[Urang Sunda] Fw: ombak yang tak pernah lelah ( jalan2 ka pantai pameungpeuk)

2008-06-02 Terurut Topik Alma Wardi
wargi sadaya 
ieu, aya cerita perjalanan , 
ka daerah garut selatan, 
mulai ti garut - bayongbong-cikajang- sampai ka pantai pameungpeuk 
ti lereng gunung cikuray sampai ka pantai cilautereun.
mugi aya mangpaat na
salam 
Wardi

- Forwarded Message 

deburan ombak , bagaikan tak lelah berlarian menyapu tepian pantai, 
ombak tak pernah beristirahat sejenak pun, 
sejak dari pagi, siang, malam, bahkan sejak dahulu kala.
hempasan gelombang ombak yang begitu perkasa berlarian ke tepi pantai , 
kemudian hanya akan menjadi buih air yang lemah kemudian sirna di bibir pantai
untuk kemudian surut lagi ke laut.

ada gemuruh deburan ombak tanpa henti di tepi pantai, 
namun ada pula diam nya alam, dalam keheningan di atas gunung

demikianlah alam ini, ada sepi, tenang namun ada juga suara keras, gerakan 
tanpa henti, 
bagi alam diam dan bergerak, adalah bagaikan dua bagian mata uang yg tak 
terpisahkan.
alam adalah juga gambaran betapa alam ini telah diatur dengan begitu sempurna 
nya.

seandainya pun kita sedang diam, tidur sekalipun, 
tapi organ2 tubuh kita tetap bergerak tanpa henti,
jantung berdegup, darah mengalir, paru2 bernafas, 
semuanya bergerak tanpa henti sejak kita dilahirkan ke dunia ini..

begitu lah pula alam ini, tak berhenti bergerak,
namun bukan bergerak sembarangan, alam bergerak dengan penuh keteraturan.
pastilah ada Maha Penggerak dan Maha Pengatur, 
yg mengatur ini semua, Tuhan yg Maha Kuasa.

Allah, pengatur dan pencipta kita semua, 
tak ada hentinya mengatur alam ini, 
tak ada hari ahad untuk sekedar istirahat bagi Sang Maha Pengatur.
Kita sebagai manusia, makhluk ciptaan nya, 
ada kelelahan sehingga perlu istirahat sejenak

bilamana organ2 tubuh kita pun berhenti bergerak,
itulah saat kematian menjemput kita, 
namun walau jasad ini tak bergerak lagi, 
tapi ruh, jiwa ini tetaplah bergerak, 
beterbangan menuju ke alam akhirat.

demikian renungan saat berada di tepi pantai pasir putih yg indah 
selepas perjalanan jauh dari pegunungan
saya dan teman2 melakukan perjalanan bersepeda, 

mulai dari pegunungan daerah priangan, sekitar Garut
berjalan ke arah selatan, sampai ke pantai selatan jawa barat di daerah 
Pameungpeuk , Garut selatan
Dari kota Garut ke arah selatan, tampak menjulang tinggi gunung cikuray yang 
puncaknya tertutup awan, 
di samping kanan berdiri tegar gunung guntur yg ke sampingnya berjajar 
pegunungan sampai gunung papandayan

ke dataran tinggi diantara celah 2 gunung tinggi itulah kita melakukan 
perjalanan mendaki yg melelahkan
saat sampai ke dataran tinggi daerah cikajang, dimana terhampar luas kebun teh 
dan hutan pinus

hamparan kebun teh yang bertambah indah dengan pepohonan penuh warna di 
sekitarnya.
kesenyapan menyergap kita saat berada di tengah keheningan alam yg indah 
tersebut
sunyi, sepi, alam serasa diam, hanya awan di langit lah yg bergerak, 
jarum jam pun serasa tak berdetak walau sedetik pun

pada perjalanan selanjutnya gunung gelap yg rimbun di daerah cisompet menaungi 
siang terik mentari, 
dan lambaian pohon kelapa di tepi pantai pameungpeuk menyapa mesra di akhir 
perjalanan.

dalam perjalanan jauh ini mendaki bukit, menuruni lembah, kita pun tak lepas 
dari kelelahan, 
sehingga di tengah perjalanan kita sering istirahat, sekedar minum , melepas 
lelah
"wong urip mung mampir ngombe", kata orang Jawa,
hidup ini bagaikan perjalanan, hanya mampir sejenak.
namun bila telah tiba di ujung daratan, bertepi lautan
perjalanan pun berakhir sudah, disanalah peristirahatan terakhir
kalau dibandingkan dengan perjalanan hidup, 

saat akhir jalan di tepi pantai,  
itulah batas antara kehidupan dunia dan akhirat, 
laut luas yg terhampar di tepi pantai, 
adalah bagaikan alam akhirat, yg tak kita ketahui betapa dalam dan luas nya.

