[ppiindia] aktifitas bersms sudah menjadi ancaman terhadap produktifitas

2006-12-28 Terurut Topik Iwan Wibawa
memperhatikan begitu banyak orang melakukan komunikasi via sma, saya coba 
perhatikan belakangan kegiatan bersms ria cenderung menjadi ancaman terhadap 
produktifitas, saya perhatikan banyak karyawan sibuk ber sms ria (maaf 
khususnya kaum wanita) pada saat jam kerja, dan kalo sudah ber sms hampir tanpa 
henti bersahut sahutan saling reply, sebagian dilakukan dengan mencuri-curi 
waktu.
  yang lebih berbahaya lagi mereka lakukan pada saat berkendara tidak jarang 
sampai terjadi serempetan atau tabrakan, itu terjadi pada beberapa rekan wanita 
saya, yang mobilnya jadi penuh luka serempetan akibat bersms ria saat 
berkendara.
  itu terjadi pula pada diri saya jika saya menerima sms pada saat jam kerja 
kemudian tidak dibalas banyak diantara rekan tersebut yang marah, ada 
kecenderungan bahwa si pengirim sms tidak peduli.
  kalo kita hitung waktu untuk mengetik sms itu adalah 2 menit per sms, setiap 
orang paling tidak membuat sms sebanyak minimal 30 sms perhari berarti ada 
waktu yang terbuang selama 1 jam per orang per hari, jika saja isi sms itu 
adalah hal penting menyangkut bisnis mungkin masih wajar tapi jika isi sms itu 
hanya ngerumpi ria dan hal-hal yang tidak penting, itu menjadi ancaman terhadap 
produktifitas.
   
  salam
  iwan

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Re: Ucapan Untuk Teman

2006-12-28 Terurut Topik Lina Dahlan
Sejarah siapa ? Siapa yang mencatat? Istri resmi bagaimana? Jamannya 
Abraham (as)dahulu itu tidak ada lembaga pernikahan. Sah-sah saja 
kalau mau menikah berapa kalipun krn blm ada aturan. Ismael 
bagaimanapun juga anaknya Abraham (as) se resmi Isaac. Ketika Hagar 
dinikahi Abraham (as), resmilah dia sbg istri. Siapa yang berhak 
memberi label resmi dan tidak resmi? Memangnya dah ada peraturan 
menikah harus satu istri?

Sebagai bahan renungan, Bibel ditulis jauh setelah Yesus wafat dan 
saat penulisan itu sarat dengan syahwat politik para pemimpin, 
sehingga banyak versi. Dengan demikian, ada kemungkinan penulisan 
nama Ismael or Isaacpun (dalam Bibel)penuh dengan syahwat politik.

Dalam kasus comma Johanneum pun para ahli alkitab mengakui adanya 
penambahan ayat (karena disumber tertuanya tak ada ayat A, tp di 
Bibel kini ada ayat A tsb), tapi hal tsb dianggap lumrah selama 
tidak merubah ajaran keimanan. Dengan demikian, ada kemungkinan 
penyisipan tsb dilakukan, karena kelumrahan tsb. 

Kalau mau bukti, seharusnya kita ikut menyelidiki bagaimana sumber2 
tertua Bibel menulis ttg ayat Ismael  Isaac tsb dan bandingkan 
dengan Bibel sekarang. Akan diketahui kapan dimulai penyisipan 
nama Isaac dalam Bibel. Bagaimana bisa kita mengontrol?

salam tahun baru,

--- In ppiindia@yahoogroups.com, ANDREAS MIHARDJA [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Memang kamu korrekt yg dikurbankan menurut ajaran Islam adalah 
Ismael - anak Hagar [only son sewaktu pengurbanan itu oleh 
Abraham/Ibrahim] 
   Isaac adalah anak kedua dari Abraham yg dilahirkan oleh 
Sarah/Sarai. Apakah ini pemalsuan oleh siapa kita tidak dpt tentukan 
atau buktikan dgn pasti -   Biasanya hanya dari isteri yg resmi 
keturunannya dicatat dlm sejarah. Jangan lupa legend ini sewaktu 
terjadi tidak ditulis didalam kitab suku Sumeria waktu itu. Ilmu 
menulis belum dipahami oleh penduduk setempat dan berita ini 
diturunkan secara dongeng.  Secara logic memang Ismael yg harus jadi 
Qurban..
   Ini persoalan siapa yg menjadi keturunan yg resmi dan siapa yg 
bukan memang merupakan handicap untuk agama2 asal middle east ini  - 
Ini terjadi didalam agama kristen dan juga didalam agama Islam..  

   Andreas


   Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ralat dikit,
 Dalam keyakinan Islam (karena ini Idul Adha), yang mau dikorbankan 
 adalah Ismail (as), bukan Isaac.
 
 salam,
 --- In ppiindia@yahoogroups.com, ANDREAS MIHARDJA mihardja@ 
 wrote:
 
  Dari saya - terima kasih banyak dan semoga hari2 raya ini dpt 
 dinikmati oleh semua anggota milis ini dgn damai dan penuh 
 kegembiraan. 
  Untuk yg beragama islam bulan ini juga penting sebab bulan ini 
 juga adalah bulan perayaan ied dul Adha atau hari peringatan 
 persiadaan pengorbanan Isaac oleh Abraham. 
  Andreas
  
  
  Listy listy@ wrote:
  
  Teruntuk teman-teman, pak RMDH, Mang Ucup, pak Andreas Mihardja, 
 bung Bobby, bung Jimmy O, Clara [kemana nih? lama gak muncul], 
bung 
 Rudy [yang ini juga.. kemana aja? :)], pak Yohanis Komboi, bung 
 Harry Adinegara, mas BUD'S, dan teman2 yg belum tertulis namanya, 
 yang merayakan Natal, ijinkan, saya turut mengucapkan,
  
  SELAMAT NATAL 2006
  dan
  SELAMAT TAHUN BARU 2007
  
  semoga kebaikan2 serta kemudahan2 yang banyak selalu berada di 
 sekitar kita.. 
  semoga kita selalu berada diantara orang2 yang kita sayangi dan 
 yang menyayangi kita.. amiin..
  
  wassalam,
  
  
  
  
  
  
  [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 
  
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[ppiindia] Re: Uang Negara Rp3,2 Triliun Terancam Tak Kembali

2006-12-28 Terurut Topik A Nizami
Mungkin pemerintah harus belajar kepada Debt Collector
atau penagih hutang.

Para pengemplang hutang negara itu kan kaya-kaya.
Mereka punya uang, tabungan, rumah dan mobil mewah.
Nah kenapa pemerintah tidak menyita harta mereka yang
terlihat dengan jelas?

Apa pemerintah butuh Sherlock Holmes untuk menyelidiki
di mana harta mereka?

