[ppiindia] Menangislah!

2010-03-04 Terurut Topik muhamad agus syafii
Menangislah!

By: agussyafii

Pernahkah anda merasa ingin menangis? Bila ingin menangis, menangislah! Sebab 
Allah menyukai tangisan hamba-hambaNya yang bertaqwa sebagaimana hadist yang 
diriwayatkan Abu hurairah, Rasulullah bersabda,

'Tiada sesuatu pun yang Allah lebih sukai daripada dua tetesan dan dua luka 
yatiu setetes air mata karena takut kepada Allah dan setetes darah yang 
tertumpah dijalan Allah. Dan ada dua bekas itu adalah bekas di jalan Allah dan 
bekas pada perintah-perintah Allah yang fardhu (HR. at-Tirmidzi).

Aisyah juga berkata, 'Rasulullah duduk sambil menangis hingga tanah menjadi 
basah. Lalu datang Bilal mengumandangkan azan waktu sholat. Ketika Bilal 
melihat Rasulullah menangis, ia bertanya, 'Wahai Rasulullah, engkau menangis 
sedangan Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan 
datang?' Rasulullah menjawab, 'Apakah engkau tidak suka, jika aku menjadi hamba 
yang bersyukur? Malam ini telah turun satu ayat kepadaku celakalah orang yang 
membaca satu ayat tapi tidak merenungkannya.'

Adapun Abdullah bin Asyakhir berkata, 'Aku datang menemui Rasulullah sedang 
sholat isya sambil menangis. Suara tangisnya seperti bunyi air dalam bejana 
sudah mendidih. Beliau juga bangun diwaktu tengah malam dan melakukan sholat 
tanpa henti menangis hingga pangkuannya beliau menjadi basah.'

Maka berbahagialah kita yang masih bisa menangis karena kecintaan dan rasa 
syukur atas karunia Allah yang dilimpahkan kepada diri kita. 

Ingin menangis?

Menangislah!

---
Apabila dibacakan satu ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka 
mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.' (QS. Maryam:58).

Wassalam,
agussyafii
---
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Munajat Amalia 
(MULIA)' Hari Ahad, Tanggal 7 Maret 2010 Di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan 
partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii atau 
http://agussyafii.blogspot.com, http://www.twitter.com/agussyafii, atau sms di 
087 8777 12 431




  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [ppiindia] Menangislah Petani Indonesia

2005-09-21 Terurut Topik aris solikhah
Ah, mas saya kadang menganggap Pa SBY layaknya boneka
manis. Tergantung siapa dibelakangnya. masih inget
penundaan pengumuman kabinet yang dilakukan berulang
kali, siapa berkuasa, siapa yang dikuasai. Sejak awal
saya sudah pesimis sama beliau bahkan untuk siapapun
presidennya nanti. Ilmu ke-IPB-annya atau ilmu apapun
nggak akan laku bila berhadapan dengan orang-orang
yang berkapital dan berkentingan tingkat tinggi.
Buktinya Habibie di Indonesia.sudahlah. 