saya coba masukkan jari ke pasir pantai dan mengamati tetesan air yg jatuh, 
sangat sedikit dibanding air di samudra yg terbentang luas di hadapan.
demikian lah kata hadis nabi, perbandingan ilmu manusia dengan ilmu Allah, 

sangat sedikit yg kita ketahui, dari misteri alam kehidupan ini...
namun kesombongan sebagian manusia tak mau menyadarinya

matahari pun mulai tenggelam ke ujung samudra, 
lampu2 perahu nelayan yg hendak melaut mulai mengisi cakrawala yg menjelang 
gelap..
dari kejauhan terdengar suara adzan magrib mengalun merdu,
menimpali suara deburan ombak
"hayya alal falah" , marilah menuju kebahagiaan, demikian seruan dari mesjid, 
namun tak semua manusia mau memahami panggilan tersebut, 

matahari pun telah tenggelam di ufuk samudra, 
menjelang malam gelap, manusia pun mulai beristirahat, 
namun ombak tetap berlarian tak pernah beristirahat walau sejenak pun

baca selengkapnya ; 
http://hdmessa.wordpress.com/2008/06/02/ombak-yang-tak-pernah-lelah/

salam deburan ombak, dari tepi pantai santolo, 
cilautereun, pamengpeuk,garut selatan , jawa barat
dekat stasiun percobaan roket LAPAN, 
tak jauh dari situs purbakala ditemukan nya kuno prasasti cilauteureun


  


[Urang Sunda] Fw: balapan ep wan di bandung [refresh]

2008-04-01 Terurut Topik Alma Wardi

Syahdan terdengarlah suara mesin mobil menderu deru, mobil2 mengkilap berjajar 
ke belakang, tiba2 berbunyi melengking suara suling dan rentakan suara angklung 
pertanda start dimulai, melajulah dengan cepatnya mobil2 balap ep wan ( F1 , 
mobil balap formula satu ) tersebut.  
Jaja serasa tak percaya melihat nya, ada balapan F1 di kota Bandung dengan 
mengambil start di lapangan tegalega. Tak percaya akhirnya tergapai juga impian 
nya, menonton langsung balapan mobil tersebut yg selama ini hanya bisa ia lihat 
di TV.

Yah itulah kerjaan utama Jaja di rumahnya, setelah ia telah gagal melamar kerja 
ke mana2, cintanya pun ditolak si Neneng pujaan hatinya. Sekalian refreshing 
dan nggak ada kerjaan, akhirnya nonton TV saja lah kerjaan nya, khususnya acara 
olahraga seperti balap mobil dan sepakbola. Nonton nya pun nggak sembarangan, 
bukan acara lokal tapi acara2 olahraga nun jauh di eropa sana, walau nganggur 
Jaja masih punya gengsi.

Tapi Jaja, sungguh kaget kalau ternyata balap F1 sampai diadakan pula di kota 
Bandung, yg jalan nya sempit, macet , banyak bolong2 dll. Dari koran ia dapat 
kabar justru karena itu semua, sangat menantang bagi para pembalap F-1 yg sudah 
bosan dg track balap yg itu2 saja. Jadilah Bandung kota ketiga di dunia yg 
mengadakan balap mobil di tengah kota, setelah monte carlo dan singapura. Pihak 
pemerintah  sih senang2 saja, berarti setidaknya sudah jadi kota kelas dunia, 
keren euy.  Yah begitulah kita2 senang berbangga2 dengan hal2 yg bersifat 
simbolis, namun tak begitu peduli bagaimana bisa unggul dalam realita nya, yg 
penting gengsi dan penampilan, demikianlah salah satu karakter kemiskinan 
mentalitas.

Berhubung tak ada anggaran di APBD, sehingga balapan diadakan seadanya, 
bagaimana kondisi jalanan kota normal ada nya. Justru hal tersebut menambah 
seru pertandingan dan disukai para pembalap. Karena BBM supermahal, maka bahan 
bakar nya pun etanol, dibuat dari campuran minyak jarak dan singkong. Sehingga 
mesin mobil balap pun sedikit dimodifikasi sesuai bahan bakar tersebut.

Khusus menghadapi track kota Bandung pihak konstruktor ( pembuat mobil balap ) 
telah merancang mobil khusus modifikasi dari mobil F-1 yg digunakan selama ini. 
Mobilnya lebih pendek dan tidak lebar, agar bisa masuk jalan sempit, mesin 
mobil posisinya agak di naikkan agar tak kena air saat melewati jalan yg 
banjir, disiapkan pula suspensi dg sensor khusus agar tetap bisa ngebut saat 
melewati jalan berlubang atau polisi tidur di kompleks perumahan. Ada perangkat 
khusus juga saat menghadapi kemacetan jalan. Dan setumpuk peralatan canggih 
lain nya untuk antisipasi kondisi jalanan.

Dari tempat Jaja nonton di lapang tegalega, ada banyak dipasang monitor TV dari 
kamera2 yg terpasang di berbagai tempat, sehingga dari sana ia bisa memantau 
kondisi perlombaan di berbagai tempat.
Saat para pembalap lewat jalan dekat pasar dimana pedagang pasar tumpah sampai 
ke tengah jalan, mobil pun bisa dibuat ramping agar bisa jalan cepat di tengah 
kemacetan, begitu pula saat melewati kompleks sekolah atau kantoran dimana 
biasanya banyak angkot ngetem.

