[ppiindia] aktifitas bersms sudah menjadi ancaman terhadap produktifitas
memperhatikan begitu banyak orang melakukan komunikasi via sma, saya coba perhatikan belakangan kegiatan bersms ria cenderung menjadi ancaman terhadap produktifitas, saya perhatikan banyak karyawan sibuk ber sms ria (maaf khususnya kaum wanita) pada saat jam kerja, dan kalo sudah ber sms hampir tanpa henti bersahut sahutan saling reply, sebagian dilakukan dengan mencuri-curi waktu. yang lebih berbahaya lagi mereka lakukan pada saat berkendara tidak jarang sampai terjadi serempetan atau tabrakan, itu terjadi pada beberapa rekan wanita saya, yang mobilnya jadi penuh luka serempetan akibat bersms ria saat berkendara. itu terjadi pula pada diri saya jika saya menerima sms pada saat jam kerja kemudian tidak dibalas banyak diantara rekan tersebut yang marah, ada kecenderungan bahwa si pengirim sms tidak peduli. kalo kita hitung waktu untuk mengetik sms itu adalah 2 menit per sms, setiap orang paling tidak membuat sms sebanyak minimal 30 sms perhari berarti ada waktu yang terbuang selama 1 jam per orang per hari, jika saja isi sms itu adalah hal penting menyangkut bisnis mungkin masih wajar tapi jika isi sms itu hanya ngerumpi ria dan hal-hal yang tidak penting, itu menjadi ancaman terhadap produktifitas. salam iwan __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Re: Ucapan Untuk Teman
Sejarah siapa ? Siapa yang mencatat? Istri resmi bagaimana? Jamannya Abraham (as)dahulu itu tidak ada lembaga pernikahan. Sah-sah saja kalau mau menikah berapa kalipun krn blm ada aturan. Ismael bagaimanapun juga anaknya Abraham (as) se resmi Isaac. Ketika Hagar dinikahi Abraham (as), resmilah dia sbg istri. Siapa yang berhak memberi label resmi dan tidak resmi? Memangnya dah ada peraturan menikah harus satu istri? Sebagai bahan renungan, Bibel ditulis jauh setelah Yesus wafat dan saat penulisan itu sarat dengan syahwat politik para pemimpin, sehingga banyak versi. Dengan demikian, ada kemungkinan penulisan nama Ismael or Isaacpun (dalam Bibel)penuh dengan syahwat politik. Dalam kasus comma Johanneum pun para ahli alkitab mengakui adanya penambahan ayat (karena disumber tertuanya tak ada ayat A, tp di Bibel kini ada ayat A tsb), tapi hal tsb dianggap lumrah selama tidak merubah ajaran keimanan. Dengan demikian, ada kemungkinan penyisipan tsb dilakukan, karena kelumrahan tsb. Kalau mau bukti, seharusnya kita ikut menyelidiki bagaimana sumber2 tertua Bibel menulis ttg ayat Ismael Isaac tsb dan bandingkan dengan Bibel sekarang. Akan diketahui kapan dimulai penyisipan nama Isaac dalam Bibel. Bagaimana bisa kita mengontrol? salam tahun baru, --- In ppiindia@yahoogroups.com, ANDREAS MIHARDJA [EMAIL PROTECTED] wrote: Memang kamu korrekt yg dikurbankan menurut ajaran Islam adalah Ismael - anak Hagar [only son sewaktu pengurbanan itu oleh Abraham/Ibrahim] Isaac adalah anak kedua dari Abraham yg dilahirkan oleh Sarah/Sarai. Apakah ini pemalsuan oleh siapa kita tidak dpt tentukan atau buktikan dgn pasti - Biasanya hanya dari isteri yg resmi keturunannya dicatat dlm sejarah. Jangan lupa legend ini sewaktu terjadi tidak ditulis didalam kitab suku Sumeria waktu itu. Ilmu menulis belum dipahami oleh penduduk setempat dan berita ini diturunkan secara dongeng. Secara logic memang Ismael yg harus jadi Qurban.. Ini persoalan siapa yg menjadi keturunan yg resmi dan siapa yg bukan memang merupakan handicap untuk agama2 asal middle east ini - Ini terjadi didalam agama kristen dan juga didalam agama Islam.. Andreas Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote: Ralat dikit, Dalam keyakinan Islam (karena ini Idul Adha), yang mau dikorbankan adalah Ismail (as), bukan Isaac. salam, --- In ppiindia@yahoogroups.com, ANDREAS MIHARDJA mihardja@ wrote: Dari saya - terima kasih banyak dan semoga hari2 raya ini dpt dinikmati oleh semua anggota milis ini dgn damai dan penuh kegembiraan. Untuk yg beragama islam bulan ini juga penting sebab bulan ini juga adalah bulan perayaan ied dul Adha atau hari peringatan persiadaan pengorbanan Isaac oleh Abraham. Andreas Listy listy@ wrote: Teruntuk teman-teman, pak RMDH, Mang Ucup, pak Andreas Mihardja, bung Bobby, bung Jimmy O, Clara [kemana nih? lama gak muncul], bung Rudy [yang ini juga.. kemana aja? :)], pak Yohanis Komboi, bung Harry Adinegara, mas BUD'S, dan teman2 yg belum tertulis namanya, yang merayakan Natal, ijinkan, saya turut mengucapkan, SELAMAT NATAL 2006 dan SELAMAT TAHUN BARU 2007 semoga kebaikan2 serta kemudahan2 yang banyak selalu berada di sekitar kita.. semoga kita selalu berada diantara orang2 yang kita sayangi dan yang menyayangi kita.. amiin.. wassalam, [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Re: Uang Negara Rp3,2 Triliun Terancam Tak Kembali
