[ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-20 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
Betul. Dia adalah putera raja yang kala itu memerintah, kemudian 
menjabat anggauta dewan perwalian selama putra mahkota belum akil 
baligh. Dia adalah dari keraton Jogyakarta Hadiningrat, bukan 
Surakarta, sangat menyukai mystik, dan yakin mendapatkan wahyu.

Salam

danardono





--- In ppiindia@yahoogroups.com, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ngomong ngomong, pangeran diponegoro adalah penegak syariat islam 
(dia klaim
 dirinya sebgai imam mahdi), dia mendirikan tarekat sendiri, dan 
panji panji
 hitamnya persis seperti benderanya hizbut tahrir.  :D
 
 On 6/19/06, RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
Khawatir? oh tidak samasekali. Karena saya yakin akan tebalnya
  budaya Jawa dipusat wilayah Kejawaan ini. Jawa adalah wayang,
  gamelan, sendratari, candi, bahasa kawi, dan semua adalah 
petilsan
  Hindu Buddha.
 
  Bukan Jawa yang harus disesuaikan dengan ke Islaman, tetapi
  sebaliknya, semua agama yang masuk kemari harus menyesuaikan diri
  dengan kebudayaan Jawa. kebudayaan Jawa dengan jilbab dan baju 
koko?
  ya bukan Jawa lagi!
 
  Kebudayaan Indonesia yang sudah tercemar budaya luar, baik Eropa
  ataupun gurun pasir, sudah bukan budaya Indonesia lagi.
 
  Dikalangan dimana saya bergerak, budaya jawa Surakarta masih 
sangat
  dipelihara. Kemenakan saya semua bisa nembang dan menari Jawa
  klassik. jangan lupa pengaruh keraton Pakubuwono dan 
Mangkunegoro.
  RTidak kecil mbak.
 
  Bahkan disini, di kedutaan besar Indonesia di Vienna, ada kursus
  gamelan untuk para pencinta budaya Timur, semuanya orang kulit 
putih.
 
  Kami, kawula Surakarta hayuningrat, masih memuja wayang kulit 
yang
  berkisahkan Mahabharatta dan Ramayana. Kami juga masih menyandang
  nama Jawa, Dewanto, Priambodo, Kuncoroyakti, Suryodiningrat,
  Djatikusumo, dan bukan nama nama dari negara seribu satu malam...
 
  Ba'ashir? Dia hanya sebutir pasir dalam samudra budaya Jawa, 
mbak.
  Bukan penentu. Juga semua yang namanya mirip mirip dia..
 
  Saya sering pulang dan pemerhati budaya Surakarta Hayuningrat lho
  mbak. I know what happen there.
 
  Salam
 
  danardono
 
  --- In ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com, 
aris
  solikhah fm_solihah@
 
  wrote:
  
   Mbah.. mungkin sesekali mbah bisa menjenguk kelahiran tercinta,
  waktu lebaran saya main ke klewer berulangkali,.Dan syariat
  Islam tidak akan menghancurkan budaya yang sesuai syariat 
Islam
  terlebih hanya mengikat kuat terkhusus untuk umat ISlam. Kenapa 
mbah
  harus khawatir?
  
   Tidak dengan syariat Islam pun, anak mudanya sudah meninggalkan
  budaya jawanya...bukan hanya budaya jawa, budaya minang, semua
  budaya tergilas budaya hedonis, hura-hura, liberalisme., 
sopan
  santun kehalusan solo mulai pudar
  
   Segala sesuatu adalah mungkin tergantung sudut pandang persepsi
  kita. ^_^ Waktu telah berubah..mbah, Ada Abu Bakar Ba;asyir atau
  tidak sedikit demi sedikit hidup berputar...Hanya saja kita harus
  memilih...
  
   salam,
   aris
  
   RM Danardono HADINOTO rm_danardono@ wrote:
   Saya kenal sekali kota kelahiran, Surakarta Adiningrat ini.
  
   Disinilah benteng budaya Jawa, yang justeru akan menghindarkan
   terjadinya syariatisasi masyarakat Jawa dan Surakarta.
  
   Dari generasi ke generasi budaya leluhur Jawa diwariskan. Juga
   generasi muda tanah Surakarta selalu mengenang kejayaan masa 
Hindu
   Buddha yang spiritually langgeng itu. Ini juga terbukti dari
  tradisi
   baik Pakubuwanan dan Mangkunegaran, sejak masa kerajaan 
Mataram.
  
   Dan ini takkan diubah oleh satu atau seribu Ba'ashir, yang tak
   menjunjung budaya Jawa itu. Takkan mungkin diterima masyarakat.
  
   Syukurlah.
  
   salam
  
   danardono
  
  
  
  
  
  
   --- In ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com, 
aris
  solikhah
   wrote:
   
Mbah,
Ini mewakili anspirasi hati mbah ya. ^_^ Kota kelahiran mbah.
   Solo kini berbeda dengan masa mbah dulu. Saya optimis, suatu 
saat
   keputusan Wakil Walikota (baru wakil ya, belum walikotanya) ini
  akan
   berubah. Poro pinisepuh sampun digantosaken tiyang anom (orang-
  orang
   tua telah digantikan orang-orang muda)., orang-orang muda 
yang
   Insya Allah berkeinginan tak jauh berbeda dengan impian saya. 
^_^
   Just matter of time...
   
Sayang sekali wakil walikota ini perlu menafsirkan ulang 
Sila I
   pancasila... Ketuhanan Yang Maha EsaBenarkah Syariat ISlam
   bertabrakan dengan sila I tersebut. Apalagi Abu Bakar 
mengatakan
   tidak akan memaksa pemeluk lain untuk melaksanakan syariat 
ISlam
   ^_^.
   
NIlai Ketuhanan yang Maha Esa dimasukkan dalam sila pertama,
   spirit Ketuhanan adalah spirit of life semua manusia yang 
mewadahi
   kenyataan pluralnggih kan mbah. BUkan spirit of pluralism.
   
salam,
aris
   
   
   
RM Danardono HADINOTO wrote:
Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir
Minggu, 18 Juni 2006 | 17:41 WIB
   
TEMPO Interaktif, Solo:Pemerintah Kota Solo tidak tertarik
  membahas
usulan pengasuh 

[ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-20 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
Mbak, kehidupan budaya Jawa yang dihayati adalah sangat luas. Bukan 
saja di kota Surakarta, namun sampai karesidenan  Madiun, ya bahkan 
Kadiri. Keutara, sampai ke Semarang. jadi tidak sekedar diwilayah 
keraton.

Ini ditambah dengan wilayah Daerah Istimewa Jogyakarta. Jadi sangat 
luas. Dari segi strata, kebudayaan Jawa terutama diemban oleh 
golongan menengah, jadi mencakup pegawai, guru, anggauta militer dan 
sipil dan pengusaha.

Keistimewaan budaya Jawa, adalah sendi kukuh ke Hindu Buddhaan, yang 
dihayati bersama semua agama baru, Islam maupun Kristen. Dengan 
demikian, walau orang Jawa menganut Islam ataupun Kristen, mereka 
tak memakai busana Islam atau yang lain. Mereka menikahkan anak 
dengan upacara dan tradisi Jawa yang sangat khas, dari ritual sampai 
busana mempelai.

Tentu saja, disetiap wilayah di Tanah Air, ada kelompok yang 
berupaya memfanatikkan kegamaan penduduk, namun ini hanya terbatas 
pada kelompok itu. Dalam pemilihan umum sejak kemerdekaan, partai 
agama hampir tak mendapatkan suara mutlak dikalangan penduduk Jawa.

