RE: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani

2006-01-31 Terurut Topik achmad.chodjim
Mbak Mei, maaf baru muncul lagi.

Sebenarnya, perberasan itu bukan masalah harga lebih murah semata. Beras adalah 
makanan pokok bagi penduduk negara Indonesia. Sekarang ini praktis semua rakyat 
Indonesia makan beras, meski dulunya adanya makanan pokoknya sagu (kep. Malku 
dan Irian), jagung (Madura), singkong (daerah tandus).

Sebagai makanan pokok, beras juga akhirnya menjadi komoditas politik. 
Penghasilnya adalah 55% dari penduduk Indonesia, dan kebutulan nasibnya 
terzalimi oleh kita. Jadi, petani di Indonesia itu umumnya miskin. Tidak enak! 
Oleh karena itu, tamatan sekolah pertanian atau sarjana pertanian dapat 
dikatakan tidak mau hidup bertani.

Kalau kita mengimpor hanya alasannya harga beras lebih murah, maka "celaka 
duabelas" bangsa ini. Selamanya bangsa ini akan menjadi miskin dan dikolonisasi 
oleh kekuatan asing. Beras di Jepang sekarang berkisar Y 200 - 300/kg 
(Rp.16.000 - 24.000/kg). Tapi toh, bangsa Jepang tidak mau berpikiran simpel 
saja.. :) Bulog mereka membeli beras dan tetap dijual mahal untuk ukuran kita, 
yaitu kira-kira Rp. 15.000.-/kg

Mengapa tak perlu impor makanan pokok? Untuk menyelamatkan bangsa. Ingatkah 
Unisoviet yang gagal memproduksi gandum dan kentang? Akhirnya, USSR tergantung 
pada AS, dan berakhirlah riwayatnya...

Salam,
chodjim
  

-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of L.Meilany
Sent: Thursday, January 26, 2006 8:04 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani


Pak Chodjim,
Saya sih lihatnya secara simpel saja.
Kenapa ada yg menolak impor beras?
Jadi impor beras itu kayak buah simalakama.
Susah juga jadi pemerintah
Tapi kan kita musti realistis kalo ternyata beras impor itu lebih murah?

Berapa banyak jumlah [ kira2 saja] orang miskin [ bukan petani] di indonesia ?
Waktu itu baca di koran , orang miskin di indonesia jumlahnya lebih dari 60%.
Yg setiap 2 minggu sekali bisa beli [ dapat jatah, kupon] beras 20 kg/keluarga
seharga rp. 1000,-/kg.
Katanya berasnya ada yg sudah berbubuk, tapi ternyata enggak juga tuh. 
Karena ada dari mereka yg nakal, beras itu di jual lagi ke warteg Rp. 2000,-/kg.

Sekarang darimanakah beras u orang miskin [raskin] didapat?
Kan pasti dari impor?
Kalo beras lokal kan berapa banyak subsidi yg pemerintah keluarkan untuk 
bisa menjadikan sekilonya 1000 rp.
Karena beras lokal itu penuh subsidi, dari pupuknya yg sudah disubsidi saja 
harga masih mahal.
Taruhlah kalo gabahnya 1800rp, dengan tidak melalui tangan2 kotor harga beras 
2200rp,
Berarti subsidi pemerintah 1200rp perkg untuk bisa menjadikan raskin 1000rp 

Atau gara2 ini tarif PLN mau naik, untuk subdisi raskin 
cmiiw.
:-)

salam
l.meilany



 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani

2006-01-26 Terurut Topik L.Meilany
Pak Chodjim,
Saya sih lihatnya secara simpel saja.
Kenapa ada yg menolak impor beras?
Jadi impor beras itu kayak buah simalakama.
Susah juga jadi pemerintah
Tapi kan kita musti realistis kalo ternyata beras impor itu lebih murah?

