Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

2012-03-30 Terurut Topik Dr Saafroedin Bahar
Nan salah tu BB Ambo jo Ambo, Ajo Zubir. Alun salasai Ambo tulih, tasintuang 
saketek sajo inyo alah langsung 'Send'. Saroman anak bujang, he he. Maaf. 
Wassalam, 
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: zubir.a...@yahoo.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Thu, 29 Mar 2012 23:35:00 
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

   Ajo Saaf nn dihormati,apo kolah nn salah,di BB ambo acok bana ambo caliak, 
tarimo. thread ajo tanpa isi lansung je ditutuik,Saafruddin Bahar,Taqdir 
ditangan Tuhan ect.Mudah2an kelemahan itu ado pada penerimaan BB ambo. 
  Baa kesehatan Ajo kini,semoga sihaik2 selalu.
  Dd JB,DtRJ,ugang Piaman juo,kini baladang di Bonjer,Jakbar.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-Original Message-
From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wed, 28 Mar 2012 20:14:09 
To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Fw: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG


Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
Date: Wed, 28 Mar 2012 05:48:04 
To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: saafroedin.ba...@rantaunet.org
Cc: Dr. Mochtar Naimmochtarn...@yahoo.com; farhanm...@ymail.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

Ajo Sur, sebagai sebuah sketsa cepat, kolom Ajo Sur cukup menggugah. Namun 
adalah jelas bahwa diperlukan sebuah penelitian lanjutan untuk pendalaman latar 
belakang serta implikasinya.
Dalam sketsa ini sudah terlihat bahwa secara kultural para perantau Minang 
sudah mengembangkan subkultur tersendiri, walau masih tetap diikat oleh 
hubungan nostalgis dengan nagari masing-masing. 
Dalam hubungan ini sangat menarik pengamatan bp Ir Mulyadi Dt Marah Bangso, 
perantau Minang di Palembang, yg menengarai adanya gejala  tabu manih ka 
ujuang, yang artinya bahwa kecintaan kepada adat dan budaya Minang justru 
lebih kuat di kalangan perantau daripada masyarakat Minang yang ada di Sumatera 
Barat sendiri. Aneh memang. Izinkanlah saya mengelaborasi hal ini lebih lanjut. 
Demikianlah, misalnya, dua events kebudayaan  penting Minang kontemporer di 
Sumatera Barat, yaitu KKM/SKM GM 2010 dan Musyawarah Adat Solok 2012, justru  
sepenuhnya diprakarsai oleh para perantau, bukan oleh tokoh-tokoh masyarakat 
Minang di Sumatera Barat sendiri.
Sungguh menarik, bahwa KKM/SKM GM 2010 yang dipersiapkan secara terbuka selama 
satu tahun untuk membahas ABS SBK dan semula direncanakan diadakan di Bukit 
Tinggi , malah dihujat beramai-ramai oleh sekelompok 'budayawan' di Padang dan 
tokoh masyarakat lokal di Bukit Tinggi, tetapi justru didukung oleh seribu 
orang  utusan nagari  dan perantau. 
Hujatan thd KKM/SKM GM yang akan membahas ABS SBK terkesan lebih dahsyat 
daripada perlawanan terhadap arus pemurtadan serta kecanduan narkoba dan 
kemerosotan moral,  yang ditengarai berlangsung secara terus menerus di 
Sumatera Barat. Syukur bahwa semua hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik 
pada momen-momen terakhir.
Syukurnya Musyawarah Adat Solok yang dipersiapkan selama sembilan tahun, secara 
'low profile'  dan tak langsung ke 'biliak gadang',  bisa berjalan mulus. 
Bagaimana cara kita menjelaskan hal ini ? Di bawah ini ada sebuah hipotesa 
saya, bersisian dengan berbagai kemungkinan hipotesa lainnya.
Bukan mustahil hal ini terjadi oleh karena perbedaan temperamen antara 
masyarakat di eks daerah Paderi yang dipilih pemrakarsa KKM/SKM GM 2010 sebagai 
lokasi, dengan masyarakat di luar eks daerah Paderi, yang menjadi lokasi 
Musyawarah Adat Solok. Secara teoretikal, besar kemungkinan KKM dahulu  juga 
akan berjalan mulus sekiranya diadakan di Solok.  
Seperti Ajo Sur tengarai, ada beda karakter antara 'urang Darek' dan ' urang 
Pasisia/Rantau', yang saya tambahkan kemungkinan adanya beda karakter antara 
masyarakat ' Darek Utara' yang Paderi, dengan 'Darek Selatan' yang non Paderi.
Saya tidak tahu sampai kapan gejala ini akan bertahan, oleh karena perobahan 
sosial terjadi dengan tidak dapat dihambat, baik di Rantau maupun di Ranah. 
Secara pribadi saya memang sangat khawatir menyaksikan betapa dahsyatnya 
perobahan sosial yang terjadi di Minangkabau dewasa ini, yang kelihatannya 
tanpa reaksi yang efektif dari jajaran kepemimpinan sosialnya. Memang jelas 
sekali adanya gejala  tabu manih ka ujuang , bak kata pak Ir Mulyadi Dt Marah 
Bangso.
Ajo Sur, atau siapapun yang punya minat terhadap Minangkabau yang sedang 
berubah ini, perlu meneliti hal ini secara sungguh-sungguh.
Wassalam,
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: Nofend St. Mudo nof...@gmail.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wed, 28 Mar 2012 03:14:25 
To: RN - Palanta RantauNetrantaunet@googlegroups.com

Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

2012-03-30 Terurut Topik zubir . amin
   Djo Saaf,panggalinyang BB ajo tu nampak 'e komah.Pantang ta'away'.Lai pakai 
kaco mato ajo ukatu maresek BB tu.Ughang2 saumua ajo  ko tamasuak ambo,kaco 
mato io lah jadi alat nn paralu bana diawak.
  BTW,mokasih responnyo djo.
  JB,DtRJ,sadang ma-akuak2 sambia lalok2 sikinantan dimuko TV Arirang 
Korsel.He, he,he. 
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-Original Message-
From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 30 Mar 2012 07:58:45 
To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

Nan salah tu BB Ambo jo Ambo, Ajo Zubir. Alun salasai Ambo tulih, tasintuang 
saketek sajo inyo alah langsung 'Send'. Saroman anak bujang, he he. Maaf. 
Wassalam, 
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: zubir.a...@yahoo.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Thu, 29 Mar 2012 23:35:00 
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

   Ajo Saaf nn dihormati,apo kolah nn salah,di BB ambo acok bana ambo caliak, 
tarimo. thread ajo tanpa isi lansung je ditutuik,Saafruddin Bahar,Taqdir 
ditangan Tuhan ect.Mudah2an kelemahan itu ado pada penerimaan BB ambo. 
  Baa kesehatan Ajo kini,semoga sihaik2 selalu.
  Dd JB,DtRJ,ugang Piaman juo,kini baladang di Bonjer,Jakbar.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-Original Message-
From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wed, 28 Mar 2012 20:14:09 
To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Fw: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG


Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
Date: Wed, 28 Mar 2012 05:48:04 
To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: saafroedin.ba...@rantaunet.org
Cc: Dr. Mochtar Naimmochtarn...@yahoo.com; farhanm...@ymail.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

