Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-21 Terurut Topik Elang
Menangkal Teroris dengan Intel
Untuk mendukung program penangkalan teroris, sejumlah rumah dimasuki anggota 
intel. Penghuni rumah yang dimasuki intel itu akhirnya meletakkan tulisan di 
pintu masuk rumahnya.

Tulisan itu berbunyi Intel Inside.

Oke di Close dech topiknya setuju



  - Original Message - 
  From: Marwan Faizal A. Bachtiar 
  To: silatindonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, June 21, 2007 12:55 PM
  Subject: RE: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS


  Mendingan kita diskusi dyah pitaloka aja deh. makin seru aja

  -Original Message-
  From: Beps [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Thursday, June 21, 2007 12:49 PM
  To: silatindonesia@yahoogroups.com
  Subject: Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN
  TERORIS

  tutup aja diskusi ini... tul gak gan Eko.?
  setuju atau gak setuju atas semua alasan, gak bikin kita makin pinter
  kok.
  malah emosi yang keluar.

  - Original Message -
  From: Herman B [EMAIL PROTECTED]
  To: silatindonesia@yahoogroups.com
  Sent: Thursday, June 21, 2007 12:20 PM
  Subject: Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN
  TERORIS

   Saya tidak mengatakan bahwa mereka boleh berbuat semaunya, mereka
  telah
  melakukan perbuatan yang melanggar HAM, tidak berperikemanusiaan, dll,
  Mereka yang melakukan penangkapan dengan cara tidak benar tersebut jelas
  SANGAT SALAH. Tapi kita juga harus mencari dalang sebenarnya, kalau
  pemerintah kita tidak bertekuk lutut kepada Amerika saya yakin tidak
  akan
  terjadi hal seperti ini, bahkan saya sangat yakin tidak ada yang namanya
  teroris, karena istilah teroris dan kegiatannya adalah bikinan atau
  pesanan
  amerika.
  
   Coba kalau pemerintah kita yang dipimpin oleh orang gagah yang
  berasal
  dari angkatandarat itu mampu bersikap gagah tidak mengikut amerika, maka
  saya yakin tidak akan ada orang baik di kemudian ditangkap dengan
  tuduhan
  teroris
  
   iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan
  dalih alat dia boleh berbuat gak pake otak?
  
   Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote: Polisi itu hanya alat dari
  sekian
  banyak alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah polisi
  sehingga kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan ini
  diserahkan
  ke AD maka akan saja karena mereka semua hanyalah alat. Mereka hanya
  patuh
  pada perintah dari yang mengendalikan mereka. Jadi menurut saya untuk
  hal
  ini bukan polisinya tapi pemegang alatnya, tapi memang ironis karena
  pemegang alatnya juga dimainkan oleh dalang yang lebih kuat powenya.
  Jadi
  yang dikasihani itu adalah negara kita dan tentunya yang menjadi korban
  yaitu rakyatnya.
  
   iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   polisi oh polisi..gimana kalau jadi gubernur, ih sye...reeem!
  
   SilatIndonesia.com [EMAIL PROTECTED] wrote: DIBALIK
  HEBOHNYA
  PENANGKAPAN TERORIS
  
   Source :
  http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297115kat_id=3
  
   Selasa, 19 Juni 2007
  
   'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak'
  
   JAKARTA -- Perjalanan bersama ayah dan dua adiknya, Sabtu (9/6) siang
  itu,
  tampaknya menjadi pengalaman paling traumatis dalam hidup Sidiq Abdullah
  Yusuf (8 tahun). Sidiq melihat sang ayah --Yusron Mahmudi alias Abu
  Dujana
  yang ditetapkan Polri sebagai tersangka teroris-- ditembak dari jarak
  dekat
  oleh anggota Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Mabes Polri.
  
   ''Bapak disuruh turun dari motor, disuruh jongkok, terus ditembak dari
  belakang,'' ujar Sidiq pelan, ketika datang ke Mabes Polri bersama
  ibunya,
  Sri Mardiyati (35 tahun), dan rombongan keluarga, Senin (18/6).
  
   Sidiq berkisah, siang itu Yusron bersama dia serta dua adiknya, Salman
  Faris Abdul Rahman (6 tahun) dan Hilma Sofia (2,5 tahun), pergi untuk
  menonton pemilihan kepala desa di lapangan Desa Kebarongan, Kec
  Kemrajen,
  Kab Banyumas, Jateng. Sekitar 100 meter dari rumah, di suatu perempatan,
  kata Sidiq, sepeda motor ayahnya tiba-tiba dipepet pengendara sepeda
  motor
  lainnya.
  
   Ketiganya pun secara bersamaan terjatuh dari motor. Bahkan, Hilma yang
  saat itu membonceng di depan Yusron, sempat tertindih motor. ''Habis
  itu,
  aku dipegangi oleh orang itu,'' ujar Sidiq yang tampang polosnya
  menyiratkan
  trauma belum hilang darinya. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa
  dikutip
  wartawan dari mulut Sidiq.
  
   Pengakuan Sidiq kepada Tim Pengacara Muslim (TPM) tak kalah
  mencengangkan.
  Menurut Qadhar Faisal, salah satu kuasa hukum keluarga Yusron, tidak
  hanya
  Sidiq yang melihat ayahnya ditembak dari jarak dekat. Dua adik Sidiq,
  kata
  Qadhar, juga ikut melihat ayah mereka tak berdaya ditembus timah panas,
  sebelum akhirnya mereka masuk kembali ke rumah. ''Saat lari, Sidiq
  mendengar
  empat kali tembakan, Salman tiga kali,'' kata Qadhar.
  
   Sri Mardiyati yang kemarin datang ke Mabes Polri sambil menggendong
  Hilma,
  menambahkan, tak lama

RE: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-21 Terurut Topik kiki
dengan ini diskusi OOT ini saya tutup.
 
