[ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-09 Terurut Topik Ari Condrowahono
JAWABAN DI SELA SELA TULISAN MBAK ARIS 

aris solikhah wrote:
>
> Apa kabar mas Ari? Btw saya sedikit mengeluh dengan
> postingan Anda di Wanita Muslimah (saya milih sebagai
> member masif saja). Ya ampun postingan Ari Condro
> Wahono semua he he he.
>
ARI :
Mosok toh, malah seingat saya, sejak mulai bermain di 
http://www.papabonbon.wordpress.com dan http://masarcon.multiply.com, 
saya banyak menahan diri ndak bermilis ria.  oh ya, yg di multiply boleh 
dibilang saya ndak aktif lagi sekarang.  capek mengkritisi perilaku 
agama sendiri yg lagi carut marut.  lebih banyak menulis refleksi di 
papabonbon.  arahnya lebih banyak cerita ttg jalan jalan, makan makan, 
dan kehidupan buruh di pabrik.  hahahahahah ..  yang topik terakhir 
ini yang masih belum berani nulis keras keras.  boleh dibilang belum ada 
tulisan yg fokus di situ.  malah lebih banyak fokus ke cerita tentang 
keluarga.  Mampir yah  :p

>
> Pegel kalau diskusi di sana ^_^. Sekarang, email di
> satu lagi itu, Inbox saya penuh hingga 47 ribu, bisa
> dibantu cara untuk memutihkan (mendelete) semua
> sekaligus?
>
ARI :
KaLo mbakyu pakai gmail, cukup select all dengan keyword 
wanita-muslimah, trus di move to trash.  kok aneh udah 47 ribu ?  udah 
ikut berapa tahun ?
>
>
> He he he, ini bukan eker-ekeran. Apalagi
> cakar-cakaran.
> Soalnya kuku saya, tiap Jum'at sudah di potong.^_^
>
> Kadang saya merasa tiada keadilan ketika membahas soal
> politik, hubungan luar negeri, konsep politik sistem
> Islam dan sejarah umat Islam hampir tak sama sekali
> tak disentuh. Seperti yang posting dibawah.
>
ARI:
Mbakyu, pembicaraan dalam konsep politik anak anak gerakan justru banyak 
yg arahnya fikih oriented dan banyak ke fikih politik atau fikih 
negara.  yg sifat cara pandangnya masih berat ke agresifitas.  saya 
malah menyayangkan wacana kaya dari phillip vermonte ketika membahas 
cara pandang ilmu hubungan internasional dewasa ini belum bisa mbak 
serap, minimal mbak perlebar dalam pembahasannya.  papabonbon jadi rada 
napsu untuk bilang kalau mbak aris ini masih terjebak untuk berapologi 
dengan pemikiran gerakan.  belum bergeser dari sana.  [tapi ini problem 
wajar model modelnya tresno jalaran soko kulino, tresno jalaran oro ono 
sing liya].  ndak bisa ngeliat sisi lain.


>
> Apakah benar ISlam tidak memiliki konsepsi politik dan
> Hubungan Internasional? Atau karena kita belum tahu?
>
ARI :
apakah sifatnya sama ?  atau dalam cara pandang serupa dan seragam dan 
mampu melakukan itu secara seragam ?  menurut saya, dalam masa peradaban 
manusia selama sepuluh ribu tahun ini [dan 1400 tahun islam didalamnya], 
sudah banyak dan kaya wacana dan warna yang ada.  islam disempitkan 
justru karena terlalu banyak difilter oleh dogma - yang kadang tidak 
perlu-.maaf kalau tidak berkenan, tapi inilah pandangan saya.

>
> Dengan keterbatasan, Saya berusaha membahas sejarah
> dengan dua sisi secara jujur, baik buruk apa adanya.
>
> Tulisan dibawah yang mas Ari posting dari sisi positif
> subjektif dan berupa teori semata maaf.
>
> Menghilangkan subtansi negatif bahwa benarkah antara
> negara demokrasi tidak pernah terjadi perang?
>
> Benarkah dalam penegakan demokrasi dalam suatu negara
> tak pernah menggunakan peperangan atau meminta korban?
>
> Apakah negara penganut demokrasi tidak pernah
> menyerang negara lain?
>
> Teori dan realitas tidak matching.
>

ARI :
Hal ini tidak saya permasalahkan.  ini kan lemparan pancingnya 
vermonte.  dan kenyataanya amerika ndak nyerang inggris.  kudu diingat 
juga, kalau demokrasi udah ketambahan embel embel lain, bisanya udah 
ndak demokrasi lagi.  liat aja demokrasi terpimpin, demokrasi pancasil, 
demokrasi rakyat [model sovyet, jerman barat, korea utara].

>
> Adakah negara ideal penganut demokrasi yang bisa
> dijadikan acuan?
>
ARI :
PAPABONBON sampai capek kudubilang, amerika itu cuman noemr 13 dalam 
urutan negara demokrasi.  yg negara awal awal rata rata negara 
skandinavia.  seperti denmark, swiss, islandia, finlandia, swedia.  anda 
rasa rasa lah dalam hati sendiri, apa negara negara itu punya tipikal 
sebagai negara agresor ???  suka perang ???


>
> Pertanyaan lain, benar kata mas Ari, bahwa dunia Islam
> mengalami disfungsi selama ini(lebih tepatnya 2 abad
> ini), apakah tidak lebih baik kita mengurai
> latarbelakang, faktor-faktor penyebab disfungsinya
> secara bijak dan objektif?
>
ARI :
Aku ada file penelitiannya kalo mau.  working papernya Francis Fukuyama 
ketika membahas muslim di eropa.  berminat ???  poinnnya sebenarnya aku 
babar minggu ini di milis wm.  ketahuan mbak aris cuman nyetok milis 
ajah, tapi gak dibaca sama sekali.  di sana lagi rame ngebahas 
kompabilitas muslim dgn demokrasi bersama mas dana pamilih dan lain lain.
>
>
> Tentu dari lembaran sejarah, layaknya seorang manajer
> membuat analisa da evaluasi SWOT dari produksi diakhir
> tahun pembukuan? Dari faktor-faktor itu kita akan
> memulai suatu landasan perubahan dan prioritas menuju
> kemajuan yang diidamkan?
>
> Btw
>
> Agresifitas

[ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-09 Terurut Topik Ari Condrowahono
JAWABAN DI SELA SELA TULISAN MBAK ARIS 

aris solikhah wrote:
>
> Apa kabar mas Ari? Btw saya sedikit mengeluh dengan
> postingan Anda di Wanita Muslimah (saya milih sebagai
> member masif saja). Ya ampun postingan Ari Condro
> Wahono semua he he he.
>
ARI :
Mosok toh, malah seingat saya, sejak mulai bermain di 
http://www.papabonbon.wordpress.com dan http://masarcon.multiply.com, 
saya banyak menahan diri ndak bermilis ria.  oh ya, yg di multiply boleh 
dibilang saya ndak aktif lagi sekarang.  capek mengkritisi perilaku 
agama sendiri yg lagi carut marut.  lebih banyak menulis refleksi di 
papabonbon.  arahnya lebih banyak cerita ttg jalan jalan, makan makan, 
dan kehidupan buruh di pabrik.  hahahahahah ..  yang topik terakhir 
ini yang masih belum berani nulis keras keras.  boleh dibilang belum ada 
tulisan yg fokus di situ.  malah lebih banyak fokus ke cerita tentang 
keluarga.  Mampir yah  :p

>
> Pegel kalau diskusi di sana ^_^. Sekarang, email di
> satu lagi itu, Inbox saya penuh hingga 47 ribu, bisa
> dibantu cara untuk memutihkan (mendelete) semua
> sekaligus?
>
ARI :
KaLo mbakyu pakai gmail, cukup select all dengan keyword 
wanita-muslimah, trus di move to trash.  kok aneh udah 47 ribu ?  udah 
ikut berapa tahun ?
>
>
> He he he, ini bukan eker-ekeran. Apalagi
> cakar-cakaran.
> Soalnya kuku saya, tiap Jum'at sudah di potong.^_^
>
> Kadang saya merasa tiada keadilan ketika membahas soal
> politik, hubungan luar negeri, konsep politik sistem
> Islam dan sejarah umat Islam hampir tak sama sekali
> tak disentuh. Seperti yang posting dibawah.
>
ARI:
Mbakyu, pembicaraan dalam konsep politik anak anak gerakan justru banyak 
yg arahnya fikih oriented dan banyak ke fikih politik atau fikih 
negara.  yg sifat cara pandangnya masih berat ke agresifitas.  saya 
malah menyayangkan wacana kaya dari phillip vermonte ketika membahas 
cara pandang ilmu hubungan internasional dewasa ini belum bisa mbak 
serap, minimal mbak perlebar dalam pembahasannya.  papabonbon jadi rada 
napsu untuk bilang kalau mbak aris ini masih terjebak untuk berapologi 
dengan pemikiran gerakan.  belum bergeser dari sana.  [tapi ini problem 
wajar model modelnya tresno jalaran soko kulino, tresno jalaran oro ono 
sing liya].  ndak bisa ngeliat sisi lain.


>
> Apakah benar ISlam tidak memiliki konsepsi politik dan
> Hubungan Internasional? Atau karena kita belum tahu?
>
ARI :
apakah sifatnya sama ?  atau dalam cara pandang serupa dan seragam dan 
mampu melakukan itu secara seragam ?  menurut saya, dalam masa peradaban 
manusia selama sepuluh ribu tahun ini [dan 1400 tahun islam didalamnya], 
sudah banyak dan kaya wacana dan warna yang ada.  islam disempitkan 
justru karena terlalu banyak difilter oleh dogma - yang kadang tidak 
perlu-.maaf kalau tidak berkenan, tapi inilah pandangan saya.

