[Pramuka] [tanggapan] gugus depan teritorial
menurut saya, gudep sekolah baiknya direvisi ulang deh. sudah terbukti guru jadi pembina hasilnya sebuah gudep malah vakum. wrong person in the wrong place! kamabigus hanyalah sebuah jabatan yang ternyata tidak berpengaruh sama sekali bagi perkembangan gudep. membentuk gudep teritorial saya rasa perlu juga dibarengi revisi birokrat dalam jajaran kwartir. karena percuma kak! di bawah mulai berubah tapi bagian atas gak berubah. okelah kita fokus ke gudep aja dulu diskusinya sebaiknya gudep2 sekolah bergabung saja karena bertahan di pangkalan masing2 pun percuma hanya punya segelintir anggota. ini tidak mudah kak karena masalah birokrasi, egoistik, dll. perlu ada inisiatif entah pengurus atau pembina mengajak bergabung. saya pernah mencoba mengajak tapi begitu hasilnya... kepentingan gudep lebih diutamain. saya rasa kita bisa memulai dengan melakukan pelantikan gabungan. jangan lagi deh acara gudep per gudep jalan masing-masing. kwarran harusnya bisa mengakomodir hal ini. masukan dalam rencana tahunan baik untuk kwarran atau DKR. hidupkan kembali jambore ranting jambore cabang. tapi lakukan demi menyatukan kembali gudep bukan tujuan lain ! terima kasih Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! http://id.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Pramuka] Re: Gudep Teritorial: Siapkah Kwartir ?
Salam pramuka Menarik analisis yang diungkapkan Kak Hendro. Di luar kota besar, memang kondisinya seperti itu. Namun di kota metropolitan, jumlah Gudep yang berpangkalan di sekolah sudah merosot. Dan tidak banyak sekolah yang mewajibkan siswanya menjadi anggota pramuka. [di Koran Tempo, 5 tahun lalu, saya sudah menulis mengenai tutup warungnya sejumlah Gudep di SMA dan SMP di Jakarta]. Jadi faktor sekolah tidak menjadi variabel utama kurang munculnya Gudep teritorial di kota metropolitan. Variabel paling penting justru tidak aktifnya Kwartir Cabang mempromosikan dan membentuk Gudep teritorial. Mungkin karena kekurangan pembina, tidak ada dana, tidak mau berkeringat, asyik dengan status quo, dll. Padahal potensi berdirinya Gudep teritorial di pemukiman baru, yang berada di kota-kota metropolitan sangat besar. Mulai muncul keresahan di kalangan orang tua dari kelas menengah dan atas (yg tinggal di pemukiman tsb) terhadap pendidikan dan pergaulan anak-anaknya. Mall, PlayStation dan gaya hidup serta asesori urban menarik minat anak-anak dan remaja. Nah ... apakah Kwarcab siap mewadahi dan memfasilitasi anak-anak/remaja dari kalangan kelas menengah tersebut? Kasus Gudep Al-Mukhlishun di perumahan Griya Depok Asri bisa menjadi contoh. Setelah saya menulis Gudep ini di Majalah Tempo [lihat juga di http://www.pramuka.or.id] banyak telepon dari pembaca. Mereka menanyakan Gudep tersebut dan alamat Kak Lita. Beberapa hari kemudian, harian Republika menulis Gudep tersebut, satu halaman. Teman-teman saya dan para penelpon itu baru ngehh bahwa mulai ada pramuka di perumahan (mewah lagi). Selama ini dalam bayangan mereka pramuka itu di sekolah. Teman saya di Bekasi mau mendaftarkan anaknya (SD kelas 5) menjadi anggota pramuka. Namun dia tidak ingin anaknya masuk