Tok tok tok [ketuk palu 3X]
 
 

  _  

From: Elang [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 21 Juni 2007 13:42
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS



Menangkal Teroris dengan Intel
Untuk mendukung program penangkalan teroris, sejumlah rumah dimasuki anggota
intel. Penghuni rumah yang dimasuki intel itu akhirnya meletakkan tulisan di
pintu masuk rumahnya.

Tulisan itu berbunyi Intel Inside.

Oke di Close dech topiknya setuju

- Original Message - 
From: Marwan Faizal A. Bachtiar 
To: silatindonesia@ mailto:silatindonesia%40yahoogroups.com
yahoogroups.com 
Sent: Thursday, June 21, 2007 12:55 PM
Subject: RE: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

Mendingan kita diskusi dyah pitaloka aja deh. makin seru aja

-Original Message-
From: Beps [mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:beps%40cbn.net.id id] 
Sent: Thursday, June 21, 2007 12:49 PM
To: silatindonesia@ mailto:silatindonesia%40yahoogroups.com
yahoogroups.com
Subject: Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN
TERORIS

tutup aja diskusi ini... tul gak gan Eko.?
setuju atau gak setuju atas semua alasan, gak bikin kita makin pinter
kok.
malah emosi yang keluar.

- Original Message -
From: Herman B herman_0573@ mailto:herman_0573%40yahoo.com yahoo.com
To: silatindonesia@ mailto:silatindonesia%40yahoogroups.com
yahoogroups.com
Sent: Thursday, June 21, 2007 12:20 PM
Subject: Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN
TERORIS

 Saya tidak mengatakan bahwa mereka boleh berbuat semaunya, mereka
telah
melakukan perbuatan yang melanggar HAM, tidak berperikemanusiaan, dll,
Mereka yang melakukan penangkapan dengan cara tidak benar tersebut jelas
SANGAT SALAH. Tapi kita juga harus mencari dalang sebenarnya, kalau
pemerintah kita tidak bertekuk lutut kepada Amerika saya yakin tidak
akan
terjadi hal seperti ini, bahkan saya sangat yakin tidak ada yang namanya
teroris, karena istilah teroris dan kegiatannya adalah bikinan atau
pesanan
amerika.

 Coba kalau pemerintah kita yang dipimpin oleh orang gagah yang
berasal
dari angkatandarat itu mampu bersikap gagah tidak mengikut amerika, maka
saya yakin tidak akan ada orang baik di kemudian ditangkap dengan
tuduhan
teroris

 iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] mailto:wan711225%40yahoo.com com wrote:
 emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan
dalih alat dia boleh berbuat gak pake otak?

 Herman B herman_0573@ mailto:herman_0573%40yahoo.com yahoo.com wrote:
Polisi itu hanya alat dari
sekian
banyak alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah polisi
sehingga kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan ini
diserahkan
ke AD maka akan saja karena mereka semua hanyalah alat. Mereka hanya
patuh
pada perintah dari yang mengendalikan mereka. Jadi menurut saya untuk
hal
ini bukan polisinya tapi pemegang alatnya, tapi memang ironis karena
pemegang alatnya juga dimainkan oleh dalang yang lebih kuat powenya.
Jadi
yang dikasihani itu adalah negara kita dan tentunya yang menjadi korban
yaitu rakyatnya.

 iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] mailto:wan711225%40yahoo.com com wrote:
 polisi oh polisi..gimana kalau jadi gubernur, ih sye...reeem!

 SilatIndonesia.com silatindonesia@
mailto:silatindonesia%40yahoo.co.id yahoo.co.id wrote: DIBALIK
HEBOHNYA
PENANGKAPAN TERORIS

 Source :
http://www.republik
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297115kat_id=3
a.co.id/koran_detail.asp?id=297115kat_id=3

 Selasa, 19 Juni 2007

 'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak'

 JAKARTA -- Perjalanan bersama ayah dan dua adiknya, Sabtu (9/6) siang
itu,
tampaknya menjadi pengalaman paling traumatis dalam hidup Sidiq Abdullah
Yusuf (8 tahun). Sidiq melihat sang ayah --Yusron Mahmudi alias Abu
Dujana
yang ditetapkan Polri sebagai tersangka teroris-- ditembak dari jarak
dekat
oleh anggota Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Mabes Polri.

 ''Bapak disuruh turun dari motor, disuruh jongkok, terus ditembak dari
belakang,'' ujar Sidiq pelan, ketika datang ke Mabes Polri bersama
ibunya,
Sri Mardiyati (35 tahun), dan rombongan keluarga, Senin (18/6).

 Sidiq berkisah, siang itu Yusron bersama dia serta dua adiknya, Salman
Faris Abdul Rahman (6 tahun) dan Hilma Sofia (2,5 tahun), pergi untuk
menonton pemilihan kepala desa di lapangan Desa Kebarongan, Kec
Kemrajen,
Kab Banyumas, Jateng. Sekitar 100 meter dari rumah, di suatu perempatan,
kata Sidiq, sepeda motor ayahnya tiba-tiba dipepet pengendara sepeda
motor
lainnya.

 Ketiganya pun secara bersamaan terjatuh dari motor. Bahkan, Hilma yang
saat itu membonceng di depan Yusron, sempat tertindih motor. ''Habis
itu,
aku dipegangi oleh orang itu,'' ujar Sidiq yang tampang polosnya
menyiratkan
trauma belum hilang darinya. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa
dikutip
wartawan dari mulut Sidiq.