>
> Dengan keterbatasan, Saya berusaha membahas sejarah
> dengan dua sisi secara jujur, baik buruk apa adanya.
>
> Tulisan dibawah yang mas Ari posting dari sisi positif
> subjektif dan berupa teori semata maaf.
>
> Menghilangkan subtansi negatif bahwa benarkah antara
> negara demokrasi tidak pernah terjadi perang?
>
> Benarkah dalam penegakan demokrasi dalam suatu negara
> tak pernah menggunakan peperangan atau meminta korban?
>
> Apakah negara penganut demokrasi tidak pernah
> menyerang negara lain?
>
> Teori dan realitas tidak matching.
>

ARI :
Hal ini tidak saya permasalahkan.  ini kan lemparan pancingnya 
vermonte.  dan kenyataanya amerika ndak nyerang inggris.  kudu diingat 
juga, kalau demokrasi udah ketambahan embel embel lain, bisanya udah 
ndak demokrasi lagi.  liat aja demokrasi terpimpin, demokrasi pancasil, 
demokrasi rakyat [model sovyet, jerman barat, korea utara].

>
> Adakah negara ideal penganut demokrasi yang bisa
> dijadikan acuan?
>
ARI :
PAPABONBON sampai capek kudubilang, amerika itu cuman noemr 13 dalam 
urutan negara demokrasi.  yg negara awal awal rata rata negara 
skandinavia.  seperti denmark, swiss, islandia, finlandia, swedia.  anda 
rasa rasa lah dalam hati sendiri, apa negara negara itu punya tipikal 
sebagai negara agresor ???  suka perang ???


>
> Pertanyaan lain, benar kata mas Ari, bahwa dunia Islam
> mengalami disfungsi selama ini(lebih tepatnya 2 abad
> ini), apakah tidak lebih baik kita mengurai
> latarbelakang, faktor-faktor penyebab disfungsinya
> secara bijak dan objektif?
>
ARI :
Aku ada file penelitiannya kalo mau.  working papernya Francis Fukuyama 
ketika membahas muslim di eropa.  berminat ???  poinnnya sebenarnya aku 
babar minggu ini di milis wm.  ketahuan mbak aris cuman nyetok milis 
ajah, tapi gak dibaca sama sekali.  di sana lagi rame ngebahas 
kompabilitas muslim dgn demokrasi bersama mas dana pamilih dan lain lain.
>
>
> Tentu dari lembaran sejarah, layaknya seorang manajer
> membuat analisa da evaluasi SWOT dari produksi diakhir
> tahun pembukuan? Dari faktor-faktor itu kita akan
> memulai suatu landasan perubahan dan prioritas menuju
> kemajuan yang diidamkan?
>
> Btw
>
> Agresifitas

Re: [ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-08 Terurut Topik aris solikhah
Apa kabar mas Ari?  Btw saya sedikit mengeluh dengan
postingan Anda di Wanita Muslimah (saya milih sebagai
member masif saja). Ya ampun postingan Ari Condro
Wahono semua he he he.

Pegel kalau diskusi di sana ^_^. Sekarang, email di
satu lagi itu, Inbox saya penuh hingga 47 ribu, bisa
dibantu cara untuk memutihkan (mendelete) semua
sekaligus? 

He he he, ini bukan eker-ekeran. Apalagi
cakar-cakaran.
Soalnya kuku saya, tiap Jum'at sudah di potong.^_^

Kadang saya merasa tiadakeadilan ketika membahas soal
politik, hubungan luar negeri, konsep politik sistem
Islam dan sejarah umat Islam hampir tak sama sekali
tak disentuh. Seperti yang posting dibawah. 

Apakah benar ISlam tidak memiliki konsepsi politik dan
Hubungan Internasional? Atau karena kita belum tahu?

Dengan keterbatasan, Saya berusaha membahas sejarah
dengan dua sisi secara jujur, baik buruk apa adanya. 

Tulisan dibawah yang mas Ari posting dari sisi positif
subjektif dan berupa teori semata maaf.

Menghilangkan subtansi negatif bahwa benarkah antara
negara demokrasi tidak pernah terjadi perang?

Benarkah dalam penegakan demokrasi dalam suatu negara
tak pernah menggunakan peperangan atau meminta korban?

Apakah negara penganut demokrasi tidak pernah
menyerang negara lain?

Teori dan realitas tidak matching.

Adakah negara ideal penganut demokrasi yang bisa
dijadikan acuan?


Pertanyaan lain, benar kata mas Ari, bahwa dunia Islam
mengalami disfungsi selama ini(lebih tepatnya 2 abad
ini), apakah tidak lebih baik kita mengurai
latarbelakang, faktor-faktor penyebab disfungsinya
secara bijak dan objektif?

Tentu dari lembaran sejarah, layaknya seorang manajer 
membuat analisa da evaluasi SWOT dari produksi diakhir
tahun pembukuan? Dari faktor-faktor itu kita akan
memulai suatu landasan perubahan dan prioritas menuju
kemajuan yang diidamkan?

Btw

Agresifitas negara dikaitkan konsep HTI, kurang tepat
mas.Bukan soal agresif atau tidak, kita menengok dasar
muara sumbernya dahulu. 


Mas Ari, saya ingin memberikan mas kenang-kenangan CD
mengenai sejarah penerapan syariah Islam dan jejak
khilfah di Indonesia yang diramu dari berbagai sumber
sejak dari masa Sriwijaya, Majapahit,  termasuk
sekilas berdirinya NU dan Muhamadiyah.

Mohon via japri, dimanakah alamat Anda? Insya Allah
saya akan mengirimnya untuk Anda. Gratis!  SBY-JK 
(Syukron Banget Ya- Jazakumullah)

salam,
aris








--- Ari Condrowahono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> halo kawan kawan ppiindia yang dirahmati Allah ...
> 
> 1. lama tak basuo, bicara pun masih eker ekeran
> masalah penaklukan dunia 
> oleh Islam dan ko eksistensi yang tidak juga
> terwujud.  hayaaah 
> 
> 2. perlu diingat juga mbak aris.  bahwa dunia muslim
> sudah cukup lama 
> mengalami disfungsi.  sebagaimana agama agama formal
> juga banyak yang 
> mengalami disfungsi.  saat ini rata rata agama
> mengambil posisi kontra 
> dengan ilmu pengetahuan.  yang dianggap sahabat
> hanyalah ilmu ilmu 
> kulit, namun ketika tahap epistemologi dan filsafat
> sains, maka agama 
> kisten maupun islam cenderung menolak ilmu
> pengetahuan.  agama islam yg 
> dulunya identik dengan ilmu pengetahuan sejak jaman
> al ghazali dimulai 
> dipisahkan.  begitu juga dengan kristenitas, diawali
> meolak ilmu 
> pengetahuan, lalu ketika bertemu islam, berbalik
> arah menjadi memeluk 
> ilmu pengetahuan.  sehingga ada saat saat di mana
> jaman louis pasteur, 
> mendel dan sebagainya, ilmu pengetahuan identik
> dengan gereja, di waktu 
> jaman modern, justru agama terpisah kembali dengan
> ilmu pengetahuan.
> 
> 3. tentang cara pandang hubungan internasional yg
> bersifat agresif 
> maupun bersifat co existensi, sebenarnya merupakan
> wacana lama di dunia 
> hubungan internasional.  mbak aris juga pernah
> memperlihatkan adanya 
> opsi dalam hubungan antar negara dalam diskusi
> terdahulu.  sebagai 
> sekutu, sebagai oponen dan wilayah netral. [meskipun
> sudut yg lebih di 
> sukai kalangan HT, nampaknya islam sebagai negara
> agresif].  wilayah 
> netral ini, butuh sinergi dengan strategi security
> with seperti pada 
> Melian Dialogue. Jangan sampai seperti Athena yg
> waktu itu bisa 
> menghancurkan Melios, namun ujungnya tetap harus
> tumbang di Sicilia
> 
> baca baca lagi webnya phillip vermonte, peneliti
> bidang politik di CSIS, 
> membuka kesegaran baru buat otak saya yg makin
> kering ini.
> 
> a tulisan ini relevan dengan indoensia ketika lagi
> jaya jayanya berusaha 
> mengintimidasi tetangganya [hasilnya timor]
> b.relevan juga dgn kasus spore dan malaysia sekarang
> ini.
> c. dan jelas relevan banget deangan ngoyoworo dunia
> islam yg ingin jadi 
> penguasa semesta [bukan rahmatan lil alamin lagi
> kayaknya]
> 
> salam,
> ari condro
> 
> =
> 
> 
> 
>
http://pjvermonte.wordpress.com/2006/09/27/membaca-lagi-paradigma-realisme/
> 
> MENGKAJI LAGI PARADIGMA REALISME
> 
> Hari ini harusnya saya ada dua kuliah. Tapi kedua
> profesornya sedang ada
> konferensi di Washington D.C. Kuliah akan diganti
> hari lain. Lumayan
> lah, jadi bisa nul

Re: [ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-08 Terurut Topik Ari Condrowahono
halo kawan kawan ppiindia yang dirahmati Allah ...

1. lama tak basuo, bicara pun masih eker ekeran masalah penaklukan dunia 
oleh Islam dan ko eksistensi yang tidak juga terwujud.  hayaaah 

2. perlu diingat juga mbak aris.  bahwa dunia muslim sudah cukup lama 
mengalami disfungsi.  sebagaimana agama agama formal juga banyak yang 
mengalami disfungsi.  saat ini rata rata agama mengambil posisi kontra 
dengan ilmu pengetahuan.  yang dianggap sahabat hanyalah ilmu ilmu 
kulit, namun ketika tahap epistemologi dan filsafat sains, maka agama 
kisten maupun islam cenderung menolak ilmu pengetahuan.  agama islam yg 
dulunya identik dengan ilmu pengetahuan sejak jaman al ghazali dimulai 
dipisahkan.  begitu juga dengan kristenitas, diawali meolak ilmu 
pengetahuan, lalu ketika bertemu islam, berbalik arah menjadi memeluk 
ilmu pengetahuan.  sehingga ada saat saat di mana jaman louis pasteur, 
mendel dan sebagainya, ilmu pengetahuan identik dengan gereja, di waktu 
jaman modern, justru agama terpisah kembali dengan ilmu pengetahuan.