Berapa banyak jumlah [ kira2 saja] orang miskin [ bukan petani] di indonesia ?
Waktu itu baca di koran , orang miskin di indonesia jumlahnya lebih dari 60%.
Yg setiap 2 minggu sekali bisa beli [ dapat jatah, kupon] beras 20 kg/keluarga
seharga rp. 1000,-/kg.
Katanya berasnya ada yg sudah berbubuk, tapi ternyata enggak juga tuh. 
Karena ada dari mereka yg nakal, beras itu di jual lagi ke warteg Rp. 2000,-/kg.

Sekarang darimanakah beras u orang miskin [raskin] didapat?
Kan pasti dari impor?
Kalo beras lokal kan berapa banyak subsidi yg pemerintah keluarkan untuk 
bisa menjadikan sekilonya 1000 rp.
Karena beras lokal itu penuh subsidi, dari pupuknya yg sudah disubsidi saja 
harga masih mahal.
Taruhlah kalo gabahnya 1800rp, dengan tidak melalui tangan2 kotor harga beras 
2200rp,
Berarti subsidi pemerintah 1200rp perkg untuk bisa menjadikan raskin 1000rp 

Atau gara2 ini tarif PLN mau naik, untuk subdisi raskin 
cmiiw.
:-)

salam
l.meilany

  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, January 23, 2006 2:04 PM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani


  Mbak Mei, dulu sebelum Indonesia merdeka..., banyak hasil pertanian yang 
nomor satu di dunia. Waktu itu Jawa saja merupakan penghasil nomor satu di 
dunia: kopi, gula, teh, kina, kelapa sawit.

  Sayang, setelah Indonesia merdeka, dunia perkebunan tidak dibudidayakan 
secara serius. dan hanya dieksploitasi hasilnya. Maka, pelan-pelan kita 
tergeser. Gula oleh Kuba, kopi oleh Brazil, kelapa sawit oleh Malaysia, begitu 
juga kina dan teh sudah digeser oleh negara lain. Kayaknya seperti perolehan 
medali kita di Asean Games yang semakin tahun semakin mundur... :((

  Harga beras lebih mahal daripada impor, karena banyak tangan-tangan kotor 
yang ingin menangguk keuntungan di dunia pertanian demi kesejahteraan 
segelintir orang... :((

  Salam,
  chodjim



  -Original Message-
  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of L.Meilany
  Sent: Saturday, January 21, 2006 10:29 PM
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani


  Suka bingung.

  Kenyataannya beras impor suka lebih murah dari beras lokal.
  Katanya harus mencintai produk dalam negeri, tapi kan musti realistis.
  Kalo ternyata produk dalam negeri lebih mahal, gimana dong? 
  [ saya beli beras eks thailand yg sekilonya 3500rp, dipasar. Waktu ke pasar 
swalayan,
  saya lihat, beras lokal cianjur, rajalele sekilonya antara 4.500 - 6500rp. ]

  Kemarin baca di koran, petugas dari deptan mau marah2 sama petani.
  Gara2 banyak petani yg mau nimbun beras, akan dijual nanti pada saat yg tepat.
  Petani itu nggak tau apa, pemerintah justru mau impor beras?

  Kemarin liat di tv, ada petani yg di wawancara, mengapa beras mahal?
  Petani itu bilang, harga dasar gabah sih cuma 1800rp. Tapi begitu jadi beras
  knapa bisa 4500rp. Katanya pula: Pemerintah mau mensejahterakan petani.
  Petani yg mana?  petani [gabah] atawa petani [beras] ???
  Knapa petani vietnam, thailand bisa kaya dengan jual beras yg harganya murah?

  Kalo jadi pemerintah bingung juga : import beras supaya bisa memenuhi 
permintaan beras murah, 
  tapi juga mematikan produk petani.
  Tempe bisa murah karena kacang kedelainya diimpor dari amrik. Kalo pake 
kacang kedelai dalam negeri
  hasilnya gak bagus, mahal pula...

