[Pramuka] [tanggapan] gugus depan teritorial

2007-11-20 Terurut Topik megi primagara
menurut saya, gudep sekolah baiknya direvisi ulang deh. sudah terbukti guru 
jadi pembina hasilnya sebuah gudep malah vakum. wrong person in the wrong 
place! kamabigus hanyalah sebuah jabatan yang ternyata tidak berpengaruh sama 
sekali bagi perkembangan gudep. 
membentuk gudep teritorial saya rasa perlu juga dibarengi revisi birokrat dalam 
jajaran kwartir. karena percuma kak! di bawah mulai berubah tapi bagian atas 
gak berubah. 

okelah kita fokus ke gudep aja dulu diskusinya

sebaiknya gudep2 sekolah bergabung saja karena bertahan di pangkalan masing2 
pun percuma hanya punya segelintir anggota. ini tidak mudah kak karena masalah 
birokrasi, egoistik, dll. perlu ada inisiatif entah pengurus atau pembina 
mengajak bergabung. saya pernah mencoba mengajak tapi begitu hasilnya... 
kepentingan gudep lebih diutamain. 

saya rasa kita bisa memulai dengan melakukan pelantikan gabungan. jangan lagi 
deh acara gudep per gudep jalan masing-masing. 
kwarran harusnya bisa mengakomodir hal ini. masukan dalam rencana tahunan baik 
untuk kwarran atau DKR. hidupkan kembali jambore ranting  jambore cabang. tapi 
lakukan demi menyatukan kembali gudep bukan tujuan lain !

terima kasih




  
 
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 
http://id.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Pramuka] Re: Gudep Teritorial: Siapkah Kwartir ?

2007-11-20 Terurut Topik untung widyanto
Salam pramuka 

Menarik analisis yang diungkapkan Kak Hendro. Di luar
kota besar, memang kondisinya seperti itu. Namun di
kota metropolitan, jumlah Gudep yang berpangkalan di
sekolah sudah merosot. Dan tidak banyak sekolah  yang
mewajibkan siswanya menjadi anggota pramuka. [di Koran
Tempo, 5 tahun lalu, saya sudah menulis mengenai tutup
warungnya sejumlah Gudep di SMA dan SMP di Jakarta].  


Jadi faktor sekolah tidak menjadi variabel utama
kurang munculnya Gudep teritorial di kota
metropolitan. Variabel paling penting justru tidak
aktifnya Kwartir Cabang mempromosikan dan membentuk
Gudep teritorial. Mungkin karena kekurangan pembina,
tidak ada dana, tidak mau berkeringat, asyik dengan
status quo, dll. 

Padahal potensi berdirinya Gudep teritorial di
pemukiman baru, yang berada di kota-kota metropolitan
sangat besar.  Mulai muncul keresahan di kalangan
orang tua dari kelas menengah dan atas (yg tinggal di
pemukiman tsb) terhadap pendidikan dan pergaulan
anak-anaknya. Mall, PlayStation dan gaya hidup serta
asesori urban menarik minat anak-anak dan remaja. 

Nah ... apakah Kwarcab siap mewadahi dan memfasilitasi
anak-anak/remaja dari kalangan kelas menengah
tersebut?   Kasus Gudep Al-Mukhlishun di perumahan
Griya Depok Asri bisa menjadi contoh. Setelah saya
menulis Gudep ini di Majalah Tempo [lihat juga di
http://www.pramuka.or.id] banyak telepon  dari
pembaca. Mereka menanyakan Gudep tersebut dan alamat
Kak Lita. Beberapa hari kemudian, harian Republika
menulis Gudep tersebut, satu halaman. 

Teman-teman saya dan para penelpon itu baru ngehh
bahwa mulai ada pramuka di perumahan (mewah lagi).
Selama ini dalam bayangan mereka pramuka itu di
sekolah. Teman saya di Bekasi mau mendaftarkan anaknya
(SD kelas 5) menjadi anggota pramuka. Namun dia tidak
ingin anaknya masuk Gudep sekolah yang ada di Bekasi.
Saya bingung menjawabnya. 

Kak Lita dan orang tua di perumahan Griya Depok Asri,
patut diacungi jempol. Beliau maju terus meskipun  
Kwarcab Depok tidak memberi dukungan. Saya yakin
banyak orang tua lainnya yang merindukan anaknya
mengikuti  aktivitas yang positif pada Sabtu-Minggu,
ketimbang harus ke mall. 

