Re: [ppiindia] Caping GM: Fouda - AGAKNYA....?

2008-03-04 Thread Satrio Arismunandar
Saya terus terang tidak merasa sreg dengan penggunaan istilah AGAKNYA di bawah 
ini. 
Marilah kita berpikir secara logis:

1. Jika Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan Utsman bin Affan R.A. termasuk 
salah satu sahabat yang DIJAMIN MASUK SURGA (dan artikel di bawah tidak 
menggugat keabsahan ucapan Nabi Muhammad SAW tersebut), maka sepatutnya kita 
mempertanyakan: mengapa kutipan atas karya Ibnu Sa'ad itu dianggap begitu 
signifikan? Mana yang lebih kuat, pernyataan Nabi Muhammad SAW atau Ibnu Sa'ad? 
Logika saya, mustahil Rasulullah SAW menyebut Utsman termasuk sahabat yang 
dijamin surga jika Utsman seorang koruptor atau orang yang rakus harta! Ini 
tuduhan yang sangat keji.

2. Saya bukan ahli sejarah. Tapi sejauh saya tahu dari beberapa literatur, 
Utsman bin Affan itu SUDAH kaya raya sebelum masuk Islam. Kemajuan dakwah Islam 
di bawah Rasulullah mendapat dukungan penuh dari Utsman, yang menghibahkan 
begitu banyak hartanya untuk dakwah secara sukarela. Kalau niatnya cuma 
menumpuk harta, ngapain juga dia repot-repot mengambil risiko bergabung dengan 
Rasulullah? Jadi, kalau toh (anggap saja data Ibnu Saad bednar), Utsman ketika 
meninggal punya simpanan uang banyak, tidak ada yang aneh, wong dia memang 
sejak dulu sudah kaya raya kok!

=
Tulisan Goenawan Mohamad:

"Tak diketahui dengan pasti mengapa semua kekejian itu terjadi kepada 
seseorang yang oleh Nabi sendiri telah dijamin akan masuk surga. Fouda 
mengutip kitab al-Tabaqãt al-Kubrã karya sejarah Ibnu Sa’ad, yang 
menyebutkan satu data yang menarik: khalif itu agaknya bukan seorang yang 
bebas dari keserakahan. Tatkala Usman terbunuh, dalam brankasnya terdapat 
30.500.000 dirham dan 100.000 dinar."

 
Satrio Arismunandar 
Producer "SISI LAIN" (tayang Senin-Jumat, pukul 13.30-14.00 WIB) - 
News Division, Trans TV, Lantai 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4023,  Fax: 79184558, 79184627
 
http://satrioarismunandar6.blogspot.com
http://satrioarismunandar.multiply.com  
 
"Ungkapkanlah kebenaran itu, meskipun pahit" (Hadist Nabi)



- Original Message 
From: Nugroho Dewanto <[EMAIL PROTECTED]>
To: ppiindia@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, March 4, 2008 3:44:05 PM
Subject: [ppiindia] Caping GM: Fouda


Fouda

Pada tanggal 8 Juni 1992, mereka bunuh Farag Fouda di Madinat al-Nasr, 
Kairo. Dua orang bertopeng menyerangnya. Fouda tewas tertembak, anaknya 
luka-luka parah. Kelompok Jamaah Islamiyah mengatakan: “Ya, kami membunuhnya.”

Bagi kelompok itu, tak ada dosa bila Fouda dibinasakan. Bukankah lima hari 
sebelum itu sekelompok ulama dari Universitas al-Azhar memaklumkan bahwa 
cendekiawan ini telah menghujat agama, dan sebab itu boleh dibunuh? Seorang 
ulama, Muhammad al-Ghazali, membela para algojo: tindakan mereka adalah 
pelaksanaan hukuman yang tepat bagi seorang yang murtad.

Tapi tak seorang pun tahu sebenarnya, benarkah Fouda, yang tewas pada umur 
46, orang yang murtad. Terutama jika kita baca buku yang baru-baru ini 
diterbitkan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, Kebenaran Yang 
Hilang, yang juga memuat kata pengantar Samsu Rizal Panggabean.

Lima bulan sebelum ia dibunuh, Fouda ikut dalam perdebatan di Pameran 
Buku Kairo. Dalam acara yang konon diikuti 30.000 orang itu ia menghadapi 
ulama macam Muhammad al-Ghazali. Perdebatan berkisar pada masalah hubungan 
antara agama dan politik, negara dan agama, penerapan syariat Islam dan 
lembaga khilafah.