Keagamaan yang ketat didapatkan diwilayah pantai, dimana sejak 
dahulu terjadi interaksi niaga dengan saudagar dari Hadramaut, 
terutama di Gresik.

Hampir semua pekerjaan tangan yang mereka buat, bermotifkan Hindu 
Buddha, dimulai dari kerajinan kulit (untuk wayang, tutup lampu, 
dsb), ukiran kayu, batik, keris, gamelan, dlsb.

Di 10 tahun terakhir, banyak sekali yang kembali menganut agama 
Buddha, dan merayakan upacara Waishak di candi Borobudur.

Dalam sendiri negara kita banyak tertanam unsur ini, terutama dalam 
istilah: Garuda, Negara, Pancasila, Perwira, Jaksa (dari Adhyaksa), 
Anumerta, sang Saka, Bhineka Tunggal Ika, Pertiwi, Pramuka, 
Mahaputra, Kartika Eka Paksi, Jalesveva Jayamahe, Tri Bharata, dan 
banyak yang lain.

Dalam mendidik generasi muda, mereka banyak memakai tauladan 
keksatriaan dalam Mahabharatta dan Ramayana, karena itu banyak nama 
nama diambilkan dari kisah agung ini.

Kesadaran budaya yang amat sangat kental ini, membuat mereka menjadi 
benteng terhadap pengaruh ataupun aliran agama yang baru, kalaupun 
mereka terima, namun tetap bernafaskan Jawa. Sebagian masyarakat 
jhawa, terutama menengah keatas, sangat mencurigai sosok semacam 
Ba'ashir ini, yang mewakili unsur dari luar.

Sebagai contoh budaya atau sastra Jawa, saya kutipkan tulisan 
seorang penulis, yang segenarsi dengan anda: Ki Jero Martani:

Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa
Rwaneka datu winuwus wara buda wiswa,
Bhineki rakwa ringapan kena parwa nosen,
Mangkan jinatwa, kalawan siwatatwa tunggal,
Bhineka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa

Sumber-sumber ajaran agama konon berbeda-beda,
Tapi bicara mengenai Sang Kuasa, kapankah Dia dapat
dibagi-bagi. Karena baik ajaran siwa-maupun-buda
adalah tunggal Berbeda-beda tetapi tetap satu, Dharma
tak dapat dibagi-bagi. [Sutasoma]

---oOo---

Jaman dahulu, ratusan tahun yang lalu, perang besar
antara agama buda dan agama hindu (siwa) nyaris
terjadi. Hal itu dapat dicegah, karena ada dialog para
pemuka kedua agama. Dialog itu menghasilkan bhisama
atau fatwa yang mengikat kedua belah pihak. Bhisama
tersebut ternyata menjaga tanah Nusantara, selama
ratusan tahun kemudian. Tercantum dalam kitab Sutasoma
– Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa.

Era kemerdekaan, Bung Karno, Sang Proklamator,
menyatakan diri sebagai penggali bukan pencipta
Pancasila. Karena Pancasila sudah menjadi pedoman atau
falsafah hidup warga Nusantara, sejak ribuan tahun
yang silam. Bhineka Tunggal Ika, sudah menjadi bhisama
yang mengikat bagi kerajaan-kerajaan di Tanah
Nusantara, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Konflik-konflik agama, bukannya baru terjadi sekarang
ini, melainkan telah pernah terjadi berkali-kali dalam
kurun waktu ratusan tahun. Bangsa kita telah memiliki
pengalaman dalam menyelesaikan konflik-konflik yang
terkait dengan persatuan dan kesatuan. Sangat
disayangkan, Sang Penjajah, telah mengobrak-abrik
kekayaan intelektual bangsa, untuk melanggengkan
kesempatannya menghisap kekayaan Nusantara dengan
semena-mena.

Renungkanlah, kenapa penjajahan terjadi selama
berabad-abad, apakah Nusantara terlalu lemah untuk
melawan itu ?

---oOo---
Kutukan – Sirna Hilang Kertaning Bumi

Orang tua-tua berkata, candrasengkala yang menandakan
jatuhnya majapahit bukanlah dibuat begitu saja. Itu
adalah kutukan - Sirna Hilang Kertaning Bumi –
hilang lenyap kesejahteraan bumi nusantara. Karena apa
? Karena raja baru, dengan gelar Panatagama, penata
atau pengatur agama, melupakan bhisama atau
fatwa - Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa.
Raja berkolaborasi dengan ulama-ulama besar, membangun
negara berlandaskan satu agama. Celakanya, kerajaan
diperluas sambil melakukan penyeragaman kepercayaan
yang baru itu.



Salam

danardono



--- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Mbah Dono,
   Mungkin benar dilingkungan terbatas Istana Adiningkrat, 
bagaimana dengan masyarakat sekitar yang cakupannya agak lebih 

[ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-19 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
Saya kenal sekali kota kelahiran, Surakarta Adiningrat ini.

Disinilah benteng budaya Jawa, yang justeru akan menghindarkan 
terjadinya syariatisasi masyarakat Jawa dan Surakarta.

Dari generasi ke generasi budaya leluhur Jawa diwariskan. Juga 
generasi muda tanah Surakarta selalu mengenang kejayaan masa Hindu 
Buddha yang spiritually langgeng itu. Ini juga terbukti dari tradisi 
baik Pakubuwanan dan Mangkunegaran, sejak masa kerajaan Mataram.

Dan ini takkan diubah oleh satu atau seribu Ba'ashir, yang tak 
menjunjung budaya Jawa itu. Takkan mungkin diterima masyarakat.

Syukurlah.

salam

danardono






--- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Mbah, 
   Ini mewakili anspirasi hati mbah ya. ^_^ Kota kelahiran mbah. 
Solo kini berbeda dengan masa mbah dulu.  Saya optimis, suatu saat 
keputusan Wakil Walikota (baru wakil ya, belum walikotanya) ini akan 
berubah. Poro pinisepuh sampun digantosaken tiyang anom (orang-orang 
tua telah digantikan orang-orang muda)., orang-orang muda yang 
Insya Allah berkeinginan tak jauh berbeda dengan impian saya. ^_^ 
Just matter of time...

   Sayang sekali wakil walikota ini perlu menafsirkan ulang Sila I 
pancasila... Ketuhanan Yang Maha EsaBenarkah Syariat ISlam 
bertabrakan dengan sila I tersebut. Apalagi Abu Bakar mengatakan 
tidak akan memaksa pemeluk lain untuk melaksanakan syariat ISlam 
^_^. 

   NIlai Ketuhanan yang Maha Esa dimasukkan dalam sila pertama, 
spirit Ketuhanan adalah spirit of life semua manusia yang mewadahi 
kenyataan  pluralnggih kan mbah. BUkan spirit of pluralism.

   salam,
   aris

   
 
 RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir
 Minggu, 18 Juni 2006 | 17:41 WIB
 
 TEMPO Interaktif, Solo:Pemerintah Kota Solo tidak tertarik membahas
 usulan pengasuh Pesantren Al Mukmin Ngruki Abu Bakar Ba'asyir yang
 menginginkan adanya peraturan daerah bernafaskan Islam di kota itu.
 
 Menurut Wakil Wali Kota Solo, Hadi Rudyatmo, peraturan seperti itu
 akan bertabrakan dengan UUD 1945 yang secara tegas menyebutkan 
Negara
 Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Kemajukan
 masyarakat Kota Solo harus juga menjadi pertimbangan. Jadi rasanya
 kami tidak akan membuat Perda Syariat Islam, kata Rudyatmo, 
Minggu 
 siang.
 
