasalahan di meja perundingan.> > Semoga kita dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan akal sehat, penuh> kedewasaan, dan bertanggung-jawab. Premanisme dan militanisme dengan> dalih apapun tidak dapat diterima oleh nilai-nilai kemanusian. Apapun> alasan untuk melindungi para kelompok integrationis dengan meng-approve> apasaja tindakan mereka, jelas sudah melanggar itikad baik kita sebagai> bangsa yang "Beradab".> > Ingat, dalam pernyataan proklamasi kita, kita memproklamirkan Republik> ini atas dasar penderitaan yang telah kita alami selama beratus-ratu

Pemilu untuk wilayah California Selatan dan sekitarnya.

1999-04-18 Terurut Topik cortino sukotjo

Salam permias,

Kepada rekan-rekan mahasiswa yang berdomisili di California Selatan, Hawai,
Nevada, Colorado, Arizona, Wyoming, Utah, Montana, Kepulauan Pacific
wilayah America dapat mendapatkan informasi mengenai pemilu/kartu
pendaftaran di http://ww.indonesianet.com/ppln

Apabila anda mempunyai pertanyaan mengenai masalah pemilu ini, anda dapat
menghubungi saya di [EMAIL PROTECTED] atau by phone: 310-794-7652.

Harap informasi ini disebarluaskan.

Terima kasih,
Tino Sukotjo
Anggota PPLN wilayah California Selatan dan sekitarnya.



Re: Fw: Kena Cekal?/Maaf

1999-04-18 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Ooops saya enggak merasa terganggu lae. Kita khan sama-sama pemakai :)

peace,
Blucer

Ramadhan Pohan wrote:
>
> Salam,
> Ketika saya mengeluhkan kegagalan kirim saya, itu semata-maata bukan untuk
> menuduh. Saya bertanya sembari mengutip pendapat teman, yang menduga soal
> cekal-mencekal. Saya pun sempat mengirim e-mail pribadi ke administrator,
> yang pertama, tidak mendapat jawaban. Lalu kedua, dengan pakai 'dugaan
> teman'' tadi -- maka langsung dapat respon.
>
> E-mail pribadi itu terpaksa saya sampaikan karena rasa frustrasi saya
> mengalami kegagalan mengirim berulang-ulang selama dua hari. Dengan bertanya
> kepada administrator, saya berharap akan memperoleh penjelasan.
>
> Saya menjadi lebih kaget ketika e-mail pribadi saya malah muncul di jalur
> umum. Sesuatu yang mestinya bisa diselesaikan dan dijelaskan secara 'pribadi'
> (karena ini masalah pribadi saya), saya pikir tidak perlu dibuka kepada umum.
> Jika saya mau mengangkatnya ke khalayak Permias Listserve seluruhnya, itu
> bisa saya lakukan lewat alamat e-mail teman saya yang lain.
>
> Tetapi saya berpikiran bahwa administrator sudah bekerja keras menjadi
> "mediator' perbincangan antar kita di milis ini. Saya sendiri banyak
> merasakan manfaatnya-- berkenalan, bersilaturahmi dan mengenal  aneka
> pemikiran teman-teman lain atas pelbagai  isu yg diangkat.
>
> Hanya satu saran saya, hendaknya kita lebih berhati-hati dalam pemberitahuan
> yang bersifat jalur pribadi dan jalur umum. Apabila ada kata atau kalimat
> saya yang menyinggung hati para pengasuh milis tercinta ini atau teman-teman
> lain seperti bung Blucer dkk yang terlanjur diganggu oleh soal ini, saya
> menghaturkan rasa maaf saya yang sebesar-besarnya. Ini pertanda kelemahan
> saya sebagai manusia yang rentan akan dosa dan kesalahan
>
> Salam,
> ramadhan pohan
> # # # #
>
> In a message dated 4/17/99 12:30:38 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED]
> writes:
>
> <<
>  Ah gombal.. lha ini apaan...!? Coba deh sign off dulu -- terus
>  subscribe lagi... Atau subscribe dengan alamat yang berbeda..
>
>  ++syafri
>
>  --- hoyaho <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>  > Lhokoq masalahnya sama ama aku yaa, gua juga
>  > hanya nerima ajaa
>  > tuu...tapi koq ndak bisa ngirim atuh..., gua minta
>  > penjelasan
>  > dong*plsss* :(
>  >
>  > salam
>  > *hoya*
>  > -Original Message-
>  > From: Vincent Sitindjak <[EMAIL PROTECTED]>
>  > To: [EMAIL PROTECTED]
>  > <[EMAIL PROTECTED]>
>  > Date: Friday, April 16, 1999 7:08 AM
>  > Subject: Fw: Kena Cekal?
>  >
>  >
>  > >- Original Message -
>  > >From: <[EMAIL PROTECTED]>
>  > >To: <[EMAIL PROTECTED]>
>  > >Sent: Friday, April 16, 1999 8:56 AM
>  > >Subject: Kena Cekal?
>  > >
>  > >
>  > >> Sudah dua hari ini saya tidak bisa ngirim ke
>  > Permias@. Mungkin ada lebih
>  > >50
>  > >> kali saya coba mengirim-- tapi sebanyak itu pula
>  > gagal terus. Dicoba
>  > lagi.
>  > >> Gagal lagi. Tapi, herannya, saya bisa menerima
>  > semua milis
>  > >Permias.Listserve
>  > >> yang ada.
>  > >>
>  > >> Seorang teman menduga bahwa saya DICEKAL sehingga
>  > tidak boleh MENGIRIM.
>  > >Hanya
>  > >> boleh  MEMBACA. Jika ini benar-- saya
>  > menyayangkan sekali. Pencekalan,
>  > >> menurut saya, adalah tindakan yang paling barbar
>  > dalam peradaban politik
>  > >> untuk level apa pun.
>  > >>
>  > >> Terima kasih.
>  > >>
>  > >> salam,
>  > >> ramadhan pohan
>  > >> [EMAIL PROTECTED]
>  >
>   >>