 Pengakuan Sidiq kepada Tim Pengacara Muslim (TPM) tak kalah
mencengangkan.
Menurut Qadhar Faisal, salah satu kuasa

RE: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-21 Terurut Topik Marwan Faizal A. Bachtiar
Intel nya Varian Mana pak? Core atau Pentium

-Original Message-
From: Elang [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, June 21, 2007 1:42 PM
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN
TERORIS

Menangkal Teroris dengan Intel
Untuk mendukung program penangkalan teroris, sejumlah rumah dimasuki
anggota intel. Penghuni rumah yang dimasuki intel itu akhirnya
meletakkan tulisan di pintu masuk rumahnya.

Tulisan itu berbunyi Intel Inside.

Oke di Close dech topiknya setuju



  - Original Message - 
  From: Marwan Faizal A. Bachtiar 
  To: silatindonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, June 21, 2007 12:55 PM
  Subject: RE: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN
TERORIS


  Mendingan kita diskusi dyah pitaloka aja deh. makin seru aja

  -Original Message-
  From: Beps [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Thursday, June 21, 2007 12:49 PM
  To: silatindonesia@yahoogroups.com
  Subject: Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN
  TERORIS

  tutup aja diskusi ini... tul gak gan Eko.?
  setuju atau gak setuju atas semua alasan, gak bikin kita makin pinter
  kok.
  malah emosi yang keluar.

  - Original Message -
  From: Herman B [EMAIL PROTECTED]
  To: silatindonesia@yahoogroups.com
  Sent: Thursday, June 21, 2007 12:20 PM
  Subject: Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN
  TERORIS

   Saya tidak mengatakan bahwa mereka boleh berbuat semaunya, mereka
  telah
  melakukan perbuatan yang melanggar HAM, tidak berperikemanusiaan, dll,
  Mereka yang melakukan penangkapan dengan cara tidak benar tersebut
jelas
  SANGAT SALAH. Tapi kita juga harus mencari dalang sebenarnya, kalau
  pemerintah kita tidak bertekuk lutut kepada Amerika saya yakin tidak
  akan
  terjadi hal seperti ini, bahkan saya sangat yakin tidak ada yang
namanya
  teroris, karena istilah teroris dan kegiatannya adalah bikinan atau
  pesanan
  amerika.
  
   Coba kalau pemerintah kita yang dipimpin oleh orang gagah yang
  berasal
  dari angkatandarat itu mampu bersikap gagah tidak mengikut amerika,
maka
  saya yakin tidak akan ada orang baik di kemudian ditangkap dengan
  tuduhan
  teroris
  
   iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan
  dalih alat dia boleh berbuat gak pake otak?
  
   Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote: Polisi itu hanya alat dari
  sekian
  banyak alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah polisi
  sehingga kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan ini
  diserahkan
  ke AD maka akan saja karena mereka semua hanyalah alat. Mereka hanya
  patuh
  pada perintah dari yang mengendalikan mereka. Jadi menurut saya untuk
  hal
  ini bukan polisinya tapi pemegang alatnya, tapi memang ironis karena
  pemegang alatnya juga dimainkan oleh dalang yang lebih kuat powenya.
  Jadi
  yang dikasihani itu adalah negara kita dan tentunya yang menjadi
korban
  yaitu rakyatnya.
  
   iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   polisi oh polisi..gimana kalau jadi gubernur, ih sye...reeem!
  
   SilatIndonesia.com [EMAIL PROTECTED] wrote: DIBALIK
  HEBOHNYA
  PENANGKAPAN TERORIS
  
   Source :
  http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297115kat_id=3
  
   Selasa, 19 Juni 2007
  
   'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak'
  
   JAKARTA -- Perjalanan bersama ayah dan dua adiknya, Sabtu (9/6)
siang
  itu,
  tampaknya menjadi pengalaman paling traumatis dalam hidup Sidiq
Abdullah
  Yusuf (8 tahun). Sidiq melihat sang ayah --Yusron Mahmudi alias Abu
  Dujana
  yang ditetapkan Polri sebagai tersangka teroris-- ditembak dari jarak
  dekat
  oleh anggota Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Mabes Polri.
  
   ''Bapak disuruh turun dari motor, disuruh jongkok, terus ditembak
dari
  belakang,'' ujar Sidiq pelan, ketika datang ke Mabes Polri bersama
  ibunya,
  Sri Mardiyati (35 tahun), dan rombongan keluarga, Senin (18/6).
  
   Sidiq berkisah, siang itu Yusron bersama dia serta dua adiknya,
Salman
  Faris Abdul Rahman (6 tahun) dan Hilma Sofia (2,5 tahun), pergi untuk
  menonton pemilihan kepala desa di lapangan Desa Kebarongan, Kec
  Kemrajen,
  Kab Banyumas, Jateng. Sekitar 100 meter dari rumah, di suatu
perempatan,
  kata Sidiq, sepeda motor ayahnya tiba-tiba dipepet pengendara sepeda
  motor
  lainnya.
  
   Ketiganya pun secara bersamaan terjatuh dari motor. Bahkan, Hilma
yang
  saat itu membonceng di depan Yusron, sempat tertindih motor. ''Habis
  itu,
  aku dipegangi oleh orang itu,'' ujar Sidiq yang tampang polosnya
  menyiratkan
  trauma belum hilang darinya. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa
  dikutip
  wartawan dari mulut Sidiq.
  
   Pengakuan Sidiq kepada Tim Pengacara Muslim (TPM) tak kalah
  mencengangkan.
  Menurut Qadhar Faisal, salah satu kuasa hukum keluarga Yusron, tidak
  hanya
  Sidiq yang melihat ayahnya ditembak dari jarak dekat. Dua adik Sidiq,
  kata
  Qadhar, juga ikut melihat ayah mereka tak berdaya ditembus

Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-21 Terurut Topik iwan setiawan
he he he

Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote:  Saya tidak mengatakan bahwa mereka 
boleh berbuat semaunya, mereka telah melakukan perbuatan yang melanggar HAM, 
tidak berperikemanusiaan, dll, Mereka yang melakukan penangkapan dengan cara 
tidak benar tersebut jelas SANGAT SALAH. Tapi kita juga harus mencari dalang 
sebenarnya, kalau pemerintah kita tidak bertekuk lutut kepada Amerika saya 
yakin tidak akan terjadi hal seperti ini, bahkan saya sangat yakin tidak ada 
yang namanya teroris, karena istilah teroris dan kegiatannya adalah bikinan 
atau pesanan amerika.