3. tentang cara pandang hubungan internasional yg bersifat agresif 
maupun bersifat co existensi, sebenarnya merupakan wacana lama di dunia 
hubungan internasional.  mbak aris juga pernah memperlihatkan adanya 
opsi dalam hubungan antar negara dalam diskusi terdahulu.  sebagai 
sekutu, sebagai oponen dan wilayah netral. [meskipun sudut yg lebih di 
sukai kalangan HT, nampaknya islam sebagai negara agresif].  wilayah 
netral ini, butuh sinergi dengan strategi security with seperti pada 
Melian Dialogue. Jangan sampai seperti Athena yg waktu itu bisa 
menghancurkan Melios, namun ujungnya tetap harus tumbang di Sicilia

baca baca lagi webnya phillip vermonte, peneliti bidang politik di CSIS, 
membuka kesegaran baru buat otak saya yg makin kering ini.

a tulisan ini relevan dengan indoensia ketika lagi jaya jayanya berusaha 
mengintimidasi tetangganya [hasilnya timor]
b.relevan juga dgn kasus spore dan malaysia sekarang ini.
c. dan jelas relevan banget deangan ngoyoworo dunia islam yg ingin jadi 
penguasa semesta [bukan rahmatan lil alamin lagi kayaknya]

salam,
ari condro

=



http://pjvermonte.wordpress.com/2006/09/27/membaca-lagi-paradigma-realisme/

MENGKAJI LAGI PARADIGMA REALISME

Hari ini harusnya saya ada dua kuliah. Tapi kedua profesornya sedang ada
konferensi di Washington D.C. Kuliah akan diganti hari lain. Lumayan
lah, jadi bisa nulis-nulis sedikit di sini . Tidak perlu menunggu akhir
pekan seperti biasanya.

Ini ada residu dari kuliah International Relations Theory minggu lalu,
saya masih penasaran. Setiap pengkaji HI pasti tahu paradigma realisme.
Asumsi utama paham ini, sebagaimana dihafal luar kepala oleh setiap
mahasiswa HI, adalah kecenderungannya yang state-centric, melihat bahwa
state adalah aktor prinsipal dalam hubungan internasional.

Belakangan datang Kenneth Waltz dengan pemikiran neo-realisme-nya: bahwa
sistem internasional lah yang menentukan perilaku negara. Karena sistem
internasional bersifat anarkis (dalam pengertian tidak ada sesuatu yang
lebih sovereign di atas negara-negara berdaulat secara individual), maka
negara menjadi 'egois'. Semua negara akan berusaha memaksimalkan power
dan karena itulah perang menjadi wajah hubungan antar negara dari waktu
ke waktu. Sehingga, boleh dibilang, studi HI mengerahkan energi nya
lebih banyak untuk memahami perang dan bagaimana mencegahnya.

Membaca bahan kuliah dan menghadiri kelas minggu lalu, saya punya
kesempatan me-refresh dan menambah pemahaman soal realisme ini.

Akar pemikiran realisme dengan mudah bisa dilacak. Dua nama yang selalu
muncul adalah filsuf Yunani Thucydides dan filsuf Inggris Thomas Hobbes.
Thucydides terkenal dengan bukunya mengenai perang besar jaman Yunani
Kuno yang judulnya The Peloponnesian War. Thomas Hobbes dikenal dengan
konsepnya Leviathan, yaitu entitas sovereign yang mengatasi
indvidu-individu.

Minggu lalu saya membaca lagi Morgenthau (Politics Among Nations), E.H.
Carr (The Twenty Years Crisis), Waltz (Men, State and War), Hobbes,
Thucydides dan banyak yang lainnya. Walaupun dominan, paradigma realisme
selalu dihujani kritik. Bacaan kuliah minggu lalu pun beberapa
diantaranya berisi kritik keras terhadap realisme.

Tiga yang saya sukai dari bacaan minggu lalu adalah tulisan Michael
Doyle (dia salah satu pembela Democratic Peace Theory: bahwa negara
demokrasi tidak pernah saling berperang dengan negara demokrasi lain)
yang judulnya "Thucydidean Realism", dimuat di Review of International
Studies.

Satu lagi adalah tulisan Lauire Bagby di jurnal International
Organization, judulnya "The Use and Abuse of Thucydides in International
Relations". Minggu lalu kami juga wajib membaca beberapa bagian dari
tulisan asli Thucydides (The Peloponnesian War sendiri adalah kajian
epic berjilid-jilid). Saya suka juga tulisan Michael William yang
berjudul "Hobbes and International Relations: a Reconsideration", juga
di jurnal International Organization.

Membaca kritik-kritik ini menyegarkan se

Re: [ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-08 Terurut Topik Nugroho Dewanto


memang susah ketemu.

paradigma kaum fundamentalis melulu penaklukan.
dulu penaklukkan konstantinopel. sekarang mau menaklukkan roma?
menaklukkan washington? lalu apa lagi? mengislamkan seluruh
dunia?

yang dari pihak sana juga sama saja. setelah penaklukkan
bagdad, giliran berikut penaklukkan teheran? penaklukkan
mekah dan medinah? lalu apa lagi? mengkristenkan seluruh dunia?

mungkin fenomena ini yang dilihat dan kemudian diabstraksikan
huntington menjadi benturan peradaban. benturan gara-gara
'kegilaan' kaum fundamentalis dari keduabelah pihak.

kalau saya lebih memilih paradigma hidup berdampingan
secara damai dengan sesama manusia dan mahluk lain ciptaan
Tuhan agar hidup menjadi lebih damai untuk generasi anak cucu.

mari kuburkan dalam-dalam mentalitas penaklukkan.



At 02:43 PM 3/7/2007, you wrote:

>Mas Dede yang baik dan membuat saya selalu curious
>^_^,
>
>Saya satukan jawabannya nggih. Betul sekali iptek
>bukan dimiliki oleh satu agama mana pun. Iptek adalah
>alat seperti layaknya HP yang bisa dimiliki oleh siapa
>saja. Hanya saja, ruh dalam mendalami iptek itu yang
>membedakan antara manusia.
>
>Orang Muslim belajar Iptek untuk beribadah dan untuk
>memudahkan manusia dalam beribadah pada Allah serta
>hidup di dunia ini. Sepahaman saya belajar Iptek
>hukumnya dalam islam adalah fardu kifayah (wajib
>kifayah).
>
>Orang sosialis dan kapitalis liberalis belajar iptek
>tentu untuk kemudahan hidup adalah juga dengan ruh
>(asas) kemanfaatan materi. Sehingga wajar, kebahagian
>dan kemajuan senantiasa diukur dari nilai materi atau
>keunggulan materi.
>
>So, perbedaan ruh inilah yang dinilai dihadapan Allah,
>berbeda timbangan amalannya. ^_^ Karena bagi umat
>Muslim seharusnya berpahaman ketika menggunakan IPTEK
>untuk kemaksiatan, kezaliman, kerakusan, kerusakan dan
>sejenisnya adalah dosa. Misalnya HP untuk menyebarkan
>gambar porno tidak boleh, menggunakan TV untuk
>menyebarkan film porno adalah dosa. Namun HP untuk
>komunikasi dll serta TV untuk pendidikan,
>penceraham,masyarakat, berita adalah boleh.
>
>Mas Dede,
>Dari trilogi Toriq Ali, saya telah membaca 2,
>kebetulan untuk Kitab Salahudin saya belum membacanya.
>Ada manfaat besar dalam hidup saya membaca buku itu,
>bahwa teman-teman liberal pun sebenarnya sangat paham
>sejarah Islam dan kejayaannya. Apa yang ditulis Tariq
>Ali diambil dari sisi liberalnya dan bagi saya itulah
>yang membuat umat Islam mundur.
>
>Toriq Ali sendiri yang mengisahkan bahwa ketika
>keluarga Umar (keturunan khalifah terakhir di Spanyol)
>melakukan kemaksiatan berupa homoseksual, insest,
>perzinahan, perempuan yang tak menutup aurat, ibadah
>sehari-hari yang jarang dilakukan, pergaulan bebas,
>perbuatan maksiat itulah yang menjadi penyebab
>hancurnya kekuatan terakhir umat Islam disana. Mereka
>sangat jauh dari pelaksanaan syariat Islam bahkan
>dalam kehidupan sehari-hari atau pribadinya. Bagaimana
>mungkin pertolongan Allah diberikan pada orang yang
>gemar maksiat begitu? Ini terjadi di abad 18 bukan?
>Diakhir-akhir mau keruntuhan khilafah seluruhnya.
>
>Apatah pertolongan kemenangan dari Allah, doa pun tak
>dikabulkan.
>
>Saya percaya bahwa Toriq Ali yang jurnalis Politik
>Timur Tengah itu adalah orang yang paham kemunduran
>umat Islam, tulisan dia diinspirasi sejarah.
>
>Bagi saya, walau Toriq Ali berusaha menonjolkan dan
>berusaha mensosialisasikan liberalisme (kebrobrokan)
>di masa khilafah di akhir abad 17-18, malah dengan
>kejujuran Toriq Ali dalam menguraikan kondisi masa
>lalu itulah yang sebenarnya, ia juga menunjukkan
>salah satu faktor kehancuran kejayaan umat Islam,
>adalah ide liberalisme yang masuk total ditubuh umat
>Islam.
>
>Mas Dede yang baik,
>Peradaban Amerika dan Eropa bisa maju salah satunya
>dengan diperoleh dari penderitaan, jeratan hutang,
>imperialisme dari darah, keringat manusia di
>negri-negri lain. Mereka membangun kemajuan peradaban
>dengan tanpa peduli halal, haram, mengembangkan ide
>kebebasan, materialisme, kapitalisme dan liberal.
>
>Namun untuk umat ISlam, hal tersebut tidak mungkin
>dicapai tanpa kembali pada ruh agamanya, kejujuran,
>kebersihan, keyakinan dan pelaksanaan Islam dalam
>sehari-hari diseluruh aspek kehidupan, itu kunci
>kemenangan.
>
>Wajar, umat Islam kalah (mundur) di Spanyol dan Turki,
>mereka telah meninggalkan ajaran Islam dalam kehidupan
>mereka. Hidup dalam liberalisme yang membuat mereka
>maaf hidup layaknya hewan.
>
>Bukankah kondisinya sama dengan sekarang mas? Umat
>muslim jauh dari agamanya. KTP Islam, selingkuh jalan,
>zina dilakukan, korupsi Ok, foya-foya oke, dugem yes,
>ekonomi riba ya, pornografi dan aksi jadi tuntunan,
>zakat no way dll.
>
>Akan indah jika dibandingkan bagaimana perilaku Umar
>bin Abdul Aziz yang membuat tak ada seorang warga
>negara pun miskin, Muhammad Al Fatih yang berhasil
>menakhlukkan Konstantinopel. Bagaimana mereka
>mengencangkan hidup disusuri malam-malam bertabur
>ibadah khusyuk. Siang bagaikan pekerja miskin yang
>bekerja keras untuk kehidupan dunia, malam bak sosok
>rahi

