[proletar] ImPiAn

2012-04-28 Terurut Topik cha6966
Robby yang duduk di bangku SMU mendapat tugas dari gurunya untuk membuat 
karangan mengenai cita²nya. 

Dia pun menulis karangan setebal tujuh halaman dimana dia memiliki suatu 
peternakan secara terperinci dan ia bahkan menggambarkan sketsa tentang 
peternakan seluas dua ratus hektar, yg memperlihatkan lokasi seluruh bangunan, 
kandang  jalur pacuan. Ada rumah seluas enam ribu meter persegi. 
Pada keesokan harinya ia menyerahkan karangan itu kepada gurunya. Dua hari 
kemudian ia menerima tulisannya kembali.

Di halaman depan tertera huruf F besar dengan catatan ‘Temui aku seusai jam 
sekolah’

Guru itu berkata, “Ini adalah impian yg tdk realistis. Kamu tdk punya uang  
sumber daya. Peternakan kuda menuntut banyak uang. Kamu harus membeli tanah 
dll. Kamu sama sekali tak akan pernah dapat melakukannya. Perbaiki karanganmu.’

Anak laki-laki itu pulang  bertanya kpd bapaknya. Bapaknya berkata, ‘Bagaimana 
pun, ini adalah keputusan yg sangat penting bagimu.’

Akhirnya anak itu menyetorkan tulisan yg sama, tidak merubah sedikit pun.

Ia berkata, ‘Saya akan mempertahankan impian saya walau nilai sy F’.

Impian yg dinilai tdk realistis oleh guru tersebut ternyata bisa dicapai oleh 
Robby bbrp thn kemudian. 

Suatu waktu ternyata guru tersebut sempat membawa enam puluh orang anak 
berkemah di tanah peternakannya yang berdiri rumah seluas enam ribu mtr seperti 
yang dicita²kan Robby.

Jika anda mempunyai impian itu berarti Anda sudah menempuh langkah pertama yang 
dibutuhkan untuk sukses karena sangat tidak mungkin Anda bisa mewujudkan impian 
Anda jika Anda sendiri tidak mempunyai impian.
Kepercayaan ini sangat dibutuhkan karena kepercayaan yang kuat akan 
menggerakkan pikiran Anda untuk mencari jalan dan sarana serta cara untuk 
mewujudkan impian Anda.

PESAN MORAL
Kesuksesan dimulai ketika kita mulai menciptakan impian jauh ke depan. Dan saat 
kita berkomitmen untuk mencapai impian itu, maka selanjutnya impian itu yang 
akan menjadi magnet dan menarik kita ke sana. 

Selamat Pagi...

Ch@​​™
pin: 21EF6D92
Surabaya



Powered by Telkomsel BlackBerry®



Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage:  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
proletar-dig...@yahoogroups.com 
proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[proletar] Impian Parlemen Bikameral

2007-06-07 Terurut Topik Sunny
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/062007/07/0901.htm


Impian Parlemen Bikameral 
Oleh Dr. PANDJI SANTOSA, M.Si. 


IMPIAN Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai lembaga yang setara dengan DPR 
untuk melakukan kontrol, rupanya belum begitu dikenal di kancah politik 
Indonesia. Buktinya DPD selama ini hanya sebatas penonton saat politisi DPR 
mengambil sebuah keputusan politik seperti mengesahkan UU dan APBN. Padahal, 
DPD sebenarnya memiliki legitimasi sangat kuat. Ia tercantum dalam konstitusi 
dan mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. 

Namun, peran dan fungsi lembaga yang terbentuk pada 2004 itu dibatasi, baik 
oleh konstitusi maupun Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan 
Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Kewenangan DPD pada intinya mencakup 
pengajuan RUU kepada DPR, ikut dalam pembahasan RUU, dan turut mengawasi 
pelaksanaan undang-undang. 

Dari kewenangan, DPD terlihat dibangun hanya sekadar aksesori spirit 
reformasi.Ide pembentukan DPD sebenarnya terkait dengan upaya bagaimana 
mengubah sistem parlemen yang unikameral menjadi bikameral. Seperti patron 
parlemen di negara lain, sistem dua kamar membuat dua lembaga di legislatif itu 
bisa saling mengawasi. DPR mewakili suara rakyat dan DPD mempresentasikan 
kepentingan daerah dan masing-masing punya peran dan fungsi yang jelas dan 
tegas. 