Pendirian Fouda dikemukakan dengan gamblang dalam serangkaian bab al-Haqiah 
al-Ghaybah-nya yang diterjemahkan oleh Novriantoni. Ia memang bisa 
mengguncang sendi-sendi pemikiran kaum “Islamis”: mereka yang ingin 
menegakkan “negara Islam” berdasarkan ingatan tentang dunia Arab di abad 
ke-7 ketika para sahabat Nabi memimpin umat.

Bila kaum “Islamis” menggambarkan periode salaf itu sebagai zaman keemasan 
yang patut dirindukan, Fouda tidak. Baginya, sebagaimana ditulis Samsu 
Rizal Panggabean, periode itu “zaman biasa”.

Bahkan sebenarnya “tidak banyak yang gemilang dari masa itu”, demikian 
kesimpulan Samsu Rizal Panggabean. “Malah, ada banyak jejak memalukan.”

Contoh yang paling tajam yang dikemukakan Fouda ialah saat kejatuhan Usman 
bin Affan, khalifah ke-3. Sahabat Rasul yang diangkat ke kedudukan pemimpin 
umat pada tahun 644 itu--melalui sebuah musyawarah terbatas antara lima 
orang--berakhir kekuasaannya 12 tahun kemudian. Ia dibunuh. Para 
pembunuhnya bukan orang Majusi, bukan pula orang yang murtad, tapi orang 
Islam sendiri yang bersepakat memberontak.

Mereka tak sekadar membunuh Usman. Menurut sejarawan al-Thabari, jenazahnya 
terpaksa “bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan”. Ketika mayat 
itu disemayamkan, tak ada orang yang bersembahyang untuknya. Siapa saja 
dilarang menyalatinya. Jasad orang tua berumur 83 itu bahkan diludahi dan 
salah satu persendiannya dipatahkan. Karena tak dapat dikuburkan di 
pemakaman Islam, khalifah ke-3 itu dimakamkan di Hisy Kaukab, w

Re: [ppiindia] Caping GM: Fouda - AGAKNYA....?

2008-03-04 Thread Nugroho Dewanto


intisari caping itu adalah balaslah tulisan dengan tulisan.
buku dilawan dengan buku. jangan kedepankan kekerasan.

sejarah bukan keyakinan. dia bisa diperdebatkan siapa saja
dengan kajian yang obyektif. dan tetap saja orang boleh setuju
atau tidak setuju dengan hasilnya.

kutipan dibawah tepat menjelaskan psikografi kaum islamis:

"Di satu pihak, mereka harus yakin, tapi di lain pihak, mereka
tahu mereka buta."