Coba kalau pemerintah kita yang dipimpin oleh orang gagah yang berasal dari 
angkatandarat itu mampu bersikap gagah tidak mengikut amerika, maka saya yakin 
tidak akan ada orang baik di kemudian ditangkap dengan tuduhan teroris

iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan dalih alat dia 
boleh berbuat gak pake otak?

Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote: Polisi itu hanya alat dari sekian banyak 
alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah polisi sehingga 
kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan ini diserahkan ke AD maka 
akan saja karena mereka semua hanyalah alat. Mereka hanya patuh pada perintah 
dari yang mengendalikan mereka. Jadi menurut saya untuk hal ini bukan polisinya 
tapi pemegang alatnya, tapi memang ironis karena pemegang alatnya juga 
dimainkan oleh dalang yang lebih kuat powenya. Jadi yang dikasihani itu adalah 
negara kita dan tentunya yang menjadi korban yaitu rakyatnya.

iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
polisi oh polisi..gimana kalau jadi gubernur, ih sye...reeem!

SilatIndonesia.com [EMAIL PROTECTED] wrote: DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN 
TERORIS

Source : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297115kat_id=3

Selasa, 19 Juni 2007

'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak' 

JAKARTA -- Perjalanan bersama ayah dan dua adiknya, Sabtu (9/6) siang itu, 
tampaknya menjadi pengalaman paling traumatis dalam hidup Sidiq Abdullah Yusuf 
(8 tahun). Sidiq melihat sang ayah --Yusron Mahmudi alias Abu Dujana yang 
ditetapkan Polri sebagai tersangka teroris-- ditembak dari jarak dekat oleh 
anggota Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Mabes Polri.

''Bapak disuruh turun dari motor, disuruh jongkok, terus ditembak dari 
belakang,'' ujar Sidiq pelan, ketika datang ke Mabes Polri bersama ibunya, Sri 
Mardiyati (35 tahun), dan rombongan keluarga, Senin (18/6).

Sidiq berkisah, siang itu Yusron bersama dia serta dua adiknya, Salman Faris 
Abdul Rahman (6 tahun) dan Hilma Sofia (2,5 tahun), pergi untuk menonton 
pemilihan kepala desa di lapangan Desa Kebarongan, Kec Kemrajen, Kab Banyumas, 
Jateng. Sekitar 100 meter dari rumah, di suatu perempatan, kata Sidiq, sepeda 
motor ayahnya tiba-tiba dipepet pengendara sepeda motor lainnya.

Ketiganya pun secara bersamaan terjatuh dari motor. Bahkan, Hilma yang saat itu 
membonceng di depan Yusron, sempat tertindih motor. ''Habis itu, aku dipegangi 
oleh orang itu,'' ujar Sidiq yang tampang polosnya menyiratkan trauma belum 
hilang darinya. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa dikutip wartawan dari 
mulut Sidiq.

Pengakuan Sidiq kepada Tim Pengacara Muslim (TPM) tak kalah mencengangkan. 
Menurut Qadhar Faisal, salah satu kuasa hukum keluarga Yusron, tidak hanya 
Sidiq yang melihat ayahnya ditembak dari jarak dekat. Dua adik Sidiq, kata 
Qadhar, juga ikut melihat ayah mereka tak berdaya ditembus timah panas, sebelum 
akhirnya mereka masuk kembali ke rumah. ''Saat lari, Sidiq mendengar empat kali 
tembakan, Salman tiga kali,'' kata Qadhar.

Sri Mardiyati yang kemarin datang ke Mabes Polri sambil menggendong Hilma, 
menambahkan, tak lama setelah tiga anaknya sampai di rumah, beberapa petugas 
menjemput keluarganya. Lalu, mereka dibawa ke sebuah hotel di Yogyakarta. Sejak 
saat itu, Mardiyati dan anak-anaknya tidak pernah lagi bertemu Yusron.

''Saya tidak kenal Abu Dujana, suami saya bernama Yusron atau dikenal Ainul 
Bahri,'' tegas Mardiyati ketika wartawan menanyakan sejauh mana kedekatannya 
dengan Abu Dujana.

Dia yakin, proses penangkapan polisi terhadap suaminya yang dianggap tersangka 
teroris, hanyalah rekayasa untuk memuaskan dunia Barat. Suaminya, kata 
Mardiyati, hanyalah pengrajin tas biasa. ''Saya menyangkal semua yang diekspose 
media.''

Merasa proses penangkapan Yusron melanggar HAM, Qadhar akan mempraperadilankan 
Kapolri, Jenderal Sutanto, ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Surat gugatan 
praperadilan akan didaftarkan pada Rabu (20/6).

Pelanggaran HAM, katanya, terjadi karena ketika ditembak, Yusron tidak memegang 
senjata, tak mencoba melarikan diri, tidak melawan, dan bukan pelaku tindak 
pidana. Terlebih, penembakan Yusron disaksikan langsung ketiga anaknya. 

Sebelumnya, Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Bambang Hendarso Danuri, menegaskan 
tidak ada rekayasa dalam proses penangkapan teroris. Bambang mengatakan, bisa 
mempertanggungjawabkan aksi penggerebekan teroris secara hukum.


Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-20 Terurut Topik iwan setiawan
emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan dalih alat dia 
boleh berbuat gak pake otak?

Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote:  Polisi itu hanya alat dari sekian 
banyak alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah polisi sehingga 
kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan ini diserahkan ke AD maka 
akan saja karena mereka semua hanyalah alat. Mereka hanya patuh pada perintah 
dari yang mengendalikan mereka. Jadi menurut saya untuk hal ini bukan polisinya 
tapi pemegang alatnya, tapi memang ironis karena pemegang alatnya juga 
dimainkan oleh dalang yang lebih kuat powenya. Jadi yang dikasihani itu adalah 
negara kita dan tentunya yang menjadi korban yaitu rakyatnya.




iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
polisi oh polisi..gimana kalau jadi gubernur, ih sye...reeem!

SilatIndonesia.com [EMAIL PROTECTED] wrote: DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN 
TERORIS

Source : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297115kat_id=3

Selasa, 19 Juni 2007

'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak' 

JAKARTA -- Perjalanan bersama ayah dan dua adiknya, Sabtu (9/6) siang itu, 
tampaknya menjadi pengalaman paling traumatis dalam hidup Sidiq Abdullah Yusuf 
(8 tahun). Sidiq melihat sang ayah --Yusron Mahmudi alias Abu Dujana yang 
ditetapkan Polri sebagai tersangka teroris-- ditembak dari jarak dekat oleh 
anggota Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Mabes Polri.

''Bapak disuruh turun dari motor, disuruh jongkok, terus ditembak dari 
belakang,'' ujar Sidiq pelan, ketika datang ke Mabes Polri bersama ibunya, Sri 
Mardiyati (35 tahun), dan rombongan keluarga, Senin (18/6).

Sidiq berkisah, siang itu Yusron bersama dia serta dua adiknya, Salman Faris 
Abdul Rahman (6 tahun) dan Hilma Sofia (2,5 tahun), pergi untuk menonton 
pemilihan kepala desa di lapangan Desa Kebarongan, Kec Kemrajen, Kab Banyumas, 
Jateng. Sekitar 100 meter dari rumah, di suatu perempatan, kata Sidiq, sepeda 
motor ayahnya tiba-tiba dipepet pengendara sepeda motor lainnya.

Ketiganya pun secara bersamaan terjatuh dari motor. Bahkan, Hilma yang saat itu 
membonceng di depan Yusron, sempat tertindih motor. ''Habis itu, aku dipegangi 
oleh orang itu,'' ujar Sidiq yang tampang polosnya menyiratkan trauma belum 
hilang darinya. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa dikutip wartawan dari 
mulut Sidiq.

Pengakuan Sidiq kepada Tim Pengacara Muslim (TPM) tak kalah mencengangkan. 
Menurut Qadhar Faisal, salah satu kuasa hukum keluarga Yusron, tidak hanya 
Sidiq yang melihat ayahnya ditembak dari jarak dekat. Dua adik Sidiq, kata 
Qadhar, juga ikut melihat ayah mereka tak berdaya ditembus timah panas, sebelum 
akhirnya mereka masuk kembali ke rumah. ''Saat lari, Sidiq mendengar empat kali 
tembakan, Salman tiga kali,'' kata Qadhar.

Sri Mardiyati yang kemarin datang ke Mabes Polri sambil menggendong Hilma, 
menambahkan, tak lama setelah tiga anaknya sampai di rumah, beberapa petugas 
menjemput keluarganya. Lalu, mereka dibawa ke sebuah hotel di Yogyakarta. Sejak 
saat itu, Mardiyati dan anak-anaknya tidak pernah lagi bertemu Yusron.

''Saya tidak kenal Abu Dujana, suami saya bernama Yusron atau dikenal Ainul 
Bahri,'' tegas Mardiyati ketika wartawan menanyakan sejauh mana kedekatannya 
dengan Abu Dujana.

Dia yakin, proses penangkapan polisi terhadap suaminya yang dianggap tersangka 
teroris, hanyalah rekayasa untuk memuaskan dunia Barat. Suaminya, kata 
Mardiyati, hanyalah pengrajin tas biasa. ''Saya menyangkal semua yang diekspose 
media.''

Merasa proses penangkapan Yusron melanggar HAM, Qadhar akan mempraperadilankan 
Kapolri, Jenderal Sutanto, ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Surat gugatan 
praperadilan akan didaftarkan pada Rabu (20/6).

Pelanggaran HAM, katanya, terjadi karena ketika ditembak, Yusron tidak memegang 
senjata, tak mencoba melarikan diri, tidak melawan, dan bukan pelaku tindak 
pidana. Terlebih, penembakan Yusron disaksikan langsung ketiga anaknya. 

Sebelumnya, Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Bambang Hendarso Danuri, menegaskan 
tidak ada rekayasa dalam proses penangkapan teroris. Bambang mengatakan, bisa 
mempertanggungjawabkan aksi penggerebekan teroris secara hukum.

[Non-text portions of this message have been removed]

-
Pinpoint customers who are looking for what you sell. 

[Non-text portions of this message have been removed]

-
Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, 
photos  more. 

[Non-text portions of this message have been removed]



 

   
-
Building a website is a piece of cake. 
Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-20 Terurut Topik Herman B
Saya tidak mengatakan bahwa mereka boleh berbuat semaunya, mereka telah 
melakukan perbuatan yang melanggar HAM, tidak berperikemanusiaan, dll, Mereka 
yang melakukan penangkapan dengan cara tidak benar tersebut jelas SANGAT SALAH. 
Tapi kita juga harus mencari dalang sebenarnya, kalau pemerintah kita tidak 
bertekuk lutut kepada Amerika saya yakin tidak akan terjadi hal seperti ini, 
bahkan saya sangat yakin tidak ada yang namanya teroris, karena istilah teroris 
dan kegiatannya adalah bikinan atau pesanan amerika.
   
