Re: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen Boyon

2012-09-02 Terurut Topik ZulTan


Sanak Akmal NB,
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu

Saya makin paham atas penjelasan tadi bahwa cerpen itu tidak harus kaku.  
Mungkin selama ini saya terlalu baku sehingga sulit merangkai sebuah kisah agar 
layak dihadirkan.  Namun, bagi saya sebuah cerita yang melibat satu saja fakta 
nyata haruslah konsisten dengan fakta-fakta nyata berikutnya sampai kisah 
diakhiri.  Sebuah cerita haruslah benar-benar hidup, melibatkan emosi, masuk 
akal, hingga terkesan seperti kisah nyata.  Bacalah cerpen Dawam Rahardjo,Si 
Gila dari Dusun nCuni yang dimuat di KOMPAS Minggu, mencerminkan apa yang saya 
maksud.

Cerita yang baik haruslah dapat dijadikan sebagai hadiah yang setimpal bagi 
pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membacanya dan mungkin juga telah 
membelinya.  Saya sangat jarang membaca cerpen, novel, atau pun Kho Ping Hoo, 
termasuk Cerpen Minggu di Kompas karena enggan meluangkan waktu untuk itu. 
Namun, saya terbantu ketika membaca Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tanpa 
khawatir akan kehilangan waktu karena cerpen yang ada hasil seleksi yang cukup 
ketat.  Walau saya mengatakan jarang tidak berarti tidak pernah. Sekali waktu, 
saya sempat membaca karya IYUT FITRA yang ditulis di Payakumbuh tahun 2005 dan 
dimuat pada edisi KOMPAS Minggu, 30 Oktober, dengan tajuk Langit Malam. Saya 
beruntung karena saya menyukainya.  Cerpen itu saya ketik ulang dan tersimpan 
di komputer saya hingga entah kapan.
Bagi saya, sekali lagi, bagi saya, cerpen yang baik haruslah mendorong lahirnya 
komentar pembaca seperti, kok bisa ya! Kok kepikiran ya bikin cerita gini! 
Atau luar biasa... dan ia pun berkeinginan berbagi kisah ini dengan orang 
lain.  Jika tidak, berarti itu cerpen hambalala1).
 
Sanak Akmal YSH,

Jujur, saya baru pertama kali mendengar kisah Kritikus dan Tukang Ikan tadi.  
Cerita yang bagus.   Pesan moralnya adalah Don't believe everything you hear. 
Ini, tentulah bukan cerita hau-hau2).  Saya teramat penasaran dan ingin tahu 
siapa Kritikus lebay ini sebenarnya.  Setelah tanya sana-sini akhirnya saya 
tahu Kritikus Sastra Senior yang berasal dari Jawa Tengah ini suatu ketika 
pernah di karantina di sebuah rumah sakit jiwa karena kritik-kritik yang 
dilontarkannya terlalu pedas dan tajam, keluar dari norma-norma kepatutan, 
etika dan tata krama, tanpa mengindahkan perasaan si penulis.  

Menurutnya triangle ilmu sastra meliputi kritik sastra, teori sastra dan 
sejarah, bila dapat berjalan normal, fungsional dan optimal, maka kemajuan ilmu 
sastra dapat tercapai.  Idealis memang.  Namun demikian, beberapa rekannya 
menganggap Kritikus ini rada ”sedeng”.

Hasil pemeriksaan psikater menyarankan supaya memberikan buku-buku untuk 
membantu percepatan penyembuhannya selama masa karantina.

Setiap tiga hari kitikus gaek ini dikirimi berbagai buku, terutama yang 
berkaitan dengan sastra. 
Beliau mampu melahap 2-3 buku hanya dalam tiga empat hari saja, lalu
mengkritiknya.  Empat lima buku
dikirim, seminggu selesai lalu dikritik. 
Demikian seterusnya. Tak ada yang luput dari kritikannya.  Aneh, ”sakit”-nya 
tambah menjadi-jadi.  Teman-teman dan keluarga kewalahan buku apalagi yang 
sebaiknya dikirim.  Akhirnya diputuskan untuk memberikan sebuah buku yang agak 
tebal agar dibaca lebih lama.

Setelah tiga hari tidak ada kabar darinya meminta buku baru seperti biasa.  
Selang dua minggu kemudian demikian pula; tak ada permintaan. Temannya jadi 
penasaran dan membezoeknya didampingi teman lain.
Setelah menanyakan keadaan si Kritikus, teman itu bertanya, ”Bagaimana dengan 
buku yang dikirim dua minggu lalu, Pak?”
”Saya masih membacanya!”
”Kenapa sekarang Bapak membaca lebih lama dan tidak seperti biasanya?” tanyanya 
lagi.
”Buku ini unik. Terlalu banyak tokoh yang terlibat.  Pola hubungan antara satu 
tokoh dengan tokoh lain tidak dijelaskan.  Alur ceritanya melompat-lompat.  
Peran masing-masing tokoh sangat samar.  Tak ada karakter yang menonjol.  Si 
apa ayah, siapa ibu, mana anak?  Siapa yang lebih muda, lebih tua, dll, sulit 
ditebak.  Mungkin harus dibaca berulang baru bisa dipahami,” katanya antusias.
”Satu-satunya hal yang paling jelas adalah domisili masing-masing
tokohnya,” lanjutnya.
”Baik Pak,” katanya sambil mengangguk-angguk. 
”Silakan Bapak lanjutkan membacanya dan kami mohon pamit.”
Setelah di luar ruangan, si pendamping yang sejak tadi diam bertanya penasaran, 
”Buku apa sih yang diberikan?”
”Buku telepon,” kata temannya tak acuh!

