Re: [R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta
Dinda Ajoduta, suaro ambo indak mangkuih lai doh, he he. Wassalam, SB. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
Re: [R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta
Tadinyo kami berharap bedah buku TCBP ko akan dilakukan juo di AS. Namun terkendala belum mendapatkan sponsor untuk penulis. Mungkin Uda Saaf selaku mantan preskom Semen Padang bisa mabisiakkan ka direktur, untuak mengaluakan dana CSR-nyo. Beko akomodasi bia kami nan manangguang di AS. *Mari sato "Program Bingkisan Lebaran RN Rp.100.000"* Wassalaamu'alaikum Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta), 17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli - Jakarta - Sterling, Virginia USA 2013/7/19 Akmal Nasery Basral > > > Pada Jumat, 19 Juli 2013, menulis: > > ** >> Aslm kanda akmal.. >> >> Tadi siang, dalam khutbah jumat, khatib menyebut tentang buya hamka yang >> praktek kan doa qunut sewaktu pergi ke madura atas undangan orang tua gus >> dur.. Adakah kisah ini diangkat dalam novel nya yang kedua nanti.. >> >> Ini sangat bagus dalam konteks ukhuwah islamiyah.. Dalam khutbah jumat >> nya tadi, khatib menyebut ttg buya yang muhammadiyah, karena dipersilahkan >> tuan rumah yang notabene nadliyin utk jadi imam, maka buya melakukan shalat >> sebagaimana yang diyakini orang NU. >> >> Imran, 37, tingga di pdg, asal baso, agam >> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung >> Teruuusss...! >> -- >> * >> * >> > Wa'alaikum salam Wr. Wb sanak Imran, > menurut ambo ada 2 kemungkinan penjelasan, yakni: > > 1. Kalau disebut khatib yang mengundang adalah orang tua Gus Dur, berarti > itu KH Wahid Hasyim, menteri agama pertama RI, yang meninggal dunia muda > (sekitar umur 38 tahun) di awal tahun 50-an. Saya belum pernah mendengar > versi ini, meski mungkin saja terjadi di awal 50-an itu Buya Hamka sudah > bertemu KH Wahid Hasyim. > > Versi soal Buya Hamka ikut qunut Subuh yang lebih bisa diverifikasi adalah > ketika beliau diundang ke tempat KH Abdullah Syafi'i, ulama yang kondang > disebut "Macan Betawi". Di tempat KHAS lah Buya Hamka melakukan qunut > (sebagai imam). > > Lalu ketika gantian KHAS datang ke Al Azhar membalas kunjungan Buya Hamka > saat salat Jumat, Buya Hamka yang saat itu dijadwalkan menjadi khatib > dan imam, menyilakan KHAS menjadi khatib dan imam. Untuk menghormati > sahabatnya itu, dilakukan dua kali azan Jumat (yang tak pernah dilakukan Al > Azhar sebelumnya) yang dilakukan oleh bilal Al Azhar atas permintaan Buya > Hamka. > > 2. Kemungkinan besar, dua nama ini (KH Abdullah Syafi'i dan KH Wahid > Hasyim) sering tertukar (tanpa sengaja) ketika para khatib/muballigh > berkisah soal qunut Subuh yang dilakukan Buya Hamka. Sejauh ini, saya lebih > cenderung percaya pada versi kejadian itu dengan KHAS ketimbang dengan KHWH. > > Ya, sanak Imran, insya Allah kisah "toleransi qunut" ini akan ada juga di > novel TCBP 2. > > Wassalam, > > ANB, > >> 45, Cibubur > >> >> > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > === > UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: > * DILARANG: > 1. Email besar dari 200KB; > 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; > 3. Email One Liner. > * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta > mengirimkan biodata! > * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > === > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > --- > Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari > Grup Google. > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, > kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . > Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out. > > > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda me