--- In ekonomi-nasional@yahoogroups.com, IrwanK
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bapak/Ibu Ekonom yang terhormat, bagaimana ini? :-(
 Ini kan salah satu biang kerok beban APBN kita sejak
reformasi kemarin?
 
 CMIIW..
 
 Wassalam,
 
 Irwan.K
 
 --
 
  *RIAU POS
 Senin 25 Desember 2006 *
 **
 **
 
 *
 *
 *Uang Negara Rp3,2 Triliun Terancam Tak Kembali *
 **
 
 *JAKARTA (RP)- Ekonom mengkritik keras mekanisme
penyelesaian utang BLBI
 (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) dengan menagih
utang para obligor
 melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).
Langkah itu dinilai tidak
 efektif dan uang negara Rp3,2 triliun pun terancam
tidak bisa kembali.
 
 Ekonom Indef (Institute for Development of Economics
and Finance) Aviliani
 mengatakan, letak permasalahan adalah tempat aset
yang sebagian besar berada
 di luar negeri.  Menyita harta, kalau di dalam, 
dari dulu sudah disita.
 Persoalannya, aset itu nggak ada di dalam negeri.
Kita kan tidak bisa
 menyita di negara lain, ungkapnya.
 
 Tak mudah menyita aset di luar negeri. Meskipun
selama tiga tahun Pusat
 Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
sudah melakukan banyak
 terobosan, tetap saja hasilnya tidak maksimal.
Apalagi beberapa negara
 –terutama Singapura– yang  menjadi transit dana para
obligor nakal  justru
 memberikan proteksi kepada mereka.
 
 Aviliani mengatakan, tidak mudah menyelesaikan
masalah BLBI itu. Misalnya
 para obligor dijerat secara hukum, belum tentu
dananya bisa kembali. Sebab,
 diperlukan izin dari negara tempat menyimpan uang
yang dikemplang para
 obligor BLBI itu.
 
 ''Ini rumit. Kita selalu setengah-setengah dan tidak
menyelesaikan kasus
 BLBI secara tuntas. Perkara dibuka, di-SP3, kemudian
dibuka lagi. Yang
 terjadi justru ada pemerasan kalau tidak
diselesaikan secara keseluruhan,
 tambahnya.
 
 Pemerasan tersebut bisa dilakukan oleh pihak-pihak
yang berjanji mengamankan
 para obligor dengan syarat memberikan sejumlah dana
kepada mereka.
 
 Untuk menyelesaikan masalah BLBI sekaligus
memperbaiki kondisi perekonomian
 negara, pemerintah ditantang untuk berani
mengeluarkan kebijakan cut off
 secara hukum. Yang penting dana masuk dan
perekonomian kembali berjalan.
 Masa lalu toh tidak bisa diapa-apakan, tambahnya.
 
 Alasan yang bisa dipakai adalah sistem ekonomi
negara yang ambruk
 pascakrisis moneter di Indonesia yang menjadikan
sebagian para obligor urung
 melunasi utangnya. Kalau memang ada unsur
kejahatan, itu masalah lain,
 tambahnya.
 
 Uang pengembalian BLBI tersebut bisa dilakukan untuk
menggerakan roda
 perekonomian yang relatif stagnan. Tidak seperti
sekarang, kita harus
 ngemis-ngemis untuk mendapatkan investasi, tambah
Aviliani.
 
 Setelah uang masuk, pemerintah juga harus
memperbaiki sistem perbankan.
 Kesalahan masa lalu kan tidak lepas dari kebijakan
pemerintah yang
 menfasilitasi para obligor, tambahnya.
 
 Sementara itu, Lydia Muchtar, salah seorang debitor
BLBI dari Bank Tamara,
 mengaku bergembira karena pemerintah memberikan
berbagai fasilitas dalam
 penyelesaian utang. Termasuk, penagihan kepada para
debitor melalui Panitia
 Urusan Piutang Negara (PUPN). ''Ya, kami berharap
(mekanisme) itu dapat
 mempercepat penyelesaian kewajiban BLBI,'' kata
Lydia saat dihubungi dari
 Jakarta. Selama penyelesaian kewajiban BLBI, Lydia
berada di Singapura dan
 menyerahkan penyelesaian melalui pengacaranya,
Marten Pongrekun.
 
 Selebihnya, Lydia menolak berkomentar terkait agenda
penyelesaian kewajiban
 BLBI-nya di Depkeu. ''Saya nggak dapat menjelaskan
lagi, silakan tanya ke
 pengacara saya,'' kata Lydia. Marten Pongrekun
hingga berita ini ditulis
 belum dapat dihubungi.
 
 Sebelumnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan
keringanan dalam penyelesaian
 kewajiban delapan debitor BLBI. Yakni, menyerahkan
penagihan kewajiban
 mereka melalui PUPN.
 
 Ini dilakukan jika para debitor yang mendapatkan
fasilitas deponering
 (pengabaian perkara hukum) belum membayar kewajiban
hingga deadline 31
 Desember 2006.  Kejaksaan dan kepolisian akan tetap
mengkaji proses
 pidananya.
 
 Keputusannya akan ditagih terus oleh negara. Kalau
perlu dengan PUPN.
 Sedangkan kejaksaan dan kepolisian tetap akan
mengkaji aspek pidananya,
 kata Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh usai rapat Tim
PKPS di Kantor Pusat
 Depkeu, beberapa waktu lalu. Dia menegaskan beberapa
obligor telah diperiksa
 dan tetap harus menyelesaikan kewajiban sesuai pola
yang disepakati
 .(ein/agm/jpnn)*
 
 
 [Non-text portions of this message have been
removed]



===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id

__
Do You Yahoo!?
Tired of 

[ppiindia] Happiness and Economics

2006-12-28 Terurut Topik sidqy suyitno
Happiness and economics
Economics discovers its feelings
Dec 19th 2006 From The Economist print edition 
http://www.economist.com/finance/displaystory.cfm?story_id=8401269 
 
