Re: Budaya=ketertinggalan?

1999-07-15 Terurut Topik Budi Haryanto

Maaf, subjectnya saya ganti dengan budaya=ketertinggalan..? supaya
diskusinya lebih terarah.

Saya melihat ada yang keliru atas pengambilan kesimpulan Sdr. Ahmad
Syafi'i, MA ini. Premis-premis yang diambil sudah benar, namun sewaktu
mengambil kesimpulannya tidak tepat.

Saya lebih cenderung mengganti kata 'budaya Jawa' yang dipakai beliau ini
menjadi 'ketertinggalan di Jawa'. Dengan alasan bahwa:

1. Kalau dulu (berabad-abad yang lalu, katanya) peran politik wanita masih
lemah sehingga belum ada pemimpin wanita, saya kira justru karena
kesempatan wanita untuk memperoleh kesempatan pendidikan dan informasi
masih tertinggal dari kaum lelaki. Nah, dengan semakin samanya mendapatkan
kesempatan pendidikan dan informasi seperti beberapa dekade ini,
ketertinggalan kaum wanita sudah semakin tipis dan hampir tidak nampak
lagi. Dengan sendirinya, perannya di segala bidang sudah tidak dapat dan
tidak perlu dibendung lagi. Kalau memang menonjol dan bisa di depan kaum
lelaki (dalam hal kepemimpinan), kenapa tidak?

2. Analogi lain, kalau jaman dulu wanita di Jawa tidak pernah ditemukan
(tidak dibolehkan) menjadi tentara, lalu sekarang banyak tentara wanita.
Apa ini juga karena menyalahi budaya Jawa? Dan banyak contoh-contoh yang
lain

Saya kira, masih banyak saja orang yang tidak menyadari realita di depan
mata hingga saat ini. kalau boleh saya istilahkan, masih banyak yang
'terlelap' oleh mimpi lama. Saya menyadari, bahwa kita tidak akan 'bangun
tidur' secara bersamaan, karena memang kita punya latar belakang
pengetahuan dan kesadaran yang berbeda.

Akhirnya, Sdr. Ahmad Syafi'i, MA ini saya anggap sebagai salah seorang dari
mereka yang nantinya 'terlambat bangun tidur'.

Salam,
Budi

At 07:20 AM 7/14/99 +0700, you wrote:
Republika: Dalam Budaya Jawa Wanita Jadi Presiden Sulit Diterima

JAKARTA -- Sekretaris Badan Litbang Agama Departemen Agama, Ahmad Syafi'i
MA, berpendapat masalah kepemimpinan perempuan di Indonesia sangat
berkaitan dengan budaya lokal di tanah air. Dalam budaya Jawa misalnya,
kata dia, peran politik perempuan masih sangat lemah, bahkan sangat sulit
diterima jika seorang perempuan menjadi pemimpin suatu wilayah, apalagi
pemimpin nasional.

Menurut Syafi'i, dalam wilayah publik di budaya Jawa, tidak pernah seorang
perempuan menjadi pemimpin. ''Secara realistis, sejak berabad lalu tidak
pernah seorang perempuan memimpin suatu wilayah di Jawa.''

...

Yw: Gile bener. Kalo budaya Jawa bilang gitu, emangnya kenapa?
Negaramu itu negara Indonesia atau negara Jawa?
Lagi pula: dalam budaya Jawa selama berabad-abad presiden
itu tidak pernah ada. Toh nyatanya sekarang ada...

;-)




Re: [20 Gubernur Diperiksa dan Diganti]

1999-07-15 Terurut Topik bRidWaN

Makasih ah bung Yusuf:)
Itulah sebabnya kita tetap harus optimis didalam
menjalankan aksi pemberantasan KKN dengan Konsisten.
Apa gunanya kita berpendidikan tinggi, kalau hanya
untuk turut larut dalam praktek semacam itu.
Jangan ikutin kelakuan Bapak/Oom/Tante/Saudara kita,
yang tanpa terasa telah larut (bahkan aktif) dalam
praktek KKN itu. Pesta telah berakhir, Bung !

Salam,
bRidWaN


At 03:58 AM 7/14/99 +0700, Yusuf-Wibisono wrote:
...

| Paling tidak kalau kita mau dan bisa untuk konsisten
| dengan aksi ini, budaya yang sudah mengakar pun akan
| bisa terkikis secara perlahan.
| Tetapi kalau tidak konsisten, jangankan 2 generasi,
| 10 generasi pasti engga akan selesai juga.