Salam,
ZulTan, L, Bogor


Bahasa Minang:
1. Hambalala: tak ada rasa apa-apa
2. Hau-hau: asal-asalan, sembarangan


Action cures fear.

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini  kirim 

Re: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen Boyon

2012-09-02 Terurut Topik ZulTan


Dinda Ronald YBH,

Sapandapek ambo jo Ronald, baso manulis cerpen bisa labiah bebas ndak saroman 
manyusun karya ilmiah.  Namun ambo caliak ada juo cerpen yang ditulis dengan 
bahaso EYD dan tatap lamak dibaco. Iko ambo rasokan kalau mambaco cerpen Dawan 
Rahardjo.  Mungkin paralu waktu dan karajo kareh untuak mambuek cerpen jenis 
iko.

Tarimo kasih atas masukan Dinda nan lah mampalueh pamahaman ambo tantang tulih 
manulih.

Salam,
ZulTan, L, Bogor


Action cures fear.

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini  kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur  Lokasi disetiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama  mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/





Re: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen Boyon

2012-09-01 Terurut Topik ZulTan


Sanak Akmal YSH,

Ambo yo salut dengan Sanak.  Ndak sumbarang panulis bisa cerpennyo dimuek di 
Kompas Minggu.  Sanak Akmal lah mambuktikannyo.  Iko cito-cito ambo sajak sari, 
namun aluh panah kasampaian.  Alun ciek juo cerpen ambo nan ambo kirim ka 
Kompas karano memang alun panah manulis cerpen. Hampia tiok tahun ambo mambali 
kumpulan Cerpen Pilihan Kompas terbitan Gramedia.  Bilolah kamasuak namo ambo 
di situ? 

Baa triknyo mambuek cerpen tu Sanak Akmal?

Ambo suko cerpen Boyon ko karano ndak banyak kato-kato babungo sarupo: angin 
semilir, bulan tersenyum di balik awan yang merekah, derik pintu menikam 
keheningan malam, matahari bersinar lembut, dlsb.  Bukannyo ambo alergi hanyo 
kadang-kadang bakalabihan.

Ambo bisa sajo bakomentar mantap taradok Si Boyon ko, tapi ambo ndak dapek 
baraja dari siko.  Dek ingin baraja itulah, makonyo ado babarapo partanyaan 
satantang Si Boyon ko.
Satiok pertanyaan ambo dahului jo kutipan yang marupakan penggalan kalimat dari 
Cerpen Boyon.

Kutipan:
... di desa Kapau yang terkenal dengan kelezatan nasinya.

Apakah nasinya atau masakannya yang terkenal lezat?  Tentu kelezatan nasi 
Kapaunya.

Kutipan:
...  kontraksi perut ibu berlangsung lebih cepat tiga pekan dari perkiraan. 
Malam harinya ibu melahirkan dengan bantuan bidan.

Kapan Boyon lahir? Apakah sudah ada cara mendeteksi kelahiran pada masa itu?

Belakangan saya dapat perkirakan si Boyon lahir antara tahun 1970-1971. Ini 
saya duga dari saat dirilisnya film Catatan Si Boy tahun 1987, Si Boyon baru 
masuk SMA, umur 16 tahun.
  
Apa iya, tahun 1970, sudah dapat diperkirakan kapan seorang ibu hamil 
melahirkan, yang tinggalnya jauh dari peradaban moderen?  Apakah dihitung sejak 
bulan tidak haid? Bisakah tahu tiga minggu lagi?

Kutipan:
... Tentu saja aku tak ingat kejadian itu kalau tidak diceritakan lagi oleh 
ibu.

Ada dua kata yang terasa kurang pas: ingat dan lagi. Tidak ingat berarti 
sesuatu pernah diketahui pada masa lalu dan kini lupa. Tidakkah kata tidak 
tahu lebih cocok di sini.  

Kata lagi dalam konteks itu, tentu bercerita kembali.  Apakah memang 
demikian?

Tidakkah kalimat di bawah ini lebih cocok untuk menggambarkan kalimat di atas.

... Tentu saja aku tidak tahu kejadian itu, jika ibu tidak pernah 
menceritakannya.

Kutipan:
'Nama yang bagus, tapi ... Ayah jelas tak setuju.'