Wajar, bila DPD berkeinginan mengamendemen untuk kelima kalinya Undang-Undang 
Dasar (UUD) 1945 karena selama ini dirasakan belum mempresentasikan konstituen 
yang menjadi amanahnya. Fokusnya tiada lain adalah memperkuat posisi DPD agar 
sistem bikameral di legislatif menjadi jelas. Yakni, DPR dan DPD punya peran 
yang sama-sama kuat. Tidak seperti sekarang, DPR amat superior, sementara DPD 
sebaliknya. Padahal parlemen itu bisa sehat, apabila memiliki dua mata untuk 
mengontrol dan saling mengingatkan (check and balance). Prinsipnya, dua mata 
lebih baik ketimbang satu mata (two eyes is better than one eye).

Konsep bikameral yang ideal, sebenarnya bisa belajar dari 62 negara yang 
sekarang menerapkan bikameral. Menurut studi Tsebelis dan Jeannette Money 
(1997) disimpulkan bahwa 99 persen negara federal menganut sistem bikameral, 
sedangkan 84 persen negara kesatuan menganut sistem unikameral. Konsep 
bikameral atau parlemen dua kamar di Indonesia saat ini belum mencapai standar 
ideal. Sistem bikameral yang dilakukan di Indonesia hanya ideal dalam tataran 
pemilihan.

Jika merujuk pada Staten General di Belanda atau Majelis Tinggi (House of 
Lords) di Britania Raya yang terdiri atas sejumlah anggota hereditary peers, 
sistem pemilihan mereka masih bernuansa feodal sebagai sisa-sisa dari tradisi 
kebangsawanan yang dulu mendominasi politik Britania Raya. Baru pada Majelis 
Rendah (House of Commons), anggotanya dipilih sepenuhnya. Malaysia, dewan 
negara yang terdiri atas 70 orang itu, 44 orang dipilih oleh DPRD, selebihnya 
diangkat raja di negara bagian masing-masing. 

Di Indonesia mekanisme pemilihan DPD lebih mirip Amerika Serikat yang dua 
calonnya dipilih langsung oleh masyarakat lokal di setiap provinsi atau negara 
bagian. Pola pemilihan DPD yang demokratis itu belum mampu mengoptimalkan 
fungsi dan peran DPD secara ideal. Seharusnya majelis tinggi atau yang 
setingkat dengan DPD memiliki otoritas politik yang kuat dalam proses pembuatan 
undang-undang (legislasi). 

Paling tidak ada dua mainstream gagasan mengenai penambahan otoritas DPD, 
yakni; pertama, perlunya menggunakan sistem bikameral murni yang kuat, dan 
semua bidang menjadi wilayah garapan DPD. Kedua, mengikuti koridor kewenangan 
yang ada laiknya otonomi, sumber daya daerah, agama, pendidikan, kesejahteraan 
sosial, dan lainnya. Artinya, DPD akan dikonsentrasikan pada wilayah tertentu, 
tapi harus terlibat di dalam semua konteks wilayah tersebut. 

Keberadaan DPD sejatinya merupakan perangkat kenegaraan yang menyeimbangkan 
peran dan fungsi DPR. Pilihan untuk menegaskan sistem parlemen dua kamar 
(bikameral) diasumsikan sebagai bagian dari pembenahan tata politik yang 
berpegang pada konsepsi sistem demokrasi, di mana perwakilan populasi lewat 
saluran partai politik, harus juga diikuti dengan perwakilan wilayah, yang 
proses dan pemilihannya sama dengan proses pemilihan perwakilan populasi. 
Substansi yang membedakannya hanyalah pada calon perseorangan dari perwakilan 
wilayah haruslah bukan anggota atau kader dari suatu partai politik, dengan 
terlebih dahulu mendapatkan dukungan dari populasi di wilayah tersebut yang 
diatur dalam UU No. 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPRD, dan DPD.

Oleh sebab itu, perbaikan sistem ketatanegaraan dalam hal ini komposisi 
keanggotaan di parlemen menjadi sesuatu yang bersifat urgen. Mengingat bahwa 
komposisi keanggotaan di parlemen setidaknya mewakili dua hal; pertama 
perwakilan populasi yang termanifestasi dalam calon-calon dari partai politik 
yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Kedua, perwakilan kewilayahan yang 
termanifestasi pada calon-calon 

[proletar] Impian Immanuel Kant makin terlaksana...?

2005-04-29 Terurut Topik Jusfiq Hadjar


Seakan-akan orang berlomba-lomba menyelesaikan perselisihan
secara damai... 

India Pakistan.. 