Yw: Setuju, ju, ju, ju, juling. (Eh, gak pake ling ;-).
Biarpun perlu 2 generasi atau perlu cuma 100 jam sekalipun,
kalo nggak dimulai dari sekarang, ya seribu tahun nggak
akan kelar...

| Jadi apa gunanya kita2 ini, yang tengah menuntut ilmu atau
| mulai berkarier ? Apakah hanya untuk turut larut dalam
| permainan KKN juga ?  Saya rasa tidak !
|
| Salam,
| bRidWaN

Yw: Well said. ;-)



Re: [20 Gubernur Diperiksa dan Diganti]

1999-07-15 Terurut Topik bRidWaN

Terima kasih atas tanggapannya..Memang masalahnya tidaklah
semudah yg kita sangka, tetapi bukanlah tidak mungkin untuk
dihadapi dengan benar. Masalah KKN adalah masalah 'moral'.
Apalagi bila dikaitkan dengan 'sumpah-jabatan' bagi yang
bekerja di Pemerintahan nanti.
Concern saya adalah : apalah gunanya menuntut ilmu setinggi-
tingginya, apabila tidak diikuti oleh moralitas yang tinggi juga.

Percuma, pada usia senja nanti, yg tinggal hanyalah omongan atau
cibiran orang saja. Persis seperi Petinngi RI yang empuk untuk
dijadikan bahan ejekan atau bahan gossipan dikala senggang...:)

Apakah kita semua mau menjadi demikian ? Saya rasa tidak !

Salam,
bRidWaN


At 08:40 AM 7/15/99 +0700, arezdaps wrote:
bung ridwan saya senang mendengar ucapan anda :
quote  "Jadi apa gunanya kita2 ini, yang tengah menuntut ilmu
atau mulai berkarier ? Apakah hanya untuk turut larut dalam
permainan KKN juga ? Saya rasa tidak !"  unqote
karena tidak sedikit saya dengar kawan yang menuntut ilmu di LN,
malah enggan pulang karena berbagai hal, (memang masalah nya bukan
karena hilangnya nasionalisme)tapi lebih kepada profesionalisme..
dimana kalau pulang ketanah air, ilmu yang sudah didapat dihargai
semestinya, juga rasanya sulit utk berkembang, karena terkekang oleh
mekanisme "rapuh" yang sudah tertata apik sejak lama...
mungkin anda perlu merenungkan lagi, pertanyaan anda ""Apakah hanya
untuk turut larut dalam permainan KKN juga ?.itu masalah yang
cukup besar yang akan anda hadapi jika anda terjun nanti..
salam
arez

bRidWaN wrote:
 Paling tidak kalau kita mau dan bisa untuk konsisten dengan aksi
 ini, budaya yang sudah mengakar pun akan bisa terkikis secara perlahan.
 Tetapi kalau tidak konsisten, jangankan 2 generasi, 10 generasi
 pasti engga akan selesai juga.



 Salam,
 bRidWaN

 At 02:33 PM 7/14/99 +0700, arezdaps wrote:
 saya pikir kita jangan terlalu cepat merasa lega dulu dengan segala
 upaya yang telah dilakukan dalam rangka KKN itu..
 karena korupsi di indonesia itu kan sudah membudaya, rasanya "
 badan pada pegel-pegel" kalau tidak korupsi.
 Ada seorang pengamat yang mengatakan bahwa butuh 2 generasi utk
 menuntaskan itu semua.
 saya kira juga demikian, karena sebaik apapun sistem dan mekanisme
 yang diterapkan jika mental orangnya masih kayak begitu rasa sulit..
 
 salam
 arez

bRidWaN wrote:
 
  Wah...kalau pembongkaran korupsi dan aspek KKN lainnya terus
  dijalankan secara konsisten dan 'right', bisa2 sebentar lagi
  jalanan di-Jakarta engga akan macet lagi deh
 
  Cuma.apakah aksi ini tidak akan 'anget anget tai ayam' lagi..??
  (Maaf penggunaan perumpamaan yang terkesan vulgar).
 
  Salam,
  bRidWaN

  At 07:20 PM 7/13/99 MST, Yuni Wilcox wrote:
  Wah Indonesia sekarang ini memang benar benar musim buka bukaan.
Dari yang
  berbau pornografi sampai bongkar membongkar korupsi...hm

 Yusuf-Wibisono [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Republika: 20 Gubernur Diperiksa dan Diganti
  
  Korupsi di Depdagri Rp 2,6 Triliun
  
  JAKARTA -- Setelah ribut-ribut korupsi di KPU, disusul kabar korupsi di
  Pertamina, kemarin datang lagi berita baru tentang korupsi yakni dari
  lingkungan Departemen Dalam Negeri (Depdagri).
  