Mungkin pemerintah harus belajar kepada Debt Collector atau penagih hutang. Para pengemplang hutang negara itu kan kaya-kaya. Mereka punya uang, tabungan, rumah dan mobil mewah. Nah kenapa pemerintah tidak menyita harta mereka yang terlihat dengan jelas? Apa pemerintah butuh Sherlock Holmes untuk menyelidiki di mana harta mereka? --- In ekonomi-nasional@yahoogroups.com, IrwanK [EMAIL PROTECTED] wrote: Bapak/Ibu Ekonom yang terhormat, bagaimana ini? :-( Ini kan salah satu biang kerok beban APBN kita sejak reformasi kemarin? CMIIW.. Wassalam, Irwan.K -- *RIAU POS Senin 25 Desember 2006 * ** ** * * *Uang Negara Rp3,2 Triliun Terancam Tak Kembali * ** *JAKARTA (RP)- Ekonom mengkritik keras mekanisme penyelesaian utang BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) dengan menagih utang para obligor melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN). Langkah itu dinilai tidak efektif dan uang negara Rp3,2 triliun pun terancam tidak bisa kembali. Ekonom Indef (Institute for Development of Economics and Finance) Aviliani mengatakan, letak permasalahan adalah tempat aset yang sebagian besar berada di luar negeri. Menyita harta, kalau di dalam, dari dulu sudah disita. Persoalannya, aset itu nggak ada di dalam negeri. Kita kan tidak bisa menyita di negara lain, ungkapnya. Tak mudah menyita aset di luar negeri. Meskipun selama tiga tahun Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sudah melakukan banyak terobosan, tetap saja hasilnya tidak maksimal. Apalagi beberapa negara terutama Singapura yang menjadi transit dana para obligor nakal justru memberikan proteksi kepada mereka. Aviliani mengatakan, tidak mudah menyelesaikan masalah BLBI itu. Misalnya para obligor dijerat secara hukum, belum tentu dananya bisa kembali. Sebab, diperlukan izin dari negara tempat menyimpan uang yang dikemplang para obligor BLBI itu. ''Ini rumit. Kita selalu setengah-setengah dan tidak menyelesaikan kasus BLBI secara tuntas. Perkara dibuka, di-SP3, kemudian dibuka lagi. Yang terjadi justru ada pemerasan kalau tidak diselesaikan secara keseluruhan, tambahnya. Pemerasan tersebut bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang berjanji mengamankan para obligor dengan syarat memberikan sejumlah dana kepada mereka. Untuk menyelesaikan masalah BLBI sekaligus memperbaiki kondisi perekonomian negara, pemerintah ditantang untuk berani mengeluarkan kebijakan cut off secara hukum. Yang penting dana masuk dan perekonomian kembali berjalan. Masa lalu toh tidak bisa diapa-apakan, tambahnya. Alasan yang bisa dipakai adalah sistem ekonomi negara yang ambruk pascakrisis moneter di Indonesia yang menjadikan sebagian para obligor urung melunasi utangnya. Kalau memang ada unsur kejahatan, itu masalah lain, tambahnya. Uang pengembalian BLBI tersebut bisa dilakukan untuk menggerakan roda perekonomian yang relatif stagnan. Tidak seperti sekarang, kita harus ngemis-ngemis untuk mendapatkan investasi, tambah Aviliani. Setelah uang masuk, pemerintah juga harus memperbaiki sistem perbankan. Kesalahan masa lalu kan tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menfasilitasi para obligor, tambahnya. Sementara itu, Lydia Muchtar, salah seorang debitor BLBI dari Bank Tamara, mengaku bergembira karena pemerintah memberikan berbagai fasilitas dalam penyelesaian utang. Termasuk, penagihan kepada para debitor melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN). ''Ya, kami berharap (mekanisme) itu dapat mempercepat penyelesaian kewajiban BLBI,'' kata Lydia saat dihubungi dari Jakarta. Selama penyelesaian kewajiban BLBI, Lydia berada di Singapura dan menyerahkan penyelesaian melalui pengacaranya, Marten Pongrekun. Selebihnya, Lydia menolak berkomentar terkait agenda penyelesaian kewajiban BLBI-nya di Depkeu. ''Saya nggak dapat menjelaskan lagi, silakan tanya ke pengacara saya,'' kata Lydia. Marten Pongrekun hingga berita ini ditulis belum dapat dihubungi. Sebelumnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan keringanan dalam penyelesaian kewajiban delapan debitor BLBI. Yakni, menyerahkan penagihan kewajiban mereka melalui PUPN. Ini dilakukan jika para debitor yang mendapatkan fasilitas deponering (pengabaian perkara hukum) belum membayar kewajiban hingga deadline 31 Desember 2006. Kejaksaan dan kepolisian akan tetap mengkaji proses pidananya. Keputusannya akan ditagih terus oleh negara. Kalau perlu dengan PUPN. Sedangkan kejaksaan dan kepolisian tetap akan mengkaji aspek pidananya, kata Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh usai rapat Tim PKPS di Kantor Pusat Depkeu, beberapa waktu lalu. Dia menegaskan beberapa obligor telah diperiksa dan tetap harus menyelesaikan kewajiban sesuai pola yang disepakati .(ein/agm/jpnn)* [Non-text portions of this message have been removed] === Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] http://www.media-islam.or.id __ Do You Yahoo!? Tired of
[ppiindia] Happiness and Economics
Happiness and economics Economics discovers its feelings Dec 19th 2006 From The Economist print edition http://www.economist.com/finance/displaystory.cfm?story_id=8401269 Not quite as dismal as it was ECONOMICS is not a gay science, wrote Thomas Carlyle in 1849. No, it is a dreary, desolate, and indeed quite abject and distressing one; what we might call, by way of eminence, the dismal science. Carlyle was a fine one to talk. He was a brooding curmudgeon who thundered against industry, progress and the young science that sought to explain them. He found economists dismal not for the obvious reasons, such as their dry arithmetic or their gloomy preoccupation with scarcity and subsistence. Instead, he took against them because they were so wedded to the idea of happiness. The economists of his day took their cue from Jeremy Bentham and his utilitarian philosophy. They calculated happiness, or utility, as the sum of good feelings minus bad, and argued that the pursuit of pleasure and the avoidance of pain were the sole springs of human action. One even looked forward to the