Hal: [ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-07 Terurut Topik basuki kristanto
AGAMA ITU ADALAH  A T U R A N


- Pesan Asli 
Dari: aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: ppiindia@yahoogroups.com
Terkirim: Rabu, 7 Maret, 2007 3:06:43
Topik: Re: [ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

Apa kabar Mbakyu Lina?
Mungkin orang akan bilang saya sok romantis, tapi
benar saya kadang kangen ingin membaca postingan
mbakyu LIna di PPiindia. He he he sayangnya Mbak Lina
lebih suka ngobrol di Wanita Muslimah ya. Apalagi mas
Arcon jadi seleb disana,jadilah postingan beliau
menuhin inboxku. ^_^

--- Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

> Lal, ketika ilmu itu digilirkan ke suatu
> kaum...bukankah kaum-
> kaum tersebut ada yang beragama, agnostik, dan
> atheist? Kaum itu ada 
> yang blengsek ada yang ciamik.
> 
> Itu masalahnya. Betul ilmu itu tak berpihak. Sama
> saja dengan agama, 
> ekonomi, politik, dll. Mereka itu warisan umat
> manusia dan mereka 
> cuma benda mati. Menjadi hidup ketika berada
> ditangan mahluk hidup 
> (manusia).
> 
> Manusia yang beragama ini kemudian mencoba
> menyandingkan agama 
> dengan iptek, agama dengan politik, agama dengan
> ekonomi, dllnya. 
> Ada yang menyandingkan dalam sebatas wacana saja
> karena mereka yakin 
> hal ini tidak bisa sejalan dan seirama, namun ada
> yang (mencoba) 
> mengaplikasikan dalam kesehariannya.
> 
> Bagi yang atheist, tentu menjadi lumrah kalau mereka
> tidak 
> menyandingkan iptek, politik, ekonomi, dll dgn
> agama.
> 
> wassalam,
> --- In [EMAIL PROTECTED] s.com, Nugroho Dewanto
> <[EMAIL PROTECTED] .> 
> wrote:
> >
> > 
> > betul mas.
> > 
> > ilmu pengetahuan dan teknologi tidak punya agama.
> > bukan milik salah satu agama. tak bisa diklaim
> oleh
> > salah satu agama.
> > 
> > ilmu pengetahuan dan teknologi adalah warisan
> > bersama umat manusia. digilirkan dari satu kaum
> > ke kaum yang lain sepanjang masa.
> > 
> > 
> > 
> > 
> > At 03:00 PM 3/5/2007, you wrote:
> > 
> > >Sebetulnya kalau kita telaah dari kelahiran Islam
> itu
> > >sendiri, Islam adalah agama realisme yang
> mengagungkan
> > >kemerdekaan berpendapat dan berpikir.
> > >Islam lahir karena realitas sosial. Sebetulnya,
> > >Islam sama sekali tidak menolak kehadiran
> teknologi,
> > >apa pun jenis teknologi itu. Bahkan Islam adalah
> agama
> > >yang memunculkan sejumlah teknologi canggih pada
> masa
> > >lalu sebelum Perang Salib pecah maupun sepanjang
> > >Perang Salib tersebut.
> > >Teknologi adalah sebuah realitas sosial yang
> hadir
> > >karena kebebasan berpikir masyarakat. Lantas
> kenapa
> > >banyak pihak yang menilai bahwa orang-orang Islam
> > >menolak kehadiran teknologi? Bukan menolak, Islam
> > >menolak jika teknologi itu disalah gunakan untuk
> > >mengingkari kehadiran sang Khalik. Yang mendorong
> > >masyarakat menjadi tidak percaya kepada Sang
> Khalik.
> > >Yang mendorong masyarakat mengingkari ajaran atau
> > >Firman sang khalik.
> > >Islam tidak menolak kehadiran obat-obatan dan
> > >teknologi canggih aborsi, misalnya. Islam menolak
> jika
> > >obat-obatan dan teknologi itu disalah gunakan
> untuk
> > >membunuh bayi di dalam kandungan dengan
> alasan-alasan
> > >yang tidak pada tempatnya. Islam menolak jika
> > >obat-obatan itu disalah gunakan untuk
> mabuk-mabukkan,
> > >misalnya.
> > >Tapi memang gerakan kaum fundamentalis Islam (dan
> > >ini tidak cuma di Islam saja) yang akhirnya
> bersuara
> > >keras melarang ini dan itu. Segala TV dibilang
> > >haramlah, celana jins di bilang haram lah, radio
> di
> > >bilang haramlah. Tidak pakai jilbab di bilang
> kafir
> > >lah, berbeda pendapat di bilang haramlah dan
> masuk
> > >neraka lah.
> > >
> > >terima kasih hanya sekedarmasukan
> > >
> > >--- Nugroho Dewanto 
> >
> ><<mailto:ndewanto% 40mail.tempo. co.id>ndewanto@ ...>
> wrote:
> > >
> > > >
> > > > anda tulis dengan mengutip lewis:
> > > >
> > > > "Menurutnya, kelemahan umat Islam adalah
> selain ia
> > > > lalai dalam syariat ISlam adalah karena umat
> Islam
> > > > bahkan memisahkan Ilmu teknologi dari
> kehidupan.
> > > > Umat
> > > > Islam agak enggan mengadopsi ilmu dan
> teknologi dari
> > > > dunia barat dan malah sangat terbuka
> mengadopsi
> > > > sistem
> > > > politiknya yang demokrasi liberal untuk
> diterapkan
> > > > dinegerin

Re: [ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-07 Terurut Topik aris solikhah
Apa kabar Mbakyu Lina?
Mungkin orang akan bilang saya sok romantis, tapi
benar saya kadang kangen ingin membaca postingan
mbakyu LIna di PPiindia. He he he sayangnya Mbak Lina
lebih suka ngobrol di Wanita Muslimah ya. Apalagi mas
Arcon jadi seleb disana,jadilah postingan beliau
menuhin inboxku. ^_^

--- Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Lal, ketika ilmu itu digilirkan ke suatu
> kaum...bukankah kaum-
> kaum tersebut ada yang beragama, agnostik, dan
> atheist? Kaum itu ada 
> yang blengsek ada yang ciamik.
> 
> Itu masalahnya. Betul ilmu itu tak berpihak. Sama
> saja dengan agama, 
> ekonomi, politik, dll. Mereka itu warisan umat
> manusia dan mereka 
> cuma benda mati. Menjadi hidup ketika berada
> ditangan mahluk hidup 
> (manusia).
> 
> Manusia yang beragama ini kemudian mencoba
> menyandingkan agama 
> dengan iptek, agama dengan politik, agama dengan
> ekonomi, dllnya. 
> Ada yang menyandingkan dalam sebatas wacana saja
> karena mereka yakin 
> hal ini tidak bisa sejalan dan seirama, namun ada
> yang (mencoba) 
> mengaplikasikan dalam kesehariannya.
> 
> Bagi yang atheist, tentu menjadi lumrah kalau mereka
> tidak 
> menyandingkan iptek, politik, ekonomi, dll dgn
> agama.
> 
> wassalam,
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, Nugroho Dewanto
> <[EMAIL PROTECTED]> 
> wrote:
> >
> > 
> > betul mas.
> > 
> > ilmu pengetahuan dan teknologi tidak punya agama.
> > bukan milik salah satu agama. tak bisa diklaim
> oleh
> > salah satu agama.
> > 
> > ilmu pengetahuan dan teknologi adalah warisan
> > bersama umat manusia. digilirkan dari satu kaum
> > ke kaum yang lain sepanjang masa.
> > 
> > 
> > 
> > 
> > At 03:00 PM 3/5/2007, you wrote:
> > 
> > >Sebetulnya kalau kita telaah dari kelahiran Islam
> itu
> > >sendiri, Islam adalah agama realisme yang
> mengagungkan
> > >kemerdekaan berpendapat dan berpikir.
> > >Islam lahir karena realitas sosial. Sebetulnya,
> > >Islam sama sekali tidak menolak kehadiran
> teknologi,
> > >apa pun jenis teknologi itu. Bahkan Islam adalah
> agama
> > >yang memunculkan sejumlah teknologi canggih pada
> masa
> > >lalu sebelum Perang Salib pecah maupun sepanjang
> > >Perang Salib tersebut.
> > >Teknologi adalah sebuah realitas sosial yang
> hadir
> > >karena kebebasan berpikir masyarakat. Lantas
> kenapa
> > >banyak pihak yang menilai bahwa orang-orang Islam
> > >menolak kehadiran teknologi? Bukan menolak, Islam
> > >menolak jika teknologi itu disalah gunakan untuk
> > >mengingkari kehadiran sang Khalik. Yang mendorong
> > >masyarakat menjadi tidak percaya kepada Sang
> Khalik.
> > >Yang mendorong masyarakat mengingkari ajaran atau
> > >Firman sang khalik.
> > >Islam tidak menolak kehadiran obat-obatan dan
> > >teknologi canggih aborsi, misalnya. Islam menolak
> jika
> > >obat-obatan dan teknologi itu disalah gunakan
> untuk
> > >membunuh bayi di dalam kandungan dengan
> alasan-alasan
> > >yang tidak pada tempatnya. Islam menolak jika
> > >obat-obatan itu disalah gunakan untuk
> mabuk-mabukkan,
> > >misalnya.
> > >Tapi memang gerakan kaum fundamentalis Islam (dan
> > >ini tidak cuma di Islam saja) yang akhirnya
> bersuara
> > >keras melarang ini dan itu. Segala TV dibilang
> > >haramlah, celana jins di bilang haram lah, radio
> di
> > >bilang haramlah. Tidak pakai jilbab di bilang
> kafir
> > >lah, berbeda pendapat di bilang haramlah dan
> masuk
> > >neraka lah.
> > >
> > >terima kasih hanya sekedarmasukan
> > >
> > >--- Nugroho Dewanto 
> >
> ><[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> > >
> > > >
> > > > anda tulis dengan mengutip lewis:
> > > >
> > > > "Menurutnya, kelemahan umat Islam adalah
> selain ia
> > > > lalai dalam syariat ISlam adalah karena umat
> Islam
> > > > bahkan memisahkan Ilmu teknologi dari
> kehidupan.
> > > > Umat
> > > > Islam agak enggan mengadopsi ilmu dan
> teknologi dari
> > > > dunia barat dan malah sangat terbuka
> mengadopsi
> > > > sistem
> > > > politiknya yang demokrasi liberal untuk
> diterapkan
> > > > dinegerinya."
> > > >
> > > > saya jawab:
> > > >
> > > > 1. cuma sedikit negara islam yang sudah
> menerapkan
> > > > sistem
> > > > demokrasi liberal.
> > > >
> > > > lebih banyak negara islam masih berbentuk
> kerajaan
> > > > atau
> > > > menerapkan demokrasi semu, seperti di negara
> komunis
> > > > dulu.
> > > >
> > > > 2. masih banyak orang islam yang menolak ilmu
> dan
> > > > teknologi barat
> > > > terutama di bidang biologi.
> > > >
> > > > kabarnya beberapa perguruan tinggi di
> indonesia yang
> > > > dikuasai
> > > > kaum fundamentalis juga mulai enggan
> mengajarkan
> > > > teori darwin.
> > > >
> > > > 3. jadi bagaimana orang islam bisa maju?
> > > >
> > > >
> > > >
> > >
> > >Eka Zulkarnain
> > >
> >
>
>__
> > >Sucker-punch spam with award-winning protection.
> > >Try the free Yahoo! Mail Beta.
> > 
>
>htt
>
p://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/features_spam.html
> > >
> > 
> > 