  Coba kalau pemerintah kita yang dipimpin oleh orang gagah yang berasal dari 
angkatandarat itu mampu bersikap gagah tidak mengikut amerika, maka saya yakin 
tidak akan ada orang baik di kemudian ditangkap dengan tuduhan teroris

iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
  emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan dalih 
alat dia boleh berbuat gak pake otak?

Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote: Polisi itu hanya alat dari sekian banyak 
alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah polisi sehingga 
kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan ini diserahkan ke AD maka 
akan saja karena mereka semua hanyalah alat. Mereka hanya patuh pada perintah 
dari yang mengendalikan mereka. Jadi menurut saya untuk hal ini bukan polisinya 
tapi pemegang alatnya, tapi memang ironis karena pemegang alatnya juga 
dimainkan oleh dalang yang lebih kuat powenya. Jadi yang dikasihani itu adalah 
negara kita dan tentunya yang menjadi korban yaitu rakyatnya.

iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
polisi oh polisi..gimana kalau jadi gubernur, ih sye...reeem!

SilatIndonesia.com [EMAIL PROTECTED] wrote: DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN 
TERORIS

Source : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297115kat_id=3

Selasa, 19 Juni 2007

'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak' 

JAKARTA -- Perjalanan bersama ayah dan dua adiknya, Sabtu (9/6) siang itu, 
tampaknya menjadi pengalaman paling traumatis dalam hidup Sidiq Abdullah Yusuf 
(8 tahun). Sidiq melihat sang ayah --Yusron Mahmudi alias Abu Dujana yang 
ditetapkan Polri sebagai tersangka teroris-- ditembak dari jarak dekat oleh 
anggota Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Mabes Polri.

''Bapak disuruh turun dari motor, disuruh jongkok, terus ditembak dari 
belakang,'' ujar Sidiq pelan, ketika datang ke Mabes Polri bersama ibunya, Sri 
Mardiyati (35 tahun), dan rombongan keluarga, Senin (18/6).

Sidiq berkisah, siang itu Yusron bersama dia serta dua adiknya, Salman Faris 
Abdul Rahman (6 tahun) dan Hilma Sofia (2,5 tahun), pergi untuk menonton 
pemilihan kepala desa di lapangan Desa Kebarongan, Kec Kemrajen, Kab Banyumas, 
Jateng. Sekitar 100 meter dari rumah, di suatu perempatan, kata Sidiq, sepeda 
motor ayahnya tiba-tiba dipepet pengendara sepeda motor lainnya.

Ketiganya pun secara bersamaan terjatuh dari motor. Bahkan, Hilma yang saat itu 
membonceng di depan Yusron, sempat tertindih motor. ''Habis itu, aku dipegangi 
oleh orang itu,'' ujar Sidiq yang tampang polosnya menyiratkan trauma belum 
hilang darinya. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa dikutip wartawan dari 
mulut Sidiq.

Pengakuan Sidiq kepada Tim Pengacara Muslim (TPM) tak kalah mencengangkan. 
Menurut Qadhar Faisal, salah satu kuasa hukum keluarga Yusron, tidak hanya 
Sidiq yang melihat ayahnya ditembak dari jarak dekat. Dua adik Sidiq, kata 
Qadhar, juga ikut melihat ayah mereka tak berdaya ditembus timah panas, sebelum 
akhirnya mereka masuk kembali ke rumah. ''Saat lari, Sidiq mendengar empat kali 
tembakan, Salman tiga kali,'' kata Qadhar.

Sri Mardiyati yang kemarin datang ke Mabes Polri sambil menggendong Hilma, 
menambahkan, tak lama setelah tiga anaknya sampai di rumah, beberapa petugas 
menjemput keluarganya. Lalu, mereka dibawa ke sebuah hotel di Yogyakarta. Sejak 
saat itu, Mardiyati dan anak-anaknya tidak pernah lagi bertemu Yusron.

''Saya tidak kenal Abu Dujana, suami saya bernama Yusron atau dikenal Ainul 
Bahri,'' tegas Mardiyati ketika wartawan menanyakan sejauh mana kedekatannya 
dengan Abu Dujana.

Dia yakin, proses penangkapan polisi terhadap suaminya yang dianggap tersangka 
teroris, hanyalah rekayasa untuk memuaskan dunia Barat. Suaminya, kata 
Mardiyati, hanyalah pengrajin tas biasa. ''Saya menyangkal semua yang diekspose 
media.''

Merasa proses penangkapan Yusron melanggar HAM, Qadhar akan mempraperadilankan 
Kapolri, Jenderal Sutanto, ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Surat gugatan 
praperadilan akan didaftarkan pada Rabu (20/6).

Pelanggaran HAM, katanya, terjadi karena ketika ditembak, Yusron tidak memegang 
senjata, tak mencoba melarikan diri, tidak melawan, dan bukan pelaku tindak 
pidana. Terlebih, penembakan Yusron disaksikan langsung ketiga anaknya. 

Sebelumnya, Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Bambang Hendarso Danuri, menegaskan 
tidak ada rekayasa dalam proses penangkapan teroris. Bambang mengatakan, bisa 
mempertanggungjawabkan aksi penggerebekan teroris secara hukum.

[Non-text portions of this message have been 

Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-20 Terurut Topik M. Choirul Amri (MCA)
rekans,
ada story yang dipublish di media umum, ada yang undercover.
Kebetulan beberapa rekan saya adalah anggota detasemen 88 yang
melakukan penangkapan.

Sayang sekali story undercover/ off the record tidak bisa dibuka
eksplisit ke media massa, karena akan menyulitkan langkah penyelidikan
selanjutnya.

FYI, jaringan kelompok militan memang sangat rapi, bahkan sampai
anak/istri pun nggak tahu apa yang sebenarnya dilakukan si suami di
luar sana.