Kenapa kata jelas yang digunakan. Kata ini memberikan makna kepastian, 
padahal Ayah belum menyelesaikan kalimatnya.  Entah apa yang akan dikatakannya 
sesudah itu.  Apakah kata tampaknya, seperti, atau seakan tidak lebih 
sesuai. Ayah tampaknya tidak setuju.

Kutipan:
Setelah beberapa detik gagal menemukan kata-kata yang pantas, sikap ayahku 
yang gadang ota,...

Apa fakta yang telah diungkapkan sejauh ini, sehingga pembaca dapat menerima 
kesimpulan si Boyon (si Penulis) bahwa Ayahnya gadang ota?

Selain itu, saya melihat kata gadang ota terlalu dipaksakan hadir dalam kisah 
ini.  Setidaknya, kata ini diulang tiga kali.  Bahkan, ada satu alinea sampai 
mengulangnya dua kali. Jika perilaku ayah digambarkan dengan tepat, sifat 
gadang ota ini tentu dengan sendirinya akan muncul dibenak pembaca. 
Kepulangan Ayah ke tanah air karena takut polisi, bagi saya lebih cocok disebut 
gadang kalang daripada gadang ota.

Kutipan:
...  ayah menjentikkan jarinya seperti mendapatkan ilham.

Saya bertanya, apakah seseorang akan menjentikkan jarinya ketika mendapat 
ilham?

Apakah maksudnya menggesekkan ibu jari dan jari manis hingga mengeluarkan bunyi?
Menjentikkan biasanya digunakan ketika mengusir lalat yang hinggap di bibir 
gelas atau ketika guru menghukum murid.

Kutipan:
Pendidikan ayahku yang kandas setingkat kelas 4 Ibtidaiyah,...

Bukankah kata-kata setingkat dan kelas kedua-duanya bermakna serupa? 
Tidakkah jadi redundant alias mubazir?

Menurut saya dapat saja keduanya digunakan dalam satu kalimat dalam makna yang 
berbeda jika kalimatnya seperti ini, Pendidikan ayahku kandas di kelas 4 
Ibtidaiyah, setingkat Sekolah Dasar di kota-kota.

Kutipan:
SEWAKTU bersekolah di SD dekat rumah, teman-teman memanggilku Boyon. Aku 
merasa biasa saja, ..

Ada dua kata yang ingin saya tanyakan.  Satu, kata SEWAKTU. Apakah sebelum 
SD, Boyon tidak dipanggil Boyon?  Kedua, Aku merasa biasa saja, ...  Ucapan 
ini membingungkan. Bukankah memang seharusnya dipanggil Boyon?  Lain jika di SD 
itu ia dipanggil Bonyok, lalu bersikap biasa saja  wajar adanya.

Kutipan:
Menjelang pucuk malam,...  Sedangkan guru mengaji yang rajin berkhalwat kepada 
Allah Ta'ala itu kuintip tengah mengerjakan shalat malam.

Jam berapa pucuk malam itu?  Saya menangkapnya pukul 00.00.Jika 
pengertian pucuk malam seperti pemahaman saya, tentu guru mengaji ini 
melakukan amalan yang tidak ada contohnya.  Namun pertanyaan saya tentu tidak 
relevan jika pucuk malam diganti dengan selepas tengah malam atau di sisa 
malam.

Kutip:
.., wajahku terlihat lebih mirip Emon karena rambut ikalku serta postur dengan 
berat 82 kilogram dan tinggi 164 sentimeter.  Terlalu berat?

Re: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen Boyon

2012-09-01 Terurut Topik Akmal N. Basral
Selamat pagi kanda ZulTan di Bogor,
Wah pertanyaannya kelas berat semua, seperti sedang dalam kelas Teknik Editing 
atau Apresiasi Prosa :)

Cerpen Boyon ini pertama kali muncul di Koran Tempo Minggu, dengan editor 
(tamu) sastrawan Nirwan Dewanto. (Kalau tidak salah, sampai sekarang Nirwan 
masih di posisi ini). Syarat teknis cerpen koran yang maksimal 10.000 karakter 
membuat versi koran agak sedikit berbeda dengan cerpen asli yang hampir 15.000 
karakter, atau 1,5 kali lebih panjang. 

Secara umum, cerpen tak ubahnya seperti Asinan Bogor atau Pecal. Di Cibubur ada 
Asinan Bogor Ibu Yenny yang terkenal (bukan Asinan Bogor Ibu Non-Yenny). Di 
Bukittinggi, ada Pical Si Kai. Kalau kedua kandungan makanan ini dianalisis 
ahli nutrisi atau ahli gizi secara cermat, mungkin tak ada lagi orang yang mau 
berkunjung makan. Tapi seringkali enaknya makanan bukanlah tergantung pada 
pengetahuan si pencecap tentang komposisi karbo, protein, dll. 
Horace mempostulasikan sifat ini dalam sastra sebagai dolce et utile (manis 
dan berguna).
Manis adalah sebuah kondisi yang berbeda dengan normal. Kadar manis pun 
berbeda bagi setiap orang. Begitu juga dengan berguna. Apa yang menurut 
Horace berguna dari sebuah karya, mungkin kurang gunanya bagi pembaca lain. 
Tetapi, secara rata-rata, pembaca/pendengar/penonton paling awam bisa 
mengetahui mana karya sastra/film/musik yang manis dan berguna. Karya-karya 
yang benar secara aturan gramatika, seringkali menjadi klinis, kering, dan 
akibatnya, tak memenuhi kaidah dolce et utile.