Ajo Sur, sebagai sebuah sketsa cepat, kolom Ajo Sur cukup menggugah. Namun 
adalah jelas bahwa diperlukan sebuah penelitian lanjutan untuk pendalaman latar 
belakang serta implikasinya.
Dalam sketsa ini sudah terlihat bahwa secara kultural para perantau Minang 
sudah mengembangkan subkultur tersendiri, walau masih tetap diikat oleh 
hubungan nostalgis dengan nagari masing-masing. 
Dalam hubungan ini sangat menarik pengamatan bp Ir Mulyadi Dt Marah Bangso, 
perantau Minang di Palembang, yg menengarai adanya gejala  tabu manih ka 
ujuang, yang artinya bahwa kecintaan kepada adat dan budaya Minang justru 
lebih kuat di kalangan perantau daripada masyarakat Minang yang ada di Sumatera 
Barat sendiri. Aneh memang. Izinkanlah saya mengelaborasi hal ini lebih lanjut. 
Demikianlah, misalnya, dua events kebudayaan  penting Minang kontemporer di 
Sumatera Barat, yaitu KKM/SKM GM 2010 dan Musyawarah Adat Solok 2012, justru  
sepenuhnya diprakarsai oleh para perantau, bukan oleh tokoh-tokoh masyarakat 
Minang di Sumatera Barat sendiri.
Sungguh menarik, bahwa KKM/SKM GM 2010 yang dipersiapkan secara terbuka selama 
satu tahun untuk membahas ABS SBK dan semula direncanakan diadakan di Bukit 
Tinggi , malah dihujat beramai-ramai oleh sekelompok 'budayawan' di Padang dan 
tokoh masyarakat lokal di Bukit Tinggi, tetapi justru didukung oleh seribu 
orang  utusan nagari  dan perantau. 
Hujatan thd KKM/SKM GM yang akan membahas ABS SBK terkesan lebih dahsyat 
daripada perlawanan terhadap arus pemurtadan serta kecanduan narkoba dan 
kemerosotan moral,  yang ditengarai berlangsung secara terus menerus di 
Sumatera Barat. Syukur bahwa semua hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik 
pada momen-momen terakhir.
Syukurnya Musyawarah Adat Solok yang dipersiapkan selama sembilan tahun, secara 
'low profile'  dan tak langsung ke 'biliak gadang',  bisa berjalan mulus. 
Bagaimana cara kita menjelaskan hal ini ? Di bawah ini ada sebuah hipotesa 
saya, bersisian dengan berbagai kemungkinan hipotesa lainnya.
Bukan mustahil hal ini terjadi oleh karena perbedaan temperamen antara 
masyarakat di eks daerah Paderi yang dipilih pemrakarsa KKM/SKM GM 2010 sebagai 
lokasi, dengan masyarakat di luar eks daerah Paderi, yang menjadi lokasi 
Musyawarah Adat Solok. Secara teoretikal, besar kemungkinan KKM dahulu  juga 
akan berjalan mulus sekiranya diadakan di Solok.  
Seperti Ajo Sur tengarai, ada beda karakter antara 'urang Darek' dan ' urang 
Pasisia/Rantau', yang saya tambahkan kemungkinan adanya beda karakter antara 
masyarakat ' Darek Utara' yang Paderi, dengan 'Darek Selatan' yang non Paderi.
Saya tidak tahu sampai kapan gejala ini akan bertahan, oleh karena perobahan 
sosial terjadi dengan tidak dapat dihambat, baik di Rantau maupun di Ranah. 
Secara pribadi saya memang sangat khawatir menyaksikan

Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

2012-03-30 Terurut Topik ajo duta
Samo lawak tu ajo baduo. Kalau indak pakai kaco mato, lain nan ditakan
lain nan kalua. Kadang indak ditakan kalua surang senyo.
Wayooiii...*antahlah sansai badan.

On 3/30/12, zubir.a...@yahoo.com zubir.a...@yahoo.com wrote:
Djo Saaf,panggalinyang BB ajo tu nampak 'e komah.Pantang ta'away'.Lai
 pakai kaco mato ajo ukatu maresek BB tu.Ughang2 saumua ajo  ko tamasuak
 ambo,kaco mato io lah jadi alat nn paralu bana diawak.
   BTW,mokasih responnyo djo.
   JB,DtRJ,sadang ma-akuak2 sambia lalok2 sikinantan dimuko TV Arirang
 Korsel.He, he,he.
 Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

 -Original Message-
 From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
 Sender: rantaunet@googlegroups.com
 Date: Fri, 30 Mar 2012 07:58:45
 To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
 Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
 Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

 Nan salah tu BB Ambo jo Ambo, Ajo Zubir. Alun salasai Ambo tulih, tasintuang
 saketek sajo inyo alah langsung 'Send'. Saroman anak bujang, he he. Maaf.
 Wassalam,
 Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

 -Original Message-
 From: zubir.a...@yahoo.com
 Sender: rantaunet@googlegroups.com
 Date: Thu, 29 Mar 2012 23:35:00
 To: rantaunet@googlegroups.com
 Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
 Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

Ajo Saaf nn dihormati,apo kolah nn salah,di BB ambo acok bana ambo
 caliak, tarimo. thread ajo tanpa isi lansung je ditutuik,Saafruddin
 Bahar,Taqdir ditangan Tuhan ect.Mudah2an kelemahan itu ado pada penerimaan
 BB ambo.
   Baa kesehatan Ajo kini,semoga sihaik2 selalu.
   Dd JB,DtRJ,ugang Piaman juo,kini baladang di Bonjer,Jakbar.
 Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

 -Original Message-
 From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
 Sender: rantaunet@googlegroups.com
 Date: Wed, 28 Mar 2012 20:14:09
 To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
 Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
 Subject: Fw: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG


 Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

 -Original Message-
 From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
 Date: Wed, 28 Mar 2012 05:48:04
 To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
 Reply-To: saafroedin.ba...@rantaunet.org
 Cc: Dr. Mochtar Naimmochtarn...@yahoo.com; farhanm...@ymail.com
 Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

 Ajo Sur, sebagai sebuah sketsa cepat, kolom Ajo Sur cukup menggugah. Namun
 adalah jelas bahwa diperlukan sebuah penelitian lanjutan untuk pendalaman
 latar belakang serta implikasinya.
 Dalam sketsa ini sudah terlihat bahwa secara kultural para perantau Minang
 sudah mengembangkan subkultur tersendiri, walau masih tetap diikat oleh
 hubungan nostalgis dengan nagari masing-masing.
 Dalam hubungan ini sangat menarik pengamatan bp Ir Mulyadi Dt Marah Bangso,
 perantau Minang di Palembang, yg menengarai adanya gejala  tabu manih ka
 ujuang, yang artinya bahwa kecintaan kepada adat dan budaya Minang justru
 lebih kuat di kalangan perantau daripada masyarakat Minang yang ada di
 Sumatera Barat sendiri. Aneh memang. Izinkanlah saya mengelaborasi hal ini
 lebih lanjut.
 Demikianlah, misalnya, dua events kebudayaan  penting Minang kontemporer di
 Sumatera Barat, yaitu KKM/SKM GM 2010 dan Musyawarah Adat Solok 2012, justru
  sepenuhnya diprakarsai oleh para perantau, bukan oleh tokoh-tokoh
 masyarakat Minang di Sumatera Barat sendiri.
 Sungguh menarik, bahwa KKM/SKM GM 2010 yang dipersiapkan secara terbuka
 selama satu tahun untuk membahas ABS SBK dan semula direncanakan diadakan di
 Bukit Tinggi , malah dihujat beramai-ramai oleh sekelompok 'budayawan' di
 Padang dan tokoh masyarakat lokal di Bukit Tinggi, tetapi justru didukung
 oleh seribu orang  utusan nagari  dan perantau.
 Hujatan thd KKM/SKM GM yang akan membahas ABS SBK terkesan lebih dahsyat
 daripada perlawanan terhadap arus pemurtadan serta kecanduan narkoba dan
 kemerosotan moral,  yang ditengarai berlangsung secara terus menerus di
 Sumatera Barat. Syukur bahwa semua hambatan tersebut dapat diatasi dengan
 baik pada momen-momen terakhir.
 Syukurnya Musyawarah Adat Solok yang dipersiapkan selama sembilan tahun,
 secara 'low profile'  dan tak langsung ke 'biliak gadang',  bisa berjalan
 mulus. Bagaimana cara kita menjelaskan hal ini ? Di bawah ini ada sebuah
 hipotesa saya, bersisian dengan berbagai kemungkinan hipotesa lainnya.
 Bukan mustahil hal ini terjadi oleh karena perbedaan temperamen antara
 masyarakat di eks daerah Paderi yang dipilih pemrakarsa KKM/SKM GM 2010
 sebagai lokasi, dengan masyarakat di luar eks daerah Paderi, yang menjadi
 lokasi Musyawarah Adat Solok. Secara teoretikal, besar kemungkinan KKM
 dahulu  juga akan berjalan mulus sekiranya diadakan di Solok.
 Seperti Ajo Sur tengarai, ada beda karakter antara 'urang Darek' dan ' urang
 Pasisia/Rantau', yang saya tambahkan kemungkinan adanya beda karakter antara
 masyarakat ' Darek Utara

Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

2012-03-29 Terurut Topik zubir . amin
   Ajo Saaf nn dihormati,apo kolah nn salah,di BB ambo acok bana ambo caliak, 
tarimo. thread ajo tanpa isi lansung je ditutuik,Saafruddin Bahar,Taqdir 
ditangan Tuhan ect.Mudah2an kelemahan itu ado pada penerimaan BB ambo. 
  Baa kesehatan Ajo kini,semoga sihaik2 selalu.
  Dd JB,DtRJ,ugang Piaman juo,kini baladang di Bonjer,Jakbar.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-Original Message-
From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wed, 28 Mar 2012 20:14:09 
To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Fw: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG


Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
Date: Wed, 28 Mar 2012 05:48:04 
To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: saafroedin.ba...@rantaunet.org
Cc: Dr. Mochtar Naimmochtarn...@yahoo.com; farhanm...@ymail.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

Ajo Sur, sebagai sebuah sketsa cepat, kolom Ajo Sur cukup menggugah. Namun 
adalah jelas bahwa diperlukan sebuah penelitian lanjutan untuk pendalaman latar 
belakang serta implikasinya.
Dalam sketsa ini sudah terlihat bahwa secara kultural para perantau Minang 
sudah mengembangkan subkultur tersendiri, walau masih tetap diikat oleh 
hubungan nostalgis dengan nagari masing-masing. 
Dalam hubungan ini sangat menarik pengamatan bp Ir Mulyadi Dt Marah Bangso, 
perantau Minang di Palembang, yg menengarai adanya gejala  tabu manih ka 
ujuang, yang artinya bahwa kecintaan kepada adat dan budaya Minang justru 
lebih kuat di kalangan perantau daripada masyarakat Minang yang ada di Sumatera 
Barat sendiri. Aneh memang. Izinkanlah saya mengelaborasi hal ini lebih lanjut. 
Demikianlah, misalnya, dua events kebudayaan  penting Minang kontemporer di 
Sumatera Barat, yaitu KKM/SKM GM 2010 dan Musyawarah Adat Solok 2012, justru  
sepenuhnya diprakarsai oleh para perantau, bukan oleh tokoh-tokoh masyarakat 
Minang di Sumatera Barat sendiri.
Sungguh menarik, bahwa KKM/SKM GM 2010 yang dipersiapkan secara terbuka selama 
satu tahun untuk membahas ABS SBK dan semula direncanakan diadakan di Bukit 
Tinggi , malah dihujat beramai-ramai oleh sekelompok 'budayawan' di Padang dan 
tokoh masyarakat lokal di Bukit Tinggi, tetapi justru didukung oleh seribu 
orang  utusan nagari  dan perantau. 
Hujatan thd KKM/SKM GM yang akan membahas ABS SBK terkesan lebih dahsyat 
daripada perlawanan terhadap arus pemurtadan serta kecanduan narkoba dan 
kemerosotan moral,  yang ditengarai berlangsung secara terus menerus di 
Sumatera Barat. Syukur bahwa semua hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik 
pada momen-momen terakhir.
Syukurnya Musyawarah Adat Solok yang dipersiapkan selama sembilan tahun, secara 
'low profile'  dan tak langsung ke 'biliak gadang',  bisa berjalan mulus. 
Bagaimana cara kita menjelaskan hal ini ? Di bawah ini ada sebuah hipotesa 
saya, bersisian dengan berbagai kemungkinan hipotesa lainnya.
Bukan mustahil hal ini terjadi oleh karena perbedaan temperamen antara 
masyarakat di eks daerah Paderi yang dipilih pemrakarsa KKM/SKM GM 2010 sebagai 
lokasi, dengan masyarakat di luar eks daerah Paderi, yang menjadi lokasi 
Musyawarah Adat Solok. Secara teoretikal, besar kemungkinan KKM dahulu  juga 
akan berjalan mulus sekiranya diadakan di Solok.  
Seperti Ajo Sur tengarai, ada beda karakter antara 'urang Darek' dan ' urang 
Pasisia/Rantau', yang saya tambahkan kemungkinan adanya beda karakter antara 
masyarakat ' Darek Utara' yang Paderi, dengan 'Darek Selatan' yang non Paderi.
Saya tidak tahu sampai kapan gejala ini akan bertahan, oleh karena perobahan 
sosial terjadi dengan tidak dapat dihambat, baik di Rantau maupun di Ranah. 
Secara pribadi saya memang sangat khawatir menyaksikan betapa dahsyatnya 
perobahan sosial yang terjadi di Minangkabau dewasa ini, yang kelihatannya 
tanpa reaksi yang efektif dari jajaran kepemimpinan sosialnya. Memang jelas 
sekali adanya gejala  tabu manih ka ujuang , bak kata pak Ir Mulyadi Dt Marah 
Bangso.
Ajo Sur, atau siapapun yang punya minat terhadap Minangkabau yang sedang 
berubah ini, perlu meneliti hal ini secara sungguh-sungguh.
Wassalam,
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: Nofend St. Mudo nof...@gmail.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wed, 28 Mar 2012 03:14:25 
To: RN - Palanta RantauNetrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

Harian Haluan : Rabu, 28 Maret 2012 01:20
http://bit.ly/Hj6Qpj

‘Makhluk’ ini ada di mana-mana. Bahkan ketika Neil Amstrong mendarat
di bulan, di sana didapatinya telah berdiri rumah makan Padang –
sebuah anekdot yang mereflek­sikan bahwa perantau Minang dapat
ditemukan di empat penjuru angin, yang jumlahnya konon sebanding
dengan jumlah saudara seetnis mereka yang tinggal di kam­pung

Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

2012-03-28 Terurut Topik Dr Saafroedin Bahar
Ajo Sur, sebagai sebuah sketsa cepat, kolom Ajo Sur cukup menggugah. Namun 
adalah jelas bahwa diperlukan sebuah penelitian lanjutan untuk pendalaman latar 
belakang serta implikasinya.
Dalam sketsa ini sudah terlihat bahwa secara kultural para perantau Minang 
sudah mengembangkan subkultur tersendiri, walau masih tetap diikat oleh 
hubungan nostalgis dengan nagari masing-masing. 
Dalam hubungan ini sangat menarik pengamatan bp Ir Mulyadi Dt Marah Bangso, 
perantau Minang di Palembang, yg menengarai adanya gejala  tabu manih ka 
ujuang, yang artinya bahwa kecintaan kepada adat dan budaya Minang justru 
lebih kuat di kalangan perantau daripada masyarakat Minang yang ada di Sumatera 
Barat sendiri. Aneh memang. Izinkanlah saya mengelaborasi hal ini lebih lanjut. 
Demikianlah, misalnya, dua events kebudayaan  penting Minang kontemporer di 
Sumatera Barat, yaitu KKM/SKM GM 2010 dan Musyawarah Adat Solok 2012, justru  
sepenuhnya diprakarsai oleh para perantau, bukan oleh tokoh-tokoh masyarakat 
Minang di Sumatera Barat sendiri.
Sungguh menarik, bahwa KKM/SKM GM 2010 yang dipersiapkan secara terbuka selama 
satu tahun untuk membahas ABS SBK dan semula direncanakan diadakan di Bukit 
Tinggi , malah dihujat beramai-ramai oleh sekelompok 'budayawan' di Padang dan 
tokoh masyarakat lokal di Bukit Tinggi, tetapi justru didukung oleh seribu 
orang  utusan nagari  dan perantau. 
Hujatan thd KKM/SKM GM yang akan membahas ABS SBK terkesan lebih dahsyat 
daripada perlawanan terhadap arus pemurtadan serta kecanduan narkoba dan 
kemerosotan moral,  yang ditengarai berlangsung secara terus menerus di 
Sumatera Barat. Syukur bahwa semua hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik 
pada momen-momen terakhir.
Syukurnya Musyawarah Adat Solok yang dipersiapkan selama sembilan tahun, secara 
'low profile'  dan tak langsung ke 'biliak gadang',  bisa berjalan mulus. 
Bagaimana cara kita menjelaskan hal ini ? Di bawah ini ada sebuah hipotesa 
saya, bersisian dengan berbagai kemungkinan hipotesa lainnya.
Bukan mustahil hal ini terjadi oleh karena perbedaan temperamen antara 
masyarakat di eks daerah Paderi yang dipilih pemrakarsa KKM/SKM GM 2010 sebagai 
lokasi, dengan masyarakat di luar eks daerah Paderi, yang menjadi lokasi 
Musyawarah Adat Solok. Secara teoretikal, besar kemungkinan KKM dahulu  juga 
akan berjalan mulus sekiranya diadakan di Solok.  
Seperti Ajo Sur tengarai, ada beda karakter antara 'urang Darek' dan ' urang 
Pasisia/Rantau', yang saya tambahkan kemungkinan adanya beda karakter antara 
masyarakat ' Darek Utara' yang Paderi, dengan 'Darek Selatan' yang non Paderi.
Saya tidak tahu sampai kapan gejala ini akan bertahan, oleh karena perobahan 
sosial terjadi dengan tidak dapat dihambat, baik di Rantau maupun di Ranah. 
Secara pribadi saya memang sangat khawatir menyaksikan betapa dahsyatnya 
perobahan sosial yang terjadi di Minangkabau dewasa ini, yang kelihatannya 
tanpa reaksi yang efektif dari jajaran kepemimpinan sosialnya. Memang jelas 
sekali adanya gejala  tabu manih ka ujuang , bak kata pak Ir Mulyadi Dt Marah 
Bangso.
Ajo Sur, atau siapapun yang punya minat terhadap Minangkabau yang sedang 
berubah ini, perlu meneliti hal ini secara sungguh-sungguh.
Wassalam,
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: Nofend St. Mudo nof...@gmail.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wed, 28 Mar 2012 03:14:25 
To: RN - Palanta RantauNetrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

