Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi/ bom bunuh diri/SBN

2003-09-08 Terurut Topik dutamardin

SBN manulih:
bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan bom bunuh diri. Karena 
penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar 
memuliakan manusia) dan tingkat ekonomi, lebih naik memulai dengan yang terakhir ini 
daripada sekedar menghujat perubahan jaman.

=== Sanak ambo SBN,
Kalau mambunuah urang tak badoso, anak2, induak2 jo mariam tank,
peluru kendali, jo bom dll apo buliah sanak?

Sanak SBN samo jo pers Amrik, pejuang Palestina yang menyerang
dengan bom dibadan disebut bom bunuh diri. Sementara urang
Palestina menyebut bom jihad. Karena itulah satu2nya senjata yang mereka miliki untuk 
melawan penjajah Israel dengan bersenjata
mutakhir dan membunuh orang2 tak berdosa semaunya.

Kalau kalimat diateh ditulih bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak 
berdosa. Indak terkesan sanak memihak Israel dan mencela
Palestina.

Rasonyo sadonya awak setuju haram membunuh tanpa alasan, apalagi orang tak berdosa, 
dengan cara apa saja.

Wassalam

ajo-duta (56+)


Please note: message attached


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-03 Terurut Topik SBN
Assalamu'alaikum wr. wb.

Nggak tahu nih, siapa takut siapa, yang saya lihat justru Dr. Daud Rasyid
yang sangat takut sama IL.
Satu hal yang perlu saya komentari, beliau menyebutkan Kita tidak mungkin
menggabungkan kata Islam dengan liberalisme. Sebab keduanya adalah
ideologi.
Saya hanya bisa geleng kepala kalau Islam direndah ke level ideologi oleh
seorang doktor dari Cairo University, maaf kalau saya jadi kurang respek.
Menyebutkan mereka merampas wewenang Allah adalah menunjukkan kekerdilan
pemikiran, Allah SWT terlalu segalanya untuk bisa dirampas wewenangnya oleh
manusia, kalau IL merampas wewenang manusia lain yang selama ini mengklaim
wakil Tuhan yang berwenang mengkafirkan orang rasanya iya. Seperti MUI,
sekumpulan orang dari berbagai organisasi berlabelkan Islam kumpul, lalu
menamakan diri majelis ulama, absurditas seperti ini yang mau dikokohkan
oleh doktor kita?
Saya justru lebih tertarik mendengar pandangan dari PKS sendiri.
Salam

SBN



- Original Message -
From: Ronald P. Putra [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, September 03, 2003 8:55 AM
Subject: Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi


 -- Original Message --
 From: SBN [EMAIL PROTECTED]
 Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
 Date:  Tue, 2 Sep 2003 23:47:39 +0700

 Assalamu'alaikum wr. wb.
 
 . Contoh konkrit pembahasan yang dimulai oleh Cak Nur, Ulil dll belum
apa-apa langsung di-kafir-kan. Masalah mendasar memang membebaskan kembali
ummat Islam dalam berfikir, dimulai dengan memanusiakan manusia seperti yang
benarkan.
 
 Salam,
 
 SBN

 ---

 Mamanda SBN, iko ambo postingkan artikel ttg bahaya pemikiran Cak Nur,
Ulil dll. Silahkan di kaji benar salahnyo...
 


 Mereka Merampas Wewenang Allah
 Dr. Daud Rasyid, MA,


 Gencarnya kampanye sekularisasi oleh para aktivis
 Jaringan Islam Liberal (JIL) melalui berbagai media
 mengundang keresahan sejumlah ulama dan cendekiawan
 muslim. Apalagi, isu-isu yang dihasung gerakan ini
 berhadapan secara diametral dengan derasnya tuntutan Islam untuk
menerapkan syariat Islam di segala lini kehidupan. Menurut mereka, konsep
negara sekuler lebih unggul daripada konsep negara Islam yang dianggapnya
sekadar angan-angan.

 Melihat gejala itu, sebagai seorang da'i dan akademisi muslim, DR. Daud
Rasyid tak tinggal diam. Apalagi pada awal 1990-an, lulusan Cairo University
ini pernah tampil secara terbuka menantang gagasan sekularisasi Cak Nur yang
dianggapnya sebagai mata rantai tak terpisahkan dengan arus pemikiran JIL.
Sasaran mereka adalah memandulkan umat Islam, tandas dosen Pascasarjana
IAIN Sunan Gunung Djati Bandung itu kepada wartawan SABILI Yogi W Utomo, M.
Nurkholis Ridwan dan Misbah yang mewawancarainya di lobi kampus Lembaga Ilmu
Pengetahuan Islam dan Arab, Jakarta.

 Berikut petikannya:

 Pandangan Anda terhadap JIL?

 Sebetulnya, JIL hanyalah kelanjutan dari pemikiran-pemikiran kontroversial
sebelumnya yaitu ide
 sekularisasi yang dihasung Nurcholis Madjid pada tahun 1970-an. Hanya
sekadar ganti kulit, tetapi isi dan muatan sama saja. Saya tidak melihat
pengaruh mereka besar di masyarakat. Karena yang bisa menangkap arus
pemikiran mereka hanya kalangan tertentu saja. Sementara kebanyakan
masyarakat kita tidak mau disibukkan dengan pemikiran yang rumit dalam
beragama.

 Istilah Islam Liberal sendiri sesungguhnya penuh
 kerancuan. Kita tidak mungkin menggabungkan kata Islam dengan liberalisme.
Sebab keduanya adalah ideologi. Tidak mungkin orang mengatakan Saya seorang
muslim yang baik tetapi juga seorang protestan yang taat. Ketika mereka
sudah menyatakan liberal, maka secara tidak langsung sudah menolak Islam.
Karena sejak mereka menyatakan Islam berarti telah mengikat diri dengan
akidah dan syariat. Makanya, tak bisa lagi bersikap liberal.

deleted-



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-03 Terurut Topik indra junaidi
"Ronald P. Putra" [EMAIL PROTECTED] wrote:

Diambil sedikitdari "Mereka Merampas Wewenang Allah" Dr. Daud Rasyid, MA, ---Mengapa takut? Karena mereka mempunyai asumsi yang salah tentangsyariat. Menurut mereka, kalau syariat diterapkan,maka tidak akan ada kebebasan sama sekali. Manusia akan dikungkung dan dipenjara, sehingga tidak ada ruang untuk menggunakan akalnya. Mereka sudah jerat oleh sebuah ghazwul fikri (invasi pemikiran, red)dari Barat yang jelas-jelas memusuhi Islam. Seakan, kalangan yang memperjuangkan tegaknya syariat itu identik dengan fundamentalis. Sedangkan setiap fundamentalisme identik dengan terorisme. Mereka tidak bisa lagi berpikir jernih. Paradigma berpikirnya sudah menggunakan frame Barat. Bisa jadi, mereka adalah agen-agen Barat dengan menggunakan bahasa dan kultur lokal. Karena itu tak mustahil mereka mendapatkan dukungan finansial dari Barat. 
Memang betul JIL kan dapat suntikan dana dari ADB :-). Jadi kalau ADB enggak kasih uang lagi habis kali ya JILnya. Kebenaran ini tanya saja sama Ulil...
Wassalam
Indra JZ.
Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software

RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-02 Terurut Topik Irdam Syah



-Original Message-From: SBN 
[mailto:[EMAIL PROTECTED]

  Walaikum salam wr.wb.,
  
  .
  langsung oleh Rasululah SAW. 
  Setelahkejayaan negeri2 Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam 
  perkembangannya yang dipengaruhi oleh budaya lokal justru kembali 
  menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. Pasang surut itu masih 
  berlangsung sampai sekarang, apalagi
  