  ''Besarnya penyelewengan di Depdagri mencapai Rp 2,6 triliun,'' kata
  Inspektur Jenderal Depdagri Mayjen TNI Andi Djalal Bachtiar kepada
pers di
  Jakarta, kemarin.
  
  Data penyelewengan di Depdagri itu, menurut Andi Djalal Bachtiar,
 dilakukan
  para pejabat dari pusat hingga daerah selama enam bulan sejak Oktober
 1998.
  ''Dari uang yang diselewengkan itu, yang dikembalikan ke negara baru Rp
 959
  miliar,'' katanya.
  
  Menurut Bachtiar, penyelewengan terbesar terjadi di Provinsi Daerah
 Tingkat
  I DKI Jakarta yakni Rp 115 miliar. Disusul Provinsi Jawa Timur
sebesar Rp
  95 miliar, dan Jawa Barat sebesar Rp 38 miliar. ''Dinas-dinas yang
  mempunyai banyak proyek, seperti Dinas PU, adalah yang paling banyak
  melakukan penyelewengan,'' lanjutnya.
  
  Tetapi, Sekwilda DKI buru-buru mengemukakan keberatannya atas hasil
  penelitian Depdagri itu. Terlebih, atas 'tudingan' bahwa Pemda DKI
 mencatat
  rekor tertinggi korupsi di lingkungan Depdagri. ''Saya akan konfirmasi
  dulu. Saya kan tidak tahu mengapa pemda mendapat kategori seperti
itu,''
  kata Fauzi Bowo ketika dikonfirmasi kemarin.
  
  Sekwilda mempertanyakan data apa saja yang dipakai Depdagri untuk itu.
  Menurut Fauzi, mungkin saja kesimpulan tersebut dilihat dari besarnya
 angka
  kebocoran, karena banyaknya pegawai Pemda DKI yang korup. Tapi,
 menurutnya,
  dugaan itu kurang berdasar. Namun ia tidak menutup mata bahwa ada
pegawai
  pemda yang seperti itu. ''Memang ada pegawai yang seperti itu, tapi
masak
  separah itu sehingga DKI jadi provinsi terkorup.''
  
  Boleh saja orang-orang DKI merasa keberatan atas dugaan itu. Tetapi,
 Sekjen
  Depdagri telah membeberkan temuan itu kepada pers. Bahkan beberapa
  gubernur, kini telah diperiksa berkaitan dengan penggunaan 'uang panas'
 itu.

Re: Lucu Banget... (Warning: Rada Jorok ;-)

1999-07-15 Terurut Topik bRidWaN

hahahahaada-ada saja orang ini yah ?
Tolong ingetin deh, bentar lagi kita masuk abad milenium nih !
Maaf kalau tampak terlalu kasar, tapi ini adalah reaksi genuine...:)

Salam,
bRidWaN


At 07:20 AM 7/14/99 +0700, Yusuf-Wibisono wrote:
Republika: Dalam Budaya Jawa Wanita Jadi Presiden Sulit Diterima

JAKARTA -- Sekretaris Badan Litbang Agama Departemen Agama, Ahmad Syafi'i
MA, berpendapat masalah kepemimpinan perempuan di Indonesia sangat
berkaitan dengan budaya lokal di tanah air. Dalam budaya Jawa misalnya,
kata dia, peran politik perempuan masih sangat lemah, bahkan sangat sulit
diterima jika seorang perempuan menjadi pemimpin suatu wilayah, apalagi
pemimpin nasional.

Menurut Syafi'i, dalam wilayah publik di budaya Jawa, tidak pernah seorang
perempuan menjadi pemimpin. ''Secara realistis, sejak berabad lalu tidak
pernah seorang perempuan memimpin suatu wilayah di Jawa.''

...

Yw: Gile bener. Kalo budaya Jawa bilang gitu, emangnya kenapa?
Negaramu itu negara Indonesia atau negara Jawa?
Lagi pula: dalam budaya Jawa selama berabad-abad presiden
itu tidak pernah ada. Toh nyatanya sekarang ada...