Harian Haluan : Rabu, 28 Maret 2012 01:20
http://bit.ly/Hj6Qpj

‘Makhluk’ ini ada di mana-mana. Bahkan ketika Neil Amstrong mendarat
di bulan, di sana didapatinya telah berdiri rumah makan Padang –
sebuah anekdot yang mereflek­sikan bahwa perantau Minang dapat
ditemukan di empat penjuru angin, yang jumlahnya konon sebanding
dengan jumlah saudara seetnis mereka yang tinggal di kam­pung. Mereka
berseliweran di sekitar kita, dan mungkin diri kita sendiri adalah
bagian dari mereka.

Tapi siapakah gerangan mereka sebenarnya? Tentu saja tidak mudah
mengi­dentifikasi sosok mereka secara lengkap dalam esai yang pendek
ini. Namun demi­kian, sejumlah perantau dan mereka yang tinggal di
Ranah Minang melalui fb-group Palanta R@tauNet mencoba mencungkil
beberapa ciri perantau Minang itu (yang agaknya refleksi terhadap diri
sendiri): para entrepreneur ulet tapi cenderung hanya jadi pemain di
kelas bawah, kata Arif Sulkifli dan Saafroedin Bahar; orang-orang yang
meninggalkan kampung kare­na tacemo (melanggar adat) atau karena harga
diri mere­ka terendahkan oleh berbagai keadaan (konflik sosial,
pe­rang, dll.) kata Arif lagi; mereka yang di rantau mem­praktekkan
budaya ‘galir’ dan kepintaran ‘bersilat lidah’, yang mengaku sebagai
‘orang Pa­dang’, malah sering menyem­bunyikan identitas
keminang­annya, tapi diam-diam me­nang­­gung rindu dendam tak sudah
kepada ranah bundo-nya (gejala Minang Complex) yang alam dan budayanya
diharap tetap lestari

Fw: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

2012-03-28 Terurut Topik Dr Saafroedin Bahar

Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: Dr Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
Date: Wed, 28 Mar 2012 05:48:04 
To: Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: saafroedin.ba...@rantaunet.org
Cc: Dr. Mochtar Naimmochtarn...@yahoo.com; farhanm...@ymail.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

Ajo Sur, sebagai sebuah sketsa cepat, kolom Ajo Sur cukup menggugah. Namun 
adalah jelas bahwa diperlukan sebuah penelitian lanjutan untuk pendalaman latar 
belakang serta implikasinya.
Dalam sketsa ini sudah terlihat bahwa secara kultural para perantau Minang 
sudah mengembangkan subkultur tersendiri, walau masih tetap diikat oleh 
hubungan nostalgis dengan nagari masing-masing. 
Dalam hubungan ini sangat menarik pengamatan bp Ir Mulyadi Dt Marah Bangso, 
perantau Minang di Palembang, yg menengarai adanya gejala  tabu manih ka 
ujuang, yang artinya bahwa kecintaan kepada adat dan budaya Minang justru 
lebih kuat di kalangan perantau daripada masyarakat Minang yang ada di Sumatera 
Barat sendiri. Aneh memang. Izinkanlah saya mengelaborasi hal ini lebih lanjut. 
Demikianlah, misalnya, dua events kebudayaan  penting Minang kontemporer di 
Sumatera Barat, yaitu KKM/SKM GM 2010 dan Musyawarah Adat Solok 2012, justru  
sepenuhnya diprakarsai oleh para perantau, bukan oleh tokoh-tokoh masyarakat 
Minang di Sumatera Barat sendiri.
Sungguh menarik, bahwa KKM/SKM GM 2010 yang dipersiapkan secara terbuka selama 
satu tahun untuk membahas ABS SBK dan semula direncanakan diadakan di Bukit 
Tinggi , malah dihujat beramai-ramai oleh sekelompok 'budayawan' di Padang dan 
tokoh masyarakat lokal di Bukit Tinggi, tetapi justru didukung oleh seribu 
orang  utusan nagari  dan perantau. 
Hujatan thd KKM/SKM GM yang akan membahas ABS SBK terkesan lebih dahsyat 
daripada perlawanan terhadap arus pemurtadan serta kecanduan narkoba dan 
kemerosotan moral,  yang ditengarai berlangsung secara terus menerus di 
Sumatera Barat. Syukur bahwa semua hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik 
pada momen-momen terakhir.
Syukurnya Musyawarah Adat Solok yang dipersiapkan selama sembilan tahun, secara 
'low profile'  dan tak langsung ke 'biliak gadang',  bisa berjalan mulus. 
Bagaimana cara kita menjelaskan hal ini ? Di bawah ini ada sebuah hipotesa 
saya, bersisian dengan berbagai kemungkinan hipotesa lainnya.
Bukan mustahil hal ini terjadi oleh karena perbedaan temperamen antara 
masyarakat di eks daerah Paderi yang dipilih pemrakarsa KKM/SKM GM 2010 sebagai 
lokasi, dengan masyarakat di luar eks daerah Paderi, yang menjadi lokasi 
Musyawarah Adat Solok. Secara teoretikal, besar kemungkinan KKM dahulu  juga 
akan berjalan mulus sekiranya diadakan di Solok.  
Seperti Ajo Sur tengarai, ada beda karakter antara 'urang Darek' dan ' urang 
Pasisia/Rantau', yang saya tambahkan kemungkinan adanya beda karakter antara 
masyarakat ' Darek Utara' yang Paderi, dengan 'Darek Selatan' yang non Paderi.
Saya tidak tahu sampai kapan gejala ini akan bertahan, oleh karena perobahan 
sosial terjadi dengan tidak dapat dihambat, baik di Rantau maupun di Ranah. 
Secara pribadi saya memang sangat khawatir menyaksikan betapa dahsyatnya 
perobahan sosial yang terjadi di Minangkabau dewasa ini, yang kelihatannya 
tanpa reaksi yang efektif dari jajaran kepemimpinan sosialnya. Memang jelas 
sekali adanya gejala  tabu manih ka ujuang , bak kata pak Ir Mulyadi Dt Marah 
Bangso.
Ajo Sur, atau siapapun yang punya minat terhadap Minangkabau yang sedang 
berubah ini, perlu meneliti hal ini secara sungguh-sungguh.
Wassalam,
Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.