Saya sendiri mengganggap pertanian itu baru sekeping
dari permasalahan yang luas. Yang menderita berurai
air mata bukan hanya petani saja ko, nelayan,
pemulung,karyawan pabrik, ibu rumah tangga ah mungkin
sebentar lagi seluruh negri. 
 Sekarang klo menghadiri setiap seminar saya neg
dengan orang yang bilang pertanian harus dibela
mati-matian dibanding yang lain. (aneh ya) Karena
pasti di dunia lain ada seminar lain yang mengatakan
pertambangan harus diutamakan, ekonomi diutamakan,
koperasi diutamakan, komunikasi
diutamakan,pengarusutamaan gender gharus
diperjuangkan, lingkungan diutamakan dll. Ah orang
macam begini malah saya anggap orang yang berlebihan,
kurang proporsional dan ada suatu maksud. 
Yang lebih neg lagi klo orang birokrat (pejabat)
sebagai pembicara ditanya solusi masalah eh jawabannya
menyalahkan masalah lho piye tho.
--- Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Yaaa, dulu si SBY kuliahnya di IPB gimana    
> Dulu kan juga saya bilang,
> gemes ama jajaran tim ekonominya oom Beye  
> Pendekatannya lebih ke
> industri dan sifatnya ke sisi supply, tapi ke
> industri dasar dan
> agrokompleks pertanian yang butuh cucuran keringat
> dan mikir jangka panjang,
> kurang banget 
> 
> salam,
> Ari Condro
> 
> - Original Message -
> From: "aris solikhah" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Nggak kalah dengan gandum, but siapa yang
> peduli.
> Katanya, Pemerintah  mau mengadopsi untuk
> dikembangkan.Benarkah??? Seberapa kuat perjuangan
> seorang Anton Apriyantono melawan tim ekonominya
> SBY:-( Maaf bukan pesimis tapi melihat analisa
> sederhana di lapang.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 



"Hendaknya kita mengukur ilmu bukan dari tumpukan buku yang kita habiskan. 
Bukan dari tumpukan naskah yang kita hasilkan. Bukan juga dari penatnya mulut 
dalam diskusi tak putus yang kita jalani. Tapi...dari amal yang keluar dari 
setiap desah nafas kita".(Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah)






__ 
Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005 
http://mail.yahoo.com


 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ppiindia] Menangislah Petani Indonesia

2005-09-21 Terurut Topik tr�l�s
pemerintah mang cemen..

aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Sudah terlalu banyak menangis mas. Hingga tak ada lagi
air mata yang keluar. Sejujurnya kalau pemerintah
serius (tapi mau ditujukan pada siapa, benarkah pada
pemerintah...kepercayaan itu sudah mendekati ambang
batas bahkan negatif) pertanian dan kelautan jadi
prime mover ekonomi. Dua bulan ini berbagai seminar
digelar IPB untuk membicarakan bagaimana pertanian
terangkat. Setahun silam serangkaian lokakarya politik
pertanian juga diselenggarakan. Diperoleh konsep
pertanian matang dari para ahli yang kompeten.
Kemudian dihaturkan pada pemerintah, namun semua itu
hanya jadi onggokan sampah. Berapa banyak biaya yang
dikeluarkan untuk semua itu... nggak kehitung.
Pemerintah melirik konsep itupun tidak, boro-boro mau
mengimplimentasikannya. 

Mereka tak mau kerja keras, pengen yang instan. 
Korupsi dan menjual aset negara kan cepet memperoleh
hasil kan. Privatisasi aja sekalian air, biar petani
nggak bisa nanam di lahannya. 

Setiap tahun IPB melaunching produk baru. Dua hari
lalu dilaunching produk nenas Delik subang (berukuran
jumbo), nenas mahkota (sangat manis rasanya), Melon
varietas terbaru, pepaya Thailand (ukuran jumbo juga).
Ditambah lagi ada Buru Hotong, serealia dari pulau
Buru yang kandungan karbohidratnya setara beras
bahkan proteinnya lebih tinggi. IPB sudah mengolah
buru hotong menjadi berbagai produk olahan, kue,
brownies dll. Teknologi penyosohnya pun ada, sekarang
lagi diteliti pemuliaan tanamannya.

Nggak kalah dengan gandum, but siapa yang peduli. 
Katanya, Pemerintah mau mengadopsi untuk
dikembangkan.Benarkah??? Seberapa kuat perjuangan
seorang Anton Apriyantono melawan tim ekonominya
SBY:-( Maaf bukan pesimis tapi melihat analisa
sederhana di lapang.

Saya katakan kita (Indonesia) punya teknologinya ko
nggak kalah deh. Tapi sekali lagi siapa
peduli.
Oh petaniku sayang petaniku malang. dalam
kesahajaanmu, ada usaha keras yang tiada kunjung
padam. 