 Kalangan DPRD setempat juga sependapat dengan
 Rudyatmo. Menurut Ketua Fraksi Persatuan Demokrat,
 Supriyanto, Kota Solo tidak memerlukan adanya peraturan
 yang mengatur agama tertentu. Menurut dia, masyarakat
 Kota Solo sangat majemuk dan pluralis. Dia justru
 khawatir bila ada peraturan yang mengatur agama tertentu
 akan membuat persoalan bagi agama yang lain.
 Biarkan masyarakat yang majemuk ini tetap dalam
 koridor agamanya masing-masing, kata dia.
 
 Ba'asyir yang baru saja bebas dari penjara mengajukan
 usul agar Pemerintah Kota Solo membuat peraturan
 daerah yang mengatur tentang keharusan melaksanakan
 syariat Islam pagi para pemeluknya. Kepada sejumlah pejabat yang
 mengunjunginya di Pondok Pesantren Al
 Mukmin, Ngruki, Sabtu lalu, Ba'asyir
 mengatakan hal itu.
 
 Misalnya kewajiban menjalankan salat lima waktu, bila
 ada umat Islam yang tidak mengerjakannya polisi harus
 menindaknya. Perda juga harus memuat ketentuan lain
 seperti kewajiban puasa di bulan Ramadan, kewajiban
 haji bagi yang mampu, mengenakan jilbab bagi muslimah.
 Juga dilarang menjalankan judi, minum keras dan
 sebagainya,'' ujarnya.
 
 Amir Majelis Mujahidin Indonesia ini juga mengatakan
 alasan usulannya lantaran umat Islam merupakan mayoritas penduduk
 Indonesia. Adapun kewajiban bagi setiap mukmin adalah saling
 mengingatkan dan saling menasehati. ''Saya
 tidak mungkin mengusulkan ini di Amerika Serikat yang
 warga muslimnya hanya sedikit. Perlu ditegaskan,
 terhadap kaum non-muslim kita tidak boleh memaksa
 mereka melakukan ajaran Islam,'' kata Ba'asyir.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
*
**
 Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju 
Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
 
*
**
 
_
_
 Mohon Perhatian:
 
 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg 
otokritik)
 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan 
dikomentari.
 3. Reading only, http://dear.to/ppi 
 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 The great job makes a great man
   pustaka tani 
   nuraulia
 
   
 -
 Yahoo! Groups gets better. Check out the new email design. Plus 
there's much more to come.  
 
 [Non-text portions of this message have been removed]







 Yahoo! Groups Sponsor 

Re: [ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-19 Terurut Topik aris solikhah
Mbah.. mungkin sesekali mbah bisa menjenguk kelahiran tercinta, waktu lebaran 
saya main ke klewer berulangkali,.Dan syariat Islam tidak akan 
menghancurkan budaya yang sesuai syariat Islam terlebih hanya mengikat kuat 
terkhusus untuk umat ISlam. Kenapa mbah harus khawatir?
   
  Tidak dengan syariat Islam pun, anak mudanya sudah meninggalkan budaya 
jawanya...bukan hanya budaya jawa, budaya minang, semua budaya tergilas budaya 
hedonis, hura-hura, liberalisme., sopan santun kehalusan solo mulai 
pudar
   
  Segala sesuatu adalah mungkin tergantung sudut pandang persepsi kita. ^_^ 
Waktu telah berubah..mbah, Ada Abu Bakar Ba;asyir atau tidak  sedikit demi 
sedikit hidup  berputar...Hanya saja kita harus memilih...
   
  salam,
  aris

RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saya kenal sekali kota kelahiran, Surakarta Adiningrat ini.

Disinilah benteng budaya Jawa, yang justeru akan menghindarkan 
terjadinya syariatisasi masyarakat Jawa dan Surakarta.

Dari generasi ke generasi budaya leluhur Jawa diwariskan. Juga 
generasi muda tanah Surakarta selalu mengenang kejayaan masa Hindu 
Buddha yang spiritually langgeng itu. Ini juga terbukti dari tradisi 
baik Pakubuwanan dan Mangkunegaran, sejak masa kerajaan Mataram.

Dan ini takkan diubah oleh satu atau seribu Ba'ashir, yang tak 
menjunjung budaya Jawa itu. Takkan mungkin diterima masyarakat.

Syukurlah.

salam

danardono






--- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah 
wrote:

 Mbah, 
 Ini mewakili anspirasi hati mbah ya. ^_^ Kota kelahiran mbah. 
Solo kini berbeda dengan masa mbah dulu. Saya optimis, suatu saat 
keputusan Wakil Walikota (baru wakil ya, belum walikotanya) ini akan 
berubah. Poro pinisepuh sampun digantosaken tiyang anom (orang-orang 
tua telah digantikan orang-orang muda)., orang-orang muda yang 
Insya Allah berkeinginan tak jauh berbeda dengan impian saya. ^_^ 
Just matter of time...
 
 Sayang sekali wakil walikota ini perlu menafsirkan ulang Sila I 
pancasila... Ketuhanan Yang Maha EsaBenarkah Syariat ISlam 
bertabrakan dengan sila I tersebut. Apalagi Abu Bakar mengatakan 
tidak akan memaksa pemeluk lain untuk melaksanakan syariat ISlam 
^_^. 
 
 NIlai Ketuhanan yang Maha Esa dimasukkan dalam sila pertama, 
spirit Ketuhanan adalah spirit of life semua manusia yang mewadahi 
kenyataan pluralnggih kan mbah. BUkan spirit of pluralism.
 
 salam,
 aris
 
 
 
 RM Danardono HADINOTO wrote:
 Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir
 Minggu, 18 Juni 2006 | 17:41 WIB
 
 TEMPO Interaktif, Solo:Pemerintah Kota Solo tidak tertarik membahas
 usulan pengasuh Pesantren Al Mukmin Ngruki Abu Bakar Ba'asyir yang
 menginginkan adanya peraturan daerah bernafaskan Islam di kota itu.
 
 Menurut Wakil Wali Kota Solo, Hadi Rudyatmo, peraturan seperti itu
 akan bertabrakan dengan UUD 1945 yang secara tegas menyebutkan 
Negara
 Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Kemajukan
 masyarakat Kota Solo harus juga menjadi pertimbangan. Jadi rasanya
 kami tidak akan membuat Perda Syariat Islam, kata Rudyatmo, 
Minggu 
 siang.
 
 Kalangan DPRD setempat juga sependapat dengan
 Rudyatmo. Menurut Ketua Fraksi Persatuan Demokrat,
 Supriyanto, Kota Solo tidak memerlukan adanya peraturan
 yang mengatur agama tertentu. Menurut dia, masyarakat
 Kota Solo sangat majemuk dan pluralis. Dia justru
 khawatir bila ada peraturan yang mengatur agama tertentu
 akan membuat persoalan bagi agama yang lain.
 Biarkan masyarakat yang majemuk ini tetap dalam
 koridor agamanya masing-masing, kata dia.
 
 Ba'asyir yang baru saja bebas dari penjara mengajukan
 usul agar Pemerintah Kota Solo membuat peraturan
 daerah yang mengatur tentang keharusan melaksanakan
 syariat Islam pagi para pemeluknya. Kepada sejumlah pejabat yang
 mengunjunginya di Pondok Pesantren Al
 Mukmin, Ngruki, Sabtu lalu, Ba'asyir
 mengatakan hal itu.
 