  Suka bingung:
  Padahal duluu, tempe tentunya dibuat dari kacang kedelai yg tumbuh di di 
indonesia.
  Duluu kan juga nenek moyang kita makan beras hasil sawahnya sendiri.
  Waktu zaman ortu saya, Indonesia pengekspor gula no 1, sekarang importir 
terbesar
  Dulu masa Suharto kita pernah swasembada beras, masa sih tiba2 jadi importir?

  salam bingung
  l.meilany

  From: oman abdurahman 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, January 18, 2006 8:31 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani


Wah, pak SBY harus siap-siap nih menghadapi gelombang gerakan petani. Tak
perlu 100% dari 60 juta, 10%-nya saja demo bersama-sama, tampaknya akan
cukup membuat beliau kerepotan. Ngeri juga membayangkannya, mudah-mudahan
tidak terjadi gerakannya, namun perubahan kebijakan ke arah yang lebih
memperhatikan nasib petani sih sebaiknya terjadi.

Atauakan terjadi? karena memang itu yang menjadi sasaran.? hehehe,
tak berani ah berspekulasi. Tak punya data, hanya fakta saja: pemerintah
nekat meloloskan impor beras, sebuah kebijakan yang menampar muka jutaan
petani Indonesia. Lagi pula kalau berspekulasi seperti itu, saya seakan
termakan issu ini: Masa sih cita-cita sebuah golongan besar yang sudah
pengalaman

RE: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani

2006-01-22 Terurut Topik achmad.chodjim
Mbak Mei, dulu sebelum Indonesia merdeka..., banyak hasil pertanian yang nomor 
satu di dunia. Waktu itu Jawa saja merupakan penghasil nomor satu di dunia: 
kopi, gula, teh, kina, kelapa sawit.

Sayang, setelah Indonesia merdeka, dunia perkebunan tidak dibudidayakan secara 
serius. dan hanya dieksploitasi hasilnya. Maka, pelan-pelan kita tergeser. Gula 
oleh Kuba, kopi oleh Brazil, kelapa sawit oleh Malaysia, begitu juga kina dan 
teh sudah digeser oleh negara lain. Kayaknya seperti perolehan medali kita di 
Asean Games yang semakin tahun semakin mundur... :((

Harga beras lebih mahal daripada impor, karena banyak tangan-tangan kotor yang 
ingin menangguk keuntungan di dunia pertanian demi kesejahteraan segelintir 
orang... :((

Salam,
chodjim



-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of L.Meilany
Sent: Saturday, January 21, 2006 10:29 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani


Suka bingung.

Kenyataannya beras impor suka lebih murah dari beras lokal.
Katanya harus mencintai produk dalam negeri, tapi kan musti realistis.
Kalo ternyata produk dalam negeri lebih mahal, gimana dong? 
[ saya beli beras eks thailand yg sekilonya 3500rp, dipasar. Waktu ke pasar 
swalayan,
saya lihat, beras lokal cianjur, rajalele sekilonya antara 4.500 - 6500rp. ]

Kemarin baca di koran, petugas dari deptan mau marah2 sama petani.
Gara2 banyak petani yg mau nimbun beras, akan dijual nanti pada saat yg tepat.
Petani itu nggak tau apa, pemerintah justru mau impor beras?

Kemarin liat di tv, ada petani yg di wawancara, mengapa beras mahal?
Petani itu bilang, harga dasar gabah sih cuma 1800rp. Tapi begitu jadi beras
knapa bisa 4500rp. Katanya pula: Pemerintah mau mensejahterakan petani.
Petani yg mana?  petani [gabah] atawa petani [beras] ???
Knapa petani vietnam, thailand bisa kaya dengan jual beras yg harganya murah?