invention of a hedonimeter, a psychophysical machine that would record the ups and downs of a mans feelings just as a thermometer might plot his temperature. Such people, Carlyle complained, fancied that man was a dead Iron-Balance for weighing Pains and Pleasures on. The hedonimeter was never invented, and for a century or so economists fell silent about both weights on mans scales. They studied outward behaviour, not inward feelings; choices made, not pleasures taken. But in recent years, economists have become newly confident that they can measure utility as Bentham conceived it: as a quantum of pleasure or pain. How do they do it? Mostly they just ask people. Daniel Kahneman, a psychologist at Princeton University who won the Nobel prize for economics in 2002, reckons people are not as mysterious as less nosy economists supposed. The view that hedonic states cannot be measured because they are private events is widely held but incorrect, he and his colleagues argue. Generally, people can say how they feel at a given moment, on a scale of zero to ten. And if this smacks of hearsay not science, the new hedonimetrists can appeal to other kinds of evidence, better calculated to impress. They can look into peoples eyes; or better still, their brains. People who confess to feeling happy also grin more than others. And they mean it: they smile with their eyes (a contraction of the orbicularis oculi facial muscles), not just their mouths. Peoples self-reports also tally roughly with what electrodes planted on their scalp reveal about the frequency and voltage of electrical waves in their left forebrain, which sparks up when they are feeling good. Mr Kahnemans most notorious experiment took place in a Toronto hospital over a decade ago. He and a colleague asked patients undergoing a colonoscopy (in which a probe is passed up the rectum) to report their level of discomfort minute by minute. Later, they were asked how they felt about the procedure in retrospect. Their answers were surprising. The test left a worse impression on patient A, for whom it lasted less than ten minutes, than on patient B, who suffered for 24 minutes. Patients recollections were heavily coloured by the procedures worst moment and its last moment. The duration of the pain did not seem to make much difference. Patients were happier about a colonoscopy that lasted longer but ended better. Fallible memories Mr Kahneman, who is not shy of extrapolation, thinks people often choose to repeat experiences that seem better in retrospect than they did at the time. Contrary to Bentham, the sovereign masters that determine what people will do are not pleasure and pain, but fallible memories of pleasure and pain. If people are bad at recalling their feelings, they are worse at predicting them. They fail to anticipate how a person feels after moving to a new city, losing a limb or winning a jackpot. Prisoners imagine that solitary confinement will be worse than it really is; mothers-to-be think the pain of childbirth will be more bearable than it typically proves to be. And it is not just unusual events that trip people up. According to Mr Kahneman, people struggle to predict how their appetite for ice-cream, low-fat yogurt or music might change in the course of a week of enjoying them. If man is an iron-balance that weigh pains and pleasures, the scales are sadly askew. As a result, many economists now ignore one of the disciplines dreariest maxims: de gustibus non est disputandum, one does not quarrel over tastes. Robert Frank begins his 1999 book Luxury Fever with a long, incredulous description of the Viking-Frontgate Professional Grill, a barbecuers folly, sporting infra-red rotisserie, rangetop burners and brass trimmings. Such purchases would once have gone unquestioned by economists. The
[ppiindia] gumam kembara [108] rel anyer-panarukan
Gumam Kembara 108. REL ANYER-PANARUKAN masih terlalu pendek rel anyer-panarukan. ini bisa kupastikan jika ingin mengukur jauh-jalan kembara enggang manis-pahit langit bumi mengajarku makna cinta dan bagaimana mencintai topan laut topan gunung mengaduk hutan membimbingku bangkit dari kejatuhan sementara kehilangan demi kehilangan melukai kenang darah parutnya kujadikan cat melukis kanvas impian kujaga nyalanya desember mengakhiri tahun seperti satu stasiun darimana kereta berangkat kembali paralel dengan gerak roda keabadian bulan dan bulan adalah tatanan mengatur nalar memudahkan perhitungan agar kita tak menjadi keledai tapi mencoba menjadi manusia maksimal kereta dan stasiun. ini bisa kupastikan terlalu tak imbang membandingkan kembaraku sejak tahun dahulu indonesia kutinggal kau pun enggan membicarakannya, bukan? takut pada bayangan keganasan berlindung pada legalitas cermin pertarungan dahsyat tak kunjung reda sejenak bisa menyelubung hakekat. sejenak saja mungkin setengah abad akupun sudah tak ada.sementara masa silam itu masih menuba udara negeri tahun kelak dan kelak lagi, hitam dan putih peristiwa akan tergelar di matahari yang kemudian menyebut nama-nama, tingkat dan jenis kemanusiaan kita kau mungkin sudah tak ada ketakutan membuat kita kerdil ingkar diri surut ke belakang tak terbela selaksa teori akademisi yang juga diuji katingan dan mentaya -- sungai-sungai pengasuh arusmu mengajarku bagaimana mencintai memburu muara kupastikan rel anyer-panarukan tak sebanding