 Misalnya kewajiban menjalankan salat lima waktu, bila
 ada umat Islam yang tidak mengerjakannya polisi harus
 menindaknya. Perda juga harus memuat ketentuan lain
 seperti kewajiban puasa di bulan Ramadan, kewajiban
 haji bagi yang mampu, mengenakan jilbab bagi muslimah.
 Juga dilarang menjalankan judi, minum keras dan
 sebagainya,'' ujarnya.
 
 Amir Majelis Mujahidin Indonesia ini juga mengatakan
 alasan usulannya lantaran umat Islam merupakan mayoritas penduduk
 Indonesia. Adapun kewajiban bagi setiap mukmin adalah saling
 mengingatkan dan saling menasehati. ''Saya
 tidak mungkin mengusulkan ini di Amerika Serikat yang
 warga muslimnya hanya sedikit. Perlu ditegaskan,
 terhadap kaum non-muslim kita tidak boleh memaksa
 mereka melakukan ajaran Islam,'' kata Ba'asyir.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
*
**
 Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju 
Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
 
*
**
 

[ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-19 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
Khawatir? oh tidak samasekali. Karena saya yakin akan tebalnya 
budaya Jawa dipusat wilayah Kejawaan ini. Jawa adalah wayang, 
gamelan, sendratari, candi, bahasa kawi, dan semua adalah petilsan 
Hindu Buddha.

Bukan Jawa yang harus disesuaikan dengan ke Islaman, tetapi 
sebaliknya, semua agama yang masuk kemari harus menyesuaikan diri 
dengan kebudayaan Jawa. kebudayaan Jawa dengan jilbab dan baju koko? 
ya bukan Jawa lagi!

Kebudayaan Indonesia yang sudah tercemar budaya luar, baik Eropa 
ataupun gurun pasir, sudah bukan budaya Indonesia lagi.

Dikalangan dimana saya bergerak, budaya jawa Surakarta masih sangat 
dipelihara. Kemenakan saya semua bisa nembang dan menari Jawa 
klassik. jangan lupa pengaruh keraton Pakubuwono dan Mangkunegoro. 
RTidak kecil mbak.

Bahkan disini, di kedutaan besar Indonesia di Vienna, ada kursus 
gamelan untuk para pencinta budaya Timur, semuanya orang kulit putih.

Kami, kawula Surakarta hayuningrat, masih memuja wayang kulit yang 
berkisahkan Mahabharatta dan Ramayana. Kami juga masih menyandang 
nama Jawa, Dewanto, Priambodo, Kuncoroyakti, Suryodiningrat, 
Djatikusumo, dan bukan nama nama dari negara seribu satu malam...

Ba'ashir? Dia hanya sebutir pasir dalam samudra budaya Jawa, mbak. 
Bukan penentu. Juga semua yang namanya mirip mirip dia..

Saya sering pulang dan pemerhati budaya Surakarta Hayuningrat lho 
mbak. I know what happen there. 

Salam

danardono







--- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Mbah.. mungkin sesekali mbah bisa menjenguk kelahiran tercinta, 
waktu lebaran saya main ke klewer berulangkali,.Dan syariat 
Islam tidak akan menghancurkan budaya yang sesuai syariat Islam 
terlebih hanya mengikat kuat terkhusus untuk umat ISlam. Kenapa mbah 
harus khawatir?

   Tidak dengan syariat Islam pun, anak mudanya sudah meninggalkan 
budaya jawanya...bukan hanya budaya jawa, budaya minang, semua 
budaya tergilas budaya hedonis, hura-hura, liberalisme., sopan 
santun kehalusan solo mulai pudar

   Segala sesuatu adalah mungkin tergantung sudut pandang persepsi 
kita. ^_^ Waktu telah berubah..mbah, Ada Abu Bakar Ba;asyir atau 
tidak  sedikit demi sedikit hidup  berputar...Hanya saja kita harus 
memilih...

   salam,
   aris
 
 RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Saya kenal sekali kota kelahiran, Surakarta Adiningrat ini.
 
 Disinilah benteng budaya Jawa, yang justeru akan menghindarkan 
 terjadinya syariatisasi masyarakat Jawa dan Surakarta.
 
 Dari generasi ke generasi budaya leluhur Jawa diwariskan. Juga 
 generasi muda tanah Surakarta selalu mengenang kejayaan masa Hindu 
 Buddha yang spiritually langgeng itu. Ini juga terbukti dari 
tradisi 
 baik Pakubuwanan dan Mangkunegaran, sejak masa kerajaan Mataram.
 
 Dan ini takkan diubah oleh satu atau seribu Ba'ashir, yang tak 
 menjunjung budaya Jawa itu. Takkan mungkin diterima masyarakat.
 
 Syukurlah.
 
 salam
 
 danardono
 
 
 
 
 
 
 --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah 
 wrote:
 
  Mbah, 
  Ini mewakili anspirasi hati mbah ya. ^_^ Kota kelahiran mbah. 
 Solo kini berbeda dengan masa mbah dulu. Saya optimis, suatu saat 
 keputusan Wakil Walikota (baru wakil ya, belum walikotanya) ini 
akan 
 berubah. Poro pinisepuh sampun digantosaken tiyang anom (orang-
orang 
 tua telah digantikan orang-orang muda)., orang-orang muda yang 
 Insya Allah berkeinginan tak jauh berbeda dengan impian saya. ^_^ 
 Just matter of time...
  
  Sayang sekali wakil walikota ini perlu menafsirkan ulang Sila I 
 pancasila... Ketuhanan Yang Maha EsaBenarkah Syariat ISlam 
 bertabrakan dengan sila I tersebut. Apalagi Abu Bakar mengatakan 
 tidak akan memaksa pemeluk lain untuk melaksanakan syariat ISlam 
 ^_^. 
  
  NIlai Ketuhanan yang Maha Esa dimasukkan dalam sila pertama, 
 spirit Ketuhanan adalah spirit of life semua manusia yang mewadahi 
 kenyataan pluralnggih kan mbah. BUkan spirit of pluralism.
  
  salam,
  aris
  
  
  
  RM Danardono HADINOTO wrote:
  Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir
  Minggu, 18 Juni 2006 | 17:41 WIB
  
  TEMPO Interaktif, Solo:Pemerintah Kota Solo tidak tertarik 
membahas
  usulan pengasuh Pesantren Al Mukmin Ngruki Abu Bakar Ba'asyir 
yang
  menginginkan adanya peraturan daerah bernafaskan Islam di kota 
itu.
  
  Menurut Wakil Wali Kota Solo, Hadi Rudyatmo, peraturan seperti 
itu
  akan bertabrakan dengan UUD 1945 yang secara tegas menyebutkan 
 Negara
  Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Kemajukan
  masyarakat Kota Solo harus juga menjadi pertimbangan. Jadi 
rasanya
  kami tidak akan membuat Perda Syariat Islam, kata Rudyatmo, 
 Minggu 
  siang.
  
  Kalangan DPRD setempat juga sependapat dengan
  Rudyatmo. Menurut Ketua Fraksi Persatuan Demokrat,
  Supriyanto, Kota Solo tidak memerlukan adanya peraturan
  yang mengatur agama tertentu. Menurut dia, masyarakat
  Kota Solo sangat majemuk dan pluralis. Dia justru
  khawatir bila ada peraturan yang mengatur agama tertentu
  akan membuat 

Re: [ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-19 Terurut Topik Ari Condro
ngomong ngomong, pangeran diponegoro adalah penegak syariat islam (dia klaim
dirinya sebgai imam mahdi), dia mendirikan tarekat sendiri, dan panji panji
hitamnya persis seperti benderanya hizbut tahrir.  :D

On 6/19/06, RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Khawatir? oh tidak samasekali. Karena saya yakin akan tebalnya
 budaya Jawa dipusat wilayah Kejawaan ini. Jawa adalah wayang,
 gamelan, sendratari, candi, bahasa kawi, dan semua adalah petilsan
 Hindu Buddha.