Kalo jadi pemerintah bingung juga : import beras supaya bisa memenuhi 
permintaan beras murah, 
tapi juga mematikan produk petani.
Tempe bisa murah karena kacang kedelainya diimpor dari amrik. Kalo pake kacang 
kedelai dalam negeri
hasilnya gak bagus, mahal pula...

Suka bingung:
Padahal duluu, tempe tentunya dibuat dari kacang kedelai yg tumbuh di di 
indonesia.
Duluu kan juga nenek moyang kita makan beras hasil sawahnya sendiri.
Waktu zaman ortu saya, Indonesia pengekspor gula no 1, sekarang importir 
terbesar
Dulu masa Suharto kita pernah swasembada beras, masa sih tiba2 jadi importir?

salam bingung
l.meilany

From: oman abdurahman 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, January 18, 2006 8:31 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani


  Wah, pak SBY harus siap-siap nih menghadapi gelombang gerakan petani. Tak
  perlu 100% dari 60 juta, 10%-nya saja demo bersama-sama, tampaknya akan
  cukup membuat beliau kerepotan. Ngeri juga membayangkannya, mudah-mudahan
  tidak terjadi gerakannya, namun perubahan kebijakan ke arah yang lebih
  memperhatikan nasib petani sih sebaiknya terjadi.

  Atauakan terjadi? karena memang itu yang menjadi sasaran.? hehehe,
  tak berani ah berspekulasi. Tak punya data, hanya fakta saja: pemerintah
  nekat meloloskan impor beras, sebuah kebijakan yang menampar muka jutaan
  petani Indonesia. Lagi pula kalau berspekulasi seperti itu, saya seakan
  termakan issu ini: Masa sih cita-cita sebuah golongan besar yang sudah
  pengalaman, didukung dana almost tak terbatas, dan punya kaderisasi bagus,
  hanya sebatas "wakil"?

  salam,
  manAR


  On 1/18/06, Ambon <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/17/opi3.htm
  >
  > Beras dan Kebijakan Antipetani
  > Oleh Ari Kristianawati
  >
  > PEMERINTAH SBY-JK tidak mau mendengar kritik keras dari berbagai kalangan,
  > dengan nekat melakukan impor beras sebanyak 110 ribu ton dari Vietnam.
  > Beberapa pengamat kritis, semisal dari Econit dan lndept mendakwa impor
  > beras yang dilakukan pemerintah, melalui SK Menperindag Mari Elka Pangestu
  > bermotif bisnis dan rent seeking activities. Satu ton beras impor konon
  > menghasilkan fee sebesar 20-30 dolar AS.
  > ...
  > Pemerintahan SBY-JK nekat melakukan impor beras. Melihat realitas demikian
  > maka sudah saatnya kaum petani di Indonesia yang jumlahnya 60 juta orang
  > bangkit, membangun gerakan petani yang berperspektif ideologi kerakyatan.
  > Petani harus bersatu menolak liberalisasi pertanian sampai kapan pun jua.
  > Seperti halnya komunitas petani di Korea Selatan, Prancis, Meksiko, dsb.
  > (11)
  >
  > -Ari Kristianawati, pegiat Perhimpunan Citra Kasih, Jawa Tengah
  >
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  >
  >
  >
  > Milis Wanita Muslimah
  > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, ma

Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani

2006-01-22 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto

- Original Message - 
From: "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Saturday, January 21, 2006 4:28 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani


