Tolong kuduang dih (Re: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...)
Bilo mareply tolong dikuduang posting sabalunnyo. Toh toh tOh toH ... orang lain alah punyo juo Kok paralu tinggakan sajo nan paralu nan akann dikomentari. Tarimo kasi mawakili nan ba plat hitam mak Ban ( 53 thn) Mancangkuang di Rantaunet sajak 1997 ~~ M. Ismet Ismail wrote: Assalamulaikum wr, wb Kenapa sih sanak Adrisman ngotot sekali untuk melaksanakan pemerintahan gaya pemerintahan madinah, padahal sejarah sudah membuktikan bahwa pemerintahan seperti itu hanya berlangsung dalam waktu 22 tahun. Waktu yang 22 tahun itu (.. dikuduang maimaik pulsa dan maimaik bandwith .) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Bicara ttg demokrasi tentu saja tak perlu dan tak bisa ada kesimpulan. tapi alangkah lebih baiknya jika kita bicara tentang cara pandang dan cara pikir dalam mengelola persoalan sendiri, yaitu persoalan kita dalam bernegara. Bicara ttg demokrasi, theokrasi atau monarki atau apapun tentulah hanyalah sebuah kumpulan ide2 dan usul yg teramat banyak. tapi sungguh cukup sedikit dan sempit utk mampu mengelola persoalan kita. Tidak peduli apakah itu demokrasi islam, demokrasi terpimpin, demokrasi liberal ataupun demokrasi pancasila. mengadopsi atribut sama saja mengebiri diri sendiri. tentu tidak akan begitu sesuai dg persoalan yg dihadapi. jangankan pilihan2 yg saya sebutkan diatas, bahkan dengan mengeneralisir pilihan menjadi demokrasi sajapun tak akan cukup membantu kita menghadapi persoalan yg ada. entah kenapa kita harus memilih2 system yg sesuai dari yg telah ada tersebut. kenapa tidak kita sebut saja bahwa system bernegara kita adalah abcd. tidak perduli apakah abcd itu berbentuk demokrasi atau apapun. atau bahkan tak berbentuk sekalipun (setidaknya tidak sama dg bentuk2 yg ada) akan tetapi merupakan suatu yg lahir dari kesadaran objektifitas dari berkomunitas/bernegara itu sendiri yg dilandasi niat baik dan tujuan2 yg tentu merupakan tujuan yg sesungguhnya dan tidak hanya jadi hiasan seminar2 atau buku2 panduan sekolah serta aturan2 yg tak pernah diterapkan. tapi sebuah tujuan kolektif yg meresap dalam komunitas itu sendiri. Spt halnya demokrasi itu sendiri yg merupakan ide mutakhir dijaman kuno dulu. dia pun lahir dari kebutuhan dan tuntutan ideal masyarakat yg ada. dan jgn pernah disamakan masyarakat yg sekarang dg masyarakat saat itu. dan jgn pula membahas contoh2 bodoh yg sangat tidak berguna dibahas seperti demokrasi2 yg ada di negara2 lain. bukankah kalau kita lihat negara2 yg ada didunia ini jauh lebih banyak yg terkebelakang daripada yg maju. dan yg maju selalu merupakan produk dari system kepercayaan diri yg mengekspresikan kebutuhan mereka sendiri yg tentu tidak akan persis sama dg negara atau komunitas lain. bahkan keterperangkapan kita akan kata negarapun harus dikoreksi dulu sebelum memikirkan system yg sesuai itu. mungkin seluruh persepsi hrs ditata ulang agar kita bener tau apa itu yg kita butuhkan. Sedikit lagi komentar tentang demokrasi. perlu kita sadari juga bahwa kenaifan kolektif lain yg kita lakukan adalah menyempitnya ruang fikir system bernegara itu menjadi lebih banyak terpaku pada pemilihan kepemimpinan belaka. bahkan jika kita berani, tak ada pemimpin pun tak apa2 asal ada fundament yg tepat dan benar yg menyusun syestem yg sesuai. dan mohon jgn didebat bahwa pendapat saya dalam paragraf ini keliru dg mengatakan bahwa memang ada kenaifan kolektif ttg perspektif demokrasi yg banyak terfokus hanya pada pemilihan kepemimpinan. bagi anda2 mungkin tidak demikian tapi tolong periksa pemahaman dominan yg ada di kepala masyarakat umum. hal lain yg mungkin juga perlu dilihat ulang adalah cara bernegara itu sendiri. jika berpijak pada teori2 primitif bahwa negara adalah masyarakat, wilayah dan pengelola organisasi negara itu sendiri maka ya.. maaf2 saja bahwa kita akan tetap berada dalam keterperangkapan tradisional yg ada. karena sesungguhnya saat ini kita tidak sedang diskusi ttg ketatatnegaraan tapai lebih jauh adalah ttg komunitas. jadi mahon maaf pada para akademisi yg berlatar tatanegara bahwa tolong simpan ilmu anda dan mari kita bicara komunitas. tak ada yg perlu tersimpulkan dari obrolan ini karena ini hanyalah sebuah anjuran sederhana agar kita keluar dari segala perangkap disiplin yg ada. pengetahuan kadang2 membuat org yg tidak pintar menjadi makin bodoh. dan pengetahuan lebih banyak hanya membebani otak dan pikiran belaka. dan jangan pula ada yg tersinggung akibat gaya bahasa dan cara mengemukakan pikiran. setiap pilihan kata dan susuanan kalimat tentu ada maksudnya. dan seluruh maksud insya allah saya landasi niat baik. salam, ----- (*o*) -- [EMAIL PROTECTED] wrote: - Original Message - From: yanto_piboda [EMAIL PROTECTED] Demokrasi di Indonesia juga bukan merupakan konsep tunggal.Sebelum demokrasi Pancasila kita mengenal demokrasi Parlementer dan Terpimpin.Telah saya katakan bahwa bicara ttg demokrasi artinya bicara ttg banyak aliran pemikiran. Dan setiap demokrasi yg pernah berlangsung mempunyai ciri-ciri sendiri yg merupakan variasi dari sejarah perkembangan sebelumnya. Dalam perode demokrasi parlementer, cirinya adalah besarnya pernan partai2 politik melalui parlemen. Dalam periode ini kebinet jatuh bangun dalam rentang usia yg tidak panjang. Bayangkan, pambangunan apa yg bisa dilakukan bila sebuah kabinet hanya berumur 5 bulan untuk kemudian diganti oleh kabinet lainya. Terus karena gak puas sebagai sebagai rubberstramp president belaka karena pemerintahan dijalan oleh perdana mentri, Sukarno muncul dg ide demokrasi terpimpinnya.Nah, disini kedaan terbalik, Presiden punya kekuasaan begitu besar hingga bisa