At 02:27 AM 3/4/2008 -0800, you wrote:
>Saya terus terang tidak merasa sreg dengan penggunaan istilah AGAKNYA di 
>bawah ini.
>Marilah kita berpikir secara logis:
>
>1. Jika Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan Utsman bin Affan R.A. 
>termasuk salah satu sahabat yang DIJAMIN MASUK SURGA (dan artikel di bawah 
>tidak menggugat keabsahan ucapan Nabi Muhammad SAW tersebut), maka 
>sepatutnya kita mempertanyakan: mengapa kutipan atas karya Ibnu Sa'ad itu 
>dianggap begitu signifikan? Mana yang lebih kuat, pernyataan Nabi Muhammad 
>SAW atau Ibnu Sa'ad? Logika saya, mustahil Rasulullah SAW menyebut Utsman 
>termasuk sahabat yang dijamin surga jika Utsman seorang koruptor atau 
>orang yang rakus harta! Ini tuduhan yang sangat keji.
>
>2. Saya bukan ahli sejarah. Tapi sejauh saya tahu dari beberapa literatur, 
>Utsman bin Affan itu SUDAH kaya raya sebelum masuk Islam. Kemajuan dakwah 
>Islam di bawah Rasulullah mendapat dukungan penuh dari Utsman, yang 
>menghibahkan begitu banyak hartanya untuk dakwah secara sukarela. Kalau 
>niatnya cuma menumpuk harta, ngapain juga dia repot-repot mengambil risiko 
>bergabung dengan Rasulullah? Jadi, kalau toh (anggap saja data Ibnu Saad 
>bednar), Utsman ketika meninggal punya simpanan uang banyak, tidak ada 
>yang aneh, wong dia memang sejak dulu sudah kaya raya kok!
>
>=
>Tulisan Goenawan Mohamad:
>
>"Tak diketahui dengan pasti mengapa semua kekejian itu terjadi kepada
>seseorang yang oleh Nabi sendiri telah dijamin akan masuk surga. Fouda
>mengutip kitab al-Tabaqãt al-Kubrã karya sejarah Ibnu Sa’ad, yang
>menyebutkan satu data yang menarik: khalif itu agaknya bukan seorang yang
>bebas dari keserakahan. Tatkala Usman terbunuh, dalam brankasnya terdapat
>30.500.000 dirham dan 100.000 dinar."
>
>
>Satrio Arismunandar
>Producer "SISI LAIN" (tayang Senin-Jumat, pukul 13.30-14.00 WIB) -
>News Division, Trans TV, Lantai 3
>Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790
>Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4023,  Fax: 79184558, 79184627
>
>http://satrioarismunandar6.blogspot.com
>http://satrioarismunandar.multiply.com
>
>"Ungkapkanlah kebenaran itu, meskipun pahit" (Hadist Nabi)
>
>
>
>- Original Message 
>From: Nugroho Dewanto <[EMAIL PROTECTED]>
>To: ppiindia@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]
>Sent: Tuesday, March 4, 2008 3:44:05 PM
>Subject: [ppiindia] Caping GM: Fouda
>
>
>Fouda
>
>Pada tanggal 8 Juni 1992, mereka bunuh Farag Fouda di Madinat al-Nasr,
>Kairo. Dua orang bertopeng menyerangnya. Fouda tewas tertembak, anaknya
>luka-luka parah. Kelompok Jamaah Islamiyah mengatakan: “Ya, kami membunuhnya.”
>
>Bagi kelompok itu, tak ada dosa bila Fouda dibinasakan. Bukankah lima hari
>sebelum itu sekelompok ulama dari Universitas al-Azhar memaklumkan bahwa
>cendekiawan ini telah menghujat agama, dan sebab itu boleh dibunuh? Seorang
>ulama, Muhammad al-Ghazali, membela para algojo: tindakan mereka adalah
>pelaksanaan hukuman yang tepat bagi seorang yang murtad.
>
>Tapi tak seorang pun tahu sebenarnya, benarkah Fouda, yang tewas pada umur
>46, orang yang murtad. Terutama jika kita baca buku yang baru-baru ini
>diterbitkan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, Kebenaran Yang
>Hilang, yang juga memuat kata pengantar Samsu Rizal Panggabean.
>
>Lima bulan sebelum ia dibunuh, Fouda ikut dalam perdebatan di Pameran
>Buku Kairo. Dalam acara yang konon diikuti 30.000 orang itu ia menghadapi
>ulama macam Muhammad al-Ghazali. Perdebatan berkisar pada masalah hubungan
>antara agama dan politik, negara dan agama, penerapan syariat Islam dan
>lembaga khilafah.
>
>Pendirian Fouda dikemukakan dengan gamblang dalam serangkaian bab al-Haqiah
>al-Ghaybah-nya yang diterjemahkan oleh Novriantoni. Ia memang bisa
>mengguncang sendi-sendi pemikiran kaum “Islamis”: mereka yang ingin
>menegakkan “negara Islam” berdasarkan ingatan tentang dunia Arab di abad
>ke-7 ketika para sahabat Nabi memimpin umat.
>
>Bila kaum “Islamis” menggambarkan periode salaf itu sebagai zaman keemasan
>yang patut dirindukan, Fouda tidak. Baginya, sebagaimana ditulis Samsu
>Rizal Panggabean, periode itu “zaman biasa”.
>
>Bahkan sebenarnya “tidak banyak yang gemilang dari masa itu”, demikian
>kesimpulan Samsu Rizal Panggabean. “Malah, ada banyak jejak memalukan.”
>
>Contoh yang paling tajam yang dikemukakan Fouda ialah saat kejatuhan Usman
>bin Affan, khalifah ke-3. Sahabat Rasul yang diangkat ke kedudukan pemimpin
>umat pada tahun 644 itu--melalui sebuah musyawarah terbatas antara lima
>orang--berakhir kekuasaannya 12 tahun kemudian. Ia dibunuh. Para
>pembunuhnya bukan orang Majusi, bu