RE: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-14 Terurut Topik achmad.chodjim
Kali ini saya ikut nimbrung pada Chae. Harap maklum kalau saya manggil yang 
lain mbak tapi pada Chae cuma nama saja. Maklum ya neng, karena dari awal 
saya kikuk kalau panggil teh.. :)

Saya nimbrung, bukan untuk protes terhadap Chae tapi sekadar memberikan 
tambahan penjelasan.

Pertama, ayat 4:3 itu bukan ayat poligami. Dengan arti bukan ayat yang 
membahas poligami. Ayat itu sebenarnya berkaitan dengan anak yatim yang 
dinyatakan pada 4:2. Definisi anak yatim ialah anak yang belum baligh yang 
ditinggal mati oleh ayahnya. Ini harus dipahami oleh semua pembaca Alquran agar 
tidak bias pengertiannya.

Ayat itu juga tidak ada urusannya dengan menikahi anak yatim, karena tidak 
lazim bagi perempuan Arab waktu itu nikah sebelum balig. Ingat, jika ada saran 
Nabi untuk memiliki banyak anak waktu itu, hal ini menunjukkan bahwa yang harus 
dinikahi adalah perempuan yang sudah balig, dan berarti bukan yatim lagi! 

Sedangkan yang diperintah untuk dinikahi itu adalah nisa' alias perempuan 
dewasa. Jadi, yang dinikahi itu bukan anak yatim tapi perempuan dewasa! Untuk 
jelasnya, bacalah ayatnya di bawah ini. 

QS 4:3, Wa in khiftum allaa tuqsituu fii al-yataamaa fankihuu maa thaaba lakum 
min al-nisaai matsnaa wa tsulaatsa wa rubaa'a; fa in khiftum allaa ta'diluu fa 
waahidah aw malakat aymaanukum dzaalika adnaa allaa ta-'uuluu.

Dan, jika kamu takut tidak dapat berlaku qist terhadap anak-anak yatim, maka 
nikahilah perempuan dewasa yang punya anak yatim --dua-dua, tiga-tiga, 
empat-empat-- maka apabila kamu takut tidak bisa berlaku adil, nikahlah satu 
saja atau nikah dengan budakmu, itulah yang lebih dekat agar kamu tidak aniaya.

Dalam terjemahan Indonesia, kata qist dan adil diterjemahkan sama. Ini 
kesalahan besar! Nah, perlu diketahui bahwa ayat tersebut diwahyukan setelah 
perang Uhud yang meninggalkan banyak janda yang punya anak yatim. Adat pada 
waktu itu mewajibkan adanya perwalian oleh mereka yang masih hidup setelah 
perang. Misalnya, A dan B kenal baik dan ikut perang Uhud. Lalu, A gugur, maka 
B menyatakan kepada istri A bahwa ia sekarang menjadi wali yang mengurus harta 
peninggalan A. Tapi, kenyataannya banyak yang mismanajemen, banyak wali yang 
makan harta anak yatim itu secara berlebihan. Banyak walinya yang tidak berlaku 
qist, artinya pemakaian hartanya tidak proporsional. Jadi, bukan kata adil 
yang diwahyukan.

Sebagai solusi, para wali itu disarankan untuk menikahi ibunya (ya ibu anak 
yatim itu). Maka kalimatnya fankihuu maa thaaba lakum min al-nisaa'. 
Perhatikan bahwa yang dinikahi itu adalah maa thaaba dan bukan man thaaba. 
Kalau redaksinya man thaaba, itu artinya siapa pun wanita, tidak peduli punya 
anak yatim, janda kembang atau gadis. Lha, karena redaksinya itu maa thaaba, 
maka yang dinikahi itu ialah para wanita janda yang punya anak yatim.

Jadi, perintah menikahi janda yang punya anak yatim itu terkait dengan 
penggunaan harta peninggalan suami yang gugur. Makanya, ada perintah menikahi 
budak saja bilamana tak sanggup berbuat keadilan yang menyangkut ibu dan 
anaknya.

Dan, yang penting, ayat 4:3 itu bukan ayat poligami sebagaimana yang dilakukan 
sekarang ini, yang merambah man thaaba dan bukan maa thaaba. Inilah yang 
tidak benar! Kalau mau poligami, wajib mempoligami janda yang punya anak yatim!

Ini kita belum membahas yang matsna, tsulaatsa dan rubaa'a,lho :)

Wassalam,
chodjim
  
  


-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae
Sent: Monday, December 12, 2005 1:14 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

Ketika Qur'an berbicara mengenai bentuk-bentuk perkawinan Qs.4:3
justru disana tegaskan dasar atau prinsip yang harus melandasi
perkawinan yaitu keadilan baik itu pada bentuk monogami maupun
poligami. Bentuk poligami bisa menjadi haram jika ternyata tidak
dilandasi keadilan..Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:dua, tiga, atau
empat. Disini Qur'an mengkritisi bentuk perkawinan monogami yang
mungkin tidak akan bisa dilandasi dengan keadilan

Lanjutnya.. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja,.. Disini Qur'an mengkritisi bentuk
poligami yang mungkin tidak akan bisa di landasasi dengan keadilan.

Dan kemudian..maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang
kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya. (QS. 4:3)

Saya tertarik dengan pernyataanya Pak Aman, dimana disebutkan kata
jika kamu takut kalau menurut saya penggunaan kata jika kamu takut
artinya ...

Chae



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-14 Terurut Topik Chae
Waduh!!! jangan sungkan-sungkan Pak Chodjim , justru dengan memanggil
nama tanpa embel2 kan terasa lebih mesra;)

Terima kasih atas informasinya, kebetulan kalau soal bahasa arab saya
memang tidak banyak mengerti, tapi ada beberapa perbedaan pemahaman
kira-kira menurut Pak Chodjim bagaimana nih...

Pertama Qs.4:1 berbicara mengenai relasi hubungan suami istri dan
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kemudian pada Qs.4:2 juga
berbicara mengenai anak yatim yang telah baliq atau memenuhi syarat
untuk menikah. dan Qs.4:3 mengenao menikahi perempuan yatim yang telah
baliq (merujuk kepada Qs.4:2). Kalau dilihat pada saat itu juga pasti
banyak perempuan sudah baliq tapi yatim, biasanya dalam budaya arab
yang menentukan mahar adalah pihak keluarga terutama walinya yaitu
ayahnya.Dan biasanya pengelola dari mahar itu sendiri adalah
wali/ayahnya dari pihak keluarga istri, jika tidak ada maka sang suami
bisa mengambil alih pengolahan mahar (maha biasanya berupa binatang
ternak, dan barang  berhaga lainya). Dan hal inilah yang banyak
disalah gunakan atau adanya pelanggaran2 dalam hal ini.

Chae


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kali ini saya ikut nimbrung pada Chae. Harap maklum kalau saya
manggil yang lain mbak tapi pada Chae cuma nama saja. Maklum ya
neng, karena dari awal saya kikuk kalau panggil teh.. :)
 
 Saya nimbrung, bukan untuk protes terhadap Chae tapi sekadar
memberikan tambahan penjelasan.
 
 Pertama, ayat 4:3 itu bukan ayat poligami. Dengan arti bukan ayat
yang membahas poligami. Ayat itu sebenarnya berkaitan dengan anak
yatim yang dinyatakan pada 4:2. Definisi anak yatim ialah anak yang
belum baligh yang ditinggal mati oleh ayahnya. Ini harus dipahami oleh
semua pembaca Alquran agar tidak bias pengertiannya.
 
 Ayat itu juga tidak ada urusannya dengan menikahi anak yatim,
karena tidak lazim bagi perempuan Arab waktu itu nikah sebelum balig.
Ingat, jika ada saran Nabi untuk memiliki banyak anak waktu itu, hal
ini menunjukkan bahwa yang harus dinikahi adalah perempuan yang sudah
balig, dan berarti bukan yatim lagi! 
 
 Sedangkan yang diperintah untuk dinikahi itu adalah nisa' alias
perempuan dewasa. Jadi, yang dinikahi itu bukan anak yatim tapi
perempuan dewasa! Untuk jelasnya, bacalah ayatnya di bawah ini. 
 
 QS 4:3, Wa in khiftum allaa tuqsituu fii al-yataamaa fankihuu maa
thaaba lakum min al-nisaai matsnaa wa tsulaatsa wa rubaa'a; fa in
khiftum allaa ta'diluu fa waahidah aw malakat aymaanukum dzaalika
adnaa allaa ta-'uuluu.
 
 Dan, jika kamu takut tidak dapat berlaku qist terhadap anak-anak
yatim, maka nikahilah perempuan dewasa yang punya anak yatim
--dua-dua, tiga-tiga, empat-empat-- maka apabila kamu takut tidak bisa
berlaku adil, nikahlah satu saja atau nikah dengan budakmu, itulah
yang lebih dekat agar kamu tidak aniaya.
 
 Dalam terjemahan Indonesia, kata qist dan adil diterjemahkan
sama. Ini kesalahan besar! Nah, perlu diketahui bahwa ayat tersebut
diwahyukan setelah perang Uhud yang meninggalkan banyak janda yang
punya anak yatim. Adat pada waktu itu mewajibkan adanya perwalian oleh
mereka yang masih hidup setelah perang. Misalnya, A dan B kenal baik
dan ikut perang Uhud. Lalu, A gugur, maka B menyatakan kepada istri A
bahwa ia sekarang menjadi wali yang mengurus harta peninggalan A.
Tapi, kenyataannya banyak yang mismanajemen, banyak wali yang makan
harta anak yatim itu secara berlebihan. Banyak walinya yang tidak
berlaku qist, artinya pemakaian hartanya tidak proporsional. Jadi,
bukan kata adil yang diwahyukan.
 
 Sebagai solusi, para wali itu disarankan untuk menikahi ibunya (ya
ibu anak yatim itu). Maka kalimatnya fankihuu maa thaaba lakum min
al-nisaa'. Perhatikan bahwa yang dinikahi itu adalah maa thaaba dan
bukan man thaaba. Kalau redaksinya man thaaba, itu artinya siapa
pun wanita, tidak peduli punya anak yatim, janda kembang atau gadis.
Lha, karena redaksinya itu maa thaaba, maka yang dinikahi itu ialah
para wanita janda yang punya anak yatim.
 
 Jadi, perintah menikahi janda yang punya anak yatim itu terkait
dengan penggunaan harta peninggalan suami yang gugur. Makanya, ada
perintah menikahi budak saja bilamana tak sanggup berbuat keadilan
yang menyangkut ibu dan anaknya.
 
 Dan, yang penting, ayat 4:3 itu bukan ayat poligami sebagaimana yang
dilakukan sekarang ini, yang merambah man thaaba dan bukan maa
thaaba. Inilah yang tidak benar! Kalau mau poligami, wajib
mempoligami janda yang punya anak yatim!
 
 Ini kita belum membahas yang matsna, tsulaatsa dan rubaa'a,lho :)
 
 Wassalam,
 chodjim
   
   
 
 
 -Original Message-
 From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae
 Sent: Monday, December 12, 2005 1:14 PM
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami
 
 Ketika Qur'an berbicara mengenai bentuk-bentuk perkawinan Qs.4:3
 justru disana tegaskan dasar atau prinsip yang harus melandasi
 perkawinan yaitu keadilan baik itu pada bentuk monogami maupun

RE: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-13 Terurut Topik zarimah imah
cerai poligami udah menjadi suratan (sunatullah)
  
  perdebatan kita soal poligami, monogami, poliandri sam pai cerai tidak  ada 
hentinya dan ini terus dilakukan manusia-manusia yang memeiliki  berbagai 
sifat-sifat yang ada didalam diri manusia. hampir semua kitab  melarang soal 
perbuatan ini, tapi manusia lebih memilih melanggar dari  aturan ini dari raja 
zaman dahulu sampai dunia modern masih saja  berlaku, mungkin ini udah menjadi 
sunatullah manusia. kadang kita  berpikir bagaimana mengurangi dampak ini ( 
kalau dihilang tidak  mungkin) dengan menggunakan aturan hukum ilahi dan hukum 
manusia  tidak  membuat jera manusia. ya solusi  bagaimana mengurang  dampak 
ini. hampir setiap hari kita di suguh tontonan infotemen soal  cerai berai,  
dan kita hanya menggeleng kadang kita mangkel dengan  watak manusia.  mungkin 
itu yang terjadi kita menunggu siapa lagi  untuk mengatasi karena kita yang 
melakukan dan kita sulit mengatasinya  hehehe

[EMAIL PROTECTED] wrote:  Kalau kita ingat lagu nenek-moyangku orang 
pelaut, itu menunjukkan  bahwa budaya pernikahan masyarakat Nusantara (nama 
Indonesia belum ada)  itu MONOGAM. Makanya, pada masa sebelum masuknya agama 
Islam ke  Nusantara wanita amat mendapatkan tempat sebagai penguasa harta 
benda.  Jangan heran bila pada waktu yang lalu dikenal Nyai Ageng Wonokromo,  
Nyai Ageng Serang, Nyai Ageng Tuban, Nyai Ageng Semarang, Nyai Ageng  Manila, 
Nyai Ageng Gresik (yang mengasuh Sunan Giri), dan banyak lagi  nyai ageng.
  
  Laki-laki bekerja di laut untuk mencari ikan, menambang mutiara, dan  
berdagang. Makanya, jangan heran bila di Candi borobudur yang sudah  berdiri di 
abad ke-6 itu ada lukisan kapal besar. Negara-negara daratan  seperti Cina, 
India, dan Timur Tengah, maupun Eropa itu tidak menguasai  laut. Orang-orang 
ini dengan gagahnya menguasai lautan, dan  mempersembahkan hasilnya ke nyai 
agengnya. Laki-laki tidak berani  melakukan poligini!
  
  Bagaimana dengan raja-raja? Sama saja! Lihatlah Raja Airlangga hanya  
beristri 2. Ken Arok ketika menjadi raja juga hanya punya istri Ken  Dedes dan 
Ken Umang. Itu pun menimbulkan perselisihan yang bisa  meruntuhkan negara. 
Raja-raja majapahit sebelum kedatangan agama Islam  juga paling banyak beristri 
dua, satu permaisuri dan satu selir.
  
