[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
> > Nah soal sehat tidaknya harus dilihat secara komprehensif. Salah satunya ya > > itu tadi: cash flow. Cash flow ini ibarat aliran darah. Kalau aliran darah > > di tubuh kita lancar, jumlahnya cukup, maka kita sehat walafiat, (meski > > utangnya besar). Nah kalau aliran darah macet dan jumlahnya sedikit, maka > > tubuh kita akan lemah, kena virus sedikit bisa tewas (meski kita punya uang > > buat beli darah). > > > > Kalau di laporan keuangan dilihat di apa ya? Jurnal keuangan? kurang lebih pak. kalau persh publik bisa dilihat di Yahoo. Contohnya untuk PT telkom: http://finance.yahoo.com/q/ks?s=TLK saya pribadi sangat memerhatikan Total Debt/Equity ratio. Hal lain yang cukup penting juga adalah financial leverage, perbandingan antara laba (EBIT, earning before interest and tax) terhadap beban bunga tetap (interest expense). Perusahaan dengan financial leverage yang tinggi sangat kritis: sangat diuntungkan jika ekonomi sedang boom, tetapi bisa jatuh dengan sangat cepat jika terjadi resesi. -RNY-
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
> > Nah soal sehat tidaknya harus dilihat secara komprehensif. Salah satunya ya > > itu tadi: cash flow. Cash flow ini ibarat aliran darah. Kalau aliran darah > > di tubuh kita lancar, jumlahnya cukup, maka kita sehat walafiat, (meski > > utangnya besar). Nah kalau aliran darah macet dan jumlahnya sedikit, maka > > tubuh kita akan lemah, kena virus sedikit bisa tewas (meski kita punya uang > > buat beli darah). > > > > Kalau di laporan keuangan dilihat di apa ya? Jurnal keuangan? kurang lebih pak. kalau persh publik bisa dilihat di Yahoo. Contohnya untuk PT telkom: http://finance.yahoo.com/q/ks?s=TLK saya pribadi sangat memerhatikan Total Debt/Equity ratio. -mcp
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
On Wed, May 03, 2006 at 01:03:06PM +0700, Nukman Luthfie wrote: > > [NL:] Kalau ngomoning formula... buanyak.. tiap konsultan keuangan punya > formula masing2... Tetapi pada dasarnya pertumbuhan yang ideal itu dibiayai > oleh sedikit uang sendiri dan sebagian besar uang orang lain. Ingat konsep > entrepreneur: bagaimana mendayagunakan resource yang tidak ia punyai. Ndak > punya duit, cari duit orang lain, ndak punya mesin produksi pakai punya > orang lain, dst.. > Apakah begini ideal? Saya pernah baca kebanyakan entrepreneur jawa timur agak-agak alergi utang, bahkan berprinsip jangan sampai berurusan dengan utang. Contohnya apa ya? Perusahaan kopi kapal api kalau nggak salah. Mereka mengakali biaya dengan efisiensi. Anyway, memang masalah begini kasuistis sifatnya. > Nah soal sehat tidaknya harus dilihat secara komprehensif. Salah satunya ya > itu tadi: cash flow. Cash flow ini ibarat aliran darah. Kalau aliran darah > di tubuh kita lancar, jumlahnya cukup, maka kita sehat walafiat, (meski > utangnya besar). Nah kalau aliran darah macet dan jumlahnya sedikit, maka > tubuh kita akan lemah, kena virus sedikit bisa tewas (meski kita punya uang > buat beli darah). > Kalau di laporan keuangan dilihat di apa ya? Jurnal keuangan? > > [NL:] Engineer perlu memahami dunia bisnis dengan lebih baik. Kalau pakai > kacamata kuda engineer, mereka akan sulit berkembang di pasar. Sudah terlalu > banyak contoh engineer yang jadi pengusaha hanya berangkat dari produk > development dan ternyata gagal di pasar. > Ya, been there :-) Dunia bisnis emang kompleks.. terutama jika Anda bukan siapa-siapa, tidak punya modal dan tidak punya networking.. :-)) -- fade2blac
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
> -Original Message- > From: teknologia@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On > Behalf Of fade2blac > Sent: Wednesday, May 03, 2006 7:12 PM > To: teknologia@googlegroups.com > Subject: [teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: > Korea) > > > On Wed, May 03, 2006 at 10:43:12AM +0700, Nukman Luthfie wrote: > > > > [NL:] Piutang hanyalah salah satu faktor. Faktor lain misalnya > > ketidakmampuan mencari pembiayaan proyek sehingga profit yang dibukukan > > terserap untuk pembiayaan proyek. Trauma perbankan terhadap kredit macet > > yang triliunan kini masih terasa. Susah sekali cari kredit modal kerja > atau > > investasi. Akibatnya perusahaan dipaksa