> Suka bingung.
>
> Kenyataannya beras impor suka lebih murah dari beras lokal.
> Katanya harus mencintai produk dalam negeri, tapi kan musti realistis.
> Kalo ternyata produk dalam negeri lebih mahal, gimana dong?
> [ saya beli beras eks thailand yg sekilonya 3500rp, dipasar. Waktu ke
pasar swalayan,
> saya lihat, beras lokal cianjur, rajalele sekilonya antara 4.500 -
6500rp. ]
>
> Kemarin baca di koran, petugas dari deptan mau marah2 sama petani.
> Gara2 banyak petani yg mau nimbun beras, akan dijual nanti pada saat yg
tepat.
> Petani itu nggak tau apa, pemerintah justru mau impor beras?
>
> Kemarin liat di tv, ada petani yg di wawancara, mengapa beras mahal?
> Petani itu bilang, harga dasar gabah sih cuma 1800rp. Tapi begitu jadi
beras
> knapa bisa 4500rp. Katanya pula: Pemerintah mau mensejahterakan petani.
> Petani yg mana?  petani [gabah] atawa petani [beras] ???
> Knapa petani vietnam, thailand bisa kaya dengan jual beras yg harganya
murah?
>
> Kalo jadi pemerintah bingung juga : import beras supaya bisa memenuhi
permintaan beras murah,
> tapi juga mematikan produk petani.
> Tempe bisa murah karena kacang kedelainya diimpor dari amrik. Kalo pake
kacang kedelai dalam negeri
> hasilnya gak bagus, mahal pula...
>
> Suka bingung:
> Padahal duluu, tempe tentunya dibuat dari kacang kedelai yg tumbuh di
di indonesia.
> Duluu kan juga nenek moyang kita makan beras hasil sawahnya
sendiri.
> Waktu zaman ortu saya, Indonesia pengekspor gula no 1, sekarang importir
terbesar
> Dulu masa Suharto kita pernah swasembada beras, masa sih tiba2 jadi
importir?
>

Kebanyakan orang kaya di Indonesia berangkatnya dari sukses jadi bagian dari
rantai distribusi.
Rantai distribusi apa saja. Gitu juga urusan beras.
Secara tradisional, urusan rantai distribusi beras memang sangat
menguntungkan.
Kita bisa lihat bagaimana pada saudagar beras di daerah-daerah sentra beras.

Yang jeblok tetap petani (yang hanya dapat uang hasil jual gabah) dan
konsumen (dapat harga beras mahal).
Mungkin perlu regulasi tata niaga beras yang mengurangi rantai distribusi
sehingga harga gabah dan harga beras di pasar tidak terlalu jauh bedanya.
Tapi apa pedagang beras yang sudah dibuat enak dengan model tata niaga
sekarang mau saja dikurangi perannya.

Salam




 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani

2006-01-21 Terurut Topik L.Meilany
Suka bingung.

Kenyataannya beras impor suka lebih murah dari beras lokal.
Katanya harus mencintai produk dalam negeri, tapi kan musti realistis.
Kalo ternyata produk dalam negeri lebih mahal, gimana dong? 
[ saya beli beras eks thailand yg sekilonya 3500rp, dipasar. Waktu ke pasar 
swalayan,
saya lihat, beras lokal cianjur, rajalele sekilonya antara 4.500 - 6500rp. ]

Kemarin baca di koran, petugas dari deptan mau marah2 sama petani.
Gara2 banyak petani yg mau nimbun beras, akan dijual nanti pada saat yg tepat.
Petani itu nggak tau apa, pemerintah justru mau impor beras?

Kemarin liat di tv, ada petani yg di wawancara, mengapa beras mahal?
Petani itu bilang, harga dasar gabah sih cuma 1800rp. Tapi begitu jadi beras
knapa bisa 4500rp. Katanya pula: Pemerintah mau mensejahterakan petani.
Petani yg mana?  petani [gabah] atawa petani [beras] ???
Knapa petani vietnam, thailand bisa kaya dengan jual beras yg harganya murah?

Kalo jadi pemerintah bingung juga : import beras supaya bisa memenuhi 
permintaan beras murah, 
tapi juga mematikan produk petani.
Tempe bisa murah karena kacang kedelainya diimpor dari amrik. Kalo pake kacang 
kedelai dalam negeri
hasilnya gak bagus, mahal pula...

