[ppiindia] [POETRY] PEDANG JIWA EKOR PARI ( VIII )
PEDANG JIWA EKOR PARI ( VIII ) Surgaloka Tak kuasa membuyar pilihannya, dan terpaksa memilih: diantara kebajikan-kebajikan tercagil cinta dan kehidupan; tersimpan hasrat disana: di ngarai-ngarai pembaginya. 2007, Leonowens SP - Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Humor - Alasan kenapa Sekretaris saya, saya pecat !
Subject: > Alasan Kenapa Sekretaris saya, saya pecat ! Tidak semua sekretaris mempunyai pikiran sama dengan bossnya. alasan kenapa sekertaris saya, saya pecat !! (pengakuan seorang teman) Dua minggu yang lalu merupakan ulang tahunku yang ke-35 dan moodku tidak terlalu baik pada pagi itu. Aku turun untuk sarapan dengan harapan istriku akan mengucapkan dengan penuh sukacita Selamat Ulang Tahun suamiku tersayang" dan mungkin saja dengan sebuah kado ulang tahun untukku. Waktu berlalu dan bahkan dia tidak mengucapkan selamat pagi. Aku berpikir, ya, itulah istri, tapi mungkin anak-anakku akan mengingat kalau hari ini aku berulang tahun. Anak-anak datang ke meja makan untuk sarapan namun mereka juga tidak mengatakan satu patah katapun. Akhirnya aku berangkat ke kantor dengan perasaan penuh kecewa dan sedih. Ketika aku masuk ke ruangan, sekertarisku, Janet, menyapaku "Selamat pagi Boss, Selamat Ulang Tahun". Dan akhirnya aku merasa sedikit terobati mengetahui ada seseorang yang mengingat hari ulang tahunku. Aku bekerja sampai tengah hari dan kemudian Janet mengetuk pintu ruanganku dan berkata "Apakah Anda tidak menyadari bahwa hari ini begitu cerah diluar dan hari ini adalah hari ulang tahun Anda, mari kita pergi makan siang, hanya kita berdua". Aku berkata "Wow, itu adalah perkataan yang luar biasa yang saya dengar hari ini, mari kita pergi". Kami berdua pergi makan siang. Kami tidak pergi ke tempat dimana kami biasanya makan siang, tetapi kami pergi ke tempat yang sepi. Kami memesan 2 botol martini dan sangat menikmati makan siang kami. Dalam perjalanan pulang ke kantor, dia berkata, "Anda tahu ini adalah hari yang begitu indah, Kita tidak perlu kembali ke kantor kan ?". Tidak perlu, saya pikir tidak perlu, jawabku. Lalu dia mengajak saya untuk mampir ke apartemennya. Setelah tiba di apartemennya, dia berkata, "Boss, jika Anda tidak keberatan, saya akan pergi ke ruang tidur dan melepaskan sesuatu agar lebih nyaman". Tentu saja sahutku dengan gembira. Dia pergi kekamar tidur dan kira-kira enam menit kemudian dia keluar membawa kue ulang tahun yang besar diiringi oleh istri, anak-anakku dan sejumlah rekan kerja kami sambil menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun. Aku hanya duduk terpaku disana. Di sebuah sofa panjang, ... telanjang tanpa sehelai benang. Satrio Arismunandar Producer - News Division, Trans TV, Floor 3 Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026, Fax: 79184627 http://satrioarismunandar6.blogspot.com "If you know how to die, you know how to live..." __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Membahagiakan Diri
Membahagiakan Diri Tahukah anda salah satu ciri manusia terbaik adalah mereka yang mengerti bagaimana caranya membahagiakan dirinya sendiri. Ada orang yang membahagiakan dirinya dengan cara shopping, jalan-jalan, atau makan makanan yang enak. Namun tidak demikian dengan salah seorang teman saya yang mengatakan bahwa salahsatu cara membahagiakan diri sendiri adalah dengan membahagiakan orang lain. Lantas bagaimana cara anda membahagiakan diri? Wassalam, Agussyafii === Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72 ===
Re: [ppiindia] Re: Kasus IPDN adalah tanggung jawab negara