Yang seru saat para pembalap melewati kompleks perumahan di mana banyak polisi 
tidur nya (bump), shock breaker mengayun dengan lincah nya, namun ada satu yg 
tak diperhitungkan tinggi gundukan polisi tidur berbeda2 di berbagai tempat, 
sehingga tetap saja ada mobil yg body nya terantuk tonjolan jalan tsb. Saat 
terjebak pada jalanan  yg jadi buntu karena terpasang portal, mobil pun bisa 
tiba2 meloncat, para pembalap pun menyukai tantangan2 jalan tsb

Saat lewat perempatan lampu merah, mobil2 F-1 yang mengkilat warna nya, 
dikerubungi oleh para pengamen dan pengemis, membuat para pengemudi jadi 
bingung. Tapi ada pengemudi yg sudah tahu hal tsb dan menyiapkan banyak uang 
recehan, sehingga bisa aman melewatinya. Saat lewat rumah sakit dan mesjid, 
diaktifkanlah alat khusus sehingga tak terdengar sedikitpun suara mesin mobil, 
nyaris tak terdengar.

Pada satu ruas jalan, ada peserta balapan yg kena tilang polisi juga, karena 
tak melihat ada rambu lalu lintas yg tersembunyi dan polisi nya sembunyi juga, 
karena pembalap bule, yah terpaksa “damainya” pakai uang dollar, tapi sang 
polisi bingung karena uang dollar nya tak diterima oleh penjual rokok di warung 
pinggir jalan. 
Saat lewat kantor gubernuran jalan pun tertutup karena ada masyarakat yg sedang 
demo dan menutup jalan, terpaksa lah para crew balap, sibuk mencari alternative 
jalan tikus agar perjalanan tak terhambat, dan tak lupa memberi tips uang 
cepek’an pada  anak muda yg berdiri di tiap perempatan jalan.
Lewat jalan dekat kebun binatang bandung dimana di jalan banyak kotoran kuda 
karena di tempat tersebut biasa digunakan wisata berkuda anak2, secepat kilat, 
dari mobil langsung keluar zat pembersih khusus seperti karbol, sehingga 
pengendara pun terhindar dari sumber penyakit dari kotoran kuda tsb.

Sampai di ujung jalan ganesha mobil pun berbelok ke arah jalan tamansari, yg 
membelah kampuis ITB 

[Urang Sunda] mapak alam, riung gunung ( gn patuha-kebun teh dewata- situ cilenca )

2008-04-01 Terurut Topik Alma Wardi
wargi sadaya, geuningan di alam priangan aya tempat2 nu jarang di datangan 
kumargi dianggap angker, akhirnya malah urang walanda nu kadinya, ngabuka kebun 
teh jeung sajaba na. Walanda bisa makmur jadi na ( tapi naha ayeuna urang masih 
miskin keneh da sarua alam na mah ? )

ieu aya kisah perjalanan ti rerencangan nu sasapedahan ti gunung patuha ciwidey 
nepi ka situ cilenca di pangalengan. ngaliwat hutan cagar alam gunung tilu nu 
masih asri , ternyata di tengah eta leweung aya kebun teh , kebun teh dewata ti 
dinya tiasa nembus ka situ cilenca pangalengan.

mangga di aos, mugi aya mangpaat na

salam 
Wardi

-

Hutan lebat yang kita lalui pepohonannya begitu rimbun, daun2 pohon tinggi 
serasa menutupi langit, sehingga tengah hari pun serasa sore. Jalan melewatinya 
kita bagaikan melalui sebuah lorong penuh belokan. Sunyi senyap jarang ketemu 
ada orang lewat, yang terdengar adalah musik orkestra hutan, gesekan daun, 
suara kicauan merdu burung2 hutan dan gemericik riang suara air sungai 
mengalir. 

Selepas kelokan ujung jalan yang kita lalui tampak membentang alam yg terbuka, 
dengan hamparan hijau menutupi lembah dan bukit, indah sekali.. Lembah besar yg 
diapit oleh pegunungan di sekeliling nya. Di tengahnya terhampar menghijau 
perkebunan teh sampai ke hutan kaki gunung, kebun teh ini berada di tengah 
hutan belantara, menakjubkan sekali. Di dasar lembah mengalir sungai yg 
berkelok2 mengikuti alur bukit, tampak di bawah lembah sebuah telaga dimana air 
sungai dibendung dan di sekitarnya berjajar rumah2 kebun teh dengan bangunan 
besar pabrik teh di tengah nya. Seorang teman berkata, itulah kawasan 
perkebunan teh Dewata yg berada di tengah hutan cagar alam gunung tilu. Dinamai 
dewata karena  menurut kepercayaan orang2 dulu, daerah itu adalah tempat 
bersemayamnya para dewa.

Jadi teringat pula akan gambaran mengenai surga pada kitab suci; sebuah tempat 
berupa taman2 indah yg di bawahnya mengalir sungai yg airnya jernih. Namun 
surga kelak adalah jauh lebih indah dan nyaman. Ya Allah mudah2 an aku bisa 
disampaikan ke surga Mu kelak, jangan sampai tersasar ke neraka penuh 
penderitaan.

Demikianlah kira2 gambaran alam di perkebunan teh dewata yg berada di tengah 
cagar alam gunung tilu, sekitar 60 Km selatan Bandung. Kebuh teh Dewata ini 
adalah daerah yg kita lintasi saat melakukan penjelajajah bersepeda yang 
bermula dari kawah putih dekat puncak gunung patuha Ciwidey sampai ke danau 
Cilenca di Pangalengan. Total jarak sekitar 50 Km ditempuh selama 7 jam, sebuah 
perjalanan yg menakjubkan.