Re: [ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-06 Terurut Topik aris solikhah
Mas Dede yang baik dan membuat saya selalu curious
^_^,

Saya satukan jawabannya nggih. Betul sekali iptek
bukan dimiliki oleh satu agama mana pun.  Iptek adalah
alat seperti layaknya HP yang bisa dimiliki oleh siapa
saja. Hanya saja, ruh dalam mendalami iptek itu yang
membedakan antara manusia.

Orang Muslim belajar Iptek untuk beribadah dan untuk
memudahkan manusia dalam beribadah pada Allah serta
hidup di dunia ini. Sepahaman saya belajar Iptek
hukumnya dalam islam adalah fardu kifayah (wajib
kifayah).

Orang sosialis dan kapitalis liberalis belajar iptek
tentu untuk kemudahan hidup adalah juga dengan ruh
(asas) kemanfaatan materi. Sehingga wajar, kebahagian
dan kemajuan senantiasa diukur dari nilai materi atau
keunggulan materi.

So, perbedaan ruh inilah yang dinilai dihadapan Allah,
berbeda timbangan amalannya. ^_^ Karena bagi umat
Muslim seharusnya berpahaman ketika menggunakan IPTEK
untuk kemaksiatan, kezaliman, kerakusan, kerusakan dan
sejenisnya adalah dosa. Misalnya HP untuk menyebarkan
gambar porno tidak boleh, menggunakan TV untuk
menyebarkan film porno adalah dosa. Namun HP untuk
komunikasi dll serta TV untuk pendidikan,
penceraham,masyarakat, berita adalah boleh.

Mas Dede,
Dari trilogi Toriq Ali, saya telah membaca 2,
kebetulan untuk Kitab Salahudin saya belum membacanya.
Ada manfaat besar dalam hidup saya membaca buku itu,
bahwa teman-teman liberal pun sebenarnya sangat paham
sejarah Islam dan kejayaannya. Apa yang ditulis Tariq
Ali diambil dari sisi liberalnya dan bagi saya itulah
yang membuat umat Islam mundur. 

Toriq Ali sendiri yang mengisahkan bahwa ketika
keluarga Umar (keturunan khalifah terakhir di Spanyol)
melakukan kemaksiatan berupa homoseksual, insest,
perzinahan, perempuan yang tak menutup aurat, ibadah
sehari-hari yang jarang dilakukan, pergaulan bebas,
perbuatan maksiat itulah yang menjadi penyebab
hancurnya kekuatan terakhir umat Islam disana. Mereka
sangat jauh dari pelaksanaan syariat Islam bahkan
dalam kehidupan sehari-hari atau pribadinya. Bagaimana
mungkin pertolongan Allah diberikan pada orang yang
gemar maksiat begitu? Ini terjadi di abad 18 bukan?
Diakhir-akhir mau keruntuhan khilafah seluruhnya.

Apatah pertolongan kemenangan dari Allah, doa pun tak
dikabulkan.


Saya percaya bahwa Toriq Ali yang jurnalis Politik
Timur Tengah itu adalah orang yang paham kemunduran
umat Islam, tulisan dia diinspirasi sejarah.

Bagi saya, walau Toriq Ali berusaha menonjolkan dan
berusaha mensosialisasikan liberalisme (kebrobrokan)
di masa khilafah di akhir abad 17-18, malah dengan
kejujuran Toriq Ali dalam menguraikan kondisi masa
lalu itulah  yang sebenarnya, ia juga menunjukkan
salah satu faktor kehancuran  kejayaan umat Islam,
adalah ide liberalisme yang masuk total ditubuh umat
Islam.

Mas Dede yang baik,
Peradaban Amerika dan Eropa bisa maju salah satunya
dengan diperoleh dari penderitaan, jeratan hutang,
imperialisme dari darah, keringat manusia di
negri-negri lain. Mereka membangun kemajuan peradaban
dengan tanpa peduli halal, haram, mengembangkan ide
kebebasan, materialisme, kapitalisme dan liberal.

Namun untuk umat ISlam, hal tersebut tidak mungkin
dicapai tanpa kembali pada ruh agamanya, kejujuran,
kebersihan, keyakinan dan pelaksanaan Islam dalam
sehari-hari diseluruh aspek kehidupan, itu kunci
kemenangan.


Wajar, umat Islam kalah (mundur) di Spanyol dan Turki,
mereka telah meninggalkan ajaran Islam dalam kehidupan
mereka. Hidup dalam liberalisme yang membuat mereka
maaf hidup layaknya hewan. 

Bukankah kondisinya sama dengan sekarang mas? Umat
muslim jauh dari agamanya. KTP Islam, selingkuh jalan,
zina dilakukan, korupsi Ok, foya-foya oke, dugem yes,
ekonomi riba ya, pornografi dan aksi jadi tuntunan,
zakat no way dll. 


Akan indah jika dibandingkan bagaimana perilaku Umar
bin Abdul Aziz yang membuat tak ada seorang warga
negara pun miskin, Muhammad Al Fatih yang berhasil
menakhlukkan Konstantinopel. Bagaimana mereka
mengencangkan hidup disusuri malam-malam bertabur
ibadah khusyuk. Siang bagaikan pekerja miskin yang
bekerja keras untuk kehidupan dunia, malam bak sosok
rahib yang menangis khusyuk karena takut azab Allah.

Kemenangan sejati dari Allah hanya diberikan pada
orang yang taat pada Aturan Allah. Mohon maaf bila ada
kekhilafan dan kata yang kurang berkenan.

salam Sukses MUlia selalu

aris solikhah


--- Nugroho Dewanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> 
> kebetulan aris menyebut-nyebut buku tariq ali,
> "perempuan batu."
> coba baca juga "kitab salahudin" dari penulis yang
> sama.
> 
> kendati fiksi, buku-buku itu berdasar riset sejarah
> yang mengagumkan.
> mirip buku-buku pramudya ananta toer di indonesia.
> 
> pada buku-bukunya tariq ali menggambarkan peradaban
> andalusia
> --yang dikenal sebagai masa keemasan peradaban
> islam-- sebagai
> peradaban yang sangat liberal. perempuan memiliki
> posisi yang
> setara dengan laki-laki. perdebatan filsafat dengan
> aneka isu
> yang kontroversial biasa dilakukan di kedai-kedai
> kopi tanpa ada
> intimidasi dari front p

[ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-06 Terurut Topik Lina Dahlan
Lal, ketika ilmu itu digilirkan ke suatu kaum...bukankah kaum-
kaum tersebut ada yang beragama, agnostik, dan atheist? Kaum itu ada 
yang blengsek ada yang ciamik.

Itu masalahnya. Betul ilmu itu tak berpihak. Sama saja dengan agama, 
ekonomi, politik, dll. Mereka itu warisan umat manusia dan mereka 
cuma benda mati. Menjadi hidup ketika berada ditangan mahluk hidup 
(manusia).

Manusia yang beragama ini kemudian mencoba menyandingkan agama 
dengan iptek, agama dengan politik, agama dengan ekonomi, dllnya. 
Ada yang menyandingkan dalam sebatas wacana saja karena mereka yakin 
hal ini tidak bisa sejalan dan seirama, namun ada yang (mencoba) 
mengaplikasikan dalam kesehariannya.