Jangan bayangkan anggota det 88 adalah orang-orang biadab, mereka juga
manusia seperti kita. Meninggalkan anak-istri berbulan-bulan untuk
membuntuti tersangka. Hidup nomaden dari satu kota ke kota lain,
dengan resiko taruhan nyawa. Bahkan anak/istri merekapun tidak tahu
sedang berada dimana bapaknya.

rgds
MCA

On 6/21/07, iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:






 emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan dalih alat dia 
 boleh berbuat gak pake otak?

 Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote: Polisi itu hanya alat dari sekian banyak 
 alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah polisi sehingga 
 kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan ini diserahkan ke AD 
 maka akan saja karena mereka semua hanyalah alat. Mereka hanya patuh pada 
 perintah dari yang mengendalikan mereka. Jadi menurut saya untuk hal ini 
 bukan polisinya tapi pemegang alatnya, tapi memang ironis karena pemegang 
 alatnya juga dimainkan oleh dalang yang lebih kuat powenya. Jadi yang 
 dikasihani itu adalah negara kita dan tentunya yang menjadi korban yaitu 
 rakyatnya.



Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-20 Terurut Topik Beps
tutup aja diskusi ini... tul gak gan Eko.?
setuju atau gak setuju atas semua alasan, gak bikin kita makin pinter kok.
malah emosi yang keluar.

- Original Message -
From: Herman B [EMAIL PROTECTED]
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Sent: Thursday, June 21, 2007 12:20 PM
Subject: Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS


 Saya tidak mengatakan bahwa mereka boleh berbuat semaunya, mereka telah
melakukan perbuatan yang melanggar HAM, tidak berperikemanusiaan, dll,
Mereka yang melakukan penangkapan dengan cara tidak benar tersebut jelas
SANGAT SALAH. Tapi kita juga harus mencari dalang sebenarnya, kalau
pemerintah kita tidak bertekuk lutut kepada Amerika saya yakin tidak akan
terjadi hal seperti ini, bahkan saya sangat yakin tidak ada yang namanya
teroris, karena istilah teroris dan kegiatannya adalah bikinan atau pesanan
amerika.

   Coba kalau pemerintah kita yang dipimpin oleh orang gagah yang berasal
dari angkatandarat itu mampu bersikap gagah tidak mengikut amerika, maka
saya yakin tidak akan ada orang baik di kemudian ditangkap dengan tuduhan
teroris

 iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan
dalih alat dia boleh berbuat gak pake otak?

 Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote: Polisi itu hanya alat dari sekian
banyak alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah polisi
sehingga kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan ini diserahkan
ke AD maka akan saja karena mereka semua hanyalah alat. Mereka hanya patuh
pada perintah dari yang mengendalikan mereka. Jadi menurut saya untuk hal
ini bukan polisinya tapi pemegang alatnya, tapi memang ironis karena
pemegang alatnya juga dimainkan oleh dalang yang lebih kuat powenya. Jadi
yang dikasihani itu adalah negara kita dan tentunya yang menjadi korban
yaitu rakyatnya.

 iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 polisi oh polisi..gimana kalau jadi gubernur, ih sye...reeem!

 SilatIndonesia.com [EMAIL PROTECTED] wrote: DIBALIK HEBOHNYA
PENANGKAPAN TERORIS

 Source : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297115kat_id=3

 Selasa, 19 Juni 2007

 'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak'

 JAKARTA -- Perjalanan bersama ayah dan dua adiknya, Sabtu (9/6) siang itu,
tampaknya menjadi pengalaman paling traumatis dalam hidup Sidiq Abdullah
Yusuf (8 tahun). Sidiq melihat sang ayah --Yusron Mahmudi alias Abu Dujana
yang ditetapkan Polri sebagai tersangka teroris-- ditembak dari jarak dekat
oleh anggota Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Mabes Polri.

 ''Bapak disuruh turun dari motor, disuruh jongkok, terus ditembak dari
belakang,'' ujar Sidiq pelan, ketika datang ke Mabes Polri bersama ibunya,
Sri Mardiyati (35 tahun), dan rombongan keluarga, Senin (18/6).

 Sidiq berkisah, siang itu Yusron bersama dia serta dua adiknya, Salman
Faris Abdul Rahman (6 tahun) dan Hilma Sofia (2,5 tahun), pergi untuk
menonton pemilihan kepala desa di lapangan Desa Kebarongan, Kec Kemrajen,
Kab Banyumas, Jateng. Sekitar 100 meter dari rumah, di suatu perempatan,
kata Sidiq, sepeda motor ayahnya tiba-tiba dipepet pengendara sepeda motor
lainnya.

 Ketiganya pun secara bersamaan terjatuh dari motor. Bahkan, Hilma yang
saat itu membonceng di depan Yusron, sempat tertindih motor. ''Habis itu,
aku dipegangi oleh orang itu,'' ujar Sidiq yang tampang polosnya menyiratkan
trauma belum hilang darinya. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa dikutip
wartawan dari mulut Sidiq.

 Pengakuan Sidiq kepada Tim Pengacara Muslim (TPM) tak kalah mencengangkan.
Menurut Qadhar Faisal, salah satu kuasa hukum keluarga Yusron, tidak hanya
Sidiq yang melihat ayahnya ditembak dari jarak dekat. Dua adik Sidiq, kata
Qadhar, juga ikut melihat ayah mereka tak berdaya ditembus timah panas,
sebelum akhirnya mereka masuk kembali ke rumah. ''Saat lari, Sidiq mendengar
empat kali tembakan, Salman tiga kali,'' kata Qadhar.

 Sri Mardiyati yang kemarin datang ke Mabes Polri sambil menggendong Hilma,
menambahkan, tak lama setelah tiga anaknya sampai di rumah, beberapa petugas
menjemput keluarganya. Lalu, mereka dibawa ke sebuah hotel di Yogyakarta.
Sejak saat itu, Mardiyati dan anak-anaknya tidak pernah lagi bertemu Yusron.

