Re: Sensitivity against racism
Why is there a person doing so much ignorance and explaining so much excuse? Alexander Lumbantobing
Re: Sensitivity against racism
No idea, maybe 'the dancing grass' knows the answer :). Alexander Lumbantobing wrote: Why is there a person doing so much ignorance and explaining so much excuse? Alexander Lumbantobing
Re: Sensitivity against racism
Mengutip pepatah lama: sing waras ngalah. Hanya yang mau belajar kalah yang akan bisa maju, kalau sudah kepinteran, enggak usah dilawan. Saya yakin mas moko bisa mengerti apa yang saya maksud. salam anti-diskriminasi. Moko Darjatmoko wrote: At 5:20 PM 11/3/1998, Vincent Sitindjak wrote: |Mas Moko tulis: | | At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote: | | |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak | |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan | |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari | |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya | |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. | | Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di | Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju. | | The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no | longer neutral! It is a racist's remark. | |he..he..koq saya jadi binun sekarang... | |kalo "tauke" dikutipan diatas ditujukan ke orang cina, mungkin aja |"it is a racist's remark". |tapi "tauke" dikutipan diatas khan ditujukan ke orang batak (Patrick |Simanjuntak), apa ini juga masuk dalem kategori "a racist's remark"? Bung Vincent yang sedang 'bingung', Mengulangi apa yang telah saya tulis sebelumnya, kata "tauke" --berdiri sendiri-- memang netral. Tetapi kenyataannya kan kata "tauke" ini tidak berdiri sendiri, tetapi diiringi oleh kata-kata dan kalimat lain yang membentuk konteksnya (kecuali kalau saya telah 'salah' kutip): * Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. * Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Sounds familiar? ... terutama sejak pertengahan Mei tahun lalu? Memang kita tidak pernah tahu --kecuali si penulis sendiri-- apa persisya yang dimaksud oleh si penulis dalam suatu tulisan. Karena itulah penting sekali untuk berpikir masak-masak sebelum tekan tombol "send." Guy Kawasaki (a Mac Fellow) memberikan cara nge-test yang praktis dalam menulis email: "Read it out loud to your spouse, to your best friend, to your roomate, or even better, to your own mother. If you think it's okay say the words you just wrote on their faces, then it's okay to hit the send button." Kehati-hatian Kawasaki beralasan, ternyata peribahasa kuno "sticks and stones will break my bones, but names will never hurt me" itu tidak selalu benar. It has been known that arsh words hurt or even kill people. Saya dulu suka bertanya-tanya, kenapa kebanyakan kawan kerja atau staff di kampus itu kok tidak pernah bertindak rasis, baik dalam sikap maupun kata-kata. Apakah orang disini memang lebih 'superior'? Setelah mengamati --dan mengalami sendiri-- ternyata semuanya itu tidak 'jatuh dari langit'. Racism adalah 'concsious choice', dan itu harus dikoreksi atau dilawan dengan kesadaran pula, dengan *conscious effort*. Waktu direkrut jadi TA dulu saya disuruh mengikuti apa yang disebut "sensitivity workshop" -- yang menjelaskan dampak buruk rasisme, mulai yang berbentuk unfair discrimination sampai hal yang 'kecil-kecil' seperti racial slurs, racist remaks, dsb. Dan ternyata setiap pegawai secara bertahap diwajibkan mengikuti workshop ini -- dimulai dari mereka yang banyak berhubungan dengan publik (yang plural itu). Ini adalah conscious effort komunitas disini utnuk mencegah "kesalahan lama" terulang kembali Dan ternyata ini juga diajarkan pada anak-anak sejak usia dini, sejak mereka di taman kanak-kanak. Forum Internet (seperti mailing list ini) memberi kita "kebebasan" utnuk menyatakan pendapat kita. Kebebasan ini terasa lebih longgar ketimbang yang kita rasakan dalm dunia nyata--terutama karena ada kesan 'anonimitas', dimana orang hanya dikenal sebagai email address saja. kebebasan ini bak pisau bermata dua, disisi lain orang juga "bebas" mengartikan tulisan kita. Ditambah keterbatasan kata-kata yang tidak bisa mentertakan intonasi, raut muka maupun isyarat badan yang lain, gampang sekali terjadi misunderstanding. Di forum elektronis seperti ini, kebanyakan kita ini hanya kenal dari tulisan kita, sehingga tidak bisa dihindari terjadinya feomena "you are what you write" -- kita ini di'nilai' melulu dari apa yang kita tulis saja. Tulisan kita merupakan 'representasi' dari personality kita. Tentu saja ini tidak benar, kita semua tahu, tetapi itulah 'impression' yang terjadi di Internet (in the absence of other means of physical contact). |Terus abis gitu, yang dikatain sama Mas Jaya khan orang batak, kalopun yang |dikatain orang cina, koq yang pusing Andrew? Andrew khan neither batak nor |cina. Emang di AKABRI diajarin supaya suka ngatur-ngatur orang laen, |mangkanya ABRI sukanya ngatur orang laen. Saya baru tau kalo ternyata di |Norwich juga diajarin yang sama dengan di AKABRI. That's wrong .. one doesn't have to be the victim (chinese, jew, or any victimized person) to sense the pain, to feel disgusted by such injustice