Bagi yang atheist, tentu menjadi lumrah kalau mereka tidak 
menyandingkan iptek, politik, ekonomi, dll dgn agama.

wassalam,
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Nugroho Dewanto <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> betul mas.
> 
> ilmu pengetahuan dan teknologi tidak punya agama.
> bukan milik salah satu agama. tak bisa diklaim oleh
> salah satu agama.
> 
> ilmu pengetahuan dan teknologi adalah warisan
> bersama umat manusia. digilirkan dari satu kaum
> ke kaum yang lain sepanjang masa.
> 
> 
> 
> 
> At 03:00 PM 3/5/2007, you wrote:
> 
> >Sebetulnya kalau kita telaah dari kelahiran Islam itu
> >sendiri, Islam adalah agama realisme yang mengagungkan
> >kemerdekaan berpendapat dan berpikir.
> >Islam lahir karena realitas sosial. Sebetulnya,
> >Islam sama sekali tidak menolak kehadiran teknologi,
> >apa pun jenis teknologi itu. Bahkan Islam adalah agama
> >yang memunculkan sejumlah teknologi canggih pada masa
> >lalu sebelum Perang Salib pecah maupun sepanjang
> >Perang Salib tersebut.
> >Teknologi adalah sebuah realitas sosial yang hadir
> >karena kebebasan berpikir masyarakat. Lantas kenapa
> >banyak pihak yang menilai bahwa orang-orang Islam
> >menolak kehadiran teknologi? Bukan menolak, Islam
> >menolak jika teknologi itu disalah gunakan untuk
> >mengingkari kehadiran sang Khalik. Yang mendorong
> >masyarakat menjadi tidak percaya kepada Sang Khalik.
> >Yang mendorong masyarakat mengingkari ajaran atau
> >Firman sang khalik.
> >Islam tidak menolak kehadiran obat-obatan dan
> >teknologi canggih aborsi, misalnya. Islam menolak jika
> >obat-obatan dan teknologi itu disalah gunakan untuk
> >membunuh bayi di dalam kandungan dengan alasan-alasan
> >yang tidak pada tempatnya. Islam menolak jika
> >obat-obatan itu disalah gunakan untuk mabuk-mabukkan,
> >misalnya.
> >Tapi memang gerakan kaum fundamentalis Islam (dan
> >ini tidak cuma di Islam saja) yang akhirnya bersuara
> >keras melarang ini dan itu. Segala TV dibilang
> >haramlah, celana jins di bilang haram lah, radio di
> >bilang haramlah. Tidak pakai jilbab di bilang kafir
> >lah, berbeda pendapat di bilang haramlah dan masuk
> >neraka lah.
> >
> >terima kasih hanya sekedarmasukan
> >
> >--- Nugroho Dewanto 
> ><[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > >
> > > anda tulis dengan mengutip lewis:
> > >
> > > "Menurutnya, kelemahan umat Islam adalah selain ia
> > > lalai dalam syariat ISlam adalah karena umat Islam
> > > bahkan memisahkan Ilmu teknologi dari kehidupan.
> > > Umat
> > > Islam agak enggan mengadopsi ilmu dan teknologi dari
> > > dunia barat dan malah sangat terbuka mengadopsi
> > > sistem
> > > politiknya yang demokrasi liberal untuk diterapkan
> > > dinegerinya."
> > >
> > > saya jawab:
> > >
> > > 1. cuma sedikit negara islam yang sudah menerapkan
> > > sistem
> > > demokrasi liberal.
> > >
> > > lebih banyak negara islam masih berbentuk kerajaan
> > > atau
> > > menerapkan demokrasi semu, seperti di negara komunis
> > > dulu.
> > >
> > > 2. masih banyak orang islam yang menolak ilmu dan
> > > teknologi barat
> > > terutama di bidang biologi.
> > >
> > > kabarnya beberapa perguruan tinggi di indonesia yang
> > > dikuasai
> > > kaum fundamentalis juga mulai enggan mengajarkan
> > > teori darwin.
> > >
> > > 3. jadi bagaimana orang islam bisa maju?
> > >
> > >
> > >
> >
> >Eka Zulkarnain
> >
> >__
> >Sucker-punch spam with award-winning protection.
> >Try the free Yahoo! Mail Beta.
> 
>htt
p://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/features_spam.html
> >
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




Re: [ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-06 Terurut Topik Nugroho Dewanto

kebetulan aris menyebut-nyebut buku tariq ali, "perempuan batu."
coba baca juga "kitab salahudin" dari penulis yang sama.

kendati fiksi, buku-buku itu berdasar riset sejarah yang mengagumkan.
mirip buku-buku pramudya ananta toer di indonesia.

pada buku-bukunya tariq ali menggambarkan peradaban andalusia
--yang dikenal sebagai masa keemasan peradaban islam-- sebagai
peradaban yang sangat liberal. perempuan memiliki posisi yang
setara dengan laki-laki. perdebatan filsafat dengan aneka isu
yang kontroversial biasa dilakukan di kedai-kedai kopi tanpa ada
intimidasi dari front pembela ini itu. riset ilmu pengetahuan dilakukan
dengan suka cita oleh semua orang: muslim, kristen, yahudi, dll
tanpa ada diskriminasi.

tapi peradaban andalusia bukan cuma peradaban orang-orang saleh
yang selalu duduk berdoa di masjid, gereja atau sinagog. dia peradaban
manusia biasa. dimana ada perselingkuhan, minum-minum anggur,
berhubungan sesama jenis, dsb.

begitulah peradaban kordoba, bagdad, kairo, damaskus yang ketika itu
menjadi metropolitan gemerlap. sementara paris, london, milan
masih merupakan dusun yang gelap.

tariq ali sendiri seorang muslim asal pakistan yang sangat liberal.
dia pindah ke inggris dan pada 1960-an terkenal sebagai salah satu
pentolan aktivis anti perang vietnam.

sampai sekarang dia masih menjadi editor jurnal terkenal
the new left review.

jadi menilik buku-buku tariq ali, islam liberal malah sudah ada sejak
peradaban andalusia hehehe..



At 04:50 PM 3/6/2007, you wrote:

>Rehat: Baru dua abad. Yang Non Liberal udah berapa abad ya?...:-)
>
>Renungan: Ketika masyarakat Islam mengalami kejayaan dalam bidang
>ilmu pengetahuan di masa lalu, apakah itu karena adanya kebebasan
>juga?
>
>*
>
>Saya masih butuh penjelasan lagi kalau kesimpulannya adalah
>kebebasan merupakan kunci kebahagiaan, kemanan dan kesejahteraan.
>Kebebasan yang bagaimana?
>
>Saya juga masih butuh penjelasan apa iya "kebebasan berfikir" itu
>yang dimaksud dengan "ijtihad"???. Sepertinya terlalu sembrono.
>
>Saya menangkap, dari tulisannya Assyaukahie ini, ada kebebasan dalam
>ngelmu ada kebebasan dalam berpolitik. Apakah sama kebebasan-
>kebebasan dalam kedua konteks tsb? Sejauh apa kebebasan2 tsb itu ada?
>
>Soal kemajuan dan kemunduran, saya tergelitik membaca sebuah Hadis
>Qudsi seperti ini
>"Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam,
>luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu
>dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau
>tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak
>menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
>
>Tidak ada bicara soal kebebasan dalam hal maju or tidaknya
>seseorang ato suatu kaum, tapi kurang meluangkan waktu untuk
>beribadah kepada Allah [dalam artian males: males bekerja krn Allah,
>males belajar/menimba ilmu karena Allah. Bekerja dan berilmu itu kan
>ibadah]
>
>wassalam,





[ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-06 Terurut Topik Lina Dahlan
Rehat: Baru dua abad. Yang Non Liberal udah berapa abad ya?...:-)

Renungan: Ketika masyarakat Islam mengalami kejayaan dalam bidang 
ilmu pengetahuan di masa lalu, apakah itu karena adanya kebebasan 
juga?

*

Saya masih butuh penjelasan lagi kalau kesimpulannya adalah 
kebebasan merupakan kunci kebahagiaan, kemanan dan kesejahteraan. 
Kebebasan yang bagaimana?

Saya juga masih butuh penjelasan apa iya "kebebasan berfikir" itu 
yang dimaksud dengan "ijtihad"???. Sepertinya terlalu sembrono.

Saya menangkap, dari tulisannya Assyaukahie ini, ada kebebasan dalam 
ngelmu ada kebebasan dalam berpolitik. Apakah sama kebebasan-
kebebasan dalam kedua konteks tsb? Sejauh apa kebebasan2 tsb itu ada?