lika-liku jalan kembara -- tidakkah ini bukti indonesia dan republik masih jauh di mata?! ala icé ala dué ala telo*] kupanggil roh-roh suci hadir kembali kupanggil indonesia kuserukan republik bangkit menghalau segala munafik kepicikan dan khianat menuba angkasa ala icé ala dué ala telo kutabur beras kuning garam berabu kutabur beras merah ke segala penjuru kutabur juga di rel ini rel anyer-panarukan kupanggil roh yogya dan pulau-pulau kuminta mereka kembali ala icé ala dué ala telo kutabur beras merah kuning garam berabu menyerukan kebangkitan menyulut cahaya**] Paris, Desember 2006. - JJ. Kusni Catatan: *]. kata-kata pembukaan upacara mantera orang Dayak Katingan ketika berhubungan dengan roh nenek moyang mereka. **] varian dari puisi lisan [sansana kayau] Dayak Katingan panutung matanandau pambelum, penyulut matahari kehidupan, mangalasut hambaruan, menghangatkan jiwa. Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Re: Duniaku, Dunia Wayang (untuk kang Anam)
Mas anam, saya nggak meng arab kan wayang, coba sampeyan baca naskahnya, bahwa saya pernah mendengar ucapan seperti itu? bukan kemudian saya arabkan, apa hal itu salah menurut sampeyan? jika salah gimana yang benarnya?mas sampeyan juga bilang saya tidak jujur, bagi saya itu terserah sampeyan, tapi kalau bisa berikan dasar sampeyan atas tuduhan sampeyan itu? Sesuatu itu akan indah ketika kita larut didalamnya, membaca qur'an saja kalau kita bisa larut akan semakin indah, sholat kalau laut akan indah, bersedkah kalau larut akan indah, begitu pula menulis kalau larut akan indah, itu menurut saya. mas saya tidak ingin menjadi wayang yang di mainkan dalang, saya cuma pengen seperti wayang yang dekat dengan dalang, yang akan bergerak dan bisa tampil ditengah medan, bukan hanya menjadi pajangan seperti kebnyakan wayang. mas kalau sampeyan pengen saya menjadi dalang, namun saya takut nanti sampeyan yng jadi wayangnya, biarlah saya dan sampeyan tetap menjadi wayang dan kita bisa dialog, sebab kalau saya jadi dalang tak mungkin sampeyan bisa berdialog dangan saya, dan kalau pun bisa and akan dianggap gila, sebab dalang tak akan keliahatan. --- In ppiindia@yahoogroups.com, kh anam [EMAIL PROTECTED] wrote: Kukira Anda berbicara hal baru mengenai dunia wayang. Ternyata anda sama seperti orang-orang. 1)Masih butuh untuk meng-Arab-kan istilah- istilah untuk sekedar mendapat hikmah atau berefleksi. Anda tidak jujur. 2) Terlalu larut dalam romantisisme dakwah walisongo dan keenakan sampai bermimpi-mimpi sehingga lupa bahwa saat ini pentas wayang sudah tiada lagi. Yang ada adalah semacam pentas sinetron dan infotainment. 3)Kenapa Anda selalu ingin jadi wayang yang selalu dimain-mainkan oleh dalang. Mbok yoho sekali-kali anda memerankan diri sebagai dalangnya, atau minimal menjadi penanggap wayang yang bisa membisikkan kata-kata slintutan kepada sang dalang. Ah... terserah. Yang pasti, cerita wayang yang dulu-dulu itu membosankan. Kalau memang pentas wayang masih diadakan, menjadilah wayang yang mampu menuliskan sendiri ceritanya untuk kemudian dimainkan sang dalang. Sang dalang memang tidak pernah tidur, tapi dia sering kehabisan cerita sehingga monoton, tidak menarik. Dasar wayang...! On 12/24/06, muhammad muallim [EMAIL PROTECTED] wrote: Duniaku, Dunia Wayang Oleh : Mochammad Moealliem Petruk, Bagong, Nakulo, Semar dan nama-nama tokoh khayalan yang lain, yang tak pernah penulis paham ketika sang dalang menggerak-gerikkan lempengan kulit yang dibentuk gambar manusia dari berbagai macam bentuk, sambil berbicara sendirian sang dalang terus berdialog dengan dirinya sendiri, kadang dia bersuara lembut dan sopan, kadang juga bersuara lantang dan kasar, kadang dia juga mengeluarkan kata-kata mutiara, kadang juga membikin humor, dan humor inilah hal yang sangat mudah difahami oleh semua orang, termasuk saya ikut tertawa ketika dagelan sudah dimulai. Penulis pernah mendengar, ungkapan dalam bahasa arab, fatruk ma bagho nala samirina, hampir mirip dengan tokoh wayang yang saya sebut diatas, petruk, bagong, nakulo, dan semar. Ketika hal itu diterjemahkan menjadi tinggalkan sesuatu yang durhaka maka engkau akan mendapatkan kawan yang baik. Secara pasti penulis kurang tahu tentang wayang dan sejarah munculnya, namun setidaknya penulis mengenal beberapa tokoh wayang, Petruk misalnya, dalam masa awal saya belajar bahasa arab, ada gambar petruk, hidungnya panjang tapi tidak terus memanjang seperti hidung pinokio, lencir kuru, rambutnya seperti antena radio. Juga semar orangnya gede, wajahnya menghadap keatas namun tangannya menunjuk-nunjuk tanah, dan tangan yang satunya ditaruh diatas punggung, cara berjalannya agak jongkok seperti ibu-ibu jawa yang sedang menyapu halaman rumahnya.
[ppiindia] [POETRY] PEKIK GAGAK HITAM
PEKIK GAGAK HITAM Bulan beranjak meradu di pegunungan. Gagak hitam memekik dihamparan bangkai. Menunggu mentari mendelik cahayanya di awang. 2006, Leonowens SP __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [ppiindia] aktifitas bersms sudah menjadi ancaman terhadap produktifitas