Not quite as dismal as it was
ECONOMICS is “not a ‘gay science’,” wrote Thomas Carlyle in 1849. No, it is “a 
dreary, desolate, and indeed quite abject and distressing one; what we might 
call, by way of eminence, the dismal science.”
Carlyle was a fine one to talk. He was a brooding curmudgeon who thundered 
against industry, progress and the young science that sought to explain them. 
He found economists dismal not for the obvious reasons, such as their dry 
arithmetic or their gloomy preoccupation with scarcity and subsistence. 
Instead, he took against them because they were so wedded to the idea of 
happiness.
The economists of his day took their cue from Jeremy Bentham and his 
“utilitarian” philosophy. They calculated happiness, or utility, as the sum of 
good feelings minus bad, and argued that the pursuit of pleasure and the 
avoidance of pain were the sole springs of human action. One even looked 
forward to the invention of a hedonimeter, a “psychophysical machine” that 
would record the ups and downs of a man’s feelings just as a thermometer might 
plot his temperature. Such people, Carlyle complained, fancied that man was a 
“dead Iron-Balance for weighing Pains and Pleasures on”.
The hedonimeter was never invented, and for a century or so economists fell 
silent about both weights on man’s scales. They studied outward behaviour, not 
inward feelings; choices made, not pleasures taken. But in recent years, 
economists have become newly confident that they can measure utility as Bentham 
conceived it: as a quantum of pleasure or pain. 
How do they do it? Mostly they just ask people. Daniel Kahneman, a psychologist 
at Princeton University who won the Nobel prize for economics in 2002, reckons 
people are not as mysterious as less nosy economists supposed. “The view that 
hedonic states cannot be measured because they are private events is widely 
held but incorrect,” he and his colleagues argue. Generally, people can say how 
they feel at a given moment, on a scale of zero to ten.
And if this smacks of hearsay not science, the new “hedonimetrists” can appeal 
to other kinds of evidence, better calculated to impress. They can look into 
people’s eyes; or better still, their brains. People who confess to feeling 
happy also grin more than others. And they mean it: they smile with their eyes 
(a contraction of the orbicularis oculi facial muscles), not just their mouths. 
People’s self-reports also tally roughly with what electrodes planted on their 
scalp reveal about the frequency and voltage of electrical waves in their left 
forebrain, which sparks up when they are feeling good.
Mr Kahneman’s most notorious experiment took place in a Toronto hospital over a 
decade ago. He and a colleague asked patients undergoing a colonoscopy (in 
which a probe is passed up the rectum) to report their level of discomfort 
minute by minute. Later, they were asked how they felt about the procedure in 
retrospect. Their answers were surprising. The test left a worse impression on 
patient A, for whom it lasted less than ten minutes, than on patient B, who 
suffered for 24 minutes. Patients’ recollections were heavily coloured by the 
procedure’s worst moment and its last moment. The duration of the pain did not 
seem to make much difference. Patients were happier about a colonoscopy that 
lasted longer but ended better. 
Fallible memories
Mr Kahneman, who is not shy of extrapolation, thinks people often choose to 
repeat experiences that seem better in retrospect than they did at the time. 
Contrary to Bentham, the “sovereign masters that determine what people will do 
are not pleasure and pain, but fallible memories of pleasure and pain.”
If people are bad at recalling their feelings, they are worse at predicting 
them. They fail to anticipate how a person feels after moving to a new city, 
losing a limb or winning a jackpot. Prisoners imagine that solitary confinement 
will be worse than it really is; mothers-to-be think the pain of childbirth 
will be more bearable than it typically proves to be. And it is not just 
unusual events that trip people up. According to Mr Kahneman, people struggle 
to predict how their appetite for ice-cream, low-fat yogurt or music might 
change in the course of a week of enjoying them. If man is an iron-balance that 
weigh pains and pleasures, the scales are sadly askew.
As a result, many economists now ignore one of the discipline’s dreariest 
maxims: de gustibus non est disputandum, one does not quarrel over tastes. 
Robert Frank begins his 1999 book “Luxury Fever” with a long, incredulous 
description of the Viking-Frontgate Professional Grill, a barbecuer’s folly, 
sporting infra-red rotisserie, rangetop burners and brass trimmings. Such 
purchases would once have gone unquestioned by economists. The 

[ppiindia] gumam kembara [108] rel anyer-panarukan

2006-12-28 Terurut Topik sangumang kusni
Gumam Kembara 
   
   
  108. REL ANYER-PANARUKAN
   
   
  masih terlalu pendek rel anyer-panarukan. ini bisa kupastikan 
  jika ingin mengukur jauh-jalan kembara enggang 
  manis-pahit langit bumi mengajarku makna cinta dan bagaimana mencintai
  topan laut topan gunung mengaduk hutan membimbingku bangkit dari kejatuhan
  sementara kehilangan demi kehilangan melukai kenang 
  darah parutnya kujadikan cat melukis kanvas impian kujaga nyalanya
   
   
  desember mengakhiri tahun seperti satu stasiun 
  darimana kereta berangkat kembali paralel dengan gerak roda keabadian
  bulan dan bulan adalah tatanan mengatur nalar memudahkan perhitungan
  agar kita tak menjadi keledai tapi mencoba menjadi manusia maksimal
  kereta dan stasiun. ini bisa kupastikan
  terlalu tak imbang membandingkan kembaraku 
  sejak tahun dahulu indonesia kutinggal 
   
   
  kau pun enggan membicarakannya, bukan? takut  pada bayangan keganasan
  berlindung pada legalitas cermin pertarungan dahsyat tak kunjung reda
  sejenak bisa menyelubung hakekat. sejenak saja mungkin  setengah abad
  akupun sudah tak ada.sementara masa silam itu masih menuba udara negeri 
  tahun kelak dan kelak lagi, hitam dan putih peristiwa akan tergelar di 
matahari
  yang kemudian menyebut nama-nama, tingkat dan jenis kemanusiaan kita
  kau mungkin sudah tak ada
   
   
  ketakutan membuat kita kerdil ingkar diri 
  surut ke belakang tak terbela selaksa teori akademisi yang juga diuji
  katingan dan mentaya -- sungai-sungai pengasuh 
  arusmu mengajarku  bagaimana mencintai  memburu muara
  kupastikan rel anyer-panarukan tak sebanding lika-liku jalan kembara
  -- tidakkah ini bukti indonesia dan republik masih jauh di mata?!
   
   
  ala icé
  ala dué
  ala telo*]
  kupanggil roh-roh suci 
  hadir kembali 
  kupanggil indonesia
  kuserukan republik
  bangkit
  menghalau segala munafik
  kepicikan dan khianat
  menuba angkasa
   
   
  ala icé 
  ala dué
  ala telo
  kutabur beras kuning
  garam berabu
  kutabur beras merah 
  ke segala penjuru
  kutabur juga di rel ini
  rel anyer-panarukan
  kupanggil roh yogya 
  dan pulau-pulau 
  kuminta mereka kembali
   
   
  ala icé
  ala dué 
  ala telo
  kutabur beras merah kuning garam berabu
  menyerukan kebangkitan menyulut cahaya**]
   
   
  Paris, Desember 2006.
  -
  JJ. Kusni
   
  Catatan:
  *]. kata-kata pembukaan upacara mantera orang Dayak Katingan ketika 
berhubungan dengan roh nenek moyang mereka.  
  **] varian dari puisi lisan [sansana kayau] Dayak Katingan panutung 
matanandau pambelum, penyulut matahari kehidupan, mangalasut hambaruan, 
menghangatkan jiwa.

 Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Re: Duniaku, Dunia Wayang (untuk kang Anam)

2006-12-28 Terurut Topik muallimku
Mas anam, saya nggak meng arab kan wayang, coba sampeyan baca 
naskahnya, bahwa saya pernah mendengar ucapan seperti itu? bukan 
kemudian saya arabkan, apa hal itu salah menurut sampeyan? jika 
salah gimana yang benarnya?mas sampeyan juga bilang saya tidak 
jujur, bagi saya itu terserah sampeyan, tapi kalau bisa berikan 
dasar sampeyan atas tuduhan sampeyan itu?

Sesuatu itu akan indah ketika kita larut didalamnya, membaca qur'an 
saja kalau kita bisa larut akan semakin indah, sholat kalau laut 
akan indah, bersedkah kalau larut akan indah, begitu pula menulis 
kalau larut akan indah, itu menurut saya.

mas saya tidak ingin menjadi wayang yang di mainkan dalang, saya 
cuma pengen seperti wayang yang dekat dengan dalang, yang akan 
bergerak dan bisa tampil ditengah medan, bukan hanya menjadi 
pajangan seperti kebnyakan wayang.

mas kalau sampeyan pengen saya menjadi dalang, namun saya takut 
nanti sampeyan yng jadi wayangnya, biarlah saya dan sampeyan tetap 
menjadi wayang dan kita bisa dialog, sebab kalau saya jadi dalang 
tak mungkin sampeyan bisa berdialog dangan saya, dan kalau pun bisa 
and akan dianggap gila, sebab dalang tak akan keliahatan.


--- In ppiindia@yahoogroups.com, kh anam [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kukira Anda berbicara hal baru mengenai dunia wayang. Ternyata 
anda sama
 seperti orang-orang. 1)Masih butuh untuk meng-Arab-kan istilah-
istilah untuk
 sekedar mendapat hikmah atau berefleksi. Anda tidak jujur. 2)
Terlalu larut
 dalam romantisisme dakwah walisongo dan keenakan sampai
 bermimpi-mimpi sehingga lupa bahwa saat ini pentas wayang sudah 
tiada lagi.
 Yang ada adalah semacam pentas sinetron dan infotainment. 3)Kenapa 
Anda
 selalu ingin jadi wayang yang selalu dimain-mainkan oleh dalang. 
Mbok yoho
 sekali-kali anda memerankan diri sebagai dalangnya, atau minimal 
menjadi
 penanggap wayang yang bisa membisikkan kata-kata slintutan 
kepada sang
 dalang. Ah... terserah. Yang pasti, cerita wayang yang dulu-dulu 
itu
 membosankan. Kalau memang pentas wayang masih diadakan, menjadilah 
wayang
 yang mampu menuliskan sendiri ceritanya untuk kemudian dimainkan 
sang
 dalang. Sang dalang memang tidak pernah tidur, tapi dia sering 
kehabisan
 cerita sehingga monoton, tidak menarik. Dasar wayang...!
 
 On 12/24/06, muhammad muallim [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
Duniaku, Dunia Wayang
  Oleh : Mochammad Moealliem
 
  Petruk, Bagong, Nakulo, Semar dan nama-nama tokoh khayalan yang 
lain, yang
  tak pernah penulis paham ketika sang dalang menggerak-gerikkan 
lempengan
  kulit yang dibentuk gambar manusia dari berbagai macam bentuk, 
sambil
  berbicara sendirian sang dalang terus berdialog dengan dirinya 
sendiri,
  kadang dia bersuara lembut dan sopan, kadang juga bersuara 
lantang dan
  kasar, kadang dia juga mengeluarkan kata-kata mutiara, kadang 
juga membikin
  humor, dan humor inilah hal yang sangat mudah difahami oleh 
semua orang,
  termasuk saya ikut tertawa ketika dagelan sudah dimulai.
 
  Penulis pernah mendengar, ungkapan dalam bahasa arab, fatruk ma 
bagho
  nala samirina,  hampir mirip dengan tokoh wayang yang saya 
sebut diatas,
  petruk, bagong, nakulo, dan semar. Ketika hal itu diterjemahkan 
menjadi
  tinggalkan sesuatu yang durhaka maka engkau akan mendapatkan 
kawan yang
  baik. Secara pasti penulis kurang tahu tentang wayang dan 
sejarah
  munculnya, namun setidaknya penulis mengenal beberapa tokoh 
wayang, Petruk
  misalnya, dalam masa awal saya belajar bahasa arab, ada gambar 
petruk,
  hidungnya panjang tapi tidak terus memanjang seperti hidung 
pinokio, lencir
  kuru, rambutnya seperti antena radio. Juga semar orangnya gede, 
wajahnya
  menghadap keatas namun tangannya menunjuk-nunjuk tanah, dan 
tangan yang
  satunya ditaruh diatas punggung, cara berjalannya agak jongkok 
seperti
  ibu-ibu jawa yang sedang menyapu halaman rumahnya.
 




[ppiindia] [POETRY] PEKIK GAGAK HITAM

2006-12-28 Terurut Topik LEONOWENS SP
PEKIK GAGAK HITAM
   
  Bulan beranjak meradu di pegunungan.
  Gagak hitam memekik dihamparan bangkai.
  Menunggu mentari mendelik cahayanya di awang.
   
  2006, Leonowens SP

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [ppiindia] aktifitas bersms sudah menjadi ancaman terhadap produktifitas

2006-12-28 Terurut Topik Ari Condro
kalo saya biasa tuh, ndak langsung balas sms kalo lagi sibuk.  kalo dah ada
waktu luang dan udah punya jawaban baru deh, dibalas.

kalo jam kerja, orang ngerti dong.  kalo emang perlu banget dia kan bisa
nelpon, atau minimal miscall dulu kalo ndak ada pulsa buat bicara, jadi bisa
ditelpon balik.