 Bukan Jawa yang harus disesuaikan dengan ke Islaman, tetapi
 sebaliknya, semua agama yang masuk kemari harus menyesuaikan diri
 dengan kebudayaan Jawa. kebudayaan Jawa dengan jilbab dan baju koko?
 ya bukan Jawa lagi!

 Kebudayaan Indonesia yang sudah tercemar budaya luar, baik Eropa
 ataupun gurun pasir, sudah bukan budaya Indonesia lagi.

 Dikalangan dimana saya bergerak, budaya jawa Surakarta masih sangat
 dipelihara. Kemenakan saya semua bisa nembang dan menari Jawa
 klassik. jangan lupa pengaruh keraton Pakubuwono dan Mangkunegoro.
 RTidak kecil mbak.

 Bahkan disini, di kedutaan besar Indonesia di Vienna, ada kursus
 gamelan untuk para pencinta budaya Timur, semuanya orang kulit putih.

 Kami, kawula Surakarta hayuningrat, masih memuja wayang kulit yang
 berkisahkan Mahabharatta dan Ramayana. Kami juga masih menyandang
 nama Jawa, Dewanto, Priambodo, Kuncoroyakti, Suryodiningrat,
 Djatikusumo, dan bukan nama nama dari negara seribu satu malam...

 Ba'ashir? Dia hanya sebutir pasir dalam samudra budaya Jawa, mbak.
 Bukan penentu. Juga semua yang namanya mirip mirip dia..

 Saya sering pulang dan pemerhati budaya Surakarta Hayuningrat lho
 mbak. I know what happen there.

 Salam

 danardono

 --- In ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com, aris
 solikhah [EMAIL PROTECTED]

 wrote:
 
  Mbah.. mungkin sesekali mbah bisa menjenguk kelahiran tercinta,
 waktu lebaran saya main ke klewer berulangkali,.Dan syariat
 Islam tidak akan menghancurkan budaya yang sesuai syariat Islam
 terlebih hanya mengikat kuat terkhusus untuk umat ISlam. Kenapa mbah
 harus khawatir?
 
  Tidak dengan syariat Islam pun, anak mudanya sudah meninggalkan
 budaya jawanya...bukan hanya budaya jawa, budaya minang, semua
 budaya tergilas budaya hedonis, hura-hura, liberalisme., sopan
 santun kehalusan solo mulai pudar
 
  Segala sesuatu adalah mungkin tergantung sudut pandang persepsi
 kita. ^_^ Waktu telah berubah..mbah, Ada Abu Bakar Ba;asyir atau
 tidak sedikit demi sedikit hidup berputar...Hanya saja kita harus
 memilih...
 
  salam,
  aris
 
  RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saya kenal sekali kota kelahiran, Surakarta Adiningrat ini.
 
  Disinilah benteng budaya Jawa, yang justeru akan menghindarkan
  terjadinya syariatisasi masyarakat Jawa dan Surakarta.
 
  Dari generasi ke generasi budaya leluhur Jawa diwariskan. Juga
  generasi muda tanah Surakarta selalu mengenang kejayaan masa Hindu
  Buddha yang spiritually langgeng itu. Ini juga terbukti dari
 tradisi
  baik Pakubuwanan dan Mangkunegaran, sejak masa kerajaan Mataram.
 
  Dan ini takkan diubah oleh satu atau seribu Ba'ashir, yang tak
  menjunjung budaya Jawa itu. Takkan mungkin diterima masyarakat.
 
  Syukurlah.
 
  salam
 
  danardono
 
 
 
 
 
 
  --- In ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com, aris
 solikhah
  wrote:
  
   Mbah,
   Ini mewakili anspirasi hati mbah ya. ^_^ Kota kelahiran mbah.
  Solo kini berbeda dengan masa mbah dulu. Saya optimis, suatu saat
  keputusan Wakil Walikota (baru wakil ya, belum walikotanya) ini
 akan
  berubah. Poro pinisepuh sampun digantosaken tiyang anom (orang-
 orang
  tua telah digantikan orang-orang muda)., orang-orang muda yang
  Insya Allah berkeinginan tak jauh berbeda dengan impian saya. ^_^
  Just matter of time...
  
   Sayang sekali wakil walikota ini perlu menafsirkan ulang Sila I
  pancasila... Ketuhanan Yang Maha EsaBenarkah Syariat ISlam
  bertabrakan dengan sila I tersebut. Apalagi Abu Bakar mengatakan
  tidak akan memaksa pemeluk lain untuk melaksanakan syariat ISlam
  ^_^.
  
   NIlai Ketuhanan yang Maha Esa dimasukkan dalam sila pertama,
  spirit Ketuhanan adalah spirit of life semua manusia yang mewadahi
  kenyataan pluralnggih kan mbah. BUkan spirit of pluralism.
  
   salam,
   aris
  
  
  
   RM Danardono HADINOTO wrote:
   Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir
   Minggu, 18 Juni 2006 | 17:41 WIB
  
   TEMPO Interaktif, Solo:Pemerintah Kota Solo tidak tertarik
 membahas
   usulan pengasuh Pesantren Al Mukmin Ngruki Abu Bakar Ba'asyir
 yang
   menginginkan adanya peraturan daerah bernafaskan Islam di kota
 itu.
  
   Menurut Wakil Wali Kota Solo, Hadi Rudyatmo, peraturan seperti
 itu
   akan bertabrakan dengan UUD 1945 yang secara tegas menyebutkan
  Negara
   Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Kemajukan
   masyarakat Kota Solo harus juga menjadi pertimbangan. Jadi
 rasanya
   kami tidak akan membuat Perda Syariat Islam, kata Rudyatmo,
  Minggu
   siang.
  
  

Re: [ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-19 Terurut Topik Ari Condro
http://islam-indonesia.blogspot.com/2005/10/noor-huda-ismail-is-ngruki-terrorism.html
Sunday, October 30, 2005
Noor Huda Ismail: Is Ngruki a terrorism school?
The Jakarta Post on Feb. 28, 2005 released a report on a Ngruki alumni
involved in terrorism activity. As a graduate of that school, I understand
how such people think. In this brief report, I (Noor Huda Ismail, the
writer) would like to share my experiences studying there and investigate
why a fringe of Ngruki alumni are involved in terrorism activities but the
majority are not. What does he say about Ngruki?

***


Ngruki: It is a terrorism school?

By Noor Huda Ismail


The Jakarta Post on Feb. 28, 2005 released a report on a Ngruki alumni
involved in terrorism activity. As a graduate of that school, I understand
how such people think. In this brief report, I would like to share my
experiences studying there and investigate why a fringe of Ngruki alumni are
involved in terrorism activities but the majority are not.

From age 12 to 17 I attended the now-famous Islamic boarding school. A
simple plastic mattress served as my bed in a dingy student dormitory
together with about 20 other students and a volunteer resident assistant
named Fadlullah Hasan, who was three years older than me. Hasan had a
perpetual blue bruise on his forehead from bowing his head to the floor as
the result of his five prayers per day.

Despite his zealous attitude and my more moderate beliefs, Hasan and I
developed a tight bond, mostly rooted in the fact that we both hailed from
the outskirts of Yogyakarta, a two-hour bus ride from Ngruki.