  Menurut saya Fiqih itu justeru alat bantu dalam 
  meng-aplikasi-kan Al-Quran dan Hadits untuk
  meluruskan keruwetan hidup yang memang kompleks 
  ini. Jadi sangat tidak mungkin terjadi penyimpangan2 akibat pengaruh budaya 
  lokal karena sumber hukumnya adalah Al-Quran dan Hadits. Dengan adanya Fiqih 
  ini maka agama Islam menjadi aplikatif dan implementatif dibandingkan agama2 
  lain.
  Tapi saya nggak tau kalau pemahaman ilmu Fiqih 
  pak SBN sudah sangat mendalam sehingga bisa men-judge seperti pernyataannya di 
  atas.. Kalau ba itu agiah lahkami pencerahan dari ilmu Fiqih pak SBN 
  tuh
  
  dengan semangat mau menegakkan syariat Islam 
  persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya mengingkari sunatullah alam yang 
  patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai bagian dari alam
  
  Apa bukan ilmu Fiqih ini berkembang terus 
  mengikuti dinamika kompleksitas problematikakehidupan manusia sesuai 
  fungsinya
  
  dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, 
  bagi yang tidak mau memahami perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu 
  sendiri (AL-Asr). Semua hukum alam adalah sunatullah, ada memang bagian 
  hukum-hukum antar manusia yang diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai 
  Rasul dan Nabi, namun penerapanya dalam keseharian tetap saja memerlukan 
  kecerdasan yang kontekstual,
  
  Lha... kalau diserahkan interpretasinya ke orang 
  per orang dan bukan dibakukan dalam satu cabang ilmu tertentuapa 
  malahnggak bikin kacau... atau jangan-jangan agamaIslam ini sudah 
  nggak keruan lagi wujudnya...
  
  bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak 
  berdosa dengan bom bunuh diri. Karena
  
  Itulah contohnya kalau interpretatif ke orang per orang atau 
  kelompok efeknya orang tetap menganggap itulah 
  Islam
  
  penerapan hukum apapun sangat terkait 
  dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan 
  tingkat ekonomi, lebih naik memulaidengan yang terakhir ini daripada 
  sekedar menghujat perubahan jaman.
  
  Itulah Islam yang 
  benar
  
  salam - tg
  
  Salam
  
  SBN 
  
- Original Message - 
From: 
Muhammad Dafiq Saib 



Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-02 Terurut Topik SBN





  - Original Message - 
  From: 
  Darul Makmur 
  
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, September 02, 2003 10:47 
  AM
  Subject: [RantauNet.Com] Renungan Minggu 
  pagi
  
  Assalamualaikum Ww
  
  Kalu boleh tanya:
  Berubahnya kemana dan apa saja yang boleh berubah?
  
  Menurut saya yang dha'if ini, tidak semua boleh berubah. Tapi mungkin 
  interpretasi yang berbeda.
  
  Wass. Ww
  DMSBN [EMAIL PROTECTED] wrote:
  



Walaikum salam wr.wb.,

Hukum terjadi karena manusia bisa berfikir, 
pengalaman pergulatan manusia mencari dan menegakkan kebenaran dalam sejarah 
tidak pernah bisa lepas dari sejarah peradaban itu sendiri. Termasuk dalam 
sejarah peradaban itu hukum-hukum yang dklaim berasal dariTuhan, 
penerapannya memerlukan perangkat yang bisa disebut adat, hukum positif, 
undang-undang dan sebagainya. Termasuk pada masa Rasulullah SAW penerapan 
hukum itu tetap mengambil adat istiadatbangsa Arab pada waktu itu, 
sehingga jadilah negeri2 Islam menjadi mercu-suar sampai 500 tahun kemudian, 
salah satu kelebihan sistim hukum Islam pada waktu itu ialah menghargai 
manusia sebagai manusia, dicontohkan langsung oleh Rasululah SAW. 
Setelahkejayaan negeri2 Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam 
perkembangannya yang dipengaruhi oleh budaya lokal justru kembali 
menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. Pasang surut itu masih 
berlangsung sampai sekarang, apalagi dengan se mangat mau menegakkan syariat 
Islam persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya mengingkari sunatullah 
alam yang patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai bagian dari alam 
dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, bagi yang tidak mau memahami 
perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu sendiri (AL-Asr). Semua hukum 
alam adalah sunatullah, ada memang bagian hukum-hukum antar manusia yang 
diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai Rasul dan Nabi, namun 
penerapanya dalam keseharian tetap saja memerlukan kecerdasan yang 
kontekstual, bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan 
bom bunuh diri. Karena penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat 
pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan tingkat ekonomi, 
lebih naik memulaidengan yang terakhir ini daripada sekedar menghujat 
perubahan jaman.
Salam

SBN 
  
  
  Do you Yahoo!?Yahoo! 
  SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design 
software


RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-02 Terurut Topik Irdam Syah



-Original Message-From: SBN 
[mailto:[EMAIL PROTECTED]

  Walaikum salam wr. wb.
  
  Lihat saja bumi tempat kita berpijak, 
  tanyolah mak Lembang kapan timbulnya minyak yang jadi rebutan sekarang, apa 
  pada masa sekunder atau tersier. Begitu pula kebudayaan manusia, semuanya 
  mengalami paling tidak tigo fase. Fase mitologi seperti aborigin dan animisme, 
  fase ontologi seperti zaman raja-raja feodal eropa, fase fungsional, sejak 
  revolusi industri sampai milenium ketiga sekarang ini. Pada suatu bangsa 
  ketiga fase sering bercampur karena ada sebagian masyarakatnya berubah lebih 
  cepat dibanding yang lain. Kalau melihat sejarah, maka fase mitologi ini 
  sangat mendominasi peradaban manusia sejak dari masa Neanderthal (mungkin 
  zaman Adam dan Nuh) sampai ke Ibrahim. Kelengkapan yang dibawa Muhammad SAW 
  justru pengentasan total dari mitologidan ontologi bahkan langsung ke 
  fungsional, karena itu Islam menjadi wacana yang sangat kuat pada waktu itu, 
  seharusnya juga sekarang. Sayangnya sekarang ditutupi oleh pemujaan skriptual 
  dan semangatmarti yang berlebihan. Semangat martir sebenarnya 
  punyaakar dalamkebudayaan fase mitologi yaitu kemauan 
  untukberkurban atau mempersembahkan kurban untuk penguasa transendental, 
  sekarang mentranfomasi jadi bom bunuh diri.
  
  Semangat martir akan tetap ada selamanya. 
  Bukankah ada semboyan "bersedia berkorban demi membela kebenaran"... atau 
  lebih sempit lagi "... demi membela kehormatan bangsa, negara 
  dan
  agama". Hanya yang perlu dipertanyakan adalah 
  bentukimplementasinya, apakah seorang 
  yang
  beragama Islam otomatis dia berkorban demi 
  Islam... apa bukan karena 
  kelompoknya,bangsanya,
  atau mungkin membalassakit hati 
  keluarganya. Siapa yang berhak memberi legalisasi bahwa 
  dia
  dapat mengatasnamakan seluruh komunitas 
  Islam...
  Jadi kalau pak SBN mau mendiskusikan 
  ketidaksenangannya terhadap bom bunuh diri, 
  tentukan
  dulu konteksnya apa berhubungan dengan komunitas 
  Islam seluruhnya atau kelompok sempalan
  saja atau malah ambisi pribadi saja... Jangan 
  langsung memburukkan Islam keseluruhan...
  
  salam - tg
  
  Kembali ke pertanyaan St Parpatiah, 
  yang namanya alam termasuk dunia ini 
  semuanya berubah, yang pasti tidak berubah ialah Tuhan (silahkan pelajari 
  Asmaul Husna). Kalau mengingkari perubahan alam artinya mengikuti syirik, 
  karena yang tidak berubah itu hanyalah Allah SWT.
  Kok Tan Parpatiah paralu bacaan, mungkin doens 
  Evi Gamut bisa mambantu.
  Salm
  
  SBN
  
- Original Message - 
From: 
Darul Makmur 



Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-02 Terurut Topik Darul Makmur
Assalmaulaikum Ww

Terima kasih atas penjelasannya. Kalau alam yang berobah itu saya sangat setuju. Tapi yang disebut Tuhan disini tentu Allah swt dan firmanNya. Sebab menurut saya dua yang terakhir ini yang tidak berubah.