On 12/28/06, Iwan Wibawa [EMAIL PROTECTED] wrote:

   memperhatikan begitu banyak orang melakukan komunikasi via sma, saya
 coba perhatikan belakangan kegiatan bersms ria cenderung menjadi ancaman
 terhadap produktifitas, saya perhatikan banyak karyawan sibuk ber sms ria
 (maaf khususnya kaum wanita) pada saat jam kerja, dan kalo sudah ber sms
 hampir tanpa henti bersahut sahutan saling reply, sebagian dilakukan dengan
 mencuri-curi waktu.
 yang lebih berbahaya lagi mereka lakukan pada saat berkendara tidak jarang
 sampai terjadi serempetan atau tabrakan, itu terjadi pada beberapa rekan
 wanita saya, yang mobilnya jadi penuh luka serempetan akibat bersms ria saat
 berkendara.
 itu terjadi pula pada diri saya jika saya menerima sms pada saat jam kerja
 kemudian tidak dibalas banyak diantara rekan tersebut yang marah, ada
 kecenderungan bahwa si pengirim sms tidak peduli.
 kalo kita hitung waktu untuk mengetik sms itu adalah 2 menit per sms,
 setiap orang paling tidak membuat sms sebanyak minimal 30 sms perhari
 berarti ada waktu yang terbuang selama 1 jam per orang per hari, jika saja
 isi sms itu adalah hal penting menyangkut bisnis mungkin masih wajar tapi
 jika isi sms itu hanya ngerumpi ria dan hal-hal yang tidak penting, itu
 menjadi ancaman terhadap produktifitas.

 salam
 iwan

 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com

 [Non-text portions of this message have been removed]

  



[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] surat kembang kemuning: la rentrée littérai re januari 2007

2006-12-28 Terurut Topik sangumang kusni
Surat Kembang Kemuning: 
   
  LA RENTREE LITTERAIRE BULAN JANUARI 2007
   
   
  Adalah suatu kebiasaan di Perancis, untuk menyertai orang-orang yang 
berangkat berlibur panjang, harian-harian nasional menyediakan ruangan sastra 
berbentuk puisi, reportase, cerpen dan roman atau novel. Sedangkan 
penerbit-penerbit, menerbitkan buku-buku saku [pocket books size], dengan harga 
sangat murah, sebagai sangu berlibur mereka. Sastra, di negeri ini, bisa 
dikatakan,  sudah merupakan keperluan hidup. Makanan keseharian jiwa dan 
pikiran warganegara. Maka bukanlah kebetulan,  apabila kita melihat 
gelandangan yang tidur di emper-emper gedung kota, di sampingnya ada tumpukan 
buku dan se gelandangan mengantar tidurnya dengan membaca roman atau novel. 
Tidak mengherankan pula, apabila di place [halaman taman] para gelandangan 
menjual buku-buku roman atau novel terpilih yang disumbangkan kepada mereka 
oleh orang-orang tak dikenal [les inconnu/es] sebagai ujud solidaritas sosial.
   
  Sehubungan dengan ini, kukira, adalah hal menarik cerita seorang insinyur 
Perancis yang pernah turut bekerja membangun Jatiluhur. Insinyur ini nikah 
dengan seorang perempuan desa Pasundan. Pada suatu hari, ia datang ke 
Indonesia, dan menanyakan apakah ia kenal dengan Pramoedya A. Toer. 
Keponakannya yang baru belajar di SMU menggelengkan kepala. Sang insinyur 
menanyakan soal-soal sastra Indonesia kepada keponakannya, yang membuat si 
keponakan terbingung-bingung. Bagaimana mungkin kau memahami sejarah dan 
keadaan masyarakat Indonesia, jika kau tidak membaca karya-karya sastra? tanya 
sang insinyur.  Sejarah dan keadaan masyarakat kan soal politik, Oom, jawab 
si keponakan. Sang insinyur menjelaskan kepada keponakan Indonesianya bagaimana 
sastra dipelajari sejak usia dini di  Perancis. Untuk mengenal sejarah dan 
perkembangan  masyarakat Perancis  di Perancis adalah suatu keniscayaan bagi 
para siswa membaca Honoré de Balzac, Victor Hugo, Emile Zola, Flaubert, Sartre, 
dan
 lain-lain  Akhirnya tanpa banyak cingcong lagi, si paman Perancis, 
mengajak keponakannya ke tokobuku dan memborong buku-buku sastra, terutama 
karya-karya Pramoedya. Kau harus baca ini semua, ujar sang paman. 
   
  Dari cerita insinyur dan keponakannya ini, yang kutangkap adalah adanya 
masalah dalam pengajaran sastra serta pemahaman dominan tentang sastra itu 
sendiri.  Sastra dipandang sebagai sesuatu yang tak ada tautannya dengan 
soal-soal kemasyarakatan -- apalagi yang disebut politik. Apakah pengertian 
dominan begini, berkaitan dengan politik depolitisasi selama ini, ataukah   
berhubungan dengan konsep yang dinamakan sastra.  Atau kedua-duanya. Sedangkan 
di negeri ini, di Perancis, dibentuk oleh sejarahnya, sastra nampak benar 
menjadi suatu keperluan yang tak bisa tidak ada.  Hampir tak ada terusan tivi 
yang tidak mempunyai ruangan apresiasi sastra dan buku. Acara-acara kuiz pun, 
tidak sedikit yang dihubungkan dengan soal pemeliharaan bahasa dan sastra.  Di 
dalam siaran-siaran inilah buku-buku dibahas bersama para pengarangnya. 
Diperdebatkan. Dituturkan proses penulisannya. Sehingga dengan mengikuti 
siaran-siaran tersebut, pemirsa ditingkatkan apresiasi sastra mereka.  Dampak
 ekonomi dari siaran-siaran ini adalah menjadi lakunya karya-karya tersebut 
sehingga pengarang dapat hidup dari royalties dan bisa menjadi pengarang 
profesional: hidup dari karya-karyanya.  Adanya apresiasi sastra-seni yang 
tidak rendah begini, ditunjang oleh cara pengajaran sastra di sekolah-sekolah 
dan daya beli yang padan, telah membentuk basis sosial yang menunjang kehidupan 
sastra. Dengan basis sosial sastra yang begini, maka di negeri ini, penulis  
[l'écrivain] mempunyai  kedudukan terhormat. Dihargai. Pada zamannya: Jean-Paul 
Sartre dipandang sebagai jiwa Perancis. Aimé Cesaire, disebut sebagai jiwa 
rakyat Guadaloupe dan Martinique. Sebagai jiwa rakyat tentu saja 
penulis-penulis itu mempunyai pengaruh dalam masyarakat dan dihitung oleh siapa 
pun. Termasuk pemerintah. Aimé Cesaire, misalnya mampu menghalang kedatangan 
menteri dalam negeri Sarkozy ke Gualoupe dan Martinique, ketika pemerintah 
Paris mencoba membuat undang-undang yang mengatakan kolonialisme berjasa.
  
   
  Guna memacu kegiatan tulis-menulis, berbagai hadiah diberikan, seperti Hadiah 
L'Académie Goncourt [Prix Gouncourt], l'Académie Française, Prix Femina, Prix 
de Medici, dan lain-lain... Hadiah-hadiah ini selain memacu kreativitas dan 
punya arti ekonomi, ia pun langsung tidak langsung berperan dalam menciptakan 
ukuran nilai karya. Karena masing-masing membuat patokan yang tidak sama dan 
ditetapkan secara sadar. Prix Goncourt, misalnya, mempunyai patokan bahwa 
melalui hadiah simbolik, ia bermaksud mengorbitkan   penulis-penulis baru ke  
dunia sastra Perancis. Untuk tahun 2006, l'Académie Goncourt mengorbit Paule 
Constant dengan karyanya  La Bête à chagrin. 
   