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Hanya perlu dipertanyakan apakah ada pengaruh agama mereka terhadap kemajuan yang dicapai. Misalnya apakah agama mereka mengandung ajaran ketata-negaraan. Seperti Eropa dan Amerika yang mayoritas Kristen, saya tidak tahu apakah ayat2 dalam Injil ada berisi mengenai ketatanegaraan. Hanya sepengetahuan saya, sepanjang kehidupan Nabi Isa a.s. yang cukup pendek (-+ 30 tahunan) beliau tidak pernah menjadi kepala negara/pemerintahan sehingga kemungkinan tidak ada ayat2 yang diturunkan mengenai kepemerintahan ini. Disamping itu cukup banyak negara2 di Amerika Latin yang mayoritas beragama Katolik tapi kategorinya juga termasuk negara berkembang. Apalagi negara-negara di bawah Uni Soviet yang komunis dan atheis sangat tidak relevan sekali mengatakan bahwa agama mayoritas penduduk berpengaruh sekali terhadap keberhasilan dalam kemajuan negaranya. salam - tg # -Original Message- # From: M. Ismet Ismail # # Assalamulaikum wr, wb # # Kenapa sih .cut # # Dan sejarah juga sudah membuktikan bahwa negara-negara yang # saat ini maju, semuanya adalah negara yanag penduduknya # mayoritas non-Islam, dan pertanggungan jawaban atau keberhasilan # ini adalah berada pada pundak penduduk yang non-Islam tersebut, # karena mereka mayoritas. # # # Wassalam # # MII # # - Original Message - # From: Adrisman Yunus # Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Tadinya males mau ikut diskusi ini abis kayaknya hanya pengulangan yang pernah ada, hanya saja judulnya saja yg berbeda kalau sebelumnya tentang Demokrasi yang langsung diadu dengan Kekhali fahan dan saya dengan da Ad terlibat diskusi yg cukup panjang dan saat ini Demokrasi yg digugat. Kalau memberi contoh, sebaiknya disampaikan contoh negara yg lain selain negara barat, Malaysia misalnya, rakyat disana cukup makmur dan maju perkembangan Islam dan hukumnya juga bisa berjalan dengan baik - kayaknya udah pernah dibicarakan juga. Demokrasi itu kan bukan bentuk yg kaku, tinggal disesuikan saja dengan kondisi masyarakat yang ada, bukan demokrasi versi USA, Perancis dll tapi demokrasi versi Indonesia, kayak gimana? kayak sekarang ini yg masih terus berproses dan berkembang Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Saya pikir sdr. Sehan akan mengetengahkan argumentasinya kenapa demokrasi disebutnya primitif dan suatu kebodohan jika masih menerapkan sistem demokrasi. Pernyataan tersebut cukup menggelitik juga untuk didiskusikan... Eh nggak taunya yang keluar hanya pernyataan berikut: . lebih jauhnya, silakan buka pertanyaan lebih menjurus yg berhubungan dengan hal ini. saya juga --- hanyalah org awam yg kadang2 juga suka mengada-ada. --- . salam - tg # -Original Message- # From: harman [mailto:[EMAIL PROTECTED] # # Tadinya males mau ikut diskusi ini abis kayaknya hanya pengulangan # yang pernah ada, hanya saja judulnya saja yg berbeda kalau # sebelumnya tentang Demokrasi yang langsung diadu dengan Kekhali # fahan dan saya dengan da Ad terlibat diskusi yg cukup panjang # dan saat ini Demokrasi yg digugat. # # Kalau memberi contoh, sebaiknya disampaikan contoh negara yg # lain selain negara barat, Malaysia misalnya, rakyat disana cukup # makmur dan maju perkembangan Islam dan hukumnya juga bisa berjalan # dengan baik - kayaknya udah pernah dibicarakan juga. # Demokrasi itu kan bukan bentuk yg kaku, tinggal disesuikan saja # dengan kondisi masyarakat yang ada, bukan demokrasi versi USA, # Perancis dll tapi demokrasi versi Indonesia, kayak gimana? kayak # sekarang ini yg masih terus berproses dan berkembang # Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Mungkin sanak bisa manarangkan argumentasinyo sahinggo rang palanta bisa pulo mangarati iyo yo alah kuno demokrasi tu. Labiah elok lai sakalian manarangkan hasil evolusi individu tu konsep aponan ditawarkannyo... Rasonyo indak setiap komunitas manjalankan konsep demokrasi tu karano masih ado negara nan mamakai konsep teokrasi, aristokrasi, bahkan diktator-krasi...:-) salam - tg -Original Message-From: S.Sehan Demokrasi? Tidak kah ide ini sudah terlalu primitif utk mengelola kompleksitas komunitas, kawasan dan kebijakan zaman ini. dilain pihak secara alamiah, terasa adanya evolusi intelektual dan moralitas pada level individu yg berusaha mencari harmonisasi kedalam kelompok komunitas yg ideal (dg ukuran yg