Wass. Ww
DMSBN [EMAIL PROTECTED] wrote:


Walaikum salam wr. wb.

Lihat saja bumi tempat kita berpijak, tanyolah mak Lembang kapan timbulnya minyak yang jadi rebutan sekarang, apa pada masa sekunder atau tersier. Begitu pula kebudayaan manusia, semuanya mengalami paling tidak tigo fase. Fase mitologi seperti aborigin dan animisme, fase ontologi seperti zaman raja-raja feodal eropa, fase fungsional, sejak revolusi industri sampai milenium ketiga sekarang ini. Pada suatu bangsa ketiga fase sering bercampur karena ada sebagian masyarakatnya berubah lebih cepat dibanding yang lain. Kalau melihat sejarah, maka fase mitologi ini sangat mendominasi peradaban manusia sejak dari masa Neanderthal (mungkin zaman Adam dan Nuh) sampai ke Ibrahim. Kelengkapan yang dibawa Muhammad SAW justru pengentasan total dari mitologidan ontologi bahkan langsung ke fungsional, karena itu Islam menjadi wacana yang sangat kuat pada waktu itu, seharusnya juga sekarang. Sayangnya sekarang ditutupi oleh pemujaan skriptual dan semangatmarti
 yang berlebihan. Semangat martir sebenarnya punyaakar dalamkebudayaan fase mitologi yaitu kemauan untukberkurban atau mempersembahkan kurban untuk penguasa transendental, sekarang mentranfomasi jadi bom bunuh diri.
Kembali ke pertanyaan St Parpatiah, yang namanya alam termasuk dunia ini semuanya berubah, yang pasti tidak berubah ialah Tuhan (silahkan pelajari Asmaul Husna). Kalau mengingkari perubahan alam artinya mengikuti syirik, karena yang tidak berubah itu hanyalah Allah SWT.
Kok Tan Parpatiah paralu bacaan, mungkin doens Evi Gamut bisa mambantu.
Salm

SBN
Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software

Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-02 Terurut Topik dino . shm



CUTT,.,.,.,,.,Sebab menurut saya dua yang terakhir ini yang tidak 
berubah../././.,.,.,.,.,.,.,.,.CU

  CUTT...Kalau mengingkari perubahan alam 
  artinya mengikuti syirik, karena yang tidak berubah itu hanyalah Allah 
  SWTCUTTT
  


()()()()()^^^*(*(*(*(*(CUSSS()()()()()()()^

Ass,wr,wb,

sesuai judul, renungan minggu pagi, 
kiniko kan lah selasa sore, gimana yaini baiknya

wass,

da.mdly.16:00


'SOAR AWAY TO SEDONA'
Check out attractive value getaway packages at www.sedonahotels.com.sg

=
For more information on our Internet Specials,
visit our website @ http://www.sedonahotels.com.sg
=

Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-02 Terurut Topik SBN



Assalamu'alaikum wr. wb.

Fiqih artinya hukum, saya berpendapat fiqih adalah 
hukum positif dan itu pernah terjadi ratusan tahun yang lalu dan tercatat juga 
dalam sejarah, pada waktu itu sangat efektif. Tapi tercatat juga implementasinya 
kemudian hari tidak berkembang sesuai dengan peradaban manusia, sehingga menjadi 
tertinggal dengan kebutuhan peradaban. Kelihatannya karena sangat terkooptasi 
oleh kekuasaan (hampir semuanya monarki) karena konsep kekuasaan absolut itu 
sendiri dilanggengkan oleh fikih yang dibuat oleh manusia. Anda menilai 
perkembangan fikihterus mengikuti dinamika kompleksitas 
problematikakehidupan manusia sesuai fungsinya 

kenyataanya tidak, seandainya itu terjadi pastilah 
ummat Islam tidak akan terpuruk seperti sekarang ini. Boleh saja fikih menjadi 
cabang ilmu dan itu telah menjadi kenyataan, sayangnyawacana bahasan yang 
dilakukan terlalu menyempit kearah pengontrolan tingkah laku orang per orang, 
sementara itu bahasan yang sistemik justru tertinggal. Contohnya sampai 
sekarangpara ahli fikih belum sampai pada kesimpulan bahwa pajak itu 
bagian dari zakat. Apalagi dalam bahasan bio-molekuler, terpaksa mengikut 
saja dari masyarakat belahan utara bumi. Al-Azhar saja baru membuka jurusan 
kedokteran pada tahun enam puluhan, padahal dia adalah universitas pertama di 
dunia. Saya juga mendengar beberapa kelompok di dalam maupun di negara lain 
sudah mulai nenperluas bahasan fikih, hanya agak disayangkan mereka justru 
banyak yang terjerembab mengulangi kesalah para fuqaha terdahulu mengunci diri 
dalam kamar ilmu. Contoh konkrit pembahasan yang dimulai oleh Cak Nur, Ulil dll 
belum apa-apa langsung di-kafir-kan. Masalah mendasar memang membebaskan 
kembaliummat Islam dalam berfikir, dimulai dengan memanusiakan manusia 
seperti yang benarkan.

Salam,

SBN
- Original Message - 


  From: 
  Irdam Syah 
  
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, September 02, 2003 1:18 
  PM
  Subject: RE: [RantauNet.Com] Renungan 
  Minggu pagi
  
  -Original Message-From: SBN 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
  
Walaikum salam wr.wb.,

.
langsung oleh Rasululah SAW. 
Setelahkejayaan negeri2 Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam 
perkembangannya yang dipengaruhi oleh budaya lokal justru kembali 
menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. Pasang surut itu masih 
berlangsung sampai sekarang, apalagi

Menurut saya Fiqih itu justeru alat bantu dalam 
meng-aplikasi-kan Al-Quran dan Hadits untuk
meluruskan keruwetan hidup yang memang kompleks 
ini. Jadi sangat tidak mungkin terjadi penyimpangan2 akibat pengaruh budaya 
lokal karena sumber hukumnya adalah Al-Quran dan Hadits. Dengan adanya Fiqih 
ini maka agama Islam menjadi aplikatif dan implementatif dibandingkan agama2 
lain.
Tapi saya nggak tau kalau pemahaman ilmu Fiqih 
pak SBN sudah sangat mendalam sehingga bisa men-judge seperti pernyataannya 
di atas.. Kalau ba itu agiah lahkami pencerahan dari ilmu Fiqih pak 
SBN tuh

dengan semangat mau menegakkan syariat Islam 
persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya mengingkari sunatullah alam 
yang patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai bagian dari alam

Apa bukan ilmu Fiqih ini berkembang terus 
mengikuti dinamika kompleksitas problematikakehidupan manusia sesuai 
fungsinya

dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, 
bagi yang tidak mau memahami perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu 
sendiri (AL-Asr). Semua hukum alam adalah sunatullah, ada memang bagian 
hukum-hukum antar manusia yang diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai 
Rasul dan Nabi, namun penerapanya dalam keseharian tetap saja memerlukan 
kecerdasan yang kontekstual,

Lha... kalau diserahkan interpretasinya ke 
orang per orang dan bukan dibakukan dalam satu cabang ilmu tertentuapa 
malahnggak bikin kacau... atau jangan-jangan agamaIslam ini 
sudah nggak keruan lagi wujudnya...

bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak 
berdosa dengan bom bunuh diri. Karena

Itulah contohnya kalau interpretatif ke orang per orang 
atau kelompok efeknya orang tetap menganggap itulah 
Islam

penerapan hukum apapun sangat terkait 
dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan 
tingkat ekonomi, lebih naik memulaidengan yang terakhir ini daripada 
sekedar menghujat perubahan jaman.