 ''Saya tidak kenal Abu Dujana, suami saya bernama Yusron atau dikenal
Ainul Bahri,'' tegas Mardiyati ketika wartawan menanyakan sejauh mana
kedekatannya dengan Abu Dujana.

 Dia yakin, proses penangkapan polisi terhadap suaminya yang dianggap
tersangka teroris, hanyalah rekayasa untuk memuaskan dunia Barat. Suaminya,
kata Mardiyati, hanyalah pengrajin tas biasa. ''Saya menyangkal semua yang
diekspose media.''

 Merasa proses penangkapan Yusron melanggar HAM, Qadhar akan
mempraperadilankan Kapolri, Jenderal Sutanto, ke Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Surat gugatan praperadilan akan didaftarkan pada Rabu (20/6).

 Pelanggaran HAM, katanya, terjadi karena ketika ditembak, Yusron tidak
memegang senjata, tak mencoba melarikan diri, tidak melawan, dan bukan
pelaku tindak pidana. Terlebih

Re: [silatindonesia] OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-19 Terurut Topik iwan setiawan
polisi oh polisi..gimana kalau jadi gubernur, ih sye...reeem!

SilatIndonesia.com [EMAIL PROTECTED] wrote:  DIBALIK HEBOHNYA 
PENANGKAPAN TERORIS

Source : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297115kat_id=3

Selasa, 19 Juni 2007

'Bapak Disuruh Jongkok, Terus Ditembak' 

JAKARTA -- Perjalanan bersama ayah dan dua adiknya, Sabtu (9/6) siang itu, 
tampaknya menjadi pengalaman paling traumatis dalam hidup Sidiq Abdullah Yusuf 
(8 tahun). Sidiq melihat sang ayah --Yusron Mahmudi alias Abu Dujana yang 
ditetapkan Polri sebagai tersangka teroris-- ditembak dari jarak dekat oleh 
anggota Detasemen Khusus 88 (Antiteror) Mabes Polri.

''Bapak disuruh turun dari motor, disuruh jongkok, terus ditembak dari 
belakang,'' ujar Sidiq pelan, ketika datang ke Mabes Polri bersama ibunya, Sri 
Mardiyati (35 tahun), dan rombongan keluarga, Senin (18/6).

Sidiq berkisah, siang itu Yusron bersama dia serta dua adiknya, Salman Faris 
Abdul Rahman (6 tahun) dan Hilma Sofia (2,5 tahun), pergi untuk menonton 
pemilihan kepala desa di lapangan Desa Kebarongan, Kec Kemrajen, Kab Banyumas, 
Jateng. Sekitar 100 meter dari rumah, di suatu perempatan, kata Sidiq, sepeda 
motor ayahnya tiba-tiba dipepet pengendara sepeda motor lainnya.

Ketiganya pun secara bersamaan terjatuh dari motor. Bahkan, Hilma yang saat itu 
membonceng di depan Yusron, sempat tertindih motor. ''Habis itu, aku dipegangi 
oleh orang itu,'' ujar Sidiq yang tampang polosnya menyiratkan trauma belum 
hilang darinya. Hanya kalimat-kalimat pendek yang bisa dikutip wartawan dari 
mulut Sidiq.

Pengakuan Sidiq kepada Tim Pengacara Muslim (TPM) tak kalah mencengangkan. 
Menurut Qadhar Faisal, salah satu kuasa hukum keluarga Yusron, tidak hanya 
Sidiq yang melihat ayahnya ditembak dari jarak dekat. Dua adik Sidiq, kata 
Qadhar, juga ikut melihat ayah mereka tak berdaya ditembus timah panas, sebelum 
akhirnya mereka masuk kembali ke rumah. ''Saat lari, Sidiq mendengar empat kali 
tembakan, Salman tiga kali,'' kata Qadhar.

Sri Mardiyati yang kemarin datang ke Mabes Polri sambil menggendong Hilma, 
menambahkan, tak lama setelah tiga anaknya sampai di rumah, beberapa petugas 
menjemput keluarganya. Lalu, mereka dibawa ke sebuah hotel di Yogyakarta. Sejak 
saat itu, Mardiyati dan anak-anaknya tidak pernah lagi bertemu Yusron.

''Saya tidak kenal Abu Dujana, suami saya bernama Yusron atau dikenal Ainul 
Bahri,'' tegas Mardiyati ketika wartawan menanyakan sejauh mana kedekatannya 
dengan Abu Dujana.

Dia yakin, proses penangkapan polisi terhadap suaminya yang dianggap tersangka 
teroris, hanyalah rekayasa untuk memuaskan dunia Barat. Suaminya, kata 
Mardiyati, hanyalah pengrajin tas biasa. ''Saya menyangkal semua yang diekspose 
media.''

Merasa proses penangkapan Yusron melanggar HAM, Qadhar akan mempraperadilankan 
Kapolri, Jenderal Sutanto, ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Surat gugatan 
praperadilan akan didaftarkan pada Rabu (20/6).

Pelanggaran HAM, katanya, terjadi karena ketika ditembak, Yusron tidak memegang 
senjata, tak mencoba melarikan diri, tidak melawan, dan bukan pelaku tindak 
pidana. Terlebih, penembakan Yusron disaksikan langsung ketiga anaknya. 

Sebelumnya, Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Bambang Hendarso Danuri, menegaskan 
tidak ada rekayasa dalam proses penangkapan teroris. Bambang mengatakan, bisa 
mempertanggungjawabkan aksi penggerebekan teroris secara hukum.

[Non-text portions of this message have been removed]



 

   
-
Pinpoint customers who are looking for what you sell. 

[Non-text portions of this message have been removed]