mencari alternatif lain. Kalau > > terpaksa ya membiayai sendiri -- dengan memanfaatkan laba terbukukan. > Begitu > > laba dijadikan sumber utama pertumbuhan dan pembiayaan, maka risiko > seretnya > > cashflow makin besar. > > > > Kalau gitu ada formula yang cocok untuk membiayai pertumbuhan? Esia > setahu saya beberapa kali menerbitkan surat utang/split saham. Secara > pembukuan dia untung, tapi sebagian besar keuntungannya dipergunakan > untuk membangun infrastruktur. Apakah begini sehat? [NL:] Kalau ngomoning formula... buanyak.. tiap konsultan keuangan punya formula masing2... Tetapi pada dasarnya pertumbuhan yang ideal itu dibiayai oleh sedikit uang sendiri dan sebagian besar uang orang lain. Ingat konsep entrepreneur: bagaimana mendayagunakan resource yang tidak ia punyai. Ndak punya duit, cari duit orang lain, ndak punya mesin produksi pakai punya orang lain, dst.. Nah soal sehat tidaknya harus dilihat secara komprehensif. Salah satunya ya itu tadi: cash flow. Cash flow ini ibarat aliran darah. Kalau aliran darah di tubuh kita lancar, jumlahnya cukup, maka kita sehat walafiat, (meski utangnya besar). Nah kalau aliran darah macet dan jumlahnya sedikit, maka tubuh kita akan lemah, kena virus sedikit bisa tewas (meski kita punya uang buat beli darah). Saya sampaikan soal cashflow ini karena kebanyakan dari kita lebih suka melihat angka2 "mati" laba, rugi dan sejenisnya. Padahal angka laba rugi itu hanyalah hasil akhir proses pada periode tertentu, sementara cashflow adalah prosesnya. > Btw, milis ini kok malah ngomongin ginian ya? :-) > > -- > fade2blac [NL:] Engineer perlu memahami dunia bisnis dengan lebih baik. Kalau pakai kacamata kuda engineer, mereka akan sulit berkembang di pasar. Sudah terlalu banyak contoh engineer yang jadi pengusaha hanya berangkat dari produk development dan ternyata gagal di pasar.
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
fade2blac wrote: > On Wed, May 03, 2006 at 10:43:12AM +0700, Nukman Luthfie wrote: > > > > [NL:] Piutang hanyalah salah satu faktor. Faktor lain misalnya > > ketidakmampuan mencari pembiayaan proyek sehingga profit yang dibukukan > > terserap untuk pembiayaan proyek. Trauma perbankan terhadap kredit macet > > yang triliunan kini masih terasa. Susah sekali cari kredit modal kerja atau > > investasi. Akibatnya perusahaan dipaksa mencari alternatif lain. Kalau > > terpaksa ya membiayai sendiri -- dengan memanfaatkan laba terbukukan. Begitu > > laba dijadikan sumber utama pertumbuhan dan pembiayaan, maka risiko seretnya > > cashflow makin besar. > > > > Kalau gitu ada formula yang cocok untuk membiayai pertumbuhan? Esia > setahu saya beberapa kali menerbitkan surat utang/split saham. Secara untuk surat utang/secondary offering biasanya ini kurang disukai investor karena akan menambah liquiditas dan diluted earnings. Tapi ini langkah yang sangat biasa dilakukan oleh persh yg masih muda dan perlu punya banyak modal, contoh yg paling umum adalah perusahaan minyak. -mcp > > Btw, milis ini kok malah ngomongin ginian ya? :-) > > -- > fade2blac
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
On Wed, May 03, 2006 at 10:43:12AM +0700, Nukman Luthfie wrote: > > [NL:] Piutang hanyalah salah satu faktor. Faktor lain misalnya > ketidakmampuan mencari pembiayaan proyek sehingga profit yang dibukukan > terserap untuk pembiayaan proyek. Trauma perbankan terhadap kredit macet > yang triliunan kini masih terasa. Susah sekali cari kredit modal kerja atau > investasi. Akibatnya perusahaan dipaksa mencari alternatif lain. Kalau > terpaksa ya membiayai sendiri -- dengan memanfaatkan laba terbukukan. Begitu > laba dijadikan sumber utama pertumbuhan dan pembiayaan, maka risiko seretnya > cashflow makin besar. > Kalau gitu ada formula yang cocok untuk membiayai pertumbuhan? Esia setahu saya beberapa kali menerbitkan surat utang/split saham. Secara pembukuan dia untung, tapi sebagian besar keuntungannya dipergunakan untuk membangun infrastruktur. Apakah begini sehat? Btw, milis ini kok malah ngomongin ginian ya? :-) -- fade2blac
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