Israel Palestina 

Indonesia-Malaysia 

Perhatikan pula pendekatan Tiongkok - India dan kesediaan Jepang
minta maaf ke Tiongkok... 

Akankah perang Iraq merupakan perang terakhir di dunia ini
sehingga Perdamaian Abadi yang diimpikan Emmanuel Kant bisa
terlaksana? 

Ah, tapi orang Islam masih asyik berbunuhan diantara mereka... 

Di Darfur dan - sekarang - Iraq 

 
===
 
Rivals hold historic China talks 
China's Communist Party chief and Taiwan's opposition Nationalist 
leader have agreed at historic talks to work to reduce cross-strait 
tension. 
They made a commitment to promote the reaching of an agreement to 
end the hostile situation, a spokesman said. 

It was the first meeting between party leaders since the Nationalists 
lost the civil war and fled to Taiwan in 1949. 

Taiwan's government criticised the talks, saying they had done 
nothing to improve cross-strait relations. 

China's leader, Hu Jintao, said his meeting with Taiwan's Lien Chan 
had injected new vitality into cross-strait relations. 

But a statement from Taipei noted that Mr Lien had failed to persuade 
Beijing to recognise Taiwan's sovereignty, or to reduce the number of 
missiles pointing towards Taiwan from the mainland. 

We feel deeply disappointed that China had failed to show the 
slightest sincerity in improving relations with the Republic of China 
(Taiwan's official name), said Joseph Wu, chairman of the cabinet-
level Mainland Affairs Council. 

Mr Lien conceded that whether Taiwan acted on Friday's agreement 
depended on the island's government in Taipei. 

Taiwanese President Chen Shui-bian's ruling Democratic Progressive 
Party (DPP), which in the past has backed independence from China, 
has been uneasy about Mr Lien's visit from the start, and had warned 
him against signing any agreements with Beijing's leaders. 


 TAIWAN-CHINA RELATIONS 
Ruled by separate governments since end of Chinese civil war in 1949 
China considers the island part of its territory 
China has offered a one country, two systems solution, like Hong 
Kong 
Most people in Taiwan support status quo 
 

The Nationalist Party as an opposition party can only put it forward 
as a suggestion, Mr Lien said of the agreement he reached with Mr 
Hu. 

How to carry it out depends on what importance the government 
attaches to it, he was quoted as saying. 

China sees Taiwan as part of its territory and has threatened to use 
force if the island declared formal independence from Beijing, a 
position which leads to regular wars of words with the DPP. 

Historic handshake 

Lien Chan and Hu Jintao greeted each other warmly as they met in the 
Great Hall of the People in Beijing. 

Mr Hu described Mr Lien's trip as a great thing. 

This meeting today is a historic meeting between the leaders of our 
two parties, Mr Hu told his guest. 


Although differences between our two parties remain, as long as both 
sides can place importance on the interests of the Chinese nation... 
we will be able to overcome differences and create a bright future. 

Mr Lien said he hoped the two sides could seize the opportunity to 
bring about a better future. 

We cannot change the past, but we can grasp the opportunities of the 
future... We need reconciliation and dialogue. 

After a private meeting, the two sides issued a joint statement, 
saying they were committed to seeking the peace and stability of 
Taiwan, pushing forward the development of cross-strait relations and 
safeguarding the interests of the compatriots on both sides of the 
strait. 

Both sides repeated their previously stated positions opposing 
Taiwan's independence. The Nationalists have said before they favour 
eventual reunification, so long as China is by then democratic. 

Mixed reactions 

While China has given a warm welcome to the Taiwanese delegation, the 
visit has provoked a mixed reaction back in Taipei. 


 HAVE YOUR SAY 
Both China and Taiwan needs friends, who better than each other 

JT, Tunbridge Wells, UK 

 

A BBC correspondent there says that while some people are in favour 
of any attempt to reduce tensions with Beijing, others are concerned 
that Mr Lien's visit will add to tensions between the ruling party 
and the Nationalist opposition. 

The Nationalists, also known as the Kuomintang (KMT), were for 
decades implacably opposed to dealing with China's Communists. 

But since they lost power in 2000 they have increasingly favoured 
closer ties, especially for promoting business interests. 


Story from BBC NEWS:
http://news.bbc.co.uk/go/pr/fr/-/2/hi/asia-pacific/4496491.stm

Published: 2005/04/29 14:00:54 GMT

© BBC MMV







 
Yahoo! Groups Links



 





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
In low income neighborhoods, 84% do not own computers.
At Network for Good, help bridge the Digital