Itu sebabnya sastra bisa menerima gaya penulisan mubazir yang disebut 
Pleonasme, bentuk majas yang lebay meminjam istilah anak muda sekarang. (Badu 
maju ke depan, contohnya. Masak sudah jelas maju masih perlu ditambah ke 
depan pula, menurut logika bahasa yang efektif. Tapi dalam konteks sebuah 
karya ini yang menjadi manis-nya karya itu).

Ada contoh lucu tentang seseorang yang punya kebiasaan menakar pemakaian bahasa 
secara kritis, ketika orang ini berkunjung ke pasar. Dia mampir ke sebuah los 
penjual ikan yang memasang tulisan DI SINI JUAL IKAN SEGAR yang ditulis indah 
untuk menarik minat pembeli.

Sang kritikus langsung bertanya, Kemarin saya lihat belum ada tulisan itu, 
kapan dipasangnya? Dan apa gunanya?

Memang baru dipasang Tuan, jawab penjual ikan. Semoga semakin banyak 
pengunjung pasar ini yang membeli ikan saya setelah membaca tulisan itu.

Tetapi itu mubazir, jelas Sang Kritikus. Semua pengunjung pasar ini tahu 
bapak menjualnya di sini, bukan di sana. Jadi mengapa harus ada tulisan DI 
SINI? Coba bapak pikirkan.

Seperginya Sang Kritikus, penjual ikan memutuskan bahwa pendapat itu benar, 
sehingga dia memotong bagian kayu yang bertuliskan kata DI SINI, sehingga 
yang tersisa hanya JUAL IKAN SEGAR

Keesokan harinya Sang Kritikus datang lagi ke los ikan itu, melihat pada 
tulisan yang sudah lebih pendek dan bertanya kepada si penjual ikan, Jadi 
selama ini bapak menjual ikan TIDAK segar ya?

Kagetlah si penjual ikan sampai berteriak, Demi Allah dan RasulNya, tak pernah 
sekali pun saya menjual ikan busuk yang menipu pembeli.

Kalau begitu untuk apa ada kata SEGAR di sana? tunjuk Sang Kritikus pada 
kalimat di atas kepalanya.

Sepulangnya Sang Kritikus, penjual ikan yang merasakan ada benarnya pendapat 
itu, memotong tulisan SEGAR, sehingga kini yang tersisa hanya JUAL IKAN.

Besok harinya, Sang Kritikus kembali ke pasar itu. Sambil melewati los ikan, 
dia berkata kepada sang penjual, Saya tidak tahu kalau sebelum ini bapak 
selalu memberikan gratis ikan-ikan kepada orang lain.

Bingunglah si penjual ikan dan bertanya, Kenapa bapak berpikir begitu? 
Bukankah bapak tahu bahwa ini pasar, tempat jual beli.

Kalau begitu kenapa harus dijelaskan dengan kata JUAL, sambar Sang Kritikus. 
Bukankah tanpa tulisan itu pun orang-orang tahu bahwa bapak menjual ikan, 
bukan membagi-bagikan dengan gratis?

Maka untuk ketiga kalinya si penjual ikan pun menghilangkan tulisan itu 
sehingga hanya tersisa kata IKAN saja.

Selesai? Belum sama sekali.

Keesokan harinya lagi Sang Kritikus yang lewat di depan los ikan memanggil 
seorang anak kecil yang ada di dekatnya, membuat si penjual ikan 
bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan Zang Kritikus. Rupanya lelaki itu 
bertanya kepada sang bocah, Nak, kau tahu hewan apa itu? katanya sambil 
menunjuk pada tumpukan ikan si penjual.

Ikan, jawab si anak.

Nah, bapak lihat sendiri bukan, ujar Sang Kritikus kepada si penjual ikan, 
bahkan anak kecil pun tak perlu dibantu dengan tulisan IKAN untuk tahu bahwa 
yang bapak jual adalah ikan. Kecuali bapak menjual hewan yang namanya tak 
diketahui pengunjung pasar, maka tak ada guna sama sekali tulisan IKAN itu 
masih bapak pampang selain menunjukkan kemubaziran saja.

Akhirnya pada akhir hari yang malang itu, sembari membereskan los dagangan, si 
penjual ikan membuang kata terakhir IKAN di losnya ke dalam tong sampah bersama 
sisa-sisa kotoran ikan.