-Original Message-
From: Nofend St. Mudo nof...@gmail.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wed, 28 Mar 2012 03:14:25 
To: RN - Palanta RantauNetrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

Harian Haluan : Rabu, 28 Maret 2012 01:20
http://bit.ly/Hj6Qpj

‘Makhluk’ ini ada di mana-mana. Bahkan ketika Neil Amstrong mendarat
di bulan, di sana didapatinya telah berdiri rumah makan Padang –
sebuah anekdot yang mereflek­sikan bahwa perantau Minang dapat
ditemukan di empat penjuru angin, yang jumlahnya konon sebanding
dengan jumlah saudara seetnis mereka yang tinggal di kam­pung. Mereka
berseliweran di sekitar kita, dan mungkin diri kita sendiri adalah
bagian dari mereka.

Tapi siapakah gerangan mereka sebenarnya? Tentu saja tidak mudah
mengi­dentifikasi sosok mereka secara lengkap dalam esai yang pendek
ini. Namun demi­kian, sejumlah perantau dan mereka yang tinggal di
Ranah Minang melalui fb-group Palanta R@tauNet mencoba mencungkil
beberapa ciri perantau Minang itu (yang agaknya refleksi terhadap diri
sendiri): para entrepreneur ulet tapi cenderung hanya jadi pemain di
kelas bawah, kata Arif Sulkifli dan Saafroedin Bahar; orang-orang yang
meninggalkan kampung kare­na tacemo (melanggar adat) atau karena harga
diri mere­ka terendahkan oleh

[R@ntau-Net] PERANTAU MINANG

2012-03-27 Terurut Topik Nofend St. Mudo
Harian Haluan : Rabu, 28 Maret 2012 01:20
http://bit.ly/Hj6Qpj

‘Makhluk’ ini ada di mana-mana. Bahkan ketika Neil Amstrong mendarat
di bulan, di sana didapatinya telah berdiri rumah makan Padang –
sebuah anekdot yang mereflek­sikan bahwa perantau Minang dapat
ditemukan di empat penjuru angin, yang jumlahnya konon sebanding
dengan jumlah saudara seetnis mereka yang tinggal di kam­pung. Mereka
berseliweran di sekitar kita, dan mungkin diri kita sendiri adalah
bagian dari mereka.

Tapi siapakah gerangan mereka sebenarnya? Tentu saja tidak mudah
mengi­dentifikasi sosok mereka secara lengkap dalam esai yang pendek
ini. Namun demi­kian, sejumlah perantau dan mereka yang tinggal di
Ranah Minang melalui fb-group Palanta R@tauNet mencoba mencungkil
beberapa ciri perantau Minang itu (yang agaknya refleksi terhadap diri
sendiri): para entrepreneur ulet tapi cenderung hanya jadi pemain di
kelas bawah, kata Arif Sulkifli dan Saafroedin Bahar; orang-orang yang
meninggalkan kampung kare­na tacemo (melanggar adat) atau karena harga
diri mere­ka terendahkan oleh berbagai keadaan (konflik sosial,
pe­rang, dll.) kata Arif lagi; mereka yang di rantau mem­praktekkan
budaya ‘galir’ dan kepintaran ‘bersilat lidah’, yang mengaku sebagai
‘orang Pa­dang’, malah sering menyem­bunyikan identitas
keminang­annya, tapi diam-diam me­nang­­gung rindu dendam tak sudah
kepada ranah bundo-nya (gejala Minang Complex) yang alam dan budayanya
diharap tetap lestari, kata Nelson Mq, Andiko Sutan Mancayo, Buya
Masoed Abi­din, dan Yulizal Yunus; indivi­dual state less yang pergi
merantau karena di kampung berguna belum, kata Zulkar­nain Kahar dan
Ali Cestar.

Apa pun ciri yang melekat pada perantau Minang, yang jelas mereka
adalah migran sebuah etnis yang secara sosio-psikologis berbeda dengan
migran-mig­ran dari ratusan etnis lainnya di Indonesia. Sosiolog
Mochtar Naim mengungkapkan sebagi­an identitas mereka dalam
di­sertasi­nya, Merantau: Mi­nang­kabau Voluntary Migra­tion
(Singapura: NUS, 1973). Me­nurutnya: mereka pergi dari kampungnya
secara sukarela (voluntary), tapi ada dorongan internal secara
kultural yang membuat para pancacak sam­pai profesional kerah putih
asal Minangkabau itu pergi meninggalkan ranah bundo mereka di bagian
tengah pulau Sumatra yang vulkanis de­ngan perbukitan dan dataran yang
hijau subur.

Jika ingin mengetahui siapa sebenarnya perantau Minang, dengarlah
kisah yang dilantunkan oleh para tukang rabab dan tukang saluang,
tiliklah isi pantun-pantun klasik Minangkabau (lihat: R.J. Chadwick,
Topics in Minang­kabau Vernacular Literature, disertasi, University of
Wes­tern Australia, 1986), bacalah karya-karya sastra Indonesia modern
sebelum kemerdekaan yang berlatar Minangkabau. Di dalamnya terekam
suara hati, kegelisahan jiwa, hara­pan-harapan, dan rindu den­dam
kultural mereka. Dan kini, sesuai dengan perkem­bangan zaman, isi
pikiran mereka, sampai batas terten­tu, dapat pula dilacak melalui
laman-laman mailing list dan forum-forum facebook-groups.

Perantau Minang–memin­jam kata-kata tukang rabab Pariaman, Amir
Hosen–adalah orang-orang yang ‘sadang indak lala daulu [sebab] tingga
di kampuang [hati] kurang sa­nang.’ Mereka lebih dari se­kedar para
pengembara fisik yang menuju negeri asing karena ‘di kampung berguna
belum’.

‘Sadang indak’ (lagi miskin) mungkin menjadi salah satu saja dari
berbagai faktor pendorong perantau Minang pergi menghadang ‘laut sakti
rantau bertuah’. Tetapi Ranah Minang yang begitu subur mestinya
membuat mereka tidak terus berada dalam kondisi ‘sadang indak’. Tapi
mengapa agaknya hati mereka jadi ‘kurang sanang’ berada di kampung?
Penyebabnya, seperti kata Mochtar Naim, dapat diiden­tifikasi dalam
struktur adat Minangkabau sendiri: posisi yang labil di rumah istri
dan di rumah keluarga matrilineal sendiri, terhalang menikah dengan
pujaan hati karena sesuku, perbenturan ideologi, perang saudara, dan
lain sebagainya. Kegelisahan kultu­ral itulah yang konon menjadi
energi utama yang telah ‘melem­parkan’ jutaan dagang Mi­nang­kabau ke
negeri-negeri lain.

Apa pun alasan keper­gian dari kampung, perantau Mi­nang terus
menga­lami tran­sformasi psikologis dan sosio­logis mengikuti
perubahan rantau yang mereka hinggapi dalam perjalanan hidup mere­ka
akibat globalisasi dan revolusi sarana komunikasi dan tran­spor­tasi.
Kompetisi yang semakin keras dengan migran dari berbagai etnis lainnya
menyebabkan pula okupasi kerja mereka di ran­tau makin bervariasi,
walau kebanyakan masih menghin­dari kerja sebagai petani di
perantauan.

Setidaknya ada dua tipe perantau Minang: 1) mereka yang berangkat dari
kampung halaman ke berbagai rantau, yang sebagian di antaranya telah
‘merantau pipit’ dan sebagian lagi telah ‘merantau Cina’; 2) generasi
yang dilahir­kan di rantau dari ayah dan ibu perantau Minang atau ibu
orang Minang dan ayah dari etnis lain. Keba­nyakan dari kelompok ini
telah berbeda antara bungkus dan isi: bungkus bermerek Minang, tapi
isi sudah seperti bubur kampiun, yang tak pas lagi dimasukkan ke dalam

[R@ntau-Net] Perantau Minang JawaTimur Ramaikan 'Rumah Gadang'

2011-10-16 Terurut Topik Ephi Lintau
Perantau Minang JawaTimur Ramaikan 'Rumah Gadang'  [image:
PDF]http://gebuminangjatim.org/index.php?view=articlecatid=57%3Agm-jatimid=194%3Aperantau-minang-jawatimur-ramaikan-rumah-gadangformat=pdfoption=com_contentItemid=203
 [image:
Print]http://gebuminangjatim.org/index.php?view=articlecatid=57%3Agm-jatimid=194%3Aperantau-minang-jawatimur-ramaikan-rumah-gadangtmpl=componentprint=1layout=defaultpage=option=com_contentItemid=203
 [image:
E-mail]http://gebuminangjatim.org/index.php?option=com_mailtotmpl=componentlink=d14da6daaa88f374eada38d0b0bb1fa36005df0b
  Written by Administrator
  Sunday, 16 October 2011 09:16



SURABAYA, SO-- Warga Jawa Timur asal Minangkabau (Sumatera Barat), tumplek
blek di Rumah Gadang Minangkabau, Jalan Gayung Kebonsari No. 64 Surabaya.
Acara yang dihelat oleh Pengurus Gebu Minang Wilayah Jawa Timur ini, Minggu
(2/10), dimulai pukul 09.00 WIB. Acara bertajuk Halal Bi Halal Keluarga
Besar Gebu Minang Jawa Timur itu, dihadiri secara khusus oleh Ketua DPRD
Kota Surabaya, Drs H Wisnu Wardhana, MM dan Walikota Surabaya diwakili oleh
Kepala Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Ir Hidayat Syah, MM.
Kemeriahan Rumah Gadang Minangkabau ini disemarakkan acara Musik KIM
(Kesenian Irama Minang) yang khusus didatangkan dari Kota Padang.




