[ppiindia] [POETRY] PEDANG JIWA EKOR PARI ( VIII )

2007-04-16 Terurut Topik LEONOWENS SP
PEDANG JIWA EKOR PARI ( VIII )
   
  Surgaloka… Tak kuasa membuyar pilihannya,
  dan terpaksa memilih: diantara kebajikan-kebajikan 
  tercagil cinta dan kehidupan; tersimpan hasrat
  disana: di ngarai-ngarai pembaginya.
   
  2007, Leonowens SP

   
-
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Humor - Alasan kenapa Sekretaris saya, saya pecat !

2007-04-16 Terurut Topik Satrio Arismunandar
Subject: > Alasan Kenapa Sekretaris saya, saya pecat !

Tidak semua sekretaris mempunyai 
pikiran sama dengan bossnya. 
alasan kenapa sekertaris saya, saya pecat !! (pengakuan
seorang teman)

Dua minggu yang lalu merupakan ulang tahunku 
yang
ke-35 dan moodku tidak terlalu baik pada pagi itu.
Aku turun untuk sarapan dengan harapan istriku
akan mengucapkan dengan penuh sukacita 
Selamat
Ulang Tahun suamiku tersayang" dan mungkin saja
dengan sebuah kado ulang tahun untukku. Waktu
berlalu dan bahkan dia tidak mengucapkan selamat
pagi. Aku berpikir, ya, itulah istri, tapi mungkin
anak-anakku akan mengingat kalau hari ini aku
berulang tahun. Anak-anak datang ke meja makan
untuk sarapan namun mereka juga tidak 
mengatakan
satu patah katapun. Akhirnya aku berangkat ke
kantor dengan perasaan penuh kecewa dan sedih.

Ketika aku masuk ke ruangan, sekertarisku, Janet,
menyapaku "Selamat pagi Boss, Selamat Ulang
Tahun". Dan akhirnya aku merasa sedikit terobati
mengetahui ada seseorang yang mengingat hari 
ulang
tahunku. 

Aku bekerja sampai tengah hari dan kemudian 
Janet
mengetuk pintu ruanganku dan berkata "Apakah 
Anda
tidak menyadari bahwa hari ini begitu cerah diluar
dan hari ini adalah hari ulang tahun Anda, mari
kita pergi makan siang, hanya kita berdua". Aku
berkata "Wow, itu adalah perkataan yang luar biasa
yang saya dengar hari ini, mari kita pergi".

Kami berdua pergi makan siang. Kami tidak pergi 
ke
tempat dimana kami biasanya makan siang, tetapi
kami pergi ke tempat yang sepi. Kami memesan 2
botol martini dan sangat menikmati makan siang 
kami. 

Dalam perjalanan pulang ke kantor, dia berkata,
"Anda tahu ini adalah hari yang begitu indah, Kita
tidak perlu kembali ke kantor kan ?". Tidak perlu,
saya pikir tidak perlu, jawabku. Lalu dia mengajak
saya untuk mampir ke apartemennya.

Setelah tiba di apartemennya, dia berkata, "Boss,
jika Anda tidak keberatan, saya akan pergi ke
ruang tidur dan melepaskan sesuatu agar lebih
nyaman". Tentu saja sahutku dengan gembira. 

Dia pergi kekamar tidur dan kira-kira enam menit
kemudian dia keluar membawa kue ulang tahun 
yang
besar diiringi oleh istri, anak-anakku dan
sejumlah rekan kerja kami sambil menyanyikan 
lagu
Selamat Ulang Tahun.

Aku hanya duduk terpaku disana. 
Di sebuah sofa panjang, ... telanjang tanpa
sehelai benang.



 
Satrio Arismunandar 
Producer - News Division, Trans TV, Floor 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026,  Fax: 79184627
 
http://satrioarismunandar6.blogspot.com  
 
"If you know how to die, you know how to live..."