Andaikata Kwarcab Depok, Bekasi, Tangerang aktif
menggarap kompleks perumahan yang dihuni orang tua
muda usia, wah bakal menarik. Saya bayangkan Gudep
sekolah di wilayah tersebut bakal kempes dengan
sendirinya. [juga Kwarcab di kota-kota satelit
Bandung, Semarang,  Yogyakarta, Surabaya, Medan,
Makassar, dll]. 
  
Tapi saya ragu ... apakah Kwarcab siap ? Maklum, latar
belakang pengurus plus pelatihnya kebanyakan pegawai
negeri sipil (guru, pejabat dan pensiunan), hanya
sedikit yang kalangan profesional. [jangan salahkan
jika kesan di masyarakat melihat organisasi ini
lambat, birokratis, ketinggalan zaman, kumuh, dll]  

Mudah-mudahan inisiatif Kak Lita dan kakak lainnya
yang juga mendirikan Gudep, mampu menggerakkan kita
[mantan dewan kerja, penegak dan pandega, dll]
mendirikan Gudep teritorial di wilayahnya.  Jika Gudep
ini semakin banyak dan orang tua dari kelas menengah
atas (para profesional) terlibat,  bakal menjadi
sumber daya manusia yang kuat bagi kwartir.   Bukankah
selama 20 tahun ini, SDM  kwartir ranting sampai
nasional, didominasi kalangan birokrat sehingga mereka
berlomba-lomba  menjadikan daerahnya sebagai
provinsi/kabupaten pramuka dan mengejar-ngejar dana
APBN/APBD.

Wassalam
- uwd - 




--- rimata66 [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Salam Pramuka,
 
 Di Rapat Kerja Daerah Jawa Barat, Kakwarnas hadir di
 malam pembukaan 
 tanggal 9 November 2007.
 
 Menarik betapa beliau mengharapkan revitalisasi bisa
 bunyi di 
 kwarcab-kwatcab sebagai ujung tombak organisasi dan
 tentunya nanti 
 di satuan terdepan, gugus depan.
 
 Yang menarik adalah pernyataan beliau,  Kita tahu
 bahwa banyak 
 permasalahan di gugusdepan di sekolah. Kita perlu
 untuk menggalakkan 
 gudep teritorial.
 
 Mungkin belum terbakar semangat karena kemarin
 (kemarin Jawa) baru 
 meresmikan gudep teritorial di perumahan AD.
 
 Tapi tahukah Kakwarnas persoalan mendasarnya ? 
 
 Bagaimana gudep teritorial bisa dibangun dan tumbuh
 bila pewajiban 
 siswa jadi Pramuka masih terus jadi kebijakan yang
 dilakukan di 
 kebanyakan sekolah terkecuali di kota-kota besar ?
 Deklarasi 
 Propinsi Pramuka, Kota Pramuka, bahkan kecamatan
 Pramuka segera 
 diikuti dengan gerakan pemakaian seragam Pramuka,
 yang TIDAK DIIKUTI 
 dengan kegiatan latihan dan pembinaan yang
 sungguh-sungguh di 
 sekolah-sekolah tempat gudep-gudep itu berpangkalan.
 
 Kalau siswa dipaksa pakai seragam Pramuka, dipaksa
 latihan, maka 
 gudep teritorial tidak akan pernah punya anggota
 untuk dibina 
 padahal gudep teritorial selama puluhan tahun justru
 punya sejarah 
 keberhasilan membina anggotanya, sebelum dipaksa
 gulung tikar.
 
 Saya heran kapan kita bisa sadar dan berhenti
 bergerak dengan angka-
 angka dan masalisasi yang tidak pernah berhasil
 menanamkan nilai-
 nilai kepanduan/kepramukaan di generasi muda kita.
 
 Gerakan kita harus tumbuh dan berakar. 

Bls: [Pramuka] Re: Gudep Teritorial: Siapkah Kwartir ?

2007-11-20 Terurut Topik kelapa bertunas
Salam Hangat!
Saya bersama tim Tunas kelapa's Lounge bermaksud
mengundang kakak untuk ikut berpartisipasi dalam uji
coba Forum Tunas kelapa's Lounge di alamat: http://pramuka.forumotion.com/
masa
uji coba rencananya akan berlangsung sampai dengan akhir Desember 2007.
Forum ini belum disosialisasikan secara meluas berhubung masih dalam
tahap uji coba. Besar harapan kami agar Kakak dapat
turut berbagi mengenai Gudep teritorial atau apapun mengenai dunia kepramukaan 
dalam Forum ini.

Wassalam!
Rangga.