Salam,
dari orang yang dibesarkan dari keluarga
petani,tumbuh, besar, hidup dari hasil pertanian serta
belajar mengenal hidup dari pertanian


--- irwank wrote:

> Dan orang harus tersenyum apapun yang terjadi. :-P
> Harga BBM mau dinaikkan, beras lokal banyak tapi
> impor jalan terus..
> Utang konglomerat ditanggung rakyat (lewat APBN -
> keputusan pemerintah)..
> Orang coba protes dibilang marah.. malah dicap cuma
> bisa nyalahin doank.. 
> :-(
> 
> CMIIW..
> 
> Wassalam,
> 
> Irwan.K
> 
> Pada tanggal 9/20/05, RM Danardono HADINOTO
> menulis:
> > 
> > *** Indonesia adalah negara pertanian, tapi
> petaninya menangis
> > 
> > SUARA PEMBARUAN DAILY
> >
>
--
> > --
> > 
> > Menangislah Petani Indonesia
> > 
> > SUNGGUH malang nasib petani. Sudah dijadikan warga
> kelas bawah,
> > diabaikan hak-haknya, dipelintir pula nasibnya
> oleh pejabat dan orang-
> > orang yang tidak bertanggung jawab. Sejak masa
> lalu, petani dijadikan
> > objek, diproyekkan, dan harga produk mereka selalu
> ditekan semurah
> > mungkin dengan berbagai alasan, antara lain untuk
> kepentingan rakyat
> > banyak.
> > 
> > Padahal, mayoritas petani masih hidup dalam
> kemiskinan yang parah.
> > Petani di sektor persawahan yang memproduksi beras
> untuk makanan
> > pokok rakyat Indonesia, jumlahnya puluhan juta.
> Data yang diungkap
> > berbeda-beda, ada yang mengatakan sekitar 35 juta.
> Sebagian besar
> > buruh tani. Yang punya lahan pun, umumnya sempit,
> tak lebih dari
> > seperempat hektare.
> > 
> > Sebagian juga menerima program beras untuk rakyat
> miskin (raskin).
> > Berdasarkan data resmi pemerintah, tahun ini
> raskin hanya ditujukan
> > kepada delapan juta keluarga, dari sekitar 15 juta
> keluarga miskin.
> > Tak jelas jumlah keluarga miskin di Indonesia,
> karena ukurannya pun
> > tak jelas. Faktanya, di mana-mana kita melihat
> kemiskinan dan
> > kehidupan yang menyayat hati.
> > 
> > Perjuangan petani tak kalah dengan tentara dan
> guru. Tentara sering
> > dianggap pahlawan. Guru pun disebut pahlawan tanpa
> tanda jasa, dan
> > selalu diperjuangkan agar gaji dan
> kesejahteraannya meningkat.
> > 
> > Nasib tentara dan guru mungkin lebih baik. Masih
> ada celah yang
> > bisa ''dimanfaatkan'' untuk menambah penghasilan.
> > 
> > Tentara, misalnya, bisa berbisnis, atau
> menyediakan jasa keamanan
> > partikelir. Sementara guru, lewat sekolah
> tempatnya bekerja,
> > berkesempatan memunguti uang dari orangtua murid.
> > 
> > Namun, tak jelas siapa yang memperjuangkan nasib
> petani. Tak jelas
> > juga disebut apa kepahlawanan para petani, karena
> petani hanya
> > dianggap warga kelas dua. Mereka sering didatangi
> pejabat, dan
> > menjadi tontonan orang kota yang sukses, yang
> sebagian dengan tega
> > mengambil hak-hak keluarga petani, hak-hak rakyat
> miskin.
> > 
> > Pukulan keras sering datang bertubi-tubi. Petani
> harus menanggung
> > risiko terberat dalam usaha pertanian,
> dibandingkan pedagang, apalagi
> > c