> -Original Message- > From: teknologia@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On > Behalf Of adi > Sent: Wednesday, May 03, 2006 10:18 AM > To: teknologia@googlegroups.com > Subject: [teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: > Korea) > > > On Wed, May 03, 2006 at 02:58:25AM -, m.c. cptrwn wrote: > > > Tapi mesti diingat, profit hanyalah salah satu ukuran. Yang tidak > kalah > > > penting adalah cashflow. Lebih banyak perusahaan kolaps gara2 > cashflownya > > > kering (padahal secara pembukuan menghasilkan profit) > > > > > > > Hmm menarik , ada contohnya ? [NL:] Contoh seabreg2 terjadi pada era ngamuknya dolar periode 1998-an. Perusahaan tak mampu menarik tagihan karena pembeli kolaps. Perusahaan terlanjur investasi tapi daya beli konsumen turun. Kalau masih ingat, pada awal 2000an, orang finance tiba2 menjadi primadona perusahaan dan paling banyak diburu untuk menjadi CEO. Tugas utamanya: menyehatkan keuangan perusahaan dan memperlancar arus kas. > isinya piutang melulu kali .. hi.hi.. > > Salam, > > P.Y. Adi Prasaja [NL:] Piutang hanyalah salah satu faktor. Faktor lain misalnya ketidakmampuan mencari pembiayaan proyek sehingga profit yang dibukukan terserap untuk pembiayaan proyek. Trauma perbankan terhadap kredit macet yang triliunan kini masih terasa. Susah sekali cari kredit modal kerja atau investasi. Akibatnya perusahaan dipaksa mencari alternatif lain. Kalau terpaksa ya membiayai sendiri -- dengan memanfaatkan laba terbukukan. Begitu laba dijadikan sumber utama pertumbuhan dan pembiayaan, maka risiko seretnya cashflow makin besar. Salam Nukman
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
On Wed, May 03, 2006 at 02:58:25AM -, m.c. cptrwn wrote: > > Tapi mesti diingat, profit hanyalah salah satu ukuran. Yang tidak kalah > > penting adalah cashflow. Lebih banyak perusahaan kolaps gara2 cashflownya > > kering (padahal secara pembukuan menghasilkan profit) > > > > Hmm menarik , ada contohnya ? isinya piutang melulu kali .. hi.hi.. Salam, P.Y. Adi Prasaja
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
> > Tapi mesti diingat, profit hanyalah salah satu ukuran. Yang tidak kalah > penting adalah cashflow. Lebih banyak perusahaan kolaps gara2 cashflownya > kering (padahal secara pembukuan menghasilkan profit) > Hmm menarik , ada contohnya ? -mcp
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
From: teknologia@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Made Wiryana Sent: Tuesday, May 02, 2006 4:00 PM To: teknologia@googlegroups.com Subject: [teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea) On 5/2/06, Budi Rahardjo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: On 5/2/06, Made Wiryana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Menurut aturan Jerman Geschaftfuehrer (alias CEO) memililiki 2 tugas utama > - Membayar gaji pekerja > - Membayar pajak > > Lain-lainnya itu tambahan, kalau 2 itu tidak terpenuhi bisa dibui. Lain > halnya kalau membayar pajak dan gaji pekerja itu disebut "social > responsibility:" Sip. Jadi klop bahwa tugas CEO tidak harus menghasilkan profit. hi hi hi. Mbayarnya pakai "dedek" kali ya mas IMW [NL:] Tergantung bisnisnya. Untuk bisnis tradisional, CEO wajib menghasilkan profit sebagai prioritas utama. Sebaliknya untuk bisnis non tradisional, semacam Yahoo!, Google dll, CEO wajib menciptakan value dan masa depan. Ndak profit (sementara waktu) ndak papa, yang penting mampu membawa perusahaan go public atau private placement dan meningkatkan harga sahamnya. Tapi pada saatnya nanti, perusahaan harus bisa menghasilkan profit. Tapi mesti diingat, profit hanyalah salah satu ukuran. Yang tidak kalah penting adalah cashflow. Lebih banyak perusahaan kolaps gara2 cashflownya kering (padahal secara pembukuan menghasilkan profit) Salam Nukman
[teknologia] Re: Social responsibility (was: Re: [teknologia] Re: Korea)
On 5/2/06, Budi Rahardjo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: On 5/2/06, Made Wiryana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:>> Menurut aturan Jerman Geschaftfuehrer (alias CEO) memililiki 2 tugas utama> - Membayar gaji pekerja > - Membayar pajak>> Lain-lainnya itu tambahan, kalau 2 itu tidak terpenuhi bisa dibui. Lain> halnya kalau membayar pajak dan gaji pekerja itu disebut "social> responsibility:" Sip. Jadi klop bahwa tugas CEO tidak harus menghasilkan profit.hi hi hi.Mbayarnya pakai "dedek" kali ya mas IMW