Re: Sensitivity against racism
Moko Darjatmoko wrote: Bung Vincent yang sedang 'bingung', Mengulangi apa yang telah saya tulis sebelumnya, kata "tauke" --berdiri sendiri-- memang netral. Tetapi kenyataannya kan kata "tauke" ini tidak berdiri sendiri, tetapi diiringi oleh kata-kata dan kalimat lain yang membentuk konteksnya (kecuali kalau saya telah 'salah' kutip): * Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. * Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Sounds familiar? ... terutama sejak pertengahan Mei tahun lalu? Anda tidak membaca bagaimana posting awal yg saya reply itu. Di posting yang anda cut itu terdapat identitas si pengirim posting. He is NOT an Indonesia chinese. Saya juga sudah jelaskan pada posting berikutnya. Anda cuman mau cari-cari saja nih Memang kita tidak pernah tahu --kecuali si penulis sendiri-- apa persisya yang dimaksud oleh si penulis dalam suatu tulisan. Karena itulah penting sekali untuk berpikir masak-masak sebelum tekan tombol "send." Guy Kawasaki (a Mac Fellow) memberikan cara nge-test yang praktis dalam menulis email: "Read it out loud to your spouse, to your best friend, to your roomate, or even better, to your own mother. If you think it's okay say the words you just wrote on their faces, then it's okay to hit the send button." Kehati-hatian Kawasaki beralasan, ternyata peribahasa kuno "sticks and stones will break my bones, but names will never hurt me" itu tidak selalu benar. It has been known that arsh words hurt or even kill people. Ini menjelaskan mengapa anda jarang kirim posting. Setahun sekali kirim posting untuk menterjemahkan sesuai dengan keinginan anda. Dari penjelasan anda, terkesan bahwa berkomunikasi di milis adalah suatu pekerjaan besar. Tidak heran bila anda memerlukan waktu berbulan- bulan untuk mengirim satu buah posting. Anda akan mencari berbagai referensi dulu, studi perpustakaan, dlsb. Weleh...weleh Milis ini adalah salah satu milis yang paling dinamis justru karena pesertanya mulai meninggalkan berbagai kesungkanan akibat segala aturan yang anda anjurkan itu. Cara men-test email yang anda anjurkan sama sekali tidak praktis. Tidak setiap partisipan milis punya spouse, best friend juga tidak ada di setiap saat di mana kita akan mengirim posting. Buat yg punya boyfriend atau girlfriend jelas nggak akan bersibuk ria dengan menulis email pada saat pacar mereka hadir (rugi amir.). Room-mate punya pekerjaan lain yang lebih penting, dan ibu kita jelas ndak di sini lah...kepriben tho mas.. Wong bule gendeng kurang kerjaan kok dijadikan patokan. Eh, wong Jepang tho? Anda menempatkan milis sebagai BATTLE FIELD, sementara kita sedang berusaha menjadikan milis ini sebagai semacam PAGUYUBAN, di mana para anggotanya dapat berkomunikasi dengan akrab. Nah, silakan lihat acara kumpul-kumpul itu. Sangat jauh sekali filosofi permilisan anda dengan perkembangan permilisan saat ini, terutama milis Permias@. Di sini pertengkaran sering terjadi, tetapi entah mengapa justru makin ramai. Silakan lihat milis lain yang dengan ketat menerapkan segala macam aturan yang anda anjurkan. Sepi oom... Orang Eropa sendiri juga pernah menarik pelajaran [pahit] dari sejarahnya (sekitar Perang Dunia II). Ketika Nazi/Hitler mulai menagkapi orang Yahudi, sebagian besar yang bukan Yahudi 'memalingkan muka', juga negara-negara tetangganya. "it doesn't cocern us ... they're only Jews", sampai akhirnya serdadu Nazi mulai menduduki rumah-rumah mereka (Polandia, Belanda, Perancis, dsb) dan juga menangkapi dan membunuhi mereka dalam kamp konsentrasi. Salah seorang korban yang meninggal di kamp konsentrasi Auschwitz adalah seorang pastor, Martin Niemoller. Dia menulis dalam catatannya, yang kemudian berhasil diselamatkan dan diselundupkan keluar: "In Germany they first came for the communists and I didn't speak up because I wasn't a communist. Then they came for the Jews, and I didn't speak up because I wasn't a Jew. Then they came for the trade unionists, and I didn't speak up because I wasn't a trade unionist. Then they came for the Catholics, and I didn't speak up because I was a Protestant. Then they came for me - and by that time no one was left to speak up." Nah, rupanya anda tidak membacakan posting ini kepada spouse anda, sahabat anda, dan bahkan kepada ibu anda. Ini adalah salah satu ketidak-konsistenan anda. Anda sebutkan Martin Niemoller sebagai pastor, sementara itu di penjelasannya disebutkan dia seorang protestan. Apakah memang terdapat perbedaan definisi di Eropa thd yg di Indonesia? Bila memang di Eropa sebutan pastor juga digunakan untuk pendeta Kristen, maka terdapat perbedaan penggunaan istilah antara di Eropa dan Indonesia. Dan anda membawa konsensus istilah dari suatu tempat ke tempat lain tanpa memberikan suatu warning. Sama dengan saya yang membawa suatu istilah (tauke) yang sudah menjadi milik publik, bukan milik suatu