optimal). Sementara para "pemain" politik (termasuk dalamnya partai2) masih berada dalam alam pikir yg masih tradisional (yg mereka kira sophicticated) tidak mampu melihat betapa kuno dan primitif nya cara pikir demokrasi itu. Demokrasi dijadikan sebuah konsep absolut dalam ukuran komunitas apapun. Sehingga pada akhirnya demokrasi tak kurang semena2 dibandingkan hal2 yg dianggap tidak demokrasi sekalipun. Bahkan jika dibiarkan demokrasi itu berdiri sendiri dalam cacat celanya dg asumsi bahwa seluruh pemain adalah pemain idela pun, demokrasi masih saja merupakan potensi kebodohan kolektif yg harus diterima semua lapisan komunitas. Saya rasa jika ada yg ingin menanggapi ini, perlu sekali membacanya berhati2. atau jadikan saja ini sebuah renungan. salam, Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Assalamulaikum wr, wb Kenapa sih sanak Adrisman ngotot sekali untuk melaksanakan pemerintahan gaya pemerintahan madinah, padahal sejarah sudah membuktikan bahwa pemerintahan seperti itu hanya berlangsung dalam waktu 22 tahun. Waktu yang 22 tahun itu sangat sangatlah pendek jika kita bandingkan dengan sejarah Islam yang sampai saat ini telah berlangsung 14 abad dan sebagian besar masanya memakai sistem pemerintahan gaya monarchi. Belum lagi jumlah penduduk yang diatur pada masa yang 22 tahun tersebut sangat-sangatlah sedikit jika kita bandingkan dengan jumlah penduduk yang diatur untuk masa sekarang. Atau apakah kita akan memakai sistem monarchi gaya kesultanan-kesulatanan yang sudah jelas banyak sekali menurut sejarah banyak melakukan kekejaman dan pengekangan hak-hak individu serta pemberian keitimewaan pada lingkungan kesultanan (istana) ? Dan sekarang .. kita bisa melihat mana ada satupun negara-negara di dunia ini ,yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dapat disebut sebagai negara maju. Kalau kita setuju bahwa maju tidaknya suatu bangsa sangat ditentukan oleh manusia di negara di mana mereka berada, maka pertanggungan jawab ini dapat kita timpakan kepada manusia-manusia Islam yang mengangkangi negara-negara tersebut karena kemayoritasannya tidak dapat menggerek negara di mana mereka berada untuk mencapai cita-cita suatu bangsa yaitu memajukan dan mensejahterakan rakyatnya. Dan sejarah juga sudah membuktikan bahwa negara-negara yang saat ini maju , semuanya adalah negara yanag penduduknya mayoritas non-Islam, dan pertanggungan jawaban atau keberhasilan ini adalah berada pada pundak penduduk yang non-Islam tersebut, karena mereka mayoritas. Wassalam MII - Original Message - From: Adrisman Yunus [EMAIL PROTECTED] To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, May 08, 2004 3:28 AM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi lagi... Wa'alaikum salam wr.wb. Eh siapa sih yang mengatakan kita cuma punya 3 pilihan.? demokrasi, teokrasi atau gabungan...:( Saat ini kita semua memang digiring untuk cuma memilih demokrasi sebagai satu2nya pilihan, sampai2 negara islam seperti iran saja memakai kata republik atau juga RRC yang komunis. Karena saat ini cuma demokrasilah satu2nya yang dianggap layak dalam membentuk civil society. Apakah memang tak ada lagi pilihan selain demokrasi...? Dan apakah demokrasi memang sudah berhasil membentuk masyarakat madani seperti yang diharapkan...? Kenapa negara ini yang setidak tidaknya memiliki 85% umat muslim tidak pernah untuk mencoba membentuk pemerintahan ala pemerintahan madinah nya rasulullah..? Belum pernah dicobasama sekali atau setidak tidaknya dikaji. Tiap kali kita dengar kata kata anjuran untuk mengikuti sunnah rasul..., bahkan kalau berpakaianpun dibuat mirip dengan masa rasulullah. Tapi semua itu cuma bungkus yang kita pamerkan, sementara yang lebih essential yang dicontohkan rasulullah yaitu contoh bagaimana meramut, melindungi umat islam dalam bentuk negara kekhalifahan, tak ada satupun yang meliriknya...:( Allah menciptakan dunia ini dan menjadikan masing2 kita jadi khalifah, bukanlah tanpa maksud. Dan itu telah dicontohkan oleh rasulullah dan para sahabat yang 4 (khulafaur rashidin). Nah kalau selama ini kita selalu teriak sami'na waatho'na, adakah kita sudah waatho'na dengan contoh rasulullah yang satu ini? Ayo ah om yanto, jangan cuma melihat demokrasi saja sebagai satu2nya pilihan Yang saya lihat selama ini demokrasi memang berhasil dinegara negara sekuler atau setidak tidaknya untuk masyarakatnya yang berfikir secara sekuler, tapi kalau diterapkan pada masyarakat agamis, lihatlah perpecahan yang ada dan politik dagang sapi demi kekuasaan yang timbul, tak ada satupun yang mikirin rakyat. wassalam Adr --- yanto_piboda [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum Wr Wb Kembali ke awal diskusi kita konsep apa sebaikanya yang kita terapkan di negara ini, karena sebenarnya cuman ada 3 pilihan, demokrasi, teokrasi dan penggabungan dari kedua-nya Dan sayang sekali ternyata pilihan kita juga sekarang cuman ada 1 yaitu demokrasi, karena tidak mungkin kita rasanya kita menerapkan konsep teokrasi, karena nanti siapa yang akan menjadi raja. Jadi sekarang yang jadi pertanyaan adalah demokrasi seperti apakah sebenar-nya yang akan diterapkan di negara itu atau dengan kata lain demokrasi yang ber basis apa (baca IDIOLOGI APA). kalau udah ke arah ini maka akan banyak alternatif jawaban yang bisa kita pilih : Model Amerika yang berbasis Liberal kapitalis Model China yang berbasis Komunis Mao Model alm (Uni Sovyet) dan Cuba yang berbasis Sosialis Marx Atau model lain, misalnya : model yang berbasiskan Religi (baca Islam), ini juga akan terdiferensial menjadi bermacam model juga Islam yang bagaimana ? ( ini menurut pendapat saya loh) Or