Itulah Islam yang 
benar

salam - tg

Salam

SBN 

  - Original Message - 
  From: 
  Muhammad Dafiq Saib 
  


Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-02 Terurut Topik SBN



Assalamu'alaikum wr. wb.


Sependapat dengan anda, 
rasanya nggak ada kalimat saya yang memburukkan Islam agama saya sendiri. Frase 
kalimat saya hanya berkaitan dengan sebagian orang yang memuja skriptual dan 
berakhir dengan semangat martir berlebihan lalu bunuh diri sambil membunuh orang 
yang tak berkaitan, itukan fakta yang tak terbantah. Justrukarena Islam 
yang benar harus dikatakan benar dan yang salah dikatakan 
salah.

Salam

SBN

- 
Original Message - 

  From: 
  Irdam Syah 
  
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, September 02, 2003 2:00 
  PM
  Subject: RE: [RantauNet.Com] Renungan 
  Minggu pagi
  
  -Original Message-From: SBN 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
  
Walaikum salam wr. wb.

Lihat saja bumi tempat kita berpijak, 
tanyolah mak Lembang kapan timbulnya minyak yang jadi rebutan sekarang, apa 
pada masa sekunder atau tersier. Begitu pula kebudayaan manusia, semuanya 
mengalami paling tidak tigo fase. Fase mitologi seperti aborigin dan 
animisme, fase ontologi seperti zaman raja-raja feodal eropa, fase 
fungsional, sejak revolusi industri sampai milenium ketiga sekarang ini. 
Pada suatu bangsa ketiga fase sering bercampur karena ada sebagian 
masyarakatnya berubah lebih cepat dibanding yang lain. Kalau melihat 
sejarah, maka fase mitologi ini sangat mendominasi peradaban manusia sejak 
dari masa Neanderthal (mungkin zaman Adam dan Nuh) sampai ke Ibrahim. 
Kelengkapan yang dibawa Muhammad SAW justru pengentasan total dari 
mitologidan ontologi bahkan langsung ke fungsional, karena itu Islam 
menjadi wacana yang sangat kuat pada waktu itu, seharusnya juga sekarang. 
Sayangnya sekarang ditutupi oleh pemujaan skriptual dan semangatmarti 
yang berlebihan. Semangat martir sebenarnya punyaakar 
dalamkebudayaan fase mitologi yaitu kemauan untukberkurban atau 
mempersembahkan kurban untuk penguasa transendental, sekarang mentranfomasi 
jadi bom bunuh diri.

Semangat martir akan tetap ada selamanya. 
Bukankah ada semboyan "bersedia berkorban demi membela kebenaran"... atau 
lebih sempit lagi "... demi membela kehormatan bangsa, negara 
dan
agama". Hanya yang perlu dipertanyakan adalah 
bentukimplementasinya, apakah seorang 
yang
beragama Islam otomatis dia berkorban demi 
Islam... apa bukan karena 
kelompoknya,bangsanya,
atau mungkin membalassakit hati 
keluarganya. Siapa yang berhak memberi legalisasi bahwa 
dia
dapat mengatasnamakan seluruh komunitas 
Islam...
Jadi kalau pak SBN mau mendiskusikan 
ketidaksenangannya terhadap bom bunuh diri, 
tentukan
dulu konteksnya apa berhubungan dengan 
komunitas Islam seluruhnya atau kelompok 
sempalan
saja atau malah ambisi pribadi saja... Jangan 
langsung memburukkan Islam keseluruhan...

salam - tg

Kembali ke pertanyaan St Parpatiah, 
yang namanya alam termasuk dunia ini 
semuanya berubah, yang pasti tidak berubah ialah Tuhan (silahkan pelajari 
Asmaul Husna). Kalau mengingkari perubahan alam artinya mengikuti syirik, 
karena yang tidak berubah itu hanyalah Allah SWT.
Kok Tan Parpatiah paralu bacaan, mungkin doens 
Evi Gamut bisa mambantu.
Salm

SBN

  - Original Message - 
  From: 
  Darul 
  Makmur 


Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-02 Terurut Topik Ronald P. Putra
-- Original Message --
From: SBN [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
Date:  Tue, 2 Sep 2003 23:47:39 +0700

Assalamu'alaikum wr. wb.

. Contoh konkrit pembahasan yang dimulai oleh Cak Nur, Ulil dll belum apa-apa langsung 
di-kafir-kan. Masalah mendasar memang membebaskan kembali ummat Islam dalam berfikir, 
dimulai dengan memanusiakan manusia seperti yang benarkan.

Salam,

SBN

---

Mamanda SBN, iko ambo postingkan artikel ttg bahaya pemikiran Cak Nur, Ulil dll. 
Silahkan di kaji benar salahnyo...
 


Mereka Merampas Wewenang Allah 
Dr. Daud Rasyid, MA, 


Gencarnya kampanye sekularisasi oleh para aktivis 
Jaringan Islam Liberal (JIL) melalui berbagai media 
mengundang keresahan sejumlah ulama dan cendekiawan 
muslim. Apalagi, isu-isu yang dihasung gerakan ini 
berhadapan secara diametral dengan derasnya tuntutan Islam untuk menerapkan syariat 
Islam di segala lini kehidupan. Menurut mereka, konsep negara sekuler lebih unggul 
daripada konsep negara Islam yang dianggapnya sekadar angan-angan. 

Melihat gejala itu, sebagai seorang da'i dan akademisi muslim, DR. Daud Rasyid tak 
tinggal diam. Apalagi pada awal 1990-an, lulusan Cairo University ini pernah tampil 
secara terbuka menantang gagasan sekularisasi Cak Nur yang dianggapnya sebagai mata 
rantai tak terpisahkan dengan arus pemikiran JIL. Sasaran mereka adalah memandulkan 
umat Islam, tandas dosen Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Djati Bandung itu kepada 
wartawan SABILI Yogi W Utomo, M. Nurkholis Ridwan dan Misbah yang mewawancarainya di 
lobi kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab, Jakarta. 

Berikut petikannya: 

Pandangan Anda terhadap JIL? 

Sebetulnya, JIL hanyalah kelanjutan dari pemikiran-pemikiran kontroversial sebelumnya 
yaitu ide 
sekularisasi yang dihasung Nurcholis Madjid pada tahun 1970-an. Hanya sekadar ganti 
kulit, tetapi isi dan muatan sama saja. Saya tidak melihat pengaruh mereka besar di 
masyarakat. Karena yang bisa menangkap arus pemikiran mereka hanya kalangan tertentu 
saja. Sementara kebanyakan masyarakat kita tidak mau disibukkan dengan pemikiran yang 
rumit dalam beragama. 

Istilah Islam Liberal sendiri sesungguhnya penuh 
kerancuan. Kita tidak mungkin menggabungkan kata Islam dengan liberalisme. Sebab 
keduanya adalah ideologi. Tidak mungkin orang mengatakan Saya seorang muslim yang 
baik tetapi juga seorang protestan yang taat. Ketika mereka sudah menyatakan liberal, 
maka secara tidak langsung sudah menolak Islam. Karena sejak mereka menyatakan Islam 
berarti telah mengikat diri dengan akidah dan syariat. Makanya, tak bisa lagi bersikap 
liberal. 