Re: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR.

1999-04-18 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

FNU Brawijaya wrote:

> Wah, susah urusan sama yg pesimistis giniheheya enak mimpin, kaya,
> dan disayang orang dong.
FNA: lebih enak lagi punya anak yang baik, tidak sombong lagipula
pintar, seperti si boy. Memang enak ngobrol sama pemimpi yang pengennya
ideal terus :)
>
> > FNU:
> Wah, sudah mau masuk liang kubur masak gitu. Yang proporsional ah.
> Kalau mau ngabur, sekarang dia bisa ngabur. Nggak perlu ke Inggris,
> ke negara Amerika Latin banyak yang senang menerima rangkayo
> seperti ini. So, argumen Bung Blucer kok serasa tidak masuk ke saya yah
> Bener lho, menurut saya kalau mereka mau ngabur nobody can't stop them.
FNA: Lho, siapa yang nyuruh kabur? Justru di Indonesia masih lebih enak,
wong dimana-mana enggak dikasih visa, mau kabur kemana. Paling-paling
kerumahnya Nelson Mandela. Dengan tetap tinggalnya pak harto dicendana,
pengadilan yang tersendat-sendat, bukti telepon habibie-ghalib, keluarga
masih bergerak dinamis, ini tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Pak Harto
itu tidak kualat dan masih menjadi penguasa sebenarnya pemerintah
sekarang.
>
> > FNU:
> Weleh...kepriben ini oom. Latar belakang argumennya bagaimana ini? Hopo
> iya 80 juta orang waswas ndak makan? Mosok iya Pak Harto nggak was-was
> keluar rumah. Kalau menurut akal saya (ndak tahu sehat atau tidak) Suharto
> akan sangat was-was untuk keluar rumah. Kita ndak bicara bayar-membayar
> rasa was-was kan?
FNA: 80 juta orang ini potensial terpuruk pendapatannya dan digolongkan
sebagai 'orang miskin' yang saya ekstrimkan istilahnya sebagai
orang-orang yang was-was tidak bisa memenuhi makannya dengan memadai.
Tanpa menuduh akal mas Jaya sehat atau tidak, saya berani jamin tidak
ada secuil hatipun buat Pak Harto untuk was-was keluar rumah.
Sekali lagi yang was-was keluar rumah sekarang ini di Indonesia cuma
penduduk ambon dan sambas.
>
> > > FNU>
> Coba disebutkan elemen keenam dan ketujuhnya itu.
FNA: Justru ini yang saya binun'. Gimana kalau tanya pak Harto langsung,
kenapa dia belum berhenti pada saat dia telah mendapatkan semuanya.
> > FNU>
> Hehe.sulit kalau diskusi dengan gelap mata gini. Pengikut Suharto masih
> banyak sudah didasarkan pengamatan belum? Tidak relevan
> membandingkan kepedihan Sukarno dan Suharto. Jamannya beda. Yang
> boleh bilang pedih cuman Yuni Shara aja kalau nyanyi. Rasa nikmat tidak
> dapat diukur oleh ada tidaknya cable.
FNA: Yang saya rasakan dan amati pengikut Soeharto tetap banyak,
terutama dari partai-partai yang muncul dan banyak kasus yang terjadi.
Jangan-jangan malah mas jaya yang ngamatinya pake kacamata rayban :)
Membandingkan kepedihan bung karno dan pak harto tidak relevan dari
mana? apa mas jaya sendiri yang punya buku relevan...Orang membandingkan
PD I dan PD II, saja tetap ok walaupun jamannya beda. Mas jaya ada bakat
diktator lho, kok pake intruksi cuma Yuni Shara saja yang cuma boleh
bilang pedih :)). Soal nikmat bukan cable saja, banyak orang makan tanpa
cabe akan kurang nikmat.
> > FNU>  Lho, anda ini gimana sih. Kalau endak suka sama orang yang suka
> ngerebut bini orang kok bisa seneng sama Bung Karno? Hehehe
> weleh...weleh itu mbahnya bajul itu. wah, baca lebih lengkap lagi dong.
> Kalau saya hormat dengan Bung Karno dengan dasar yang beda. Tapi
> kalau masalah kebajulan Bung Karnowahampun  udah ah...
> ngomongin orang yg sudah meninggal ndak baik. Tapi kalau mbandingin
> Ken Arok dan Bung Karnoheheheserasa membandingkan boyo dg
> boyo, atau malah kadal dengan boyo... (ojo ngasur ae cak).
FNA: Lho siapa yang bilang saya seneng sama bung Karno? Memangnya saya
homo, kalau seneng sama dewi soekarno itu mungkin.
Mas jaya baru bangun tidur yach?