Re: [R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta
Bung Akmal, memang itu kenyataan nan tajadi jo urang awak, indak hanyo kini, tapi sajak saisuak. Urang awak hanyo tahu jo nagari, suku, atau jo dunsanaknyo surang-surang sajo. Itupun alah mulai bakurang. Tantang Minangkabau sacaro manyaluruh, kesan ambo nampaknyo indak jaleh bana bagi sabagian gadang urang urang awak. Urang hanyo tahu sapotong-sapotong sajo. Yakinlah, indak kabanyak dukungan utk manimbuakan kesadaran baminang-minang sacaro manyaluruah ko doh. Kito alah asyik jo diri surang-surang sajo, sampai diejek Gus Dur th 1983 (?) bhw Minangkabau tu indak ado apo-aponyo lai. Buku ' Sejarah Minangkabau' nan langkok sampai kini alun juo ditulih ( paling akhir ditulih bagageh-gageh th 1970). Walaupun baitu, jalan taruih sajolah. Harus ado nan amuah mangarajokan apo nan sadang bung Akmal karajokan kini. Suatu saat pasti baguno, yaitu wakatu kito tampil sbg salah satu sukubangso jo identitas kultural khas di tangah-tangah 1.112 sukubangso Indonesia maso kini ( Sensus 2010) dan anak mudo awak batanyo: apo sabananyo nan Minangkabau tu ? Kok indak bana diparatikan dek urang awak, urang lain kan lai baminat, apolagi anak mudo awak di rantau. Wassalam, SB. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
Re: [R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta
Sanak ANB dan para sanak sapalanta yth. "Qunut Subuh" Buya Hamka ini yang terjadi bukan hanya sekali (misalnya hanya dengan KH Abdullah Syafi'i), melainkan (ternyata) beberapa kali baik dengan KH Idham Chalid maupun KH Wahid Hasyim bisa diintrepetasikan sbg "toleransi". Tapi patut diingat bahwa qunut itu hukumnya sunat (atau ada yg berpendapat lain)? Salam FMNS L65bdg Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Akmal Nasery Basral Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Sun, 21 Jul 2013 07:57:48 To: rantaunet@googlegroups.com Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Subject: [R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta Betul Ari, saya juga percaya bahwa kisah "toleransi qunut Subuh" Buya Hamka ini terjadi bukan hanya sekali (misalnya hanya dengan KH Abdullah Syafi'i), melainkan bisa beberapa kali baik dengan KH Idham Chalid maupun KH Wahid Hasyim. Boleh jadi berkat inspirasi toleransi qunut inilah maka Din Syamsuddin yang mantan ketua IPNU terinspirasi "pindah kapling" ke Muhammadiyah :) dan bahkan terpilih menjadi ketua umum PP pula selama dua periode. Wassalam, ANB 45, Cibubur Pada Minggu, 21 Juli 2013, Ari Noviandi menulis: > Kanda Akmal, > Kalau versi yang sering saya dengar, adalah ketika Buya Hamka naik kapal > pergi Haji yang isinya ada petinggi NU. Diatas kapal yang berminggu-minggu > itu, yang isinya lengkap dengan pengikut Muhammadiyah dan pengikut NU kedua > ulama besar ini bergantian menjadi imam. Ketika Buya Hamka yang jadi imam > beliau melakukan qunut, sebaliknya jika petinggi NU yang jadi imam, maka > beliau malah tidak qunut. Tetangga saya