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Wa'alaikum salam wr.wb. Eh siapa sih yang mengatakan kita cuma punya 3 pilihan.? demokrasi, teokrasi atau gabungan...:( Saat ini kita semua memang digiring untuk cuma memilih demokrasi sebagai satu2nya pilihan, sampai2 negara islam seperti iran saja memakai kata republik atau juga RRC yang komunis. Karena saat ini cuma demokrasilah satu2nya yang dianggap layak dalam membentuk civil society. Apakah memang tak ada lagi pilihan selain demokrasi...? Dan apakah demokrasi memang sudah berhasil membentuk masyarakat madani seperti yang diharapkan...? Kenapa negara ini yang setidak tidaknya memiliki 85% umat muslim tidak pernah untuk mencoba membentuk pemerintahan ala pemerintahan madinah nya rasulullah..? Belum pernah dicobasama sekali atau setidak tidaknya dikaji. Tiap kali kita dengar kata kata anjuran untuk mengikuti sunnah rasul..., bahkan kalau berpakaianpun dibuat mirip dengan masa rasulullah. Tapi semua itu cuma bungkus yang kita pamerkan, sementara yang lebih essential yang dicontohkan rasulullah yaitu contoh bagaimana meramut, melindungi umat islam dalam bentuk negara kekhalifahan, tak ada satupun yang meliriknya...:( Allah menciptakan dunia ini dan menjadikan masing2 kita jadi khalifah, bukanlah tanpa maksud. Dan itu telah dicontohkan oleh rasulullah dan para sahabat yang 4 (khulafaur rashidin). Nah kalau selama ini kita selalu teriak sami'na waatho'na, adakah kita sudah waatho'na dengan contoh rasulullah yang satu ini? Ayo ah om yanto, jangan cuma melihat demokrasi saja sebagai satu2nya pilihan Yang saya lihat selama ini demokrasi memang berhasil dinegara negara sekuler atau setidak tidaknya untuk masyarakatnya yang berfikir secara sekuler, tapi kalau diterapkan pada masyarakat agamis, lihatlah perpecahan yang ada dan politik dagang sapi demi kekuasaan yang timbul, tak ada satupun yang mikirin rakyat. wassalam Adr --- yanto_piboda [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum Wr Wb Kembali ke awal diskusi kita konsep apa sebaikanya yang kita terapkan di negara ini, karena sebenarnya cuman ada 3 pilihan, demokrasi, teokrasi dan penggabungan dari kedua-nya Dan sayang sekali ternyata pilihan kita juga sekarang cuman ada 1 yaitu demokrasi, karena tidak mungkin kita rasanya kita menerapkan konsep teokrasi, karena nanti siapa yang akan menjadi raja. Jadi sekarang yang jadi pertanyaan adalah demokrasi seperti apakah sebenar-nya yang akan diterapkan di negara itu atau dengan kata lain demokrasi yang ber basis apa (baca IDIOLOGI APA). kalau udah ke arah ini maka akan banyak alternatif jawaban yang bisa kita pilih : Model Amerika yang berbasis Liberal kapitalis Model China yang berbasis Komunis Mao Model alm (Uni Sovyet) dan Cuba yang berbasis Sosialis Marx Atau model lain, misalnya : model yang berbasiskan Religi (baca Islam), ini juga akan terdiferensial menjadi bermacam model juga Islam yang bagaimana ? ( ini menurut pendapat saya loh) Or another model Ayo siapa yang mau mulai wassalam YP Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Para dunsanak nan tertarik berdiskusi : demokrasi lagi. Assalamualaikum wr.wb. Ambo tertarik jo diskusi nan ber-subject demokrasi lagi ko dan ngin mancubo manjawek pertanyaan bung Yanto Pabiola : demokrasi berbasis ideologi apa? Untuk Republik Indonesia sabananyo alah tajawek yaitu demokrasi berdasarkan ideologi Pancasila. nan berarti demokrasi : -yang ber Ke Tuhanan Yang Maha Esa. -yang ber Perikemanusiaan yang adil dan beradab. -yang ber Persatuan Indonesia. -yang ber Kedaulatan Rakyat yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. -yang ber Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukankah sudah jelas bahwa demokrasi berbasis ideologi Pancasila adalah demokrasi theokrasi, yang diawali dengan Ketuhana YME dan bermuara pada kesejahteraan rakyat diseluruh Indonesia. Bangsa Indonesia sudah menyepakatinya dengan sebuah deklarasi Kemerdekaan pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari sesudah proklamasi Kemerdekaan 17 -8- 1945. Pada waktu itu semua pihak berjiwa ikhlas menerima, setelah beberapa tokoh Islam bersedia mengorbankan kepentingan umatnya yang walaupun mayoritas, untuk menghilangkan 7 kata: dengan mewajibkan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, demi NKRI. Jadi jelas bahwa demokrasi Pancasila bukanlah demokrasi liberal, bukan