  Ketika Islam masuk, karena ada keinginan masuk di wilayah istana, maka  
anggota keluarga para wali malah diajukan untuk menjadi istri raja-raja  Jawa 
yang notabene belum Islam. Dan, gilanya, setelah kerajaan berubah  menjadi 
kerajaan Islam, para raja malah punya selir hingga ratusan.  Khalifah-khalifah 
Turki memiliki hingga ribuan selir, dan selir yang  sudah distempel tak berguna 
ditenggelamkan di laut. Ini terjadi hingga  abad ke 18-19. Silakan baca 
menjelajah Dunia Islam yang ditulis oleh  S. Ahmad.
  
  Rupanya, yang menarik raja Jawa untuk memeluk Islam ialah legalnya banyak 
selir... :)
  
  Pernahkah kita membaca penjelasan Raja Aceh terakhir (sebelum Indonesia  
merdeka)? Menurut ex-Raja tersebut, Belanda senantiasa mengganti  perempuan 
Eropa semingu sekali sebagai selirnya, bahkan selalu perawan.  Akhirnya, 
hal-hal yang terjadi di Aceh tak diketahuinya lagi.
  
  Nah, rupanya penjelasan Tuhan di Alquran bahwa dunia itu kesenangan  yang 
memperdaya tidak digubris lagi, dan banyak elit agama yang memilih  hedonisme 
dalam syahwat. Bagi laki-laki, syahwat memang berat! Tapi  itulah 
tantangannya 
  
  Wassalam,
  chodjim
  
  
  
  -Original Message-
  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Lina Dahlan
  Sent: Friday, December 09, 2005 9:44 AM
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami
  
  
  Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari 
  hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia 
  adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul-
  betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan 
  hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. 
  
  Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah 
  buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan 
  membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya 
  menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh 
  waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi 
  tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya?
  
  Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita 
  seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia 
  bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu 
  melakukan perselingkuhan. 
  
  Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini 
  memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, 
  katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal 
  baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal 
  poligami

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-12 Terurut Topik Lina Dahlan
Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan sangat 
sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. Sedang 
keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada hukum-
hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal 
masalah keadilan hati.

Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang ini 
semua.

Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan 
kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:-). 
Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan 
bersamaan.

wassalam,

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan 
  Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal hitung2an 
  banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. 
  Istrinya akan menjadi korban kalau istrinya mengetahuinya. 
Korban 
  perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, 
  berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! 
sapa 
  sudi?
  
 
 Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki atau
 kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan untuk
 sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 agama
 dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak mempunyai hak
 menentukan sama sekali:)







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-12 Terurut Topik Chae
Mba Lina, Keadilan itu baru terwujud jika ada kesetaraan. Pada banyak
kasus hampir bisa dipastikan tidak adanya kesetaraan maka dari itu
keadilan susah terwujud dan ini adalah pelanggaran (kriminalitas).

Standard keadilan dan kesetaraan tidak terlepas dari unsur nilai2
budaya dan kultur setempat atau yang berlaku pada saat itu.

Mudah-mudahan jelas ya Mba:) kalau kurang ya ditanya'in lagi aja;)

Chae


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan sangat 
 sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. Sedang 
 keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada hukum-
 hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal 
 masalah keadilan hati.
 
 Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang ini 
 semua.
 
 Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan 
 kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:-). 
 Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan 
 bersamaan.
 
 wassalam,
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan 
   Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal hitung2an 
   banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. 
   Istrinya akan menjadi korban kalau istrinya mengetahuinya. 
 Korban 
   perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, 
   berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! 
 sapa 
   sudi?
   
  
  Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki atau
  kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan untuk
  sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 agama
  dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak mempunyai hak
  menentukan sama sekali:)
 







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-12 Terurut Topik Lina Dahlan
 terimalah akibatnya, 
 makan ati sepanjang hayat.
 
 Sekedar info : 
 Katon musisi yg katholik bercerai, belum ada persetujuan dari Paus 
kemudian menikah dengan Ira yg islam.
 Karena di katholik gak boleh menikah dengan lain agama, maka 
ketika menikah Katon berpindah menjadi Protestan dulu.
 Protestan membolehkan menikah dengan beda agama. Sekarang Katon 
tetap katholik, Ira juga masih Islam.
 
 Artinya : pada suatu saat di kehidupan beragama yg plural di suatu 
negara, regulasi-dalil2 agama yg dianut bisa gak 
 sejalan dengan kehendak pribadi. Kecuali kalo kita tinggal di 
hutan antah berantah, stateless.
 
 Kayaknya begitu kan Lina, mari kita renungkan, :-)
 Mau berpoligami atau bercerai, tetap menjanda/menduda, tidak 
menikah, telat menikah, menjomblo sepanjang hayat, 
 punya anak, ndak mau punya anak, anak cuma 1 atau anak 10, tetap 
merupakan pilihan pribadi masing2.
 Rumit kalo mau di dikaitkan dengan agama.
 Agama dilibatkan jika pilihan itu akan atau sudah diambil.
 :-)
 
 salam
 l.meilany
   - Original Message - 
   From: Lina Dahlan 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Friday, December 09, 2005 9:43 AM
   Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami
 
 
   Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang 
dari 
   hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di 
Indonesia 
   adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini 
betul-
   betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya 
(kenyataan 
   hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. 
 
   Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada 
sebuah 
   buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan 
   membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya 
intinya 
   menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya 
tuh 
   waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku 
lagi 
   tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya?
 
   Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita 
   seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe 
dia 
   bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) 
itu 
   melakukan perselingkuhan. 
 
   Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku 
ini 
   memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, 
   katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya 
kenal 
   baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal 
   poligami kepada saya. Saya cuma bilang, jangan cari pembenaran 
deh. 
   Kalo lagi ada masalah sama istri, mbok ya diselesaikan. Dalam 
ati 
   sih saya prihatin, melihat kelakuannya yang suka pake obat itu.
   Lama-lama saya perhatikan, ada perubahan pada dirinya. Perubahan 
   kearah perbaikan. Namun gossip yang merebak diluar, dia sudah 
   menikah lagi diam-diam. 
 
   Sering saya mendengar cerita-cerita spt itu. Ada yang bertahun-
tahun 
   sudah hidup pisah kamar, tapi tetap mempertahankan 
rumahtangganya 
   (mungkin demi anak). Saya bener gak tau apa kehidupan ini akan 
lebih 
   baik buat anaknya kemudian?
 
   Sesungguhnya buanyak kehidupan spt ini. Nikah diam-diam. Budaya 
   monogami kah? Diluarnya, memang monogami..karena dia tak pernah 
   proklamirkan. Tapi fakta yang tak terungkap, dia poligami.
 
   Saya jadi berfikir apa yang sebaiknya kita katakan kepada laki2 
yang 
   bermasalah dalam rumahtangganya dan sudah sangat yakin 
   rumahtangganya tak dapat diperbaiki? Cerai atau poligami?
 
   Atau itu terjadi pada rumah tangga kita? Suami tiba2 berkata dia 
   ingin menikah lagi, apakah kita terima poligami or cerai? 
 
   Padahal ceraipun sesuatu yang dibenci Allah. Apakah poligami 
dibenci 
   Allah. Seberapa tabu kah mereka?
 
   wassalam,
 
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kalau sekarang ini justru dipahami terutama oleh umat islam 
yang
berbeda budaya dengan bangsa arab, menyatakan bahwa poligami
diperbolehkan bahkan kehalalan poligami ini sampai harus 
   mengorbankan
prinsip keadilan itu sendiri yang menjadi dasar dari 
perkawinan 
   yang
ditekankan oleh Qur'an.

Pada masyrakat kita yang berbudaya monogami sebagai betuk 
   perkawinan yang umumnya, tentu sudah terbentuk sikap,standard, 
   kaidah-kaidah, norma-norma, patokan, rujukan dll kepada bentuk 
   monogami.

tentu saja ketika menerma poligami akan menjadi suatu 
hal/bentuk 
   yang tidak akan memberikan faktor keadilan. Karena dasarnya 
mindset 
   kita terhadap prinsip2 dasar dibentuk oleh faktor kultur dan 
budaya 
   setempat.

tentu saya dan anda tidak bisa membayangkan budaya bangsa 
eskimo 
   yang suka menjamu tamunya dengan meminjamkan istrinya untuk 
   menemani tidur tapi bagi masyrakat eskimo hal itu adalah wajar. 
   Bisa jadi saya akan protes jika harus bertelanjang dada tapi 
   perempuan dayak dan papua tentu tidak menjadikan hal tersebut

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-12 Terurut Topik Chae
He eh nih bentar lagi musti begadang buat tim-tim kesayangan, siapin
cemilan biar mata bisa di ajak kompromi:)

Bisa di maklumi Mba Herni, kalau ada semacam reaksi shock atau
histeris kalau menghadapi masalah poligami karena yang seperti di
bilang poligami mostly bukan budaya kita. Walau sudah dikenal dari
zaman kuda ngagegel besi oge da tetep we bikin heboh;)

Chae

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mbak Chae,
 
 Alhamdulillah baik, mbak. Tapi lagi sibuk meng-upgrade diri. Saya gak
 ambil jurusan hukum, jadi harus belajar banyak hal dari nol lagi (tapi
 ya, disitu kan tantangannya ya?). Lagian, laki2 mau bule atau gak ya
 gitu2 aja kayanya :-D Tapi kalo ada yg cakep lewat ya bilang
 alhamdulillah :-)) Lain soalnya kalau pemain sepak bola. Bentar lagi
 piala dunia nih.
 
 Memang menyebalkan kalau angka 4 itu dilihat sbg kuota yg harus
 dipenuhi. Di keluarga saya memang kultur yg dibangun ya monogami.
 Banyak juga yg akhirnya shock ketika suaminya memutuskan poligami dan
 kekacauan terjadi ketika si istri tidak bisa menerima. Akhirnya, ada
 yg spt kasusnya mbak Lina, tidak poligami tapi tidak cerai juga dng
 istri pertamanya, ada yg macem2 deh. Itu sebabnya, wacana poligami
 harus melibatkan para kaum jomblo2 bahagia spt saya ini :-)) Bahagia
 ketika akan menikah sih boleh2, tapi kesadaran bahwa perkawinan adalah
 perjanjian dan layaknya orang yg dalam perjanjian, perlu
 mengantisipasi hal2 yg terjadi kemudian, sehingga pembicaraan soal
 'klausula' poligami dalam perjanjian yg namanya perkawinan perlu
 dibahas sebelumnya. Gimana kalau poligami terjadi kemudian? Ini kan yg
 kita wacanakan dari dulu di WM? :-) Kalaupun poligami diadakan, perlu
 ada lagi perjanjian perkawinan antara para pihak yg terlibat (suami
 dan istri2nya) yg memang secara hukum sebenarnya sudah ada di KHI,
 tapi agaknya tidak pernah dipakai oleh poligamers (kalaupun ada, saya
 kira tidak tertulis). Namun pertanyaan yg belum dijawab adalah
 bagaimana dng poliandri? hihihi. Lha, sebagian sudah mempraktekannya
 kok. Apakah para poliandri-ers ini kemudian dikecualikan dlm hukum
 resmi, disuruh pake hukum rimba saja? Juga bagaimana dng perkawinan
 sejenis? Karena selain kampanye perkawinan poligami, sekarang mulai
 banyak kampanye perkawinan sejenis.
 
 wassalam,
 herni
 
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Mba Herni..piye kabare toh?? gimana udah dapet bule cakep enggak??
 trus van basten masih tetep imut enggak??:)
  
 Mba Herni, yang menyedihkan pernah ada komentar dari seseorang yang
 bilang bahwa perempuan yang tidak mau dipoligami itu sama dengan
 perempuan egois yang tidak sabar dalam menerima ketentuan Allah, juga
 dikatakan sebagai perempuan yang tidak perperasaan karena tidak mau
 berbagi kebahagiaan dengan kaumnya sendiriduh emang dia enggak
 tahu kalau cewe juga manusia punya hati punya rasa !!:)
  
 Saya sendiri sudah katakan pengalaman teman saya yang ditaksir cowo
 arab, dan dilamar langsung oleh istri pertamanya. Si istri pertamanya
 bilang dengan senang hati seandainya teman saya itu mau jadi istri
 keduanya karena hal ini adalah hal biasa dan umum. Intinya dia sudah
 terbiasa hidup dalam didikan/kultur/budaya seperti itu..istilahnya
 bisa karena biasa...
  
 Dan di arab sana kalau perkawinan itu memang dipandang poligami dan
 justru mengherankan alias tidak umum jika ada yang bermonogami.
 Sebelum menikah cowo arab yang naksir temen ku bilang bahwa
 dalampernikahan dia sudah bisa dipastikan akan berpoligami dan dia
 harus mempunyai istri pertama dari sukunya sendiri baru yang 2,3,4
 terserah dia. Makanya dari awal di taksir juga temen sudah enggak
 minat buat jadi istri karena dari awal juga sudah di beritahu
 bagaimana bentuk perkawinan yang diinginkan oleh si cowo areab itu.
  
 beda dengan disini, disini perempuan terdidik dalam kultur budaya
 monogami, karena enggak ada yang mau niatan poligami diawal
 pernikahan. Kemudian poligami hanya menjadi keinginan salah satu pihak
 satu bukan hadil dari kesepakatan bersama.
  
 Chae







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To 

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-12 Terurut Topik Lina Dahlan
Kan kita lagi bicara poligami (bukan banyak kasus). Sulit mengukur 
keadilan hati pada poligami. Gak mungkin ada kesetaraan dalam hati.
Kriminalitas kah?

Hubungan keadilan n kesetaraan dengan nilai kultur budaya, itu 
betul. Saya jadi teringat kisah mbak Nisa tentang wanita arab yang 
bersedia dipoligami karena terbiasa dengan budaya spt itu dan 
dibandingkan dgn budaya di Indonesia ini. He..he..gimana kalo kita 
budaya-in mbak biar jadi terbiasa. Kita menjadi pemberontak utk 
merubah budayaha..ha...kata He-man pemberontak itu sexy.