Suka bingung:
Padahal duluu, tempe tentunya dibuat dari kacang kedelai yg tumbuh di di 
indonesia.
Duluu kan juga nenek moyang kita makan beras hasil sawahnya sendiri.
Waktu zaman ortu saya, Indonesia pengekspor gula no 1, sekarang importir 
terbesar
Dulu masa Suharto kita pernah swasembada beras, masa sih tiba2 jadi importir?

salam bingung
l.meilany

From: oman abdurahman 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, January 18, 2006 8:31 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani


  Wah, pak SBY harus siap-siap nih menghadapi gelombang gerakan petani. Tak
  perlu 100% dari 60 juta, 10%-nya saja demo bersama-sama, tampaknya akan
  cukup membuat beliau kerepotan. Ngeri juga membayangkannya, mudah-mudahan
  tidak terjadi gerakannya, namun perubahan kebijakan ke arah yang lebih
  memperhatikan nasib petani sih sebaiknya terjadi.

  Atauakan terjadi? karena memang itu yang menjadi sasaran.? hehehe,
  tak berani ah berspekulasi. Tak punya data, hanya fakta saja: pemerintah
  nekat meloloskan impor beras, sebuah kebijakan yang menampar muka jutaan
  petani Indonesia. Lagi pula kalau berspekulasi seperti itu, saya seakan
  termakan issu ini: Masa sih cita-cita sebuah golongan besar yang sudah
  pengalaman, didukung dana almost tak terbatas, dan punya kaderisasi bagus,
  hanya sebatas "wakil"?

  salam,
  manAR


  On 1/18/06, Ambon <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/17/opi3.htm
  >
  > Beras dan Kebijakan Antipetani
  > Oleh Ari Kristianawati
  >
  > PEMERINTAH SBY-JK tidak mau mendengar kritik keras dari berbagai kalangan,
  > dengan nekat melakukan impor beras sebanyak 110 ribu ton dari Vietnam.
  > Beberapa pengamat kritis, semisal dari Econit dan lndept mendakwa impor
  > beras yang dilakukan pemerintah, melalui SK Menperindag Mari Elka Pangestu
  > bermotif bisnis dan rent seeking activities. Satu ton beras impor konon
  > menghasilkan fee sebesar 20-30 dolar AS.
  > ...
  > Pemerintahan SBY-JK nekat melakukan impor beras. Melihat realitas demikian
  > maka sudah saatnya kaum petani di Indonesia yang jumlahnya 60 juta orang
  > bangkit, membangun gerakan petani yang berperspektif ideologi kerakyatan.
  > Petani harus bersatu menolak liberalisasi pertanian sampai kapan pun jua.
  > Seperti halnya komunitas petani di Korea Selatan, Prancis, Meksiko, dsb.
  > (11)
  >
  > -Ari Kristianawati, pegiat Perhimpunan Citra Kasih, Jawa Tengah
  >
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  >
  >
  >
  > Milis Wanita Muslimah
  > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
  >
  > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
  > Yahoo! Groups Links
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >


  [Non-text portions of this message have been removed]




  Milis Wanita Muslimah
  Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  Milis Anak Muda Islam m

Re: [wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani

2006-01-17 Terurut Topik oman abdurahman
Wah, pak SBY harus siap-siap nih menghadapi gelombang gerakan petani. Tak
perlu 100% dari 60 juta, 10%-nya saja demo bersama-sama, tampaknya akan
cukup membuat beliau kerepotan. Ngeri juga membayangkannya, mudah-mudahan
tidak terjadi gerakannya, namun perubahan kebijakan ke arah yang lebih
memperhatikan nasib petani sih sebaiknya terjadi.