- Pesan Asli 
Dari: untung widyanto [EMAIL PROTECTED]
Kepada: pramuka@yahoogroups.com
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Terkirim: Selasa, 20 November, 2007 5:45:20
Topik: [Pramuka] Re:  Gudep Teritorial:  Siapkah Kwartir ?









  



Salam pramuka 



Menarik analisis yang diungkapkan Kak Hendro. Di luar

kota besar, memang kondisinya seperti itu. Namun di

kota metropolitan, jumlah Gudep yang berpangkalan di

sekolah sudah merosot. Dan tidak banyak sekolah  yang

mewajibkan siswanya menjadi anggota pramuka. [di Koran

Tempo, 5 tahun lalu, saya sudah menulis mengenai tutup

warungnya sejumlah Gudep di SMA dan SMP di Jakarta].  



Jadi faktor sekolah tidak menjadi variabel utama

kurang munculnya Gudep teritorial di kota

metropolitan. Variabel paling penting justru tidak

aktifnya Kwartir Cabang mempromosikan dan membentuk

Gudep teritorial. Mungkin karena kekurangan pembina,

tidak ada dana, tidak mau berkeringat, asyik dengan

status quo, dll. 



Padahal potensi berdirinya Gudep teritorial di

pemukiman baru, yang berada di kota-kota metropolitan

sangat besar.  Mulai muncul keresahan di kalangan

orang tua dari kelas menengah dan atas (yg tinggal di

pemukiman tsb) terhadap pendidikan dan pergaulan

anak-anaknya. Mall, PlayStation dan gaya hidup serta

asesori urban menarik minat anak-anak dan remaja. 



Nah ... apakah Kwarcab siap mewadahi dan memfasilitasi

anak-anak/remaja dari kalangan kelas menengah

tersebut?   Kasus Gudep Al-Mukhlishun di perumahan

Griya Depok Asri bisa menjadi contoh. Setelah saya

menulis Gudep ini di Majalah Tempo [lihat juga di

http://www..pramuka. or.id] banyak telepon  dari

pembaca. Mereka menanyakan Gudep tersebut dan alamat

Kak Lita. Beberapa hari kemudian, harian Republika

menulis Gudep tersebut, satu halaman. 



Teman-teman saya dan para penelpon itu baru ngehh

bahwa mulai ada pramuka di perumahan (mewah lagi).

Selama ini dalam bayangan mereka pramuka itu di

sekolah. Teman saya di Bekasi mau mendaftarkan anaknya

(SD kelas 5) menjadi anggota pramuka. Namun dia tidak

ingin anaknya masuk Gudep sekolah yang ada di Bekasi.

Saya bingung menjawabnya. 



Kak Lita dan orang tua di perumahan Griya Depok Asri,

patut diacungi jempol. Beliau maju terus meskipun  

Kwarcab Depok tidak memberi dukungan. Saya yakin

banyak orang tua lainnya yang merindukan anaknya

mengikuti  aktivitas yang positif pada Sabtu-Minggu,

ketimbang harus ke mall. 



Andaikata Kwarcab Depok, Bekasi, Tangerang aktif

menggarap kompleks perumahan yang dihuni orang tua

muda usia, wah bakal menarik. Saya bayangkan Gudep

sekolah di wilayah tersebut bakal kempes dengan

sendirinya. [juga Kwarcab di kota-kota satelit

Bandung, Semarang,  Yogyakarta, Surabaya, Medan,

Makassar, dll]. 

  

Tapi saya ragu ... apakah Kwarcab siap ? Maklum, latar

belakang pengurus plus pelatihnya kebanyakan pegawai

negeri sipil (guru, pejabat dan pensiunan), hanya

sedikit yang kalangan profesional. [jangan salahkan

jika kesan di masyarakat melihat organisasi ini

lambat, birokratis, ketinggalan zaman, kumuh, dll]  



Mudah-mudahan inisiatif Kak Lita dan kakak lainnya

yang juga mendirikan Gudep, mampu menggerakkan kita

[mantan dewan kerja, penegak dan pandega, dll]

mendirikan Gudep teritorial di wilayahnya.  Jika Gudep

ini semakin banyak dan orang tua dari kelas menengah

atas (para profesional) terlibat,  bakal menjadi

sumber daya manusia yang kuat bagi kwartir.   Bukankah

selama 20 tahun ini, SDM  kwartir ranting sampai

nasional, didominasi kalangan birokrat sehingga mereka

berlomba-lomba  menjadikan daerahnya sebagai

provinsi/kabupaten pramuka dan mengejar-ngejar dana

APBN/APBD.