Kita memulai perjalanan dekat kawah putih di area puncak gunung Patuha (  2434 
m ). Kawah putih berupa telaga yg berwarna putih di tengah hutan dekat puncak 
gunung, sungguh menakjubkan berada di sana.
Puncak gunung Patuha , termasuk area sekitar kawah putih, sejak jaman dulu tak 
pernah ada orang yg berani ke sana karena menurut masyarakat sunda dulu, daerah 
tersebut angker, karena merupakan tempat bersemayamnya arwah para leluhur serta 
pusat kerajaan bangsa jin, 

Selepas kebun teh Rancabolang kita terus menuruni lereng gunung patuha memasuki 
hutan lebat cagar alam gunung tilu yg berada di antara gunung patuha, gunung 
tilu dan gunung2 lain di sebelah selatan nya. Hutan ini ditetapkan sebagai 
cagar alam semenjak tahun 1927 oleh penjajah Belanda saat itu. Saya lihat 
betapa orang Belanda dulu telah melihat jauh ke depan betapa pentingnya menjaga 
kelestarian alam.

Cukup panjang jalan bebatuan berkelok2 di tengah hutan ini, sepanjang jalan 
jarang sekali kita berpapasan dengan kendaraan lain, sepi sekali. Di beberapa 
tempat kita temui air terjun kecil di pinggir jalan dimana kita beristirahat. 
Selepas hutan alam ini sampailah kita ke perkebunan teh Dewata.

Kebun teh Dewata ini berada di sebuah lembah besar diantara gunung patuha, 
gunung tilu , gunung dewata dan gunung pal lima. Dibuka oleh seorang pengusaha 
perkebunan Belanda pada awal abad ke 20. Bisa dikata tempat ini tak banyak 
berubah setelah seratus tahun berlalu. Karena terpencilnya, kendaraan jarang ke 
sini, listrik pun tak masuk, sehingga mereka membuat sendiri pembangkit listrik 
skala kecil memanfaatkan sungai yg mengalir di tengah lembah tersebut, dimana 
berada pula perumahan karyawan kebun teh dan pabrik pengolahan teh. Saat kami 
melintas ke sana, dari balik jendela anak2 kecil melihat aneh pada kami, karena 
memang jarang orang yg datang ke sini, apalagi pakai sepeda. Di lembah ini 
diantara hamparan kebun teh mengalir air yg sangat jernih, saya pun 
beristirahat sholat dzuhur disana. Sungguh menyegarkan membersihkan badan 
dengan air jernih yg dingin tersebut. Sholat menghadap Allah di alam terbuka 
yang indah tersebut sungguh khusyu, kita serasa
 sangat dekat dengan Tuhan.

Dari dasar lembah kita melanjutkan perjalanan ke arah timur menyusuri jalan 
kebun teh yg berkelok2 memutari pebukitan sekitar. Dalam perjalanan kabut pun 
mulai turun menutupi hamparan kebun teh. Syahdu sekali rasanya melintasi kabut 
di lembah de

[Urang Sunda] Fw: lintas kabut

2007-11-12 Terurut Topik Alma Wardi
Saat musim penghujan, perkebunan teh di lereng gunung malabar, Pangalengan 
Bandung selatan, yg berada di ketinggian 1700 m dpl, sering tertutup kabut. 
Pemandangan alam yg penuh warna warni saat musim kemarau; merah merekah bunga 
dadap di tengah hamparan hijau kebun teh yg jauh terhampar sampai ke lereng 
gunung yg membiru tua, kemudian bersambung dg langit biru cerah bertabur awan 
halus. di jalanan yg membelah hamparan hijau kebun teh menjulang tinggi pohon2 
mahoni yg telah tegak disana sejak jaman penjajahan belanda dulu. 
Nun jauh di bawah sana tampak pantulan langit dari permukaan danau cilenca yg 
berada di seputaran kebun teh, pemandangan yg sangat indah, namun di musim 
hujan yg penuh kabut ini, semuanya seolah sirna, hanya kabut putih yg terlihat. 
 

Bila kabut tebal turun, jarak pandang pun jadi terbatas, hanya sekitar 5 meter 
kita bisa melihat jelas, di luar itu kabut putih bagaikan menyelubungi 
kita.Betapa sebenarnya keindahan duniawi, sebenarnya hanya bersifat sementara, 
suatu saat bisa berlalu dalam sekejap. Bila kita berjalan seorang diri melintas 
di tengah hamparan kebun teh saat kabut turun akan terasa sebuah suasana yg 
sangat khas.

Kita bagaikan dikelilingi dinding kapas yg mengurung kita, di depan, belakang, 
samping dan atas , kita tak bisa melihat jauh, hanya sebatas sekitar kita 
berada. Hening tak ada suara sedikitpun kelopak daun teh pun tak bergerak, 
angin pun berhenti berhembus.  

Timbul rasa sunyi, sepi, takut, seorang diri, tak bisa melihat jelas, terkurung 
di tengah kabut, rasanya ingin sekali sampai ke tempat yang lebih terang tanpa 
kabut, namun rasanya dunia ini berputar lambat sekali… 
Berdiam seorang diri di tengah kabut tebal membuat diri ini termenung juga, ada 
rasa kesepian berada di tempat antah berantah jauh dari orang lain, tak ada 
teman yg bisa dimintakan bantuan. 