Re: [ppiindia] Menangislah Petani Indonesia

2005-09-20 Terurut Topik Ari Condro
Yaaa, dulu si SBY kuliahnya di IPB gimana Dulu kan juga saya bilang,
gemes ama jajaran tim ekonominya oom Beye   Pendekatannya lebih ke
industri dan sifatnya ke sisi supply, tapi ke industri dasar dan
agrokompleks pertanian yang butuh cucuran keringat dan mikir jangka panjang,
kurang banget 

salam,
Ari Condro

- Original Message -
From: "aris solikhah" <[EMAIL PROTECTED]>

Nggak kalah dengan gandum, but siapa yang peduli.
Katanya, Pemerintah  mau mengadopsi untuk
dikembangkan.Benarkah??? Seberapa kuat perjuangan
seorang Anton Apriyantono melawan tim ekonominya
SBY:-( Maaf bukan pesimis tapi melihat analisa
sederhana di lapang.










 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/ons1pC/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [ppiindia] Menangislah Petani Indonesia

2005-09-20 Terurut Topik aris solikhah

Sudah terlalu banyak menangis mas. Hingga tak ada lagi
air mata yang keluar. Sejujurnya kalau pemerintah
serius (tapi mau ditujukan pada siapa, benarkah pada
pemerintah...kepercayaan itu sudah mendekati ambang
batas bahkan negatif) pertanian dan kelautan jadi
prime mover ekonomi. Dua bulan ini berbagai seminar
digelar IPB untuk membicarakan bagaimana pertanian
terangkat. Setahun silam serangkaian lokakarya politik
pertanian juga diselenggarakan. Diperoleh konsep
pertanian matang dari para ahli yang kompeten.
Kemudian dihaturkan pada pemerintah, namun semua itu
hanya jadi onggokan sampah. Berapa banyak biaya yang
dikeluarkan untuk semua itu... nggak kehitung.
Pemerintah melirik konsep itupun tidak, boro-boro mau
mengimplimentasikannya. 

Mereka tak mau kerja keras, pengen yang instan. 
Korupsi dan menjual aset negara kan cepet memperoleh
hasil kan. Privatisasi aja sekalian air, biar petani
nggak bisa nanam di lahannya. 

Setiap tahun IPB melaunching produk baru. Dua hari
lalu dilaunching produk nenas Delik subang (berukuran
jumbo), nenas mahkota (sangat manis rasanya), Melon
varietas terbaru, pepaya Thailand (ukuran jumbo juga).
Ditambah lagi ada Buru Hotong, serealia dari pulau
Buru yang  kandungan karbohidratnya setara beras
bahkan proteinnya lebih tinggi. IPB sudah mengolah
buru hotong menjadi berbagai produk olahan, kue,
brownies dll. Teknologi penyosohnya pun ada, sekarang
lagi diteliti pemuliaan tanamannya.

Nggak kalah dengan gandum, but siapa yang peduli. 
Katanya, Pemerintah  mau mengadopsi untuk
dikembangkan.Benarkah??? Seberapa kuat perjuangan
seorang Anton Apriyantono melawan tim ekonominya
SBY:-( Maaf bukan pesimis tapi melihat analisa
sederhana di lapang.

 Saya katakan kita (Indonesia) punya teknologinya ko
nggak kalah deh. Tapi sekali lagi siapa
peduli.
Oh petaniku sayang petaniku malang. dalam
kesahajaanmu, ada usaha keras yang tiada kunjung
padam. 

Salam,
dari orang yang dibesarkan dari keluarga
petani,tumbuh, besar, hidup dari hasil pertanian serta
belajar mengenal hidup dari pertanian