ini sebenarnya bukan lah menghilangkan satu generasi, apa lagi komentar dari republik mimpi, di metro tv, kritik republik mimpi itu sama saja dengan kritik dari aktivis-aktivis pencetus reformasi tetapi hasilnya nol terbukti gus dur, amin rais megawati tidak dapat berbuat apa-apa terhadap negeri ini, malah mereka terlempar keluar arena pemerintahan ...artinya republik mimpi itu adalah sindirin buat orang-orang yang hanya bisa bermimpi dengan kritikan yang pedas tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. mungkin termasuk presiden sekarang ini. benar, siswa ipdn itu tidak bisa dirugikan oleh system yang dibuat oleh negara, karena semua mereka adalah korban dari system yang mempunyai tujuan tertentu, yang menjadi masalah adalah systemnya di bangun tetapi apakah di kontrol atau tidak ... ? dan sudah menjadi budaya di negeri kita umumnya system di bangun tapi tak ingin di kontrol /audit sehingga system tersebut berjalan terus dan akhirnya memakan korban di lembaga keuangan korbannya bisa saja terjadi korupsi, tapi di ipdn terjadi korban fatal (kematian) . dan sekarang pemerintah kayaknya mencari-cari kesalahan seakan-akan itu adalah kesalahan siswa/praja sendiri, ... HAL INI TIDAK BENAR seharusnya yang membuat system tersebut yang di hukum kalau tetap siswa yang dihukum dan tidak dilakukan perombakan system yang di kontrol dengan ketat maka akar permasalahannya tidak selesai, dan akhirnya akan terjadi lagi kasus serupa terbukti bahwa ipdn telah banyak memakan korban dan sangat disesalkan bahwa korbannya sangat banyak sekali yaitu 35 orang meninggal dunia ... akademi militer saja tidak akan terjadi hal seperti ini kematian ini seharusnya menjadi tanggung jawab negara dengan memberi konpensasi kepada korban, karena lembaga ini adalah lembaga pemerintah yang bertujuan untuk mencetak pejabat negara dan para pelaku tindak kekerasan bisa berdalih bahwa apa yang mereka lakukan merupakan system yang sudah ada dan berlangsung sangat lama dan system yang dibangun di ipdn bisa disebut sebagai SYSTEM KRIMINAL yang melanggar hak-hak azasi manusia .pihak hak-hak azasi manusia bisa menuntut pada pendiri ipdn atau negara karena systemnya melanggar HAM . salam yustam Memang semua kita yang mendengar atau melihat kasus ini di TV takkan habis pikir. Saya setuju komentar dalam acara republik Mimpi hari Minggu yl di Metro TV, bahwa menghilangkan satu generasi takkan merubah sikap dan watak lembaga pendidikan ini. Hanya perombakan tuntas struktur atau malah pembubaran (tapi jangan sampai merugikan para siswa), satu satunya jalan yang ada. TETAPI, marilah kita sadari, bahwa setiap lembaga dalam suatu masyarakat, hanya mungkin tumbuh dan berkembang apabila sesuai dengan masyarakat dimana lembaga tersebut tumbuh, ini bak tanaman. Jadi, lembaga yang penuh obsesi kekuasaan dan kekerasan ini, tanpa mengedepankan kinerja rational dan kekuatan daya pikir (research dan survey maupun innovasi), HANYA dapat tumbuh dalam masyarakat macam bangsa kita dimasa ini: hidup keseharian penuh jalan buntu, frustasi, pamer kekuasaan, ketimpangan sosial.. Lembaga semacam ini, TAK mungkin muncul dalam masayarakat yang sudah dewasa macam Jepang, Korea, Singapura, Austria, swiss, negara negara Skandinavia.. Perhatikanlah, bagaimana baju seragam, dalam bentuk apapun, sangat disukai dinegeri ini... Salam Danardono --- In ppiindia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: > > > saya tidak habis pikir mengapa pemerintah atau negara harus melempar > tanggung > jawab terhadap kasus yang terjadi di IPDN, karena pada dasarnya SYSTEM > PENDIDIKAN > yang terbentuk di IPDN atau STPDN (dulu) sebelumnya di buat oleh NEGARA, > jadi dengan > sendirinya negaralah yang harus bertanggung jawab terhadap konsekwensi yang > terjadi > akibat penerapan system tersebut. Karea kita tahu bahwa system yang dibuat > pasti mempunyai > tujuan tertentu, sehingga kalau system pendidikan di ipdn tetap berjalan > dari awal pembentukannya > maka artinya tujuannya sudah tercapai, tapi konsekwensinya harus