Soal kemajuan dan kemunduran, saya tergelitik membaca sebuah Hadis 
Qudsi seperti ini
"Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, 
luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu 
dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau 
tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak 
menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Tidak ada bicara soal kebebasan dalam hal maju or tidaknya 
seseorang  ato suatu kaum, tapi kurang meluangkan waktu untuk 
beribadah kepada Allah [dalam artian males: males bekerja krn Allah, 
males belajar/menimba ilmu karena Allah. Bekerja dan berilmu itu kan 
ibadah]

wassalam,


--- In ppiindia@yahoogroups.com, Nugroho Dewanto <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> 
> >Subject: Dua Abad Islam Liberal
> >
> >Oleh Luthfi Assyaukanie
> >Pendiri JIL, Peneliti Freedom Institute, dan Dosen Universitas
> >Paramadina, Jakarta
> >http://www.kompas.co.id/kompas-
cetak/0703/02/Bentara/3344564.htm
> >==
> >
>> >Para liberalis awal
> >
> >Para pembaharu awal seperti al-Tahtawi, al-Tunisi, dan al-Kawakibi
> >menyadari betul kondisi kaum Muslim yang terbelakang. Perhatian
> >utama mereka: bagaimana mengubah keadaan ke arah lebih baik. 
Mereka
> >selalu membenturkan kondisi keterbelakangan kaum Muslim dengan
> >kemajuan Eropa. Persis seperti yang dipertanyakan Abd al-Rahman 
al-
> >Kawakibi dalam bukunya, limadza taakhkhara al-muslimun wa limadza
> >taqaddama ghayruhum (mengapa kaum Muslim mundur dan mengapa bangsa
> >lain maju?).
> >
> >Seluruh pemikiran dan gagasan yang dikemukakan para pembaharu 
Islam
> >abad ke-19 berputar pada upaya menjawab pertanyaan di atas. Adalah
> >ironis, peradaban yang pada masa silam memiliki sejarah gemilang 
dan
> >kitab sucinya mewartakan "umat terbaik di dunia" (khayru ummatin
> >ukhrijat linnas) berada pada titik nadir peradaban. Bukan hanya
> >berada dalam keterbelakangan, mereka juga dalam penjajahan bangsa
> >lain. Mesti ada satu sebab utama mengapa kaum Muslim terbelakang 
dan
> >mengapa bangsa Eropa maju?
> >
> >Rifa'a al-Tahtawi (1801-1873) adalah salah satu tokoh pembaharu
> >pertama yang mencoba menjawab pertanyaan itu. Menurut al-Tahtawi,
> >kunci pertanyaan itu adalah "kebebasan" (hurriyyah). Bangsa Eropa
> >maju karena memiliki kebebasan. Temuan sains dan teknologi di 
Eropa
> >sejak abad ke-16 didorong oleh suasana kebebasan dalam masyarakat
> >itu. Tahtawi menganggap kebebasan bukan hanya kunci bagi
> >kebahagiaan, tapi juga bagi keamanan dan kesejahteraan.
> >
> >Sebab utama keterbelakangan kaum Muslim, menurut Tahtawi, ialah
> >ketiadaan kebebasan itu. Ini sudah terjadi sejak kerajaan Islam di
> >Baghdad (abad ke-12) dan Cordova (abad ke-15) runtuh. Sebaliknya,
> >kebebasan berpikir yang dalam istilah agama dikenal dengan ijtihad
> >justru dimusuhi dan diharamkan. Selama rentang abad ke-15-ke-19,
> >wacana pemikiran Islam diwarnai dengan semangat menutup pintu
> >ijtihad.
> >
> >Tahtawi tak sendirian meyakini kebebasan sebagai kunci kemajuan
> >suatu bangsa. Pada 1878 Sa'dullah, intelektual dan diplomat Turki,
> >berkunjung ke Pameran Besar di Paris. Dalam sepucuk surat kepada
> >teman-temannya, dia bercerita: "Di depan pintu utama aku melihat
> >patung kebebasan. Dia duduk dan memegang sesuatu di tangannya.
> >Gayanya seolah sedang menyampaikan pesan: 'Hai para pengunjung! 
Jika
> >Anda menyaksikan berbagai pencapaian kemajuan manusia dalam 
pameran
> >ini, jangan lupa bahwa seluruh pencapaian ini adalah hasil dari
> >kebebasan. Lewat kebebasan manusia mencapai kebahagiaan. Tanpa
> >kebebasan, tak akan ada keamanan; tanpa keamanan, tak akan ada
> >pencapaian; tanpa pencapaian, tak akan ada kesejahteraan; tanpa
> >kesejahteraan, tak akan ada kebahagiaan'." (Lewis 1964:47).
> >
> >Para pembaharu atau liberalis Muslim awal melihat kebebasan benar-
> >benar sebagai kunci kebahagiaan. Bukan hanya kebahagiaan individu,
> >tapi juga kebahagiaan suatu bangsa. Pandangan ini mengingatkan 
kita
> >pada Francis Fukuyama (2000) ketika menjelaskan "modal sosial" 
dalam
> >berdemokrasi. Menurut Fukuyama, demokrasi sangat ditentukan oleh
> >modal sosial yang mendukungnya. Modal sosial adalah 

[ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-06 Terurut Topik Lina Dahlan
Kalo boleh saya pinjam pandangan seorang ustadz, pandangan bung Ikra 
ini sebagai pengejawantahan dari pandangan ayat Qawliyah (wahyu) dan 
ayat Qawniyah (yang berada di alam). Ada ilmu yang bisa terdeteksi 
dengan panca indra manusia (dengan atau tanpa alat bantu/instrumen) 
disebut dengan ayat Qawniyah dan ada ilmu yang tidak bisa terdeteksi 
oleh alat panca indra manusia dan ini yang disebut ayat Qawliyah.

Ilmu Pengetahuan: Biologi, Kimia..yang dipelajari disekolah-sekolah 
termasuk ayat2 qawniyah yang dibangun berlandaskan filsafat 
positivisme dan bersifat materialisme.

Tak perlu takut untuk belajar segala ilmu [kecuali ilmu santet, ilmu 
hitam...:-)] karena belajar itu juga merupakan ibadah, bagi orang 
yang percaya Allah Yang Maha Pengatur. 

Ada sebuah hadist yang bisa dijadikan peringatan bagi kita semua, 
khususnya dalam beribadah yaitu:
"Binasalah orang-orang yang berlebih-lebihan dalam beribadah" (HR. 
Muslim)

wassalam



--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ikranagara" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Kenapa umumnya Ummat Islam (tidak termasuk saya lho!) takut kepada 
> ilmu/sains dan tekhnologi itu? Terutama yang disebut Biologi itu.
> 
> Jawabnya: Karena mereka itu berhayal bahwa Kitab Suci yang 
diyakini 
> berasal dari Tuhan itu sudah pasti lengkap, termasuk di dalamnya 
> semua ilmu/sains dan terapannya yang bernama tekhnologi itu. 
> Karenanya, apa yang tidak ada di dalam Kitab Suci adalah salah 
semua, 
> termasuk yang Teori Evolusi. Semua yang salah itu berarti dosa, 
dan 
> dosa berarti masuk neraka kalau sudah mati nanti! 
> 
> Padahal kalau saja mereka itu faham, bahwa Kitab Suci itu HANYA 
> berisi dua ajaran saja: (1) Ajaran teologis yang berisikan 
hubungan 
> langsung antara manusia dengan Tuhan, atau dalam bahasa Kitab 
> Suci "Hablumminallah" itu. (2) Ajaran moralitas yang berisikan 
aturan 
> hubungan antara sesama manusia dalam hidupnya sebagai individu 
maupun 
> sebagai anggota masyarakat. 
> 
> Nah, ilmu/sains dan tekhnologi itu tidak ada di dalam Kitab Suci, 
> sebab itu ada di alam terbuka ini yang harus dicari dan ditemukan 
> oleh manusia sendiri dengan menggunakan fikiran/otaknya. Jadi, 
yang 
> ada di alam itulah yang kita kenal sebagai Hukum Alam, bukan? Ya, 
> bukan hanya biologi, Ilmu Falak, dan semacamnya, tapi juga ilmu-
ilmu 
> sosial, politik dan ekonomi  semua ini harus dicari dengan 
> memplajari alam kehidupan nyata ini dengan cara melakukan 
penelitian 
> yang ilmiah dan akademis, bukan? 
> 




Re: [ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-05 Terurut Topik aris solikhah
Bapak Ikra yang baik,


Tahukah Bapak siapakah yang menghancurkan buku-buku
Bagdad dan membuangnya di laut sehingga kemudian
dikenal dengan Laut Hitam (sangking banyaknya tinta
yang melebur di sana)?

Tak lain dan bukan adalah Kaum Barbar yang dibawah
pimpinan Jenghis Kan dari Mongolia. Mereka berhasil
membuat Baghdad porak-poranda dan membunuh seluruh
umat Islam yang dilaluinya.

Umat Islam bahkan sebenarnya sangat menyatu dengan
IPTEk. Hanya diakhir kekhilafahan saja terjadi
kemunduran pemahaman agama ISlam sehingga umat Islam
enggan mengambil IPTEK dari Barat namun anehnya sangat
terbuka mengambil peraturan hidup dari Barat.

Toriq Ali dalam bukunya Woman Stone (perempuan batu)
dan Karel Amstrong mengatakan bahwa buku-buku IPTEK
dan kecanggihan IPTEK umat Islam dihancurkan oleh Ratu
Isabel dan Raja Ferdinan yang berhasil menguasai
Cordoba Spanyol. Karena hampir 2/3 benua dinaungi
KHilafah Islam, maka jalur-jalur rempah-rempah dan
perdagangan juga diamankan dari imperialisme Barat. 

Pada akhirnya, Ferdinan dan Isabel mengutus pelayar
dan pelaut Spayol, Cristoper Columbus untuk mencari
daerah jajahan baru atau istilahnya dunia baru.
Termasuk pula para pelaut Eropa (Portugis, Belanda dan
Inggris) kenapa mereka berlayar mencari jajahan baru
salah satunya ke Indonesia.

Karena saat revolusi Industri mereka membutuhkan bahan
baku murah demi kemajuan negaranya (untuk menyaingi
khilafah Islam yang saat itu negara adidaya) dengan
mendapatkan bahan baku yang murah di tanah jajahannya
(termasuk Indonesia). 

Ingat gula gratis,rempah-rempah (lada dll), serta
bahan bakar jarak murah yang didapat Belanda/Inggris
dari hasil kerja RODI rakyat Indonesia. 
Kesuksesan di tanah jajahan,  sangat signifikan dengan
kesuksesan revolusi Industri di Eropa. Sangat
signifikan dengan awal kebangkitan Eropa. ^-^



Bahkan dalam buku Bernard Lewis itu sendiri, Bernard
menulis bahwa kerajaan-kerajaan Indonesia (yang
beragama Hindu, Budha dan animisme) di Aceh, Goa,
Malaka, makasar, Tidore, Ternate MEMINTA BANTUAN
kHilafah usmaniyah agar mengirimkan armadanya ke
kerajaan nusantara demi mengusir penjajahan Eropa
(Belanda, portugis dll).

Demi kebaikan Usmaniyah dan melalui jalur perdagangan
juga, kerajaan-kerajaan Indonesia kemudian dengan
kerelaan hati masuk Islam tanpa pemaksaan dan
kekerasan.



