Re: [wanita-muslimah] [Pencekalan Buku] Trilogi Lekra Tak Membakar Buku
dulu pernah punya...sekarang entah kemana...padahal sekarang bukunya dicari... Pada 27 Desember 2009 11:00, Dwi Soegardi menulis: > bakar atau breidel (melarang terbit) buku? > > kalo cuma bakar, beli sendiri, bukunya sendiri yang dibakar, > untuk cari perhatian dan publikasi, > ya ga melanggar hukum, cuma kok mubazir dan ngga intelek gitu, > ngga bisa nandingin nulis buku. > > kalo breidel, entah lewat tangan pemerintah, > atau langsung ndatengin dan ngancam penulis, penerbit, penjual, > wah .. ini payah banget mengancam kebebasan berpendapat! > > sekarang orang kiri mau cuci tangan, > mungkin nanti orang kanan juga begitu . > > > > 2009/12/26 Ari Condro > > > yg membakar buku bukan lekra, tapi oknum ya .. hehehhe :) padahal > tradisi > > membakar buku di indonesia kan pertama kali datangnya justru dari orang > > orang kiri sialan ini. ujungnya, orang ugamak ikutan suka bakar buku. > > > > payah kalian semua :) > > > > jadi inget satru antara wartawan infotainment dgn luna maya. wartawan yg > > sok membela kebebasan pers toh ujungnya menyeret luna maya pakai uu ite, > yg > > juga reseh itu. > > > > ckk ckk ckk ... > > > > > > > > 2009/12/27 Mira Wijaya Kusuma > > > > > > > > > > > Tanggapan Pembaca > > > Azmi: Pelarangan buku jelas mengerdilkan peran penulis yang ingin > > > mengabarkan kebenaran. Membuat buku-phobia menjadi...ucup baik: hari > ini > > > bukunya besok orangnya. ayo hentikan segala pelarangan buku. buku > adalah > > > jendela dunia!silahkan click: http://indonesiabuku.com/?p=1583 > > > Trilogi Lekra Tak Membakar Buku > > > > > > Trilogi Lekra Tak Membakar Buku > > > (Esai, Cerpen, puisi Lekra) > > > > > > (1) Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian > Rakjat > > > 1950-1965 > > > Penulis: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri > > > Penerbit: Merakesumba > > > Tebal: 584 hlm > > > Ukuran: 15 x 24 cm (softcover & hardcover) > > > ISBN: 978-979-18475-0-6 > > > Harga: Rp 70.000 (softcover) & Rp 150.000 (hardcover-LIMITED EDITION) > > > Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra adalah nisan kebudayaan yang > > > disenyapkan eksistensinya selama puluhan tahun lamanya. Aktivitas > > > mereka yang bergemuruh dalam periode 1950-1965 seakan hilang tanpa > > > jejak. Yang ada hanyalah deret ukur dosa politik kebudayaan mereka > > > dalam menegakkan prinsip-prinsip yang mereka yakini sebagai kebenaran. > > > Buku ini merupakan buku putih yang menjelaskan apa adanya > > > kerja-kerja kreatif yang dihasilkan oleh para pekerja kebudayaan Lekra > > > dengan seluruh aliansi ideologisnya, termasuk dengan Partai Komunis > > > Indonesia (PKI). Buku ini mencakup liputan menyeluruh yang diriset dari > > > sekira 15 ribu artikel (ketoprak, wayang, ludruk, reog), seni tari, > > > seni rupa, musik, film, sastra, buku, dan sikap-sikap kebudayaan secara > > > umum. > > > Sekaligus buku ini menjadi referensi bahwa Lekra tak hanya mengurus > > > pelemik tak berkesudahan dengan pengusung Manifes Kebudayaan dan > > > melupakan aspek kerja yang lebih luas yang dilakukan para eksponen > > > budaya di Lekra. > > > Bahwa Lekra tak hanya diisi orang-orang yang haus kuasa, > > > algojo-algojo haus darah, tukang keroyok, pembikin onar panggung > > > kebudayaan, tapi cendekiawan-cendekiawan organik Lekra mampu memberi > > > warna dan