At 4.am. Hasan habitually rose without an alarm clock and promptly woke us
up by gently tapping our backs. After morning prayers in the adjacent
mosque, we read the Koran and consumed Hasan's encouraging words that
reminded us to study and to proselytize Islam.

After two months at Ngruki I realized Hasan used an alias. Like many Ngruki
students, Hasan rejected his given name, Utomo Pamungkas, because it sounded
too Javanese, and not Islamic enough. Hasan, as I always called him,
vanished from Ngruki the following year, and I wouldn't learn his
whereabouts until we had a rather ironic encounter 15 years later.

Ngruki wasn't always famous. It is merely one of thousands of Islamic
boarding schools across Indonesia. But it has emerged as the most notorious
of such schools because dozens of convicted Bali bombers are Ngruki alumni
and its co-founder is Abu Bakar Ba'asyir. Security analysts and police
investigators insist Ngruki's activities are linked with the three major
bombings in Indonesia and at least two dozen smaller explosions, mostly
targeting churches.

Sidney Jones, the director of the Indonesian branch of the International
Crisis Group, has dubbed Ngruki the Ivy League of JI members who are
recruited clandestinely.

Jones has a point. Days before my graduation, Ngruki's faith teacher,
Abdurrohim alias Abu Husna, called me and five other students -- all of whom
had high academic achievements or zealous attitudes -- into his poorly-lit
home. He said, A Muslim should join the Islamic group called Jamaah
Islamiyah, he said. He explained how this movement aimed to establish an
Islamic state.

I was a 17-year-old, and wise enough to refuse his proposal. In fact, my
days at Ngruki were a misfit from the beginning. My secular father worked as
a parole officer who was mainly responsible for handling Islamic militants
that opposed former president and dictator Soeharto. As a means for him to
find out more about the group, he enrolled me in Ngruki.

You make it easy for me to enter and observe the school, my father told
me.

One of his targets of observation was Ngruki's co-founder, Abu Bakar
Ba'asyir, an alleged terrorist leader who I interviewed for my current job
as a reporter for The Washington Post, just a few days before an Indonesian
prosecutor reopened the case against him. In a 65-page indictment, the
prosecutor charged him for being the amir, or leader, of Jamaah Islamiyah
(JI) and declared him responsible for the Marriott Hotel and Bali bombings.

Abu Bakar Basyir, 65, approached me in the crowded and poorly maintained
jail hall wearing a white shirt, a white, boxed Islamic cap, and faded
white-framed eyeglasses. The stocky prisoner by his side was convicted of
blowing up the residence of the Philippines ambassador in 2000. His
unofficial job was to coordinate six prisoners who provide Baasyir daily
assistance with food and laundry.

Baasyir, a self-proclaimed admirer of Osama bin Laden, spewed out his usual
rhetoric, portraying himself as a victim of the infidel Bush's America. Then
he quoted the Koran The infidels will never stop fighting us until we
follow their way.

I know this verse all too well because various teachers drilled it into my
brain by day and night some 14 years ago, when I studied in the sweltering
classrooms that taught nothing but Islam. The only music blasting from
Ngruki's speakers was Nasyid, an Arabic 

Re: [ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-19 Terurut Topik aris solikhah
Mbah Dono,
  Mungkin benar dilingkungan terbatas Istana Adiningkrat, bagaimana dengan 
masyarakat sekitar yang cakupannya agak lebih luas. Kehidupan istana seperti 
eksklusif mbahMeski demikian aku suka batik-batiknya yang menawan. Unic dan 
anggun...^_^
   
  Mas Ari yang baik,
  Bolehkah saya tahu informasi mengenai Pangeran Diponegoro ini? Saya tertarik. 
   
  Mas yang baik sepahaman saya bendera yang dibawa Hizbut Tahrir dan MMI juga 
hitam putih bertuliskan dua kalimat syahadat sesungguhnya adalah dua bendera 
negara Islam masa RAsulullah dan para khilafah, bendera hitam (Ar roya) dengan 
lafadz syahadat adalah bendera kenegaraan sedang bendera putih (Al Liwa) adalah 
bendera kemiliteran atau jihad.
   
   Sehingga umat muslim siapapun berhak membawanya. Mas bisa melihat di film Ar 
Risalah...atau buku-buku sejarah Islami lainnya. Masa lalu disebut panji-panji 
Islam, dalam peperangan bendera tersebut tak boleh jatuh ke tanah atau 
dijatuhkan musuh. Yang memegangnya biasanya panglimanya. Saya teringat jihadnya 
tiga sahabat dalam tulisan dibawah
  
http://www.elazhar.net/modules.php?op=modloadname=Newsfile=articlesid=43topic=2
   mereka mati-matian mempertahankan bendera ISlam, ya bendera atau panji 
Rasulullah ialah Al liwa tersebut mas.
   
  Setahu saya MMI dan HTI tidak punya lambang...
   
  Mereka sering menggunakan kedua bendera tersebut untuk mensosialisasikan 
keberadaan panji Islam dan Rasulullah yang telah dilupakan. Sekiranya mas tidak 
percaya mohon cek saja pada kedua gerakan ISlam tersebut. CMIIW 
wallahu;alambishawab.
   
  salam,
  aris
Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
  ngomong ngomong, pangeran diponegoro adalah penegak syariat islam (dia klaim
dirinya sebgai imam mahdi), dia mendirikan tarekat sendiri, dan panji panji
hitamnya persis seperti benderanya hizbut tahrir. :D

On 6/19/06, RM Danardono HADINOTO wrote:

 Khawatir? oh tidak samasekali. Karena saya yakin akan tebalnya
 budaya Jawa dipusat wilayah Kejawaan ini. Jawa adalah wayang,
 gamelan, sendratari, candi, bahasa kawi, dan semua adalah petilsan
 Hindu Buddha.

 Bukan Jawa yang harus disesuaikan dengan ke Islaman, tetapi
 sebaliknya, semua agama yang masuk kemari harus menyesuaikan diri
 dengan kebudayaan Jawa. kebudayaan Jawa dengan jilbab dan baju koko?
 ya bukan Jawa lagi!

 Kebudayaan Indonesia yang sudah tercemar budaya luar, baik Eropa
 ataupun gurun pasir, sudah bukan budaya Indonesia lagi.

 Dikalangan dimana saya bergerak, budaya jawa Surakarta masih sangat
 dipelihara. Kemenakan saya semua bisa nembang dan menari Jawa
 klassik. jangan lupa pengaruh keraton Pakubuwono dan Mangkunegoro.
 RTidak kecil mbak.

 Bahkan disini, di kedutaan besar Indonesia di Vienna, ada kursus
 gamelan untuk para pencinta budaya Timur, semuanya orang kulit putih.

 Kami, kawula Surakarta hayuningrat, masih memuja wayang kulit yang
 berkisahkan Mahabharatta dan Ramayana. Kami juga masih menyandang
 nama Jawa, Dewanto, Priambodo, Kuncoroyakti, Suryodiningrat,
 Djatikusumo, dan bukan nama nama dari negara seribu satu malam...

 Ba'ashir? Dia hanya sebutir pasir dalam samudra budaya Jawa, mbak.
 Bukan penentu. Juga semua yang namanya mirip mirip dia..

 Saya sering pulang dan pemerhati budaya Surakarta Hayuningrat lho
 mbak. I know what happen there.