Kalo hal tsb bisa menjadi budaya disini, pasti gaka da deh cerita 
kriminalitas istri memotong kemaluan suami:-)
wah..ngelantuur deh!

wassalam,

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mba Lina, Keadilan itu baru terwujud jika ada kesetaraan. Pada 
banyak
 kasus hampir bisa dipastikan tidak adanya kesetaraan maka dari itu
 keadilan susah terwujud dan ini adalah pelanggaran (kriminalitas).
 
 Standard keadilan dan kesetaraan tidak terlepas dari unsur nilai2
 budaya dan kultur setempat atau yang berlaku pada saat itu.
 
 Mudah-mudahan jelas ya Mba:) kalau kurang ya ditanya'in lagi aja;)
 
 Chae
 
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan 
sangat 
  sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. 
Sedang 
  keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada 
hukum-
  hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal 
  masalah keadilan hati.
  
  Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang 
ini 
  semua.
  
  Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan 
  kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:-
). 
  Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan 
  bersamaan.
  
  wassalam,
  
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan 
Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, 
tinggal hitung2an 
banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. 
Istrinya akan menjadi korban kalau istrinya mengetahuinya. 
  Korban 
perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa 
ikhlas, 
berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! 
  sapa 
sudi?

   
   Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki 
atau
   kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan 
untuk
   sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 
agama
   dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak 
mempunyai hak
   menentukan sama sekali:)
  
 







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





RE: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-12 Terurut Topik achmad.chodjim
Ya..., dalam pengajian-pengajian yang saya asuh saya tekankan bahwa keadilan 
itu bisa tercapai bila semua anggotanya --tak peduli gender atau pangkat-- 
berada dalam kesetaraan di Hadapan Tuhan atau di muka hukum.

Yang berat itu memang perjuangan menegakkan kesetaraan. Benar adanya QS 33:35 
bahwa laki-laki dan perempuan menurut Alquran itu harus --sekali lagi, harus-- 
setara dalam segala posisi maupun tatanan sosial. Malah dalam ayat itu dibuat 
hirarki bahwa posisi terendah itu ialah muslimiina wa muslimaati, sedangkan 
posisi yang tertinggi dimiliki zaakiriina wa zaakiraati.

Anehnya, umat Islam sekarang ini lebih memilih posisi yang terendah muslimiina 
wa muslimaati, dan ini pun lebih difokuskan pada muslimuun, orang muslim 
laki-laki :)

Wassalam,
chodjim
 

-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae
Sent: Monday, December 12, 2005 5:24 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami


Mba Lina, Keadilan itu baru terwujud jika ada kesetaraan. Pada banyak
kasus hampir bisa dipastikan tidak adanya kesetaraan maka dari itu
keadilan susah terwujud dan ini adalah pelanggaran (kriminalitas).

Standard keadilan dan kesetaraan tidak terlepas dari unsur nilai2
budaya dan kultur setempat atau yang berlaku pada saat itu.

Mudah-mudahan jelas ya Mba:) kalau kurang ya ditanya'in lagi aja;)

Chae


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan sangat 
 sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. Sedang 
 keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada hukum-
 hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal 
 masalah keadilan hati.
 
 Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang ini 
 semua.
 
 Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan 
 kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:-). 
 Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan 
 bersamaan.
 
 wassalam,
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan 
   Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal hitung2an 
   banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. 
   Istrinya akan menjadi korban kalau istrinya mengetahuinya. 
 Korban 
   perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, 
   berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! 
 sapa 
   sudi?
   
  
  Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki atau
  kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan untuk
  sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 agama
  dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak mempunyai hak
  menentukan sama sekali:)
 







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links



 




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





RE: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-12 Terurut Topik achmad.chodjim
Kalau kita ingat lagu nenek-moyangku orang pelaut, itu menunjukkan bahwa 
budaya pernikahan masyarakat Nusantara (nama Indonesia belum ada) itu MONOGAM. 
Makanya, pada masa sebelum masuknya agama Islam ke Nusantara wanita amat 
mendapatkan tempat sebagai penguasa harta benda. Jangan heran bila pada waktu 
yang lalu dikenal Nyai Ageng Wonokromo, Nyai Ageng Serang, Nyai Ageng Tuban, 
Nyai Ageng Semarang, Nyai Ageng Manila, Nyai Ageng Gresik (yang mengasuh Sunan 
Giri), dan banyak lagi nyai ageng.

Laki-laki bekerja di laut untuk mencari ikan, menambang mutiara, dan berdagang. 
Makanya, jangan heran bila di Candi borobudur yang sudah berdiri di abad ke-6 
itu ada lukisan kapal besar. Negara-negara daratan seperti Cina, India, dan 
Timur Tengah, maupun Eropa itu tidak menguasai laut. Orang-orang ini dengan 
gagahnya menguasai lautan, dan mempersembahkan hasilnya ke nyai agengnya. 
Laki-laki tidak berani melakukan poligini!

Bagaimana dengan raja-raja? Sama saja! Lihatlah Raja Airlangga hanya beristri 
2. Ken Arok ketika menjadi raja juga hanya punya istri Ken Dedes dan Ken Umang. 
Itu pun menimbulkan perselisihan yang bisa meruntuhkan negara. Raja-raja 
majapahit sebelum kedatangan agama Islam juga paling banyak beristri dua, satu 
permaisuri dan satu selir.

Ketika Islam masuk, karena ada keinginan masuk di wilayah istana, maka anggota 
keluarga para wali malah diajukan untuk menjadi istri raja-raja Jawa yang 
notabene belum Islam. Dan, gilanya, setelah kerajaan berubah menjadi kerajaan 
Islam, para raja malah punya selir hingga ratusan. Khalifah-khalifah Turki 
memiliki hingga ribuan selir, dan selir yang sudah distempel tak berguna 
ditenggelamkan di laut. Ini terjadi hingga abad ke 18-19. Silakan baca 
menjelajah Dunia Islam yang ditulis oleh S. Ahmad.

Rupanya, yang menarik raja Jawa untuk memeluk Islam ialah legalnya banyak 
selir... :)

Pernahkah kita membaca penjelasan Raja Aceh terakhir (sebelum Indonesia 
merdeka)? Menurut ex-Raja tersebut, Belanda senantiasa mengganti perempuan 
Eropa semingu sekali sebagai selirnya, bahkan selalu perawan. Akhirnya, hal-hal 
yang terjadi di Aceh tak diketahuinya lagi.

Nah, rupanya penjelasan Tuhan di Alquran bahwa dunia itu kesenangan yang 
memperdaya tidak digubris lagi, dan banyak elit agama yang memilih hedonisme 
dalam syahwat. Bagi laki-laki, syahwat memang berat! Tapi itulah 
tantangannya 

Wassalam,
chodjim



-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Lina Dahlan
Sent: Friday, December 09, 2005 9:44 AM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami


Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari 
hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia 
adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul-
betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan 
hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. 

Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah 
buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan 
membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya 
menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh 
waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi 
tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya?

Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita 
seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia 
bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu 
melakukan perselingkuhan. 

Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini 
memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, 
katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal 
baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal 
poligami kepada saya. Saya cuma bilang, jangan cari pembenaran deh. 
Kalo lagi ada masalah sama istri, mbok ya diselesaikan. Dalam ati 
sih saya prihatin, melihat kelakuannya yang suka pake obat itu.
Lama-lama saya perhatikan, ada perubahan pada dirinya. Perubahan 
kearah perbaikan. Namun gossip yang merebak diluar, dia sudah 
menikah lagi diam-diam. 

Sering saya mendengar cerita-cerita spt itu. Ada yang bertahun-tahun 
sudah hidup pisah kamar, tapi tetap mempertahankan rumahtangganya 
(mungkin demi anak). Saya bener gak tau apa kehidupan ini akan lebih 
baik buat anaknya kemudian?

Sesungguhnya buanyak kehidupan spt ini. Nikah diam-diam. Budaya 
monogami kah? Diluarnya, memang monogami..karena dia tak pernah 
proklamirkan. Tapi fakta yang tak terungkap, dia poligami.

Saya jadi berfikir apa yang sebaiknya kita katakan kepada laki2 yang 
bermasalah dalam rumahtangganya dan sudah sangat yakin 
rumahtangganya tak dapat diperbaiki? Cerai atau poligami?

Atau itu terjadi pada rumah tangga kita? Suami tiba2 berkata dia 
ingin menikah lagi, apakah kita terima poligami or cerai? 

Padahal ceraipun sesuatu yang dibenci Allah

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-12 Terurut Topik Chae
Mba Lina:)

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kan kita lagi bicara poligami (bukan banyak kasus). Sulit mengukur 
 keadilan hati pada poligami. Gak mungkin ada kesetaraan dalam hati.
 Kriminalitas kah?

Chae:loh Mba ini gimana toh;) kan dalam banyak kasus itu kita bicara
poligami?? maksud ku begini Mba, mau monogami atau poligami ketika
semua pihak yang terkait mempunyai kedudukan setara maka keadilan akan
terwujud. Makanya jika poligami hasil dari kesepakatan maka ada
kesetaraan dan kesetaraan melahirkan keadilan.

misalnya, bagi perempuan arab diawal pernikahan mereka sudah
menyepakati bentuk perkawinan poligami, Mba Lina ..aku pernah cerita
teman kantorku di lamar cowo arab dan ketika ditanya teman ku ..apakah
cowo arab itu akan berpoligami dan di jawab iya karena itu sudah
menjadi keharusan dalam keluarganya (musti 4 istri;) dan akhirnya
temenku enggak menerima lamaran cowo arab tsb.

Sekarang yang ditanya'in sama Mba Lina adalah keadilan dalam hati??,
kalau menurut ku sih Perasaan sayang/cinta itu anugrah (QS. 30:21)
jadinya masalah hati ini dalam konteks kadar cinta suami kepada
istri-istrinya ini diluar kontrol manusia. Lalu bagaimana kita berbuat
pada sesuatu yang diluar otoritas kita?

nabi Muhammad saw pun dalam rasa cinta lebih mencintai Siti Aisyah di
antara istri-istrinya yang lain sehingga Ummu Salamah yang telah
berusia lebih tua memberikan waktu bagianya untuk Aisyah sebagai bukti
kasih sayang kepada Nabi karena beliau pun telah menerima bentuk kasih
sayang yang sama dari Nabi. Mba Lina , kalau menurut saya hati manusia
itu bukan terbuat dari batu pada dasarnya bisa berkompromi apalagi
perempuan yang katanya komunis:)

 
 Hubungan keadilan n kesetaraan dengan nilai kultur budaya, itu 
 betul. Saya jadi teringat kisah mbak Nisa tentang wanita arab yang 
 bersedia dipoligami karena terbiasa dengan budaya spt itu dan 
 dibandingkan dgn budaya di Indonesia ini. He..he..gimana kalo kita 
 budaya-in mbak biar jadi terbiasa. Kita menjadi pemberontak utk 
 merubah budayaha..ha...kata He-man pemberontak itu sexy.
 
 Kalo hal tsb bisa menjadi budaya disini, pasti gaka da deh cerita 
 kriminalitas istri memotong kemaluan suami:-)
 wah..ngelantuur deh!

Chae: ha..ha..ha.. loh kita kok sehati sih???;) kalau hayalan ku sih
gimana kalau para cowo disini bisa menerima budaya poliandry hm
feel like heaven kali yaa oh I wish my dream come true hi..hi..hi..;)

Tapi masalahnya manusia itu punya tugas/kewajiban/amanah untuk menjadi
khalifah dan kita terus-menerus berevolusi untuk menjadi lebih baik
lagi kedepanya..untuk itu kita terus belajar memilih dan memilih demi
kebaikan dan kemaslahatan semua makhluk di muka bumi. Seperti pada
Qs.35:39 disebutkan bahwa kita ini khalifah dan jika kita memilih
kerusakan atau hal-hal yang membawa kerusakan maka itulah kekafiran.
Jadi sementara ini impian ku di simpan dulu kali aja...;)

 wassalam,
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Mba Lina, Keadilan itu baru terwujud jika ada kesetaraan. Pada 
 banyak
  kasus hampir bisa dipastikan tidak adanya kesetaraan maka dari itu
  keadilan susah terwujud dan ini adalah pelanggaran (kriminalitas).
  
  Standard keadilan dan kesetaraan tidak terlepas dari unsur nilai2
  budaya dan kultur setempat atau yang berlaku pada saat itu.
  
  Mudah-mudahan jelas ya Mba:) kalau kurang ya ditanya'in lagi aja;)
  
  Chae
  
  
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Bukan gitu mbak Nisa. Keadilan yang diukur dengan hati kan 
 sangat 
   sulit menilainya. Hati itu bukan wilayah materialis kan mbak. 
 Sedang 
   keadilan yang mbak bicarakan sangat materialis (yang harus ada 
 hukum-
   hukum tertulisnya). Nabi SAW saja dah angkat tangan kalau soal 
   masalah keadilan hati.
   
   Barangkali kita mesti meminjam kaca mata Tuhan untuk memandang 
 ini 
   semua.
   
   Saya khawatir jangan2 kita, kaum pere, akan protes kepada Tuhan 
   kenapa menciptakan laki2 dulu (Adam as) ketimbang St. Hawa?...:-
 ). 
   Kecuali kalau memang sebetulnya Adam as dan Hawa itu diciptakan 
   bersamaan.
   
   wassalam,
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
   

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan 
 Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, 
 tinggal hitung2an 
 banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. 
 Istrinya akan menjadi korban kalau istrinya mengetahuinya. 
   Korban 
 perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa 
 ikhlas, 
 berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! 
   sapa 
 sudi?
 

Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki 
 atau
kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan 
 untuk
sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 
 agama
dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak 
 mempunyai hak
 

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-11 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Mbak Lina,

Ketika anda bilang 'laki2' pada frase 'kita tidak pernah jadi laki2',
perlu dipahami juga bahwa ada perbedaan juga dalam laki2 itu sendiri,
sama halnya dng perbedaan dlm perempuan. Pak sabri, pak dana tentu
sangat beda 'kelaki2annya' dng bang Yos, misalnya :-) Mereka punya
perspektif yg berbeda dlm melihat kelaki2an, relasi sosial antara
laki2 dan perempuan, konsep2 tertentu yg berkaitan dng feminitas
maupun maskulinitas.