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Membahagiakan Diri

2007-04-16 Terurut Topik agussyafii
Membahagiakan Diri

Tahukah anda salah satu ciri manusia terbaik adalah mereka yang 
mengerti bagaimana caranya membahagiakan dirinya sendiri. Ada orang 
yang membahagiakan dirinya dengan cara shopping, jalan-jalan, atau 
makan makanan yang enak. Namun tidak demikian dengan salah seorang 
teman saya yang mengatakan bahwa salahsatu cara membahagiakan diri 
sendiri adalah dengan membahagiakan orang lain.

Lantas bagaimana cara anda membahagiakan diri?

Wassalam,
Agussyafii

===
Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui 
http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72
===




Re: [ppiindia] Re: Kasus IPDN adalah tanggung jawab negara

2007-04-16 Terurut Topik Yustam

ini sebenarnya bukan lah menghilangkan satu generasi, apa lagi komentar
dari
republik mimpi, di metro tv,  kritik republik mimpi itu sama saja dengan
kritik dari
aktivis-aktivis  pencetus reformasi tetapi hasilnya nol terbukti gus dur,
amin rais
megawati  tidak dapat berbuat apa-apa terhadap negeri ini, malah mereka
terlempar
keluar arena pemerintahan  ...artinya republik mimpi itu adalah
sindirin buat orang-orang
yang hanya bisa bermimpi dengan kritikan yang pedas tetapi tidak bisa
berbuat apa-apa.
mungkin termasuk presiden sekarang ini.

benar, siswa ipdn itu tidak bisa dirugikan oleh system yang dibuat oleh
negara, karena
semua mereka adalah korban dari system yang mempunyai tujuan tertentu, yang
menjadi
masalah adalah systemnya di bangun tetapi apakah di kontrol atau tidak  ...
?  dan sudah
menjadi budaya di negeri kita umumnya system di bangun tapi tak ingin di
kontrol /audit sehingga
system tersebut berjalan terus dan akhirnya  memakan korban  di lembaga
keuangan
korbannya bisa saja terjadi korupsi, tapi di ipdn terjadi korban fatal
(kematian) .

dan sekarang pemerintah kayaknya mencari-cari kesalahan seakan-akan itu
adalah kesalahan
siswa/praja  sendiri, ...  HAL INI TIDAK BENAR   seharusnya yang membuat
system tersebut
yang  di hukum     kalau tetap siswa yang dihukum dan tidak dilakukan
perombakan system
yang di kontrol dengan ketat maka akar permasalahannya tidak selesai, dan
akhirnya akan terjadi
lagi kasus serupa  terbukti bahwa ipdn telah banyak memakan korban  
dan sangat disesalkan
bahwa korbannya sangat banyak sekali yaitu 35 orang meninggal dunia  ...
akademi militer
saja tidak akan terjadi hal seperti ini    kematian ini seharusnya
menjadi tanggung jawab negara
dengan memberi konpensasi kepada korban, karena lembaga ini adalah lembaga
pemerintah
yang bertujuan untuk mencetak pejabat negara    dan para pelaku tindak
kekerasan bisa berdalih
bahwa apa yang mereka lakukan merupakan system yang sudah ada dan
berlangsung sangat
lama    dan system yang dibangun di ipdn bisa disebut sebagai SYSTEM
KRIMINAL  yang melanggar
hak-hak azasi manusia  .pihak hak-hak azasi manusia bisa menuntut pada
pendiri ipdn atau negara
karena systemnya melanggar HAM  .

salam
yustam







Memang semua kita yang mendengar atau melihat kasus ini di TV takkan
habis pikir. Saya setuju komentar dalam acara republik Mimpi hari
Minggu yl di Metro TV, bahwa menghilangkan satu generasi takkan
merubah sikap dan watak lembaga pendidikan ini. Hanya perombakan
tuntas struktur atau malah pembubaran (tapi jangan sampai merugikan
para siswa), satu satunya jalan yang ada.

TETAPI, marilah kita sadari, bahwa setiap lembaga dalam suatu
masyarakat, hanya mungkin tumbuh dan berkembang apabila sesuai
dengan masyarakat dimana lembaga tersebut tumbuh, ini bak tanaman.