Moral of the story: jangan berjualan ikan pada kritikus bahasa, 

Re: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen Boyon

2012-08-31 Terurut Topik Hanifah Damanhuri
Assalammualaikum Wr Wb pak Akmal

Iyo Rancak dan lasuah mambaco tulisan bpk

Takana lo di awak katiko SMA
Namo awak babedo sen surang di tangah namo nan rancak-rancak
Yulfidesy, desy yunio sari, susiana, tinawati, medya rosha dll
Sahinggo alah ibo lo ati, sudahlah indak rancak, namo kuno pulo...

Kato papa, papa agiah namo hanifah, supayo nanti ipah jadi urang jujur

Nah baru tasadar namo itu rancak
Katiko basuo jo mantan mahasiswi yang cantik namanya EKA  di angkot. EKA
jadi guru, dan alah punyo anak.
 Bu, saya sudah punya anak, nama anak saya HANIFAH...

Wass

Hanifah


Pada 31 Agustus 2012 14:11, Dasriel Noeha dasrielno...@yahoo.com menulis:

 Rancak, itu kalimat kekaguman ambo, ka sdr Akmal, tentang cerpen Boyon.
 Ambo SMA di Padang Panjang lulus 71, acok juo manulis cerpen dan puisi
 utk  koran di Padang dan Jakarta,
 tapi indak sarancak nan  ditulis sanak Akmal

 salam,
 dasriel

   *Dari:* akmal n. basral an...@yahoo.com
 *Kepada:* rantaunet@googlegroups.com rantaunet@*Judul:* [R@ntau-Net]
 (OOT) Cerpen Boyon

   Sanak sapalanta nan budiman,
 talampia adalah cerpen ambo Boyon (2006) nan ado dalam kumpulan cerpen
 Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku, antologi nan masuak long list
 Khatulistiwa Literary Award 2007.

 Iko bacaan ringan untuak akhia pakan.

 Mangingek ambo lahia dan gadang di Jakarta, mohon maaf jiko ado detail
 kisah tentang kampuang nan indak sasuai.(Saluruah namo urang dan tampek
 dalam kisah ko iyo hasil imajinasi ambo sajo).

 http://athinktokill.blogspot.com/2008/10/boyon.html

 Tapi ruponyo kisah ringan ambo ko dibedah serius oleh surang mahasiswi
 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, banamo Puji Pramesti dengan
 judul barek manjadi A Portrait of Human Culture Toward Nature: An
 Ecocritical Analysis of The Short Stories by Akmal Nasery Basral

 Pengantar
 http://repository.upi.edu/abstrakview.php?no_abstrak=1009

 Abstrak
 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_033781_c0351__abstract.pdf

 Metodologi
 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_033781_c0351_chapter3.pdf

 Kesimpulan
 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_033781_c0351_chapter5.pdf


 Salam,

 Akmal Nasery Basral
 Cibubur

 * * *

 Cerpen

 BOYON
 Akmal Nasery Basral


 NAMAKU Boyon. Jems Boyon. Nama ini diberikan ayah setelah menonton film
 yang dibintangi Sean Connery di bioskop lusuh Pasar Atas, Bukittinggi,
 Sumatera Barat. Atau lebih tepatnya, setelah ayah dan ibuku yang hamil tua
 menonton film itu. Mereka tidak tinggal di Bukittinggi melainkan sekitar 14
 kilometer ke arah Payakumbuh, di desa Kapau yang terkenal dengan kelezatan
 nasinya. Mungkin karena perjalanan yang cukup jauh, kontraksi perut ibu
 berlangsung lebih cepat tiga pekan dari perkiraan. Malam harinya ibu
 melahirkan dengan bantuan bidan.

 Aku ingin namanya Hatta, agar sikapnya harum wangi seperti proklamator
 kita, kata ibu sembari berulang kali menciumi pipiku. Tentu saja aku tak
 ingat kejadian itu kalau tidak diceritakan lagi oleh ibu.

 Nama yang bagus, tapi ... Ayah jelas tak setuju. Setelah beberapa detik
 gagal menemukan kata-kata yang pantas, sikap ayahku yang *gadang ota*,
 alias omong besar, tak bisa disembunyikan lagi. Pak Hatta hidupnya terlalu
 sederhana. Aku tak mau anakku hidup menderita di jamannya.

 Kalau begitu...Hamka?

 Itu lebih berat lagi. Nama ulama besar jangan sembarang diberikan. Kalau
 tidak kuat, anak kita bisa gila.

 Bagaimana kalau Navis, katanya itu nama penulis. Ibu pantang menyerah.

 Ah tidak. Penulis hidupnya miskin.

 Kita toh sudah melarat.

 Karena itu jangan ditambah-tambah lagi. Lidah ayahku seperti pesilat
 lincah. Setelah beberapa menit yang hingar oleh dengung nyamuk di rumah
 kami yang sumuk, ayah menjentikkan jarinya seperti mendapatkan ilham.

 Kita namakan saja Jems Boyon seperti film yang kita lihat tadi. Itu nama
 modern. Pintar, tampan, dan disenangi *padusi.**

 Ibuku seorang yang santun. Dia hanya berkata pendek. Uda yakin itu nama
 yang benar?