Atauakan terjadi? karena memang itu yang menjadi sasaran.? hehehe,
tak berani ah berspekulasi. Tak punya data, hanya fakta saja: pemerintah
nekat meloloskan impor beras, sebuah kebijakan yang menampar muka jutaan
petani Indonesia. Lagi pula kalau berspekulasi seperti itu, saya seakan
termakan issu ini: Masa sih cita-cita sebuah golongan besar yang sudah
pengalaman, didukung dana almost tak terbatas, dan punya kaderisasi bagus,
hanya sebatas "wakil"?

salam,
manAR


On 1/18/06, Ambon <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/17/opi3.htm
>
> Beras dan Kebijakan Antipetani
> Oleh Ari Kristianawati
>
> PEMERINTAH SBY-JK tidak mau mendengar kritik keras dari berbagai kalangan,
> dengan nekat melakukan impor beras sebanyak 110 ribu ton dari Vietnam.
> Beberapa pengamat kritis, semisal dari Econit dan lndept mendakwa impor
> beras yang dilakukan pemerintah, melalui SK Menperindag Mari Elka Pangestu
> bermotif bisnis dan rent seeking activities. Satu ton beras impor konon
> menghasilkan fee sebesar 20-30 dolar AS.
> ...
> Pemerintahan SBY-JK nekat melakukan impor beras. Melihat realitas demikian
> maka sudah saatnya kaum petani di Indonesia yang jumlahnya 60 juta orang
> bangkit, membangun gerakan petani yang berperspektif ideologi kerakyatan.
> Petani harus bersatu menolak liberalisasi pertanian sampai kapan pun jua.
> Seperti halnya komunitas petani di Korea Selatan, Prancis, Meksiko, dsb.
> (11)
>
> -Ari Kristianawati, pegiat Perhimpunan Citra Kasih, Jawa Tengah
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
>
> This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Beras dan Kebijakan Antipetani

2006-01-17 Terurut Topik Ambon
http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/17/opi3.htm

Beras dan Kebijakan Antipetani
Oleh Ari Kristianawati 

PEMERINTAH SBY-JK tidak mau mendengar kritik keras dari berbagai kalangan, 
dengan nekat melakukan impor beras sebanyak 110 ribu ton dari Vietnam. Beberapa 
pengamat kritis, semisal dari Econit dan lndept mendakwa impor beras yang 
dilakukan pemerintah, melalui SK Menperindag Mari Elka Pangestu bermotif bisnis 
dan rent seeking activities. Satu ton beras impor konon menghasilkan fee 
sebesar 20-30 dolar AS. 

Bisa dibayangkan jika mengimpor 110 ribu ton keuntungan (fee) yang diraup 
kalangan lmportir-pejabat-bahkan elite politik sebesar 2-3 trillun rupiah.

Namun di balik logika bisnis impor beras, sebenarnya ada motivasi 
ekonomi-politik yang "disembunyikan". Impor beras merupakan bentuk kebijakan 
ekonomi-politik pertanian yang mengacu kepada kepentingan pasar bebas atau 
mazhab Neo-liberalisme. Kebijakan lmpor beras adalah pemenuhan kesepakatan AOA 
(Agreement on Agriculture) WTO yang disepakati oleh Presiden Soeharto tahun 
1995 dan dilanjutkan pemerintahan penerusnya sampai sekarang.

Lantas apakah butir-butir kesepakatan AOA WTO yang "terpaksa" harus dijalani 
oleh pemerintahan Soeharto hingga penerusnya? Pertama, kesepakatan market 
access (akses pasar) komoditi pertanian domestik. Pasar pertanian domestik di 
Indonesia harus dibuka seluas-luasnya bagi proses masuknya komoditi pertanian 
luar negeri. Baik beras, gula, terigu, dsb. 

Kedua, penghapusan subsidi dan proteksi negara atas bidang pertanian. Negara 
tidak boleh melakukan subsidi bidang pertanian, baik subsidi pupuk atau saprodi 
lainnya serta pemenuhan kredit funak bagi sektor pertanian. 

Ketiga, penghapusan peran STE (State Trading Enterprises) Bulog, sehingga Bulog 
tidak lagi berhak melakukan monopoli dafam bidang ekspor-impor produk pangan, 
kecuali beras.