kalo saya biasa tuh, ndak langsung balas sms kalo lagi sibuk. kalo dah ada waktu luang dan udah punya jawaban baru deh, dibalas. kalo jam kerja, orang ngerti dong. kalo emang perlu banget dia kan bisa nelpon, atau minimal miscall dulu kalo ndak ada pulsa buat bicara, jadi bisa ditelpon balik. On 12/28/06, Iwan Wibawa [EMAIL PROTECTED] wrote: memperhatikan begitu banyak orang melakukan komunikasi via sma, saya coba perhatikan belakangan kegiatan bersms ria cenderung menjadi ancaman terhadap produktifitas, saya perhatikan banyak karyawan sibuk ber sms ria (maaf khususnya kaum wanita) pada saat jam kerja, dan kalo sudah ber sms hampir tanpa henti bersahut sahutan saling reply, sebagian dilakukan dengan mencuri-curi waktu. yang lebih berbahaya lagi mereka lakukan pada saat berkendara tidak jarang sampai terjadi serempetan atau tabrakan, itu terjadi pada beberapa rekan wanita saya, yang mobilnya jadi penuh luka serempetan akibat bersms ria saat berkendara. itu terjadi pula pada diri saya jika saya menerima sms pada saat jam kerja kemudian tidak dibalas banyak diantara rekan tersebut yang marah, ada kecenderungan bahwa si pengirim sms tidak peduli. kalo kita hitung waktu untuk mengetik sms itu adalah 2 menit per sms, setiap orang paling tidak membuat sms sebanyak minimal 30 sms perhari berarti ada waktu yang terbuang selama 1 jam per orang per hari, jika saja isi sms itu adalah hal penting menyangkut bisnis mungkin masih wajar tapi jika isi sms itu hanya ngerumpi ria dan hal-hal yang tidak penting, itu menjadi ancaman terhadap produktifitas. salam iwan __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] surat kembang kemuning: la rentrée littérai re januari 2007
Surat Kembang Kemuning: LA RENTREE LITTERAIRE BULAN JANUARI 2007 Adalah suatu kebiasaan di Perancis, untuk menyertai orang-orang yang berangkat berlibur panjang, harian-harian nasional menyediakan ruangan sastra berbentuk puisi, reportase, cerpen dan roman atau novel. Sedangkan penerbit-penerbit, menerbitkan buku-buku saku [pocket books size], dengan harga sangat murah, sebagai sangu berlibur mereka. Sastra, di negeri ini, bisa dikatakan, sudah merupakan keperluan hidup. Makanan keseharian jiwa dan pikiran warganegara. Maka bukanlah kebetulan, apabila kita melihat gelandangan yang tidur di emper-emper gedung kota, di sampingnya ada tumpukan buku dan se gelandangan mengantar tidurnya dengan membaca roman atau novel. Tidak mengherankan pula, apabila di place [halaman taman] para gelandangan menjual buku-buku roman atau novel terpilih yang disumbangkan kepada mereka oleh orang-orang tak dikenal [les inconnu/es] sebagai ujud solidaritas sosial. Sehubungan dengan ini, kukira, adalah hal menarik cerita seorang insinyur Perancis yang pernah turut bekerja membangun Jatiluhur. Insinyur ini nikah dengan seorang perempuan desa Pasundan. Pada suatu hari, ia datang ke Indonesia, dan menanyakan apakah ia kenal dengan Pramoedya A. Toer. Keponakannya yang baru belajar di SMU menggelengkan kepala. Sang insinyur menanyakan soal-soal sastra Indonesia kepada keponakannya, yang membuat si keponakan terbingung-bingung. Bagaimana mungkin kau memahami sejarah dan keadaan masyarakat Indonesia, jika kau tidak membaca karya-karya sastra? tanya sang insinyur. Sejarah dan keadaan masyarakat kan soal politik, Oom, jawab si keponakan. Sang insinyur menjelaskan kepada keponakan Indonesianya bagaimana sastra dipelajari sejak usia dini di Perancis. Untuk mengenal sejarah dan perkembangan masyarakat Perancis di Perancis adalah suatu keniscayaan bagi para siswa membaca Honoré de Balzac, Victor Hugo, Emile Zola, Flaubert, Sartre, dan lain-lain Akhirnya tanpa banyak cingcong lagi, si paman Perancis, mengajak keponakannya ke tokobuku dan memborong buku-buku sastra, terutama karya-karya Pramoedya. Kau harus baca ini semua, ujar sang paman. Dari cerita insinyur dan keponakannya ini, yang kutangkap adalah adanya masalah dalam pengajaran sastra serta pemahaman dominan tentang sastra itu sendiri. Sastra dipandang sebagai sesuatu yang tak ada tautannya dengan soal-soal kemasyarakatan -- apalagi yang disebut politik. Apakah pengertian dominan begini, berkaitan dengan politik depolitisasi selama ini, ataukah berhubungan dengan konsep yang dinamakan sastra. Atau kedua-duanya. Sedangkan di negeri ini, di Perancis, dibentuk oleh sejarahnya, sastra nampak benar menjadi suatu keperluan yang tak bisa tidak ada. Hampir tak ada terusan tivi yang tidak mempunyai ruangan apresiasi sastra dan buku. Acara-acara kuiz pun, tidak sedikit yang dihubungkan dengan soal pemeliharaan bahasa dan sastra. Di dalam siaran-siaran inilah buku-buku dibahas bersama para pengarangnya. Diperdebatkan. Dituturkan proses penulisannya. Sehingga dengan mengikuti siaran-siaran tersebut, pemirsa ditingkatkan apresiasi sastra mereka. Dampak ekonomi dari siaran-siaran ini adalah menjadi lakunya karya-karya tersebut sehingga pengarang dapat hidup dari royalties dan bisa menjadi pengarang profesional: hidup dari karya-karyanya. Adanya apresiasi sastra-seni yang tidak rendah begini, ditunjang oleh cara pengajaran sastra di sekolah-sekolah dan daya beli yang padan, telah membentuk basis sosial yang menunjang kehidupan sastra. Dengan basis sosial sastra yang begini, maka di negeri ini, penulis [l'écrivain] mempunyai kedudukan terhormat. Dihargai. Pada zamannya: Jean-Paul Sartre dipandang sebagai jiwa Perancis. Aimé Cesaire, disebut sebagai jiwa rakyat Guadaloupe dan Martinique. Sebagai jiwa rakyat tentu saja penulis-penulis itu mempunyai pengaruh dalam masyarakat dan dihitung oleh siapa pun. Termasuk pemerintah. Aimé Cesaire, misalnya mampu menghalang kedatangan menteri dalam negeri Sarkozy ke Gualoupe dan Martinique, ketika pemerintah Paris