  Basis sosial kehidupan sastra begini pula, telah memungkinkan produksi karya 
dan penerbitan-penerbitannya 

[ppiindia] Detik com :MTA Solo Putuskan Salad Id 30 Desember

2006-12-28 Terurut Topik aris solikhah
Assalamu'alaikum wr wb

Insya Allah, saya  memilih hari raya Idul Adha esok
(Sabtu), saya haturkan selamat Hari Raya Idul Adha
1427 H. Begitu pula untuk saudara-saudari lain yang
berhari raya minggu saya ucapkan Hari Raya Idul Adha. 

Semoga  suatu saat Insya Allah, Allah akan menyatukan
waktu perayaan hari raya   bersama-sama.

http://www.detiknews.com/

Majelis Tafsir Alquran Putuskan Salat Id 30 Desember
Muchus Budi R. - detikcom


Solo - Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang berpusat di
Solo memutuskan akan menjalankan salat Idul Adha pada
Sabtu 30 Desember 2006 besok. Alasannya, pelaksanaan
salat Idul Adha berhubungan langsung dengan
pelaksanaan ibadah haji di Makkah.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum MTA Ustad
Achmad Sukina kepada detikcom, Jumat (29/12/2006).

Keputusan ini berbeda dengan pemerintah Indonesia yang
menetapkan salat Idul Adha dilakukan pada Minggu 31
Desember.

Sukina menjelaskan, berbagai latar belakang tuntunan
pelaksanaan salat Idul Adha itu berhubungan langsung
dengan pelaksanaan ibadah haji.

Bersamaan ketika para jamaah haji melaksanakan wukuf,
maka umat muslim yang sedang tidak berhaji disunahkan
untuk berpuasa. Ketika para jamaah haji berkumpul di
Arafah, maka umat muslim yang tidak berhaji disunahkan
menjalankan salat Idul Adha. Hadits Nabi Muhammad SAW
mengatakan demikian, paparnya.

Dengan alasan itulah, maka pada hari Sabtu besok semua
anggota MTA di seluruh Indonesia diserukan untuk
melaksanakan salat sunah Idul Adha. Untuk ribuan
anggotanya yang berada di Solo dan sekitarnya, MTA
akan memusatkan pelaksanaannya di Stadion Mahanan,
Solo.

Untuk para anggota di luar Surakarta dianjurkan
bergabung dengan umat Islam setempat yang juga
melaksanakan salat Idul Adha pada hari Sabtu. Namun
jika warga muslim setempat tidak ada yang
menjalankannya pada hari Sabtu, maka para anggota MTA
dianjurkan mengadakan salat Idul Adha sendiri di
kantor MTA setempat.

Ketika ditanya berapa jumlah anggota MTA di seluruh
Indonesia saat ini, Achmad Sukina mengaku tidak hapal
hitungan pastinya. Namun dia berani memastikan, jumlah
anggotanya mencapai lebih dari 100 ribu orang, dengan
jumlah terbanyak di wilayah Surakarta yang mencapai
puluhan ribu orang.

Meskipun ada kecenderungan untuk juga menjalankan
salat Idul Adha pada hari Sabtu, namun Pesantren
Al-Mukmin Ngruki hingga pagi ini belum mengambil
keputusan resmi. Staf Humas Al-Mukmin, Syaifuddin
Zuhri, mengatakan, keputusan baru akan diambil seusai
salat Jumat nanti.

Ketika terjadi perbedaan waktu pelaksanaan salat Idul
Adha beberapa tahun lalu, Al-Mukmin Ngruki juga
memutuskan untuk melaksanakannya berpedoman pada
pelaksanaan haji di Makkah. Syaifuddin menjelaskan,
memang waktu pelaksanaan salat Idul Adha tidak bisa
dipisahkan dengan waktu pelaksanaan haji.

Sudah banyak kalangan muslim berbagai kota dan
pesantren menghubungi kami untuk menanyakan waktu
pelaksanaaan salat Idul Adha tahun ini. Kami belum
bisa memberikan kepastian. Kecenderungannya mungkin
dilaksanakan Sabtu besok, namun keputusan resminya
baru akan diambil siang nanti, ujar Syaifuddin.
(mbr/sss)


http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=277057kat_id=23
HTI Melihat Umat Islam sudah Kehilangan Jati Diri


Jakarta-RoL--Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melihat
bahwa umat Islam dewasa ini telah kehilangan jati
diri, karena terbentur dengan urusan `ubudiyah yang
semestinya mudah diselesaikan malah menjadi sulit dan
cendrung menimbulkan perpecahan. 

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir
Indonesia, sewaktu dihubungan lewat telefon di
Jakarta, Kamis, mengatakan cukup aneh sekarang ini
terjadi dikalangan umat Islam karena persoalan
penetapkan hari-hari ibadah, seperti Hari Arafah, Idul
Adha, juga awal dan akhir Ramadhan menjadi masalah. 

Setelah runtuhnya khilafah Utsmani pada 1924 memang
tidak ada lagi yang memimpin umat Islam se dunia. Umat
terpecah belah ke dalam lebih dari 50 negara yang
bergerak berdasarkan dan demi kepentingan negara
masing-masing dan sampa-sampai penetapan hari-hari
ibadahpun menjadi masalah besar. 

Banyak umat yang bingung dan bertanya-tanya bagaimana
mereka harus bersikap. Bila ingin puasa hari Arafah,
kapan harus dilakukan. Apakah Jumat 29 Desember sesuai
dengan hari ketika jamaah haji sedang melakukan wukuf
di Arafah atau Sabtu 30 Desember sesuai dengan
ketentuan pemerintah Indonesia. 

Berdasarkan kenyataan ini, Hizbut Tahrir Indonesia
mengatakan bahwa bila umat Islam meyakini bahwa pilar
dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah,
sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika
jamaah hai di tanah suci sedang melakukan wukuf di
Arafah susuai dengan sunnah Rasul SAW. 

Semestinya umat Islam di seluruh dunia tanpa
terkecuali mereka berada di Indonesia harus menjadikan
penentuan hari Arafah di tanah suci sebagai pedoman.
Dan jangan berjalan sendiri-sendiri seperti sekarang
ini, ujarnya. 

Apalagi Nabi Muhammad SAW juga telah menegaskan
masalah tersebut, tegasnya. 