sumbangsih yang luar biasa bagi kelanjutan kebudayaan > > > Indonesia yang selama puluhan tahun direndam kekuasaan pasca Soekarno. > > > - > > > (2) Laporan dari Bawah: Sehimpun Cerita Pendek Lekra Harian Rakjat > > > 1950-1965 > > > Penyusun: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri > > > Penerbit: Merakesumba > > > Tebal: 558 hlm. > > > Ukuran: 15 x 24 cm (hardcover-LIMITED EDITION) > > > ISBN: 978-979-18475-2-0 > > > Harga: Rp 200.000 > > > Biasanya, cerita pendek (cerpen) mendapatkan jatah pemuatan setiap > > > akhir pekan atau sekali dalam sepekan di suratkabar nasional. Namun di > > > Harian Rakjat, sekira tahun 1961, nyaris saban hari Harian rakjat > > > memuat cerpen. Akan absen beberapa hari jika ada hal-hal penting atau > > > pidato-pidato yang memerlukan tempat pemuatan yang luas. > > > Memberi tempat yang sederajat antara berita reguler dan cerpen > > > adalah hal yang sangat tak lazim untuk sebuah koran politik nasional > > > dan bukan koran kebudayaan an sich. > > > Buku ini merekam geliat cerita pendek yang ditulis oleh eksponen > > > budaya Lekra (sastra) untuk memberitahu bagaimana gaya realisme > > > sosialis ditemukan, diadaptasi, dan dipraktikkan di lapangan > > > kesusastraan indonesia. > > > > > > (3) Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra Harian Rakjat (1950-1965) > > > Penyusun: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri > > > Penerbit: Merakesumba > > > Tebal: 966 hlm. > > > Ukuran : 15 x 24 cm (hard cover-LIMITED EDITION) > > > ISBN: 978-979-18475-1-3 > > > Harga: Rp 300.000 > > > Dalam tradisi kesusastraan Lekra, puisi menempati tempat yang > > > istimewa. Bahkan lebih istimewa ketimbang novel. Puisi lekra pe
Re: [wanita-muslimah] [Pencekalan Buku] Trilogi Lekra Tak Membakar Buku
bakar atau breidel (melarang terbit) buku? kalo cuma bakar, beli sendiri, bukunya sendiri yang dibakar, untuk cari perhatian dan publikasi, ya ga melanggar hukum, cuma kok mubazir dan ngga intelek gitu, ngga bisa nandingin nulis buku. kalo breidel, entah lewat tangan pemerintah, atau langsung ndatengin dan ngancam penulis, penerbit, penjual, wah .. ini payah banget mengancam kebebasan berpendapat! sekarang orang kiri mau cuci tangan, mungkin nanti orang kanan juga begitu . 2009/12/26 Ari Condro > yg membakar buku bukan lekra, tapi oknum ya .. hehehhe :) padahal tradisi > membakar buku di indonesia kan pertama kali datangnya justru dari orang > orang kiri sialan ini. ujungnya, orang ugamak ikutan suka bakar buku. > > payah kalian semua :) > > jadi inget satru antara wartawan infotainment dgn luna maya. wartawan yg > sok membela kebebasan pers toh ujungnya menyeret luna maya pakai uu ite, yg > juga reseh itu. > > ckk ckk ckk ... > > > > 2009/12/27 Mira Wijaya Kusuma > > > > > > > Tanggapan Pembaca > > Azmi: Pelarangan buku jelas mengerdilkan peran penulis yang ingin > > mengabarkan kebenaran. Membuat buku-phobia menjadi...ucup baik: hari ini > > bukunya besok orangnya. ayo hentikan segala pelarangan buku. buku adalah > > jendela dunia!silahkan click: http://indonesiabuku.com/?p=1583 > > Trilogi Lekra Tak Membakar Buku > > > > Trilogi Lekra Tak Membakar Buku > > (Esai, Cerpen, puisi Lekra) > > > > (1) Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat > > 1950-1965 > > Penulis: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri > > Penerbit: Merakesumba > > Tebal: 584 hlm > > Ukuran: 15 x 