Acara ini diisi pula dengan panggung hiburan musik dan tari-tarian khas
Minang dari para pemuda pemudi yang tergabung dalam Ikatan Pemuda Pemudi
Gebu Minang Jawa Timur. Selain itu, Bazaar Khas Minang baik berupa makanan
seperti Sate, Soto, Martabak Kubang, Lamang Tapai dari para pengusaha
makanan Minang di Jawa Timur dan sejumlah sponsor acara.


Hadir juga dalam acara itu, sejumlah tokoh Minang di Jawa Timur, mereka
tersebut diantaranya adalah Ketua Umum Gebu Minang Jawa Timur pertama, Dr H
Syaferial Sabirin, Prof DR Taslim Ersam, H Azwir Thamin, Ketua IKM Sehati
Malang, DR dr H Achdiat Agoes, dan sejumlah tokoh tua.
Dalam acara Halal Bi Halal di Rumah Gadang Minangkabau ini, hadir sejumlah
organisasi atau ikatan keluarga Minang yang tergabung dalam Gebu Minang Jawa
Timur, Yan hadir menyemarakkan acara tahunan ini. Diantaranya dari Kota
Malang, Madiun, Caruban, Jember, Banyuwangi, Bojonegoro, Tuban, Sidoarjo dan
Surabaya.


Ketua Panitia Pelaksana Halal Bi Halal Keluarga Besar Gebu Minang Jawa
Timur, DR. Ir H Sumarzen Marzuki, MMT mengungkapkan pada
www.sumbaronline.com, hari ini, Jumat (7/10),  bahwa tradisi tahunan ini
sudah merupakan agenda rutin setiap selesai Ramadhan atau Hari Raya Idul
Fitri, dimanfaatkan untuk bisa bersilaturrahim antar sesama warga Jawa Timur
asal Minangkabau, Sumatera Barat.


Diungkapkannya, bahwa acara ini terbuka untuk umum dan gratis alias tidak
dipungut biaya bagi siapa saja yang ingin hadir. Baik mereka yang asli dari
Sumatera Barat, maupun yang tidak ada asal usulnya dari Minangkabau, namun
peduli dan suka dengan Gebu Minang Jawa Timur.


Ketua Umum Gebu Minang Wilayah Jawa Timur, Ir Firdaus HB mengungkapkan bahwa
momentum acara Halal Bi Halal ini selain untuk mempererat rasa Ukhuwah
Islamiyah sesama warga Jawa Timur asal Sumatera Barat, juga ingin
dimanfaatkan untuk mensosialisasikan rencana akan digelarnya Musyawarah
Wilayah (Muswil) Gebu Minang Wilayah Jawa Timur yang menurut rencana bakal
digelar pada bulan Desember 2012 di Surabaya. Karena itu adalah akhir masa
periode kepengurusan kami, ujar Firdaus yang juga Ketua Umum Forum
Pembauran Kebangsaan Jawa Timur.


Disamping itu nantinya seluruh perantau Minang di Jawa Timur untuk ikut
memikirkan bagaimana menyelesaikan pembangunan Rumah Gadang ini. Dan yang
jelas Gebu Minang Jawa Timur ingin mengembangkan semua potensi yang ada
diantara kita, guna menyelesaikan segala seuatu yang belum terselesaikan.
Barek samo dipikua ringan samo dijinjiang. Selain itu, menata kembali
kinerja lembaga Gebu Minang Jawa Timur yang belum dapat memenuhi keinginan
semua warga Jawa Timur asal Minangkabau ini.


Sementara Ketua DPRD Kota Surabaya, Drs H Wisnu Wardhana , MM dalam
sambutannnya menyampaikan terima kasih atas undangannya dan
mengapreasiasikan selamatnya kepada warga Surabaya yang juga berasal dari
Minangkabau - Sumatera Barat atas kepeduliannya terhadap Kota yang juga
telah resmi menjadi Kota Kembar (sister city) dengan Kota Padang.


Perkenalannya dengan orang Minangkabau di Surabaya diawali dengan
pertemuannnya dengan Ir Firdaus HB, yang telah banyak berkontribusi dengan
pembangunan di Kota Surabaya. Atas keterlibatan Ir Firdaus HB bersama PT
Kumala Wandira yang telah berkarya nyata dengan sejumlah proyek, disamping
itu telah memberangkatkan 3 siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu
untuk disekolahkan ke luar negeri untuk tingkat perguruan tinggi.


Sedangkan dengan DR Ir H Sumarzen Marzuki, MMT, dirinya adalah warga satu
RW. Sehingga saling mengenal salah seorang petinggi di PT Terminal Peti
Kemas Surabaya ini. Ini adalah kali pertama saya bisa bersilaturrahim
langsung dengan warga Kota Surabaya dan Warga Jawa Timur asal Minang di
Rumah Gadang ini, ujar Manager 

[R@ntau-Net] Perantau Minang Malaysia akan Gelar Minangkabau Expo

2011-03-19 Terurut Topik Syafruddin Ujang
Perantau Minang Kuala Lumpur

Ingin Gelar Minangkabau Expo



KUALA LUMPUR – Masyarakat Perantau Minang di Kuala Lumpur, Malaysia,
berkeinginan untuk menggelar Minangkabau Expo di ibukota negara jiran
tersebut untuk lebih memperkenalkan Sumatra Barat kepada dunia
internasional, termasuk rencana untuk mendirikan Rumah Gadang Minangkabau.

Keinginan itu mengapung saat digelarnya pertemuan sejumlah organisatoris
perantau Minang Malaysia: Buchari Ibrahim (Ketua Pertubuhan Ikatan Kebajikan
Masyarakat Minangkabau/PIKMM) dan Haswin Darwis (Ketua Koperasi Minang Kuala
Lumpur) serta beberapa orang lainnya dengan Sekretaris Jenderal Forum
Silaturahim Saudagar Minang (FSSM) yang juga Ketua Umum Gebu Minang Jawa
Timur, Firdaus Hasan Basri di Kualalumpur, Jumat (18/3).

Dalam penjelasannya kepada Haluan melalui melalui email, Firdaus melukiskan
pertemuan di Restoran Puti Bungsu, depan Kuala Lumpur Central City (KLCC)
itu, berlangsung sangat akrab sekitar tiga jam lebih.

Ia menjelaskan, keinginan mengadakan Minang Expo di Malaysia itu sangat
strategis baik untuk memperkenalkan produksi Sumatra Barat, sekaligus untuk
memperkenalkan budaya dan obyek wisata Ranah Minangkabau bersama kulinernya
kepada masyarakat dunia internasional.

Menurut Firdaus, selain sasarannya masyarakat Malaysia sendir yang secara
kultur merupakan negara serumpun Melayu, Malaysia juga memiliki potensi
besar dalam menggaet turis karena negara ini tiap tahunnya telah berhasil
menggaet turis mancanegara sekitar 15 juta orang.

“Kita berharap melalui Minangkabau Expo itu nanti para turisman yang
berkunjung ke Malaysia bisa melanjutkan perjalannya ke Sumatra Barat,” ujar
Firdaus.