mencoba membuat undang-undang yang mengatakan kolonialisme berjasa. Guna memacu kegiatan tulis-menulis, berbagai hadiah diberikan, seperti Hadiah L'Académie Goncourt [Prix Gouncourt], l'Académie Française, Prix Femina, Prix de Medici, dan lain-lain... Hadiah-hadiah ini selain memacu kreativitas dan punya arti ekonomi, ia pun langsung tidak langsung berperan dalam menciptakan ukuran nilai karya. Karena masing-masing membuat patokan yang tidak sama dan ditetapkan secara sadar. Prix Goncourt, misalnya, mempunyai patokan bahwa melalui hadiah simbolik, ia bermaksud mengorbitkan penulis-penulis baru ke dunia sastra Perancis. Untuk tahun 2006, l'Académie Goncourt mengorbit Paule Constant dengan karyanya La Bête à chagrin. Basis sosial kehidupan sastra begini pula, telah memungkinkan produksi karya dan penerbitan-penerbitannya
[ppiindia] Detik com :MTA Solo Putuskan Salad Id 30 Desember
Assalamu'alaikum wr wb Insya Allah, saya memilih hari raya Idul Adha esok (Sabtu), saya haturkan selamat Hari Raya Idul Adha 1427 H. Begitu pula untuk saudara-saudari lain yang berhari raya minggu saya ucapkan Hari Raya Idul Adha. Semoga suatu saat Insya Allah, Allah akan menyatukan waktu perayaan hari raya bersama-sama. http://www.detiknews.com/ Majelis Tafsir Alquran Putuskan Salat Id 30 Desember Muchus Budi R. - detikcom Solo - Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang berpusat di Solo memutuskan akan menjalankan salat Idul Adha pada Sabtu 30 Desember 2006 besok. Alasannya, pelaksanaan salat Idul Adha berhubungan langsung dengan pelaksanaan ibadah haji di Makkah. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum MTA Ustad Achmad Sukina kepada detikcom, Jumat (29/12/2006). Keputusan ini berbeda dengan pemerintah Indonesia yang menetapkan salat Idul Adha dilakukan pada Minggu 31 Desember. Sukina menjelaskan, berbagai latar belakang tuntunan pelaksanaan salat Idul Adha itu berhubungan langsung dengan pelaksanaan ibadah haji. Bersamaan ketika para jamaah haji melaksanakan wukuf, maka umat muslim yang sedang tidak berhaji disunahkan untuk berpuasa. Ketika para jamaah haji berkumpul di Arafah, maka umat muslim yang tidak berhaji disunahkan menjalankan salat Idul Adha. Hadits Nabi Muhammad SAW mengatakan demikian, paparnya. Dengan alasan itulah, maka pada hari Sabtu besok semua anggota MTA di seluruh Indonesia diserukan untuk melaksanakan salat sunah Idul Adha. Untuk ribuan anggotanya yang berada di Solo dan sekitarnya, MTA akan memusatkan pelaksanaannya di Stadion Mahanan, Solo. Untuk para anggota di luar Surakarta dianjurkan bergabung dengan umat Islam setempat yang juga melaksanakan salat Idul Adha pada hari Sabtu. Namun jika warga muslim setempat tidak ada yang menjalankannya pada hari Sabtu, maka para anggota MTA dianjurkan mengadakan salat Idul Adha sendiri di kantor MTA setempat. Ketika ditanya berapa jumlah anggota MTA di seluruh Indonesia saat ini, Achmad Sukina mengaku tidak hapal hitungan pastinya. Namun dia berani memastikan, jumlah anggotanya mencapai lebih dari 100 ribu orang, dengan jumlah terbanyak di wilayah Surakarta yang mencapai puluhan ribu orang. Meskipun ada kecenderungan untuk juga menjalankan salat Idul Adha pada hari Sabtu, namun Pesantren Al-Mukmin Ngruki hingga pagi ini belum mengambil keputusan resmi. Staf Humas Al-Mukmin, Syaifuddin Zuhri, mengatakan, keputusan baru akan diambil seusai salat Jumat nanti. Ketika terjadi perbedaan waktu pelaksanaan salat Idul Adha beberapa tahun lalu, Al-Mukmin Ngruki juga memutuskan untuk melaksanakannya berpedoman pada pelaksanaan haji di Makkah. Syaifuddin menjelaskan, memang waktu pelaksanaan salat Idul Adha tidak bisa dipisahkan dengan waktu pelaksanaan haji. Sudah banyak kalangan muslim berbagai kota dan pesantren menghubungi kami untuk menanyakan waktu pelaksanaaan salat Idul Adha tahun ini. Kami belum bisa memberikan kepastian. Kecenderungannya mungkin dilaksanakan Sabtu besok, namun keputusan resminya baru akan diambil siang nanti, ujar Syaifuddin. (mbr/sss) http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=277057kat_id=23 HTI Melihat Umat Islam sudah Kehilangan Jati Diri Jakarta-RoL--Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melihat bahwa umat Islam dewasa ini telah kehilangan jati diri, karena terbentur dengan urusan `ubudiyah yang semestinya mudah diselesaikan malah menjadi sulit dan cendrung menimbulkan perpecahan. Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia, sewaktu dihubungan lewat telefon di Jakarta, Kamis, mengatakan cukup aneh sekarang ini terjadi dikalangan umat Islam karena persoalan penetapkan hari-hari ibadah, seperti Hari Arafah, Idul Adha, juga awal dan akhir Ramadhan menjadi masalah. Setelah runtuhnya khilafah Utsmani pada 1924 memang tidak ada lagi yang memimpin umat Islam se dunia. Umat terpecah belah ke dalam lebih dari 50 negara yang bergerak berdasarkan dan demi kepentingan negara masing-masing dan sampa-sampai penetapan hari-hari ibadahpun menjadi masalah besar. Banyak umat yang bingung dan bertanya-tanya bagaimana mereka harus bersikap. Bila ingin puasa hari Arafah, kapan harus dilakukan. Apakah Jumat 29 Desember sesuai dengan hari ketika jamaah haji sedang melakukan wukuf di Arafah atau Sabtu 30 Desember sesuai dengan ketentuan pemerintah Indonesia. Berdasarkan kenyataan ini, Hizbut Tahrir Indonesia mengatakan bahwa bila umat Islam meyakini bahwa pilar dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah, sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika jamaah hai di tanah suci sedang melakukan wukuf di Arafah susuai dengan sunnah Rasul SAW. Semestinya umat Islam di seluruh dunia tanpa terkecuali mereka berada di Indonesia harus menjadikan penentuan hari Arafah di tanah suci sebagai pedoman. Dan jangan berjalan sendiri-sendiri seperti sekarang ini, ujarnya. Apalagi Nabi Muhammad SAW juga telah menegaskan masalah tersebut, tegasnya. Berdasarkan ketentutan ru`yat global dibantu dengan kemajuan