Saya yakin di kalangan kiai dan pesantren sendiri ide mereka tidak akan laku, walau 
banyak aktivis JIL yang berasal dari generasi NU. Pemikiran di pesantren sudah punya 
frame tersendiri, yaitu Ahlussunnah wal Jamaah yang telah terbangun ratusan tahun. 
Kalau pun sekarang terkesan Islam Liberal itu laku, saya kira karena terlalu 
dibesar-besarkan oleh media. Terlalu di-blow up oleh media cetak, radio, TV, dan 
sebagainya. 

Perbedaannya dengan sekularisasi Cak Nur? 

Isu yang dihadapi mereka memang berbeda konteksnya. 
Dulu isu yang dihadapi Cak Nur adalah tentang negara Islam. Sekarang, yang dihadapi 
JIL adalah semangat dan gerakan umat untuk menerapkan syariat Islam. Padahal, di Mesir 
pola pemikiran seperti ini sudah muncul sepuluh atau lima belas tahun yang lalu. 
Ketika belajar di sana sekitar sepuluh tahun yang lalu, saya mengikuti polemik seperti 
ini di media massa. Saat itu, kelompok sekuler seperti Said Asnawi dan Faraj Faudah 
dengan gigih menolak penerapan syariat yang sudah menjadi tuntutan 80 persen 
masyarakat Mesir melalui referendum. 

Kenapa mereka begitu berambisi menghadang penerapan 
syariat Islam? 

Mereka memang membuat suatu jaringan ide yang skalanya internasional. Setiap wilayah 
mengembangkan idenya sendiri, sesuai dengan kasus-kasus yang mereka hadapi. Kini, di 
Indonesia, masyarakat sudah mulai memahami bahwa syariat Islam ini harus diterapkan 
dalam tatanan kehidupan yang lebih luas. Tidak hanya sekadar menyentuh 
persoalan-persoalan ibadah, tetapi meliputi transaksi bisnis, kodifikasi hukum perdata 
maupun pidana dan sebagainya. Apalagi dalam konteks otonomi daerah. Tuntutan penerapan 
syariat Islam di sejumlah 
daerah dan provinsi sudah sangat mengental. Karena 
itu, menurut saya, mereka ini sebetulnya orang-orang yang ketakutan. 

Mengapa takut? 

Karena mereka mempunyai asumsi yang salah tentang
syariat. Menurut mereka, kalau syariat diterapkan,
maka tidak akan ada kebebasan sama sekali. Manusia 
akan dikungkung dan dipenjara, sehingga tidak ada 
ruang untuk menggunakan akalnya. Mereka sudah jerat 
oleh sebuah ghazwul fikri (invasi pemikiran, red)dari Barat yang jelas-jelas memusuhi 
Islam. Seakan, 
kalangan yang memperjuangkan tegaknya syariat itu 
identik dengan fundamentalis. Sedangkan setiap 
fundamentalisme identik dengan terorisme. Mereka 

RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-02 Terurut Topik Irdam Syah



-Original Message-From: SBN 
[mailto:[EMAIL PROTECTED]

  Assalamu'alaikum wr. wb.
  
  Fiqih artinya hukum, saya berpendapat fiqih 
  adalah hukum positif dan itu pernah terjadi ratusan tahun yang lalu dan 
  tercatat juga dalam sejarah, pada waktu itu sangat efektif. Tapi tercatat 
  juga
  
  Maksudnya... sekarang tidak berlaku lagi sebagai 
  hukum positif dalam masalah ke-Islam-an..
  Kalau anda maksud setelah ratusan tahun lalu 
  sampai sekarang tidak efektif lagi maka saya
  sangat tidak yakin generasi kita sekarang masih 
  menjumpai Islam seperti adanya sekarang.
  Sebagai bukti, di negara2 Balkan bekas jajahan 
  Rusia dimana fiqih tidak boleh diberlakukan
  "hanya" orde puluhan tahun... lihat saja 
  sekarang, mereka hanya tahu bahwa mereka Islam,
  tapi bagaimana Islam itu mereka tidak mengerti.. 
  Padahal disana pernah lahir Imam Buchari
  yang terkenal dengan perawi hadits2 
  shahih...
  
  implementasinya kemudian hari tidak 
  berkembang sesuai dengan peradaban manusia, sehingga menjadi tertinggal dengan 
  kebutuhan peradaban. Kelihatannya karena sangat terkooptasi oleh
  
  Justeru dia ikut berkembang mengikuti 
  perkembangan peradaban manusia, karena dia
  berfungsi sebagai rambu-rambu untuk mengarahkan 
  perkembangan tersebut sesuai dengan
  sumber hukum Islam yaitu Al-Quran dan 
  Hadits...
  Tapi jika pengertian anda perkembangan fiqih 
  tersebut harus meng-amin-i atau harus seiring-
  sejalan dengan setiapperkembangan 
  peradaban... saya nggak tau apa itu masih disebut
  dengan ilmu fiqih...
  
  kekuasaan (hampir semuanya monarki) karena 
  konsep kekuasaan absolut itu sendiri dilanggengkan oleh fikih yang dibuat oleh 
  manusia. Anda menilai perkembangan fikihterus mengikuti dinamika
  
  Jika kita baca bagaimana ketatnya 
  pembukuan Al-Quran untuk menjaga kemurniannya, 
  dan
  betapa rumitnya men-sortir hadits 
  untuk mendapatkan tingkatan hadist shahih yang 
  semuanya
  dikerjakan pada zaman2 
  kekhalifahan maka saya sangat tidak percaya hukum2 dalam 
  fiqih
  bisa dipesan sesuai selera sang 
  penguasa pada waktu itu...
  
  kompleksitas problematikakehidupan manusia sesuai 
  fungsinya 
  kenyataanya tidak,
  
  Bukankah ada yang namanya Ijma' dan Qiyas 
  untukmemecahkan permasalahan yang 
mungkin
  tidak pernah terjadi pada masa kehidupan Nabi 
  Muhammad SAW... tapi tantu penetapan
  hukumnya indak harus sasuai jo salero bagindo 
  atau sari bundo doh
  
  seandainya itu terjadi pastilah ummat Islam tidak 
  akan terpuruk seperti sekarang ini. Boleh saja fikih menjadi cabang ilmu dan 
  itu telah menjadi kenyataan, sayangnyawacana bahasan yang dilakukan 
  terlalu menyempit kearah pengontrolan tingkah laku orang per orang, sementara 
  itu bahasan yang
  
  Contoh ringannyo eh.. ado nan namonyo fardhu 
  kifayah, sunat muaqad.. dll nan hukumnyo bukan
  bersifat personil..., bagaimana mengelola zakat 
  yang efeknya untuk kemaslahatan masyarakat...
  bahkan sampai baa baparang nan 
  "islami"..
  
  sistemik justru tertinggal. Contohnya sampai 
  sekarangpara ahli fikih belum sampai pada kesimpulan bahwa pajak itu 
  bagian dari zakat.
  
  Saya kira untuk Indonesia jika diberlakukan 
  Piagam Jakarta... maka itu bisa diatur dan
  bereslah urusannya... Kalau nggak salah di 
  Malaysia sudah seperti itu..
  