Firdaus menambahkan, meski terkenal dekat, Malaysia belum begitu tergarap
oleh Sumatra Barat untuk menggaet wisatawan negara itu dan mancanegara untuk
bisa berkunjung ke Sumbar. Karena itu, kata dia, kita harus memperbanyak
ivent di Malaysia.

Dengan adanya keinginan pernatau Minang yang jumlahnya di Malaysia cukup
besar, Firdaus optimis mereka bisa diberdayakan menjadi “duta-duta” wisata
Ranah Minang di masa mendatang.

Untuk rencana besar ini, pihak pemuka masyarakat Minang Kuala Lumpur dan
Firdaus sendiri sudah menemui Tan Sri Rais Yatim (Menteri Penerangan dan
Kebudayaan Malaysia) yang cukup dekat dengan masyarakat Minangkabau, untuk
membicarakan rencana kegiatan tersebut.

Dalam pertemuan itu, kata Firdaus, pihaknya sudah diminta untuk segera
menjadwalkan pertemuan dengan istri Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Rosmah
yang berasal dari Bukittinggi untuk membicarakan masalah ini.

Hal strategis lainnya yang juga memiliki nilai historis dan strategis, sebut
Firdaus adalah keinginan perantau Malaysia untuk membangun Rumah Gadang
(bagonjong) Minangkabau di Kuala Lumpur.

Selain untuk dijadikan sekretariat organisasi Minang di Kuala Lumpur, Rumah
Gadang itu nantinya juga bisa digunakan untuk berbagai pertemuan masyarakat
Minang dan dapat pula menjadi salah satu ikon wisata guna menarik minat
turisman untuk datang ke Sumatra Barat. “Ya, seperti rumah gadang kita di
Jawa Timur lah,” ujar Firdaus.

Meski kultur budaya Negara Bagian Seremban Negeri IX punya kaitan erat
dengan Minangkabau, namun di Kuala Lumpur memang tidak ada rumah gadang
berciri Minang, kecuali berupa replika di sejumlah tempat di Malaysia untuk
menunjukkan gaya rumah bagonjong negeri IX.

Gelar Kehormatan

Tahun 2010 lalu, Pemda Sumatra Barat yang difasilitasi oleh Direktorat
Jenderal Pemasaran, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, menggelar
Minangkabau Food Festival di ibukota negara jiran itu. Waktu itu Minangkabau
Food Festival ini dibuka resmi oleh Rais Yatim bersama Duta Besar Indonesia
untuk Malaysia, Dai Bachtiar.

Namun jauh sebelumnya, Dirjen Pemasaran, Kembudpar, DR. Sapta Nirwandar
pernah menggagas pemberian gelar kehormatan budaya Minangkabau untuk Perdana
Menteri Malaysia, Ahmad Badawi. Namun karena terjadi perubahan politik yang
begitu cepat, rencana itu akhirnya diurungkan.

Kasubdit Promosi Wisata Wilayah I Sumatra, Raseno Arya, yang dihubungi di
Padang akhir pekan ini, menyebutkan rencana pemberian gelar kehormatan untuk
PM Najib bisa saja diwacanakan kembali. Apalagi beliau (Najib) adalah
sumando orang Minang sendiri.

“Ya, itu ada baiknya. Perlu ada inisiasi untuk itu. Untuk kepentingan
pariwisata Sumatra Barat, berbagai langkah kongkret dan sesuai prosedur yang
baik, kan sangat bagus,” ujar Raseno.

Ia berjanji akan melaporkan adanya keinginan Masyarakat Minang di Kuala
Lumpur untuk mengadakan Minangkabau Expo itu ke Dirjen Pemasara Sapta
Nirwandar. “Mudah-mudahan beliau merespons,” ucapnya. *– syaf al*

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail 

Bls: [R@ntau-Net] Perantau Minang Malaysia akan Gelar Minangkabau Expo

2011-03-19 Terurut Topik Lies Suryadi
Pak Syaruddin,
Berita nan Pak Syaf postingan di bawah ko dari mas sumbernyo ko? Iko nan kalua 
di Haluan? Mohon info lbh lengkap.
 
Salam,
Suryadi
 


--- Pada Sab, 19/3/11, Syafruddin Ujang syaff...@gmail.com menulis:


Dari: Syafruddin Ujang syaff...@gmail.com
Judul: [R@ntau-Net] Perantau Minang Malaysia akan Gelar Minangkabau Expo
Kepada: RantauNet@googlegroups.com
Tanggal: Sabtu, 19 Maret, 2011, 1:21 PM







Perantau Minang Kuala Lumpur
Ingin Gelar Minangkabau Expo
 
KUALA LUMPUR – Masyarakat Perantau Minang di Kuala Lumpur, Malaysia, 
berkeinginan untuk menggelar Minangkabau Expo di ibukota negara jiran tersebut 
untuk lebih memperkenalkan Sumatra Barat kepada dunia internasional, termasuk 
rencana untuk mendirikan Rumah Gadang Minangkabau.
Keinginan itu mengapung saat digelarnya pertemuan sejumlah organisatoris 
perantau Minang Malaysia: Buchari Ibrahim (Ketua Pertubuhan Ikatan Kebajikan 
Masyarakat Minangkabau/PIKMM) dan Haswin Darwis (Ketua Koperasi Minang Kuala 
Lumpur) serta beberapa orang lainnya dengan Sekretaris Jenderal Forum 
Silaturahim Saudagar Minang (FSSM) yang juga Ketua Umum Gebu Minang Jawa Timur, 
Firdaus Hasan Basri di Kualalumpur, Jumat (18/3).
Dalam penjelasannya kepada Haluan melalui melalui email, Firdaus melukiskan 
pertemuan di Restoran Puti Bungsu, depan Kuala Lumpur Central City (KLCC) itu, 
berlangsung sangat akrab sekitar tiga jam lebih.
Ia menjelaskan, keinginan mengadakan Minang Expo di Malaysia itu sangat 
strategis baik untuk memperkenalkan produksi Sumatra Barat, sekaligus untuk 
memperkenalkan budaya dan obyek wisata Ranah Minangkabau bersama kulinernya 
kepada masyarakat dunia internasional.
Menurut Firdaus, selain sasarannya masyarakat Malaysia sendir yang secara 
kultur merupakan negara serumpun Melayu, Malaysia juga memiliki potensi besar 
dalam menggaet turis karena negara ini tiap tahunnya telah berhasil menggaet 
turis mancanegara sekitar 15 juta orang.
“Kita berharap melalui Minangkabau Expo itu nanti para turisman yang berkunjung 
ke Malaysia bisa melanjutkan perjalannya ke Sumatra Barat,” ujar Firdaus.
Firdaus menambahkan, meski terkenal dekat, Malaysia belum begitu tergarap oleh 
Sumatra Barat untuk menggaet wisatawan negara itu dan mancanegara untuk bisa 
berkunjung ke Sumbar. Karena itu, kata dia, kita harus memperbanyak ivent di 
Malaysia.
Dengan adanya keinginan pernatau Minang yang jumlahnya di Malaysia cukup besar, 
Firdaus optimis mereka bisa diberdayakan menjadi “duta-duta” wisata Ranah 
Minang di masa mendatang.
Untuk rencana besar ini, pihak pemuka masyarakat Minang Kuala Lumpur dan 
Firdaus sendiri sudah menemui Tan Sri Rais Yatim (Menteri Penerangan dan 
Kebudayaan Malaysia) yang cukup dekat dengan masyarakat Minangkabau, untuk 
membicarakan rencana kegiatan tersebut.
Dalam pertemuan itu, kata Firdaus, pihaknya sudah diminta untuk segera 
menjadwalkan pertemuan dengan istri Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Rosmah 
yang berasal dari Bukittinggi untuk membicarakan masalah ini.
Hal strategis lainnya yang juga memiliki nilai historis dan strategis, sebut 
Firdaus adalah keinginan perantau Malaysia untuk membangun Rumah Gadang 
(bagonjong) Minangkabau di Kuala Lumpur.
Selain untuk dijadikan sekretariat organisasi Minang di Kuala Lumpur, Rumah 
Gadang itu nantinya juga bisa digunakan untuk berbagai pertemuan masyarakat 
Minang dan dapat pula menjadi salah satu ikon wisata guna menarik minat 
turisman untuk datang ke Sumatra Barat. “Ya, seperti rumah gadang kita di Jawa 
Timur lah,” ujar Firdaus.
Meski kultur budaya Negara Bagian Seremban Negeri IX punya kaitan erat dengan 
Minangkabau, namun di Kuala Lumpur memang tidak ada rumah gadang berciri 
Minang, kecuali berupa replika di sejumlah tempat di Malaysia untuk menunjukkan 
gaya rumah bagonjong negeri IX.
Gelar Kehormatan
Tahun 2010 lalu, Pemda Sumatra Barat yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal 
Pemasaran, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, menggelar Minangkabau Food 
Festival di ibukota negara jiran itu. Waktu itu Minangkabau Food Festival ini 
dibuka resmi oleh Rais Yatim bersama Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Dai 
Bachtiar.
Namun jauh sebelumnya, Dirjen Pemasaran, Kembudpar, DR. Sapta Nirwandar pernah 
menggagas pemberian gelar kehormatan budaya Minangkabau untuk Perdana Menteri 
Malaysia, Ahmad Badawi. Namun karena terjadi perubahan politik yang begitu 
cepat, rencana itu akhirnya diurungkan.
Kasubdit Promosi Wisata Wilayah I Sumatra, Raseno Arya, yang dihubungi di 
Padang akhir pekan ini, menyebutkan rencana pemberian gelar kehormatan untuk PM 
Najib bisa saja diwacanakan kembali. Apalagi beliau (Najib) adalah sumando 
orang Minang sendiri.
“Ya, itu ada baiknya. Perlu ada inisiasi untuk itu. Untuk kepentingan 
pariwisata Sumatra Barat, berbagai langkah kongkret dan sesuai prosedur yang 
baik, kan sangat bagus,” ujar Raseno.
Ia berjanji akan melaporkan adanya keinginan Masyarakat Minang di Kuala Lumpur 
untuk mengadakan Minangkabau Expo itu ke Dirjen Pemasara Sapta Nirwandar