;-)





mohon maaf-pamitan

1999-07-15 Terurut Topik Yuni Wilcox

Hi semuanya,

Saya cuma mau pamitan, permisi saya mau mundur dari forum ini.

Selain itu saya mau minta maaf sebesar besarnya apabila saya sempat
menyinggung perasaan, menyakiti hati .dsb..dsb.. anda.

Terima kasih  atas perhatian rekan rekan, baik yang ditanah air maupun  yang
sedang dirantau. Saya tahu anda semuanya mempunyai nilai lebih, dan saya
senang sempat mengenal kalian. Semoga kalau kita ketemu di jalan kita sempat
saling sapa.




Salam hangat

Yuni W.S. Wilcox


Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: Numpang tanya

1999-07-15 Terurut Topik Dede Rukli

Sehubungan hal-hal tersebut,  kebetulan kami juga sedang berlangganan majalah
Indonesia maka kami hanya dapat memberi jawaban no. 4 sbb.:

Bpk. HERSON SONY
P.O. BOX 285
LOMA LINDA,  CA  92354

TELP.  (909) 478 0 0122

Salam,

M. Rukli
Chicago, Illinois



Cuap2 Gus Dur... kwek...kwek...kwek

1999-07-15 Terurut Topik H. Darmawan

Lihatlah si buta dari goa hantu... Mencoba menjunjung diri
sendiri sebagai orang yg dihormati dimana kenyataan berkata
yg lain.

Gus Dur diterima di Aceh ?? I don't think so, sadly, that's
what he thought.

Cuplikan di bawah ini datang dari Detik 8 dan 15 Juli.

Peace...

_
DETIK - 8 JULI '99

...

Apa Gus Dur tidak takut ditolak seperti dulu? "Saya tidak
takut
   ditolak rakyat Aceh.
Mahasiswa sudah kirim surat ke saya.
   Mereka yang dulu bikin
ribut, sudah minta maaf. Anda tahu,
   saya sudah menjadi
nabinya orang Aceh," jawab Gus Dur
   disambut tawa wartawan
yang mengerumuninya.


_
DETIK - 15 JULI '99

Sempat 'Didemo' Puteri Aceh
   Gus Dur Batal Pergi ke
Aceh
   Reporter Irna Gustia W

   detikcom, Jakarta-Selain
mengundurkan Ciganjur II, Gus Dur
   juga mengundurkan
kunjungannya ke Aceh pada 17 Juli. Hal itu
   terpaksa dilakukannya
karena situasi Aceh saat ini dipenuhi
   suasana emosional. Gus
Dus sendiri sempat 'didemo' oleh puteri
   Aceh di Hotel Acacia,
Jakarta.

   "Saya menunda
keberangkata ke Aceh karena keadaan sangat
   emosional dan tidak ada
pihak yang berupaya mencari
   keasamaan," kata Gus Dur
yang menodongnya untuk melakukan
   jumpa pers seusai
membuka seminar "Ekonomi NU" di Hotel
   Acacia, Jl Kramat Raya,
Jakarta Pusat, Kamis (15/07/1999).

   Sampai kapan pengunduran
itu? "Sampai situasinya kembali
   tenang. Sebab sekarang
semua orang tidak bisa diajak bicara
   dengan tenang," kata Gus
Dur.

   Sebelum menggelar jumpa
pers dadakan itu sendiri, Gus Dur
   sempat 'didemo' oleh
beberapa perempuan Aceh. Mereka
   berteriak-teriak,"Gus
Dur, bagaimana dengan Aceh? Anda
   harus bicara!" Demo itu
dilakukan saat Gus Dur tengah berjalan
   dari ruang seminar, Rose
III, menuju ke ruang Rose I, yang
   sedang kosong, bersama
dengan puluhan wartawan. Sedang
   Rose II tengah
berlangsung diskusi tentang kekerasan negara di
   Aceh. Gus Dur sendiri
mengacuhkan 'demo' itu. Apalagi
   pengawalan sangat ketat.


   Ketika jumpa pers di
Rose I berlangsung, puteri Aceh itu
   kembali mengacungkan
jari untuk melempar pertanyaan pada
   Gus Dur. "Saya puteri
Aceh, dan saya ingin bertanya soal
   Aceh..." Belum selesai
bertanya, pengawal Gus Dur
   berucap,"Wartawan dulu!"
Gus Dur pun menyambung," Orang
   Aceh itu tidak punya
keistimewaan apa-apa."