Dalam konstruk sosial, yg jadi obyek konstruksi sosial tadi bukan cuma
perempuan saja, tapi laki2. Bicara konsep feminitas, tidak bisa tidak
harus mengikutsertakan juga pembicaraan soal konsep maskulinitas.
Bagaimana tradisi, kultur/budaya, bahkan (interpretasi) ketentuan
agama membentuk konsep feminitas/maskulinitas ini, termasuk konsep
poligami/poliandri. Konteks kultur Arab soal poligami saya rasa
berpengaruh dalam hal penentuan apa yg menjadi 'fitrah' laki2 dan
perempuan.. karena masyarakat Arab pada saat itu tidak mengenal
poliandri (kalo gak salah?). Sementara kalau melihat turunnya ayat2
qur'an sendiri, ada beberapa yg memang merupakan 'keputusan' (ruling?)
Allah atas suatu kasus yg tentu sifatnya spesifik. Yg hilang justru
ketika keputusan thd kasus yg spesifik tadi kemudian dicoba utk
digeneralisasi.

Asumsi dasar dari poligami adalah bahwa laki2 punya nafsu besar yg
tidak bisa dikendalikan, sebaliknya perempuan tidak demikian. Asumsi
ini yg ditentang. Apakah benar begitu? Perempuan dilihat sbg makhluk
reproduksi tapi bukan makhluk seksual. Atau, seksualitas perempuan
dilihat hanya sebagai makhluk reproduksi dan makhluk penggoda penyebab
iman laki2 rontok :-). Ketika kita meng-counter ini dng apa yg 'agama'
ajarkan pada kita, apakah dng demikian kita lepas dari identitas
'agama' yg kita anut, atau memang ada yg salah dlm menginterpretasikan
ayat2 tersebut? Ini baru kita masuk arena tafsir Islam yg bias gender.

Utk mengulang lagi sbg penekanan, yg perlu dilihat adalah bukan cuma
perempuan saja sbg 'korban' dari konstruk sosial spt ini, tapi juga
laki2. Hal yg sepele saja, soal impotensi yg jadi momok besar laki2 :)
Karena secara sosial laki2 digambarkan sbg makhluk seksual yg paling
perkasa dan kegagalan membuktikan itu mempengaruhi 'maskulinitasnya'.
Sehingga bisa jadi keputusan/niat poligami tidak murni pilihan laki2
sbg individu yg bebas atau yg sudah membebaskan dirinya dr konstruk
sosial masyarakatnya. Atau, bahwa laki2 punya 'nafsu besar' bisa kita
pertanyakan karena selama ini seksualitas perempuan tidak dibahas
secara menyeluruh. Perempuan jaraang sekali diajak urun rembug soal
seksualitasnya dia sendiri, selain bahwa perempuan adl makhluk
reproduksi dan makhluk penggoda (serta pemuas) laki2 saja. Tapi pada
akhirnya, individu kan punya kuasa juga dalam membentuk 'budaya'
sekitarnya by simply accepting/rejecting norma2 yg dia terima,
merombak asumsi2 yg ada dibelakang itu..

wassalam,
herni


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Mungkin yang dimaksud bang Yos dgn 'org yg belum menikah' krn 
dipikirannya bang Yos org yg blm menikah itu pasti 'jajan'. 
Barangkali ya? Padahal belum tentu begitu juga.

Jawabnya mungkin, karena kita gak pernah jadi laki ya mbak--tapi 
kalau mendengar alasan-alasan mereka dan sukanya laki2 berpikir 
praktis dan teknis--jadi mungkin-mungkin mulu neh, itu semua karena 
technically lebih mudah dan aman. Mereka gak suka heboh-hebohan, gak 
mau masalah dimuka. Sulit rasanya buat saya mengungkapkan tanpa 
memberi contoh yg terjadi disekitar saya. Saya menasehati teman saya 
yang sudah pisah kamar bertahun-tahun dan berniat mau berpoligami 
untuk menyelesaikan saja masalahnya dengan istri. Bahkan saya 
katakan kenapa tidak kamu ceraikan saja istrimu. Dia katakan biar 
saja istrinya yang menggugat. Makanya itu mbak, pikran dia lebih 
baik dia menikah lagi saja, dan kalau istrinya tau pasti gak terima 
dan menggugat. So he will be happy for that. Kesannya memang gak 
gentle kan? Mungkin dia tahu menceraikan istri tanpa alasan kuat kan 
juga gak akan dikabulkan. Simple kan? 
 
Nyatanya buat laki-laki ini bisa menjadi solusi. Sememangnya mereka 
harus menahan hawa nafsu. Tapi sampe kapan mereka kuat bertahan, 
mbak? Tak semua laki-lakidan Puasa itu kan juga bukan untuk 
bertahan selama itu... Wanita, meski juga termasuk mahluk seksual,
tapi fitrahnya tidak poliandri...:-), mahluk ini bisa lebih tough dari
mahluk laki2 soal membendung hasrat seksnya. Mungkin karena ada
perbedaan hormonalnya dgn laki2, yang katanya wanita itu ada
menstruasi. cmiiw.
 
Setuju budaya masa lalu tidak bisa melegitimasi budaya masa depan. 
Budaya selalu berubah. Setuju monogami yang terbaik. Seharusnya kita 
mau menganggap perubahan tsb sbg suatu norma yg statis.

Solusi 'Islami'nya dihukum mbak! he..he..ahli hukum yang patut 
menjawab. Setuju suami spt itu harus diberi hukuman. Hukum denda 
kali, dan uangnya buat si istri yang ditelantarkan. Kalo gak mo 
bayar denda sita aja assetnya.
 
 






 

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-11 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Mbak Chae,

Alhamdulillah baik, mbak. Tapi lagi sibuk meng-upgrade diri. Saya gak
ambil jurusan hukum, jadi harus belajar banyak hal dari nol lagi (tapi
ya, disitu kan tantangannya ya?). Lagian, laki2 mau bule atau gak ya
gitu2 aja kayanya :-D Tapi kalo ada yg cakep lewat ya bilang
alhamdulillah :-)) Lain soalnya kalau pemain sepak bola. Bentar lagi
piala dunia nih.

Memang menyebalkan kalau angka 4 itu dilihat sbg kuota yg harus
dipenuhi. Di keluarga saya memang kultur yg dibangun ya monogami.
Banyak juga yg akhirnya shock ketika suaminya memutuskan poligami dan
kekacauan terjadi ketika si istri tidak bisa menerima. Akhirnya, ada
yg spt kasusnya mbak Lina, tidak poligami tapi tidak cerai juga dng
istri pertamanya, ada yg macem2 deh. Itu sebabnya, wacana poligami
harus melibatkan para kaum jomblo2 bahagia spt saya ini :-)) Bahagia
ketika akan menikah sih boleh2, tapi kesadaran bahwa perkawinan adalah
perjanjian dan layaknya orang yg dalam perjanjian, perlu
mengantisipasi hal2 yg terjadi kemudian, sehingga pembicaraan soal
'klausula' poligami dalam perjanjian yg namanya perkawinan perlu
dibahas sebelumnya. Gimana kalau poligami terjadi kemudian? Ini kan yg
kita wacanakan dari dulu di WM? :-) Kalaupun poligami diadakan, perlu
ada lagi perjanjian perkawinan antara para pihak yg terlibat (suami
dan istri2nya) yg memang secara hukum sebenarnya sudah ada di KHI,
tapi agaknya tidak pernah dipakai oleh poligamers (kalaupun ada, saya
kira tidak tertulis). Namun pertanyaan yg belum dijawab adalah
bagaimana dng poliandri? hihihi. Lha, sebagian sudah mempraktekannya
kok. Apakah para poliandri-ers ini kemudian dikecualikan dlm hukum
resmi, disuruh pake hukum rimba saja? Juga bagaimana dng perkawinan
sejenis? Karena selain kampanye perkawinan poligami, sekarang mulai
banyak kampanye perkawinan sejenis.

wassalam,
herni


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Mba Herni..piye kabare toh?? gimana udah dapet bule cakep enggak??
trus van basten masih tetep imut enggak??:)
 
Mba Herni, yang menyedihkan pernah ada komentar dari seseorang yang
bilang bahwa perempuan yang tidak mau dipoligami itu sama dengan
perempuan egois yang tidak sabar dalam menerima ketentuan Allah, juga
dikatakan sebagai perempuan yang tidak perperasaan karena tidak mau
berbagi kebahagiaan dengan kaumnya sendiriduh emang dia enggak
tahu kalau cewe juga manusia punya hati punya rasa !!:)
 
Saya sendiri sudah katakan pengalaman teman saya yang ditaksir cowo
arab, dan dilamar langsung oleh istri pertamanya. Si istri pertamanya
bilang dengan senang hati seandainya teman saya itu mau jadi istri
keduanya karena hal ini adalah hal biasa dan umum. Intinya dia sudah
terbiasa hidup dalam didikan/kultur/budaya seperti itu..istilahnya
bisa karena biasa...
 
Dan di arab sana kalau perkawinan itu memang dipandang poligami dan
justru mengherankan alias tidak umum jika ada yang bermonogami.
Sebelum menikah cowo arab yang naksir temen ku bilang bahwa
dalampernikahan dia sudah bisa dipastikan akan berpoligami dan dia
harus mempunyai istri pertama dari sukunya sendiri baru yang 2,3,4
terserah dia. Makanya dari awal di taksir juga temen sudah enggak
minat buat jadi istri karena dari awal juga sudah di beritahu
bagaimana bentuk perkawinan yang diinginkan oleh si cowo areab itu.
 
beda dengan disini, disini perempuan terdidik dalam kultur budaya
monogami, karena enggak ada yang mau niatan poligami diawal
pernikahan. Kemudian poligami hanya menjadi keinginan salah satu pihak
satu bukan hadil dari kesepakatan bersama.
 
Chae







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-11 Terurut Topik L.Meilany
l.meilany
  - Original Message - 
  From: Lina Dahlan 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, December 09, 2005 9:43 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami


  Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari 
  hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia 
  adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul-
  betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan 
  hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. 

  Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah 
  buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan 
  membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya 
  menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh 
  waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi 
  tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya?

  Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita 
  seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia 
  bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu 
  melakukan perselingkuhan. 

  Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini 
  memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, 
  katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal 
  baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal 
  poligami kepada saya. Saya cuma bilang, jangan cari pembenaran deh. 
  Kalo lagi ada masalah sama istri, mbok ya diselesaikan. Dalam ati 
  sih saya prihatin, melihat kelakuannya yang suka pake obat itu.
  Lama-lama saya perhatikan, ada perubahan pada dirinya. Perubahan 
  kearah perbaikan. Namun gossip yang merebak diluar, dia sudah 
  menikah lagi diam-diam. 

  Sering saya mendengar cerita-cerita spt itu. Ada yang bertahun-tahun 
  sudah hidup pisah kamar, tapi tetap mempertahankan rumahtangganya 
  (mungkin demi anak). Saya bener gak tau apa kehidupan ini akan lebih 
  baik buat anaknya kemudian?

  Sesungguhnya buanyak kehidupan spt ini. Nikah diam-diam. Budaya 
  monogami kah? Diluarnya, memang monogami..karena dia tak pernah 
  proklamirkan. Tapi fakta yang tak terungkap, dia poligami.

  Saya jadi berfikir apa yang sebaiknya kita katakan kepada laki2 yang 
  bermasalah dalam rumahtangganya dan sudah sangat yakin 
  rumahtangganya tak dapat diperbaiki? Cerai atau poligami?

  Atau itu terjadi pada rumah tangga kita? Suami tiba2 berkata dia 
  ingin menikah lagi, apakah kita terima poligami or cerai? 

  Padahal ceraipun sesuatu yang dibenci Allah. Apakah poligami dibenci 
  Allah. Seberapa tabu kah mereka?

  wassalam,

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Kalau sekarang ini justru dipahami terutama oleh umat islam yang
   berbeda budaya dengan bangsa arab, menyatakan bahwa poligami
   diperbolehkan bahkan kehalalan poligami ini sampai harus 
  mengorbankan
   prinsip keadilan itu sendiri yang menjadi dasar dari perkawinan 
  yang
   ditekankan oleh Qur'an.
   
   Pada masyrakat kita yang berbudaya monogami sebagai betuk 
  perkawinan yang umumnya, tentu sudah terbentuk sikap,standard, 
  kaidah-kaidah, norma-norma, patokan, rujukan dll kepada bentuk 
  monogami.
   
   tentu saja ketika menerma poligami akan menjadi suatu hal/bentuk 
  yang tidak akan memberikan faktor keadilan. Karena dasarnya mindset 
  kita terhadap prinsip2 dasar dibentuk oleh faktor kultur dan budaya 
  setempat.
   
   tentu saya dan anda tidak bisa membayangkan budaya bangsa eskimo 
  yang suka menjamu tamunya dengan meminjamkan istrinya untuk 
  menemani tidur tapi bagi masyrakat eskimo hal itu adalah wajar. 
  Bisa jadi saya akan protes jika harus bertelanjang dada tapi 
  perempuan dayak dan papua tentu tidak menjadikan hal tersebut 
  masalah.
   
   Sering kali kita membiarkan Qur'an hanya berdialog dengan bangsa 
  arab pada masa Nabi dan justru membungkam Qur'an dengan masyrakat 
  kita sendiri sehingga seringkali terjai salah paham terhadap apa 
  yang hendak di sampaikan Qur'an.
   








  Milis Wanita Muslimah
  Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

  This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
  Yahoo! Groups Links



   



[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-11 Terurut Topik Chae
Kayaknya Mba Mia sudah memberikan intinya yaitu kewajiban manusia
untuk menjadi khalifah di muka bumi.