> Bung Blucer kalau mau pipis jangan bilang-bilang dong. Hehehe
> To be honest, kita mau ngomongin apa sih ini. Kok udur-uduran
> jadi ndak ada ujung pangkal.
>
Lho yang kita omongin khan persis kondisi KKN di Indonesia yang juga
enggak ada ujung pangkalnya. Atau masalah keturunan Cina dan pribumi
yang juga enggak ada ujung pangkalnya. Lagipula benda yang memiliki
ujung pangkal juga enggak seberapa :)
Pipis bareng-bareng yuk, tapi jangan deket-deket nanti disangka anak
muridnya Joop Ave lagi:)

peace,
Blucer



Pengakuan Pemerintah ttg Timor-Timur

1999-04-18 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Pengakuan salah adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalah di
Tim-Tim. Semoga Presiden Habibie dan Menpangab Wiranto secara individual
dapat menyatakan permintaan maaf akibat insiden ini. ( Pernyataan
masing-masing individu yang telah disebutkan tentunya dipandang lebih
tinggi daripada pernyataan seorang juru bicara, tanpa memandang rendah
kepada Dr. Dewi Fortuna Anwar)

andrew pattiwael

***
Pemerintah Akui Salah

 JAKARTA - Dr Dewi Fortuna Anwar, salah seorang penasihat Presiden,
 mengatakan, Pemerintah Indonesia mengakui bersalah atas kerusuhan
berdarah
 yang menewaskan beberapa orang di Timor Timur. Namun RI masih tetap
memiliki
 komitmen pada proses perdamaian di Timtim.

 "Memang benar, insiden itu tanggung jawab kami karena kamilah
satu-satunya yang
 di sana,'' kata Anwar kepada kantor berita Reuters, Minggu kemarin.

 Kelompok milisi prointegrasi Timtim menyerang ibu kota Dili Sabtu lalu,
menembaki
 rumah-rumah penduduk dan menyerang para pemimpin kelompok prokemerdekaan.
 Menurut keterangan polisi setempat, lebih dari 20 orang tewas dalam
kerusuhan itu.
 Sedangkan keterangan Mabes ABRI menyebutkan korban tewas berjumlah 12
orang.

 "Kami mengutuk tindakan kekerasan semacam itu dan kami sungguh-sungguh
 prihatin atas insiden itu. Kami berharap insiden itu tidak akan
mengganggu agenda
 pertemuan para menlu pekan depan,'' kata Dewi.