ditanggung > oleh negara. > > kasus ipdn ini, kelihatanya pemerintahan SBY bersikap pilon, seakan-akan > kejadiannya > tidak berhubungan dengan kebijakan yang menghasilkan system pendidikan yang > menghasilkan > suatu effek yang sangat buruk. pemerintah (negara) seharusnya bertanggung > jawab terhadap system > ini. para pakar tata negara pasti tahu tentang hal ini, > > Pada kesimpulannya para praja senior yang telah melakukan kekerasan tidak > bisa dihukum karena > tindakan mereka termasuk dalam system pendidikan yang diciptakan oleh > pendiri sekolah tersebut > dan para siswa atau praja yang tewas atau mengalami cedera harus > mendapatkan kompensasi > dari negara (pemerintah) ... ... dikawatirken pemerintah atau > penyelenggarah negara sekarang bukanlah > negarawan yang bertanggung jawab terhadap negara dan rakyatnya, tetapi > pejabat pilon yang > tidak mendidik rakyat dan pemerintahan untuk menghindari hukum .
[ppiindia] Stabilitas Dinamis
Stabilitas Dinamis Kehidupan sangat ditentukan tujuan hidup yang ada pada diri kita. Bagi manusia terbaik memiliki tujuan hidup yang sangat jelas dan cenderung stabil. Namun stabilitas yang dimilikinya bukanlah stabililtas statis yang tidak bergerak bagai duduk diatas kursi diruang tamu. Namun stabilitasnya adalah stabilitas dinamis bagai duduk dengan tenang diatas kereta ekpress yang melaju dengan kencang untuk mencapai tujuan hidupnya. barangkali itulah ciri-ciri orang yang taqwa.. Wassalam, Agussyafii Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72
[ppiindia] PWI dan IJTI Perlu Segera Jadi Serikat Pekerja Jurnalis?
PWI DAN IJTI PERLU SEGERA DEKLARASIKAN DIRI SEBAGAI SERIKAT PEKERJA JURNALIS? Oleh Satrio Arismunandar Saya bertemu dengan Bambang Harymurti (BHM), wartawan senior Majalah Tempo, pada hari Rabu (4 April 2007) di Jakarta. Kebetulan saya, BHM, dan sejumlah rekan media lain diundang menghadiri Diskusi Terbatas Kebebasan Pers: “KPI Baru dan Tantangan Demokratisasi Dunia Penyiaran.” Acara ini diselenggarakan bersama oleh AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan Yayasan SET, dengan dukungan USAID-DRSP (Democratic Reform Support Program). BHM menceritakan, dia belum lama ini mendesak pimpinan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), agar PWI segera mendeklarasikan diri sebagai serikat pekerja jurnalis, seperti AJI. Alasannya, kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan jurnalis saat ini sudah begitu mendesak. Kalau PWI, AJI dan banyak organisasi jurnalis lain secara tegas sudah mendeklarasikan diri sebagai serikat pekerja, mereka bisa mendesak para pemilik media, untuk memberi gaji yang lebih layak dan manusiawi pada para jurnalisnya. Selama ini, kampanye “Tolak Amplop” yang dilakukan AJI, agar para jurnalis bisa bertugas secara profesional, bermartabat, dan tidak diperalat oleh narasumber (pemberi amplop), pada praktiknya menjadi kurang efektif. Pasalnya, banyak pemilik media –khususnya di daerah-daerah-- tidak memberi gaji yang layak kepada jurnalis. Tekanan kebutuhan hidup bisa membuat para jurnalis, yang semula mau bersikap idealis, akhirnya “berkompromi dengan realita.” Tekanan kebutuhan hidup ini akan semakin terasa bagi jurnalis, yang kebetulan sudah berkeluarga dan memiliki sejumlah anak. “Kalau begitu, kupikir bukan cuma PWI, tetapi IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) juga perlu mendeklarasikan diri sebagai serikat pekerja,” kata saya pada BHM. “Ya, betul. IJTI juga perlu ikut,” sahutnya. Namun, jika mendengar sebutan “serikat pekerja,” para pemilik media biasanya akan langsung alergi atau was-was. Maka, pada tahap awal ini, BHM mengusulkan agar PWI sebagai serikat pekerja nanti berhubungan baik atau menjalin “kemitraan” dengan SPS (Serikat Penerbit Suratkabar), yang notabene merupakan organisasi para pemilik