Kenyataanya perempuan dan laki-laki itu mempunyai potensi yang sama
termasuk urusan seks, libido, perselingkuhan, poligami, mut'ah dan
juga perkawinan. Qs.33:35 di sebutkan bahwa laki-laki dan perempuan
berpotensi untuk taat, sabar, benar, khusyu, menjaga kehormatan dan
beramal ibadah. Jelas Qur'an ingin menghapuskan apa yang selama ini
diyakini sebagai sesuatu yang kodrat dari laki-laki dalam urusan seks.

Enggak aneh jika sebagian masyrakat memaklumi dan menganggap hak yang
kodrat jika mengkaitkan laki-laki dengan urusan seks. Padahal
faktanya engak ada bedanya laki-laki dan peremouan dalam urusan seks
dan perkawinan.

Sudah di uraikan Mba Mia mengenai sejarah peradan manusia dalam hal
bentuk perkawinan yang berkembang ke arah ideal sesuai dengan fitrah
nya manusia untuk bisa menjadi khalifah di muka bumi.

Untuk itu ketika Qur'an berbicara mengenai bentuk-bentuk perkawinan:
monogami, poligami. Disini Qur'an tidak membicarakan kebolehan atau
ketidak bolehan dari bentuk2 perkawianan tertentu. Berbeda ketika
Qur'an membicarakan khamar dimana jelas-jelas pelarangannya atau
ketika berbicara mengenai kebolehan menikahi bekas istri dari anak angkat.

Ketika Qur'an berbicara mengenai bentuk-bentuk perkawinan Qs.4:3
justru disana tegaskan dasar atau prinsip yang harus melandasi
perkawinan yaitu keadilan baik itu pada bentuk monogami maupun
poligami. Bentuk poligami bisa menjadi haram jika ternyata tidak
dilandasi keadilan..Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:dua, tiga, atau
empat. Disini Qur'an mengkritisi bentuk perkawinan monogami yang
mungkin tidak akan bisa dilandasi dengan keadilan

Lanjutnya.. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja,.. Disini Qur'an mengkritisi bentuk
poligami yang mungkin tidak akan bisa di landasasi dengan keadilan.

Dan kemudian..maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang
kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya. (QS. 4:3)

Dari Frase awal sampai kepada frase akhir Qur'an memerintahkan kita
untuk bisa melihat dan memperhitungkan terlebih dulu bentuk perkawinan
mana yang bisa dilandasi dengan keadilan karena landasan keadilan
inilah yang diharuskan dan diutama dari bentuk-bentuk perkawinan.
Dalam kata lain kita diperintahkan untuk melihat resiko dan
memperhitungkan resikonya.

Saya tertarik dengan pernyataanya Pak Aman, dimana disebutkan kata
jika kamu takut kalau menurut saya penggunaan kata jika kamu takut
artinya ...

Chae

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mohon dibaca buku-buku jaman sekarang yang berkenaan dengan 
 antropologi, biologi dan psikologi evolusi.  Rata-rata sepakat bahwa 
 kecenderungan laki-laki dan perempuan adalah poligamis. Bahkan 
 mungkin asal mulanya perempuan lebih parah lagi, karena 
 punya 'kewajiban' menyeleksi sperma. BTW, multiorgasm hanya terjadi 
 pada sebagian perempuan, kita semua maklum itu deh.
 
 Alkisah, pada suatu masa purbakala - upacara perkawinan berangsur di-
 institusikan dalam setiap kelompok manusia.  Karena ada kebutuhan 
 membentuk unit keluarga untuk membangun kualitas kemanusiaan dan 
 peradaban, dan bukan cuma kuantitasnya dan bukan hanya untuk 
 bertahan hidup saja. Kan ini yang namanya menjadi manusia.
 
 Dalam unit keluarga itu perempuan menjadi cenderung monogamis 
 (kecuali suku Amazon..suku peninggalan Dunia Lama:-). Dan laki-
 laki pun, dengan varian yang berbeda. Karena poligami massal tuh 
 merepotkan, gimana bisa konsen untuk membangun SDM dan peradaban 
 berbasis keluarga? 
 
 Jadi unit keluarga yang fokus pada kualitas kemanusian dan 
 peradaban, dengan membangun komitmen pernikahan, dengan sendirinya 
 fokus pada monogami ketimbang poligami massal yang merepotkan itu.  
 Ini semua kan proses alamiah saja. Inilah inti yang saya mengerti 
 dari postingan mbak Chae.
 
 Tanya: Apakah manusia laki-laki dan perempuan punya kecenderungan 
 poligamis secara genetis? Yesss...Buktinya banyak,  pasang kuping 
 saja, rajinlah dengan gossip terkini...:-). Para perempuan, rasakan 
 pengalaman multiorgasm. Maksutnya, enjoy hehehehe...
 
 Tanya: Apakah manusia cenderung meninggikan budaya monogami dalam 
 sejarah kemanusiaan? Yesss.Itulah kenyataan bukan cuma ilusi 
 (zhan), mbak Lina.
 
 Makanya urusannya jadi runyam kalau kelompok harokah dan komunitas 
 seperti PKS misalnya, meninggikan nilai poligami - apapun 
 penafsirannya terhadap sunnah Nabi.  
 
 Kenapa jadi runyam? Karena berseberangan dengan sejarah kemanusiaan. 
 Karena ada konflik atau mismatch antara sejarah kebudayaan manusia 
 yang monogamis, dan 'kecenderungan' kita yang genetis yang doyan 
 poligamiduh..poliandry...how are you.:-)
 
 Solusinya? Poligami bukanlah nilai kelompok yang diusung, 

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-11 Terurut Topik Chae

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan 
 Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal hitung2an 
 banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. 
 Istrinya akan menjadi korban kalau istrinya mengetahuinya. Korban 
 perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, 
 berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! sapa 
 sudi?
 

Chae: masalahnya jika semua di lihat dari keuntungan laki-laki atau
kepentingan laki-laki lalu dimaa letak keadilanya??? bahkan untuk
sebagian orang ada-ada saja pembenaranya sampai kepada dalil2 agama
dimana perempuan di sudutkan sebagai pihak yang tidak mempunyai hak
menentukan sama sekali:)





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-10 Terurut Topik Mia
Mbak Lina, cerai itu bukannya dikait-kaitkan dengan poligami, dalam 
arti lebih baik poligami daripada cerai. Ini kok jadi kedengarannya 
apologetik.  Cerai ya cerai.

Cerai dikaitkan dengan perkawinan itu sendiri, justru pada akad 
pernikahan.  Atau mungkin bisa diakomodasi di konsep mahar-nya mbak 
Chae.  Karena kalau ada entry harus ada exit, itulah relevansinya.

Salam
Mia 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Terimakasih Mas. Kalau ada renungan ttg ayat cerai, sekalian 
 dong...:-). Selamat merenung kembali.
 
 wassalam,






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-09 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Mbak Lina,

Tapi kalo dari perspektif bang yos, mungkin orang spt itu, yg
selingkuh, yg poligami terselubung, dll lebih baik dari orang yg belum
menikah :-))

Pertanyaannya kemudian adalah mengapa pernikahan poligami yg ada
dilakukan diam2 (padahal hukum kita sudah membolehkan?). Perkawinan
pada dasarnya adalah kesepakatan, kalo mau dilakukan bertiga,
berempat, berlima (kalo istrinya empat) ya silakan, asal itu emang
kesepakatan. Kesepakatan dalam arti pembagian jatah kasih sayang,
harta, tugas dan kewajiban dlm rumah tangga dll. Problem kan muncul
ketika istri tidak mau dipoligami. Tapi persoalannya menjadi runyam
manakala ketidaksetujuan istri yg tidak mau dipoligami dianggap sbg
sesuatu yg menentang 'hukum Islam'. Yg kemudian ujung2nya solusinya
adalah membuat perempuan mengerti/menerima institusi poligami sendiri
sbg sesuatu yg 'wajar'. Lantas pilihan istri sbg individual yg punya
pilihan dimana? Belum lagi kalau pilihan cerai, belum tentu (mantan)
suaminya akan memberikan penghidupan yg layak. Sehingga sama halnya
dng kasus poligami terselubuh dlm perkawinan monogami yg mbak katakan,
ada juga kasus poligami terselubung dlm pengertian sebenarnya gak
nerima institusi poligami itu, tapi ya terpaksa nerimalah. Mempermudah
diri dng menerimanya sbg sesuatu yg perlu diterima.

Apakah krn ada FAKTA laki2 yg tidak bisa menahan diri thd nafsunya,
dan melakukan poligami terselubung lantas poligami jadi solusi padahal
di sisi lain manusia katanya disuruh menahan hawa nafsu. Lantas kemana
manfaat puasa ramadhan yg dilakukan seumur hidup? :-) Apakah perempuan
tidak punya masalah yg sama? Perempuan kan juga makhluk seksual :-))
Bisa jadi lebih 'hot' dari laki2 (tapi kemudian ini dicoba utk
dieliminasi dng sunat perempuan) Ini bukan soal tabu, tapi menurut gw
soal hati nurani dan logika berpikir. Non-sense menurut gw sih.

Bicara soal budaya, budaya masa depan ada di tangan kita saat ini.
Rasul pada level tertentu berkontribusi dlm mengubah budaya masyarakat
 Arab pada saat itu. Bukan berarti kemudian budaya masa lalu menjadi
legitimasi utk budaya masa depan bila memang kita sbg manusia yg hidup
pada masa kini memproyeksikan suatu masyarakat yg lebih 'maju' dari
masa lalu. Rasul melakukan revolusi dari berpuluh hingga membatasi
menjadi 4 saja. Tapi tetap, monogami yg terbaik. Persoalan angka 4
adalah persoalan melakukan perubahan secara bertahap. Pertanyaannya
kemudian, maukah kita melengkapi perubahan tsb atau menganggapnya sbg
sesuatu norma yg statis?

Kedua, 'budaya' masa lalu yg mbak sebutkan berarti berbeda dong dng
budaya yg pak sabri dan mas ary uraikan yg katanya dull masyarakat
kita sensitif gender :-) Makanya dlm menilai bagaimana gender bergerak
dlm masyarakat juga mengikutkan persoalan konteks waktu, status
sosial, ras, dll karena bisa jadi gender bergerak dlm wujud yg
berbeda2 dlm tiap level masyarakat dlm konstruk waktu yg berbeda2.
Persoalannya kemudian adalah apa asumsi yg berada dibelakangnya? Sama
halnya dng membahas poligami, apa asumsi yg ada dibelakangnya,
terutama soal bagaimana melihat perempuan dan laki yg kemudian
membentuk relasi sosial diantaranya. Singkirkan dulu kata2 indah yg
mengatakan Islam memuliakan perempuan. Mari bicara soal asumsi,
perspektif, nilai/values... atau yg simple, apa yg dimaksud dng
'memuliakan' perempuan? Bagaimana kita bisa bicara perempuan
dimuliakan dlm 'Islam' kalau dlm institusi poligami, kepentingan
perempuan sama sekali gak dilihat? kalau dlm perkawinan monogami
sekalipun demikian? Pertanyaann yg belum terjawab adalah solusi
'Islami' yg spt apa utk kasus suami2 yg menelantarkan istri? Soal
perkawinan itu indah sih sudahlah.. itu dah banyak gw denger :-)


wassalam,
herni


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari 
hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia 
adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul-
betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan 
hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja. 
 
Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah 
buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan 
membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya 
menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh 
waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi 
tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya?
 
Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita 
seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia 
bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu 
melakukan perselingkuhan. 
 
Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini 
memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak, 
katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal 
baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal 
poligami kepada saya. 

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-09 Terurut Topik Chae
Mba Lina,

Lina: Saya sepakat idealnya perkawinan adalah monogami. Juga sepakat
kalo mo poligami itu idealnya juga harus ada kesepakatan bersama. 
Diluar itu cuma jalan pintas laki-laki dalam mencari kebahagiaan dalam 
 kehidupan rumah tangganya. Apa yang dilakukan teman saya itu bukan 
 poligami yang ideal, bagi kita yang diluar lingkaran itu...:-). 
 Tapi setidaknya telah menyelamatkan dia dari kehidupan buruknya, tuk 
 sekarang ini. Gak tau nanti kedepannya. Moga2 dia bisa menjinakkan 
 istrinya sehingga istrinya bisa ikhlas...:-))

Chae: Bagaimana pun pengaruh poligami terhadap temanya Mba Lina,
jangan lupa ada korban atau pihak yang didzalimi. Hal ini sering
terjadi terumata ketika pihak yang lemah (istri) tidak mempunyai
pilihan atau daya tawar yang seimbang karena ketergantungan secara
ekonomi misalnya..makanya saya berharap para perempuan sadar akan
pentingnya kemandirian baik secara ekonomi maupun kemandirian suara
(menentukan pilihan). Padahal Mba Lina juga tahu kan bahwa Islam
sangat menekankan perlindungan bagi pihak yang lebih yang dikhwatirkan
mudah untuk di dzalimi misalnya dalam kasus waris, perkawinan, hukum dll

 Berselingkuh bukan berarti berganti budaya? Bergantung kali ya 
 mbak. Kalo gaya hidup itu dianggap salah satu budaya, ya berarti 
 berganti budaya lah.

Chae: Budaya adalah salah sau yang diyakini sebagai standard kebaneran
atau nilai norma kadang orang banyak yang melakukan pelanggaran
terhadap nilai budaya yang di anutnya tapi tetap mempunyai memegang
standard nilai budaya. Misalnya seorang Bapa pencuri tetap tidak mau
anaknya jadi pencuri atau seorang Bapa yang suka bersilingkuh tetap
mengharapkan anaknya mendapatkan suami yang setia..kira-kira begitu;)
 
 Jadi, intinya poligami (kini) itu adalah perselingkuhan yang 
 berlindung dibalik dalil agama ya mbak. He..he..kalau namanya 
 berselingkuh..sebetulnya gak ada yang bisa berlindung dibalik apapun 
 dong ya, apalagi agama kecuali ..dibalik selimut...:-)

Chae: mungkin lebih tepatnya kalau berpoligami bisa berlindung dibalik
selangkangan kalau bukan hasil kesepakatan bersama;)
 
 wassalam
 
 
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh
  masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia 
 lebih bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus-
 kasus poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih
  bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan 
 dan bangsawan. Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap 
 adanya herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah 
 istri pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai 
 hak-hak khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan 
 istri2istri selanjutnya.
  
  Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu
  karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan 
 cina. 
  
  Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:)
  tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan
  legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa
  berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya
  tidak mendapatkan perlindungan hukum.
  
  Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti 
 budaya, wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam 
 perkawinan mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan 
 monogami yang sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota 
 rentan akan perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi 
 antar budaya.
  
  Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang
  dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara
  keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang
  mengalami perubahan gaya hidup:(
  
  Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika
  perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama.
  
  Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak 
 di jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada 
 bangsa kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakatan calon 
 suami dan calon istri adalah bentuk MONOGAMI. Monogami selalu 
 menjadi bentuk awal dari perkawinan yang terjadi di Indonesia. Sok 
 Mba Lina pernah baca buku nya wong solo?? saya pernah baca dan saya 
 tahu bahwa awal pernikahan wong solo ini adalah membentuk 
 pernikahan monogami.
  
  Berbeda dengan budaya arab sana dimana diawak perkawinan kedua 
 belah pihak calim suami dan calon istri sama-sama menyadari baha 
 bentuk perkawinan bisa berubah dari monogami menajdi poligami dan 
 itu sudah menjadi kesepakatan bersama. Makanya temen saya pernah 
 dilamar oleh istri pertama dari rekan bisnis orang arab. Dengan 
 enteng si istri pertama mengajak teman saya untuk menjadi istri 
 dari suaminya, waktu teman saya bertanya apa dia keberatan?? dia 
 jawabnya tidak karena hal itu 

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-09 Terurut Topik Lina Dahlan
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mbak Lina,
 
 Tapi kalo dari perspektif bang yos, mungkin orang spt itu, yg
 selingkuh, yg poligami terselubung, dll lebih baik dari orang yg 
belum menikah :-))

Mungkin yang dimaksud bang Yos dgn 'org yg belum menikah' krn 
dipikirannya bang Yos org yg blm menikah itu pasti 'jajan'. 
Barangkali ya? Padahal belum tentu begitu juga.
 
 Pertanyaannya kemudian adalah mengapa pernikahan poligami yg ada
 dilakukan diam2 (padahal hukum kita sudah membolehkan?). Perkawinan
 pada dasarnya adalah kesepakatan, kalo mau dilakukan bertiga,
 berempat, berlima (kalo istrinya empat) ya silakan, asal itu emang
 kesepakatan. Kesepakatan dalam arti pembagian jatah kasih sayang,
 harta, tugas dan kewajiban dlm rumah tangga dll. Problem kan muncul
 ketika istri tidak mau dipoligami. Tapi persoalannya menjadi runyam
 manakala ketidaksetujuan istri yg tidak mau dipoligami dianggap sbg
 sesuatu yg menentang 'hukum Islam'. Yg kemudian ujung2nya solusinya
 adalah membuat perempuan mengerti/menerima institusi poligami 
sendiri sbg sesuatu yg 'wajar'. Lantas pilihan istri sbg individual 
yg punya pilihan dimana? Belum lagi kalau pilihan cerai, belum 
tentu (mantan) suaminya akan memberikan penghidupan yg layak. 
Sehingga sama halnya dng kasus poligami terselubuh dlm perkawinan 
monogami yg mbak katakan, ada juga kasus poligami terselubung dlm 
pengertian sebenarnya gak nerima institusi poligami itu, tapi ya 
terpaksa nerimalah. Mempermudah diri dng menerimanya sbg sesuatu yg 
perlu diterima.

Jawabnya mungkin, karena kita gak pernah jadi laki ya mbak--tapi 
kalau mendengar alasan-alasan mereka dan sukanya laki2 berpikir 
praktis dan teknis--jadi mungkin-mungkin mulu neh, itu semua karena 
technically lebih mudah dan aman. Mereka gak suka heboh-hebohan, gak 
mau masalah dimuka. Sulit rasanya buat saya mengungkapkan tanpa 
memberi contoh yg terjadi disekitar saya. Saya menasehati teman saya 
yang sudah pisah kamar bertahun-tahun dan berniat mau berpoligami 
untuk menyelesaikan saja masalahnya dengan istri. Bahkan saya 
katakan kenapa tidak kamu ceraikan saja istrimu. Dia katakan biar 
saja istrinya yang menggugat. Makanya itu mbak, pikran dia lebih 
baik dia menikah lagi saja, dan kalau istrinya tau pasti gak terima 
dan menggugat. So he will be happy for that. Kesannya memang gak 
gentle kan? Mungkin dia tahu menceraikan istri tanpa alasan kuat kan 
juga gak akan dikabulkan. Simple kan? 
 
 Apakah krn ada FAKTA laki2 yg tidak bisa menahan diri thd nafsunya,
 dan melakukan poligami terselubung lantas poligami jadi solusi 
padahal di sisi lain manusia katanya disuruh menahan hawa nafsu. 
Lantas kemana manfaat puasa ramadhan yg dilakukan seumur hidup? :-) 
Apakah perempuan tidak punya masalah yg sama? Perempuan kan juga 
makhluk seksual :-)) Bisa jadi lebih 'hot' dari laki2 (tapi 
kemudian ini dicoba utk dieliminasi dng sunat perempuan) Ini bukan 
soal tabu, tapi menurut gw soal hati nurani dan logika berpikir. 
Non-sense menurut gw sih.

Nyatanya buat laki-laki ini bisa menjadi solusi. Sememangnya mereka 
harus menahan hawa nafsu. Tapi sampe kapan mereka kuat bertahan, 
mbak? Tak semua laki-lakidan Puasa itu kan juga bukan untuk 
bertahan selama itu...
Wanita, meski juga termasuk mahluk seksual, tapi fitrahnya tidak 
poliandri...:-), mahluk ini bisa lebih tough dari mahluk laki2 soal 
membendung hasrat seksnya. Mungkin karena ada perbedaan hormonalnya 
dgn laki2, yang katanya wanita itu ada menstruasi. cmiiw.
 
 Bicara soal budaya, budaya masa depan ada di tangan kita saat ini.
 Rasul pada level tertentu berkontribusi dlm mengubah budaya 
masyarakat  Arab pada saat itu. Bukan berarti kemudian budaya masa 
lalu menjadi legitimasi utk budaya masa depan bila memang kita sbg 
manusia yg hidup pada masa kini memproyeksikan suatu masyarakat yg 
lebih 'maju' dari masa lalu. Rasul melakukan revolusi dari berpuluh 
hingga membatasi menjadi 4 saja. Tapi tetap, monogami yg terbaik. 
Persoalan angka 4 adalah persoalan melakukan perubahan secara 
bertahap. Pertanyaannya kemudian, maukah kita melengkapi perubahan 
tsb atau menganggapnya sbg sesuatu norma yg statis?

Setuju budaya masa lalu tidak bisa melegitimasi budaya masa depan. 
Budaya selalu berubah. Setuju monogami yang terbaik. Seharusnya kita 
mau menganggap perubahan tsb sbg suatu norma yg statis.
 
 Kedua, 'budaya' masa lalu yg mbak sebutkan berarti berbeda dong dng
 budaya yg pak sabri dan mas ary uraikan yg katanya dull 
masyarakat
 kita sensitif gender :-) Makanya dlm menilai bagaimana gender 
bergerak
 dlm masyarakat juga mengikutkan persoalan konteks waktu, status
 sosial, ras, dll karena bisa jadi gender bergerak dlm wujud yg
 berbeda2 dlm tiap level masyarakat dlm konstruk waktu yg berbeda2.
 Persoalannya kemudian adalah apa asumsi yg berada dibelakangnya? 
Sama
 halnya dng membahas poligami, apa asumsi yg ada dibelakangnya,
 terutama soal bagaimana melihat perempuan dan laki yg 

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-09 Terurut Topik Lina Dahlan
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mba Lina,
 
 Lina: Saya sepakat idealnya perkawinan adalah monogami. Juga 
sepakat kalo mo poligami itu idealnya juga harus ada kesepakatan 
bersama.  Diluar itu cuma jalan pintas laki-laki dalam mencari 
kebahagiaan dalam   kehidupan rumah tangganya. Apa yang dilakukan 
teman saya itu bukan   poligami yang ideal, bagi kita yang diluar 
lingkaran itu...:-).   Tapi setidaknya telah menyelamatkan dia 
dari kehidupan buruknya, tuk   sekarang ini. Gak tau nanti 
kedepannya. Moga2 dia bisa menjinakkan   istrinya sehingga 
istrinya bisa ikhlas...:-))
 
 Chae: Bagaimana pun pengaruh poligami terhadap temanya Mba Lina,
 jangan lupa ada korban atau pihak yang didzalimi. Hal ini sering
 terjadi terumata ketika pihak yang lemah (istri) tidak mempunyai
 pilihan atau daya tawar yang seimbang karena ketergantungan secara
 ekonomi misalnya..makanya saya berharap para perempuan sadar akan
 pentingnya kemandirian baik secara ekonomi maupun kemandirian suara
 (menentukan pilihan). Padahal Mba Lina juga tahu kan bahwa Islam
 sangat menekankan perlindungan bagi pihak yang lebih yang 
dikhwatirkan mudah untuk di dzalimi misalnya dalam kasus waris, 
perkawinan, hukum dll

Lina: ya..ya..ya..sama-sama punya pengaruh, tinggal hitung2an 
banyak mana pengaruh baiknya secara keseluruhan. 
Istrinya akan menjadi korban kalau istrinya mengetahuinya. Korban 
perasaan yang sangat dalam. padahal kalau si istri bisa ikhlas, 
berarti dia menyelamatkan suaminya dari perbuatan zina. Waw! sapa 
sudi?

Ya..ya..ya..wanita harus mandiri.

 
  Berselingkuh bukan berarti berganti budaya? Bergantung kali ya 
  mbak. Kalo gaya hidup itu dianggap salah satu budaya, ya berarti 
  berganti budaya lah.
 
 Chae: Budaya adalah salah sau yang diyakini sebagai standard 
kebaneran atau nilai norma kadang orang banyak yang melakukan 
pelanggaran terhadap nilai budaya yang di anutnya tapi tetap 
mempunyai memegang standard nilai budaya. Misalnya seorang Bapa 
pencuri tetap tidak mau anaknya jadi pencuri atau seorang Bapa yang 
suka bersilingkuh tetap mengharapkan anaknya mendapatkan suami yang 
setia..kira-kira begitu;)

Lina: Kalo menurutku sih agama lebih berperan sebagai standard 
kebenaran.

wassalam,







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-09 Terurut Topik Mia
Kenapa poligami jaman sekarang itu melukai rata-rata perempuan?  
Kenapa poligami menakutkan sebagian laki-laki?

Karena perempuan telah lama berhenti jadi poligamis, sedangkan 
poligaminya lagi-laki seolah membatasi 'pilihan' perempuan dalam 
menentukan reproduksi.

Karena dalam masyarakat yang mengusung poligami, selalu ada sebagian 
laki-laki yang nggak bakal kebagian...

Salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-09 Terurut Topik Mia
Mohon dibaca buku-buku jaman sekarang yang berkenaan dengan 
antropologi, biologi dan psikologi evolusi.  Rata-rata sepakat bahwa 
kecenderungan laki-laki dan perempuan adalah poligamis. Bahkan 
mungkin asal mulanya perempuan lebih parah lagi, karena 
punya 'kewajiban' menyeleksi sperma. BTW, multiorgasm hanya terjadi 
pada sebagian perempuan, kita semua maklum itu deh.

Alkisah, pada suatu masa purbakala - upacara perkawinan berangsur di-
institusikan dalam setiap kelompok manusia.  Karena ada kebutuhan 
membentuk unit keluarga untuk membangun kualitas kemanusiaan dan 
peradaban, dan bukan cuma kuantitasnya dan bukan hanya untuk 
bertahan hidup saja. Kan ini yang namanya menjadi manusia.

Dalam unit keluarga itu perempuan menjadi cenderung monogamis 
(kecuali suku Amazon..suku peninggalan Dunia Lama:-). Dan laki-
laki pun, dengan varian yang berbeda. Karena poligami massal tuh 
merepotkan, gimana bisa konsen untuk membangun SDM dan peradaban 
berbasis keluarga? 

Jadi unit keluarga yang fokus pada kualitas kemanusian dan 
peradaban, dengan membangun komitmen pernikahan, dengan sendirinya 
fokus pada monogami ketimbang poligami massal yang merepotkan itu.  
Ini semua kan proses alamiah saja. Inilah inti yang saya mengerti 
dari postingan mbak Chae.

Tanya: Apakah manusia laki-laki dan perempuan punya kecenderungan 
poligamis secara genetis? Yesss...Buktinya banyak,  pasang kuping 
saja, rajinlah dengan gossip terkini...:-). Para perempuan, rasakan 
pengalaman multiorgasm. Maksutnya, enjoy hehehehe...

Tanya: Apakah manusia cenderung meninggikan budaya monogami dalam 
sejarah kemanusiaan? Yesss.Itulah kenyataan bukan cuma ilusi 
(zhan), mbak Lina.

Makanya urusannya jadi runyam kalau kelompok harokah dan komunitas 
seperti PKS misalnya, meninggikan nilai poligami - apapun 
penafsirannya terhadap sunnah Nabi.  

Kenapa jadi runyam? Karena berseberangan dengan sejarah kemanusiaan. 
Karena ada konflik atau mismatch antara sejarah kebudayaan manusia 
yang monogamis, dan 'kecenderungan' kita yang genetis yang doyan 
poligamiduh..poliandry...how are you.:-)

Solusinya? Poligami bukanlah nilai kelompok yang diusung, apalagi 
kalau dipromosikan oleh petinggi PKS yang laki-laki maupun 
perempuan. Poligami itu pilihan pribadi.  Bahkan acuannya ada kok 
pada Muhammad dan Khadijah, Pak Satriyodeer. Inilah proses 
memanusiakan manusia, dan bukan sebaliknya.