  Apalagi dalam bahasan bio-molekuler, terpaksa 
  mengikut saja dari masyarakat belahan utara bumi. Al-Azhar saja baru membuka 
  jurusan kedokteran pada tahun enam puluhan, padahal dia adalah
  
  Jika saja Andalusia tidak dihancurkan.. 
  sekarang kita hanya bisaambil hikmahnya saja.
  
  universitas pertama di dunia. Saya juga mendengar 
  beberapa kelompok di dalam maupun di negara lain sudah mulai nenperluas 
  bahasan fikih, hanya agak disayangkan mereka justru banyak yang terjerembab 
  mengulangi kesalah para fuqaha terdahulu mengunci diri dalam kamar ilmu.
  
  Saya kira kajian fiqih bukanlah pekerjaan yang 
  terburu-buru melainkan harus sangat "njelimet"
  karena implikasinya menyangkut keabadian sorga 
  dan neraka tidak hanya hidup di dunia saja...
  
  Contoh konkritpembahasan yang dimulai oleh Cak Nur, 
  Ulil dll belum apa-apa langsung di-kafir-kan. Masalah mendasar memang 
  membebaskan kembaliummat Islam dalam berfikir, dimulai dengan 
  memanusiakan manusia seperti yang benarkan.
  
  Saya tidak begitu mengikuti karena menurut saya 
  banyak persoalan2 umat Islam yang lebih
  prioritas dan membutuhkan kekompakan antar umat 
  sendiri... berpecah itu jauh lebih gampang
  dari pada 
  bersatu...
  
  salam - tg
  
  Salam,
  
  SBN
  - Original Message 
  - 
  
From: 
Irdam 
Syah 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, September 02, 2003 1:18 
PM
    Subject: RE: [RantauNet.Com] Renungan 
Minggu pagi

-Original Message-From: SBN 
[mailto:[EMAIL PROTECTED]]

  Walaikum salam wr.wb.,
  
  .
   

Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi (Namanya juga Indo...!!!)

2003-09-01 Terurut Topik indra junaidi



" -- (*o*) --" [EMAIL PROTECTED] wrote: 

- Original Message - From: "Rahima" <[EMAIL PROTECTED]>Assalamualaikum.Wr.Wb.Hehehe...Dek, orang2 dari negara yang dikau sebutkan itu sudah sejahtera tingkat ekonominya, jadi mereka tidak perlu mencuri untuk mendapatkan satu atau dua liter beras. Tapi satu atau dua orang, pasti masih adalah, emang nggak sebanyak di negara penduduknya yang Islamnya paling besar di dunia.
Dinegara maju dan luar ini tidak adapencuri ?, Korupsi ? KKN ?. He he...ketipu lah kita-kita ini... pekerjaan mereka tentang ini sangat halus... memang tidak untuk /di negara mereka... tetapi dengan negara seperti negara kita, yang merasa sangat banga dan senangmerek produk luar. Lihat bagaimana mereka memberikan bantuan ke negara kita. Konsultan proyek harus dari mereka, alat-alat operasional dari mereka, tenaga kerja untuk level-level pengambil keputusan sebagian dari mereka dimana tenaga kerja yang dipakai adalah orang-orang yang di negaranya sebagai pengangur. Selanjutnya...?...komisi he..he..he.. mereka saja selalu bilang "time is money"..dan tidak ada sesuatu pemberian yang gratis.Dan mengapa mereka kelihatan islami oleh taat aturan tsb, menurut asumsiku begini: Mereka individualis. Karena individualis mereka punya waktu banyak untuk memikirkan kesejahteraan diri sendiri. Karena sejahtera mereka mempunyai segala sarana untuk membuat
 hidup semakin nyaman. Karena hidup mereka nyaman mereka punya peluang untuk lebih memperhalus peradaban melalui keindahan . Karena peradaban semakin halus, mereka semakin punya waktu untuk mengembangkan logika. Karena logika mereka berjalan lurus sesuai harkat logika itu sendiri, mereka bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Singkatnya mereka tidak punya waktu ngurusin urusan orang.
Memang betul seperti yang kita lihat dan pandang kehidupan mereka senang dan sejahterah... sama seperti seolah-olah mereka ini lembut penuh kasih sayang...bahkan sangat menyayangi hewan (anjing, kucing dan hewan-hewan rumah lainnya), lebih heboh lagi ada juga loh... mobil ambulan dan rumah sakit gawat darurat untuk hewan. Yang paling syahdu adalah prosesi pemakaman kematian hewan. Tapi apakah semua ini benar begitu ?. Entahlah... (ini pendapat pribadidan juga pengakuan dari beberapa ibu-ibu serta bapak-bapak yang sudah oma-oma dan opa-opa di negara tempat saya menumpang hidup sekarang, yang sering ditemui sendirian di taman-taman kotalagi duduk mengaso)... ini merupakankekeringan hati mereka karena tidak adanya kasih sayang di antara mereka sesama manusia. Karena anak sendiripun jika sudah mulai besartidak ada lagi hak orang tua mereka untuk mengatur, memarahi dan mengasihi. Yah.. pelampiasannya ya..melalui hewan inilah.. Tidak jarang kita
 menemui seorang ibu atau bapak yang tua renta berjalan dengan kereta dorong sendirianpergi berbelanja untuk keperluan hidup mereka, yang bahkan kadang-kadang terguling di jalan "aduuuh... ingat emak di tanah air nih."..
Juga tidak mengherankan seorang ibu-ibu atau bapak-bapak yang meninggal ketahuannya setelah satu minggu. Itupun ketahuan kalau box-box surat mereka sudah penuh tidak diambil-ambil. Atau kecurigaan tukang koran, tukang pos, atau penjaga rumah yang melihat si beliau tidak pernah keluar lagi, atau lebih ..."oh my God"... melalui bau yang sudah menyengat. Kemana si anak atau saudara?.. yah ... semua sudah dibawa perutungan masing-masing. Kemudian bagaimana kalau si anak diberi tahu oleh pegawai pemerintahan bagian pengurusan kematian, si anak tinggal bilang tolong dikuburkan saja secara baik-baik dan nanti setelah itu tolong kirimkan billing pembayaranya serta nomor rekening anda. Sianak transfer uang... so beres semuaPada hal jarak kota dia dengan si ortu hanya6jam perjalanan mobil via tol, atau setengah jam perjalanan dengan kereta ICE (kereta tercepat mereka).
Suatu pengalaman yang membuat hati ini teriris-iris.(ya AllahNauzubillah).. tatkala baru pulang dari kota Berlin menuju kota Kiel (Sabtu dua minggu kemaren), se kereta dengan seorang ibu (dari Indonesia) yang bersuamikan orang Jerman, sambil menangis tersedu-sedu beliau bercerita bahwa dia baru kalah gugatan di pengadilan, yang notabene digugat oleh anak perempuan sendiri. Si anak menggugat ibunya karena melarang dia ingin hidup (maaf) kumpul kebo dengan se orang teman lelakinya. Pihak pengadilan Jerman memenangkan si anak, karena si anak mempunyai HAM untuk menentukan hidupnya karena dia sudah dewasa, dan si ibu tidak berhak untuk melarang ini. Sungguh tragis si ibu malah disuruh bayar denda perkaraInikah yang dinamakan manusia ini mahkluk sosial ?.
Kemudian fasilitas hidup dan kesejah teraan ?. Ada uang baru dapat sejah terah... kalau enggak ada uang jangan harap. Jadi kita juga tidak heran melihat adanya gepeng (gelandang dan pengemis) di negara maju ini.
Banyak lagi sebernarnya persoalan-persoalan sosial di negara maju ini. Sangat panjang untuk diuraikan di sini. Jadi yah... sami mawon juga dengan negara kita...Tapi diakui juga, 

Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-01 Terurut Topik Z Chaniago
Assalamu'alaikum WW

Satantang jo voting nan digagas Mak Darul, ...ambo jadi takana jo kato-kato 
kanti nan mangatokan kalau urang ras melayu pado dasarnyo ndak akan patuah 
kalau ndak di karehi

jadi  ma nan labiah rancak...

a. Hiduik taratur tapi sia nan malangga aturan dihukum barek.
b. Hiduik bebas tapi ndak taratur..
Wassalam

Z Chaniago - Palai Rinuak -http://photos.yahoo.com/bada_masiak/

==
Alam Takambang Jadi Guru
==
From: Darul Makmur [EMAIL PROTECTED]
Assl. Ww
Mak Lembang, tapi masih ado diantaro awak nan mangecekkan bahaso kesadaran 
hukum atau agamo tu indak buliah dipasokan . ateh kesadaran 
sendiri. Kalau dituntuik kesadaran sendiri nak sadar-sadarnyo.