--- irwank <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Dan orang harus tersenyum apapun yang terjadi. :-P
> Harga BBM mau dinaikkan, beras lokal banyak tapi
> impor jalan terus..
> Utang konglomerat ditanggung rakyat (lewat APBN -
> keputusan pemerintah)..
> Orang coba protes dibilang marah.. malah dicap cuma
> bisa nyalahin doank.. 
> :-(
> 
> CMIIW..
> 
> Wassalam,
> 
> Irwan.K
> 
> Pada tanggal 9/20/05, RM Danardono HADINOTO
> <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
> > 
> > *** Indonesia adalah negara pertanian, tapi
> petaninya menangis
> > 
> > SUARA PEMBARUAN DAILY
> >
>
--
> > --
> > 
> > Menangislah Petani Indonesia
> > 
> > SUNGGUH malang nasib petani. Sudah dijadikan warga
> kelas bawah,
> > diabaikan hak-haknya, dipelintir pula nasibnya
> oleh pejabat dan orang-
> > orang yang tidak bertanggung jawab. Sejak masa
> lalu, petani dijadikan
> > objek, diproyekkan, dan harga produk mereka selalu
> ditekan semurah
> > mungkin dengan berbagai alasan, antara lain untuk
> kepentingan rakyat
> > banyak.
> > 
> > Padahal, mayoritas petani masih hidup dalam
> kemiskinan yang parah.
> > Petani di sektor persawahan yang memproduksi beras
> untuk makanan
> > pokok rakyat Indonesia, jumlahnya puluhan juta.
> Data yang diungkap
> > berbeda-beda, ada yang mengatakan sekitar 35 juta.
> Sebagian besar
> > buruh tani. Yang punya lahan pun, umumnya sempit,
> tak lebih dari
> > seperempat hektare.
> > 
> > Sebagian juga menerima program beras untuk rakyat
> miskin (raskin).
> > Berdasarkan data resmi pemerintah, tahun ini
> raskin hanya ditujukan
> > kepada delapan juta keluarga, dari sekitar 15 juta
> keluarga miskin.
> > Tak jelas jumlah keluarga miskin di Indonesia,
> karena ukurannya pun
> > tak jelas. Faktanya, di mana-mana kita melihat
> kemiskinan dan
> > kehidupan yang menyayat hati.
> > 
> > Perjuangan petani tak kalah dengan tentara dan
> guru. Tentara sering
> > dianggap pahlawan. Guru pun disebut pahlawan tanpa
> tanda jasa, dan
> > selalu diperjuangkan agar gaji dan
> kesejahteraannya meningkat.
> > 
> > Nasib tentara dan guru mungkin lebih baik. Masih
> ada celah yang
> > bisa ''dimanfaatkan'' untuk menambah penghasilan.
> > 
> > Tentara, misalnya, bisa berbisnis, atau
> menyediakan jasa keamanan
> > partikelir. Sementara guru, lewat sekolah
> tempatnya bekerja,
> > berkesempatan memunguti uang dari orangtua murid.
> > 
> > Namun, tak jelas siapa yang memperjuangkan nasib
> petani. Tak jelas
> > juga disebut apa kepahlawanan para petani, karena
> petani hanya
> > dianggap warga kelas dua. Mereka sering didatangi
> pejabat, dan
> > menjadi tontonan orang kota yang sukses, yang
> sebagian dengan tega
> > mengambil hak-hak keluarga petani, hak-hak rakyat
> miskin.
> > 
> > Pukulan keras sering datang bertubi-tubi. Petani
> harus menanggung
> > risiko terberat dalam usaha pertanian,
> dibandingkan pedagang, apalagi
> > calo. Petani harus memu

Re: [ppiindia] Menangislah Petani Indonesia

2005-09-20 Terurut Topik irwank
Dan orang harus tersenyum apapun yang terjadi. :-P
Harga BBM mau dinaikkan, beras lokal banyak tapi impor jalan terus..
Utang konglomerat ditanggung rakyat (lewat APBN - keputusan pemerintah)..
Orang coba protes dibilang marah.. malah dicap cuma bisa nyalahin doank.. 
:-(