pula demokrasi ala komunis, ala Jepang,ala Malaysia,ala Inggeris dst. Ia adalah demokrasi khas bangsa Indonesia dan hanya berlaku untuk bangsa Indonesia. Tiap bangsa bebas menetapkan demokrasi yang sesuai dengan bangsanya, yang diyakini akan dapat membahagiakan dan menyejahterakan rakyat..Suatu bangsa tidak boleh memaksakan demokrasi bangsanya kepada bangsa lain, karena itu melanggar arti demokrasi itu sendiri. Rasanya kita sebagai bangsa Indonesia sepakat bertanya, kita sudah 50 tahun lebih merdeka kok belum juga sejahtera rakyatnya. Jawabnya adalah seperti yang diutarakan dunsanak YP bahwa demokrasi itu termanifestasi pada tahap implementasi-nya. Baru saja beberapa bulan proklamasi dan deklarasi kemerdekaan, terjadilah penyimpangan dan bahkan pengkhianatan pada janji atau kesepakatan semula.yang pada hakekatnya bersifat amanah. Hal itu terjadi berulang kali bahkan sampai saat ini. Sebenarnya dalam ajaran Islam sudah ada peringatannya: barang siapa yang melanggar amanah, tunggulah saat kehancurannya. Peringatan nabi Muhammad SAW yang disampaikan kira-kira 1400 tahun lalu telah berkali-kali terbukti. Bangsa kita sering tidak konsisten dalam tahap implementasi, tidak satu kata dengan perbuatan, sehingga sering terancam kehancuran disebabkan oleh konflik-konflik dan berbagai krisis. Alam takambang jadi guru baik berupa fenomena alam maupun fenomena sosial tidak mampu kita pahami sebagai pelajaran dan peringatan, sehingga berulang kali melakukan kesalahan. yang sama. Kiranya sampai disko daulu para dunsanak, ambo sendiri indak tahu apo tanggapan amboko lai dapek manjawek pertanyaan dunsanak YP. Wassalam , Asmardi Arbi - Original Message - From: yanto_piboda [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, May 07, 2004 11:39 PM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi lagi... Assalamualaikum Wr Wb Salut... ternyata Dek Gamut (eh: nick name-nya evie ya ???), ulasan- nya benar2 mantap, Benar sekali demokrasi yang sekarang ini bukan lagi sebuah konsep yang tunggal, terutama pada area implementasi (penerapan) dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Pada tahap implementasi inilah sebenar-nya demokrasi itu menjelma menjadi bermacam : seperti yang sudah dek Gamut uraikan, bahkan pada kasus beberapa negara, seperti Jepang, Malaysia dan Inggris, mereka berhasil menyatukan konsep antara demokrasi dan teokrasi. Kembali ke awal diskusi kita konsep apa sebaikanya yang kita terapkan di negara ini, karena sebenarnya cuman ada 3 pilihan, demokrasi, teokrasi dan penggabungan dari kedua-nya Dan sayang sekali ternyata pilihan kita juga sekarang cuman ada 1 yaitu demokrasi, karena tidak mungkin kita rasanya kita menerapkan konsep teokrasi, karena nanti siapa yang akan menjadi raja. Jadi sekarang yang jadi pertanyaan adalah demokrasi seperti apakah sebenar-nya yang akan diterapkan di negara itu atau dengan kata lain demokrasi yang ber basis apa (baca IDIOLOGI APA). kalau udah ke arah ini maka akan banyak alternatif jawaban yang bisa kita pilih : Model Amerika yang berbasis Liberal kapitalis Model China yang berbasis Komunis Mao Model alm (Uni Sovyet) dan Cuba yang berbasis Sosialis Marx Atau model lain, misalnya : model yang berbasiskan Religi (baca Islam), ini juga akan terdiferensial menjadi bermacam model juga Islam yang bagaimana ? ( ini menurut pendapat saya loh) Or another model Ayo siapa yang mau mulai wassalam YP Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
nah kalo udah begini saya mau bilang apa lagi? bahkan sdri evie pun telah menjelaskan segala sesuatu jauh melebihi yg saya tahu,harapkan dan saya ingin dengar. bahkan melebihi dari yg saya ingin tahusekalipun. inti masalah hanyalah, bahwa, tak perlu ada keterbatasan dalam bereferensi,ber idiologi dan menyusun konsep sekalipun. sehingga pilihan utk menjadi negara demokrasi boleh kita hilangkan. dan tak perlu bingung juga mencari yg lain, dimana, jika bukan demokrasi lantas apa? ... ya. apa saja. suka2 kita. yg penting bahwa kita harus yakin prinsip yg ada dan tau harus berkonsep bagaimana. lebih jauhnya, silakan buka pertanyaan lebih menjurus yg berhubungan dengan hal ini. saya juga hanyalah org awam yg kadang2 juga suka mengada-ada. salam, " -- (*o*) --" [EMAIL PROTECTED] wrote: - Original Message - From: "yanto_piboda" <[EMAIL PROTECTED]>Assalamualaikum Wr.wbSetuju Sanak Sehan, Lihat almarhum Uni Sovyet, apa yang terjadi ketika mereka menerapkan demokrasi, ANCUR ber-keping2 Om, demokrasi sebagai sebuah konsep yg mendasari sistem politik dibanyak negara, bukan lah konsep tunggal alias berhenti pada kata demokrasi belaka. Jika bicara ttg demokrasi seperti di Sovyet, china, Amerika, Inggris bahkan di Indonesia, sebenarnya kita bicara ttg banyak aliran pemikiran. Gagasan demokrasi yg dipraktekan di negara kota Yunani Kuno abad ke-6, beda dg demokrasi yg dipraktekan pada abad 19. Misalnya, pada abad ke 19, wujud kongrit dari demokrasi adalah kekebasan "mutlak" individu sementara negara ibaratnya cuma sebagai 'penjaga