24 cm (softcover & hardcover) > > ISBN: 978-979-18475-0-6 > > Harga: Rp 70.000 (softcover) & Rp 150.000 (hardcover-LIMITED EDITION) > > Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra adalah nisan kebudayaan yang > > disenyapkan eksistensinya selama puluhan tahun lamanya. Aktivitas > > mereka yang bergemuruh dalam periode 1950-1965 seakan hilang tanpa > > jejak. Yang ada hanyalah deret ukur dosa politik kebudayaan mereka > > dalam menegakkan prinsip-prinsip yang mereka yakini sebagai kebenaran. > > Buku ini merupakan buku putih yang menjelaskan apa adanya > > kerja-kerja kreatif yang dihasilkan oleh para pekerja kebudayaan Lekra > > dengan seluruh aliansi ideologisnya, termasuk dengan Partai Komunis > > Indonesia (PKI). Buku ini mencakup liputan menyeluruh yang diriset dari > > sekira 15 ribu artikel (ketoprak, wayang, ludruk, reog), seni tari, > > seni rupa, musik, film, sastra, buku, dan sikap-sikap kebudayaan secara > > umum. > > Sekaligus buku ini menjadi referensi bahwa Lekra tak hanya mengurus > > pelemik tak berkesudahan dengan pengusung Manifes Kebudayaan dan > > melupakan aspek kerja yang lebih luas yang dilakukan para eksponen > > budaya di Lekra. > > Bahwa Lekra tak hanya diisi orang-orang yang haus kuasa, > > algojo-algojo haus darah, tukang keroyok, pembikin onar panggung > > kebudayaan, tapi cendekiawan-cendekiawan organik Lekra mampu memberi > > warna dan sumbangsih yang luar biasa bagi kelanjutan kebudayaan > > Indonesia yang selama puluhan tahun direndam kekuasaan pasca Soekarno. > > - > > (2) Laporan dari Bawah: Sehimpun Cerita Pendek Lekra Harian Rakjat > > 1950-1965 > > Penyusun: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri > > Penerbit: Merakesumba > > Tebal: 558 hlm. > > Ukuran: 15 x 24 cm (hardcover-LIMITED EDITION) > > ISBN: 978-979-18475-2-0 > > Harga: Rp 200.000 > > Biasanya, cerita pendek (cerpen) mendapatkan jatah pemuatan setiap > > akhir pekan atau sekali dalam sepekan di suratkabar nasional. Namun di > > Harian Rakjat, sekira tahun 1961, nyaris saban hari Harian rakjat > > memuat cerpen. Akan absen beberapa hari jika ada hal-hal penting atau > > pidato-pidato yang memerlukan tempat pemuatan yang luas. > > Memberi tempat yang sederajat antara berita reguler dan cerpen > > adalah hal yang sangat tak lazim untuk sebuah koran politik nasional > > dan bukan koran kebudayaan an sich. > > Buku ini merekam geliat cerita pendek yang ditulis oleh eksponen > > budaya Lekra (sastra) untuk memberitahu bagaimana gaya realisme > > sosialis ditemukan, diadaptasi, dan dipraktikkan di lapangan > > kesusastraan indonesia. > > > > (3) Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra Harian Rakjat (1950-1965) > > Penyusun: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri > > Penerbit: Merakesumba > > Tebal: 966 hlm. > > Ukuran : 15 x 24 cm (hard cover-LIMITED EDITION) > > ISBN: 978-979-18475-1-3 > > Harga: Rp 300.000 > > Dalam tradisi kesusastraan Lekra, puisi menempati tempat yang > > istimewa. Bahkan lebih istimewa ketimbang novel. Puisi lekra pernah > > menjadi produk kebudayaan satu-satunya yang dipersembahkan oleh > > delegasi sastrawan Indonesia untuk Konferensi Sastrawan Asia-Afrika II > > di Kairo. Dan nyaris seluruh pucuk pimpinan Lekra dan PKI membuat puisi > > dengan kadar kualitas yang berbeda-beda tentunya. > > Himpunan puisi ini merupakan ikhtiar mengumpulkan sekira 450 puisi