Kalau suruah piliah, nan nama awak piliah mungkin 
1. Keteraturan harus dipaksakan atau
2. Kesadaran keteraturan tidak bisa dipaksakan.
Kalau saja di voting anda pilih yang mana/

Wass. Ww
_
Get MSN 8 and enjoy automatic e-mail virus protection.  
http://join.msn.com/?page=features/virus

RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-01 Terurut Topik Muhammad Dafiq Saib

Assalamu'alaikum wr.wb.,

Kalau hukum tidak dikawal (kata orang Malaysia), dianya tidak akan berkuat kuasa. Jadilah dia semacam macan ompong. Jadi harus dikawal. Harus dipaksakan. Harus ditegakkan. Bagaimana menegakkannya? Dengan teori siapa mau ditegakkan? Dengan pendapat siapa mau dijalankan? Itu yang jadi masalah.

Kalau dengan cara 'hak azazi ala barat' ya seperti itu, seorang ibu yang melarang anaknya bersamen leven dengan laki-laki lain malahan jadi terpidana, jadi tertuduh, jadi yang dikenai sangsi. 

Kalau mau dipakai ala Jepang, jangan coba-coba mengganggu gugat orang yang tiap malam pulang mabuk sesudah menenggak sake, selama dia tidak menabrak orang dijalan kalau dia masih menyetir pulang.

Kalau mau dipakai cara Indonesia ya itu lagi. Boleh ditawar-tawar. Semuanya konon serba praduga tak bersalah. Sudah jelas-jelas di hamboknya uang rakyat, tapi karena tidak 'terbukti' secara hukum, karena dia pandai, karena pengacaranya pandai membuktikan lain, ya jangan coba-coba. Maka dia aman tenteram karta raharja saja. 

Jadi terserahlah.

Hanya kalau mau menoleh, agak sedikit, tanpa prasangka, tanpa ketakutan yang tidak beralasan, tanpa berniat ngeyel, coba balik-balik pula al Quran. Mau hukum yang mana yang akan dibahas. Al Quran, yang laa raiba fiihi (tidak ada keragu-raguan di dalamnya), ada juga sedikit sebanyak bercerita tentang hukum. Tapi sayangnya, orang kan alergi saja. Orang kan takut saja. Orang kan langsung tidak percaya saja. Orang nanti merasa macam-macam saja. Orang jadi mencap barbar saja. 

Saya mau memilih yang mana? Saya memilih takut akan hukum dan hukuman Allah.

Wassalamu'alaikum wr.wb.,

Lembang AlamDarul Makmur [EMAIL PROTECTED] wrote:

Assl. Ww

Mak Lembang, tapi masih ado diantaro awak nan mangecekkan bahaso kesadaran hukum atau agamo tu indak buliah dipasokan . ateh kesadaran sendiri. Kalau dituntuik kesadaran sendiri nak sadar-sadarnyo.

Kalau suruah piliah, nan nama awak piliah mungkin 
1. Keteraturan harus dipaksakan atau
2. Kesadaran keteraturan tidak bisa dipaksakan.

Kalau saja di voting anda pilih yang mana/

Wass. Ww
St. Lembang Alam
Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software

Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-09-01 Terurut Topik SBN



Walaikum salam wr.wb.,

Hukum terjadi karena manusia bisa berfikir, 
pengalaman pergulatan manusia mencari dan menegakkan kebenaran dalam sejarah 
tidak pernah bisa lepas dari sejarah peradaban itu sendiri. Termasuk dalam 
sejarah peradaban itu hukum-hukum yang dklaim berasal dariTuhan, 
penerapannya memerlukan perangkat yang bisa disebut adat, hukum positif, 
undang-undang dan sebagainya. Termasuk pada masa Rasulullah SAW penerapan hukum 
itu tetap mengambil adat istiadatbangsa Arab pada waktu itu, sehingga 
jadilah negeri2 Islam menjadi mercu-suar sampai 500 tahun kemudian, salah satu 
kelebihan sistim hukum Islam pada waktu itu ialah menghargai manusia sebagai 
manusia, dicontohkan langsung oleh Rasululah SAW. Setelahkejayaan negeri2 
Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam perkembangannya yang dipengaruhi 
oleh budaya lokal justru kembali menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. 
Pasang surut itu masih berlangsung sampai sekarang, apalagi dengan semangat mau 
menegakkan syariat Islam persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya 
mengingkari sunatullah alam yang patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai 
bagian dari alam dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, bagi yang tidak 
mau memahami perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu sendiri (AL-Asr). Semua 
hukum alam adalah sunatullah, ada memang bagian hukum-hukum antar manusia yang 
diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai Rasul dan Nabi, namun penerapanya 
dalam keseharian tetap saja memerlukan kecerdasan yang kontekstual, bukan 
seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan bom bunuh diri. Karena 
penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang 
benar "memuliakan manusia") dan tingkat ekonomi, lebih naik memulaidengan 
yang terakhir ini daripada sekedar menghujat perubahan jaman.
Salam

SBN 

  - Original Message - 
  From: 
  Muhammad Dafiq Saib 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Monday, September 01, 2003 3:14 
  PM
  Subject: Re: [RantauNet.Com] Renungan 
  Minggu pagi
  
  
  Assalamu'alaikum wr.wb.,
  
  Kalau hukum tidak dikawal (kata orang Malaysia), dianya tidak akan 
  berkuat kuasa. Jadilah dia semacam macan ompong. Jadi harus dikawal. Harus 
  dipaksakan. Harus ditegakkan. Bagaimana menegakkannya? Dengan teori 
  siapa mau ditegakkan? Dengan pendapat siapa mau dijalankan? Itu yang jadi 
  masalah.
  
  Kalau dengan cara 'hak azazi ala barat' ya seperti itu, seorang ibu yang 
  melarang anaknya bersamen leven dengan laki-laki lain malahan jadi terpidana, 
  jadi tertuduh, jadi yang dikenai sangsi. 
  
  Kalau mau dipakai ala Jepang, jangan coba-coba mengganggu gugat orang 
  yang tiap malam pulang mabuk sesudah menenggak sake, selama dia tidak menabrak 
  orang dijalan kalau dia masih menyetir pulang.
  
  Kalau mau dipakai cara Indonesia ya itu lagi. Boleh ditawar-tawar. 
  Semuanya konon serba praduga tak bersalah. Sudah jelas-jelas di hamboknya uang 
  rakyat, tapi karena tidak 'terbukti' secara hukum, karena dia pandai, karena 
  pengacaranya pandai membuktikan lain, ya jangan coba-coba. Maka dia aman 
  tenteram karta raharja saja. 
  
  Jadi terserahlah.
  