Kalau kita sering berada di alam, dekat dengan alam, setidaknya kita bisa 
mengerti bahasa alam. Sehingga walau berada seorang diri di tengah alam 
terbuka, kita akan bisa merasakan betapa alam, tumbuhan dan makhluk2 lain nya 
menyapa kita dengan mesranya. Kabut yg mengurung kita, sebenarnya adalah 
ungkapan dari alam yg membelai kita dengan lembut penuh keakraban. Begitu pula 
kelopak pucuk teh yg berwarna hijau muda di dekat kita, sebenarnya dari tadi ia 
melirik kita dengan gemulainya. Cacing di tanah, atau serangga di balik batang 
teh pun sedang bermain dengan riang nya. Betapa sebenarnya alam ini sangat 
ramai dan akrab dengan kita, kita tak perlu merasa sendirian lagi… 

Justru saat berada di keheningan seperti itu, timbul kesadaran betapa 
bersyukurnya kita meyakininya adanya Tuhan, saat tak ada siapapun, di tempat yg 
jauh, tak ada tempat bergantung, sadarlah diri bahwa Tuhan tetap berada di 
sana, Allah tetap menyertai kita , karena alam yg melingkupi kita semua, adalah 
ciptaan Tuhan pula. Kalau kita merasa dekat, maka Tuhan pun akan dekat. Namun 
bila kita merasa jauh dari Tuhan, berada sendirian di tempat yg sepi akan 
menjadi sebuah siksaan batin.. 

Kalau kita telah bisa mengerti bahasa alam, setingkat lagi kita akan bisa juga 
memahami bahasa Ketuhanan, bahasa tertinggi, orang yang telah bisa memahami 
bahasa Ketuhanan, tak akan pernah merasa kesepian,rasa sedih dimanapun, 
kapanpun juga

Bila berjalan di tengah kabut yg tebal, kita tak tahu arah, karena matahari pun 
tak terlihat, kita hanya mengandalkan ingatan atau alur jalan yg pernah kita 
lewati sebelumnya. Kita tak tahu ada apa di depan kabut itu, kita hanya bisa 
meraba.  Kalau di hamparan kebun teh memang ada jalur jalan diantara tananam 
teh, kalau kita mengikuti jalur tersebut tak akan tersesat. 

Baca selengkapnya ; http://hdmessa.wordpress.com/2007/11/09/lintas-kabut/

__

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


[Urang Sunda] Fw ; ti kota santri dugi ka sisi laut pangandaran

2007-09-24 Terurut Topik Alma Wardi
wargi sadaya, 

punten bade forward, cariosan ti rerencangan, carita sasapedahan ti tasik dugi 
ka sisi laut pangandaran, rame oge yeuh keur ngabuburit...

salam baktos
Wardi
---

dari kota santri sampai ke tepi laut pangandaran ( cerita perjalan bersepeda )

“Suasana di kota santri , asyik senangkan hati
Tiap pagi dan sore hari, muda mudi berbusana rapi
Menyandang kitab suci, pulang pergi mengaji”

Alunan lagu tersebut menghantar kita saat sampai di kota Tasikmalaya, salah 
satu daerah di Jawa barat yg banyak terdapat pesantren (sekolah agama). Berada 
di daerah tasikmalaya, khususnya saat melewati daerah pesantren kita akan 
merasakan suasana yang khas, dimana terihat banyak santri berjalan beriring 
hendak pergi mengaji, santri pria dengan sarung dan pecinya, santri wanita 
dengan kerudung putih dan baju panjang nya sungguh indah.  Terasa kontras 
sekali dengan pengalaman saya di kawasan industri pulogadung dulu, dimana lain 
lagi suasananya, kalau sore hari banyak juga  berjalan beriringan pulang kerja, 
gadis2 dari pabrik garment yg berjalan terburu2 dengan wajah gelisah, hendak 
mengejar biskota untuk pulang ke rumah sempitnya.

Sebelum bulan Ramadhan , saya dan teman2 pesepeda dari Bandung selatan, 
mengadakan perjalanan bersepeda, yang cukup jauh juga. Kota Tasikmalaya, 
menjadi tempat awal perjalanan bersepeda, dengan tujuan akhir pantai 
pangandaran, pantai selatan jawa barat. Turut serta pula 6 orang expatriat bule 
di Bandung yg hobi naik sepeda juga, total ada sekitar 40 orang pesepeda yang 
ikut dalam perjalanan tersebut.

Dari kota Tasikmalaya kita melewati jalur selatan yang agak sepi, namun mendaki 
pebukitan daerah Cikatomas. Jalur yang kita lalui ialah, dari kota Tasik ke 
arah selatan  – manonjaya - salopa terus ke kota kecamatan Cikatomas. Berlanjut 
sampai ke Cimerak kemudian berbelok lagi ke arah timur lewat Cijulang – Parigi 
menyusuri jalan lintas pantai sampai ke Pangandaran. Total jarak sekitar 120 
Km, kita berangkat jam 7 pagi, sampai ke Pangandaran sekitar jam 5 sore, 
perjalanan panjang yang cukup melelahkan, namun banyak hikmah berharga 
sepanjang perjalanan.