Teori Darwin baru dicetuskan pada abad 18 yakni
diakhir-akhir kemunduran umat ISlam. Teori yang
mengakui evolusi manusia dari kera. Teori ini dulu tak
diterima banyak orang ya karena tanpa bukti ilmiah
hanya sekedar teori. Lalu kenapa sekarang dipaksa dan
disosialisasikan di sekolah-sekolah seakan sesuatu
yang 'keramat'. Tanya kenapa? Sebab ini berkaitan
dengan tujuan politis untuk menjungkar balikkan
pemahaman penciptaan manusia (yang diciptakan Tuhan)
dan mengarahkan manusia agar  berpegang teguh pada
konsep materilianisme. Asas teori Darwin adalah
materialisme.

Kalau manusia tidak memahami dia diciptakan oleh Tuhan
, lalu bagaimana dia bisa mengenal Tuhannya dan taat
pada aturan Tuhannya ?

Pada akhirnya saya memahami IPTEK dan Agama adalah
satu kesatuan yang tak terpisahkan. Aturan agama
mengatur kehidupan manusia dan semesta alam, sedangkan
IPTEK sarana kehidupan. ^_^


Maaf pa Ikra, pemahaman saya ini tentu berbeda dengan
agama lain. CMIIW.

salam sukses mulia selalu,
aris

 
 
--- Ikranagara <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Kenapa umumnya Ummat Islam (tidak termasuk saya
> lho!) takut kepada 
> ilmu/sains dan tekhnologi itu? Terutama yang disebut
> Biologi itu.
> 
> Jawabnya: Karena mereka itu berhayal bahwa Kitab
> Suci yang diyakini 
> berasal dari Tuhan itu sudah pasti lengkap, termasuk
> di dalamnya 
> semua ilmu/sains dan terapannya yang bernama
> tekhnologi itu. 
> Karenanya, apa yang tidak ada di dalam Kitab Suci
> adalah salah semua, 
> termasuk yang Teori Evolusi. Semua yang salah itu
> berarti dosa, dan 
> dosa berarti masuk neraka kalau sudah mati nanti! 
> 
> Padahal kalau saja mereka itu faham, bahwa Kitab
> Suci itu HANYA 
> berisi dua ajaran saja: (1) Ajaran teologis yang
> berisikan hubungan 
> langsung antara manusia dengan Tuhan, atau dalam
> bahasa Kitab 
> Suci "Hablumminallah" itu. (2) Ajaran moralitas yang
> berisikan aturan 
> hubungan antara sesama manusia dalam hidupnya
> sebagai individu maupun 
> sebagai anggota masyarakat. 
> 
> Nah, ilmu/sains dan tekhnologi itu tidak ada di
> dalam Kitab Suci, 
> sebab itu ada di alam terbuka ini yang harus dicari
> dan ditemukan 
> oleh manusia sendiri dengan menggunakan
> fikiran/otaknya. Jadi, yang 
> ada di alam itulah yang kita kenal sebagai Hukum
> Alam, bukan? Ya, 
> bukan hanya biologi, Ilmu Falak, dan semacamnya,
> tapi juga ilmu-ilmu 
> sosial, politik dan ekonomi  semua ini harus
> dicari dengan 
> memplajari alam kehidupan nyata ini dengan cara
> melakukan penelitian 
> yang ilmiah dan akademis, bukan? 
> 
> Pandangan semacam itu sebenarnya sudah pernah
> difahami oleh Ummat 
> Islam awal, sampai akhirnya Bagdad di zaman itu
> terkenal sebagai 
> pusat studi

[ppiindia] Re: Fwd: Dua Abad Islam Liberal

2007-03-05 Terurut Topik Ikranagara
Kenapa umumnya Ummat Islam (tidak termasuk saya lho!) takut kepada 
ilmu/sains dan tekhnologi itu? Terutama yang disebut Biologi itu.

Jawabnya: Karena mereka itu berhayal bahwa Kitab Suci yang diyakini 
berasal dari Tuhan itu sudah pasti lengkap, termasuk di dalamnya 
semua ilmu/sains dan terapannya yang bernama tekhnologi itu. 
Karenanya, apa yang tidak ada di dalam Kitab Suci adalah salah semua, 
termasuk yang Teori Evolusi. Semua yang salah itu berarti dosa, dan 
dosa berarti masuk neraka kalau sudah mati nanti! 

Padahal kalau saja mereka itu faham, bahwa Kitab Suci itu HANYA 
berisi dua ajaran saja: (1) Ajaran teologis yang berisikan hubungan 
langsung antara manusia dengan Tuhan, atau dalam bahasa Kitab 
Suci "Hablumminallah" itu. (2) Ajaran moralitas yang berisikan aturan 
hubungan antara sesama manusia dalam hidupnya sebagai individu maupun 
sebagai anggota masyarakat. 

Nah, ilmu/sains dan tekhnologi itu tidak ada di dalam Kitab Suci, 
sebab itu ada di alam terbuka ini yang harus dicari dan ditemukan 
oleh manusia sendiri dengan menggunakan fikiran/otaknya. Jadi, yang 
ada di alam itulah yang kita kenal sebagai Hukum Alam, bukan? Ya, 
bukan hanya biologi, Ilmu Falak, dan semacamnya, tapi juga ilmu-ilmu 
sosial, politik dan ekonomi  semua ini harus dicari dengan 
memplajari alam kehidupan nyata ini dengan cara melakukan penelitian 
yang ilmiah dan akademis, bukan? 

Pandangan semacam itu sebenarnya sudah pernah difahami oleh Ummat 
Islam awal, sampai akhirnya Bagdad di zaman itu terkenal sebagai 
pusat studi bidang-bidang yang tergolong "ilmu duniawi" ini. Di 
Bagdad para ahli berkumpul untuk saling belajar antara sesamanya dan 
melakukan ekspreimen dan penelitian ilmiah, tanpa membedakan agamanya 
apa. Suasana pluralistis dan "tidak relijius" itu kemudian dinilai 
oleh yang orthodox sebagai berbahaya, maka pusat studi itu 
dihancurkan, buku-bukunya dibuang ke sungai sampai sungai pun hitam 
warnanya karena tinta tulisan di buku-buku itu luntur terkena air! 
Nah, itulah awal mulanya kemunduran Ummat Islam, dan sekali gus 
kekalahan mereka sampai akhirnya semua negara mereka menjadi negeri 
jajahan bangsa Barat yang maju berkat gerakan renesan yang 
menyebabkan majunya perkembangan bidang ilmu/sains dan tekhnologi di 
Barat.

Jadi, Ummat Islam mestinya faham, bahwa ilmu yang diberikan Tuhan 
kepada manusia, termasuk kepada Nabi, pada zaman hidupnya nNabi itu 
hanyalah sekedar setetes saja dibandingkan ilmu yang dimiliki Tuhan 
yang bagaikan lautan samodra, yang kalau dituliskan dengan pena 
terbuat dari seluruh pohon di dunia maka tidak akan cukup. Itulah 
kehebatan apa yang disebut sebagai SUNNATULLAH atau Ilmu Allah itu. 
Jadi, jelaslah keliru jika ditafsirkan bahwa Kitab Suci itulah 
seluruh Ilmu Allah atau Sunnatullah itu. Justeru Sunnatullah yang 
lebih banyak lagi itu ada di alam terbuka ini, yaitu berupa Ilm Alam 
tadi, atau dalam bahasa modernya Ilmu/Sains dan Tekhnologi itu. Yang 
baru ditemukan oleh ahli-ahli belumlah seluruhnya, masih banyak lagi 
yang menanti di alam terbuka kehidupan alam semesta raya ini, 
misalnya saja apa itu rahasia yang disebut nyawa, yang 
disebut "hidup" dan "mati" itu. Suatu ketika hal-hal yang tergolong 
Rahasia Alam Semesta ini satu persatu akan terungkapkan. Ini bukan 
berarti manusia lalu menyaingi Tuhan! Tidak sama sekali! Tuhan adalah 
yang menciptakan semua Ilmu/Sains dan Tekhnologi itu, maka manusia 
hanyalah sebagai yang menemukan yang sudah ada itu. Manusia menemukan 
Sunnatullah satu persatu.

Kalau Ummat Islam memahaminya seperti itu, maka pusat studi seperti 
yang pernah ada di Bagdad sekian abad yang lalu itu akan bangkit 
kembali dan kemajuan Ummat Islam bersama ummat lainnya akan pesat. 
Ya, tidak ada salahnya kalau Ummat Islam bergabung dengan pusat-pusat 
studi ilmu/sains dan Tekhnologi yang sudah banyak di Barat. Ini 
sejalan dengan ucapan Nabi, bahwa carilah Ilmu kalau perlu sampai "ke 
negeri Cina" itu, bukan? Ucapan Nabi inilah yang melahirkan pusat 
studi di Bagdad sekian abad yang lampau itu. Tapi sayang sekali kaum 
ortodi=ox yang sebenarnya bodoh-bodoh itu telah melakukan perbuatan 
tidak berperadaban dengan menghancurkan pusat tersebut! 

Ya, kaum orthodox ini masih banyak di lingkungan Ummat islam sampai 
sekarang --- inilah tragisnya nasib Ummat Islam umumnya di dunia 
sekarang ini.


Ikra.-
=


--- In ppiindia@yahoogroups.com, Nugroho Dewanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> anda tulis dengan mengutip lewis:
> 
> "Menurutnya, kelemahan umat Islam adalah selain ia
> lalai dalam syariat ISlam adalah karena umat Islam
> bahkan memisahkan Ilmu teknologi dari kehidupan. Umat
> Islam agak enggan mengadopsi ilmu dan teknologi dari
> dunia barat dan malah sangat terbuka mengadopsi sistem
> politiknya yang demokrasi liberal untuk diterapkan
> dinegerinya."
> 
> saya jawab:
> 
> 1. cuma sedikit negara islam yang sudah menerapkan sistem
> demokrasi liberal.
> 
> lebih banyak negara islam masih berbentuk kerajaan atau
> menerapkan dem