Re: [wanita-muslimah] [Pencekalan Buku] Trilogi Lekra Tak Membakar Buku
yg membakar buku bukan lekra, tapi oknum ya .. hehehhe :) padahal tradisi membakar buku di indonesia kan pertama kali datangnya justru dari orang orang kiri sialan ini. ujungnya, orang ugamak ikutan suka bakar buku. payah kalian semua :) jadi inget satru antara wartawan infotainment dgn luna maya. wartawan yg sok membela kebebasan pers toh ujungnya menyeret luna maya pakai uu ite, yg juga reseh itu. ckk ckk ckk ... 2009/12/27 Mira Wijaya Kusuma > > > Tanggapan Pembaca > Azmi: Pelarangan buku jelas mengerdilkan peran penulis yang ingin > mengabarkan kebenaran. Membuat buku-phobia menjadi...ucup baik: hari ini > bukunya besok orangnya. ayo hentikan segala pelarangan buku. buku adalah > jendela dunia!silahkan click: http://indonesiabuku.com/?p=1583 > Trilogi Lekra Tak Membakar Buku > > Trilogi Lekra Tak Membakar Buku > (Esai, Cerpen, puisi Lekra) > > (1) Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat > 1950-1965 > Penulis: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri > Penerbit: Merakesumba > Tebal: 584 hlm > Ukuran: 15 x 24 cm (softcover & hardcover) > ISBN: 978-979-18475-0-6 > Harga: Rp 70.000 (softcover) & Rp 150.000 (hardcover-LIMITED EDITION) > Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra adalah nisan kebudayaan yang > disenyapkan eksistensinya selama puluhan tahun lamanya. Aktivitas > mereka yang bergemuruh dalam periode 1950-1965 seakan hilang tanpa > jejak. Yang ada hanyalah deret ukur dosa politik kebudayaan mereka > dalam menegakkan prinsip-prinsip yang mereka yakini sebagai kebenaran. > Buku ini merupakan buku putih yang menjelaskan apa adanya > kerja-kerja kreatif yang dihasilkan oleh para pekerja kebudayaan Lekra > dengan seluruh aliansi ideologisnya, termasuk dengan Partai Komunis > Indonesia (PKI). Buku ini mencakup liputan menyeluruh yang diriset dari > sekira 15 ribu artikel (ketoprak, wayang, ludruk, reog), seni tari, > seni rupa, musik, film, sastra, buku, dan sikap-sikap kebudayaan secara > umum. > Sekaligus buku ini menjadi referensi bahwa Lekra tak hanya mengurus > pelemik tak berkesudahan dengan pengusung Manifes Kebudayaan dan > melupakan aspek kerja yang lebih luas yang dilakukan para eksponen > budaya di Lekra. > Bahwa Lekra tak hanya diisi orang-orang yang haus kuasa, > algojo-algojo haus darah, tukang keroyok, pembikin onar panggung > kebudayaan, tapi cendekiawan-cendekiawan organik Lekra mampu memberi > warna dan sumbangsih yang luar biasa bagi kelanjutan kebudayaan > Indonesia yang selama puluhan tahun direndam kekuasaan pasca Soekarno. > - > (2) Laporan dari Bawah: Sehimpun Cerita Pendek Lekra Harian Rakjat > 1950-1965 > Penyusun: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri > Penerbit: Merakesumba > Tebal: 558 hlm. > Ukuran: 15 x 24 cm (hardcover-LIMITED EDITION) > ISBN: 978-979-18475-2-0 > Harga: Rp 200.000 > Biasanya, cerita pendek (cerpen) mendapatkan jatah pemuatan setiap > akhir pekan atau sekali dalam sepekan di suratkabar nasional. Namun di > Harian Rakjat, sekira tahun 1961, nyaris saban hari Harian rakjat > memuat cerpen. Akan absen beberapa hari jika ada hal-hal penting atau > pidato-pidato yang memerlukan tempat pemuatan yang luas. > Memberi tempat yang sederajat antara berita reguler dan cerpen > adalah hal yang sangat tak lazim untuk sebuah koran politik nasional > dan bukan koran kebudayaan