 Dia mengatakan, Pemerintah RI tetap memiliki komitmen pada penyelesaian
damai.
 "Bagi Indonesia, kami tidak ingin membiarkan kerusuhan itu mengganggu
komitmen
 kami pada proses politik yang bertujuan menemukan penyelesaian masalah,''
 tambahnya.

 "Kami menginginkan solusi perdamaian. Jika Timor Timur tetap bersama
Indonesia,
 kami ingin proses itu berlangsung damai. Jika provinsi ini memisahkan
diri, kami
 ingin menjalin hubungan damai dengan Timor Timur,'' ujarnya.

 Dari Sydney diberitakan, Perdana Menteri Australia John Howard
mengatakan,
 Pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas meningkatnya kerusuhan dan
 kekerasan di Timtim.

 "Saya sangat prihatin dengan makin memburuknya situasi di Timtim.
Pemerintah
 Indonesia tidak dapat mengelak dari tanggung jawab, setidak-tidaknya
untuk
 sebagian, kalau bukan seluruh tanggung jawab,'' kata dia kepada televisi
Australia.

 Menlu Alexander Downer menambahkan, Pemerintah Indonesia dan militer
harus
 bertindak tegas menghentikan aksi kekerasan di provinsi ini.

 Howard mengatakan, akan menghubungi Presiden BJ Habibie untuk
menyampaikan
 keprihatian mendalam atas insiden kekerasan tersebut.(rtr,gn-23t)



Indonesia Bertanggung Jawab

1999-04-18 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi,
dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan
menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan
penuh dari Indonesia.

Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua
kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah
dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan
teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya
(terutama kelompok pro-kemerdekaan).

Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak
bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian
membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini.
Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan
kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat
keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro
Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik
pro-kemerdekaan.

Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi,
"kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini
adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak
untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum.

Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang
diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI
dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga
menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat
Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah
ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut
preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung
dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way)
Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya
kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu domba"
kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap )
dengan kelompok yang anti-Indonesia.

Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap
Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya
saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga".
Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan"
yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan
tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati
"Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan
berperikemanusiaan dan berperikeadilan.

Jikalau memang Pemerintahan Habibie dan Angkatan Bersenjata/ Polri,
beritikad untuk menyelesaikan masalah Timor-Timur dengan cara damai dan
tetap menjaga harga diri Bangsa Indonesia,
Pemerintah dan Aparat harus melempaskan diri dari  persekutuan dengan
kelompok yang pro integrasi, tidak mendanai ataupun mempersenjatai
kelompok ini yang sekarang telah terbukti malah "justify their fears on the
other people's suffering" ( Tentunya masih ingat dengan Zionisme Bangsa
Yahudi yang menjajah dan menderitai Rakyat Palestina sebagai dalih bahwa
mereka telah menderita dibawah kekejaman Nazi Jerman ? semoga bangsa
indonesia tidak melupakan itu)

Cabut dukungan apapun thd kelompok pro-integrasi, buat kesepakatan
dengan kelompok CNRT untuk tidak membalas dendam dan tentunya pegang
pernyataan Xanana bahwa Pro-Kemerdekaan ingin menyelesaikan masalah ini
dengan damai. Adakan perundingan untuk penurunan senjata, penandatangan
untuk tidak mengangkat senjata tapi melainkan menyelesaikan
permasalahan di meja perundingan.

Semoga kita dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan akal sehat, penuh
kedewasaan, dan bertanggung-jawab. Premanisme dan militanisme dengan
dalih apapun tidak dapat diterima oleh nilai-nilai kemanusian. Apapun
alasan untuk melindungi para kelompok integrationis dengan meng-approve
apasaja tindakan mereka, jelas sudah melanggar itikad baik kita sebagai
bangsa yang "Beradab".

Ingat, dalam pernyataan proklamasi kita, kita memproklamirkan Republik
ini atas dasar penderitaan yang telah kita alami selama beratus-ratus
tahun dibawah penjajahan kolonialisme. Jangan sampai kita sendiri yang
membuat Proklamasi dan dasar-dasar yang telah melahirkan dan menjaga
kelestarian negara ini "menjadi basi" dan tidak relevan.