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

Pada tanggal 9/20/05, RM Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
> 
> *** Indonesia adalah negara pertanian, tapi petaninya menangis
> 
> SUARA PEMBARUAN DAILY
> --
> --
> 
> Menangislah Petani Indonesia
> 
> SUNGGUH malang nasib petani. Sudah dijadikan warga kelas bawah,
> diabaikan hak-haknya, dipelintir pula nasibnya oleh pejabat dan orang-
> orang yang tidak bertanggung jawab. Sejak masa lalu, petani dijadikan
> objek, diproyekkan, dan harga produk mereka selalu ditekan semurah
> mungkin dengan berbagai alasan, antara lain untuk kepentingan rakyat
> banyak.
> 
> Padahal, mayoritas petani masih hidup dalam kemiskinan yang parah.
> Petani di sektor persawahan yang memproduksi beras untuk makanan
> pokok rakyat Indonesia, jumlahnya puluhan juta. Data yang diungkap
> berbeda-beda, ada yang mengatakan sekitar 35 juta. Sebagian besar
> buruh tani. Yang punya lahan pun, umumnya sempit, tak lebih dari
> seperempat hektare.
> 
> Sebagian juga menerima program beras untuk rakyat miskin (raskin).
> Berdasarkan data resmi pemerintah, tahun ini raskin hanya ditujukan
> kepada delapan juta keluarga, dari sekitar 15 juta keluarga miskin.
> Tak jelas jumlah keluarga miskin di Indonesia, karena ukurannya pun
> tak jelas. Faktanya, di mana-mana kita melihat kemiskinan dan
> kehidupan yang menyayat hati.
> 
> Perjuangan petani tak kalah dengan tentara dan guru. Tentara sering
> dianggap pahlawan. Guru pun disebut pahlawan tanpa tanda jasa, dan
> selalu diperjuangkan agar gaji dan kesejahteraannya meningkat.
> 
> Nasib tentara dan guru mungkin lebih baik. Masih ada celah yang
> bisa ''dimanfaatkan'' untuk menambah penghasilan.
> 
> Tentara, misalnya, bisa berbisnis, atau menyediakan jasa keamanan
> partikelir. Sementara guru, lewat sekolah tempatnya bekerja,
> berkesempatan memunguti uang dari orangtua murid.
> 
> Namun, tak jelas siapa yang memperjuangkan nasib petani. Tak jelas
> juga disebut apa kepahlawanan para petani, karena petani hanya
> dianggap warga kelas dua. Mereka sering didatangi pejabat, dan
> menjadi tontonan orang kota yang sukses, yang sebagian dengan tega
> mengambil hak-hak keluarga petani, hak-hak rakyat miskin.
> 
> Pukulan keras sering datang bertubi-tubi. Petani harus menanggung
> risiko terberat dalam usaha pertanian, dibandingkan pedagang, apalagi
> calo. Petani harus memulai dengan ketersediaan dan kondisi lahan yang
> sempit. Usaha mereka juga sangat bergantung pada ketersediaan air,
> bibit, pupuk, obat pembasmi hama, ditambah cuaca yang sering berubah-
> ubah.
> 
> 
> Impor Beras
> 
> Jumat (9/9) lalu, petani kembali mendapat hantaman godam menyakitkan.
> Menteri Perdagangan (Menperdag) Mari Elka Pangestu dan Direktur Utama
> Perum Bulog Widjanarko Puspoyo, di Istana Wakil Presiden di Jakarta,
> mengumumkan Perum Bulog diizinkan mengimpor 250.000 ton beras. Impor
> dilakukan bertahap, mulai Oktober sampai Desember 2005.
> 
> Menurut Mari, jumlah impor itu sangat sedikit, paling kecil dalam
> sejarah impor beras di negeri ini. Jadi, tak perlu dipermasalahkan.
> 
> Widjanarko pun menjamin tidak akan ada distorsi harga beras di dalam
> negeri, karena impor dikhususkan sebagai cadangan program beras untuk
> rakyat miskin (raskin) yang dianggap tidak cukup. Untuk kesekian
> kalinya petani harus menelan mentah-mentah keputusan bak geledek di
> siang bolong itu.
> 
> Sejumlah pengamat pertanian menilai kebijakan membuka keran impor
> beras menunjukkan inkonsistensi dan tidak adanya keberpihakan kepada
> petani. Keputusan itu juga menunjukkan, pemerintah kehilangan wibawa
> dan kredibilitas. Juni lalu, pemerintah telah menetapkan impor beras
> dilarang sampai akhir tahun ini, kecuali harga beras melewati Rp
> 3.500 per kilogram (kg). Itu pun harus dengan pertimbangan sangat
> matang.
> 
> Pengamat pertanian dan perberasan, Bustanul Arifin, mengatakan,
> kredibilitas pemerintah telah jatuh. Tim ekonomi tidak konsisten
> terhadap kebijakan, dan mengambil jalan pintas yang menimbulkan
> ketidakpastian. Lebih parah lagi, kebijakan itu bisa berdampak besar
> terhadap kehidupan petani. Mereka bisa kehilangan semangat dan
> produktivitas.
> 
> Ketua Wahana Masyarakat Tani Indonesia (Wamti), Agusdin Pulungan,
> mengingatkan, untuk tujuan-tujuan ketahanan pangan nasional,
> kebijakan impor harus ditempatkan pada upaya yang paling akhir. Bulog
> sebagai lembaga usaha yang dibentuk pemerintah, seharusnya menjadi
> instrumen untuk memperkuat pertanian dan petani Indonesia, bukan
> sebaliknya, sekadar menjadi pedagang bahkan mungkin broker.
> 
> Bulog dinilai mau enaknya saja dengan mengimpor beras, yang nantinya
> akan ditenderkan 