Jadi, lembaga yang penuh obsesi kekuasaan dan kekerasan ini, tanpa
mengedepankan kinerja rational dan kekuatan daya pikir (research dan
survey maupun innovasi), HANYA dapat tumbuh dalam masyarakat macam
bangsa kita dimasa ini: hidup keseharian penuh jalan buntu,
frustasi, pamer kekuasaan, ketimpangan sosial..

Lembaga semacam ini, TAK mungkin muncul dalam masayarakat yang sudah
dewasa macam Jepang, Korea, Singapura, Austria, swiss, negara negara
Skandinavia..

Perhatikanlah, bagaimana baju seragam, dalam bentuk apapun, sangat
disukai dinegeri ini...

Salam

Danardono

--- In ppiindia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
>
> saya tidak habis pikir mengapa pemerintah atau negara harus
melempar
> tanggung
> jawab terhadap kasus yang terjadi di IPDN, karena pada dasarnya
SYSTEM
> PENDIDIKAN
> yang terbentuk di IPDN atau STPDN (dulu) sebelumnya di buat oleh
NEGARA,
> jadi dengan
> sendirinya negaralah yang harus bertanggung jawab terhadap
konsekwensi yang
> terjadi
> akibat penerapan system tersebut. Karea kita tahu bahwa system
yang dibuat
> pasti mempunyai
> tujuan tertentu, sehingga kalau system pendidikan di ipdn tetap
berjalan
> dari awal pembentukannya
> maka artinya tujuannya sudah tercapai, tapi konsekwensinya harus
ditanggung
> oleh negara.
>
> kasus ipdn ini, kelihatanya pemerintahan SBY bersikap pilon,
seakan-akan
> kejadiannya
> tidak berhubungan dengan kebijakan yang menghasilkan system
pendidikan yang
> menghasilkan
> suatu effek yang sangat buruk. pemerintah (negara) seharusnya
bertanggung
> jawab terhadap system
> ini. para pakar tata negara pasti tahu tentang hal ini,
>
> Pada kesimpulannya para praja senior yang telah melakukan
kekerasan tidak
> bisa dihukum karena
> tindakan mereka termasuk dalam system pendidikan yang diciptakan
oleh
> pendiri sekolah tersebut
> dan para siswa atau praja yang tewas atau mengalami cedera harus
> mendapatkan kompensasi
> dari negara (pemerintah) ... ... dikawatirken pemerintah atau
> penyelenggarah negara sekarang bukanlah
> negarawan yang bertanggung jawab terhadap negara dan rakyatnya,
tetapi
> pejabat pilon yang
> tidak mendidik rakyat dan pemerintahan untuk menghindari
hukum .

[ppiindia] Stabilitas Dinamis

2007-04-16 Terurut Topik agussyafii
Stabilitas Dinamis

Kehidupan sangat ditentukan tujuan hidup yang ada pada diri kita. Bagi 
manusia terbaik memiliki tujuan hidup yang sangat jelas dan cenderung 
stabil. Namun stabilitas yang dimilikinya bukanlah stabililtas statis 
yang tidak bergerak bagai duduk diatas kursi diruang tamu. Namun 
stabilitasnya adalah stabilitas dinamis bagai duduk dengan tenang 
diatas kereta ekpress yang melaju dengan kencang untuk mencapai tujuan 
hidupnya.

barangkali itulah ciri-ciri orang yang  taqwa..

Wassalam,
Agussyafii


Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui 
http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72





[ppiindia] PWI dan IJTI Perlu Segera Jadi Serikat Pekerja Jurnalis?

2007-04-16 Terurut Topik Satrio Arismunandar
PWI DAN IJTI PERLU SEGERA DEKLARASIKAN DIRI 
SEBAGAI SERIKAT PEKERJA JURNALIS?