 Yakin. Saya pernah berdagang di Negeri Sembilan. Di sana, begitulah
 mereka mengucapkannya. Lidah warisan Inggris mereka tentu tak keliru
 seperti milik *urang awak*.

 Begitulah. Pendidikan ayahku yang kandas setingkat kelas 4 Ibtidaiyah,
 bergabung sempurna dengan sifat *gadang ota*-nya yang selalu membanggakan
 diri pernah ke luar negeri, meskipun hanya sebagai penjual bubur kampiun di
 Malaysia. Dua bulan kemudian beliau pulang kampung saat mendengar Polis
 Diraja Malaysia akan melancarkan razia terhadap pendatang haram. Seperti
 halnya para *gadang ota *sejati, ayah tak punya cukup nyali untuk kembali
 mengejar mimpinya. Semua terhenti sebatas kata-kata.

 ~

 SEWAKTU bersekolah di SD dekat rumah, teman-teman memanggilku Boyon. Aku
 merasa biasa saja, mungkin karena belum punya konsep tentang keren tidaknya
 sebuah nama. Menginjak SMP aku baru tahu yang dimaksud ayah dengan Jems
 Boyon tak lain dari James Bond. Maka di sekolah, aku menulis namaku
 sebagai James. Kalaupun harus dipanjangkan, ya James B saja. Nama 
 

Re: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen Boyon

2012-08-31 Terurut Topik Akmal N. Basral
Wa'alaikumsalam Wr Wb Bu Hanifah,

Ado carito satu kutiko ambo mambao anak-anak ambo ka dokter anak, beberapa 
tahun silam. Ibu dokter ko urang awak lo, bajilbab, usia alah  50-an, tipikal 
amai-amai Minang. Dicaliaknyo wajah anak-anak ambo, lalu buku info pasien di 
tangannyo barulang kali.

Nggak salah nih, Pak Akmal? keceknyo.

Nggak salah apanyo, Dok? jawek ambo agak binguang sambia mancaliak istri.

Putrinya cantik-cantik begini, kok namanya nama kampung semua, lanjuiknyo 
sambil mambaco buku anak ambo nan sulung JIHAN MAGHFIRA, keceknyo, lalu 
mambaco buku anak bungsu, MARYAM AYLATIRA, lanjuiknyo kareh-kareh. Anak kaduo 
(tangah) ndak ikuik wakatu itu. Lalu bu dokter mangecek ka Jihan, Minta tuker 
saja namanya sama Papa biar keren seperti anak Jakarta lain, Jihan, keceknyo 
tersenyum mambuek kito sadonyo tagalak.

Anak-anak lahir di bulan Ramadhan, Dok, jawek ambo. Jihan tanggal 11 
Ramadhan, makanya namanya Maghfira dari periode Maghfira. Kalau Ayla itu 3 
Ramadhan, maka namanya Aylatira, Anugerah Yang LAhir TIga RAmadhan.

O begitu, jawab si dokter. Nama ibu saya juga Maryam kok.

Lalu kejadian lain saat Ayla berumur 3 tahun, ambo diundang buko puaso oleh Pak 
Haz Pohan, saat itu masih Dubes Indonesia di Polandia. Basamonyo ado pulo dosen 
Indonesia asal Bandung nan maaja di Poznan, salah satu kota di Poland. 
Pembicaraan manyenggol pulo soal namo anak-anak. Manuruik dosen asal Bandung 
tu, di Poland banyak bana namo Maryam dipakai dengan variasi panulihan 
Mariam/Meriam. Tapi biasanya nama panggilan mereka Mayla, bukan Ayla, kecek 
dosen ko. Anak ambo diam sajo salamo awak mangecek ko.

Bisuak pagi di rumah, baitu bangun Ayla langsung mangecek ka ambo. Ayla 
namanya ganti jadi Mayla aja, Pa, keceknyo. Ruponyo didanganya nyo bana 
pambicaraan kapatang. Sajak itulah namo panggilannyo baganti hinggo kini 
manjadi Mayla. 

Akhia September muko umua Mayla 6 tahun, dan alah didapeknyo Piala Presiden nan 
labiah tinggi dari badannyo kutiko April lalu inyo dan kawan-kawannya 
memenangkan juara umum Kids Marching Band Festival VII (menang di tujuah 
kategori) nan diikuti TK Se-Indonesia. Piala asli ditempatkan di sekolah, 
setiap anggota mendapatkan replikanya.

Salam,

Akmal N. Basral


On Aug 31, 2012, at 10:11 PM, Hanifah Damanhuri ifah...@gmail.com wrote:

 Assalammualaikum Wr Wb pak Akmal 
 
 Iyo Rancak dan lasuah mambaco tulisan bpk.
 
 Takana lo di awak katiko SMA
 Namo awak babedo sen surang di tangah namo nan rancak-rancak 
 Yulfidesy, desy yunio sari, susiana, tinawati, medya rosha dll
 Sahinggo alah ibo lo ati, sudahlah indak rancak, namo kuno pulo...
 