an sich. > Buku ini merekam geliat cerita pendek yang ditulis oleh eksponen > budaya Lekra (sastra) untuk memberitahu bagaimana gaya realisme > sosialis ditemukan, diadaptasi, dan dipraktikkan di lapangan > kesusastraan indonesia. > > (3) Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra Harian Rakjat (1950-1965) > Penyusun: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri > Penerbit: Merakesumba > Tebal: 966 hlm. > Ukuran : 15 x 24 cm (hard cover-LIMITED EDITION) > ISBN: 978-979-18475-1-3 > Harga: Rp 300.000 > Dalam tradisi kesusastraan Lekra, puisi menempati tempat yang > istimewa. Bahkan lebih istimewa ketimbang novel. Puisi lekra pernah > menjadi produk kebudayaan satu-satunya yang dipersembahkan oleh > delegasi sastrawan Indonesia untuk Konferensi Sastrawan Asia-Afrika II > di Kairo. Dan nyaris seluruh pucuk pimpinan Lekra dan PKI membuat puisi > dengan kadar kualitas yang berbeda-beda tentunya. > Himpunan puisi ini merupakan ikhtiar mengumpulkan sekira 450 puisi > dari 111 penyair yang nama dan puisinya terekam di lembar kebudayaan > Harian Rakjat sepanjang 15 tahun (1950-1965). > Disajikannya puisi ini untuk memperkaya khazanah kesusastraan, > khususnya puisi Indonesia. Tampilan ini juga bisa dianggap sebagai > pembangun kembali benang merah yang putus atas tradisi penciptaan puisi > Indonesia yang berbasis realisme sosialis. Bahwa penyair Lekra juga > memiliki suara kreatif yang patut didengar oleh telinga-telinga masa > depan. > > BUKU INI DICETAK TERBATAS. TERTARIK? BEGINI CARA PEMESANANNYA: > 1. Bagi yang tinggal di Jogjakarta bisa datang sendiri ke kios buku Gelaran > Ibuku yang beralamat sama dengan Indonesia Buku. > > 2. Bagi yang mem
[wanita-muslimah] [Pencekalan Buku] Trilogi Lekra Tak Membakar Buku
Tanggapan Pembaca Azmi: Pelarangan buku jelas mengerdilkan peran penulis yang ingin mengabarkan kebenaran. Membuat buku-phobia menjadi...ucup baik: hari ini bukunya besok orangnya. ayo hentikan segala pelarangan buku. buku adalah jendela dunia!silahkan click: http://indonesiabuku.com/?p=1583 Trilogi Lekra Tak Membakar Buku Trilogi Lekra Tak Membakar Buku (Esai, Cerpen, puisi Lekra) (1) Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965 Penulis: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri Penerbit: Merakesumba Tebal: 584 hlm Ukuran: 15 x 24 cm (softcover & hardcover) ISBN: 978-979-18475-0-6 Harga: Rp 70.000 (softcover) & Rp 150.000 (hardcover-LIMITED EDITION) Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra adalah nisan kebudayaan yang disenyapkan eksistensinya selama puluhan tahun lamanya. Aktivitas mereka yang bergemuruh dalam periode 1950-1965 seakan hilang tanpa jejak. Yang ada hanyalah deret ukur dosa politik kebudayaan mereka dalam menegakkan prinsip-prinsip yang mereka yakini sebagai kebenaran. Buku ini merupakan ”buku putih” yang menjelaskan ”apa adanya” kerja-kerja kreatif yang dihasilkan oleh para pekerja kebudayaan Lekra dengan seluruh aliansi ideologisnya, termasuk dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Buku ini mencakup liputan menyeluruh yang diriset dari sekira 15 ribu artikel (ketoprak, wayang, ludruk, reog), seni tari, seni rupa, musik, film, sastra, buku, dan sikap-sikap kebudayaan secara umum. Sekaligus buku ini menjadi referensi bahwa Lekra tak hanya mengurus pelemik tak berkesudahan dengan pengusung Manifes Kebudayaan dan melupakan aspek kerja yang