Oleh Satrio Arismunandar

Saya bertemu dengan Bambang Harymurti (BHM), wartawan senior Majalah Tempo, 
pada hari Rabu (4 April 2007) di Jakarta. Kebetulan saya, BHM, dan sejumlah 
rekan media lain diundang menghadiri Diskusi Terbatas Kebebasan Pers: “KPI Baru 
dan Tantangan Demokratisasi Dunia Penyiaran.” Acara ini diselenggarakan bersama 
oleh AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan Yayasan SET, dengan dukungan 
USAID-DRSP (Democratic Reform Support Program).

BHM menceritakan, dia belum lama ini mendesak pimpinan PWI (Persatuan Wartawan 
Indonesia), agar PWI segera mendeklarasikan diri sebagai serikat pekerja 
jurnalis, seperti AJI. Alasannya, kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan 
jurnalis saat ini sudah begitu mendesak. Kalau PWI, AJI dan banyak organisasi 
jurnalis lain secara tegas sudah mendeklarasikan diri sebagai serikat pekerja, 
mereka bisa mendesak para pemilik media, untuk memberi gaji yang lebih layak 
dan manusiawi pada para jurnalisnya.  

Selama ini, kampanye “Tolak Amplop” yang dilakukan AJI, agar para jurnalis bisa 
bertugas secara profesional, bermartabat, dan tidak diperalat oleh narasumber 
(pemberi amplop), pada praktiknya menjadi kurang efektif. Pasalnya, banyak 
pemilik media –khususnya di daerah-daerah-- tidak memberi gaji yang layak 
kepada jurnalis. Tekanan kebutuhan hidup bisa membuat para jurnalis, yang 
semula mau bersikap idealis, akhirnya “berkompromi dengan realita.” Tekanan 
kebutuhan hidup ini akan semakin terasa bagi jurnalis, yang kebetulan sudah 
berkeluarga dan memiliki sejumlah anak.

“Kalau begitu, kupikir bukan cuma PWI, tetapi IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi 
Indonesia) juga perlu mendeklarasikan diri sebagai serikat pekerja,” kata saya 
pada BHM.
“Ya, betul. IJTI juga perlu ikut,” sahutnya.

Namun, jika mendengar sebutan “serikat pekerja,” para pemilik media biasanya 
akan langsung alergi atau was-was. Maka, pada tahap awal ini, BHM mengusulkan 
agar PWI sebagai serikat pekerja nanti berhubungan baik atau menjalin 
“kemitraan” dengan SPS (Serikat Penerbit Suratkabar), yang notabene merupakan 
organisasi para pemilik media. 

Jadi, misalnya, para jurnalis atau pekerja pers nanti tidak bisa seenaknya 
melancarkan mogok kerja, jika ada sengketa dengan pemilik media. Semua kasus 
ketenagakerjaan harus dibicarakan secara baik-baik, dengan pendekatan 
keuntungan dan benefit untuk kedua pihak (karyawan/jurnalis dan pemilik media). 
Tidak boleh menang-menangan. Karena, jika kelangsungan hidup perusahaan sampai 
terganggu, kesejahteraan dan nafkah para jurnalis dan karyawan di dalamnya juga 
akan terancam.

“Dalam konteks itu, kalau memang mau jadi serikat pekerja, IJTI nanti juga 
harus menjalin hubungan baik dengan ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta 
Indonesia),” ujar saya. BHM mengiyakan.

Nah, kalau begitu, sekarang berpulang pada para pimpinan PWI dan IJTI, apakah 
mereka mau mengikuti imbauan dan saran ini. Upaya organisasi-organisasi profesi 
jurnalis, untuk menjadikan para anggotanya sebagai jurnalis profesional, 
rasanya tak akan efektif jika tidak diimbangi dengan langkah-langkah lain. 
Yaitu, perhatian dan langkah-langkah konkret, yang lebih terfokus pada aspek 
peningkatan kesejahteraan jurnalis.  Salah satunya, menjadikan PWI dan IJTI 
sebagai serikat pekerja, seperti AJI.

Depok, 6 April 2007

 
Satrio Arismunandar 
Producer - News Division, Trans TV, Floor 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026, Fax: 79184627
 
http://satrioarismunandar6.blogspot.com 
 
"If you know how to die, you know how to live..."