   Keadaan itu membuat
situasi jumpa pers berlangsung tegang.
   Tidak ada tertawaan
sebagaimana bila Gus Dur bicara pada
   pers. Lebih lanjut Gus
Dur mengatakan, "Emangnya kewajiban
   saya ngurusi Aceh. Kan
ada Habibie dan lain-lain. Emangnya itu
   kerjaan saya." Akan
tetapi, secara umum, Gus Dur menyesalkan
   kondisi Aceh yang kian
memburuk.

   Sedang Soal penarikan
PPRM, Gus Dur menilai bahwa hal itu
   mesti dibicarakan dulu
bagaimana pemecahannya. "Jangan
   emosional," tegas Gus
Dur. Menurut dia, bila keinginan Aceh
   Merdeka terus dibiarkan,
suaranya akan tinggi dan tentara tetap
   ngotot. "Kalau Aceh
merdeka, biayanya tinggi, sehingga perlu
   dicari jalan tengah,"
pendapat Gus Dur.

   Gus Dur sendiri merasa
jemu terhadap masalah Aceh yang tidak
   kunjung selesai. "Saya
paling jemu mendengar masalah Aceh.
   Emang daerah di
Indonesia ini cuma Aceh saja," omel dia.

   Seusai menggelar jumpa
pers, lagi-lagi Gus Dur 'didemo' puteri
   Aceh. "Gus Dur 

CHINA.COM

1999-07-15 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

Ini ada portal baru, http://www.china.com
Perusahaan yg memilikinya baru saja mengeluarkan IPO
dengan kode saham CHINA.

Kapan nih Indonesia juga bikin hal yg sama trus
sahamnya ditawarkan di AS. Ada yg berminat?...:)

Oh ya, kebetulan saat ini saya termasuk pemegang
saham CHINA. Pemegang saham lainny selain saya
antara lain adalah AOL (American Online), SUNW
(Sun Microsystem).


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: Numpang tanya

1999-07-15 Terurut Topik Arya Indrathama

Terimakasih banyak Mas Dede,


Arya



MEDIA INDONESIA AFTERNOON TEA 6

1999-07-15 Terurut Topik RiZwAn RiZaL

Bagi rekan-rekan yang sedang berada di Indonesia:

Sri Mulyani  Laksamana Sukardi di
MEDIA INDONESIA AFTERNOON TEA

Kali ini kami menghadirkan dua Pakar Ekonomi Indonesia untuk
berbincang-bincang dengan Anda sambil menikmani teh
sambil berdiskusi tentang :

 "BAGAIMANA PLATFORM EKONOMI  PERBANKAN
  CALON KABINET MENDATANG ?"

Acara akan berlangsung pada :

Hari  :  Jumat
Tanggal   :  23 Juli 1999
Waktu :   15.00 - 18.00 WIB
Tempat:   SHERATON MEDIA HOTEL
  Jl. Gunung Sahari Raya No. 3 Jakarta 10720
Biaya partisipasi Rp. 100.000 ,-

Jika Pembaca Media Indonesia berminat dapat menghubungi kami di telepon : 62
21 5821303 dengan Novi atau Nita.

Informasi lebih lanjut dapat membuka file [afternoontea 2.doc] yang kami
kirimkan dalam file attachment berikut.

Salam hangat,
Panitia MI Afternoon Tea
Keluarga Besar Media Indonesia



__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
 afternoon2[1].doc


Re: Detikcom: Perolehan Kursi DPR (Final)

1999-07-15 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

-Original Message-
From:   Yusuf-Wibisono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Wednesday, 14 July, 1999 23:29 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Detikcom: Perolehan Kursi DPR (Final)

==disetip==

Note: Yg lain-lainnya gelar tiker ;-)
(Nggak dapet kursi). Rada 'mengganggu' juga fakta di atas itu: yg
cuma dicoblos kurang dari 1000 orang bisa dapet satu kursi...
Efron:
Salah ketik 'kali, Kang?



Re: Detikcom: Perolehan Kursi DPR (Final)

1999-07-15 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

From:   Yusuf-Wibisono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Wednesday, 14 July, 1999 23:29 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Detikcom: Perolehan Kursi DPR (Final)

==disetip==

Note: Yg lain-lainnya gelar tiker ;-)
(Nggak dapet kursi). Rada 'mengganggu' juga fakta di atas itu: yg
cuma dicoblos kurang dari 1000 orang bisa dapet satu kursi...
Efron:
Salah ketik 'kali, Kang?