 Kato papa, papa agiah namo hanifah, supayo nanti ipah jadi urang jujur
 
 Nah baru tasadar namo itu rancak
 Katiko basuo jo mantan mahasiswi yang cantik namanya EKA  di angkot. EKA jadi 
 guru, dan alah punyo anak.
  Bu, saya sudah punya anak, nama anak saya HANIFAH...
 
 Wass
 
 Hanifah

 
 Pada 31 Agustus 2012 14:11, Dasriel Noeha dasrielno...@yahoo.com menulis:
 Rancak, itu kalimat kekaguman ambo, ka sdr Akmal, tentang cerpen Boyon.
 Ambo SMA di Padang Panjang lulus 71, acok juo manulis cerpen dan puisi utk  
 koran di Padang dan Jakarta,
 tapi indak sarancak nan  ditulis sanak Akmal
  
 salam,
 dasriel
 
 Dari: akmal n. basral an...@yahoo.com
 Kepada: rantaunet@googlegroups.com rantaunet@Judul: [R@ntau-Net] (OOT) 
 Cerpen Boyon
 
 Sanak sapalanta nan budiman,
 talampia adalah cerpen ambo Boyon (2006) nan ado dalam kumpulan cerpen Ada 
 Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku, antologi nan masuak long list 
 Khatulistiwa Literary Award 2007.
 
 Iko bacaan ringan untuak akhia pakan. 
 
 Mangingek ambo lahia dan gadang di Jakarta, mohon maaf jiko ado detail kisah 
 tentang kampuang nan indak sasuai.(Saluruah namo urang dan tampek dalam kisah 
 ko iyo hasil imajinasi ambo sajo).
 
 http://athinktokill.blogspot.com/2008/10/boyon.html
 
 Tapi ruponyo kisah ringan ambo ko dibedah serius oleh surang mahasiswi 
 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, banamo Puji Pramesti dengan judul 
 barek manjadi A Portrait of Human Culture Toward Nature: An Ecocritical 
 Analysis of The Short Stories by Akmal Nasery Basral 
 
 Pengantar
 http://repository.upi.edu/abstrakview.php?no_abstrak=1009
 
 Abstrak
 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_033781_c0351__abstract.pdf 
 
 Metodologi
 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_033781_c0351_chapter3.pdf
 
 Kesimpulan
 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_033781_c0351_chapter5.pdf
 
 
 Salam,
 
 Akmal Nasery Basral
 Cibubur
 
 * * *
 
 Cerpen
 
 BOYON
 Akmal Nasery Basral
 
 
 NAMAKU Boyon. Jems Boyon. Nama ini diberikan ayah setelah menonton film yang 
 dibintangi Sean Connery di bioskop lusuh Pasar Atas, Bukittinggi, Sumatera 
 Barat. Atau lebih tepatnya, setelah ayah dan ibuku yang hamil tua menonton 
 film itu. Mereka tidak tinggal di Bukittinggi melainkan sekitar 14 kilometer 
 ke arah Payakumbuh, di desa Kapau yang terkenal dengan kelezatan nasinya. 
 Mungkin karena perjalanan yang 

Re: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen Boyon

2012-08-31 Terurut Topik Hanifah Damanhuri
Jadi takana pulo sangkek kuliah s1 dulu
Biasolah, sasudah dosen manjalehkan materi, lalu dosen manyuruah mhs maju
kamuko manyalasaikan soal.
HANIFAH kato pak dosen mamanggia
tagak wak...
baru tagak langsuang pak dosen batanyo, ISLAM ya?
Tantu alah tacangang sen wak
mode rambuik sangkek itu, iyo ba poni
rok singkek, di ateh lutuk senek
mato jo kulik gon kali nan mambuek ragu urang
Bisuakno galak -galak pak dosen dun den kiro cino katono

Amak wak sanano rancak sangaik, kayak bule
Yaaa nasib awak sen nan mangkon ka baa juo li he he he
Papa mamanggia awak ipah
mama wak mamanggia awak ANIP
kawan-kawan nan acok main karumah pasti mamanggia awak anip
tapi kini urang acok mamanggia awak jo panggilan  bu hanifah  langkok
jadino  he he he

Wass

Hanifah


Pada 1 September 2012 07:25, Akmal N. Basral an...@yahoo.com menulis:

 Wa'alaikumsalam Wr Wb Bu Hanifah,

 Ado carito satu kutiko ambo mambao anak-anak ambo ka dokter anak, beberapa
 tahun silam. Ibu dokter ko urang awak lo, bajilbab, usia alah  50-an,
 tipikal amai-amai Minang. Dicaliaknyo wajah anak-anak ambo, lalu buku info
 pasien di tangannyo barulang kali.

 Nggak salah nih, Pak Akmal? keceknyo.

 Nggak salah apanyo, Dok? jawek ambo agak binguang sambia mancaliak istri.