Wassalam

- uwd - 













!--

#ygrp-mkp{
border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px 0px;padding:0px 14px;}
#ygrp-mkp hr{
border:1px solid #d8d8d8;}
#ygrp-mkp #hd{
color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px 0px;}
#ygrp-mkp #ads{
margin-bottom:10px;}
#ygrp-mkp .ad{
padding:0 0;}
#ygrp-mkp .ad a{
color:#ff;text-decoration:none;}
--



!--

#ygrp-sponsor #ygrp-lc{
font-family:Arial;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{
margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{
margin-bottom:10px;padding:0 0;}
--



!--

#ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;}
#ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
#ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, 

[Pramuka] Tanggapan gugus depan teritorial

2007-11-20 Terurut Topik Ghulam Manar
Setuju Kak Megi,
  Kasihan temen-teman yang nggak sekolah tapi masih punya minat yang besar 
untuk mengembangkan minat, bakat dan ketrampilannya melalui Gerakan Pramuka.
  Saya kadang nanya sama Kakak-kakak di kwartir ... kalo teman-teman yang nggak 
sekolah mau ikut Pramuka trus gimana? Nggak ada jawaban deh ...
  Memang kalo kita mau bikin gudep ter kendalanya banyak ... istri saya dulu 
dari gudep teritorial di Ungaran ... sekarang hidup segan mati tak mau  
yang nggak punya tempat latihan dan sanggar lah, minat teman-teman kepada 
Pramuka menurun ... belum masalah kerelaan Pembina ... apalagi kalo sampe ke 
faktor yang namanya ya dana ... karena betul-betul sukarela dan swadaya ... 
beda dengan sekolah yang bisa memungut iuran yang katakanlah wajib ...
  Saya salut kepada Kak Lita Uditomo yang akhirnya berhasil mewujudkannya di 
lingkungan tempat tinggalnya ... relatif lebih mudah dan bisa jadi rintisan 
untuk dikembangkan ke lingkungan yang lebih luas. Ini bisa menjadi model loh ...
  Saya kadang suudzon, maaf ya  kita punya Kakak Pembina dan Pelatih banyak 
... bahkan ada yang sampai ikut training course di luar negeri ... tapi kok 
pulang nggak ada yang berhasrat mengembangkan gudep teritorial yah? Ada apa? 
  Bagi saya sekarang mungkin ada 2 solusi ... berdoa dan berusaha agar bisa 
seperti Kak Lita, atau kalo sudah berada di gudep sekolah/universitas ... 
cobalah sedikit membuka perspektif dengan menjadikannya gudep lengkap-terbuka, 
toh itu juga bagian dari pengabdian kepada masyarakat toh ... sehingga tidak 
akan ada lagi anak yang tidak bisa ikut kegiatan Pramuka gara-gara tidak 
sekolah.
   
  Semoga bermanfaat.
  Wassalam,
   
  Ghulam 

megi primagara [EMAIL PROTECTED] wrote:
  menurut saya, gudep sekolah baiknya direvisi ulang deh. sudah 
terbukti guru jadi pembina hasilnya sebuah gudep malah vakum. wrong person in 
the wrong place! kamabigus hanyalah sebuah jabatan yang ternyata tidak 
berpengaruh sama sekali bagi perkembangan gudep. 
membentuk gudep teritorial saya rasa perlu juga dibarengi revisi birokrat dalam 
jajaran kwartir. karena percuma kak! di bawah mulai berubah tapi bagian atas 
gak berubah. 

okelah kita fokus ke gudep aja dulu diskusinya

sebaiknya gudep2 sekolah bergabung saja karena bertahan di pangkalan masing2 
pun percuma hanya punya segelintir anggota. ini tidak mudah kak karena masalah 
birokrasi, egoistik, dll. perlu ada inisiatif entah pengurus atau pembina 
mengajak bergabung. saya pernah mencoba mengajak tapi begitu hasilnya... 
kepentingan gudep lebih diutamain. 

saya rasa kita bisa memulai dengan melakukan pelantikan gabungan. jangan lagi 
deh acara gudep per gudep jalan masing-masing. 
kwarran harusnya bisa mengakomodir hal ini. masukan dalam rencana tahunan baik 
untuk kwarran atau DKR. hidupkan kembali jambore ranting  jambore cabang. tapi 
lakukan demi menyatukan kembali gudep bukan tujuan lain !

terima kasih

 
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 
http://id.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



 

   
-
Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

[Non-text portions of this message have been removed]