Berdasarkan ketentutan ru`yat global dibantu dengan
kemajuan 

Re: [ppiindia] Detik com :MTA Solo Putuskan Salad Id 30 Desember

2006-12-28 Terurut Topik Ari Condro
ya ya ya, jamaah politik, dipersilakan lewat.  jgn lupa bagi bagi potong
kambiang nya :D


On 12/29/06, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Assalamu'alaikum wr wb

 Insya Allah, saya memilih hari raya Idul Adha esok
 (Sabtu), saya haturkan selamat Hari Raya Idul Adha
 1427 H. Begitu pula untuk saudara-saudari lain yang
 berhari raya minggu saya ucapkan Hari Raya Idul Adha.

 Semoga suatu saat Insya Allah, Allah akan menyatukan
 waktu perayaan hari raya bersama-sama.

 http://www.detiknews.com/

 Majelis Tafsir Alquran Putuskan Salat Id 30 Desember
 Muchus Budi R. - detikcom

 Solo - Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang berpusat di
 Solo memutuskan akan menjalankan salat Idul Adha pada
 Sabtu 30 Desember 2006 besok. Alasannya, pelaksanaan
 salat Idul Adha berhubungan langsung dengan
 pelaksanaan ibadah haji di Makkah.

 Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum MTA Ustad
 Achmad Sukina kepada detikcom, Jumat (29/12/2006).

 Keputusan ini berbeda dengan pemerintah Indonesia yang
 menetapkan salat Idul Adha dilakukan pada Minggu 31
 Desember.

 Sukina menjelaskan, berbagai latar belakang tuntunan
 pelaksanaan salat Idul Adha itu berhubungan langsung
 dengan pelaksanaan ibadah haji.

 Bersamaan ketika para jamaah haji melaksanakan wukuf,
 maka umat muslim yang sedang tidak berhaji disunahkan
 untuk berpuasa. Ketika para jamaah haji berkumpul di
 Arafah, maka umat muslim yang tidak berhaji disunahkan
 menjalankan salat Idul Adha. Hadits Nabi Muhammad SAW
 mengatakan demikian, paparnya.

 Dengan alasan itulah, maka pada hari Sabtu besok semua
 anggota MTA di seluruh Indonesia diserukan untuk
 melaksanakan salat sunah Idul Adha. Untuk ribuan
 anggotanya yang berada di Solo dan sekitarnya, MTA
 akan memusatkan pelaksanaannya di Stadion Mahanan,
 Solo.

 Untuk para anggota di luar Surakarta dianjurkan
 bergabung dengan umat Islam setempat yang juga
 melaksanakan salat Idul Adha pada hari Sabtu. Namun
 jika warga muslim setempat tidak ada yang
 menjalankannya pada hari Sabtu, maka para anggota MTA
 dianjurkan mengadakan salat Idul Adha sendiri di
 kantor MTA setempat.

 Ketika ditanya berapa jumlah anggota MTA di seluruh
 Indonesia saat ini, Achmad Sukina mengaku tidak hapal
 hitungan pastinya. Namun dia berani memastikan, jumlah
 anggotanya mencapai lebih dari 100 ribu orang, dengan
 jumlah terbanyak di wilayah Surakarta yang mencapai
 puluhan ribu orang.

 Meskipun ada kecenderungan untuk juga menjalankan
 salat Idul Adha pada hari Sabtu, namun Pesantren
 Al-Mukmin Ngruki hingga pagi ini belum mengambil
 keputusan resmi. Staf Humas Al-Mukmin, Syaifuddin
 Zuhri, mengatakan, keputusan baru akan diambil seusai
 salat Jumat nanti.

 Ketika terjadi perbedaan waktu pelaksanaan salat Idul
 Adha beberapa tahun lalu, Al-Mukmin Ngruki juga
 memutuskan untuk melaksanakannya berpedoman pada
 pelaksanaan haji di Makkah. Syaifuddin menjelaskan,
 memang waktu pelaksanaan salat Idul Adha tidak bisa
 dipisahkan dengan waktu pelaksanaan haji.

 Sudah banyak kalangan muslim berbagai kota dan
 pesantren menghubungi kami untuk menanyakan waktu
 pelaksanaaan salat Idul Adha tahun ini. Kami belum
 bisa memberikan kepastian. Kecenderungannya mungkin
 dilaksanakan Sabtu besok, namun keputusan resminya
 baru akan diambil siang nanti, ujar Syaifuddin.
 (mbr/sss)

 http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=277057kat_id=23
 HTI Melihat Umat Islam sudah Kehilangan Jati Diri

 Jakarta-RoL--Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melihat
 bahwa umat Islam dewasa ini telah kehilangan jati
 diri, karena terbentur dengan urusan `ubudiyah yang
 semestinya mudah diselesaikan malah menjadi sulit dan
 cendrung menimbulkan perpecahan.

 Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir
 Indonesia, sewaktu dihubungan lewat telefon di
 Jakarta, Kamis, mengatakan cukup aneh sekarang ini
 terjadi dikalangan umat Islam karena persoalan
 penetapkan hari-hari ibadah, seperti Hari Arafah, Idul
 Adha, juga awal dan akhir Ramadhan menjadi masalah.

 Setelah runtuhnya khilafah Utsmani pada 1924 memang
 tidak ada lagi yang memimpin umat Islam se dunia. Umat
 terpecah belah ke dalam lebih dari 50 negara yang
 bergerak berdasarkan dan demi kepentingan negara
 masing-masing dan sampa-sampai penetapan hari-hari
 ibadahpun menjadi masalah besar.

 Banyak umat yang bingung dan bertanya-tanya bagaimana
 mereka harus bersikap. Bila ingin puasa hari Arafah,
 kapan harus dilakukan. Apakah Jumat 29 Desember sesuai
 dengan hari ketika jamaah haji sedang melakukan wukuf
 di Arafah atau Sabtu 30 Desember sesuai dengan
 ketentuan pemerintah Indonesia.

 Berdasarkan kenyataan ini, Hizbut Tahrir Indonesia
 mengatakan bahwa bila umat Islam meyakini bahwa pilar
 dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah,
 sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika
 jamaah hai di tanah suci sedang melakukan wukuf di
 Arafah susuai dengan sunnah Rasul SAW.

 Semestinya umat Islam di seluruh dunia tanpa
 terkecuali mereka berada di Indonesia harus menjadikan
 penentuan hari Arafah di tanah 

Re: [ppiindia] Detik com :MTA Solo Putuskan Salad Id 30 Desember

2006-12-28 Terurut Topik Ari Condro
mbakyu aris,

jamaah politik pks, mengambil sikap yg berbeda dgn tahun lalu.  nampaknya
mereka bakalan sholat idul adha tgl 31 des.  barangkali HT perlu mencela
ketidak konsistenan - bahasa madurannya keistiqomahan - mereka   silakan
menghujat. waktu dan tempat dipersilakan..