Yw: Iya kemungkinan demikian. Atau ada penjelasannya.
Cari-cari dari sumber lain, belum dapet. ;-)



Hasil Pemilu menurut Detik.com

1999-07-15 Terurut Topik Yohanes Sulaiman

Catatan pribadi: Ada keganjilan di tabel daftar penghasilan pemilu.
Lihat nomor 21, 22, dan 34 dan bandingkan dengan angka partai-
partai yang sedikitnya mendapat 1 kursi. Atau mungkin ada kesalahan
di detik com?




July 16, 1999
Opposition Party Leads Tally in Indonesia
By REUTERS

JAKARTA, Indonesia -- The party of the populist opposition leader
Megawati Sukarnoputri won the largest share of votes in the
parliamentary elections on June 7 -- 33.7 percent -- complete
unofficial figures show.

The ruling Golkar party of President B. J. Habibie was in second
place, with 22.4 percent.

The results now must be verified by each of the 48 political parties
and the General Election Commission, which is expected on
Wednesday.

But the National Election Committee, which is responsible for
tallying the votes, said the official results were not expected to
differ from the preliminary figures.

Counting was finally completed Thursday, more than five weeks
after polling day.

The distribution of seats in Parliament will not be announced until
the results have been verified. Though Ms. Megawati's party,
Indonesian Democratic Party-Struggle, gained the most votes,
it is expected to be well short of an overall majority.

The presidency is to be decided in November by Parliament.
Unless Ms. Megawati can attract enough coalition partners
by then, she could still find herself in the opposition.



---



www.detik.com

Perolehan Kursi DPR RI Pemilu 1999
No.Nama Partai  | Perolehan SuaraKursi
1.PDI Perjuangan|35,689,073 154
2.Partai Golongan Karya  |23,741,758 120
3.Partai Persatuan Pembangunan |11,329,905  59
4.Partai Kebangkitan Bangsa|13,336,982  51
5.Partai Amanat Nasional  |  7,528,956 35
6.Partai Bulan Bintang  |  1,940,633 13
7.Partai Keadilan  |  1,422,330
 6
8.Partai Keadilan dan Persatuan|  1,065,686  6
9.Partai Demokrasi Kasih Bangsa | 550,851  3
10.Partai Nahdlatul Umat658,069  3
11.Partai Bhinneka Tunggal Ika354,292 3
12.Partai Demokrasi Indonesia655,049  2
13Partai kebangkitan Umat 300,064  1
14.Partai Syarikat Islam Indonesia   375,920  1
15.PNI Front Marhaenis  363.397  1
16.Partai IPKI327,301
   1
17.PNI Massa Marhaen  345,720  1
18.Partai Persatuan   550,808  1
19.Partai Daulat Rakyat 429,854  1
20Partai Indonesia baru 192,712   0
21.Partai Kristen Nasional  369,446  0
22.Partai Nasional Indonesia   377,137  0
23.Partai Aliansi Demokrat Indonesia85,838   0

24Partai KAMI   289,489
  0
25.Partai Ummat Islam   269,309  0
26.Partai Masyumi Baru 151,589  0
27.Partai Abul Yatama213,979 0
28.Partai Kebangsaan Merdeka104,3850
29.Partai Rakyat Demokratik 78,7300
30.Partai Syarikat Islam Indonesia - 1905   152,787   0
31.Partai Katolik demokrat 216,675  0
32.Partai Pilihan Rakyat  40,517  0
33.Partai Rakyat Indonesia  45,290  0
34.Partai Masyumi456,718  0
35.Partai Solidaritas Pekerja   49,807   0
36.Partai Republik 208,157  0
37.Partai Islam Demokrat 62,901  0
38.Partai Murba   62,006
  0
39.Partai Uni Demokrasi Indonesia   140,980 0
40.Partai Buruh Nasional111,629  0
41.Partai MKGR 204,204 0
42.Partai Cinta Damai 168,087 0
43.Partai SPSI  61,095
  0
44.Partai Nasional Bangsa Indonesia 149,136   0
45.Partai SUNI 180,167
 0
46.Partai Nasional Demokrat   96,984   0
47.Partai Umat Muslimin Indonesia 49,8390
48.Partai 

Republika: Dongeng Pertamina (2)

1999-07-15 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

Korupsi Pertamina dari Masa ke Masa (2) Banjir Dolar ke Keluarga Cendana

Istilah keceh lenga pernah melekat pada Pertamina. Istilah dalam bahasa
Jawa yang artinya bergelimang dengan minyak itu populer pada dua dasawarsa
silam, karena minyak Pertamina inilah andalan utama pendapatan pemerintah.