media. Jadi, misalnya, para jurnalis atau pekerja pers nanti tidak bisa seenaknya melancarkan mogok kerja, jika ada sengketa dengan pemilik media. Semua kasus ketenagakerjaan harus dibicarakan secara baik-baik, dengan pendekatan keuntungan dan benefit untuk kedua pihak (karyawan/jurnalis dan pemilik media). Tidak boleh menang-menangan. Karena, jika kelangsungan hidup perusahaan sampai terganggu, kesejahteraan dan nafkah para jurnalis dan karyawan di dalamnya juga akan terancam. “Dalam konteks itu, kalau memang mau jadi serikat pekerja, IJTI nanti juga harus menjalin hubungan baik dengan ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta Indonesia),” ujar saya. BHM mengiyakan. Nah, kalau begitu, sekarang berpulang pada para pimpinan PWI dan IJTI, apakah mereka mau mengikuti imbauan dan saran ini. Upaya organisasi-organisasi profesi jurnalis, untuk menjadikan para anggotanya sebagai jurnalis profesional, rasanya tak akan efektif jika tidak diimbangi dengan langkah-langkah lain. Yaitu, perhatian dan langkah-langkah konkret, yang lebih terfokus pada aspek peningkatan kesejahteraan jurnalis. Salah satunya, menjadikan PWI dan IJTI sebagai serikat pekerja, seperti AJI. Depok, 6 April 2007 Satrio Arismunandar Producer - News Division, Trans TV, Floor 3 Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026, Fax: 79184627 http://satrioarismunandar6.blogspot.com "If you know how to die, you know how to live..." __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com *** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! G
[ppiindia] Al-Aql Al-Awwal (The Primordial Intellect/Firmware)
In Your Name every intellect cognizes Al-`Aql Al-`Awwal (The Primordial Intellect/Firmware) http://www.untiredwithloving.org/aql.html Why I understand an object as you understand it the same way? Why I understand what you say and you understand what I say? Why we understand the sciences and laws of worlds millions of light years away and with the same science we understand the surface of this earth? In this treatise we explore the concept of the Aql, often mistranslated as mind or brain, as the primordial intellect, the very first creation of Allah. The Arabic word Aql and many of its derivatives appear within the Qur'an and Hadith (Prophetic Narration) as well as the Islamic Philosophy texts and of course the Sufi texts. What is this Aql? Why does primordial mean? Read from the luminaries: Jurjani, Abu Hayyan Tauhidi, Ibn Arabi and Ibn Kathir. Explore the Principle of Relativity and Feyman's double-slit experiment and see how they related to this Aql and its behavior. --DARA The Eyeless Lion
[ppiindia] One Stop Financial Services
pak Dana, memang benar, islamic banking dan islamic assurance adalah inovasi baru. - Original Message - From: NINA MUDRIKAH To: al ikhwan ; cyberdakwah ; muslimah ; LSME ; forsimpta Sent: Thursday, April 12, 2007 10:47 PM Subject: [Al-Ikhwan] One Stop Financial Services One Stop Financial Services Diantara kita pasti sering ditelp oleh telemarketing lembaga keuangan yang menawarkan berbagai produk:asuransi, kartu kredit, membership hotel, dan lain - lain. Tahun 2005 saya ditelp oleh telemarketing sebuah bank swasta tempat saya menabung, menawarkan produk asuransi kesehatan. Saya tahu sedikit mengenai bancassurance. Waktu itu saya fikir saya sudah punya coverage asuransi kesehatan dari kantor. Tapi karena rayuan marketing tersebut dan juga pembayaran premi tidak terlalu besar dan langsung di debit dari tabungan, maka saya setuju menggunakan produk asuransi tersebut. Tidak perlu mengurus administrasi, 2 minggu kemudian terbit polis yang dikirim ke kantor dan tabungan saya pun di debit setiap bulan (sekitar 60 rb). Saya lupa akan asuransi tersebut, sampai tahun 2006 ketika saya harus opname beberapa hari karena thypus, saya