Andrew Pattiwael



- Buntut Apel Pro-integrasi,

12 Orang Tewas

Dili, Pembaruan

Sekitar 10.000 masyarakat prointegrasi melakukan apel besar
di halaman Kantor Gubernur di Dili, Sabtu (7/4), untuk
mengukuhkan kelompok komando prointegrasi, namun setelah
pawai itu mereka membakar dan merusak rumah-rumah para
tokoh pro-kemerdekaan.

Dalam insiden itu, sedikitnya 12 orang tewas, dan rumah-rumah yang
diserang hancur berantakan. Kota Dili, pada Minggu siang masih
mencekam dan bagaikan kota mati.

Apel akbar ini untuk mengukuhkan Komando Prointegrasi Kota Dili
bernama Aitarak, pimpinan Eurico Gut

Negara Indohaha.... :)

1999-04-18 Terurut Topik hoyaho




mo tau...,Ada cerita negeri khayalan yang mirip ama negeri kita 
sendiri...
_selamat membaca_
 
*Oyes*
-Inilah 
kisah lucu negeri amburadul yang bernama Indohaha, 
yang berbudaya luhur sekali yakni BUDAYA KEMUNAFIKAN 
dan penguasanya hobi memelihara KAMBING dan NINJA 
HITAM.Berideologikan PANCA SALAH, yakni :    1. 
Keuangan yang mahakuasa    2. Kesetanan 
mahabiadab    3. Pemorakporandaan 
Indohaha    4. Pernyesatan rakyat Indohaha yang dipimpin oleh 
badut-badut munafik    5. Ketimpangan sosial di 
mana-manaAngkatan Bersenjatanya bernama ABRAkadabra, impoten melawan 
pasukanasing, kerusuhan, penjarahan, pemerkosaan dan kejahatan massa preman 
sipil,
tapi garang & ampuh bila meneror, menculik dan membunuhi 
rakyatnegeri sendiri khususnya rakyat dan mahasiswanya yang nakal-nakal 
danbawel dalam mengkritik sang penguasa.Musuh bebuyutan sekaligus 
partner shadow boxing khayalannya adalah PKI(Partai Khayalan 
Indohahaha),  dan jangan lupa mereka juga hobimenyalahkan PKI atas 
segala perbuatan rekayasa biadab mereka sendiriyang lucu tapi sekaligus 
mengerikan,misterius dan rahasia tapi sekaligustransparan dan blak-blakan 
lha Yauww !Mata uang negeri ini adalah RusakParah yang disingkat Rp. 
yang mengalamidepresi hebat luar biasa akibat krismon (Krisis Akibat Mental 
Monyet).Industri terbesar di negeri Indohahaha dan beromzet multi milyar 
dolaradalah JASA KKN (korupsi kolusi dan nepotisme), yang mayoritas 
dikelolaoleh para pejabat dan petinggi militer ABRAKADABRA. Makanya 
merekangeyel agar DWIFUNGSI ABRAKADABRA tidak dicabut, sebab itu 
berartimencabut mereka dari Industri Jasa KKN ini.


Fwd: FW: Green, Pink and Yellow

1999-04-18 Terurut Topik Heru W. Nugroho









Subject:  FW: Green, Pink and Yellow


A US Border Patrol Agent catches an illegal alien in the bushes right
 by the border fence, he pulls him out and says "Sorry, you know the
 law, you've got to go back across the border right now."

 The mexican man pleads with them, "No, n Senior, I must stay in de
 USA!  Pleeeze!"

 The Border Patrol Agent thinks to himself, I'm going to make it hard
 for him and says "Ok, I'll let you stay if you can use 3 english words
 in a sentence".

 The Mexican man of course agrees.

 The Border Patrol Agent tells him, "The 3 words are: Green, Pink and
 Yellow.  Now use them in 1 sentence."

 The Mexican man thinks really hard for about 2 minutes, then says,
 "Hmmm, Ok.  The phone, it went Green, Green, Green,... I Pink it up,
 and sez Yellow?"







--part1_922985239_boundary--


--part0_922985239_boundary--


- End forwarded message --

___
You don't need to buy Internet access to use free Internet e-mail.
Get completely free e-mail from Juno at http://www.juno.com/getjuno.html
or call Juno at (800) 654-JUNO [654-5866]









Timtim marak lagi

1999-04-18 Terurut Topik FNU Brawijaya

Sekarang korban dari pro-kemerdekaan muncul lagi.
Sebanyak 12 orang dinyatakan meninggal di Dili. Sebelumnya
sebanyak 3 orang (2 falintil dan 1 ABRI) juga meninggal
saat Falintil menyerang Dorlog di Manatuto, 140 kilometer arah
timur Dili. Bila dalam peristiwa Dili seorang anak Manuel
Carrascalao tewas, maka pada peristiwa Manatuto, seorang
adik dubes keliling Lopez DaCruz yang tewas sebagai anggota
ABRI.