Dalam perkembangannya, Pertamina ternyata juga menjadi 'wilayah' yang keceh
duit. Tempat bergelimang uang. Karena dari Pertamina itu muncul ratusan
proyek yang nilainya sampai ratusan triliun rupiah. Dan siapa lagi yang
paling menikmati keceh duit-nya Pertamina kalau bukan keluarga Soeharto.

Pada 1983 misalnya, muncul Perta Oil Marketing dan Permindo Oil Trading --
dua perusahaan yang memonopoli ekspor-impor minyak. Perta Oil dimiliki
Pertamina sebanyak 35 persen, dan selebihnya yang 65 persen milik Tommy dan
kroninya. Sedangkan Permindo, Bambang Tri dan kroninya menggenggam 70
persen, baru selebihnya Pertamina.

Dua perusahaan yang lebih tepat disebut sebagai 'makelar minyak' itu meraup
30-35 sen dolar AS dari tiap barel minyak yang diperdagangkan. Padahal,
sampai tahun anggaran 1997/1998, kedua perusahaan itu menangani rata-rata
500 ribu barel per hari. Berarti, dalam setahun, Tommy dan Bambang dapat
menikmati komisi lebih dari 50 juta dolar AS.

Majalah Tempo (16 November 1998) menggambarkan keuntungan yang diraih
Permindo lebih rinci. Perusahaan yang dimiliki Grup Bakrie dan Bimantara
(milik Bambang Tri) itu tiap harinya dapat memasukkan keuntungan 200 ribu
dolar AS dari impor BBM saja. Ini belum termasuk jatah ekspor minyak 150
ribu barel per hari, yang mendatangkan keuntungan 150 ribu dolar AS tiap
harinya.

Jika diambil kurs rata-rata Rp 2.500 per dolar AS, berarti dalam sehari
Permindo bisa menyedot Rp 875 juta, seminggu Rp 6,1 miliar, dan sebulan Rp
183 miliar. Sejak 1983 uang sebanyak itu mengalir ke kantong Permindo
sampai perusahaan tersebut dipangkas pemerintah 1 Juli 1998 lalu.

Ironisnya, ibarat makelar tiket kereta api, keberadaan dua perusahaan itu
sebenarnya tidak diperlukan. Sebab, kata mantan Mentamben Subroto,
Pertamina sebenarnya dapat mengekspor minyak secara langsung, tanpa broker.
Artinya, perusahaan itu didirikan hanya untuk menggerogoti keuntungan
Pertamina.

Akibat adanya 'makelar minyak' itu kinerja Pertamina menjadi tidak efisien.
''Secara emosional, Permindo dan Perta itu mengganggu efisiensi manajemen
Pertamina,'' ujar Mentamben Kuntoro Mangkusubroto, suatu hari. Untunglah,
pemerintah pada Juli tahun lalu telah memangkas bisnis milik anak Soeharto
itu.

*** Seorang pengusaha pribumi punya kisah lain tentang bagaimana upaya
Soeharto mengikutkan anak-anaknya untuk 'mengisap' Pertamina. Suatu siang,
pada awal Pelita VI, ia menghadap sang Presiden. Didampingi beberapa
menteri terkait, ia menjelaskan konsep pengembangan migas nasional. ''Saat
saya memberi penjelasan, Pak Harto menyimak dengan mata sekali-sekali
tertutup dan manggut-manggut, seperti merasa bosan,'' ujar pengusaha itu.

Tetapi, begitu sampai pada penjelasan mengenai potensi sumber minyak yang
belum tereksplorasi, katanya, minat Soeharto langsung terbangun.
''Mendengar penjelasan tentang potensi sumber minyak yang besar itu, Pak
Harto langsung terbangun, dan tampak antusias menyambut penemuan itu,''
ujar pengusaha asal Bandung itu.

Dan, komentar Soeharto dapat diduga, ''Itu potensi yang besar dari kekayaan
bumi kita. Lebih baik, untuk mengolahnya, ajaklah pengusaha pribumi yang
sudah berpengalaman, seperti Bambang dan Tommy. Mereka sudah berpengalaman
di perminyakan,'' kenang sang pengusaha, menirukan ucapan Soeharto kala itu.