===

Tentang Idul Adha 1427 H
DSP PKS Keluarkan Konsideran Penangguhan Shalat Idul Adha

PK-Sejahtera Online: Dewan Syariah Pusat Partai Keadilan Sejahtera
(DSP PKS) mengeluarkan Konsideran (Pertimbangan) Penangguhan
Pelaksanaan Shalat Idul Adha 1427 H. Pelaksanaan Shalat Idul Adha yang
seharusnya Sabtu (30/12), diundur pada Ahad (31/12). Hal ini
menimbulkan pertanyaan di masyarakat kenapa harus diundur.

Adendum Ketetapan DSP-PKS
Nomor : 12/B/K/DSP-PKS/1427
Konsideran Syar'i Penangguhan Pelaksanaan Shalat Idul Adha

1. Menghindari mudharat (daf'ul madharat)
a. Terjadinya perbedaan dalam syiar yang bersifat jama'i
b. Mudharat pembatalan ribuan jadwal khutbah yang sudah
direncanakan jauh-jauh dengan masyarakat.

Hal itu berdasarkan hadits:

#1593;#1614;#1606;#1618;
#1593;#1615;#1605;#1614;#1610;#1618;#1585;#1616;
#1576;#1618;#1606;#1616; #1571;#1614;#1606;#1614;#1587;#1613;
#1593;#1614;#1606;#1618;
#1593;#1615;#1605;#1615;#1608;#1605;#1614;#1577;#1613;
#1604;#1614;#1607;#1615; #1605;#1616;#1606;#1618;
#1575;#1604;#1618;#1571;#1614;#1606;#1618;#1589;#1614;#1575;#1585;#1616;
#1585;#1614;#1590;#1616;#1610;#1614;
#1575;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1615;
#1593;#1614;#1606;#1618;#1607;#1615;#1605;#1618;
#1602;#1614;#1575;#1604;#1615;#1608;#1575; {
#1594;#1615;#1605;#1617;#1614;
#1593;#1614;#1604;#1614;#1610;#1618;#1606;#1614;#1575;
#1607;#1616;#1604;#1614;#1575;#1604;#1615;
#1588;#1614;#1608;#1617;#1614;#1575;#1604;#1613;
#1601;#1614;#1571;#1614;#1589;#1618;#1576;#1614;#1581;#1618;#1606;#1614;#1575;
#1589;#1616;#1610;#1614;#1575;#1605;#1611;#1575; #1548;
#1601;#1614;#1580;#1614;#1575;#1569;#1614;
#1585;#1614;#1603;#1618;#1576;#1612; #1605;#1616;#1606;#1618;
#1570;#1582;#1616;#1585;#1616;
#1575;#1604;#1606;#1617;#1614;#1607;#1614;#1575;#1585;#1616;
#1601;#1614;#1588;#1614;#1607;#1616;#1583;#1615;#1608;#1575;
#1593;#1616;#1606;#1618;#1583;#1614;
#1585;#1614;#1587;#1615;#1608;#1604;#1616;
#1575;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1616;
#1589;#1614;#1604;#1617;#1614;#1609;
#1575;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1615;
#1593;#1614;#1604;#1614;#1610;#1618;#1607;#1616;
#1608;#1614;#1587;#1614;#1604;#1617;#1614;#1605;#1614;
#1571;#1614;#1606;#1617;#1614;#1607;#1615;#1605;#1618;
#1585;#1614;#1571;#1614;#1608;#1618;#1575;
#1575;#1604;#1618;#1607;#1616;#1604;#1614;#1575;#1604;#1614;
#1576;#1616;#1575;#1604;#1618;#1571;#1614;#1605;#1618;#1587;#1616;
#1548; #1601;#1614;#1571;#1614;#1605;#1614;#1585;#1614;
#1575;#1604;#1606;#1617;#1614;#1575;#1587;#1614;
#1571;#1614;#1606;#1618;
#1610;#1615;#1601;#1618;#1591;#1616;#1585;#1615;#1608;#1575;
#1605;#1616;#1606;#1618;
#1610;#1614;#1608;#1618;#1605;#1616;#1607;#1616;#1605;#1618;
#1548; #1608;#1614;#1571;#1614;#1606;#1618;
#1610;#1614;#1582;#1618;#1585;#1615;#1580;#1615;#1608;#1575;
#1604;#1614;#1593;#1616;#1610;#1583;#1616;#1607;#1616;#1605;#1618;
#1605;#1616;#1606;#1618;
#1575;#1604;#1618;#1594;#1614;#1583;#1616; }
#1585;#1614;#1608;#1614;#1575;#1607;#1615;
#1575;#1604;#1618;#1582;#1614;#1605;#1618;#1587;#1614;#1577;#1615;
#1573;#1604;#1617;#1614;#1575;
#1575;#1604;#1578;#1617;#1616;#1585;#1618;#1605;#1616;#1584;#1616;#1610;#1617;#1614;

Umair ibn Anas meriwayatkan dari kerabatnya yang berasal dari Anshar
bahwa mereka berkata, kami tidak melihat hilal syawwal. Karena itu di
pagi harinya kami berpuasa. Lalu di penghujung siang (menjelang zuhur)
datang rombongan di mana mereka bersaksi di hadapan Rasulullah saw
bahwa mereka telah melihat hilal kemarin. Maka, rasul segera menyuruh
mereka untuk berbuka pada hari itu dan menunaikan shalat ied pada
keesokan harinya. (HR Ahmad, Abu Daud, al-Nasai, dan Ibn Majah)

Hadis di atas menjadi dalil bagi mereka yang berpendapat bahwa shalat
ied bisa dilaksanakan pada hari kedua jika waktu ied baru diketahui
ketika waktu shalat telah lewat. Demikian pendapat al-Awzai,
al-Tsauri, Ahmad, Ishaq, Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad, dan
pendapat Syafii.

Hal itu juga menjadi pendapat kalangan ahlul bait seperti al-Hadi,
al-Qasim, al-Nashir, al-Muayyid billah. Hanya saja, menurut Abu Thalib
tidak dilaksanakannya shalat ied pada hari pertama dengan syarat
terjadi ketidakjelasan atau keraguan sebagaimana disebutkan dalam
hadis di atas.

Akan tetapi pendapat tersebut dibantah sebab jika karena ragu tentu
hanya berlaku pada nabi tidak kepada rombongan di atas. Sebab,
ternyata mereka juga tidak menunaikan shalat ied pada hari itu dengan
sengaja padahal sebelumnya mereka melihat hilal. Perintah Nabi kepada
mereka sebagaimana terdapat dalam riwayat Abu Daud menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan antara udzur karena tidak adanya kejelasan atau
udzur lainnya sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang lain. Mereka
tidak membedakan antara udzur akibat tidak adanya kejelasan dan udzur
yang