[ppiindia] Menangislah Petani Indonesia

2005-09-20 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
*** Indonesia adalah negara pertanian, tapi petaninya menangis



SUARA PEMBARUAN DAILY
--
--

Menangislah Petani Indonesia

SUNGGUH malang nasib petani. Sudah dijadikan warga kelas bawah, 
diabaikan hak-haknya, dipelintir pula nasibnya oleh pejabat dan orang-
orang yang tidak bertanggung jawab. Sejak masa lalu, petani dijadikan 
objek, diproyekkan, dan harga produk mereka selalu ditekan semurah 
mungkin dengan berbagai alasan, antara lain untuk kepentingan rakyat 
banyak.

Padahal, mayoritas petani masih hidup dalam kemiskinan yang parah. 
Petani di sektor persawahan yang memproduksi beras untuk makanan 
pokok rakyat Indonesia, jumlahnya puluhan juta. Data yang diungkap 
berbeda-beda, ada yang mengatakan sekitar 35 juta. Sebagian besar 
buruh tani. Yang punya lahan pun, umumnya sempit, tak lebih dari 
seperempat hektare.

Sebagian juga menerima program beras untuk rakyat miskin (raskin). 
Berdasarkan data resmi pemerintah, tahun ini raskin hanya ditujukan 
kepada delapan juta keluarga, dari sekitar 15 juta keluarga miskin. 
Tak jelas jumlah keluarga miskin di Indonesia, karena ukurannya pun 
tak jelas. Faktanya, di mana-mana kita melihat kemiskinan dan 
kehidupan yang menyayat hati.

Perjuangan petani tak kalah dengan tentara dan guru. Tentara sering 
dianggap pahlawan. Guru pun disebut pahlawan tanpa tanda jasa, dan 
selalu diperjuangkan agar gaji dan kesejahteraannya meningkat.

Nasib tentara dan guru mungkin lebih baik. Masih ada celah yang 
bisa ''dimanfaatkan'' untuk menambah penghasilan. 

Tentara, misalnya, bisa berbisnis, atau menyediakan jasa keamanan 
partikelir. Sementara guru, lewat sekolah tempatnya bekerja, 
berkesempatan memunguti uang dari orangtua murid.

