[ppiindia] Dawam Menyesatkan - Islam Agama yang Diridhai Allah

2006-11-07 Thread A Nizami
Assalamu'alaikum wr wb,
  Di Suara Pembaruan disebutkan bahwa "Cendekiawan Muslim" Dawam Rahardjo 
mengatakan bahwa pindah agama tidak murtad:
   
  ===
  JAKARTA - Kebebasan beragama berarti kebebasan untuk berpindah agama, 
berpindah pilihan dari satu agama tertentu ke agama lain. Berpindah agama tidak 
berarti murtad, melainkan menemukan kesadaran baru dalam beragama. Berpindah 
agama tidak kafir. Istilah kafir bukan berarti beragama lain, tetapi karena 
menentang perintah Tuhan.   Demikian dikatakan Cendekiawan Muslim, Prof Drs 
Dawam Rahardjo dalam Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-gereja 
di Indonesia yang berlangsung di Pekanbaru, Riau, Rabu (25/1). 
  http://www.suarapembaruan.com/News/2006/01/26/index.html
  ===
   
  Jelas ucapan Dawam sudah menyimpang dari ajaran Islam dan menyesatkan. Dari 
ucapannya itu tidak pantas kita menambah kata "Cendekiawan" dengan Muslim untuk 
Dawam Raharjo karena ucapannya sudah menyimpang dari Islam.
   
  Berikut tulisan saya di situs www.media-islam.or.id yang membantah itu:
   
  http://www.media-islam.or.id/content/view/17/28/
  Agama yang Diridhai Allah Hanya Islam   Written by Media 
IslamAgama yang Diridhai Allah Hanya Islam
Saat ini beberapa kelompok munafik mau pun non Muslim berusaha menanamkan 
kepercayaan kepada ummat Islam bahwa semua agama sama benarnya/pluralisme. 
Setelah ummat Islam percaya hal itu, maka sebagian non Muslim mengajak ummat 
Islam untuk masuk ke agama mereka. Toh semua agama sama benarnya, jadi tidak 
masalah jika pindah agama. Padahal jika mereka benar meyakini itu, kenapa bukan 
mereka yang masuk Islam?
Itulah perbuatan orang yang ingin memadamkan agama Islam.
   
  “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut 
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan 
cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” [At Taubah:32]
  
Islam mengakui adanya pluralitas atau keragaman beragama dengan ayat “Tidak ada 
paksaan dalam beragama” [Al Baqarah:256]. Dengan adanya ayat tersebut, Islam 
mengakui adanya kebebasan beragama.
Meski demikian, dalam ayat yang sama, Islam menegaskan bahwa yang benar itu 
benar dan yang salah itu salah. Islam membedakan mana yang benar dari yang 
salah.

  “…sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena 
itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka 
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak 
akan putus. ..” [Al Baqarah:256]

  Allah menegaskan bahwa agama yang diridhai/diterima Allah hanya satu, yaitu 
Islam:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada 
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang 
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. 
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat 
cepat hisab-Nya.” [Ali Imran:19]

  Allah sekali-kali tidak akan menerima agama selain Islam:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan 
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang 
rugi.” [Ali Imron:85]

  Sesungguhnya ajaran Islam berasal dari wahyu Allah, oleh karena itu tak ada 
pertentangan di dalamnya:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu 
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di 
dalamnya.” [An Nisaa:82]

  Bandingkan dengan ajaran agama lain yang di satu ayat memerintahkan ummatnya 
agar menyembah hanya satu Tuhan, tapi di ayat lain justru mempersekutukannya.
Islam juga agama yang sesuai dengan fitrah/sifat dasar manusia:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) 
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada 
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan 
manusia tidak mengetahui” [Ar Ruum:30]

  Sebagai contoh, pada dasarnya manusia menyembah hanya satu Tuhan. Bahkan 
agama-agama yang menyembah beberapa oknum Tuhan pun mengakui bahwa Tuhan mereka 
satu meski dengan embel-embel terdiri dari beberapa bagian/oknum. Islam 
mengajarkan Tauhid yang murni, yaitu KeTuhanan yang MAHA Esa:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk 
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara 
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di 
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu 
di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan 
(rasul-rasul).” [An Nahl:36]

  Jika agama lain ada embel-embel Tri (tiga) misalnya Trimurti atau Trinitas (3 
oknum Tuhan) dalam Ketuhanan mereka, maka Islam benar-benar agama monotheist 
yang murni atau tauhid tanpa embel-embel sedikitpun.

  “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
Allah adalah Tuhan yang bergantu

Re: [ppiindia] Dawam Menyesatkan - Islam Agama yang Diridhai Allah

2006-11-08 Thread Nugroho Dewanto


Jalaludin Rakhmat:




Rahmat Tuhan Tidak Terbatas




10/10/2006

Saya sering bicara tentang Islam di banyak 
gereja. Lalu banyak orang yang bertanya, sejak 
kapan Islam mengajarkan pluralisme? Kalau dalam 
Katolik baru dimulai sejak John Paul II atau Paus 
Johanes Palus II. Saya lalu katakan, pluralisme ada sejak zaman Rasulullah.

Seorang pluralis adalah orang yang mengakui 
adanya banyak jalan menuju Tuhan. Lewat jalan 
yang beragam itu, masing-masing pemudik 
disemangati oleh etos bermusabaqah dalam 
kebajikan. Rahmat Tuhan yang tak terbataslah yang 
nantinya akan menentukan mana yang terbaik di 
antara para pemudik itu, tanpa memandang 
perbedaan agama dan golongannya. Demikian 
perbincangan Novriantoni dari Kajian Islam Utan 
Kayu (KIUK), Kamis (28/9) lalu, dengan Jalaluddin 
Rakhmat, intelektual Islam-Syiah yang meluncurkan 
buku Islam dan Pluralisme, pertengahan September lalu.