Re: [ppiindia] Detik com :MTA Solo Putuskan Salad Id 30 Desember
ya ya ya, jamaah politik, dipersilakan lewat. jgn lupa bagi bagi potong kambiang nya :D On 12/29/06, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum wr wb Insya Allah, saya memilih hari raya Idul Adha esok (Sabtu), saya haturkan selamat Hari Raya Idul Adha 1427 H. Begitu pula untuk saudara-saudari lain yang berhari raya minggu saya ucapkan Hari Raya Idul Adha. Semoga suatu saat Insya Allah, Allah akan menyatukan waktu perayaan hari raya bersama-sama. http://www.detiknews.com/ Majelis Tafsir Alquran Putuskan Salat Id 30 Desember Muchus Budi R. - detikcom Solo - Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang berpusat di Solo memutuskan akan menjalankan salat Idul Adha pada Sabtu 30 Desember 2006 besok. Alasannya, pelaksanaan salat Idul Adha berhubungan langsung dengan pelaksanaan ibadah haji di Makkah. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum MTA Ustad Achmad Sukina kepada detikcom, Jumat (29/12/2006). Keputusan ini berbeda dengan pemerintah Indonesia yang menetapkan salat Idul Adha dilakukan pada Minggu 31 Desember. Sukina menjelaskan, berbagai latar belakang tuntunan pelaksanaan salat Idul Adha itu berhubungan langsung dengan pelaksanaan ibadah haji. Bersamaan ketika para jamaah haji melaksanakan wukuf, maka umat muslim yang sedang tidak berhaji disunahkan untuk berpuasa. Ketika para jamaah haji berkumpul di Arafah, maka umat muslim yang tidak berhaji disunahkan menjalankan salat Idul Adha. Hadits Nabi Muhammad SAW mengatakan demikian, paparnya. Dengan alasan itulah, maka pada hari Sabtu besok semua anggota MTA di seluruh Indonesia diserukan untuk melaksanakan salat sunah Idul Adha. Untuk ribuan anggotanya yang berada di Solo dan sekitarnya, MTA akan memusatkan pelaksanaannya di Stadion Mahanan, Solo. Untuk para anggota di luar Surakarta dianjurkan bergabung dengan umat Islam setempat yang juga melaksanakan salat Idul Adha pada hari Sabtu. Namun jika warga muslim setempat tidak ada yang menjalankannya pada hari Sabtu, maka para anggota MTA dianjurkan mengadakan salat Idul Adha sendiri di kantor MTA setempat. Ketika ditanya berapa jumlah anggota MTA di seluruh Indonesia saat ini, Achmad Sukina mengaku tidak hapal hitungan pastinya. Namun dia berani memastikan, jumlah anggotanya mencapai lebih dari 100 ribu orang, dengan jumlah terbanyak di wilayah Surakarta yang mencapai puluhan ribu orang. Meskipun ada kecenderungan untuk juga menjalankan salat Idul Adha pada hari Sabtu, namun Pesantren Al-Mukmin Ngruki hingga pagi ini belum mengambil keputusan resmi. Staf Humas Al-Mukmin, Syaifuddin Zuhri, mengatakan, keputusan baru akan diambil seusai salat Jumat nanti. Ketika terjadi perbedaan waktu pelaksanaan salat Idul Adha beberapa tahun lalu, Al-Mukmin Ngruki juga memutuskan untuk melaksanakannya berpedoman pada pelaksanaan haji di Makkah. Syaifuddin menjelaskan, memang waktu pelaksanaan salat Idul Adha tidak bisa dipisahkan dengan waktu pelaksanaan haji. Sudah banyak kalangan muslim berbagai kota dan pesantren menghubungi kami untuk menanyakan waktu pelaksanaaan salat Idul Adha tahun ini. Kami belum bisa memberikan kepastian. Kecenderungannya mungkin dilaksanakan Sabtu besok, namun keputusan resminya baru akan diambil siang nanti, ujar Syaifuddin. (mbr/sss) http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=277057kat_id=23 HTI Melihat Umat Islam sudah Kehilangan Jati Diri Jakarta-RoL--Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melihat bahwa umat Islam dewasa ini telah kehilangan jati diri, karena terbentur dengan urusan `ubudiyah yang semestinya mudah diselesaikan malah menjadi sulit dan cendrung menimbulkan perpecahan. Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia, sewaktu dihubungan lewat telefon di Jakarta, Kamis, mengatakan cukup aneh sekarang ini terjadi dikalangan umat Islam karena persoalan penetapkan hari-hari ibadah, seperti Hari Arafah, Idul Adha, juga awal dan akhir Ramadhan menjadi masalah. Setelah runtuhnya khilafah Utsmani pada 1924 memang tidak ada lagi yang memimpin umat Islam se dunia. Umat terpecah belah ke dalam lebih dari 50 negara yang bergerak berdasarkan dan demi kepentingan negara masing-masing dan sampa-sampai penetapan hari-hari ibadahpun menjadi masalah besar. Banyak umat yang bingung dan bertanya-tanya bagaimana mereka harus bersikap. Bila ingin puasa hari Arafah, kapan harus dilakukan. Apakah Jumat 29 Desember sesuai dengan hari ketika jamaah haji sedang melakukan wukuf di Arafah atau Sabtu 30 Desember sesuai dengan ketentuan pemerintah Indonesia. Berdasarkan kenyataan ini, Hizbut Tahrir Indonesia mengatakan bahwa bila umat Islam meyakini bahwa pilar dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah, sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika jamaah hai di tanah suci sedang melakukan wukuf di Arafah susuai dengan sunnah Rasul SAW. Semestinya umat Islam di seluruh dunia tanpa terkecuali mereka berada di Indonesia harus menjadikan penentuan hari Arafah di tanah