teringat memiliki polis asuransi kesehatan tersebut. Semua biaya rumah sakit saya ditanggung oleh asuransi kantor, tapi dari asuransi yang saya ambil pribadi tersebut saya dapat cash plan 750 rb sehari dikalikan berapa hari saya harus menginap di RS dan ditransfer langsung ke rekening tabungan. Lumayan bukan? Saya tidak ingin membahas mengenai produk bank maupun asuransi tersebut tetapi lebih kepada kemudahan yang dapat kita peroleh dalam semua transaksi keuangan. Ini yang disebut "one stop financial services". Kalau membayar telpon, air, listrik, premi, SPP dan lain - lain lewat ATM tentu kita semua sering memanfaatkan fitur tersebut. Membeli tiket pesawat ataupun gadget secara online dengan credit card juga hal biasa. Disisi lain ada produk asuransi yang memberikan insurance cover (proteksi) sekaligus investasi yang disebut unit link. Premi yang harus kita bayarpun tergantung keinginan kita, karena uang pertanggungan akan menyesuaikan dengan besarnya premi. Pun porsi dan jenis investasi juga bisa diatur sesuai kebutuhan pemegang polis. Asuransi dasar hanya mengcover ketika kita meninggal maupun cacat tetap, disamping ada juga keleluasaan menambah coverage proteksi tersebut (banyak pilihan riders yang ditawarkan). Hebatnya juga kita bisa menentukan pilihan investasi yang akan kita ambil, bagi yang nggak takut risiko bisa menempatkan pada equity (saham) yang tentu saja high risk high return. Bagi yang mau main aman bisa menempatkan pilihan investasinya pada managed/balance fund yang mengkombinasikan antara saham dan obligasi, atau pilihan deposito yang relatif stabil. Bagaimana dengan Lembaga Keuangan syariah? Dulu paradigma yang berkembang adalah lembaga keuangan syariah harus "totally different" dari konvensional. Ibarat anak ABG yang baru mendalami Islam... semua serba tidak boleh... Tapi sekarang paradigma itu telah berubah, kalau memang tidak ada larangan yang jelas dalam Al Qur'an dan Hadist maka dalam muamalah semua boleh dilakukan. Maka lembaga keuangan syariah pun memberikan layanan yang minimal sama dengan yang dinikmati oleh nasabah konvensional. Phone banking, sms banking, net banking pun bisa dinikmati oleh nasabah bank syariah. Juga segala pembayaran kebutuhan seperti telp, air,listrik, kartu kredit,bayar premi asuransi, cicilan, dll. So tidak ada alasan untuk tidak menggunakan bank syariah kan?? Ada produk asuransi syariah yang pemegang polis cukup mendaftar lewat sms dan nomor polis pun dikirim oleh perusahaan via sms yang bisa di forward kepada ahli waris kalau terjadi sesuatu pada pemegang polis. Produk unit link syariah juga mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat. Takaful, Panin Life, BRIngin Life, MAA Life, Allianz dan sebentar lagi Prudential juga menawarkan prosuk unit link berbasis syariah. Jadi kita tetap bisa dicover asuransi dan berinvestasi dengan tetap comply to sharia. Ada juga pilihan fund yang bisa diambil seperti equity maupun managed/balance fund. Tentu saja pilihan instrumennnya baik saham maupun obligasinya adalah yang sesuai dengan prinsip syariah. Apalagin kalau sukuk terbit sebentar lagi, akan menambah portfolio instrumen syariah. Ada keuntungan lain dengan memilih asuransi syariah karena dalam asuransi syariah surplus underwriting adalah hak pemegang polis yang dikembalikan setiap akhir masa pertanggungan. Sekali lagi saya tidak bermaksud untuk mengajak membeli suatu produk tertentu, hanya memaparkan kondisi yang ada sekarang. Kalau hasil yang diperoleh sama secara hitungan finansial dan service kenapa tidak memilih yang lebih berkah dengan produk syariah?? Nina Mudrikah [EMAIL PROTECTED] - Sucker-punch spam with award-winning protection. Try the free Yahoo! Mail Beta. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Islamic Banking: Is It Really Kosher? Ada komentar?