malam' yg cuma ngurusin masalah bersama dan bencana alam. Seperti kita tahu dari sejarah kemudian, menempatkan kebebasan individu ke posisi paling atas ini ternyata membuka peluang bagi penindasan atas hak dan kebebasan individu lain. Disini tampak bahwa sebenarnya demokrasi itu cuma "perkosaan" yg berdarah-darah, kan :). Karena itu lah di awal abad ke-20 demokrasi memperoleh wujud yg lain yg ditandai yg diberikan peranan yg lebih besar kepada negara untuk mencapai negara kesejahteraan.Well, singkatnya setuju dg ide dibelakang opini Om bahwa demokrasi itu adalah konsep yg kenyal dan mengambil bentuk dalam banyak nama seperti, demokrasi rakyat, demokrasi nasional, demokrasi revolusioner dan even you had known better than me, demokrasi Pancasila, bok :). Sovyet dan RRC tidak bisa digolongkan kedalam negara demokratis karena mereka tidak menyandarkan diri pada demokrasi menurut tradisi liberal. Biar saja mereka suka menyebut diri negara demokratis, tapi kita kan lebih suka menyebut mereka negara berpaham Marxisme Leninisme or Komunisme, bukan?So, kembali ke pangkal cerita, menurut saya, Sovyet hancur bukan karena mereka mempraktekan atau tidak mempraktekan demokrasi karena demokrasi yg aneh dan mirip2 seperti itu masih berjalan dg indahnya di China sana. Sovyet hancur karena sudah tidak dapat dukungan dari negara-negara lain. Ato yg lebih tepat lagi terjadi adalah, disamping terjadi pergeseran2 konsepsi ttg demokrasi dalam tubuh komunis sendiri, terjadi persaingan ideologis yg sangat tajam antara Amerika Serikat dan US. Dalam persaingan ini jelas US tidak bisa menarik kawan dalam lingkup pengaruhnya yaitu pendukung pemerintahan yg pro-komunis.Bahkan walau kemudian konsepnya mereka perlunak menjadi anti-Barat atau anti imperialis, China yg pada mulanya jelas-jelas satu ideologi itu pun membelakangi bila ditengok dari dari Demokrasi Baru yg dicetuskan oleh Mao Zedong. Apalagi kemudian terjadi kesadaran baru dalam politbiro komunis China untuk membersihkan diri dari sisa-sisa revolusi kebudyaan dengan masuknya mereka ke dalam PBB. Lengkap sudah kesendirian Sovyet.
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Assalamulaikum Wr. Wb. Saya ikut memberikan komentar sedikit mengenai Demokrasi, komentar sebagai orang awam karena bukan bidang saya. Setahu saya tidak banyak negara yang berhasil dan bisa maju dengan menjalankan demokrasi seperti Amerika. Singapur (Republic of Singapore) meskipun bukan kerajaan dan kesultanan tidak menjalankan demokrasi dan ini jelas-jelas dinyatakan oleh pemimpinnya. Sekarang kita di Indonesia sebagai sebuah negara besar ingin menjalankan demokrasi. Tentunya yang perlu kita pelajari adalah mekanisme apa yang membuat sistem demokrasi ini bisa berjalan dengan baik dan memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya? Saya mengharapkan kita memandang ini dengan penekanan pertama pada negara besar dan kedua tujuannya adalah kesejahteraan. Indonesia adalah negara besar, kalau kita overlay-kan peta Indonesia akan menutupi California sampai ke New York. Dengan predikat negara besar akan besar pula usaha yang diperlukan untuk menjalankan mekanisme demokrasi. Mulai dari sisi perangkat lunak - UU, policy dan prosedures di pemerintahan dan lembaga kontrol, system software, kemudian perangkat keras - infrastruktur komunikasi dan komputer (information and communication technology). Setelah itu kesiapan sumber daya manusia di semua tempat yang tersebar yang ada rakyatnya. Luasnya Indonesia juga akan dipersulit atau diperkompleks masalahnya dengan kenyataan pulau dan laut. Sehingga komunikasi dan mekanisme pencerahan demokrasi perlu usaha yang lebih berat dibanding apabila semuanya daratan? Ini perlu kajian lebih dalam? Kedua kita coba pahami tujuan kita adalah kesejahteraan bagi rakyat. Bagaimana kita mengkomunikasikan kesejahteraan yang cukup sulit untuk di definisikan dan diukur kepada semua rakyat dengan tingkat pendidikan yang ada. Kalau pilihannya tidak Demokrasi, lalu system apa? Wassalam, Ridwan - Original Message - From: Darul M. St. Parapatiah [EMAIL PROTECTED] To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, May 07, 2004 8:10 AM Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi lagi... Assalamualaikum WW Para pemuja demokrasi Amerika, saya numpang tanya: Apa itu yang demokrasi, pilihan hanya dua: Ikut saya atau musuh saya Demokrat atau Republik? Tolong pencerahan. Wass. WW St.P -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of yanto_piboda Assalamualaikum Wr.wb Setuju Sanak Sehan, -karek- Bagaimana dengan Amerika ??? Amerika butuh 200 tahun lebih untuk menjadi negara demokrasi seperti sekarang, itu juga dalam situasi kemajuan teknologi belum seperti sekarang, belum ada komputer, teknologi informasi, dimana interaksi langsung antar negara dan individu masih membutuhkan waktu yang lama, zaman-nya masih zaman kuda gigit besi dan kuda sungguhan, Jika saja Amerika baru menerapkan demokrasi 10 tahun yang lalu niscaya bintang yang ada di bendera-nya mungkin hanya ada 5 atau bahkan 1. bukan 50 seperti sekarang ini, Bagaimana dengan INDONESIA: saya tunggu komentar yang lain : wasssalam YP --- In [EMAIL PROTECTED], S.Sehan [EMAIL PROTECTED] wrote: Demokrasi? Tidak kah ide ini sudah terlalu primitif utk mengelola kompleksitas komunitas, kawasan dan kebijakan zaman ini. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