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! G

[ppiindia] Al-‘Aql Al-‘Awwal (The Primordial Intellect/Firmware)

2007-04-16 Terurut Topik Dara Shayda
In Your Name every intellect cognizes   

Al-`Aql Al-`Awwal (The Primordial Intellect/Firmware)
http://www.untiredwithloving.org/aql.html  

Why I understand an object as you understand it the same way? Why I
understand what you say and you understand what I say? Why we
understand the sciences and laws of worlds millions of light years
away and with the same science we understand the surface of this earth?

In this treatise we explore the concept of the Aql, often
mistranslated as mind or brain, as the primordial intellect, the very
first creation of Allah. The Arabic word Aql and many of its
derivatives appear within the Qur'an and Hadith (Prophetic Narration)
as well as the Islamic Philosophy texts and of course the Sufi texts.
What is this Aql? Why does primordial mean? 

Read from the luminaries: Jurjani, Abu Hayyan Tauhidi, Ibn Arabi and
Ibn Kathir. Explore the Principle of Relativity and Feyman's
double-slit experiment and see how they related to this Aql and its
behavior. 

--DARA The Eyeless Lion 




[ppiindia] One Stop Financial Services

2007-04-16 Terurut Topik Ari Condrowahono
pak Dana,

memang benar, islamic banking dan islamic assurance adalah inovasi baru.


- Original Message - 
From: NINA MUDRIKAH 
To: al ikhwan ; cyberdakwah ; muslimah ; LSME ; forsimpta 
Sent: Thursday, April 12, 2007 10:47 PM
Subject: [Al-Ikhwan] One Stop Financial Services


One Stop Financial Services

Diantara kita pasti sering ditelp oleh telemarketing lembaga keuangan yang 
menawarkan berbagai produk:asuransi, kartu kredit, membership hotel, dan lain - 
lain. Tahun 2005 saya ditelp oleh telemarketing sebuah bank swasta tempat saya 
menabung, menawarkan produk asuransi kesehatan. Saya tahu sedikit mengenai 
bancassurance. Waktu itu saya fikir saya sudah punya coverage asuransi 
kesehatan dari kantor. Tapi karena rayuan marketing tersebut dan juga 
pembayaran premi tidak terlalu besar dan langsung di debit dari tabungan, maka 
saya setuju menggunakan produk asuransi tersebut. Tidak perlu mengurus 
administrasi, 2 minggu kemudian terbit polis yang dikirim ke kantor dan 
tabungan saya pun di debit setiap bulan (sekitar 60 rb). Saya lupa akan 
asuransi tersebut, sampai tahun 2006 ketika saya harus opname beberapa hari 
karena thypus, saya teringat memiliki polis asuransi kesehatan tersebut. Semua 
biaya rumah sakit saya ditanggung oleh asuransi kantor, tapi dari asuransi yang 
saya
ambil pribadi tersebut saya dapat cash plan 750 rb sehari dikalikan berapa hari 
saya harus menginap di RS dan ditransfer langsung ke rekening tabungan. Lumayan 
bukan?

Saya tidak ingin membahas mengenai produk bank maupun asuransi tersebut tetapi 
lebih kepada kemudahan yang dapat kita peroleh dalam semua transaksi keuangan. 
Ini yang disebut "one stop financial services". Kalau membayar telpon, air, 
listrik, premi, SPP dan lain - lain lewat ATM tentu kita semua sering 
memanfaatkan fitur tersebut. Membeli tiket pesawat ataupun gadget secara online 
dengan credit card juga hal biasa.