 Putrinya cantik-cantik begini, kok namanya nama kampung semua,
 lanjuiknyo sambil mambaco buku anak ambo nan sulung JIHAN MAGHFIRA,
 keceknyo, lalu mambaco buku anak bungsu, MARYAM AYLATIRA, lanjuiknyo
 kareh-kareh. Anak kaduo (tangah) ndak ikuik wakatu itu. Lalu bu dokter
 mangecek ka Jihan, Minta tuker saja namanya sama Papa biar keren seperti
 anak Jakarta lain, Jihan, keceknyo tersenyum mambuek kito sadonyo tagalak.

 Anak-anak lahir di bulan Ramadhan, Dok, jawek ambo. Jihan tanggal 11
 Ramadhan, makanya namanya Maghfira dari periode Maghfira. Kalau Ayla itu 3
 Ramadhan, maka namanya Aylatira, Anugerah Yang LAhir TIga RAmadhan.

 O begitu, jawab si dokter. Nama ibu saya juga Maryam kok.

 Lalu kejadian lain saat Ayla berumur 3 tahun, ambo diundang buko puaso
 oleh Pak Haz Pohan, saat itu masih Dubes Indonesia di Polandia. Basamonyo
 ado pulo dosen Indonesia asal Bandung nan maaja di Poznan, salah satu kota
 di Poland. Pembicaraan manyenggol pulo soal namo anak-anak. Manuruik dosen
 asal Bandung tu, di Poland banyak bana namo Maryam dipakai dengan variasi
 panulihan Mariam/Meriam. Tapi biasanya nama panggilan mereka Mayla, bukan
 Ayla, kecek dosen ko. Anak ambo diam sajo salamo awak mangecek ko.

 Bisuak pagi di rumah, baitu bangun Ayla langsung mangecek ka ambo. Ayla
 namanya ganti jadi Mayla aja, Pa, keceknyo. Ruponyo didanganya nyo bana
 pambicaraan kapatang. Sajak itulah namo panggilannyo baganti hinggo kini
 manjadi Mayla.

 Akhia September muko umua Mayla 6 tahun, dan alah didapeknyo Piala
 Presiden nan labiah tinggi dari badannyo kutiko April lalu inyo dan
 kawan-kawannya memenangkan juara umum Kids Marching Band Festival VII
 (menang di tujuah kategori) nan diikuti TK Se-Indonesia. Piala asli
 ditempatkan di sekolah, setiap anggota mendapatkan replikanya.

 Salam,

 Akmal N. Basral


 On Aug 31, 2012, at 10:11 PM, Hanifah Damanhuri ifah...@gmail.com wrote:

 Assalammualaikum Wr Wb pak Akmal

 Iyo Rancak dan lasuah mambaco tulisan bpk.


 Takana lo di awak katiko SMA
 Namo awak babedo sen surang di tangah namo nan rancak-rancak
 Yulfidesy, desy yunio sari, susiana, tinawati, medya rosha dll
 Sahinggo alah ibo lo ati, sudahlah indak rancak, namo kuno pulo...

 Kato papa, papa agiah namo hanifah, supayo nanti ipah jadi urang jujur

 Nah baru tasadar namo itu rancak
 Katiko basuo jo mantan mahasiswi yang cantik namanya EKA  di angkot. EKA
 jadi guru, dan alah punyo anak.
  Bu, saya sudah punya anak, nama anak saya HANIFAH...

 Wass

 Hanifah


 Pada 31 Agustus 2012 14:11, Dasriel Noeha dasrielno...@yahoo.commenulis:

 Rancak, itu kalimat kekaguman ambo, ka sdr Akmal, tentang cerpen Boyon.
 Ambo SMA di Padang Panjang lulus 71, acok juo manulis cerpen dan puisi
 utk  koran di Padang dan Jakarta,
 tapi indak sarancak nan  ditulis sanak Akmal

 salam,
 dasriel

   *Dari:* akmal n. basral an...@yahoo.com
 *Kepada:* rantaunet@googlegroups.com rantaunet@*Judul:* [R@ntau-Net]
 (OOT) Cerpen Boyon

   Sanak sapalanta nan budiman,
 talampia adalah cerpen ambo Boyon (2006) nan ado dalam kumpulan cerpen
 Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku, antologi nan masuak long list
 Khatulistiwa Literary Award 2007.

 Iko bacaan ringan untuak akhia pakan.

 Mangingek ambo lahia dan gadang di Jakarta, mohon maaf jiko ado detail
 kisah tentang kampuang nan indak sasuai.(Saluruah namo urang dan tampek
 dalam kisah ko iyo hasil imajinasi ambo sajo).

 http://athinktokill.blogspot.com/2008/10/boyon.html

 Tapi ruponyo kisah ringan ambo ko dibedah serius oleh surang mahasiswi
 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, banamo Puji Pramesti dengan
 judul barek manjadi A Portrait of Human Culture Toward Nature: An
 Ecocritical Analysis of The Short Stories by Akmal Nasery Basral

 Pengantar