- Original Message - From: yanto_piboda [EMAIL PROTECTED] Assalamualaikum Wr.wb Setuju Sanak Sehan, Lihat almarhum Uni Sovyet, apa yang terjadi ketika mereka menerapkan demokrasi, ANCUR ber-keping2 Om, demokrasi sebagai sebuah konsep yg mendasari sistem politik dibanyak negara, bukan lah konsep tunggal alias berhenti pada kata demokrasi belaka. Jika bicara ttg demokrasi seperti di Sovyet, china, Amerika, Inggris bahkan di Indonesia, sebenarnya kita bicara ttg banyak aliran pemikiran. Gagasan demokrasi yg dipraktekan di negara kota Yunani Kuno abad ke-6, beda dg demokrasi yg dipraktekan pada abad 19. Misalnya, pada abad ke 19, wujud kongrit dari demokrasi adalah kekebasan mutlak individu sementara negara ibaratnya cuma sebagai 'penjaga malam' yg cuma ngurusin masalah bersama dan bencana alam. Seperti kita tahu dari sejarah kemudian, menempatkan kebebasan individu ke posisi paling atas ini ternyata membuka peluang bagi penindasan atas hak dan kebebasan individu lain. Disini tampak bahwa sebenarnya demokrasi itu cuma perkosaan yg berdarah-darah, kan :). Karena itu lah di awal abad ke-20 demokrasi memperoleh wujud yg lain yg ditandai yg diberikan peranan yg lebih besar kepada negara untuk mencapai negara kesejahteraan. Well, singkatnya setuju dg ide dibelakang opini Om bahwa demokrasi itu adalah konsep yg kenyal dan mengambil bentuk dalam banyak nama seperti, demokrasi rakyat, demokrasi nasional, demokrasi revolusioner dan even you had known better than me, demokrasi Pancasila, bok :). Sovyet dan RRC tidak bisa digolongkan kedalam negara demokratis karena mereka tidak menyandarkan diri pada demokrasi menurut tradisi liberal. Biar saja mereka suka menyebut diri negara demokratis, tapi kita kan lebih suka menyebut mereka negara berpaham Marxisme Leninisme or Komunisme, bukan? So, kembali ke pangkal cerita, menurut saya, Sovyet hancur bukan karena mereka mempraktekan atau tidak mempraktekan demokrasi karena demokrasi yg aneh dan mirip2 seperti itu masih berjalan dg indahnya di China sana. Sovyet hancur karena sudah tidak dapat dukungan dari negara-negara lain. Ato yg lebih tepat lagi terjadi adalah, disamping terjadi pergeseran2 konsepsi ttg demokrasi dalam tubuh komunis sendiri, terjadi persaingan ideologis yg sangat tajam antara Amerika Serikat dan US. Dalam persaingan ini jelas US tidak bisa menarik kawan dalam lingkup pengaruhnya yaitu pendukung pemerintahan yg pro-komunis.Bahkan walau kemudian konsepnya mereka perlunak menjadi anti-Barat atau anti imperialis, China yg pada mulanya jelas-jelas satu ideologi itu pun membelakangi bila ditengok dari dari Demokrasi Baru yg dicetuskan oleh Mao Zedong. Apalagi kemudian terjadi kesadaran baru dalam politbiro komunis China untuk membersihkan diri dari sisa-sisa revolusi kebudyaan dengan masuknya mereka ke dalam PBB. Lengkap sudah kesendirian Sovyet. Malaysia, mereka tidak menerapkan demokrasi seperti model amerika, Inggris masih mempunyai Ratu, Jepang masih mempunyai Kaisar, Malaysia masih mempunyai Sultan2, yang kita tau bahwa Ratu, Kasir dan Sultan mereka adalah musuh2 dari demokrasi murni, tapi secara politik dan ekonomi mereka adalah negara2 yang mapan Demokrasi sebagai cita-cita negara kesejahteraan dan tempat hidup yg nyaman bagi setiap warga negaranya adalah cita-cita demokrasi sejati. Negara moderen tidak bisa berpaling dari cita-cita ini.Dari analisa bodoh2an saja, negara2 tersebut diatas bisa mapan bukan karena faktor demokrasi atau tidaknya, mereka bisa begitu karena hukum sebagai kekuasaan tertinggi tegak sebagai kebenaran terakhir. Bagaimana dengan INDONESIA: saya tunggu komentar yang lain : wasssalam YP Demokrasi di Indonesia juga bukan merupakan konsep tunggal.Sebelum demokrasi Pancasila kita mengenal demokrasi Parlementer dan Terpimpin.Telah saya katakan bahwa bicara ttg demokrasi artinya bicara ttg banyak aliran pemikiran. Dan setiap demokrasi yg pernah berlangsung mempunyai ciri-ciri sendiri yg merupakan variasi dari sejarah perkembangan sebelumnya. Dalam perode demokrasi parlementer, cirinya adalah besarnya pernan partai2 politik melalui parlemen. Dalam periode ini kebinet jatuh bangun dalam rentang usia yg tidak panjang. Bayangkan, pambangunan apa yg bisa dilakukan bila sebuah kabinet hanya berumur 5 bulan untuk kemudian diganti oleh kabinet lainya. Terus karena gak puas sebagai sebagai rubberstramp president belaka karena pemerintahan dijalan oleh perdana mentri, Sukarno muncul dg ide demokrasi terpimpinnya.Nah, disini kedaan terbalik, Presiden punya kekuasaan begitu besar hingga bisa membubarkan DPR hasil pemilu. Daaann...Sekarang, demokrasi Pancasila...Sebagai sebuah demokrasri kontitusi Pancasila ini sudah bagus, walau agak nyebalin dg melarang adanya oposisi, tapi konsep musyawarah untuk mencapai mufakatnya lebih dari lumayan. Mungkin karena landasan semangat kekeluargaan ini barangkalai, mengapa setiap pengusa di Indonesia lebih suka mengabdi