pak Haji yang orang betawi tiap > bertemu saya senang sekali menceritakan kisah ini, tapi tak menyebutkan > siapa petinggi NU itu. Ketika barusan saya google, sang 'petinggi' NU itu > rupanya adalah KH Idham Chalid. Mungkin cerita ini bisa diverifikasi juga > karena rasanya cukup sering saya dengar disebutkan orang. > Kalau cerita sang Khatib dibawah, bisa jadi salah tapi bisa jadi benar. > Sebelum wafatnya KH Wahid Hasyim, saya rasa bisa saja ada undangan ke > Madura tersebut. Bisa saja ditanyain ke anak keturunan atau orang dekat > sang Kiai atau Buya Hamka. Cara lain, adalah kalau sanak Imran bisa ketemu > khatib tersebut lagi tentu bisa juga ditanya darimana sumbernya. > > > wassalam > .ari 37thn jkt > > > 2013/7/19 Akmal Nasery Basral 'cvml', 'ak...@rantaunet.org');>> > >> Dinda Imran, >> untungnya kisah yang disampaikan khatib Jumat yang dinda dengar tadi >> masih "separuh benar" karena esensinya adalah pada sikap toleransi Buya >> Hamka terhadap pihak lain, bukan pada sosok pihak lain itu. Jadi bukan >> kesalahan fatal. >> >> Tetapi tentu saja jika nama tokoh itu bisa akurat sebagaimana peristiwa >> yang terjadi, akan lebih baik lagi. >> >> Wassalam, >> >> ANB >> 45, Cibubur >> >> >> Pada Jumat, 19 Juli 2013, menulis: >> >>> ** >>> Semoga dengan lahirnya buku ke 2 ini, sejarah nya jadi lurus.. Tak >>> bertukar lagi seperti pernyataan khatib jumat tadi.. >>> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung >>> Teruuusss...! >>> -- >>> *From: * Akmal Nasery Basral >>> *Sender: * rantaunet@googlegroups.com >>> *Date: *Fri, 19 Jul 2013 22:16:00 +0700 >>> *To: *rantaunet@googlegroups.com >>> *ReplyTo: * rantaunet@googlegroups.com >>> *Subject: *[R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta >>> >>> >>> >>> Pada Jumat, 19 Juli 2013, menulis: >>> ** Aslm kanda akmal.. Tadi siang, dalam khutbah jumat, khatib menyebut tentang buya hamka yang praktek kan doa qunut sewaktu pergi ke madura atas undangan orang tua gus dur.. Adakah kisah ini diangkat dalam novel nya yang kedua nanti.. Ini sangat bagus dalam konteks ukhuwah islamiyah.. Dalam khutbah jumat nya tadi, khatib menyebut ttg buya yang muhammadiyah, karena dipersilahkan tuan rumah yang notabene nadliyin utk jadi imam, maka buya melakukan shalat sebagaimana yang diyakini orang NU. Imran, 37, tingga di pdg, asal baso, agam Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -- * * >>> Wa'alaikum salam Wr. Wb sanak Imran, >>> menurut ambo ada 2 kemungkinan penjelasan, yakni: >>> >>> 1. Kalau disebut khatib yang mengundang adalah orang tua Gus Dur, >>> berarti itu KH Wahid Hasyim, menteri agama pertama RI, yang meninggal >>> dunia muda (sekitar umur 38 tahun) di awal tahun 50-an. Saya belum pernah >>> mendengar versi ini, meski mungkin saja terjadi di awal 50-an itu Buya >>> Hamka sudah bertemu KH Wahid Hasyim. >>> >>> Versi soal Buya Hamka ikut qunut Subuh yang lebih bisa diverifikasi >>> adalah ketika beliau diundang ke tempat KH Abdullah Syafi'i, ulama yang >>> kondang disebut "Macan Betawi". Di tempat KHAS lah Buya Hamka melakukan >>> qunut (sebagai imam). >>> >>> Lalu ketika gantian KHAS da
Re: [R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta
Kanda Akmal, Kalau versi yang sering saya dengar, adalah ketika Buya Hamka naik kapal pergi Haji yang isinya ada petinggi NU. Diatas kapal yang berminggu-minggu itu, yang isinya lengkap dengan pengikut Muhammadiyah dan pengikut NU kedua ulama besar ini bergantian menjadi imam. Ketika Buya Hamka yang jadi imam beliau melakukan qunut, sebaliknya jika petinggi NU yang jadi imam, maka beliau malah tidak qunut. Tetangga saya pak Haji yang orang betawi tiap bertemu saya senang sekali menceritakan kisah ini, tapi tak menyebutkan siapa petinggi NU itu. Ketika barusan saya google, sang 'petinggi' NU itu rupanya adalah KH Idham Chalid. Mungkin cerita ini bisa diverifikasi juga karena rasanya cukup sering saya dengar disebutkan orang. Kalau cerita sang Khatib dibawah, bisa jadi salah tapi bisa jadi benar. Sebelum wafatnya KH Wahid Hasyim, saya rasa bisa saja ada undangan ke Madura tersebut. Bisa saja ditanyain ke anak keturunan atau orang dekat sang Kiai atau Buya Hamka. Cara lain, adalah kalau sanak Imran bisa ketemu khatib tersebut lagi tentu bisa juga ditanya darimana sumbernya. wassalam .ari 37thn jkt 2013/7/19 Akmal Nasery Basral > Dinda Imran, > untungnya kisah yang disampaikan khatib Jumat yang dinda dengar tadi masih > "separuh benar" karena esensinya adalah pada sikap toleransi Buya Hamka > terhadap pihak lain, bukan pada sosok pihak lain itu. Jadi bukan kesalahan > fatal. > > Tetapi tentu saja jika nama tokoh itu bisa akurat sebagaimana peristiwa > yang terjadi, akan lebih baik lagi. > > Wassalam, > > ANB > 45, Cibubur > > > Pada Jumat, 19 Juli 2013, menulis: > >> ** >> Semoga dengan lahirnya buku ke 2 ini, sejarah nya jadi lurus.. Tak >> bertukar lagi seperti pernyataan khatib jumat tadi.. >> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung >> Teruuusss...! >> -- >> *From: * Akmal Nasery Basral >> *Sender: * rantaunet@googlegroups.com >> *Date: *Fri, 19 Jul 2013 22:16:00 +0700 >> *To: *rantaunet@googlegroups.com >> *ReplyTo: * rantaunet@googlegroups.com >> *Subject: *[R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta >> >> >> >> Pada Jumat, 19 Juli 2013, menulis: >> >>> ** >>> Aslm kanda akmal.. >>> >>> Tadi siang, dalam khutbah jumat, khatib menyebut tentang buya hamka yang >>> praktek kan doa qunut sewaktu pergi ke madura atas undangan orang tua gus >>> dur.. Adakah kisah ini diangkat dalam novel nya yang kedua nanti.. >>> >>> Ini sangat bagus dalam konteks ukhuwah islamiyah.. Dalam khutbah jumat >>> nya tadi, khatib menyebut ttg buya yang muhammadiyah, karena dipersilahkan >>> tuan rumah yang notabene nadliyin utk jadi imam, maka buya melakukan shalat >>> sebagaimana yang diyakini orang NU. >>> >>> Imran, 37, tingga di pdg, asal baso, agam >>> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung >>> Teruuusss...! >>> -- >>> * >>> * >>> >> Wa'alaikum salam Wr. Wb sanak Imran, >> menurut ambo ada 2 kemungkinan penjelasan, yakni: >> >> 1. Kalau disebut khatib yang mengundang adalah orang tua Gus Dur, >> berarti itu KH Wahid Hasyim, menteri agama pertama RI, yang meninggal >> dunia muda (sekitar umur 38 tahun) di awal tahun 50-an. Saya belum pernah >> mendengar versi ini, meski mungkin saja terjadi di awal 50-an itu Buya >> Hamka sudah bertemu KH Wahid Hasyim. >> >> Versi soal Buya Hamka ikut qunut Subuh yang lebih bisa diverifikasi >> adalah ketika beliau diundang ke tempat KH Abdullah Syafi'i, ulama yang >> kondang disebut "Macan Betawi". Di tempat KHAS lah Buya Hamka melakukan >> qunut (sebagai imam). >> >> Lalu ketika gantian KHAS datang ke Al Azhar