Disisi lain ada produk asuransi yang memberikan insurance cover (proteksi) 
sekaligus investasi yang disebut unit link. Premi yang harus kita bayarpun 
tergantung keinginan kita, karena uang pertanggungan akan menyesuaikan dengan 
besarnya premi. Pun porsi dan jenis investasi juga bisa diatur sesuai kebutuhan 
pemegang polis. Asuransi dasar hanya mengcover ketika kita meninggal maupun 
cacat tetap, disamping ada juga keleluasaan menambah coverage proteksi tersebut 
(banyak pilihan riders yang ditawarkan). Hebatnya juga kita bisa menentukan 
pilihan investasi yang akan kita ambil, bagi yang nggak takut risiko bisa 
menempatkan pada equity (saham) yang tentu saja high risk high return. Bagi 
yang mau main aman bisa menempatkan pilihan investasinya pada managed/balance 
fund yang mengkombinasikan antara saham dan obligasi, atau pilihan deposito 
yang relatif stabil.

Bagaimana dengan Lembaga Keuangan syariah?
Dulu paradigma yang berkembang adalah lembaga keuangan syariah harus "totally 
different" dari konvensional. Ibarat anak ABG yang baru mendalami Islam... 
semua serba tidak boleh... Tapi sekarang paradigma itu telah berubah, kalau 
memang tidak ada larangan yang jelas dalam Al Qur'an dan Hadist maka dalam 
muamalah semua boleh dilakukan. 
Maka lembaga keuangan syariah pun memberikan layanan yang minimal sama dengan 
yang dinikmati oleh nasabah konvensional. Phone banking, sms banking, net 
banking pun bisa dinikmati oleh nasabah bank syariah. Juga segala pembayaran 
kebutuhan seperti telp, air,listrik, kartu kredit,bayar premi asuransi, 
cicilan, dll. So tidak ada alasan untuk tidak menggunakan bank syariah kan??
Ada produk asuransi syariah yang pemegang polis cukup mendaftar lewat sms dan 
nomor polis pun dikirim oleh perusahaan via sms yang bisa di forward kepada 
ahli waris kalau terjadi sesuatu pada pemegang polis.

Produk unit link syariah juga mendapat sambutan yang sangat baik dari 
masyarakat. Takaful, Panin Life, BRIngin Life, MAA Life, Allianz dan sebentar 
lagi Prudential juga menawarkan prosuk unit link berbasis syariah. Jadi kita 
tetap bisa dicover asuransi dan berinvestasi dengan tetap comply to sharia. Ada 
juga pilihan fund yang bisa diambil seperti equity maupun managed/balance fund. 
Tentu saja pilihan instrumennnya baik saham maupun obligasinya adalah yang 
sesuai dengan prinsip syariah. Apalagin kalau sukuk terbit sebentar lagi, akan 
menambah portfolio instrumen syariah. Ada keuntungan lain dengan memilih 
asuransi syariah karena dalam asuransi syariah surplus underwriting adalah hak 
pemegang polis yang dikembalikan setiap akhir masa pertanggungan.

Sekali lagi saya tidak bermaksud untuk mengajak membeli suatu produk tertentu, 
hanya memaparkan kondisi yang ada sekarang. Kalau hasil yang diperoleh sama 
secara hitungan finansial dan service kenapa tidak memilih yang lebih berkah 
dengan produk syariah?? 


Nina Mudrikah
[EMAIL PROTECTED]



-
Sucker-punch spam with award-winning protection.
Try the free Yahoo! Mail Beta.

[Non-text portions of this message have been removed]



 

[ppiindia] Islamic Banking: Is It Really Kosher? Ada komentar?

2007-04-16 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
Islamic Banking: Is It Really Kosher?
By Aaron MacLean 

Friday, March 16, 2007 
 
Muslim scholars say the Qur'an prohibits collecting interest on 
loans. But many banks, both global and local, have found clever ways 
to meet religious strictures. It's a system that may be 
hypocritical, but also profitable.
The coverage can be a little bit breathless: "La finance Islamique 
en plein boom," Le Figaro reported in September. Yes, Islamic 
banking, structured along the lines that religion decrees, is in 
full boom. But is it really banking? And is it really kosher?

Islam prohibits the payment of interest on loans, so observant 
Muslims require specialized alternative arrangements from their 
banks. Many of the largest global financial companies, including 
Deutsche Bank and JPMorgan Chase, have established thriving 
subsidiaries that strive to meet these requirements. As a result, 
optimists speculate that the common pursuit of lucre—divinely 
sanctioned, filthy, or otherwise—will bring bickering civilizations 
together. They may be right.