Pagi itu cukup dingin, mentari bersinar temaram, karena awan cukup kelam, 
gerimis pun sedikit turun. Kita berangkat dari depan sebuah hotel, tempat 
menginap, melewati jalanan kota yg mulai ramai. Terlewati pula beberapa 
pesantren / sekolah agama yg tampak ramai santrinya jalan beriringan.   
Setelah melewati daerah yg cukup ramai, kita sampai di batas kota yg mulai sepi 
dan jalanan mulai berbatu. Sekitar setengah jam perjalanan kita sampai ke 
sebuah kota kecil di selatan Tasik, namanya Manonjaya, Setelah melewati rel 
kereta api jalur ke jogja-surabaya, kita akan bertemu dengan sebuah pesantren 
besar, Miftahul Huda namanya, yang didirikan oleh KH Khoer Afandi, ulama besar 
dan juga pejuang kemerdekaan.

Melihat gerbangnya saya jadi teringat akan sebuah kenangan manis  disana, 
karena dulu saya pernah berada di sana. Saat jaman sma dan kuliah, di waktu 
libur saya sering juga pergi ke pesantren, antara lain pesantren Miftahul Huda 
ini. Berada di pesantren kita akan merasakan sebuah suasanan dunia pendidikan 
yang menentramkan batin, khas sekali suasananya, bila dibandingkan suasana 
sekolah umum. Sekolah2 umum apalagi yang berlatar belakang eksakta / teknik 
seperti yg saya alami di ITB, memang membuat otak ini tajam, namun hati dan 
rasa jiwa akan kosong. Di Pesantren lah saya menemukan kondisi yg bisa mengisi 
kekosongan batin tersebut.

Kiyai / ustadz pesantren yang kharismatik terasa begitu dekatnya, dan tentram 
hati menyimaknya saat belajar, kiyai serasa jadi orang tua bagi para santri. 
Beda sekali dengan guru atau dosen di sekolah umum, yg serasa ada jarak dengan 
kita, seringkali kita malah jemu mendengarkan nya saat mengajar.
Kompleks pesantren biasanya cukup luas, karena selain tempat belajar, disana 
juga tersedia asrama 
(kobong bahasa sundanya), jadi santri tinggal dan belajar di kompleks tersebut. 
Asrama putra dan putri dipisahkan lokasinya , biasanya dibatasi oleh rumah 
kiyai atau para ustadz pengajar, Barulah di mesjid atau saat di kelas ada 
pelajaran bersama, mereka akan bertemu.

Di pesantren ini pulalah dulu saya sempat terpesona dengan seorang gadis santri 
yang cantik, kecantikan alami yg tak perlu pulasan make up atau salon 
kecantikan, selain cantik ia juga pintar dan baik hati. Di kota besar saya 
seringnya bertemu dengan gadis yg biasanya jadi angkuh karena karena kecantikan 
nya. 

Sekali waktu saya sering mencuri pandang bila ia pergi mengaji dengan langkah 
anggun nya, dengan kerudung putih dan jilbab panjang nya yang walau dari bahan 
yg sederhana, namun tampak begitu serasi. Kalau bertemu ia akan tersenyum malu, 
kemudian menundukkan pandangan nya. Bila bicara ia akan berbicara dengan suara 
yg lembut bagai orang berbisik, menggunakan bahasa sunda halus. Bila membaca al 
qur’an atau sholawatan, sungguh merdu suaranya, mendengarnya jantung pun 
berdegup keras karena nya. I

[Urang Sunda] Fw: cariosan jalan cai citarum

2007-06-17 Terurut Topik Alma Wardi
wargi, sadaya punten bade forward, 

sae oge yeuh, cariosan, sapanjang sungai citarum, mugi aya mangpaatna

---

[ Cerita perjalanan bersepeda menyusuri sungai citarum dari hulu nya di gunung 
wayang sampai daerah Bandung selatan ]

Beberapa waktu yang lalu saya dan beberapa orang rekan , turun ke Bandung dari 
Pangalengan bersepeda, melintasi jalan yang tak biasanya. Dari Pangalengan yang 
berada di dataran tinggi 1500 m dpl, 40 Km selatan kota Bandung kita berjalan 
ke arah barat daya, mendaki gunung wayang yang di sebaliknya adalah daerah 
ciparay, terus berlanjut melewati jalan raya sampai ke Bandung. Sebuah rute 
perjalanan yg agak memutar,  menempuh perjalanan sekitar 45 Km, selama sekitar 
4 jam.

Kita memulai perjalanan dari kota Pangalengan, melewati jalan berliku mendaki 
pegunungan malabar. Melewati perkebunan teh Kertamanah dan area geotermal 
wayang windu. Nama Wayang windu diambil dari 2 gunung kecil dimana tempat 
tersebut berada, gunung wayang dan gunung windu.  Di area geotermal kita 
menyusuri jalan yg merupakan juga jalur pipa uap sumur2 geotermal yg berada di 
tengah hamparan perkebunan teh, indah sekali.

Setelah perjalanan mendaki yg cukup melelahkan sekitar 10 Km, sampailah kita 
pada sebuah celah diantara gunung windu dan gunung malabar pada ketinggian 
sekitar 2000 m dpl. Kita belok dari jalan aspal yg merupakan jalur pipa 
tersebut, memasuki area hutan dan ladang penduduk, melewati jalan setapak 
berbatu dan tanah, jalan cenderung menurun menyusuri lereng pegunungan wayang 
windu. Cukup menantang juga jalan nya,perlu ke hati 2 an, dan suspensi sepeda 
yg bagus, karena jalan nya berkelok2 dan tak rata. 