 Salam

 danardono

 --- In ppiindia@yahoogroups.com 
, aris
 solikhah 

 wrote:
 
  Mbah.. mungkin sesekali mbah bisa menjenguk kelahiran tercinta,
 waktu lebaran saya main ke klewer berulangkali,.Dan syariat
 Islam tidak akan menghancurkan budaya yang sesuai syariat Islam
 terlebih hanya mengikat kuat terkhusus untuk umat ISlam. Kenapa mbah
 harus khawatir?
 
  Tidak dengan syariat Islam pun, anak mudanya sudah meninggalkan
 budaya jawanya...bukan hanya budaya jawa, budaya minang, semua
 budaya tergilas budaya hedonis, hura-hura, liberalisme., sopan
 santun kehalusan solo mulai pudar
 
  Segala sesuatu adalah mungkin tergantung sudut pandang persepsi
 kita. ^_^ Waktu telah berubah..mbah, Ada Abu Bakar Ba;asyir atau
 tidak sedikit demi sedikit hidup berputar...Hanya saja kita harus
 memilih...
 
  salam,
  aris
 
  RM Danardono HADINOTO wrote:
  Saya kenal sekali kota kelahiran, Surakarta Adiningrat ini.
 
  Disinilah benteng budaya Jawa, yang justeru akan menghindarkan
  terjadinya syariatisasi masyarakat Jawa dan Surakarta.
 
  Dari generasi ke generasi budaya leluhur Jawa diwariskan. Juga
  generasi muda tanah Surakarta selalu mengenang kejayaan masa Hindu
  Buddha yang spiritually langgeng itu. Ini juga terbukti dari
 tradisi
  baik Pakubuwanan dan Mangkunegaran, sejak masa kerajaan Mataram.
 
  Dan ini takkan diubah oleh satu atau seribu Ba'ashir, yang tak
  menjunjung budaya Jawa itu. Takkan mungkin diterima masyarakat.
 
  Syukurlah.
 
  salam
 
  danardono
 
 
 
 
 
 
  --- In ppiindia@yahoogroups.com 
, aris
 solikhah
  wrote:
  
   Mbah,
   Ini mewakili anspirasi hati mbah ya. ^_^ Kota kelahiran mbah.
  Solo kini berbeda dengan masa mbah dulu. Saya optimis, 

Re: [ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-19 Terurut Topik Ari Condro
itu emang bendera rosulullah

On 6/20/06, aris solikhah [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Mbah Dono,
 Mungkin benar dilingkungan terbatas Istana Adiningkrat, bagaimana dengan
 masyarakat sekitar yang cakupannya agak lebih luas. Kehidupan istana seperti
 eksklusif mbahMeski demikian aku suka batik-batiknya yang menawan. Unic
 dan anggun...^_^

 Mas Ari yang baik,
 Bolehkah saya tahu informasi mengenai Pangeran Diponegoro ini? Saya
 tertarik.

 Mas yang baik sepahaman saya bendera yang dibawa Hizbut Tahrir dan MMI
 juga hitam putih bertuliskan dua kalimat syahadat sesungguhnya adalah dua
 bendera negara Islam masa RAsulullah dan para khilafah, bendera hitam (Ar
 roya) dengan lafadz syahadat adalah bendera kenegaraan sedang bendera putih
 (Al Liwa) adalah bendera kemiliteran atau jihad.

 Sehingga umat muslim siapapun berhak membawanya. Mas bisa melihat di film
 Ar Risalah...atau buku-buku sejarah Islami lainnya. Masa lalu disebut
 panji-panji Islam, dalam peperangan bendera tersebut tak boleh jatuh ke
 tanah atau dijatuhkan musuh. Yang memegangnya biasanya panglimanya. Saya
 teringat jihadnya tiga sahabat dalam tulisan dibawah

 http://www.elazhar.net/modules.php?op=modloadname=Newsfile=articlesid=43topic=2
 mereka mati-matian mempertahankan bendera ISlam, ya bendera atau panji
 Rasulullah ialah Al liwa tersebut mas.

 Setahu saya MMI dan HTI tidak punya lambang...

 Mereka sering menggunakan kedua bendera tersebut untuk mensosialisasikan
 keberadaan panji Islam dan Rasulullah yang telah dilupakan. Sekiranya mas
 tidak percaya mohon cek saja pada kedua gerakan ISlam tersebut. CMIIW
 wallahu;alambishawab.

 salam,
 aris

 Ari Condro [EMAIL PROTECTED] masarcon%40gmail.com wrote:
 ngomong ngomong, pangeran diponegoro adalah penegak syariat islam (dia
 klaim
 dirinya sebgai imam mahdi), dia mendirikan tarekat sendiri, dan panji
 panji
 hitamnya persis seperti benderanya hizbut tahrir. :D

 On 6/19/06, RM Danardono HADINOTO wrote:
 
  Khawatir? oh tidak samasekali. Karena saya yakin akan tebalnya
  budaya Jawa dipusat wilayah Kejawaan ini. Jawa adalah wayang,
  gamelan, sendratari, candi, bahasa kawi, dan semua adalah petilsan
  Hindu Buddha.
 
  Bukan Jawa yang harus disesuaikan dengan ke Islaman, tetapi
  sebaliknya, semua agama yang masuk kemari harus menyesuaikan diri
  dengan kebudayaan Jawa. kebudayaan Jawa dengan jilbab dan baju koko?
  ya bukan Jawa lagi!
 
  Kebudayaan Indonesia yang sudah tercemar budaya luar, baik Eropa
  ataupun gurun pasir, sudah bukan budaya Indonesia lagi.
 
  Dikalangan dimana saya bergerak, budaya jawa Surakarta masih sangat
  dipelihara. Kemenakan saya semua bisa nembang dan menari Jawa
  klassik. jangan lupa pengaruh keraton Pakubuwono dan Mangkunegoro.
  RTidak kecil mbak.
 
  Bahkan disini, di kedutaan besar Indonesia di Vienna, ada kursus
  gamelan untuk para pencinta budaya Timur, semuanya orang kulit putih.
 
  Kami, kawula Surakarta hayuningrat, masih memuja wayang kulit yang
  berkisahkan Mahabharatta dan Ramayana. Kami juga masih menyandang
  nama Jawa, Dewanto, Priambodo, Kuncoroyakti, Suryodiningrat,
  Djatikusumo, dan bukan nama nama dari negara seribu satu malam...
 
  Ba'ashir? Dia hanya sebutir pasir dalam samudra budaya Jawa, mbak.
  Bukan penentu. Juga semua yang namanya mirip mirip dia..
 
  Saya sering pulang dan pemerhati budaya Surakarta Hayuningrat lho
  mbak. I know what happen there.
 
  Salam
 
  danardono
 
  --- In ppiindia@yahoogroups.com ppiindia%40yahoogroups.com
 , aris
  solikhah
 
  wrote:
  
   Mbah.. mungkin sesekali mbah bisa menjenguk kelahiran tercinta,
  waktu lebaran saya main ke klewer berulangkali,.Dan syariat
  Islam tidak akan menghancurkan budaya yang sesuai syariat Islam
  terlebih hanya mengikat kuat terkhusus untuk umat ISlam. Kenapa mbah
  harus khawatir?
  
   Tidak dengan syariat Islam pun, anak mudanya sudah meninggalkan
  budaya jawanya...bukan hanya budaya jawa, budaya minang, semua
  budaya tergilas budaya hedonis, hura-hura, liberalisme., sopan
  santun kehalusan solo mulai pudar
  
   Segala sesuatu adalah mungkin tergantung sudut pandang persepsi
  kita. ^_^ Waktu telah berubah..mbah, Ada Abu Bakar Ba;asyir atau
  tidak sedikit demi sedikit hidup berputar...Hanya saja kita harus
  memilih...
  
   salam,
   aris
  
   RM Danardono HADINOTO wrote:
   Saya kenal sekali kota kelahiran, Surakarta Adiningrat ini.
  