  Hanya kalau mau menoleh, agak sedikit, tanpa prasangka, tanpa ketakutan 
  yang tidak beralasan, tanpa berniat ngeyel, coba balik-balik pula al Quran. 
  Mau hukum yang mana yang akan dibahas. Al Quran, yang laa raiba 
  fiihi (tidak ada keragu-raguan di dalamnya), ada juga sedikit 
  sebanyak bercerita tentang hukum. Tapi sayangnya, orang kan alergi saja. Orang 
  kan takut saja. Orang kan langsung tidak percaya saja. Orang nanti merasa 
  macam-macam saja. Orang jadi mencap barbar saja. 
  
  Saya mau memilih yang mana? Saya memilih takut akan hukum dan hukuman 
  Allah.
  
  Wassalamu'alaikum wr.wb.,
  
  Lembang AlamDarul Makmur [EMAIL PROTECTED] 
  wrote:
  
Assl. Ww

Mak Lembang, tapi masih ado diantaro awak nan mangecekkan bahaso 
kesadaran hukum atau agamo tu indak buliah dipasokan . ateh 
kesadaran sendiri. Kalau dituntuik kesadaran sendiri nak 
sadar-sadarnyo.

Kalau suruah piliah, nan nama awak piliah mungkin 
1. Keteraturan harus dipaksakan atau
2. Kesadaran keteraturan tidak bisa dipaksakan.

Kalau saja di voting anda pilih yang mana/

Wass. Ww
  
  St. Lembang 
  Alam
  
  
  Do you Yahoo!?Yahoo! 
  SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design 
software


RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi

2003-08-31 Terurut Topik Elthaf



 Renungan yang sangaik rancak 
dikirimkan dek Mak Lembang Alam,
Memangbanyak hal 
yang aneh di nagari awak ko, kayaknyo urang awak suko nyerempet hukum, nan 
patuah hukum malah yang kanai semprit, banyak contohnyo, jaan cubo-cubo stop di 
stop sign, kanai hariak atau dilantak oto dari balakang, marokok di kenderaan 
umum adolah hal biaso, jadi yang HAM di nagarai awak adolah managakkan banang 
basah, lah jaleh uang salah dan jaleh-jaleh salah, malah dipatagakakn juo, dan 
malah menang di pengadilan...
 
Untuak memprotect kesalahan dan 
karajo yang bermuara dosa dan ke neraka, ado kunci dan password untuak itu yang 
paliang mangkuih :
 1. Assalaamualaikum wr.wb., Setiap akan masuak rumah, 
kantua atau apo sajo, baco Assalaamualaikum wr.wb,, insya Allah tidak akan ado 
keinginan untuak berbuat dosa dan pertengkaran,, suasana akan sejuk., insya 
Allah tidak akan ada korupsi.
 2. Basmalah, Setiap melaksanakan pekerjaan, mulailah dengan 
membaca Basmallah, Bismillahhirahmanirrahim, insya Allah kita terhindar dari 
maksiat., cubolah pai ka tampaik lokalisasi, baco assalamualaikum dan bismillah, 
dengan sendirinyopengunjung tu akan baliak pulang dan indak jadi 
melakukan perbuatan dosa dan hina, maaf pak, kalau contoh ini kurang pantas dan 
patut ditulis di sini., juga tidak akan ado maliang, wakatu akan manarimo 
amplop, baco "bismillah, ambo tarimo amplop bapak, dan alhamdulillah", apo bisa 
kayak itu.
 Ciek lai, bagi yang udah haji, hajinyo harus benar-benar 
mabrur, kalau hajinyo mabrur, insya Allah. negara Indonesia Raya ko akan menjadi 
nagari yang baldatuntayyibatun warabbun ghaafur, karano dari 5 mantan dan 
presiden awak adolah haji dan bergelar haji, sebagian besar pejabat lembaga 
tinggi dan tertinggi negara, menteri, dirjen, gubernur, bupati / walikota sampai 
perangkat pemerintahaneselon paliang rendah sebagian besar haji dan 
bergelar haji. 
 Coba bayangkan, apa nggak akan makmur negara kita 
diperintah oleh pak haji / buk hajah yang menjalankan dan menyandang haji dengan 
cara yang benar, semoga menjadi haji yang mabrur.
 Itu saketek ilustrasi sederahana ambo, manyambuang renungan 
suci dari Mak lembang.
 Mohon maaf kalau tulisan ko melebar dan nyerempet ka kida 
suok.
 Wassalam
 Elthaf, 43 Th.

  -Original Message-From: Muhammad Dafiq Saib 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Sunday, August 31, 2003 6:31 
  AMTo: [EMAIL PROTECTED]Subject: [RantauNet.Com] 
  Renungan Minggu pagi
  
   
  Assalamu'alaikum wr.wb.,
  Diantara bahasan yang lain adalah masalah 'tidak 
  tertibnya' hukum di negeri Indonesia Raya yang tercinta ini. Padahal 
  masyarakatnya orang-orang Islam (mayoritas). Bandingkan dengan negeri lain 
  yang bukan berpenduduk Islam, kok ya bisa mereka hidup lebih taat hukum, lebih 
  'islami'. Tapi apa iya demikian?
  Untuk hal-hal yang sifatnya 
  kepentingan umum barangkali memang demikian. Karena di negeri-negeri maju itu, 
  orang 'dipaksa' untuk menghargai dan tidak melanggar hak orang lain. Dan hal tersebut dikawal dengan 
  perangkat hukum secara ketat. Jadi jangan coba-coba merugikan orang lain 
  secara hukum. Seseorang bisa 'memaksa' tetangganya yang tinggal persis di 
  atasnya pada sebuah apartemen untuk tidak menggunakan 'closet' sesudah jam 
  sepuluh malam sebab hal itu mengganggu tidurnya. Dan si tetangga yang taat 
  hukum 'terpaksa' harus menerima kenyataan itu. Jangan coba-coba menyerobot 
  antrian, jangan coba-coba menyerobot di lampu merah, jangan coba-coba merokok 
  di tempat yang sudah dinyatakan bebas rokok. Pelanggaran terhadap hal tersebut 
  bisa dituntut secara hukum dan di denda atau di hukum secara hukum. Dan tentu 
  saja dengan tegaknya hukum, hanya orang-orang yang benar-benar bebal yang 
  masih mau melanggar hukum.
  Taat hukum agar tidak merugikan 
  orang lain itu tidak urung kebablasan juga. Begitu ketatnya orang harus 
  menghargai hak azazi orang lain (yang selalu mereka gembar-gemborkan) sehingga 
  orang yang berbuat apa saja asal tidak merugikan orang lain, tidak bisa 
  dijerat oleh hukum. Orang hidup bersama tanpa ikatan pernikahan bukan 
  merupakan pelanggaran hukum. Orang 'kawin' sejenis bukan merupakan pelanggaran 
  hukum. Jangan ditanya orang berpacaran di tempat umum dengan bebas, hal itu 
  jelas bukan merupakan pelanggaran hukum. Justru yang usil mau memprotes mereka 
  bisa terjerat oleh hukum.
  Begitu hukum di rantau ajo 
  Duta, serta di rantau ajo Buyuang itu.
  Di negeri kita ya memang agak 
  kebalikannyalah. Menyerobot, mengambil hak orang lain, melanggar hukum 'tidak 
  apa-apa selama anda punya kekuatan diatas hukum'. Selama hukum bisa anda 
  kendalikan. Orang malas berurusan dengan perangkat hukum karena perangkat itu 
  seringkali tidak bersih. Seorang yang mengajukan proses cerai karena memang 
  sudah merasa tidak ada kecocokan dalam rumah tangga, masih sempat-sempatnya 
  'dipangua' perangkat pengadilan, kalau ingin perkara itu diputus. Dan karena 
  perangkat-perangkat penegak hukum itu banyak yang seperti