Kang Jalal, apa yang mendorong Anda menulis buku 
Islam dan Pluralisme yang diluncukan pertengahan 
September lalu di Universitas Paramadina?

Dr. Jalaluddin Rakhmat
Saya ingin memberi tunjangan atau support 
teologis dengan rujukan Alqur’an langsung untuk 
membenarkan pluralisme. Sebab, kalau bicara soal 
Islam, rujukan utama kita adalah Alqur’an. Karena 
itu, bab pertama buku itu bicara soal ayat-ayat 
Alqur’an tentang pluralisme. Jadi buku ini ingin 
memberi argumentasi keislaman tentang pluralisme 
dan seakan-akan menjadi sebuah jawaban terhadap 
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kalau MUI 
mengatakan pluralisme haram, pleace tunjukkan 
dalilnya dari Alqur’an dan hadits. Kalau saya 
yang mendukung pluralisme ditanya dalil bisa 
dibenarkankannya pluralisme dalam Islam, nah buku inilah jawabannya.

Saya jadi ingat buku Gamal Al-Banna Doktrin 
Pluralisme dalam Alqur’an yang (terjemahan dari 
Arab). Di situ antara lain ditegaskan al-i`tirâf 
biwahdaniyatilLâh yaqtadlî al-i’tirâf 
bita`addudiyyati ghairihi (pengakuan akan keesaan 
Tuhan mensyaratkan pengakuan akan kebhinekaan 
lainnya). Apakan proposisi seperti itu bisa dibenarkan?

Salah satu buku yang banyak saya kutip juga untuk 
penulisan buku ini termasuk buku Gamal Al-Banna 
itu. Menurut saya, buku Al-Banna itu sangat 
menarik. Pertama, karena posisi Al-Banna yang 
mendukung pluralisme memang menarik bagi kita. 
Sebab, dia pernah juga menjadi seorang 
fundamentalis. Dia pernah masuk penjara dan 
bekerja untuk pembenahan instalasi listrik 
bersama tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimun lainnya di Mesir.

Saya kira, Gamal Al-Banna pasti punya hubungan 
kekeluargaan dengan Hasan Al-Banna (Gamal memang 
adik bungsu Hassan Al-Banna, pendiri kelompok 
Ikhwanul Muslimin, Red). Kita tahulah bahwa 
Hassan Al-Banna adalah idolanya kaum 
fundamentalis. Dan adiknya ini pernah pula masuk 
penjara demi mempertahankan fundamentalismenya. 
Nah yang menarik bagi saya, dalam posisi yang 
sangat fundamentalis itu, kita masih menemukan 
dalam dirinya pandangan-pandangan yang sangat 
pluralistik. Dia hafal Alquran dan memberi 
argumennya dari Alquranul karim sendiri.

Saya akan beri contoh tentang pandangan Al-Banna 
yang saya kutip juga dalam buku saya. Dia 
mengatakan, Thomas Alva Edison itu pasti akan 
masuk surga. Sebab, berkat temuannya jutaan umat 
manusia dapat diterangi dan kita menikmati 
kenyamanan-kenyamanan hidup seperti kulkas dan 
AC. Itu semua berkat jasa Alva Edison. 
Orang-orang fundamentalis di sekelilingnya 
menyangkal, ”Tak mungkin si Thomas masuk surga. Dia kan kafir?!”

Dengan mengutip Alqur’an, Al-Banna menjawab: 
“Sekiranya manusia punya wewenang untuk mengelola 
perbendaraan kasih sayang Tuhannya (khazâinna 
rahmati Robbi), pastilah mereka akan menahannya 
untuk kelompoknya saja.” Lalu diujung ayat itu 
dikatakan, ”Sesungguhnya manusia itu memang bahil 
(kaana qatûrâ).” Karena bakhil, surga pun akan 
mereka tahan dan kavling-kavling untuk kelompok 
mereka saja. Bagi orang Islam, surga hanya 
diperuntukkan bagi orang Islam. Dan bagi orang 
Kristen, mungkin ia hanya untuk orang Kristen. 
Masing-masing mereka menahan perbendaraan kasih 
sayang Tuhannya; enggan berbagi-bagi. Nah, ketika 
membicarakan pluralisme, saya selalu teringat 
akan ayat itu: Tuhan tidak ingin membatasi 
rahmat-Nya hanya untuk kelompok tertentu saja.

Apa yang Anda maksud dengan pluralisme ketika menulis buku itu?

Isme itu adalah sebuah paham. Ekslusivisme, 
inklusivisme, dan pluralisme, di dalam dunia 
akademis sebetulnya masih bagian dari religious 
studies atau pendekatan yang sekular untuk 
memahami gejala-gejala keberagamaan. Pluralisme 
itu bisa berupa paham tapi bisa juga disebut 
orientasi keberagamaan. Kita memang harus bisa 
membedakan pluralisme dan pluralitas. Pluralistas 
adalah kenyataan sosial ketika kita menyaksikan 
adanya masyarakat yang plural atau majemuk. Tapi 
pluralisme adalah sebuah paham dalam religious studies.

Banyak orang menyangka pluralisme itu punya 
definisi macam-macam. Sebenarnya tidak! Di dalam 
dunia akademis, sudah ada kesepakatan dan 
batasan-batasan dalam defenisin