Gudep sekolah yang ada di Bekasi. Saya bingung menjawabnya. Kak Lita dan orang tua di perumahan Griya Depok Asri, patut diacungi jempol. Beliau maju terus meskipun Kwarcab Depok tidak memberi dukungan. Saya yakin banyak orang tua lainnya yang merindukan anaknya mengikuti aktivitas yang positif pada Sabtu-Minggu, ketimbang harus ke mall. Andaikata Kwarcab Depok, Bekasi, Tangerang aktif menggarap kompleks perumahan yang dihuni orang tua muda usia, wah bakal menarik. Saya bayangkan Gudep sekolah di wilayah tersebut bakal kempes dengan sendirinya. [juga Kwarcab di kota-kota satelit Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dll]. Tapi saya ragu ... apakah Kwarcab siap ? Maklum, latar belakang pengurus plus pelatihnya kebanyakan pegawai negeri sipil (guru, pejabat dan pensiunan), hanya sedikit yang kalangan profesional. [jangan salahkan jika kesan di masyarakat melihat organisasi ini lambat, birokratis, ketinggalan zaman, kumuh, dll] Mudah-mudahan inisiatif Kak Lita dan kakak lainnya yang juga mendirikan Gudep, mampu menggerakkan kita [mantan dewan kerja, penegak dan pandega, dll] mendirikan Gudep teritorial di wilayahnya. Jika Gudep ini semakin banyak dan orang tua dari kelas menengah atas (para profesional) terlibat, bakal menjadi sumber daya manusia yang kuat bagi kwartir. Bukankah selama 20 tahun ini, SDM kwartir ranting sampai nasional, didominasi kalangan birokrat sehingga mereka berlomba-lomba menjadikan daerahnya sebagai provinsi/kabupaten pramuka dan mengejar-ngejar dana APBN/APBD. Wassalam - uwd - --- rimata66 [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam Pramuka, Di Rapat Kerja Daerah Jawa Barat, Kakwarnas hadir di malam pembukaan tanggal 9 November 2007. Menarik betapa beliau mengharapkan revitalisasi bisa bunyi di kwarcab-kwatcab sebagai ujung tombak organisasi dan tentunya nanti di satuan terdepan, gugus depan. Yang menarik adalah pernyataan beliau, Kita tahu bahwa banyak permasalahan di gugusdepan di sekolah. Kita perlu untuk menggalakkan gudep teritorial. Mungkin belum terbakar semangat karena kemarin (kemarin Jawa) baru meresmikan gudep teritorial di perumahan AD. Tapi tahukah Kakwarnas persoalan mendasarnya ? Bagaimana gudep teritorial bisa dibangun dan tumbuh bila pewajiban siswa jadi Pramuka masih terus jadi kebijakan yang dilakukan di kebanyakan sekolah terkecuali di kota-kota besar ? Deklarasi Propinsi Pramuka, Kota Pramuka, bahkan kecamatan Pramuka segera diikuti dengan gerakan pemakaian seragam Pramuka, yang TIDAK DIIKUTI dengan kegiatan latihan dan pembinaan yang sungguh-sungguh di sekolah-sekolah tempat gudep-gudep itu berpangkalan. Kalau siswa dipaksa pakai seragam Pramuka, dipaksa latihan, maka gudep teritorial tidak akan pernah punya anggota untuk dibina padahal gudep teritorial selama puluhan tahun justru punya sejarah keberhasilan membina anggotanya, sebelum dipaksa gulung tikar. Saya heran kapan kita bisa sadar dan berhenti bergerak dengan angka- angka dan masalisasi yang tidak pernah berhasil menanamkan nilai- nilai kepanduan/kepramukaan di generasi muda kita. Gerakan kita harus tumbuh dan berakar.
Bls: [Pramuka] Re: Gudep Teritorial: Siapkah Kwartir ?