Apakah ilusi itu? Kalau komunitas PKS tetep kekeh melestarikan 
institusi poligami lengkap dengan petinggi-petingginya yang praktek 
langsung - dengan alasan sunnah nabi dan libido cowok, atau daripada 
zinah...duilahmana tahannn...kok pede bener mbok ya. Saya bilang 
ilusi, karena kecenderungan libido nggak pernah memimpin sejarah 
kemanusiaan.

Mudah-mudahan nggak terulang sejarah Mormon di masa lalu yang kliru 
tentang poligami dalam komunitas mereka. Sudah ada lesson learned.

Salam
Mia


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh
 masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia 
lebih
 bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus-kasus
 poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih
 bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan 
dan
 bangsawan. Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap 
adanya
 herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah istri
 pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai hak-hak
 khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan istri2istri
 selanjutnya.
 
 Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu
 karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan 
cina. 
 
 Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:)
 tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan
 legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa
 berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya
 tidak mendapatkan perlindungan hukum.
 
 Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti 
budaya,
 wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam 
perkawinan
 mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan monogami yang
 sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota rentan akan
 perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi antar budaya.
 
 Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang
 dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara
 keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang
 mengalami perubahan gaya hidup:(
 
 Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika
 perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama.
 
 Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak 
di
 jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada bangsa
 kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakatan calon suami dan
 calon istri adalah 

Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-08 Terurut Topik Ari Condro
bedakan kaum elit dengan rakyat kali ya 

rakyat, seperti biasa lebih egalitarian.  makanya cerita kehidupan equality
ortunya oom sabri beda dengan kisah keluarga besar saya.  soale keluarga
dari bokap masuk kisah elit, sementara nyokap dari rakyat.  jadinya friksi
di rumah tuh friksi antara kebiasaan keluarga elit vs kebiasaan keluarga yg
egalitariannya kuat.

hasilnya kayak gue.  elit enggak, ngerakyat juga enggak.  kalo oom ary
bukopin ngeliat orang kayak gue, katanya kayak santri pake topi koboi, sujud
susah, ngejar kebo juga repot whahahahaha.

btw, jadi bisa mensyukuri, kalo perbedaan itu indah, adanya.

salam,
Ari Condro

- Original Message -
From: Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED]

Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari
hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia
adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul-
betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan
hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja.

Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah
buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan
membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya
menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh
waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi
tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya?






Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-08 Terurut Topik Chae
Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh
masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia lebih
bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus-kasus
poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih
bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan dan
bangsawan. Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap adanya
herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah istri
pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai hak-hak
khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan istri2istri
selanjutnya.

Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu
karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan cina. 

Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:)
tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan
legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa
berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya
tidak mendapatkan perlindungan hukum.

Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti budaya,
wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam perkawinan
mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan monogami yang
sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota rentan akan
perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi antar budaya.

Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang
dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara
keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang
mengalami perubahan gaya hidup:(

Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika
perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama.

Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak di
jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada bangsa
kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakatan calon suami dan
calon istri adalah bentuk MONOGAMI. Monogami selalu menjadi bentuk
awal dari perkawinan yang terjadi di Indonesia. Sok Mba Lina pernah
baca buku nya wong solo?? saya pernah baca dan saya tahu bahwa awal
pernikahan wong solo ini adalah membentuk pernikahan monogami.

Berbeda dengan budaya arab sana dimana diawak perkawinan kedua belah
pihak calim suami dan calon istri sama-sama menyadari baha bentuk
perkawinan bisa berubah dari monogami menajdi poligami dan itu sudah
menjadi kesepakatan bersama. Makanya temen saya pernah dilamar oleh
istri pertama dari rekan bisnis orang arab. Dengan enteng si istri
pertama mengajak teman saya untuk menjadi istri dari suaminya, waktu
teman saya bertanya apa dia keberatan?? dia jawabnya tidak karena
hal itu sudah menjadi kebiasaan atau hal yang sangat biasa/umum
terjadi. tentu saja perubahan bentuk dari monogami kepoligami tidak
melanggar kesepakatan antara suami dan istri.

Jelas beda dengan yang terjadi di sini, dimana perubahan bentuk dari
monogami ke poligami merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang
terjadi di antara suami dan istri. Boleh saja merubah bentuk
perkawinana dan monogami menjadi poligami tapi perubahan bentuk
perkawianan ini seharusnya menjadi kesepakatan antara suami dan istri
bukan keinginan sepihak baik hanya keinginan pihak suami saja atau
istri saja.

Sedangkan syarat kesepakatan sehingga terjadi syah hubungan badan
adalah sesuatu yang mutlak harus di pernuhi dan tidak boleh dilanggar.

Pensyaratan yang paling utama untuk dipenuhi adalah syarat yang
menghalakan terjadinya hubungan badan. (HR Muslim 3/573, Tirmidzi No.
1124, Abu Daud 2139, Nasa'i 6/93 dan Ibnu Majah No. 1954) 

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadist Almiswar bin
Makhramah berkata : Ali melamar putri Abu Jahal, lalu Fatimah
mendengarnya lantas ia menemui Rasul saw, berkatalah Fatimah : 'kaummu
meyakini bahwa engkau tidak pernah marah karena putrimu; Ali menikahi
putri Abu Jahal', maka berdirilah Rasulullah saw dan saya mendengar
ketika dia membaca dua kalimat syahadat lalu berkata : 'aku menikahkan
anakku dengan Abul As bin Robi' dan DIA TIDAK MEMBOHONGIKU,
sesunggunhya Fatimah itu bagian dari saya, dan saya sangat membenci
orang yang membuatnya marah. Demi Allah putri Rasulullah dan putri
musuh Allah tidak pernah akan berkumpul dalam naungan seorang
laki-laki maka kemudian Ali membatalkan (lamaran itu)'. (Riwayatkan
Bukhori, Fathul bari jilid 7 hal. 58; Muslim, Bab keutamaan sahabat nabi) 

Kalimat  Dia tidak membohongi merupakan suatu hal yang implisit
dimana menurut saya Ali ra pernah berjanji untuk tidak menyakiti
Fatimah baik secara fisik maupun bathin dan mungkin menikahi wanita
lain merupakan hal yang akan menyakiti Fatimah ra. Makanya Ali ra
sepanjang Fatimah ra hidup tidak pernah menikahi wanita lain padahal
mungkin selain anak nya Abu jalal juga banyak tuh yg mau sama Ali ra :)

Seharusnya kesepakatan awal perkawinan menjadi kesadaran bagi pihak
perempuan yang banyak di rugikan dan didzalimi dengan adanya
pelangaran terhadap kesepakatan 

Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-08 Terurut Topik satriyo
On 12/9/05, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh
 masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia lebih
 bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus-kasus
 poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih
 bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan dan
 bangsawan.


true story: tidak hanya satu kali saya mendapati, tukang jual sate dan buruh
kasar, di antaranya, punya lebih dari satu istri. fakta. budaya?

Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap adanya
 herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah istri
 pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai hak-hak
 khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan istri2istri
 selanjutnya.


dalam hal ini ISLAM meluruskan. itulah mengapa, sesuai dengan sifat islam
yang lentur, tidak serta merta dalam proses mengajak kepada yang benar,
sistem monarki dan royalti itu langsung hilang. karena kan dalam konteks
sistem2 itu 'poligami budaya' dilakukan ...

Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu
 karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan cina.


sekali lagi, 'budaya kita' itu yang mana? konon kan kita masih turunan
penghuni daratan cina ...

Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:)
 tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan
 legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa
 berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya
 tidak mendapatkan perlindungan hukum.


hati yang berbicara? apa iya ISLAM (gak usah menggeneralisir kalo memang
jelas yang dimaksud, toh selain islam relatif jelas hukum nikahnya) itu
seJAHAT itu? atau MANUSIAnya?

Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti budaya,
 wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam perkawinan
 mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan monogami yang
 sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota rentan akan
 perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi antar budaya.


suara hati lagi?

Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang
 dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara
 keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang
 mengalami perubahan gaya hidup:(


mungkin di desa ya  mantri, yang punya warung, atau siapa lah yang bisa
seperti supir taxi di kota buat jadi sumber info dan surveynya ... hehehe

Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika
 perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama.


nah, jadi orangnya kan, bukan ISLAM yang memang jadi pangkal permasalahan?

Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak di
 jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada bangsa
 kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakatan calon suami dan
 calon istri adalah bentuk MONOGAMI. Monogami selalu menjadi bentuk
 awal dari perkawinan yang terjadi di Indonesia.


menurut fakta/data atau asumsi?

Sok Mba Lina pernah
 baca buku nya wong solo?? saya pernah baca dan saya tahu bahwa awal
 pernikahan wong solo ini adalah membentuk pernikahan monogami.


apa iya ada manusia yang sudah punya ancang-ancang kalo nikah JRENG langsung
2, 3, atau lebih? mungkin juga ada tapi tak terdata ya ...? jadi wajarlah,
kok jadi melibatkan wong solo?

Berbeda dengan budaya arab sana dimana diawak perkawinan kedua belah
 pihak calim suami dan calon istri sama-sama menyadari baha bentuk
 perkawinan bisa berubah dari monogami menajdi poligami dan itu sudah
 menjadi kesepakatan bersama. Makanya temen saya pernah dilamar oleh
 istri pertama dari rekan bisnis orang arab. Dengan enteng si istri
 pertama mengajak teman saya untuk menjadi istri dari suaminya, waktu
 teman saya bertanya apa dia keberatan?? dia jawabnya tidak karena
 hal itu sudah menjadi kebiasaan atau hal yang sangat biasa/umum
 terjadi. tentu saja perubahan bentuk dari monogami kepoligami tidak
 melanggar kesepakatan antara suami dan istri.


toh tetap saja diawali dengan satu istri kan? masalah kesepakatan kan itu
tidak menunjukkan prakteknya bisa sama ...

Jelas beda dengan yang terjadi di sini, dimana perubahan bentuk dari
 monogami ke poligami merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang
 terjadi di antara suami dan istri. Boleh saja merubah bentuk
 perkawinana dan monogami menjadi poligami tapi perubahan bentuk
 perkawianan ini seharusnya menjadi kesepakatan antara suami dan istri
 bukan keinginan sepihak baik hanya keinginan pihak suami saja atau
 istri saja.


aturan mana ya? dalilnya? aliran humanisme?

Sedangkan syarat kesepakatan sehingga terjadi syah hubungan badan
 adalah sesuatu yang mutlak harus di pernuhi dan tidak boleh dilanggar.

 Pensyaratan yang paling utama untuk dipenuhi adalah syarat yang
 menghalakan terjadinya hubungan badan. (HR Muslim 3/573, Tirmidzi No.
 1124, Abu Daud 2139, Nasa'i 6/93 

[wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-08 Terurut Topik Lina Dahlan
Mbak Nisa,
Kurasa poligami kini gak terjadi di kalangan tertentu (keluarga 
kerajaan/bangsawan) aja. Di semua golongan.  Pegawai Negeri Gol. IA 
ada gak ya gol ini? aja ada...:-).

Mbak Nisa,
Saya sepakat idealnya perkawinan adalah monogami. Juga sepakat kalo 
mo poligami itu idealnya juga harus ada kesepakatan bersama.  Diluar 
itu cuma jalan pintas laki-laki dalam mencari kebahagiaan dalam 
kehidupan rumah tangganya. Apa yang dilakukan teman saya itu bukan 
poligami yang ideal, bagi kita yang diluar lingkaran itu...:-). 
Tapi setidaknya telah menyelamatkan dia dari kehidupan buruknya, tuk 
sekarang ini. Gak tau nanti kedepannya. Moga2 dia bisa menjinakkan 
istrinya sehingga istrinya bisa ikhlas...:-))

Berselingkuh bukan berarti berganti budaya? Bergantung kali ya 
mbak. Kalo gaya hidup itu dianggap salah satu budaya, ya berarti 
berganti budaya lah.

Jadi, intinya poligami (kini) itu adalah perselingkuhan yang 
berlindung dibalik dalil agama ya mbak. He..he..kalau namanya 
berselingkuh..sebetulnya gak ada yang bisa berlindung dibalik apapun 
dong ya, apalagi agama kecuali ..dibalik selimut...:-)

wassalam



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mba Lina, biasanya budaya akan menjadi falfasah yang di anut oleh
 masyarakat tersebut. Memang secara umum budaya bangsa Indonesia 
lebih bersifat monogami daripada poligami. Walaupun ditemukan kasus-
kasus poligami tapi hanya terbatas pada kalangan tertentu yang lebih
 bersifat sebagai suatu privilege semisal untuk keluarga kerajaan 
dan bangsawan. Itupun tetap didasari falsafah monogami dimana tetap 
adanya herarki. Akan terlihat dimana yang menjadi permaisuri adalah 
istri pertama yang diakui sebagai istri yang utama yang mempunyai 
hak-hak khusus yang tidak dimiliki para selir yang merupakan 
istri2istri selanjutnya.
 
 Dan dalam asumsi saya terjadinya poligami dalam kalangan tertentu
 karena adanya interaksi budaya bangsa kita dengna budaya India dan 
cina. 
 
 Kata orang peselingkuhan itu sudah setua umur manusia itu sendiri:)
 tapi yang paling bahaya ketika perselingkuhan itu mendapatkan
 legimitasi dari penafsiran agama. Seakan-akan pelaku kejahatan bisa
 berlindung dibalik dalil-dalil agama sementara pihak yang teraniaya
 tidak mendapatkan perlindungan hukum.
 
 Saya pikir Mba Lina, mereka yang berselingkuh bukan berganti 
budaya, wong kalau mereka ditanya manakah bentuk yang ideal dalam 
perkawinan mungkin jawaban mereka tetap pada bentuk perkawinan 
monogami yang sebebanrnya hanya saja begitulah masyarakat di kota 
rentan akan perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh interaksi 
antar budaya.
 
 Tapi Insya Allah persentase 80% para pekerja di pekantoran yang
 dibicarakan oleh supir taxi itu masih belum bisa mewakili secara
 keseluruhan walau memang menyedihkan kenyataanya bangsa kita sedang
 mengalami perubahan gaya hidup:(
 
 Apa yang dilakukan teman Mba Lina ini salah satu contoh ketika
 perselingkuhan berlindung di balik dalil-dalil agama.
 
