[wanita-muslimah] Re: Kewajiban Menegakkan Khilafah ... sedikit buat Dan

2007-07-13 Terurut Topik Dan
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Perhatikan:
> 
> [1] Anda berani menolak perintah Allah semata karena logika anda 
> merasa perintah Allah itu sesuatu yang 'jelek' (=teokrasi)? Apakah 
> dari pernyataan saya ini jelas saya menyatakan 'Allah mengharuskan 
> kita menciptakan teokrasi' spt jelas terlihat pada pernyataan anda 
> ini "Sejak kapan Allah bilang kita harus menciptakan teokrasi?"? 
> Saya paraphrase biar lebih jelas: apakah anda berani mangandalkan 
> logika anda untuk menilai perintah Allah itu 'jelek' atau tidak 
> (misalnya soal khalifah yang anda cap 'teokrasi')? jelas?

DP: Perintah Allah akan saya cerna dg akal sesuai dg perintahNya: 
tidak ada orang beriman yg tidak berakal.

> [2] Mengapa anda senang sekali dan berulang kali hanya mencomot 
yang 
> anda suka dari komentar saya? entah buat member yang lain. Saya 
tdk 
> hanya komentar satu hal tadi, di atas. Mana tanggapan anda? Saya 
> ulang bagian yang tidak anda sentuh: 
> 
> > > Memang sejauh ini, sudah pasti, setidaknya menurut yang 
terhormat 
> > > Azyumardi, khilafah itu tidak ada? Bukannya dia menyitir 
pendapat 
> > > seorang ulama, dan ulama itu 'mendeskripsikan', bukan 
mengambil 
> > > kesimpulan, bahwa apa yang muncul setelah khulafaurrasyidin 
> > > itu 'tidak masuk kategori' khilafah.
> > > 
> > > Jadi ya ayo, mari, kalo gitu, kita pastikan bahwa kita hanya 
> > > meneladani bentuk khilafah sesungguhnya, yaitu spt dijalankan 
> oleh 
> > > Rasul hingga para khilafah empat sesudahnya itu.
> > > 
> > > Mau?

DP: Coba deh seperti yg saya ulangi berkali2, berilah contoh dimana 
konsep kehilafahan ini ada dan berjalan baik.  Anda ingin saya 
menerima angan2 di benak Anda yg tidak ada contoh empirisnya.  Ya 
susah dong Mas Satriyo.  Bagaimana itu bisa diterima akal? Sebagai 
yg pernah kuliah di ITB, sukar bagi saya menerima hal2 yg tidak 
masuk akal dan tidak ada bukti empiris. 

Walaupun tidak pernah kuliah sastra saya bisa menerima keindahan 
puisi tetapi saya tidak bisa menerima suatu keindahan puisi 
dijadikan suatu sistem politik yg riil.  Sistem politik harus tegar 
terhadap uji dan kritik.

Berikan dulu contoh kecilnya khilafah yg Anda maksudkan itu kalau 
contoh besar tidak ada.

> [3] Yang anda lakukan malah melompat pada kesimpulan pribadi 
> yang 'berani'. Saya katakan berani karena tidak ada uraian apapun 
> dari anda atas pernyataan anda ini, [a] "Menegakkan hukum Allah 
tidak 
> harus dg teokrasi. Demokrasipun  bisa menegakkan hukum Allah." 
Lalu 
> anda teruskan, [b] "Saya juga tidak yakin bahwa bentuk khilafah 
Rasul 
> adalah yg tepat pada masa kini.  Jaman sudah berubah dan RasuluLah 
> sudah tiada dan tidak tergantikan." Di sini anda [I] langsung 
mencap 
> bahwa Islam pernah memiliki sebuah bentuk pemerintahan TEOKRASI. 
> Tolong buktikan! [II] Anda juga tidak kalah nekatnya menyatakan 
> bahwa "Cukup! Teladan Rasul dalam bernegara dan bermasyarakat 
sudah 
> usang dan tidak lagi aplikabel buat ummat saat ini dan mendatang. 
> Lebih baik berkiblat pada pemikiran non-muslim, terutama DEMOKRASI 
> untuk PASTI menjalankan HUKUM ALLAH!" Tolong Buktikan.