Selepas hutan , sampailah kita ke hamparan lembah yang berada diantara celah 
kedua gunung tersebut yg menjadi ladang penduduk. Dramatis sekali pemandangan 
nya, di belakang adalah celah gunung malabar, di kiri kanan membentang 2 
punggung gunung yg berbeda dan di depan dari kejauhan, tampak gunung papandayan 
dan gunung guntur yg menjadi batas alam dengan kabupaten Garut. 

Di tengah lembah mengalir sungai kecil yg airnya sangat jernih dan dingin yang 
tetap mengalir airnya walau di tengah musim kemarau sekalipun. Kami pun 
istirahat sejenak sambil mencuci muka dengan air dingin tersebut. Melihat 
pemandangan sekitar , masya Allah indah sekali , ciptaan Tuhan ini, namun agak 
sedih juga lihat di kejauhan beberapa area hutan mulai  gundul, dirambah oleh 
penduduk sekitar menjadi ladang dan kebun sayuran. Setahun yg lalu beberapa 
area hutan sekitar daerah ini, terbakar cukup hebat pula. Tak salah bila 
dikatakan bahwa memang manusia jugalah yg merusak alam yg indah ini.
Terus menyusuri lembah, dari kejauhan mulai tampak pemukiman penduduk desa 
pejaten yg bersebelahan dg hutan pinus yg merupakan area hulu sungai citarum.

Di lereng gunung wayang arah ke utara, terdapat telaga situ cisanti, yg menjadi 
hulu sungai citarum, sungai terpanjang di Jawa Barat yg airnya mengalir sampai 
ke laut jawa di daerah Karawang. Hulu sungai citarum, memang daerah konservasi 
alam yg tak boleh ditebang pepohonan nya, sehingga masih kelihatan rimbun. Hulu 
Sungai Citarum berupa sebuah telaga yg indah di ketinggian sekitar 1800 m dpl, 
penduduk sekitar menamainya situ Cisanti. Telaga yang indah itu dikeliling oleh 
pohon2 pinus yg rimbun, airnya jernih dan dingin.

Di luar batas area hutan pinus, tersebut mulai banyak terdapat kebun ladang 
penduduk, dari desa terdekat desa pejaten. Desa ini yang berada di kecamatan 
kertasari yg juga adalah daerah penghasil susu, kita melanjutkan perjalanan di 
jalan raya yg terus menurun (down hill ) ke arah utara. Setelah desa Pejaten 
kita bertemu desa Cibereum yg cukup rame, tambah ke bawah kita akan banyak 
menemui perkampungan. 

Kita berjalan menyusuri jalan yg berada di celah2 pebukitan yg merupakan juga 
alur sungai citarum yg tampak mulai membesar alirannya.
Namun mulai jarang lagi kita temui bukit2 hijau yg rimbun dengan pepohonan, 
bukit2 sekitar kebanyakan sudah gundul, petani membuka lahan sampai ke atas 
bukit, membuka kebun sayur di tanah2 miring. Sungguh miris juga melihatnya, 
keindahan alam telah berganti menjadi bagaikan gundukan2 tanah bukit yg gundul, 
padalah sekitar 20 tahun yg lalu saya sempat kesini, masih rimbun hutan nya. 

Desakan kebutuhan ekonomi sering dijadikan alasan untuk membabat hutan untuk 
pertanian, namun ternyata kisahnya tak sesederhana itu.

Penggunaan pupuk2 kimia yg berlebihan telah membuat tanah menjadi tak subur 
lagi setelah beberapa kali digunakan, produktivitas hasil pertanian pun 
menurun, sehingga petani2 mencari lahan2 baru ke arah hutan yg masih kaya humus 
nya (top soil ). Tanah2 di pinggir hutan atau area baru tsb, memang subur dan 
produktivitas hasil pertanian nya tinggi, tapi lama kelamaan akan berkurang 
juga. Pada sisi lain, tanah yg terbuka tersebut membuat lapisan atas yg subur, 
tergerus air hujan, sehingga berkurang volumenya.

Banyak orang tak menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia secara berlebiha

[Urang Sunda] munggah ka gunung papandayan

2006-09-27 Terurut Topik Alma Wardi
wargi sadaya, 
aya kiriman sae oge yeuh, cariosan sasapedahan ka 
gunung Papandayan , mentas kab. bandung ka kab. garut.

mulai na di pangalengan ,teras tobros na ka cisurupan
bayongbong garut , dugi ka tarogong.

menarik oge, aya cariosan hikmah di sepanjang
perjalanan teh, 
mugia aya mangpaat na

salam 

AW

--

LINTAS ALAM BERSEPEDA KE GUNUNG PAPANDAYAN - GARUT

Iqra , bacalah, perintah pertama yg diterima Nabi, tak
hanya membaca buku, namun juga membaca alam sekitar,
Alam terkembang jadi guru kata pepatah Minang, banyak
hal yg bisa kita pelajari dari alam sekitar, kehidupan
sehari hari kita, termasuk mengambil pelajaran dari
perjalanan yg kita lakukan.