Sejak awal didirikan tahun 1968, Pertamina memang menjadi sarang
lintah-lintah minyak milik keluarga Cendana dan kroninya. Tak kurang dari
159 perusahaan milik anak, cucu, kerabat dekat, dan kroni mantan Presiden
Soeharto berlomba 'merampok' harta Pertamina.

Perta dan Permindo sekadar dua contoh. Di sektor hilir bisnis migas, masih
ada PT Panutan Selaras (milik Sigit) dan PT Giga Intrax (milik Tommy) --
keduanya memiliki konsesi khusus untuk menjual produk premix di Indonesia.
Selain itu, sejumlah perusahaan terkait keluarga Cendana juga 'main' di
bidang pelumas dan distribusi BBM.

Perusahaan milik keluarga Cendana juga tidak sedikit yang menangani bisnis
hulu yang dikenal berisiko tinggi. Untuk yang ini biasanya dengan
menggandeng (atau digandeng) investor asing. Baik Bambang Tri, Sigit,
Tutut, maupun Tommy, memiliki sejumlah wilayah pertambangan migas, baik
berbentuk Production Sharing Contract (PSC), Technical Asistance Contract
(TAC), maupun lainnya.

Pertamina pernah hampir bangkrut pada pertengahan 1970-an ketika mereka
terjerat utang luar negeri sebesar 10,5 miliar dolar AS. Tapi ternyata
angka tersebut kini belum apa-apa dibanding dana yang dihisap keluarga
Cendana dan kroninya di Pertamina.

Mantan kepala Dinas Divisi Pemasaran Luar Negeri Pertamina, Muhamad Zein,
menaksir nilai dolar AS kasus Ibnu Sutowo dulu hanyalah 10 persen dari
jumlah aset bisnis keluarga Cendana di Pertamina. 

Detikcom: Perolehan Kursi DPR (Final)

1999-07-15 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

Perolehan Kursi DPR RI Pemilu 1999

No. Nama PartaiPerolehan Suara Kursi
11. PDI Perjuangan  35,689,073 154
33. Partai Golongan Karya   23,741,758 120
9.  Partai Persatuan Pembangunan11,329,905  59
35. Partai Kebangkitan Bangsa   13,336,982  51
15. Partai Amanat Nasional   7,528,956  35
22. Partai Bulan Bintang 1,940,633  13
24. Partai Keadilan  1,422,330   6
41. Partai Keadilan dan Persatuan1,065,686   6
14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa  551   3
25. Partai Nahdlatul Umat  658   3
44. Partai Bhinneka Tunggal Ika354   3
32. Partai Demokrasi Indonesia 655   2
7.  Partai kebangkitan Umat300   1
10. Partai Syarikat Islam Indonesia376   1
26. PNI Front Marhaenis363.397   1
27. Partai IPKI327   1
30. PNI Massa Marhaen  346   1
34. Partai Persatuan   551   1
39. Partai Daulat Rakyat   430   1

Note: Yg lain-lainnya gelar tiker ;-)
  (Nggak dapet kursi). Rada 'mengganggu' juga fakta
  di atas itu: yg cuma dicoblos kurang dari 1000 orang
  bisa dapet satu kursi...

Keterangan:
Sumber: Panitia Pemilihan Indonesia (PPI)
Penghitungan kursi dibuat dengan memperhitungkan dua stembus accoord yang
diakui Komisi Pemilihan Umum (KPU). Diasumsikan kursi hasil stembus accoord
diperuntukan bagi partai yang memiliki sisa suara terbesar.
Stembus Accoord I : PUI, PKU, PPP, PSII 1905, Masyumi, PBB, PK dan PNU
Stembus Accoord II : PDKB, PBI dan PADI

;-)



Danpuspom JANJI berhenti menyidik Ghalib

1999-07-15 Terurut Topik Yusuf-Wibisono

;-)

Puspom segera hentikan penyidikan atas Ghalib

JAKARTA (Bisnis): Jaksa Agung nonaktif Andi M. Ghalib kemarin diperiksa
intensif oleh penyidik Puspom TNI selama sekitar 2,5 jam menyangkut kasus
suap, sementara Dan Puspom berjanji segera menghentikan penyidikan kasus
tersebut.
Kuasa hukum Andi M. Ghalib Hotma Sitompul mengatakan dalam proses
pemeriksaan tersebut Dan Puspom Mayjen TNI Djasrie Marin berjanji akan
menghentikan penyidikan kasus tersebut.


... Selengkapnya di Bisnis Indonesia.