Namun, tak jelas siapa yang memperjuangkan nasib petani. Tak jelas 
juga disebut apa kepahlawanan para petani, karena petani hanya 
dianggap warga kelas dua. Mereka sering didatangi pejabat, dan 
menjadi tontonan orang kota yang sukses, yang sebagian dengan tega 
mengambil hak-hak keluarga petani, hak-hak rakyat miskin.

Pukulan keras sering datang bertubi-tubi. Petani harus menanggung 
risiko terberat dalam usaha pertanian, dibandingkan pedagang, apalagi 
calo. Petani harus memulai dengan ketersediaan dan kondisi lahan yang 
sempit. Usaha mereka juga sangat bergantung pada ketersediaan air, 
bibit, pupuk, obat pembasmi hama, ditambah cuaca yang sering berubah-
ubah.


Impor Beras

Jumat (9/9) lalu, petani kembali mendapat hantaman godam menyakitkan. 
Menteri Perdagangan (Menperdag) Mari Elka Pangestu dan Direktur Utama 
Perum Bulog Widjanarko Puspoyo, di Istana Wakil Presiden di Jakarta, 
mengumumkan Perum Bulog diizinkan mengimpor 250.000 ton beras. Impor 
dilakukan bertahap, mulai Oktober sampai Desember 2005.

Menurut Mari, jumlah impor itu sangat sedikit, paling kecil dalam 
sejarah impor beras di negeri ini. Jadi, tak perlu dipermasalahkan. 

Widjanarko pun menjamin tidak akan ada distorsi harga beras di dalam 
negeri, karena impor dikhususkan sebagai cadangan program beras untuk 
rakyat miskin (raskin) yang dianggap tidak cukup. Untuk kesekian 
kalinya petani harus menelan mentah-mentah keputusan bak geledek di 
siang bolong itu. 

Sejumlah pengamat pertanian menilai kebijakan membuka keran impor 
beras menunjukkan inkonsistensi dan tidak adanya keberpihakan kepada 
petani. Keputusan itu juga menunjukkan, pemerintah kehilangan wibawa 
dan kredibilitas. Juni lalu, pemerintah telah menetapkan impor beras 
dilarang sampai akhir tahun ini, kecuali harga beras melewati Rp 
3.500 per kilogram (kg). Itu pun harus dengan pertimbangan sangat 
matang. 

Pengamat pertanian dan perberasan, Bustanul Arifin, mengatakan, 
kredibilitas pemerintah telah jatuh. Tim ekonomi tidak konsisten 
terhadap kebijakan, dan mengambil jalan pintas yang menimbulkan 
ketidakpastian. Lebih parah lagi, kebijakan itu bisa berdampak besar 
terhadap kehidupan petani. Mereka bisa kehilangan semangat dan 
produktivitas.

Ketua Wahana Masyarakat Tani Indonesia (Wamti), Agusdin Pulungan, 
mengingatkan, untuk tujuan-tujuan ketahanan pangan nasional, 
kebijakan impor harus ditempatkan pada upaya yang paling akhir. Bulog 
sebagai lembaga usaha yang dibentuk pemerintah, seharusnya menjadi 
instrumen untuk memperkuat pertanian dan petani Indonesia, bukan 
sebaliknya, sekadar menjadi pedagang bahkan mungkin broker. 

Bulog dinilai mau enaknya saja dengan mengimpor beras, yang nantinya 
akan ditenderkan kepada pengusaha yang akan mencari keuntungan 
sebesar-besarnya. Padahal, harga impor akan sangat tinggi mengingat 
nilai rupiah yang sedang anjlok, kecuali membeli beras dengan 
kualitas sangat jelek. 

Ketua Badan Pertimbangan Organisasi (BPO) Himpunan Kerukunan Tani 
Indonesia (HKTI), Siswono Yudo Husodo, menambahkan, impor beras 
sangat tidak wajar karena diizinkan justru saat kondisi rupiah sedang 
melemah dan harga beras sedang tinggi di pasar internasional. 
Pemerintah dinilai terlalu tergesa-gesa