   Disinilah benteng budaya Jawa, yang justeru akan menghindarkan
   terjadinya syariatisasi masyarakat Jawa dan Surakarta.
  
   Dari generasi ke generasi budaya leluhur Jawa diwariskan. Juga
   generasi muda tanah Surakarta selalu mengenang kejayaan masa Hindu
   Buddha yang spiritually langgeng itu. Ini juga terbukti dari
  tradisi
   baik Pakubuwanan dan Mangkunegaran, sejak masa kerajaan Mataram.
  
   Dan ini takkan diubah oleh satu atau seribu Ba'ashir, yang tak
   menjunjung budaya Jawa itu. Takkan mungkin diterima masyarakat.
  
   Syukurlah.
  
   salam
  
   danardono
  
  
  
  
  
  
   

Re: [ppiindia] Re: Kota Solo Tak Tertarik Usulan Ba'asyir

2006-06-19 Terurut Topik aris solikhah
Inggih mas saestu, menawi kulo lepat lan goroh sumonggo jenengan matur punapa 
cek dateng organisasi tersebut. (Betul mas, jika salah silakan cek). saya lagi 
latihan bahasa jawa nih he he he
   
  matursuwun
  

Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
  itu emang bendera rosulullah

On 6/20/06, aris solikhah wrote:

 Mbah Dono,
 Mungkin benar dilingkungan terbatas Istana Adiningkrat, bagaimana dengan
 masyarakat sekitar yang cakupannya agak lebih luas. Kehidupan istana seperti
 eksklusif mbahMeski demikian aku suka batik-batiknya yang menawan. Unic
 dan anggun...^_^

 Mas Ari yang baik,
 Bolehkah saya tahu informasi mengenai Pangeran Diponegoro ini? Saya
 tertarik.

 Mas yang baik sepahaman saya bendera yang dibawa Hizbut Tahrir dan MMI
 juga hitam putih bertuliskan dua kalimat syahadat sesungguhnya adalah dua
 bendera negara Islam masa RAsulullah dan para khilafah, bendera hitam (Ar
 roya) dengan lafadz syahadat adalah bendera kenegaraan sedang bendera putih
 (Al Liwa) adalah bendera kemiliteran atau jihad.

 Sehingga umat muslim siapapun berhak membawanya. Mas bisa melihat di film
 Ar Risalah...atau buku-buku sejarah Islami lainnya. Masa lalu disebut
 panji-panji Islam, dalam peperangan bendera tersebut tak boleh jatuh ke
 tanah atau dijatuhkan musuh. Yang memegangnya biasanya panglimanya. Saya
 teringat jihadnya tiga sahabat dalam tulisan dibawah

 http://www.elazhar.net/modules.php?op=modloadname=Newsfile=articlesid=43topic=2
 mereka mati-matian mempertahankan bendera ISlam, ya bendera atau panji
 Rasulullah ialah Al liwa tersebut mas.

 Setahu saya MMI dan HTI tidak punya lambang...

 Mereka sering menggunakan kedua bendera tersebut untuk mensosialisasikan
 keberadaan panji Islam dan Rasulullah yang telah dilupakan. Sekiranya mas
 tidak percaya mohon cek saja pada kedua gerakan ISlam tersebut. CMIIW
 wallahu;alambishawab.

 salam,
 aris

 Ari Condro  wrote:
 ngomong ngomong, pangeran diponegoro adalah penegak syariat islam (dia
 klaim
 dirinya sebgai imam mahdi), dia mendirikan tarekat sendiri, dan panji
 panji
 hitamnya persis seperti benderanya hizbut tahrir. :D

 On 6/19/06, RM Danardono HADINOTO wrote:
 
  Khawatir? oh tidak samasekali. Karena saya yakin akan tebalnya
  budaya Jawa dipusat wilayah Kejawaan ini. Jawa adalah wayang,
  gamelan, sendratari, candi, bahasa kawi, dan semua adalah petilsan
  Hindu Buddha.
 
  Bukan Jawa yang harus disesuaikan dengan ke Islaman, tetapi
  sebaliknya, semua agama yang masuk kemari harus menyesuaikan diri
  dengan kebudayaan Jawa. kebudayaan Jawa dengan jilbab dan baju koko?
  ya bukan Jawa lagi!
 
  Kebudayaan Indonesia yang sudah tercemar budaya luar, baik Eropa
  ataupun gurun pasir, sudah bukan budaya Indonesia lagi.
 
  Dikalangan dimana saya bergerak, budaya jawa Surakarta masih sangat
  dipelihara. Kemenakan saya semua bisa nembang dan menari Jawa
  klassik. jangan lupa pengaruh keraton Pakubuwono dan Mangkunegoro.
  RTidak kecil mbak.
 
  Bahkan disini, di kedutaan besar Indonesia di Vienna, ada kursus
  gamelan untuk para pencinta budaya Timur, semuanya orang kulit putih.
 
  Kami, kawula Surakarta hayuningrat, masih memuja wayang kulit yang
  berkisahkan Mahabharatta dan Ramayana. Kami juga masih menyandang
  nama Jawa, Dewanto, Priambodo, Kuncoroyakti, Suryodiningrat,
  Djatikusumo, dan bukan nama nama dari negara seribu satu malam...
 
  Ba'ashir? Dia hanya sebutir pasir dalam samudra budaya Jawa, mbak.
  Bukan penentu. Juga semua yang namanya mirip mirip dia..
 
  Saya sering pulang dan pemerhati budaya Surakarta Hayuningrat lho
  mbak. I know what happen there.
 
  Salam
 
  danardono
 
  --- In ppiindia@yahoogroups.com 

 , aris
  solikhah
 
  wrote:
  
   Mbah.. mungkin sesekali mbah bisa menjenguk kelahiran tercinta,
  waktu lebaran saya main ke klewer berulangkali,.Dan syariat
  Islam tidak akan menghancurkan budaya yang sesuai syariat Islam
  terlebih hanya mengikat kuat terkhusus untuk umat ISlam. Kenapa mbah
  harus khawatir?
  
   Tidak dengan syariat Islam pun, anak mudanya sudah meninggalkan
  budaya jawanya...bukan hanya budaya jawa, budaya minang, semua
  budaya tergilas budaya hedonis, hura-hura, liberalisme., sopan
  santun kehalusan solo mulai pudar
  
   Segala sesuatu adalah mungkin tergantung sudut pandang persepsi
  kita. ^_^ Waktu telah berubah..mbah, Ada Abu Bakar Ba;asyir atau
  tidak sedikit demi sedikit hidup berputar...Hanya saja kita harus
  memilih...
  
   salam,
   aris
  
   RM Danardono HADINOTO wrote:
   Saya kenal sekali kota kelahiran, Surakarta Adiningrat ini.
  
   Disinilah benteng budaya Jawa, yang justeru akan menghindarkan
   terjadinya syariatisasi masyarakat Jawa dan Surakarta.
  
   Dari generasi ke generasi budaya leluhur Jawa diwariskan. Juga
   generasi muda tanah Surakarta selalu mengenang kejayaan masa Hindu
   Buddha yang spiritually langgeng itu. Ini juga terbukti dari
  tradisi
   baik Pakubuwanan dan Mangkunegaran, sejak masa kerajaan Mataram.
  
   Dan ini takkan diubah oleh