Salam Hangat! Saya bersama tim Tunas kelapa's Lounge bermaksud mengundang kakak untuk ikut berpartisipasi dalam uji coba Forum Tunas kelapa's Lounge di alamat: http://pramuka.forumotion.com/ masa uji coba rencananya akan berlangsung sampai dengan akhir Desember 2007. Forum ini belum disosialisasikan secara meluas berhubung masih dalam tahap uji coba. Besar harapan kami agar Kakak dapat turut berbagi mengenai Gudep teritorial atau apapun mengenai dunia kepramukaan dalam Forum ini. Wassalam! Rangga. - Pesan Asli Dari: untung widyanto [EMAIL PROTECTED] Kepada: pramuka@yahoogroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] Terkirim: Selasa, 20 November, 2007 5:45:20 Topik: [Pramuka] Re: Gudep Teritorial: Siapkah Kwartir ? Salam pramuka Menarik analisis yang diungkapkan Kak Hendro. Di luar kota besar, memang kondisinya seperti itu. Namun di kota metropolitan, jumlah Gudep yang berpangkalan di sekolah sudah merosot. Dan tidak banyak sekolah yang mewajibkan siswanya menjadi anggota pramuka. [di Koran Tempo, 5 tahun lalu, saya sudah menulis mengenai tutup warungnya sejumlah Gudep di SMA dan SMP di Jakarta]. Jadi faktor sekolah tidak menjadi variabel utama kurang munculnya Gudep teritorial di kota metropolitan. Variabel paling penting justru tidak aktifnya Kwartir Cabang mempromosikan dan membentuk Gudep teritorial. Mungkin karena kekurangan pembina, tidak ada dana, tidak mau berkeringat, asyik dengan status quo, dll. Padahal potensi berdirinya Gudep teritorial di pemukiman baru, yang berada di kota-kota metropolitan sangat besar. Mulai muncul keresahan di kalangan orang tua dari kelas menengah dan atas (yg tinggal di pemukiman tsb) terhadap pendidikan dan pergaulan anak-anaknya. Mall, PlayStation dan gaya hidup serta asesori urban menarik minat anak-anak dan remaja. Nah ... apakah Kwarcab siap mewadahi dan memfasilitasi anak-anak/remaja dari kalangan kelas menengah tersebut? Kasus Gudep Al-Mukhlishun di perumahan Griya Depok Asri bisa menjadi contoh. Setelah saya menulis Gudep ini di Majalah Tempo [lihat juga di http://www..pramuka. or.id] banyak telepon dari pembaca. Mereka menanyakan Gudep tersebut dan alamat Kak Lita. Beberapa hari kemudian, harian Republika menulis Gudep tersebut, satu halaman. Teman-teman saya dan para penelpon itu baru ngehh bahwa mulai ada pramuka di perumahan (mewah lagi). Selama ini dalam bayangan mereka pramuka itu di sekolah. Teman saya di Bekasi mau mendaftarkan anaknya (SD kelas 5) menjadi anggota pramuka. Namun dia tidak ingin anaknya masuk Gudep sekolah yang ada di Bekasi. Saya bingung menjawabnya. Kak Lita dan orang tua di perumahan Griya Depok Asri, patut diacungi jempol. Beliau maju terus meskipun Kwarcab Depok tidak memberi dukungan. Saya yakin banyak orang tua lainnya yang merindukan anaknya mengikuti aktivitas yang positif pada Sabtu-Minggu, ketimbang harus ke mall. Andaikata Kwarcab Depok, Bekasi, Tangerang aktif menggarap kompleks perumahan yang dihuni orang tua muda usia, wah bakal menarik. Saya bayangkan Gudep sekolah di wilayah tersebut bakal kempes dengan sendirinya. [juga Kwarcab di kota-kota satelit Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dll]. Tapi saya ragu ... apakah Kwarcab siap ? Maklum, latar belakang pengurus plus pelatihnya kebanyakan pegawai negeri sipil (guru, pejabat dan pensiunan), hanya sedikit yang kalangan profesional. [jangan salahkan jika kesan di masyarakat melihat organisasi ini lambat, birokratis, ketinggalan zaman, kumuh, dll] Mudah-mudahan inisiatif Kak Lita dan kakak lainnya yang juga mendirikan Gudep, mampu menggerakkan kita [mantan dewan kerja, penegak dan pandega, dll] mendirikan Gudep teritorial di wilayahnya. Jika Gudep ini semakin banyak dan orang tua dari kelas menengah atas (para profesional) terlibat, bakal menjadi sumber daya manusia yang kuat bagi kwartir. Bukankah selama 20 tahun ini, SDM kwartir ranting sampai nasional, didominasi kalangan birokrat sehingga mereka berlomba-lomba menjadikan daerahnya sebagai provinsi/kabupaten pramuka dan mengejar-ngejar dana APBN/APBD. Wassalam - uwd - !