membalas kunjungan Buya Hamka >> saat salat Jumat, Buya Hamka yang saat itu dijadwalkan menjadi khatib >> dan imam, menyilakan KHAS menjadi khatib dan imam. Untuk menghormati >> sahabatnya itu, dilakukan dua kali azan Jumat (yang tak pernah dilakukan Al >> Azhar sebelumnya) yang dilakukan oleh bilal Al Azhar atas permintaan Buya >> Hamka. >> >> 2. Kemungkinan besar, dua nama ini (KH Abdullah Syafi'i dan KH Wahid >> Hasyim) sering tertukar (tanpa sengaja) ketika para khatib/muballigh >> berkisah soal qunut Subuh yang dilakukan Buya Hamka. Sejauh ini, saya lebih >> cenderung percaya pada versi kejadian itu dengan KHAS ketimbang dengan KHWH. >> >> Ya, sanak Imran, insya Allah kisah "toleransi qunut" ini akan ada juga di >> novel TCBP 2. >> >> Wassalam, >> >> ANB, >> >>> 45, Cibubur >> >>> >>> >> >> >> >> > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > === > UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: > * DILARANG: > 1. Email besar dari 200KB; > 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; > 3. Email One Liner. > * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta > mengirimkan biodata! > * Tulis Nama, Umur & Lo
Re: [R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta
Uda Akmal yth. Dugaan ambo salah satu penyebab dinginnyo tanggapan di Ranah Minang adalah randahnyo minat baca dan beli buku generasi muda. Pernah ambo survei ketek2 di beberapa kelas di Fekon Unand beberapa th lalu iyo sangenek bana mahasiswa yang bali buku. Kalaupun ado yg masih taingek dek ambo mereka manyabuik Harry Potter dan Raditya Dika wakatu tu. Ambo akhir th 2011 menerbitkan buku ttg kewirausahaan di Sumbar. Iyo buku sadarhana sajo. Cuma 200 urang Padang yg minat. Itupun via fb nan banyak. Lalu ambo kirimkan ka pemimpin2 Sumbar dan mhs2 gratis, ndak tau apokah kai dibaco atau indak. Mungkin mambaco bukan karano kebiasaan. Kalau didekati mungkin masih banyak yang tertarik buku sabananyo, antahlah. Salam Donard 33perth Akmal Nasery Basral wrote: Tarimo kasih Mak Muchlis Hamid n.a.h. Acara di Jogja ini merupakan ketiga setelah di Kukusan, Depok (belakang UI) dan di jamaah pengajian Masjid Al Hakim BSD City. Insya Allah awal pekan ini di (Univ. Muhammadiyah) Purwokerto, dan setelah itu Solo. Semua atas undangan mereka, bukan inisiatif ambo atau penerbit. Jadi tampaknya memang ada kerinduan umat terhadap sosok Buya Hamka. Satu hal yang bagi ambo cukup menjadi "pertanyaan" adalah mengapa dari seluruh acara ini, termasuk yang berlangsung sebelum Ramadhan, yang bersemangat justru masyarakat non-Minang (kecuali di UBH Padang atas inisiatif Uni Rita Desfitri, awal April lalu). Begitu juga dengan radio-radio yang sudah mengadakan talk-show (hampir 10 radio), seluruhnya radio umum dan dakwah non-Minang. Sebetulnya, minimnya respon mayarakat/komunitas Minang seperti ini bukan "pengalaman pertama". Ketika novel sejarah "Presiden Prawiranegara" terbit (2011) dan menurut Aisyah Prawiranegara, putri Ayah Sjaf, sangat berperan dalam menggolkan Mr. Sjafruddin Prawiranegara yang sudah di-blacklist baik Orde Lama maupun Orde Baru, sebagai Pahlawan Nasional baru (2011), ambo pun pernah menulis di milis ini tentang "respon dingin" masyarakat/organisasi Minang. Satu-satunya respon positif yang muncul saat itu adalah dari almarhum Pak Darwin Bahar, yang di hari-hari terakhir hidupnya sempat membaca novel PP itu dan