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Ide alternative? Saya menangkap Sehhan sedang menyembunyikan ide alternative yang up to date untuk mengelola kompleksitas blablazaman ini. Dengan rendah hati saya sangat menunggu ide itu untuk dirembug kan setidaknya dengan saya.. Rahyussalim From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of S.Sehan Demokrasi? Tidak kah ide ini sudah terlalu primitif utk mengelola kompleksitas komunitas, kawasan dan kebijakan zaman ini. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Assalamualaikum Wr.wb Setuju Sanak Sehan, Lihat almarhum Uni Sovyet, apa yang terjadi ketika mereka menerapkan demokrasi, ANCUR ber-keping2 Lihat Ingris, Jepang, Malaysia, mereka tidak menerapkan demokrasi seperti model amerika, Inggris masih mempunyai Ratu, Jepang masih mempunyai Kaisar, Malaysia masih mempunyai Sultan2, yang kita tau bahwa Ratu, Kasir dan Sultan mereka adalah musuh2 dari demokrasi murni, tapi secara politik dan ekonomi mereka adalah negara2 yang mapan Lihat lagi RRC apa yang akan terjadi kalau demokrasi di terapkan hari ini di Cina, bisa2 besok pagi jumlah negara di dunia ini akan bertambah 50 negara Bagaimana dengan Amerika ??? Amerika butuh 200 tahun lebih untuk menjadi negara demokrasi seperti sekarang, itu juga dalam situasi kemajuan teknologi belum seperti sekarang, belum ada komputer, teknologi informasi, dimana interaksi langsung antar negara dan individu masih membutuhkan waktu yang lama, zaman-nya masih zaman kuda gigit besi dan kuda sungguhan, Jika saja Amerika baru menerapkan demokrasi 10 tahun yang lalu niscaya bintang yang ada di bendera-nya mungkin hanya ada 5 atau bahkan 1. bukan 50 seperti sekarang ini, Bagaimana dengan INDONESIA: saya tunggu komentar yang lain : wasssalam YP --- In [EMAIL PROTECTED], S.Sehan [EMAIL PROTECTED] wrote: Demokrasi? Tidak kah ide ini sudah terlalu primitif utk mengelola kompleksitas komunitas, kawasan dan kebijakan zaman ini. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Assalamualaikum WW Para pemuja demokrasi Amerika, saya numpang tanya: Apa itu yang demokrasi, pilihan hanya dua: Ikut saya atau musuh saya Demokrat atau Republik? Tolong pencerahan. Wass. WW St.P -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of yanto_piboda Assalamualaikum Wr.wb Setuju Sanak Sehan, -karek- Bagaimana dengan Amerika ??? Amerika butuh 200 tahun lebih untuk menjadi negara demokrasi seperti sekarang, itu juga dalam situasi kemajuan teknologi belum seperti sekarang, belum ada komputer, teknologi informasi, dimana interaksi langsung antar negara dan individu masih membutuhkan waktu yang lama, zaman-nya masih zaman kuda gigit besi dan kuda sungguhan, Jika saja Amerika baru menerapkan demokrasi 10 tahun yang lalu niscaya bintang yang ada di bendera-nya mungkin hanya ada 5 atau bahkan 1. bukan 50 seperti sekarang ini, Bagaimana dengan INDONESIA: saya tunggu komentar yang lain : wasssalam YP --- In [EMAIL PROTECTED], S.Sehan [EMAIL PROTECTED] wrote: Demokrasi? Tidak kah ide ini sudah terlalu primitif utk mengelola kompleksitas komunitas, kawasan dan kebijakan zaman ini. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi lagi...
Mungkin sanak bisa manarangkan argumentasinyo sahinggo rang palanta bisa pulo mangarati iyo yo alah kuno demokrasi tu. Labiah elok lai sakalian manarangkan hasil evolusi individu tu konsep aponan ditawarkannyo... Rasonyo indak setiap komunitas manjalankan konsep demokrasi tu karano masih ado negara nan mamakai konsep teokrasi, aristokrasi, bahkan diktator-krasi...:-) salam - tg -Original Message-From: S.Sehan Demokrasi? Tidak kah ide ini sudah terlalu primitif utk mengelola kompleksitas komunitas, kawasan dan kebijakan zaman ini. dilain pihak secara alamiah, terasa adanya evolusi intelektual dan moralitas pada level individu yg berusaha mencari harmonisasi kedalam kelompok komunitas yg ideal (dg ukuran yg optimal). Sementara para "pemain" politik (termasuk dalamnya partai2) masih berada dalam alam pikir yg masih tradisional (yg mereka kira sophicticated) tidak mampu melihat betapa kuno dan primitif nya cara pikir demokrasi itu. Demokrasi dijadikan sebuah konsep absolut dalam ukuran komunitas apapun. Sehingga pada akhirnya demokrasi tak kurang semena2 dibandingkan hal2 yg dianggap tidak demokrasi sekalipun. Bahkan jika dibiarkan demokrasi itu berdiri sendiri dalam cacat celanya dg asumsi bahwa seluruh pemain adalah pemain idela pun, demokrasi masih saja merupakan potensi kebodohan kolektif yg harus diterima semua lapisan komunitas. Saya rasa jika ada yg ingin menanggapi ini, perlu sekali membacanya berhati2. atau jadikan saja ini sebuah renungan. salam, Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net