DP: Saya membuktikannya secara terbalik, tidak ada contoh khilafah 
yg berdasarkan teladan Rasul pada saat ini dan sejak wafatnya Ali 
berarti memang tidak implementable sejak wafatnya Beliau.

Barangkali kita tidak memiliki definisi teokrasi yg sama.

Demokrasi pemikiran non-muslim?  Mungkin benar bukan pemikiran 
muslim tapi yg pasti pemikiran ini non-kristiani dan sekuler karena 
dalam demokrasi tidak ada unsur2 agamanya.  

Lho bukankah Iran itu sekarang suatu teokrasi?  Ini gimana koq kita 
berdebat dg istilah2 yg tidak terdefinisi secara akurat.

Ha ha ha Anda kena penyakit non-islamophobia, semua yg non-muslim 
pasti salah.  Rasul aja menyuruh kita belajar ke negeri Cina ... 

> 
> CATAT: [1] Buktikan Islam pernah menajalankan TEOKRASI, dan [2] 
> Teladan Rasul dalam bernegara/bermasyarakat sudah tidak aplikable, 
> dan sebagai gantinya hukum Allah diberlakukan melalui DEMOKRASI!

Lho, bukankah prof Azyumardi bilang bahwa khalifah itu adalah 
pemimpin politik DAN agama.

Kalau rektor insitut agama terkemuka sudah bilang begitu masa saya 
bantah lagi?

 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan"  
> wrote:
> >
> > Sejak kapan Allah bilang kita harus menciptakan teokrasi? Itu kan
> > tafsiran para ulama teokratis.  Menegakkan hukum Allah tidak 
harus 
> dg
> > teokrasi.  Demokrasipun  bisa menegakkan hukum Allah.
> > 
> > Bentuk khilafah tidak ditetapkan oleh Allah, jadi kebebasan kita
> > menentukan bentuk yg paling tepat dan relevan bagi masa kini.
> > 
> > Saya juga tidak yakin bahwa bentuk khilafah Rasul adalah yg 
tepat 
> pada
> > masa kini.  Jaman sudah berubah dan RasuluLah sudah tiada dan 
tidak
> > tergantikan.
> > 
> > Jangan memaksakan tafsiran pribadi atau kelompok seolah2 itu 
adalah
> > kehendak Allah.  
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa"  wrote:
> > >
> > > Anda berani menola

[wanita-muslimah] Re: Kewajiban Menegakkan Khilafah ... sedikit buat Dan

2007-07-13 Terurut Topik rsa
Perhatikan:

[1] Anda berani menolak perintah Allah semata karena logika anda 
merasa perintah Allah itu sesuatu yang 'jelek' (=teokrasi)? Apakah 
dari pernyataan saya ini jelas saya menyatakan 'Allah mengharuskan 
kita menciptakan teokrasi' spt jelas terlihat pada pernyataan anda 
ini "Sejak kapan Allah bilang kita harus menciptakan teokrasi?"? 
Saya paraphrase biar lebih jelas: apakah anda berani mangandalkan 
logika anda untuk menilai perintah Allah itu 'jelek' atau tidak 
(misalnya soal khalifah yang anda cap 'teokrasi')? jelas?

[2] Mengapa anda senang sekali dan berulang kali hanya mencomot yang 
anda suka dari komentar saya? entah buat member yang lain. Saya tdk 
hanya komentar satu hal tadi, di atas. Mana tanggapan anda? Saya 
ulang bagian yang tidak anda sentuh: 

> > Memang sejauh ini, sudah pasti, setidaknya menurut yang terhormat 
> > Azyumardi, khilafah itu tidak ada? Bukannya dia menyitir pendapat 
> > seorang ulama, dan ulama itu 'mendeskripsikan', bukan mengambil 
> > kesimpulan, bahwa apa yang muncul setelah khulafaurrasyidin 
> > itu 'tidak masuk kategori' khilafah.
> > 
> > Jadi ya ayo, mari, kalo gitu, kita pastikan bahwa kita hanya 
> > meneladani bentuk khilafah sesungguhnya, yaitu spt dijalankan 
oleh 
> > Rasul hingga para khilafah empat sesudahnya itu.
> > 
> > Mau?