membayangkan bagaimana bermanfaatnya jika kisah perjuangan Pak Saaf itu bisa dimuat bersambung di harian Minang, seperti Singgalang. Jadi, meski ambo "menyiapkan diri" untuk tidak terkejut seandainya dengan novel sejarah tentang Buya Hamka ini pun respon warga Minang (dengan indikator dari respon dunsanak Palanta RN) ini tetap "tidak antusias", ambo umumkan juga di sini proses kelahiran TCBP. Dan memang dengan jumlah pesanan sekitar 80-an novel (kurang dari 10 % anggota milis yang sekitar 1200-an, dan biaya pengiriman sudah digratiskan oleh Renny ke mana pun alamat pengiriman di pojok bumi ini), jumlah pesanan itu masih di bawah milis alumni sekolah ambo yang memesan hampir 3 kali lipat, padahal latar belakang budaya mereka heterogen, justru sedikit sekali yang Minang. Mohon maaf, bukannya ambo kecewa Mak Muchlis, insya Allah indak. Sejak awal memutuskan untuk fokus sebagai penulis novel sejarah 3 tahun lalu, dan mundur sebagai jurnalis, ambo sudah tahu ini risiko penulis, profesi yang sangat berat di negeri ini. Apalagi jika yang ditulis adalah kisah yang membutuhkan banyak riset dan makan waktu, seperti TCBP yang bagian pertamanya ini saja butuh waktu 1,5 tahun. Selain itu, respon pembaca kita terhadap selera novel pun kadang-kadang sangat mudah terpukau glorifikasi. Misalnya, novel-novel best seller belakangan ini yang sering merupakan kisah hidup penulisnya sendiri, dengan menggunakan nama lain sebagai alter ego, langsung mendapat beragam sanjungan hanya karena sang penulis (tokoh dalam novel itu) semua mengambil template "from zero to hero" (biasanya dari anak kampung tapi sukses kuliah di luar negeri). Ini template dari "novel motivasi" sekarang. Tanpa mengabaikan pencapaian para penulis yang menjadikan kisah hidup mereka sendiri sebagai bahan tulisan, sudahkah perjuangan mereka sebanding dengan Buya Hamka, yang sekolah formal hanya sampai kelas 2 SD tapi mendapatkan gelar doktor kehormatan dari universitas asing dengan tanda tangan sang presiden negara itu (Gamal Abdul Nasser). Belum lagi perjuangan Buya Hamka yang majalahnya (Panji Masyarakat) dibredel oleh Soekarno, sahabatnya sendiri, karena memuat tulisan Bung Hatta yang saat itu sudah patah arang dengan BK. Lalu Buya Hamka pun kelak dijebloskan ke dalam penjara oleh sahabatnya itu dengan bermacam fitnah yang bahkan membuat ulama sekelas Buya Hamka pun terpikir untuk BUNUH DIRI saat menjalani interogasi, saking beratnya (ada di "Tasawuf Modern"). Dll pengalaman Buya Hamka yang sudah proven, terbukti jauh di atas rata-rata ulama Indonesia sendiri. Jadi Mak Muchlis, kalau memang kita semua punya komitmen agar kisah Buya Hamka ini menjadi pelajaran, pendorong, hikmah, dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia, khususnya generasi muda Minang khususnya, tugas untuk menyiarkan
Re: [R@ntau-Net] Re: (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta
Pertanyaan nan rancak, bung Akmal. Masih lumayan masalahnyo hanyo dinginnyo sambutan. Akan labiah parah kalau nan tajadi adolah digarakkannyo resistensi terorganisasi, saparati nan dialami Gebu Minang dlm mausahokan rumusan ABS SBK, dalam KKM/SKM GM 2010. Tapi indak baa doh, kok kito lai istiqamah, sarupo nan dilakukan BK3AM ini, dan kalau karajo kito elok, indak ado lai nan manggurajaikan doh. Jalan taruih sajolah. Wassalam, SB. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.