-- #ygrp-mkp{ border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px 0px;padding:0px 14px;} #ygrp-mkp hr{ border:1px solid #d8d8d8;} #ygrp-mkp #hd{ color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px 0px;} #ygrp-mkp #ads{ margin-bottom:10px;} #ygrp-mkp .ad{ padding:0 0;} #ygrp-mkp .ad a{ color:#ff;text-decoration:none;} -- !-- #ygrp-sponsor #ygrp-lc{ font-family:Arial;} #ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{ margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;} #ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{ margin-bottom:10px;padding:0 0;} -- !-- #ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;} #ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;} #ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean,
[Pramuka] Tanggapan gugus depan teritorial
Setuju Kak Megi, Kasihan temen-teman yang nggak sekolah tapi masih punya minat yang besar untuk mengembangkan minat, bakat dan ketrampilannya melalui Gerakan Pramuka. Saya kadang nanya sama Kakak-kakak di kwartir ... kalo teman-teman yang nggak sekolah mau ikut Pramuka trus gimana? Nggak ada jawaban deh ... Memang kalo kita mau bikin gudep ter kendalanya banyak ... istri saya dulu dari gudep teritorial di Ungaran ... sekarang hidup segan mati tak mau yang nggak punya tempat latihan dan sanggar lah, minat teman-teman kepada Pramuka menurun ... belum masalah kerelaan Pembina ... apalagi kalo sampe ke faktor yang namanya ya dana ... karena betul-betul sukarela dan swadaya ... beda dengan sekolah yang bisa memungut iuran yang katakanlah wajib ... Saya salut kepada Kak Lita Uditomo yang akhirnya berhasil mewujudkannya di lingkungan tempat tinggalnya ... relatif lebih mudah dan bisa jadi rintisan untuk dikembangkan ke lingkungan yang lebih luas. Ini bisa menjadi model loh ... Saya kadang suudzon, maaf ya kita punya Kakak Pembina dan Pelatih banyak ... bahkan ada yang sampai ikut training course di luar negeri ... tapi kok pulang nggak ada yang berhasrat mengembangkan gudep teritorial yah? Ada apa? Bagi saya sekarang mungkin ada 2 solusi ... berdoa dan berusaha agar bisa seperti Kak Lita, atau kalo sudah berada di gudep sekolah/universitas ... cobalah sedikit membuka perspektif dengan menjadikannya gudep lengkap-terbuka, toh itu juga bagian dari pengabdian kepada masyarakat toh ... sehingga tidak akan ada lagi anak yang tidak bisa ikut kegiatan Pramuka gara-gara tidak sekolah. Semoga bermanfaat. Wassalam, Ghulam megi primagara [EMAIL PROTECTED] wrote: menurut saya, gudep sekolah baiknya direvisi ulang deh. sudah terbukti guru jadi pembina hasilnya sebuah gudep malah vakum. wrong person in the wrong place! kamabigus hanyalah sebuah jabatan yang ternyata tidak berpengaruh sama sekali bagi perkembangan gudep. membentuk gudep teritorial saya rasa perlu juga dibarengi revisi birokrat dalam jajaran kwartir. karena percuma kak! di bawah mulai berubah tapi bagian atas gak berubah. okelah kita fokus ke gudep aja dulu diskusinya sebaiknya gudep2 sekolah bergabung saja karena bertahan di pangkalan masing2 pun percuma hanya punya segelintir anggota. ini tidak mudah kak karena masalah birokrasi, egoistik, dll. perlu ada inisiatif entah pengurus atau pembina mengajak bergabung. saya pernah mencoba mengajak tapi begitu hasilnya... kepentingan gudep lebih diutamain. saya rasa kita bisa memulai dengan melakukan pelantikan gabungan. jangan lagi deh acara gudep per gudep jalan masing-masing. kwarran harusnya bisa mengakomodir hal ini. masukan dalam rencana tahunan baik untuk kwarran atau DKR. hidupkan kembali jambore ranting jambore cabang. tapi lakukan demi menyatukan kembali gudep bukan tujuan lain ! terima kasih Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! http://id.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed] - Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how. [Non-text portions of this message have been removed]