Islamic Banking: Is It Really Kosher? By Aaron MacLean Friday, March 16, 2007 Muslim scholars say the Qur'an prohibits collecting interest on loans. But many banks, both global and local, have found clever ways to meet religious strictures. It's a system that may be hypocritical, but also profitable. The coverage can be a little bit breathless: "La finance Islamique en plein boom," Le Figaro reported in September. Yes, Islamic banking, structured along the lines that religion decrees, is in full boom. But is it really banking? And is it really kosher? Islam prohibits the payment of interest on loans, so observant Muslims require specialized alternative arrangements from their banks. Many of the largest global financial companies, including Deutsche Bank and JPMorgan Chase, have established thriving subsidiaries that strive to meet these requirements. As a result, optimists speculate that the common pursuit of lucredivinely sanctioned, filthy, or otherwisewill bring bickering civilizations together. They may be right. The Islamic aversion to interest collection comes from the Qur'an. Not that the term "interest" is ever used: the Arabic injunction forbids something called riba. The Qur'an offers no exact definition of what riba meant in seventh-century Arabia, the time and place of the Prophet Mohammedlet alone what the term should mean today. In particular, the passages are ambiguous on the question of whether riba refers to all kinds of interest collection, or only usurious interestthat is, lending practices that are, according to some ill- defined standard, unfair and exploitative. What is clear in the divine financial critique is that, whatever riba may be, Jews are doing it. At one point God warns that they will face a "painful day of doom" if they keep it up. This ambiguity was a practical problem for the early Muslim jurists, who formalized religious rules in a code called sharia. They were divided on the subject, but as time went on, the weight of consensus came to rest on the side of prohibiting all interest collection. The financial instruments that 20th-century Islamic theorists championed were updated versions of medieval commercial instruments, still known in the Islamic financial sector by their Arabic names: in addition to bonds, known as sukuk, there are profit-and-loss sharing instruments known as musharaka or mudaraba, Islamic leases known as ijara, and a commercial trade instrument called murabaha, the flexibility of which has made it extremely popular among Islamic financial firms. Banking, as an institution, evolved at the same time as the unprecedented economic growth in Europe over the past 500 years. That growth was made possible in part by the codification, in the 12th century, of a distinction between usury and interest in the Christian tradition. The Islamic world witnessed the development of corporate contract law and the European banking system from afar. A mixture of traditional arrangements and, later, imported Western practices prevailed in Muslim countries. But it wasn't until the 1960s that anyone tried to combine the two, governing a modern bank according to Islamic law. You don't have to be Islamic to bank in accordance with sharia. All you need is a board of religious scholars to approve your operation. Islamic financial institutions, the argument went, would boost the economic development of Muslim societies. The fraternal style of Islamic bankingwith its emphasis on equity financing rather than lendingwould enhance social responsibility. In practice, however, Islamic finance has had to bend to the same pressures as any other kind of finance. Social, religiously oriented investment in the development of the Islamic world is something people are more interested in publicly championing than personally doing. Khalid Ikram, who represented the World Bank in Egypt, says of Islamic banking, "it hasn't had a lot to do with development." Pinning down the growth of Islamic banking is a challenge. Whether a banking system truly counts as halalthat is, compliant with the laws of sharia, or, in another religious context, kosheris a religious question, hard for accountants to answer. Take Iran: should the country's whole banking system, which is nominally Islamic, be counted as part of the sector even though many experts raise questions about its legitimacy? The numbers I found were anecdotal. Rodney Wilson, professor of economics at Durham University in Britain and editor of the essay collection The Politics of Islamic Finance, estimates total assets within halal banking systems at just under $500 billion. That's roughly the size of Wells Fargo Bank, America's fourth-largest. Hussein A. Hassan of Deutsche Bank predicts that Islamic finance will be the world's fastest-growing banking sector for years, based on what he calls a modest estimate of 20 percent annual increases in deposits. So it's b