Re: Sensitivity against racism
Setelah ditunggu-tunggu ternyata tdk ada permintaan maaf dari FNU Brawijaya ttg his racist remark. Email anda telah menunjukkan bahwa anda termasuk golongan pribumi yg racist and not sensitive thd perasaan kaum non-pribumi. Sungguh heran anda berkata anda tdk racist karena anda memaki Patrick yg org Batak (non-Chinese). bagi saya itu kurang ajar dua kali. Mengapa anda memaki org Batak dgn istilah2 and stereotype org Chinese Haruskah anda melakukan itu ?? kenapa tdk memakai istilah Batak ??? Saya duga anda keliru sasaran anda kira Patrick adlh non-pribumi karena tiga hal yg diucapkan Patrick: 1.mampu menggaji karyawan dalm jumlah jutaan (org kaya) 2.ingin 'lari' ke luar negeri 3.membenci rasialisme Bukankah ketiga hal diatas adlh ciri2 khas org-nonpri ??? Saya bergabung dgn Permias list utk mengetahui activitas yg dilakukan mhs2 Indo di US ternyata yg sering saya dapat adlh perang agama and racist remarks or comments. Permias list mencerminkan budaya Indonesia krn anggotanya mhs2 Indonesia. dari list ini pula bisa disimpulkan bahwa budaya org pribumi adlh 'fanatisme agama yg membabi buta' and rasialis. Oleh karena itu saya memutuskan utk sign off karena saya tdk ingin email saya dikotori email2 kotor dari kaum fantisme agama and racist Indonesian. Khusus utk Brawijaya: Org yg menabur padi menuai padi. KAMU telah menabur kevbencian kerana itu KAMU telah and akan menuai kebencian. Untung anda tdk di hadapan saya kalau tdk sudah saya gampar muka KAMU sejak pertama kali KAMU memaki Patrick Darwin Tjowandi Once Chinese forever Chinese
Re: Sensitivity against racism
Dear Rekan Tjowandi, Please do not let yourself go down to the level of uselessness. Prilaku Brawijaya adalah prilaku dia. Bukan prilaku PRIBUMI. Saya kira anda setuju dengan saya sebab anda juga pribumi. Jika anda lahir di bumi no matter which country, maka anda adalah pribumi. Kecuali anda lahir di planet lain maka anda adalah alien. Mari kita hapuskan istilah PRIBUMI dan NON PRIBUMI sebab itu adalah idea penghancur dari Suharto. Dalam masyarakat ada tiga jenis manusia, according to my friend Rey,: 1. First class adalah manusia yang berfikir tentang great ideas and punya great minds. 2. Second class adalah manusia yang berfikir tentang kejadian-kejadian 3. Third class people or small people adalah orang-orang yang membicarakan tentang orang lain. Nah be the first class!!! salam, ida From: Darwin Tjowandi [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Sensitivity against racism Date: Sat, 15 May 1999 14:47:19 -0500 Setelah ditunggu-tunggu ternyata tdk ada permintaan maaf dari FNU Brawijaya ttg his racist remark. Email anda telah menunjukkan bahwa anda termasuk golongan pribumi yg racist and not sensitive thd perasaan kaum non-pribumi. Sungguh heran anda berkata anda tdk racist karena anda memaki Patrick yg org Batak (non-Chinese). bagi saya itu kurang ajar dua kali. Mengapa anda memaki org Batak dgn istilah2 and stereotype org Chinese Haruskah anda melakukan itu ?? kenapa tdk memakai istilah Batak ??? Saya duga anda keliru sasaran anda kira Patrick adlh non-pribumi karena tiga hal yg diucapkan Patrick: 1.mampu menggaji karyawan dalm jumlah jutaan (org kaya) 2.ingin 'lari' ke luar negeri 3.membenci rasialisme Bukankah ketiga hal diatas adlh ciri2 khas org-nonpri ??? Saya bergabung dgn Permias list utk mengetahui activitas yg dilakukan mhs2 Indo di US ternyata yg sering saya dapat adlh perang agama and racist remarks or comments. Permias list mencerminkan budaya Indonesia krn anggotanya mhs2 Indonesia. dari list ini pula bisa disimpulkan bahwa budaya org pribumi adlh 'fanatisme agama yg membabi buta' and rasialis. Oleh karena itu saya memutuskan utk sign off karena saya tdk ingin email saya dikotori email2 kotor dari kaum fantisme agama and racist Indonesian. Khusus utk Brawijaya: Org yg menabur padi menuai padi. KAMU telah menabur kevbencian kerana itu KAMU telah and akan menuai kebencian. Untung anda tdk di hadapan saya kalau tdk sudah saya gampar muka KAMU sejak pertama kali KAMU memaki Patrick Darwin Tjowandi Once Chinese forever Chinese __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com