lebih luas yang dilakukan para eksponen budaya di Lekra. Bahwa Lekra tak hanya diisi orang-orang yang haus kuasa, algojo-algojo haus darah, tukang keroyok, pembikin onar panggung kebudayaan, tapi cendekiawan-cendekiawan organik Lekra mampu memberi warna dan sumbangsih yang luar biasa bagi kelanjutan kebudayaan Indonesia yang selama puluhan tahun direndam kekuasaan pasca Soekarno. ———- (2) Laporan dari Bawah: Sehimpun Cerita Pendek Lekra Harian Rakjat 1950-1965 Penyusun: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri Penerbit: Merakesumba Tebal: 558 hlm. Ukuran: 15 x 24 cm (hardcover-LIMITED EDITION) ISBN: 978-979-18475-2-0 Harga: Rp 200.000 Biasanya, cerita pendek (cerpen) mendapatkan jatah pemuatan setiap akhir pekan atau sekali dalam sepekan di suratkabar nasional. Namun di Harian Rakjat, sekira tahun 1961, nyaris saban hari Harian rakjat memuat cerpen. Akan absen beberapa hari jika ada hal-hal penting atau pidato-pidato yang memerlukan tempat pemuatan yang luas. Memberi tempat yang sederajat antara berita reguler dan cerpen adalah hal yang sangat tak lazim untuk sebuah koran politik nasional dan bukan koran kebudayaan an sich. Buku ini merekam geliat cerita pendek yang ditulis oleh eksponen budaya Lekra (sastra) untuk memberitahu bagaimana gaya realisme sosialis ”ditemukan”, ”diadaptasi”, dan ”dipraktikkan” di lapangan kesusastraan indonesia. — (3) Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra Harian Rakjat (1950-1965) Penyusun: Muhidin M Dahlan | Rhoma Dwi Aria Yuliantri Penerbit: Merakesumba Tebal: 966 hlm. Ukuran : 15 x 24 cm (hard cover-LIMITED EDITION) ISBN: 978-979-18475-1-3 Harga: Rp 300.000 Dalam tradisi kesusastraan Lekra, puisi menempati tempat yang istimewa. Bahkan lebih istimewa ketimbang novel. Puisi lekra pernah menjadi produk kebudayaan satu-satunya yang dipersembahkan oleh delegasi sastrawan Indonesia untuk Konferensi Sastrawan Asia-Afrika II di Kairo. Dan nyaris seluruh pucuk pimpinan Lekra dan PKI membuat puisi dengan kadar kualitas yang berbeda-beda tentunya. Himpunan puisi ini merupakan ikhtiar mengumpulkan sekira 450 puisi dari 111 penyair yang nama dan puisinya terekam di lembar kebudayaan Harian Rakjat sepanjang 15 tahun (1950-1965). Disajikannya puisi ini untuk memperkaya khazanah kesusastraan, khususnya puisi Indonesia. Tampilan ini juga bisa dianggap sebagai pembangun kembali benang merah yang putus atas tradisi penciptaan puisi Indonesia yang berbasis realisme sosialis. Bahwa penyair Lekra juga memiliki suara kreatif yang patut didengar oleh telinga-telinga masa depan. — BUKU INI DICETAK TERBATAS. TERTARIK? BEGINI CARA PEMESANANNYA: 1. Bagi yang tinggal di Jogjakarta bisa datang sendiri ke kios buku Gelaran Ibuku yang beralamat sama dengan Indonesia Buku. 2. Bagi yang memesan via ponsel 0888-6854-721 (MBAK NURUL HIDAYAH) dan/atau surel (iboe...@gmail.com), mohon menyebutkan judul dan jumlah eksemplar yang diinginkan. Buku langsung dikirim ke alamat pemesan jika pembayaran sudah ditransfer ke rekening Indonesia Buku. 3. Rekening I:BOEKOE: BCA 4450813791 atau BNI 0116544928 atas nama Nurul Hidayah. Berita Terkait: Lekra Tak Membakar BukuLima Buku Dilarang Beredar KejagungBahaya Laten “Prahara Budaya”Diperiksa Kejaksaan, Lekra Tak Membakar Buku!Seratus Buku Sastra Indonesia yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan: Satu Catatan Singkat Sumber: http://indonesiabuku.com/?p=2500