The Islamic aversion to interest collection comes from the Qur'an. 
Not that the term "interest" is ever used: the Arabic injunction 
forbids something called riba. The Qur'an offers no exact definition 
of what riba meant in seventh-century Arabia, the time and place of 
the Prophet Mohammed—let alone what the term should mean today. In 
particular, the passages are ambiguous on the question of whether 
riba refers to all kinds of interest collection, or only usurious 
interest—that is, lending practices that are, according to some ill-
defined standard, unfair and exploitative. What is clear in the 
divine financial critique is that, whatever riba may be, Jews are 
doing it. At one point God warns that they will face a "painful day 
of doom" if they keep it up.

This ambiguity was a practical problem for the early Muslim jurists, 
who formalized religious rules in a code called sharia. They were 
divided on the subject, but as time went on, the weight of consensus 
came to rest on the side of prohibiting all interest collection.

The financial instruments that 20th-century Islamic theorists 
championed were updated versions of medieval commercial instruments, 
still known in the Islamic financial sector by their Arabic names: 
in addition to bonds, known as sukuk, there are profit-and-loss 
sharing instruments known as musharaka or mudaraba, Islamic leases 
known as ijara, and a commercial trade instrument called murabaha, 
the flexibility of which has made it extremely popular among Islamic 
financial firms.

Banking, as an institution, evolved at the same time as the 
unprecedented economic growth in Europe over the past 500 years. 
That growth was made possible in part by the codification, in the 
12th century, of a distinction between usury and interest in the 
Christian tradition.

The Islamic world witnessed the development of corporate contract 
law and the European banking system from afar. A mixture of 
traditional arrangements and, later, imported Western practices 
prevailed in Muslim countries. But it wasn't until the 1960s that 
anyone tried to combine the two, governing a modern bank according 
to Islamic law.

You don't have to be Islamic to bank in accordance with sharia. All 
you need is a board of religious scholars to approve your operation.
Islamic financial institutions, the argument went, would boost the 
economic development of Muslim societies. The fraternal style of 
Islamic banking—with its emphasis on equity financing rather than 
lending—would enhance social responsibility. In practice, however, 
Islamic finance has had to bend to the same pressures as any other 
kind of finance. Social, religiously oriented investment in the 
development of the Islamic world is something people are more 
interested in publicly championing than personally doing. Khalid 
Ikram, who represented the World Bank in Egypt, says of Islamic 
banking, "it hasn't had a lot to do with development." 

Pinning down the growth of Islamic banking is a challenge. Whether a 
banking system truly counts as halal—that is, compliant with the 
laws of sharia, or, in another religious context, kosher—is a 
religious question, hard for accountants to answer. Take Iran: 
should the country's whole banking system, which is nominally 
Islamic, be counted as part of the sector even though many experts 
raise questions about its legitimacy?

The numbers I found were anecdotal. Rodney Wilson, professor of 
economics at Durham University in Britain and editor of the essay 
collection The Politics of Islamic Finance, estimates total assets 
within halal banking systems at just under $500 billion. That's 
roughly the size of Wells Fargo Bank, America's fourth-largest. 
Hussein A. Hassan of Deutsche Bank predicts that Islamic finance 
will be the world's fastest-growing banking sector for years, based 
on what he calls a modest estimate of 20 percent annual increases in 
deposits.

So it's b

[ppiindia] Re: Kasus IPDN adalah tanggung jawab negara

2007-04-16 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
Memang semua kita yang mendengar atau melihat kasus ini di TV takkan 
habis pikir. Saya setuju komentar dalam acara republik Mimpi hari 
Minggu yl di Metro TV, bahwa menghilangkan satu generasi takkan 
merubah sikap dan watak lembaga pendidikan ini. Hanya perombakan 
tuntas struktur atau malah pembubaran (tapi jangan sampai merugikan 
para siswa), satu satunya jalan yang ada.