Dampak pemenuhan kesepakatan AOA WTO sangat menyedihkan bagi kondisi pertanian 
lndonesia semenjak 1995 hingga sekarang ini. Sektor pertanian di lndonesia 
mengalami keterpurukan dan "kebangkrutan". Akibat memenuhi kesepakatan AOA WTO, 
lndonesia pernah menjadi negara pengimpor beras terbesar di Dunia pada tahun 
1998 sebesar 4,5 juta ton setahun. 

Rata-rata per tahunnya setelah 1998 lndonesia selalu mengimpor beras dari pasar 
beras dunia sebesar 2,1 juta ton. Demikian lndonesia menjadi negara yang masuk 
kategori 5 besar dunia pengimpor produk pertanian lain semacam gula, terigu, 
buah-buahan dari pasar komoditi pertanian global.

Keterpurukan sektor pertanian di lndonesia bila dikatakan secara "jujur" mulai 
terjadi manakala Orde Baru mempraktikkan program pertanian yang berorientasi 
kepada "ideologi' revolusi Hijau tahun 1970-an hingga 1980-an. Di situ petani 
dipaksa "bekerja" dengan program pertanian modern yang sarat dengan asupan 
pertanian kimiawi yang merendahkan kualitas kesuburan tanah untuk jangka 
panjang. 

Para petani dipaksa bertanam dengan menggunakan sarana produksi pupuk, obat 
hama, benih, dsb yang dipasarkan oleh beberapa perusahaan MNC/TNC yang 
mendapatkan lisensi pemerintah. Penggunaan saprodi produk perusahaan MNC/TNC 
tersebut harus dibeli petani dengan harga mahal dari tahun ke tahun. 

Akibatnya biaya produksi pertanian selalu melambung dan tidak terjangkau oleh 
"kocek" petani domestik. lronisnya harga jual produk pertanian terutama beras, 
dikontrol dan dibuat murah harganya oleh pemerintah.

Keberhasilan swasembada beras pada tahun 1984/1985 akhirnya dicapai dengan 
mengorbankan "ideologi" pertanian yang memiliki kearifan lokal dan ramah 
terhadap lingkungan. Swasembada beras yang "semu" karena setelah tahun 
1984/1985 produksi beras nasional mengalami penurunan jumlah produksi karena 
berbagai faktor seperti semakin rendahnya kesuburan tanah, konservasi lahan 
pertanian yang menyempit untuk proyek industrialisasi, serta semakin berat 
biaya produksi yang ditanggung petani. Termasuk pula karena kegagalan panen 
karena hama, banjir, dsb. 

Beberapa kalangan aktivis pergerakan petani di lndonesia menyebutkan 
"merosotnya" produksi beras nasional semenjak tahun 1985 karena problem warisan 
struktural pertanian masih melekat dalam kehidupan petani. Di antaranya, 
semakin banyak petani yang berlahan sempit (menjamumya petani gurem), tidak 
adanya kemajuan teknologi pertanian yang berorientasi ekologis, dsb.

"Membunuh" Petani 

Impor beras yang dilakukan oleh pemerintah pada medio 1 November 2005 sebanyak 
70.050 ton dan awal Januari 2006 sebanyak 110 ribu ton dan mungkin akan terus 
dilanjutkan selama sisa waktu empat tahun pemerintahan SBY-JK adalah bentuk 
kebijakan yang "membunuh" kesejahteraan petani. 

Apalagi praktik "dagang" pemerintah menjelang pelaksanaan kebijakan ekonomi 
yang kontroversial selalu diiakukan. Stok beras di pasaran dibuat langka baru 
kemudian harga naik, akhirrya masyarakat dipaksa memahami impor beras yang akan 
dilakukan oleh pemerintah. 

Impor beras yang dilakukan oleh pemerintah berdampak dua hal. Pertama, membuat