 Hak suami istri untuk menentukan apa bentuk perkawinan yang hendak 
di jalani, baik itu monogami maupun poligami. Kenyataanya pada 
bangsa kita tujuan awal dari perkawinan dari kesepakatan calon 
suami dan calon istri adalah bentuk MONOGAMI. Monogami selalu 
menjadi bentuk awal dari perkawinan yang terjadi di Indonesia. Sok 
Mba Lina pernah baca buku nya wong solo?? saya pernah baca dan saya 
tahu bahwa awal pernikahan wong solo ini adalah membentuk 
pernikahan monogami.
 
 Berbeda dengan budaya arab sana dimana diawak perkawinan kedua 
belah pihak calim suami dan calon istri sama-sama menyadari baha 
bentuk perkawinan bisa berubah dari monogami menajdi poligami dan 
itu sudah menjadi kesepakatan bersama. Makanya temen saya pernah 
dilamar oleh istri pertama dari rekan bisnis orang arab. Dengan 
enteng si istri pertama mengajak teman saya untuk menjadi istri 
dari suaminya, waktu teman saya bertanya apa dia keberatan?? dia 
jawabnya tidak karena hal itu sudah menjadi kebiasaan atau hal 
yang sangat biasa/umum terjadi. tentu saja perubahan bentuk dari 
monogami kepoligami tidak melanggar kesepakatan antara suami dan 
istri.
 
 Jelas beda dengan yang terjadi di sini, dimana perubahan bentuk 
dari monogami ke poligami merupakan pelanggaran terhadap 
kesepakatan yang terjadi di antara suami dan istri. Boleh saja 
merubah bentuk perkawinana dan monogami menjadi poligami tapi 
perubahan bentuk perkawianan ini seharusnya menjadi kesepakatan 
antara suami dan istri bukan keinginan sepihak baik hanya keinginan 
pihak suami saja atau istri saja.
 
 Sedangkan syarat kesepakatan sehingga terjadi syah hubungan badan
 adalah sesuatu yang mutlak harus di pernuhi dan tidak boleh 
dilanggar.
 
 Pensyaratan yang paling utama untuk dipenuhi adalah syarat yang
 menghalakan terjadinya hubungan badan. (HR Muslim 3/573, Tirmidzi 
No. 1124, Abu Daud 2139, Nasa'i 6/93 dan Ibnu Majah No. 1954) 
 
 Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadist Almiswar bin
 Makhramah berkata : Ali melamar putri 

Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-08 Terurut Topik Aman FatHa
 hati. Inilah relasi antara kedua ayat tersebut, dan relasi 
yang terlupa antara adil perasaan dan adil pada tindakan.

Anda tidak akan bisa berlaku adil dalam perasaan, tetapi wajib berlaku adil 
dalam perlakuan dan tindakan. Dan jangan lupa bahwa perlakuan dan tindakan 
sangat dipegaruhi oleh dorongan perasaan. Apabila seseorang berpoligami, 
tidak mengapa baginya tidak adil dalam soal perasaan karena memang tidak 
akan mampu. Misalnya ia lebih cinta dan sayang kepada A (istri muda) 
daripada B (istri tua). Tetapi tidak boleh dia tidak adil dalam sikap dan 
perlakuan terhadap keduanya. Hikmah ayat yang ingin saya sampaikan adalah 
bahwa pada umumnya suami tersebut bersikap tidak adil karena sudah ada 
ketidakadilan pada perasaannya. Dia lebih cinta pada A, mampukah dia menjaga 
hanya sebatas perasaan saja? Atau dia tidak merasa bahwa kecintaannya yang 
lebih kepada A daripada B telah membuatnya lebih perhatian kepada A dan 
lebih mengutamakannya sehingga dia telah berlaku tidak adil?

Relasi antara keadilan hati dan keadilan perlakuan ini menyatu dan menjalin 
relasi kembali kepada ayat pertama. Benar, kamu bisa saja mengukur kemampuan 
dalam nafkah, atau mengukur hal-hal yang konkrit dalam perlakuan. Tapi 
sudahkah kamu mengukur kemampuan dalam keadilan hati (dan pada ayat 
ditegaskan tidak akan mampu). Dan jika kamu sudah pasti tidak mampu berlaku 
adil dari sudut perasaan itu, bisakah kamu menjamin perasaanmu yang berat 
sana sini itu tidak mempengaruhi sikap dan perlakuanmu? Jika pada umumnya 
justru perasaan inilah yang sangat mempengaruhi sikap, sudah selayaknya kamu 
takut, dan dengan itu jelas bagimu cukup satu saja.

Parameter lain: jika kamu masih merasa yakin bisa menjamin ketidakadilan 
perasaanmu tidak akan mempengaruhi sikapmu, lalu kamu merasa yakin dan 
bertekad untuk berpoligami, maka tunggu dulu! Dengan istrinya yang masih 
satu itu, sudahkah kamu mengukur dan mempertimbangkan segalanya. Sudahkah 
kamu bersikap adil dalam melaksanakan kewajiban terhadapnya seperti nafkah, 
tempat tinggal, perlakuan yang baik, saat kamu memintanya melakukan sesuatu 
maka kamu melakukan hal serupa (tidak mesti sama tapi bisa saja serupa atau 
sejenis, al-baqarah:228). Kemudian memang hubungan kalian berdasarkan ikatan 
suci luhur dan atas dasar cinta. Tapi ini hanya ikatan yang bersifat global, 
bahwa dalam kehidupan sehari-hari pasti ada perasaan-perasaan tertentu 
terhadap suatu tindakan dan perbuatan tertentu, bagaimana kamu 
mengendalikannya. Sudahkah kamu memastikan bahwa suatu kali kamu tidak 
senang terhadap suatu sikap atau tindakannya, maka perasaan itu tidak 
mempengaruhi sikap dan perlakuanmu untuk tetap berlaku adil dalam kewajiban 
dan hak? Jika kamu sudah memastikan, silahkan poligami. Tapi tunggu! 
kehidupan kalian sudah berlangsung tidak sehari dua hari saja, sedangkan 
perasaan selalu muncul setiap detik-detik kehidupan. Pastikan baik-baik! 
Yakinkan baik-baik! Dan itu lebih baik bagimu daripada terjatuh dalam 
ketidakadilan dan aniaya yang membuatmu berdosa dan selalu berdosa. 
Kehidupan suami istri bukan kehidupan sehari dua hari saja. Pastikan 
baik-baik! Atau cukup satu saja, karena itu lebih dekat untuk tidak berlaku 
aniaya dan zhalim. Apakah pada yang satu ini kamu sudah berlaku adil? Sudah 
selayaknya kamu takut berlaku tidak adil, dan dengan itu jelas bagimu cukup 
satu saja.

Itulah sebagian dari renungan dan pikiran saya tentang ayat poligami ini. 
Keliru? mohon dikoreksi.

Wassalam

Aman

- Original Message - 
From: Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED]
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Friday, December 09, 2005 4:43 AM
Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami


 Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari
 hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia
 adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul-
 betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan
 hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja.

 Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah
 buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan
 membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya
 menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli bukunya tuh
 waktu pameran di depdikbud kemaren..(eh mbak ada pameran buku lagi
 tuh di Senayan). Itu bukan budaya Indonesia kini ya?

 Saya pernah ngobrol sama supir taksi. Supir taksi bercerita
 seringnya dia mengantarkan orang yang berselingkuh. Sampe-sampe dia
 bilang sekitar 80% perkantoran disekitar sini (Sudirman/Thamrin) itu
 melakukan perselingkuhan.

 Aku punya teman, teman sepermainan [lagu TTM, mbak]. Temen co ku ini
 memang suka kehidupan malam deh, kadang ngeboat. Gossip merebak,
 katanya rumah tangganya lagi guncang, dia punya cemceman. Saya kenal
 baik dengan istri dan anaknya. Eh tiba2 aja, dia bicara soal
 poligami kepada saya. Saya cuma bilang, jangan cari pembenaran deh.
 Kalo lagi ada masalah sama istri

Re: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami

2005-12-08 Terurut Topik satriyo
 kamu
 terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang
 lain
 terkatung-katung, terdapat peringatan terhadap kecenderungan hati ini?

 Jawaban pertamanya sudah jelas, bagian kedua dari kalimat ayat kedua
 menunjukkan bahwa maksud adil pada ayat kedua adalah adil dalam perasaan.
 Artinya dari segi perasaan, manusia tidak akan pernah bisa adil, meskipun
 sangat ingin menegakkannya. Karena itu, bukan adil dalam perasaan ini yang

 dimaksud dalam syarat poligami. Akan tetapi, bagian kedua dari ayat kedua
 ini juga mengandung peringatan. Karena justru yang sering dilupakan oleh
 orang-orang adalah ketidakadilan itu terjadi sangat dipengaruhi oleh
 hasrat
 dan kecenderungan hati. Inilah relasi antara kedua ayat tersebut, dan
 relasi
 yang terlupa antara adil perasaan dan adil pada tindakan.

 Anda tidak akan bisa berlaku adil dalam perasaan, tetapi wajib berlaku
 adil
 dalam perlakuan dan tindakan. Dan jangan lupa bahwa perlakuan dan tindakan

 sangat dipegaruhi oleh dorongan perasaan. Apabila seseorang berpoligami,
 tidak mengapa baginya tidak adil dalam soal perasaan karena memang tidak
 akan mampu. Misalnya ia lebih cinta dan sayang kepada A (istri muda)
 daripada B (istri tua). Tetapi tidak boleh dia tidak adil dalam sikap dan
 perlakuan terhadap keduanya. Hikmah ayat yang ingin saya sampaikan adalah
 bahwa pada umumnya suami tersebut bersikap tidak adil karena sudah ada
 ketidakadilan pada perasaannya. Dia lebih cinta pada A, mampukah dia
 menjaga
 hanya sebatas perasaan saja? Atau dia tidak merasa bahwa kecintaannya yang

 lebih kepada A daripada B telah membuatnya lebih perhatian kepada A dan
 lebih mengutamakannya sehingga dia telah berlaku tidak adil?

 Relasi antara keadilan hati dan keadilan perlakuan ini menyatu dan
 menjalin
 relasi kembali kepada ayat pertama. Benar, kamu bisa saja mengukur
 kemampuan
 dalam nafkah, atau mengukur hal-hal yang konkrit dalam perlakuan. Tapi
 sudahkah kamu mengukur kemampuan dalam keadilan hati (dan pada ayat
 ditegaskan tidak akan mampu). Dan jika kamu sudah pasti tidak mampu
 berlaku
 adil dari sudut perasaan itu, bisakah kamu menjamin perasaanmu yang berat
 sana sini itu tidak mempengaruhi sikap dan perlakuanmu? Jika pada umumnya
 justru perasaan inilah yang sangat mempengaruhi sikap, sudah selayaknya
 kamu
 takut, dan dengan itu jelas bagimu cukup satu saja.

 Parameter lain: jika kamu masih merasa yakin bisa menjamin ketidakadilan
 perasaanmu tidak akan mempengaruhi sikapmu, lalu kamu merasa yakin dan
 bertekad untuk berpoligami, maka tunggu dulu! Dengan istrinya yang masih
 satu itu, sudahkah kamu mengukur dan mempertimbangkan segalanya. Sudahkah
 kamu bersikap adil dalam melaksanakan kewajiban terhadapnya seperti
 nafkah,
 tempat tinggal, perlakuan yang baik, saat kamu memintanya melakukan
 sesuatu
 maka kamu melakukan hal serupa (tidak mesti sama tapi bisa saja serupa
 atau
 sejenis, al-baqarah:228). Kemudian memang hubungan kalian berdasarkan
 ikatan
 suci luhur dan atas dasar cinta. Tapi ini hanya ikatan yang bersifat
 global,
 bahwa dalam kehidupan sehari-hari pasti ada perasaan-perasaan tertentu
 terhadap suatu tindakan dan perbuatan tertentu, bagaimana kamu
 mengendalikannya. Sudahkah kamu memastikan bahwa suatu kali kamu tidak
 senang terhadap suatu sikap atau tindakannya, maka perasaan itu tidak
 mempengaruhi sikap dan perlakuanmu untuk tetap berlaku adil dalam
 kewajiban
 dan hak? Jika kamu sudah memastikan, silahkan poligami. Tapi tunggu!
 kehidupan kalian sudah berlangsung tidak sehari dua hari saja, sedangkan
 perasaan selalu muncul setiap detik-detik kehidupan. Pastikan baik-baik!
 Yakinkan baik-baik! Dan itu lebih baik bagimu daripada terjatuh dalam
 ketidakadilan dan aniaya yang membuatmu berdosa dan selalu berdosa.
 Kehidupan suami istri bukan kehidupan sehari dua hari saja. Pastikan
 baik-baik! Atau cukup satu saja, karena itu lebih dekat untuk tidak
 berlaku
 aniaya dan zhalim. Apakah pada yang satu ini kamu sudah berlaku adil?
 Sudah
 selayaknya kamu takut berlaku tidak adil, dan dengan itu jelas bagimu
 cukup
 satu saja.

 Itulah sebagian dari renungan dan pikiran saya tentang ayat poligami ini.
 Keliru? mohon dikoreksi.

 Wassalam

 Aman

 - Original Message -
 From: Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED]
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Sent: Friday, December 09, 2005 4:43 AM
 Subject: [wanita-muslimah] Cerai or Poligami --Re: Poligami


  Betulkah budaya kita budaya monogami? Lagi-lagi kalau dipandang dari
  hukum sebagai budaya, rasanya sih betul ya karena hukum di Indonesia
  adalah monogami. Tapi, apakah yang terjadi diluar sana kini betul-
  betul monogami? hmmm..jangan-jangan monogami dalam budaya (kenyataan
  hidup sehari2) kita hanya diangan-angan saja.
 
  Jaman baheula, raja-raja Jawa melakukan poligami. Bahkan ada sebuah
  buku yang bercerita tentang kedigjayaan raja Jawa dengan
  membandingkan kedigjayaannya hidup dengan banyak istri. Ya intinya
  menghubungkan kedua hal tsb. Sayang saya gak jadi beli