[ppiindia] Re: Kasus IPDN adalah tanggung jawab negara
Memang semua kita yang mendengar atau melihat kasus ini di TV takkan habis pikir. Saya setuju komentar dalam acara republik Mimpi hari Minggu yl di Metro TV, bahwa menghilangkan satu generasi takkan merubah sikap dan watak lembaga pendidikan ini. Hanya perombakan tuntas struktur atau malah pembubaran (tapi jangan sampai merugikan para siswa), satu satunya jalan yang ada. TETAPI, marilah kita sadari, bahwa setiap lembaga dalam suatu masyarakat, hanya mungkin tumbuh dan berkembang apabila sesuai dengan masyarakat dimana lembaga tersebut tumbuh, ini bak tanaman. Jadi, lembaga yang penuh obsesi kekuasaan dan kekerasan ini, tanpa mengedepankan kinerja rational dan kekuatan daya pikir (research dan survey maupun innovasi), HANYA dapat tumbuh dalam masyarakat macam bangsa kita dimasa ini: hidup keseharian penuh jalan buntu, frustasi, pamer kekuasaan, ketimpangan sosial.. Lembaga semacam ini, TAK mungkin muncul dalam masayarakat yang sudah dewasa macam Jepang, Korea, Singapura, Austria, swiss, negara negara Skandinavia.. Perhatikanlah, bagaimana baju seragam, dalam bentuk apapun, sangat disukai dinegeri ini... Salam Danardono --- In ppiindia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: > > > saya tidak habis pikir mengapa pemerintah atau negara harus melempar > tanggung > jawab terhadap kasus yang terjadi di IPDN, karena pada dasarnya SYSTEM > PENDIDIKAN > yang terbentuk di IPDN atau STPDN (dulu) sebelumnya di buat oleh NEGARA, > jadi dengan > sendirinya negaralah yang harus bertanggung jawab terhadap konsekwensi yang > terjadi > akibat penerapan system tersebut. Karea kita tahu bahwa system yang dibuat > pasti mempunyai > tujuan tertentu, sehingga kalau system pendidikan di ipdn tetap berjalan > dari awal pembentukannya > maka artinya tujuannya sudah tercapai, tapi konsekwensinya harus ditanggung > oleh negara. > > kasus ipdn ini, kelihatanya pemerintahan SBY bersikap pilon, seakan-akan > kejadiannya > tidak berhubungan dengan kebijakan yang menghasilkan system pendidikan yang > menghasilkan > suatu effek yang sangat buruk. pemerintah (negara) seharusnya bertanggung > jawab terhadap system > ini. para pakar tata negara pasti tahu tentang hal ini, > > Pada kesimpulannya para praja senior yang telah melakukan kekerasan tidak > bisa dihukum karena > tindakan mereka termasuk dalam system pendidikan yang diciptakan oleh > pendiri sekolah tersebut > dan para siswa atau praja yang tewas atau mengalami cedera harus > mendapatkan kompensasi > dari negara (pemerintah) ... ... dikawatirken pemerintah atau > penyelenggarah negara sekarang bukanlah > negarawan yang bertanggung jawab terhadap negara dan rakyatnya, tetapi > pejabat pilon yang > tidak mendidik rakyat dan pemerintahan untuk menghindari hukum . > > salam > yustam > > > > > > > __ > > Disclaimer : > - This email and any file transmitted with it are confidential and > are intended solely for the use of the individual or entity whom > they are addressed, if you are not the original recipient, please > delete it from your system. > - Any views or opinions expressed in this email are those of the > author only. > __ >
[ppiindia] [POETRY] PEDANG JIWA EKOR PARI ( VII )
PEDANG JIWA EKOR PARI ( VII ) Para dewa, cabutlah segera nafasku; secepat Engkau menari untuk deritaku yang tak terurai karunia. Tak akan pernah kusentuh kesucianMu, selama dendamku untuk cinta dan kehidupan terbalas oleh seorang pengalasan yang terkhianat! Kata terakhirnya mencabik-cabik air mata langit, hingga badai tak lama lagi berkayau menutup tubuhnya. 2007, Leonowens SP - Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]