Sebelum bulan Ramadhan, bersama rekan2 grup sepeda
gunung (mountain bike), kita mengadakan perjalanan ke
puncak gunung Papandayan , kabupaten Garut , Jawa
barat, salah satu gunung berapi yg masih aktif, dan
kawah nya, dapat didaki ke atas dengan kendaraan,
lewat jalan berbatu yang curam. Kita bisa masuk sampai
ke dalam kawah nya, seperti kawah gunung Bromo di Jawa
Timur.

Rute perjalanan bersepeda kita adalah ; Pangalengan –
kertasari – gunung papandayan – turun ke daerah
kabupaten Garut , bayongbong sampai finish di Tarogong
dekat kota Garut. Gunung Papandayan dan gunung Guntur
di sebelah nya,adalah pegunungan yg membatasi
kabupaten Bandung dan kabupaten Garut, jarak
perjalanan sekitar 60 km yg ditempuh selama 9 jam

Perjalanan dimulai sejak pagi hari yg indah dari 
Pangalengan , kota kecil berhawa sejuk di dataran
tinggi , 40 Km selatan Bandung. Daerah pertanian subur
dan penghasil susu, KPBS ( koperasi persusuan bandung
selatan) yg terkenal itu dan juga tempat asal mantan
juara dunia bulutangkis, Taufik Hidayat.

Selepas daerah pertanian, penghasil susu, kita mulai
berjalan melewati perkebunan teh ,PTPN VIII , yg
terdiri dari beberapa Afdeling ( kawasan kebun ) mulai
dari Kertamanah, malabar, santosa, talun, sedep, yang
gabungan semua kebun tsb begitu luas area nya sampai
ke lereng pegunungan.

Kebun teh malabar yg berada di kaki gunung Malabar ,
adalah kebun teh tertua di Indonesia, tempat pertama
kali nya orang Belanda dulu menanam teh di Indonesia,
hasil penelitian ahli botani Junghun, yg namanya
sampai saat ini dilestarikan utk nama tempat di dekat
sana. Kabarnya di sini lah dihasilkan salah satu daun
teh terbaik di Indonesia. Ada seorang teman ahli teh
bercerita, bahwa teh terbaik tsb , sebagian besar di
eksport , karena lebih menguntungkan. Teh kelas di
bawah nya barulah di pasarkan di Indonesia Teh yg
paling enak adalah yg berasal dari daun pucuk nya yg
masih muda segar, tambah ke bawah tambah murah harga
nya, bahkan ada juga yg diolah dari tangkai nya.

Perjalanan melewati perkebunan teh sungguh indah
alamnya, jalanan berliku menembus pebukitan dipagari
pohon2 mahoni dan cemara yg menjulang tinggi, mulai
dari tepian jalan terhampar kebun teh seluas mata
memandang , menutupi pebukitan yg berakhir di kaki
gunung yg menjulang tinggi di ujung nya , sungguh
menakjubkan , alam ciptaan Tuhan ini. 

Di area perkebunan tersebut masih banyak ditemui
bangunan2 peninggalan Belanda dulu yg masih kokoh
berdiri. Kompleks rumah tuan kebun, perkantoran lapang
olahraga, ( lap tenis - kolam renang ) dan pabrik
pengolahan teh tertata dg rapihnya ,berada di
pebukitan yg dikeliling taman dan halaman rumput yg
luas , di pagari pohon2 mahoni yg rindang , udaranya
pun sejuk. Saat daerah lain di Indonesia kekeringan
panas dan berdebu karena kemarau, disini air masih
terus mengalir, tumbuhan tetap segar menghijau dan
udara pun sejuk menghanyutkan .Fasilitas nya cukup
lengkap, dulu seorang insinyur Belanda lulusan TH (ITB
dulu ) sempat membuat pembangkit listrik dari kincir
air di sungai yg mengalir di sana. Bayangkan nyaman
tempat tersebut , fasilitas cukup dan harta melimpah.

Saya mulai bisa mengerti mengapa orang Belanda dulu
,rela pergi jauh datang ke sini, dan enggan untuk
pulang , bagi mereka tempat ini mungkin bagaikan
surga. Dan saya sendiri bisa menyaksikan memang indah
sekali alam nya dan nyaman untuk ditinggali.

Bayangkan dari hasil teh mereka bisa kaya raya, belum
lagi alam yg nyaman , fasilitas hidup yg lengkap,
ditambah lagi dengan cerita gosip jaman baheula,
dimana kalau mau tua kebun Belanda, bisa memilih gadis
kampung pemetik teh, sebagai gundiknya , bayangkan
betapa enaknya hidup, tuan kebun Onderneming Belanda
jaman itu. Harta melimpah, fasilitas cukup, tempat
tinggalnya nyaman, lingkungan tenang tak banyak
inlander / pribumi yg mengganggu, bahkan kalau mau
bisa punya banyak istri  .

Di beberapa dataran tinggi yg dijadikan perkebunan
belanda, dulu akan banyak kita temui penduduk sana yg
wajahnya khas indo, walau berbicara dg bahasa sunda
halus.  Mereka adalah keturunan peranakan orang2
Belanda yg menikah dg wanita setempat.
Orang2 Belanda yg dulu merintis kebun teh tersebut,
banyak juga yg mengambil wanita setempat sebagai
istrinya , karena mungkin susah untuk mendapatkan
wanita Belanda pula yg perlu jarak jauh dan waktu yg
lama unt