TETAPI, marilah kita sadari, bahwa setiap lembaga dalam suatu 
masyarakat, hanya mungkin tumbuh dan berkembang apabila sesuai 
dengan masyarakat dimana lembaga tersebut tumbuh, ini bak tanaman. 

Jadi, lembaga yang penuh obsesi kekuasaan dan kekerasan ini, tanpa 
mengedepankan kinerja rational dan kekuatan daya pikir (research dan 
survey maupun innovasi), HANYA dapat tumbuh dalam masyarakat macam 
bangsa kita dimasa ini: hidup keseharian penuh jalan buntu, 
frustasi, pamer kekuasaan, ketimpangan sosial..

Lembaga semacam ini, TAK mungkin muncul dalam masayarakat yang sudah 
dewasa macam Jepang, Korea, Singapura, Austria, swiss, negara negara 
Skandinavia..

Perhatikanlah, bagaimana baju seragam, dalam bentuk apapun, sangat 
disukai dinegeri ini...

Salam

Danardono



--- In ppiindia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> 
> saya tidak habis pikir mengapa pemerintah atau negara harus 
melempar
> tanggung
> jawab terhadap kasus yang terjadi di IPDN, karena pada dasarnya 
SYSTEM
> PENDIDIKAN
> yang terbentuk di IPDN atau STPDN (dulu)  sebelumnya di buat oleh 
NEGARA,
> jadi dengan
> sendirinya negaralah yang harus bertanggung jawab terhadap 
konsekwensi yang
> terjadi
> akibat penerapan system tersebut.  Karea kita tahu bahwa system 
yang dibuat
> pasti mempunyai
> tujuan tertentu, sehingga kalau system pendidikan di ipdn tetap 
berjalan
> dari awal pembentukannya
> maka artinya tujuannya sudah tercapai, tapi konsekwensinya harus 
ditanggung
> oleh negara.
> 
> kasus ipdn ini, kelihatanya pemerintahan SBY bersikap pilon, 
seakan-akan
> kejadiannya
> tidak berhubungan dengan kebijakan yang menghasilkan system 
pendidikan yang
> menghasilkan
> suatu effek yang sangat buruk.  pemerintah (negara) seharusnya 
bertanggung
> jawab terhadap system
> ini.  para pakar tata negara pasti tahu tentang hal ini,
> 
> Pada kesimpulannya para praja senior yang telah melakukan 
kekerasan tidak
> bisa dihukum karena
> tindakan mereka termasuk dalam system pendidikan yang diciptakan 
oleh
> pendiri  sekolah tersebut
> dan para siswa atau praja yang tewas atau mengalami cedera harus
> mendapatkan kompensasi
> dari negara (pemerintah) ...  ... dikawatirken  pemerintah atau
> penyelenggarah negara sekarang bukanlah
> negarawan yang bertanggung jawab terhadap negara dan rakyatnya, 
tetapi
> pejabat pilon  yang
> tidak mendidik rakyat dan pemerintahan untuk menghindari 
hukum  .
> 
> salam
> yustam
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> __
> 
> Disclaimer :
> - This email and any file transmitted with it are confidential and
> are intended solely for the use of the individual or entity whom
> they are addressed, if you are not the original recipient, please
> delete it from your system.
> - Any views or opinions expressed in this email are those of the
> author only.
> __
>




[ppiindia] [POETRY] PEDANG JIWA EKOR PARI ( VII )

2007-04-16 Terurut Topik LEONOWENS SP
PEDANG JIWA EKOR PARI ( VII )
   
  “Para dewa, cabutlah segera nafasku; secepat Engkau
  menari untuk deritaku yang tak terurai karunia.
  Tak akan pernah kusentuh kesucianMu,
  selama dendamku untuk cinta dan kehidupan
  terbalas oleh seorang pengalasan yang terkhianat!”
   
  Kata terakhirnya mencabik-cabik air mata langit,
  hingga badai tak lama lagi berkayau menutup tubuhnya.
   
  2007, Leonowens SP

   
-
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]