Re: Bls: [R@ntau-Net] Perantau Minang Malaysia akan Gelar Minangkabau Expo

2011-03-19 Terurut Topik syaff . al
Betul ]o,

Wass
Syaf AL
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Lies Suryadi niadil...@yahoo.co.id
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Sat, 19 Mar 2011 19:35:25 
To: RantauNet@googlegroups.com; rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Bls: [R@ntau-Net] Perantau Minang Malaysia akan Gelar Minangkabau Expo

Pak Syaruddin,
Berita nan Pak Syaf postingan di bawah ko dari mas sumbernyo ko? Iko nan kalua 
di Haluan? Mohon info lbh lengkap.
 
Salam,
Suryadi
 


--- Pada Sab, 19/3/11, Syafruddin Ujang syaff...@gmail.com menulis:


Dari: Syafruddin Ujang syaff...@gmail.com
Judul: [R@ntau-Net] Perantau Minang Malaysia akan Gelar Minangkabau Expo
Kepada: RantauNet@googlegroups.com
Tanggal: Sabtu, 19 Maret, 2011, 1:21 PM







Perantau Minang Kuala Lumpur
Ingin Gelar Minangkabau Expo
 
KUALA LUMPUR – Masyarakat Perantau Minang di Kuala Lumpur, Malaysia, 
berkeinginan untuk menggelar Minangkabau Expo di ibukota negara jiran tersebut 
untuk lebih memperkenalkan Sumatra Barat kepada dunia internasional, termasuk 
rencana untuk mendirikan Rumah Gadang Minangkabau.
Keinginan itu mengapung saat digelarnya pertemuan sejumlah organisatoris 
perantau Minang Malaysia: Buchari Ibrahim (Ketua Pertubuhan Ikatan Kebajikan 
Masyarakat Minangkabau/PIKMM) dan Haswin Darwis (Ketua Koperasi Minang Kuala 
Lumpur) serta beberapa orang lainnya dengan Sekretaris Jenderal Forum 
Silaturahim Saudagar Minang (FSSM) yang juga Ketua Umum Gebu Minang Jawa Timur, 
Firdaus Hasan Basri di Kualalumpur, Jumat (18/3).
Dalam penjelasannya kepada Haluan melalui melalui email, Firdaus melukiskan 
pertemuan di Restoran Puti Bungsu, depan Kuala Lumpur Central City (KLCC) itu, 
berlangsung sangat akrab sekitar tiga jam lebih.
Ia menjelaskan, keinginan mengadakan Minang Expo di Malaysia itu sangat 
strategis baik untuk memperkenalkan produksi Sumatra Barat, sekaligus untuk 
memperkenalkan budaya dan obyek wisata Ranah Minangkabau bersama kulinernya 
kepada masyarakat dunia internasional.
Menurut Firdaus, selain sasarannya masyarakat Malaysia sendir yang secara 
kultur merupakan negara serumpun Melayu, Malaysia juga memiliki potensi besar 
dalam menggaet turis karena negara ini tiap tahunnya telah berhasil menggaet 
turis mancanegara sekitar 15 juta orang.
“Kita berharap melalui Minangkabau Expo itu nanti para turisman yang berkunjung 
ke Malaysia bisa melanjutkan perjalannya ke Sumatra Barat,” ujar Firdaus.
Firdaus menambahkan, meski terkenal dekat, Malaysia belum begitu tergarap oleh 
Sumatra Barat untuk menggaet wisatawan negara itu dan mancanegara untuk bisa 
berkunjung ke Sumbar. Karena itu, kata dia, kita harus memperbanyak ivent di 
Malaysia.
Dengan adanya keinginan pernatau Minang yang jumlahnya di Malaysia cukup besar, 
Firdaus optimis mereka bisa diberdayakan menjadi “duta-duta” wisata Ranah 
Minang di masa mendatang.
Untuk rencana besar ini, pihak pemuka masyarakat Minang Kuala Lumpur dan 
Firdaus sendiri sudah menemui Tan Sri Rais Yatim (Menteri Penerangan dan 
Kebudayaan Malaysia) yang cukup dekat dengan masyarakat Minangkabau, untuk 
membicarakan rencana kegiatan tersebut.
Dalam pertemuan itu, kata Firdaus, pihaknya sudah diminta untuk segera 
menjadwalkan pertemuan dengan istri Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Rosmah 
yang berasal dari Bukittinggi untuk membicarakan masalah ini.
Hal strategis lainnya yang juga memiliki nilai historis dan strategis, sebut 
Firdaus adalah keinginan perantau Malaysia untuk membangun Rumah Gadang 
(bagonjong) Minangkabau di Kuala Lumpur.
Selain untuk dijadikan sekretariat organisasi Minang di Kuala Lumpur, Rumah 
Gadang itu nantinya juga bisa digunakan untuk berbagai pertemuan masyarakat 
Minang dan dapat pula menjadi salah satu ikon wisata guna menarik minat 
turisman untuk datang ke Sumatra Barat. “Ya, seperti rumah gadang kita di Jawa 
Timur lah,” ujar Firdaus.
Meski kultur budaya Negara Bagian Seremban Negeri IX punya kaitan erat dengan 
Minangkabau, namun di Kuala Lumpur memang tidak ada rumah gadang berciri 
Minang, kecuali berupa replika di sejumlah tempat di Malaysia untuk menunjukkan 
gaya rumah bagonjong negeri IX.
Gelar Kehormatan
Tahun 2010 lalu, Pemda Sumatra Barat yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal 
Pemasaran, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, menggelar Minangkabau Food 
Festival di ibukota negara jiran itu. Waktu itu Minangkabau Food Festival ini 
dibuka resmi oleh Rais Yatim bersama Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Dai 
Bachtiar.
Namun jauh sebelumnya, Dirjen Pemasaran, Kembudpar, DR. Sapta Nirwandar pernah 
menggagas pemberian gelar kehormatan budaya Minangkabau untuk Perdana Menteri 
Malaysia, Ahmad Badawi. Namun karena terjadi perubahan politik yang begitu 
cepat, rencana itu akhirnya diurungkan.
Kasubdit Promosi Wisata Wilayah I Sumatra, Raseno Arya, yang dihubungi di 
Padang akhir pekan ini, menyebutkan rencana pemberian gelar kehormatan untuk PM 
Najib bisa saja diwacanakan kembali. Apalagi beliau (Najib) adalah