AS mendesak agar Indonesia melucuti senjata. Ini permintaan
yang berat, dimana AS sendiri nggak akan pernah bisa melakukannya.
Yang jadi masalah, bagaimana cara melucuti senjata kedua belah
pihak? Mungkin Indonesia dapat melucuti senjata yang pro-integrasi.
Saya bilang "mungkin", karena saat inipun mereka tak akan mau.
Sementara itu melucuti senjata dari kelompok pro-kemerdekaan
juga serasa mimpi di siang bolong. Bukankah kalau Indonesia
sanggup melucuti senjata kelompok ini maka urusan berdarah
selama 25 tahun selesai dari dulu-dulu?

Yang jadi pemikiran saya, apakah benar bahwa kelompok pro-
integrasi dibentuk pemerintah RI? Ataukah hasil dari kelompok
silent-majority? Ataukah muncul dari kelompok elite Timtim sebagai-
mana dibilang Andrew?

Sebaliknya juga begitu. Kelompok pro-kemerdekaan mewakili suara
mayoritas penduduk Timtimkah? Saya rasa sih pasti banyak yg
sependapat bahwa kedua kelompok aktif ini sama-sama kelompok
elite, dalam artinya secara kuantitas mereka cuma sedikit.
Yang repot adalah bila diadakan referendum, sebagian besar
masyarakat Timtim yang lebih senang hidup tentram nggak perduli
integrasi atau merdeka, tak ubahnya seperti perahu. Dua kelompok
kecil ini yang akan saling dorong mendorong mau dikemanakan
perahu itu (massa mengambang?).

Tentunya kedua kelompok kecil ini akan saling rebutan pengaruh.
Kel. pro-integrasi juga tidak akan mau kalah (mereka sudah kalah
start) dalam berusaha mempengaruhi penumpang perahu ini.
Keduanya bakal saling mempengaruhi baik secara baik-baik maupun
lewat intimidasi.

Saat ini kelompok pro-kemerdekaan sudah berhasil membuat
perangkat pemerintahan bayangan. Ada kepala desa resmi, ada
pula kepala desa bayangan. Apakah rakyat yg mempunyai masalah
lalu melapornya ke kepala desa bayangan lalu disimpulkan rakyat
tsb pro kemerdekaan? Ya belum tentu. Bisa jadi kalau melapor ke
kepala desa asli langsung di-cap sebagai pro-kemerdekaan.
Eh, jangan lupa ada juga kepala desa asli yg pro-kemerdekaan juga.
Saya rasa dalam kasus ini ndak perlu kepala desa bayangan.

Kita tunggu saja bagaimana perkembangan selanjutnya. Kalau
menurut saya AS jangan dilibatkan lah. These stupid guys selalu
mengambil jalan mudah dengan membagi wilayah seperti mereka
lakukan thd Korea, Vietnam, dan sedang mereka usahakan thd Irak.
Yang pro disuruh pindah ke wilayah dg batas garis lintang sekian dan
garis bujur sekian, vice versa. Selalu begitu..,

Kalau penyelesaian seperti nggak perlu tokoh politik dari Harvard dll
di DC sana. Cukup Eyang Troy ahli kuli bangunan will do as well.
Nanti garis batasnya saya uwur-uwur dengan kapur saja, seperti
dilakukan oleh leluhur kita pada jaman Kerajaan Kediri. Nanti dibuat
cerita bahwa Eyang Troy maha sakti dengan membagi wilayah
dengan cara terbang. Dg demikian kedua pihak akan puas
krn yang membagi sakti mandra guna. Nah, tidak ada perselisihan lagi,
semua sudah dijustifikasi dg mandra-mandra, eh, mantra-mantra.

Maaf, ini sekedar kesimpulan dari berbagai berita yang saya olah dengan
akal saya (ndak tau sehat atau tidak). Sudah diusahakan ndak memihak.
Bila ada opini lain tentu terbuka.


Salam,
Eyang Troy


--
   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
Oooo
   oooO (   )
  (   )  ) /
   \ (  (_/
\_)