Re: [ppiindia] Detik com :MTA Solo Putuskan Salad Id 30 Desember
mbakyu aris, jamaah politik pks, mengambil sikap yg berbeda dgn tahun lalu. nampaknya mereka bakalan sholat idul adha tgl 31 des. barangkali HT perlu mencela ketidak konsistenan - bahasa madurannya keistiqomahan - mereka silakan menghujat. waktu dan tempat dipersilakan.. === Tentang Idul Adha 1427 H DSP PKS Keluarkan Konsideran Penangguhan Shalat Idul Adha PK-Sejahtera Online: Dewan Syariah Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DSP PKS) mengeluarkan Konsideran (Pertimbangan) Penangguhan Pelaksanaan Shalat Idul Adha 1427 H. Pelaksanaan Shalat Idul Adha yang seharusnya Sabtu (30/12), diundur pada Ahad (31/12). Hal ini menimbulkan pertanyaan di masyarakat kenapa harus diundur. Adendum Ketetapan DSP-PKS Nomor : 12/B/K/DSP-PKS/1427 Konsideran Syar'i Penangguhan Pelaksanaan Shalat Idul Adha 1. Menghindari mudharat (daf'ul madharat) a. Terjadinya perbedaan dalam syiar yang bersifat jama'i b. Mudharat pembatalan ribuan jadwal khutbah yang sudah direncanakan jauh-jauh dengan masyarakat. Hal itu berdasarkan hadits: #1593;#1614;#1606;#1618; #1593;#1615;#1605;#1614;#1610;#1618;#1585;#1616; #1576;#1618;#1606;#1616; #1571;#1614;#1606;#1614;#1587;#1613; #1593;#1614;#1606;#1618; #1593;#1615;#1605;#1615;#1608;#1605;#1614;#1577;#1613; #1604;#1614;#1607;#1615; #1605;#1616;#1606;#1618; #1575;#1604;#1618;#1571;#1614;#1606;#1618;#1589;#1614;#1575;#1585;#1616; #1585;#1614;#1590;#1616;#1610;#1614; #1575;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1615; #1593;#1614;#1606;#1618;#1607;#1615;#1605;#1618; #1602;#1614;#1575;#1604;#1615;#1608;#1575; { #1594;#1615;#1605;#1617;#1614; #1593;#1614;#1604;#1614;#1610;#1618;#1606;#1614;#1575; #1607;#1616;#1604;#1614;#1575;#1604;#1615; #1588;#1614;#1608;#1617;#1614;#1575;#1604;#1613; #1601;#1614;#1571;#1614;#1589;#1618;#1576;#1614;#1581;#1618;#1606;#1614;#1575; #1589;#1616;#1610;#1614;#1575;#1605;#1611;#1575; #1548; #1601;#1614;#1580;#1614;#1575;#1569;#1614; #1585;#1614;#1603;#1618;#1576;#1612; #1605;#1616;#1606;#1618; #1570;#1582;#1616;#1585;#1616; #1575;#1604;#1606;#1617;#1614;#1607;#1614;#1575;#1585;#1616; #1601;#1614;#1588;#1614;#1607;#1616;#1583;#1615;#1608;#1575; #1593;#1616;#1606;#1618;#1583;#1614; #1585;#1614;#1587;#1615;#1608;#1604;#1616; #1575;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1616; #1589;#1614;#1604;#1617;#1614;#1609; #1575;#1604;#1604;#1617;#1614;#1607;#1615; #1593;#1614;#1604;#1614;#1610;#1618;#1607;#1616; #1608;#1614;#1587;#1614;#1604;#1617;#1614;#1605;#1614; #1571;#1614;#1606;#1617;#1614;#1607;#1615;#1605;#1618; #1585;#1614;#1571;#1614;#1608;#1618;#1575; #1575;#1604;#1618;#1607;#1616;#1604;#1614;#1575;#1604;#1614; #1576;#1616;#1575;#1604;#1618;#1571;#1614;#1605;#1618;#1587;#1616; #1548; #1601;#1614;#1571;#1614;#1605;#1614;#1585;#1614; #1575;#1604;#1606;#1617;#1614;#1575;#1587;#1614; #1571;#1614;#1606;#1618; #1610;#1615;#1601;#1618;#1591;#1616;#1585;#1615;#1608;#1575; #1605;#1616;#1606;#1618; #1610;#1614;#1608;#1618;#1605;#1616;#1607;#1616;#1605;#1618; #1548; #1608;#1614;#1571;#1614;#1606;#1618; #1610;#1614;#1582;#1618;#1585;#1615;#1580;#1615;#1608;#1575; #1604;#1614;#1593;#1616;#1610;#1583;#1616;#1607;#1616;#1605;#1618; #1605;#1616;#1606;#1618; #1575;#1604;#1618;#1594;#1614;#1583;#1616; } #1585;#1614;#1608;#1614;#1575;#1607;#1615; #1575;#1604;#1618;#1582;#1614;#1605;#1618;#1587;#1614;#1577;#1615; #1573;#1604;#1617;#1614;#1575; #1575;#1604;#1578;#1617;#1616;#1585;#1618;#1605;#1616;#1584;#1616;#1610;#1617;#1614; Umair ibn Anas meriwayatkan dari kerabatnya yang berasal dari Anshar bahwa mereka berkata, kami tidak melihat hilal syawwal. Karena itu di pagi harinya kami berpuasa. Lalu di penghujung siang (menjelang zuhur) datang rombongan di mana mereka bersaksi di hadapan Rasulullah saw bahwa mereka telah melihat hilal kemarin. Maka, rasul segera menyuruh mereka untuk berbuka pada hari itu dan menunaikan shalat ied pada keesokan harinya. (HR Ahmad, Abu Daud, al-Nasai, dan Ibn Majah) Hadis di atas menjadi dalil bagi mereka yang berpendapat bahwa shalat ied bisa dilaksanakan pada hari kedua jika waktu ied baru diketahui ketika waktu shalat telah lewat. Demikian pendapat al-Awzai, al-Tsauri, Ahmad, Ishaq, Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad, dan pendapat Syafii. Hal itu juga menjadi pendapat kalangan ahlul bait seperti al-Hadi, al-Qasim, al-Nashir, al-Muayyid billah. Hanya saja, menurut Abu Thalib tidak dilaksanakannya shalat ied pada hari pertama dengan syarat terjadi ketidakjelasan atau keraguan sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas. Akan tetapi pendapat tersebut dibantah sebab jika karena ragu tentu hanya berlaku pada nabi tidak kepada rombongan di atas. Sebab, ternyata mereka juga tidak menunaikan shalat ied pada hari itu dengan sengaja padahal sebelumnya mereka melihat hilal. Perintah Nabi kepada mereka sebagaimana terdapat dalam riwayat Abu Daud menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara udzur karena tidak adanya kejelasan atau udzur lainnya sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang lain. Mereka tidak membedakan antara udzur akibat tidak adanya kejelasan dan udzur yang