[3] Yang anda lakukan malah melompat pada kesimpulan pribadi 
yang 'berani'. Saya katakan berani karena tidak ada uraian apapun 
dari anda atas pernyataan anda ini, [a] "Menegakkan hukum Allah tidak 
harus dg teokrasi. Demokrasipun  bisa menegakkan hukum Allah." Lalu 
anda teruskan, [b] "Saya juga tidak yakin bahwa bentuk khilafah Rasul 
adalah yg tepat pada masa kini.  Jaman sudah berubah dan RasuluLah 
sudah tiada dan tidak tergantikan." Di sini anda [I] langsung mencap 
bahwa Islam pernah memiliki sebuah bentuk pemerintahan TEOKRASI. 
Tolong buktikan! [II] Anda juga tidak kalah nekatnya menyatakan 
bahwa "Cukup! Teladan Rasul dalam bernegara dan bermasyarakat sudah 
usang dan tidak lagi aplikabel buat ummat saat ini dan mendatang. 
Lebih baik berkiblat pada pemikiran non-muslim, terutama DEMOKRASI 
untuk PASTI menjalankan HUKUM ALLAH!" Tolong Buktikan.

CATAT: [1] Buktikan Islam pernah menajalankan TEOKRASI, dan [2] 
Teladan Rasul dalam bernegara/bermasyarakat sudah tidak aplikable, 
dan sebagai gantinya hukum Allah diberlakukan melalui DEMOKRASI!


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Sejak kapan Allah bilang kita harus menciptakan teokrasi? Itu kan
> tafsiran para ulama teokratis.  Menegakkan hukum Allah tidak harus 
dg
> teokrasi.  Demokrasipun  bisa menegakkan hukum Allah.
> 
> Bentuk khilafah tidak ditetapkan oleh Allah, jadi kebebasan kita
> menentukan bentuk yg paling tepat dan relevan bagi masa kini.
> 
> Saya juga tidak yakin bahwa bentuk khilafah Rasul adalah yg tepat 
pada
> masa kini.  Jaman sudah berubah dan RasuluLah sudah tiada dan tidak
> tergantikan.
> 
> Jangan memaksakan tafsiran pribadi atau kelompok seolah2 itu adalah
> kehendak Allah.  
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa"  wrote:
> >
> > Anda berani menolak perintah Allah semata karena logika anda 
merasa 
> > perintah Allah itu sesuatu yang 'jelek' (=teokrasi)?
> > 
> > Memang sejauh ini, sudah pasti, setidaknya menurut yang terhormat 
> > Azyumardi, khilafah itu tidak ada? Bukannya dia menyitir pendapat 
> > seorang ulama, dan ulama itu 'mendeskripsikan', bukan mengambil 
> > kesimpulan, bahwa apa yang muncul setelah khulafaurrasyidin 
> > itu 'tidak masuk kategori' khilafah.
> > 
> > Jadi ya ayo, mari, kalo gitu, kita pastikan bahwa kita hanya 
> > meneladani bentuk khilafah sesungguhnya, yaitu spt dijalankan 
oleh 
> > Rasul hingga para khilafah empat sesudahnya itu.
> > 
> > Mau?
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan"  
> > wrote:
> > >
> > > Khilafah seperti apa yg dimaksudkan Allah?  Kalau khilafah itu 
> > > adalah teokrasi absolut maka saya menolak.
> > > 
> > > Mari kita definisikan dulu khilafah spt apa.  Kan menurut prof 
> > > Azyumardi tidak ada khilafah islamiyah yg sesungguhnya pasca 
Ali.
> > > 
> > > --
> > > 
> > > - In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa"  wrote:
> > > >
> > > > Kewajiban Menegakkan Khilafah  
> > > > Jul 8, '07 2:28 AM
> > > > for everyone 
> > > > (Tafsir QS al-Baqarah� [2]: 30)
> > > > 

> >
>




[wanita-muslimah] Re: Kewajiban Menegakkan Khilafah ... sedikit buat Dan

2007-07-12 Terurut Topik Dan
Sejak kapan Allah bilang kita harus menciptakan teokrasi? Itu kan
tafsiran para ulama teokratis.  Menegakkan hukum Allah tidak harus dg
teokrasi.  Demokrasipun  bisa menegakkan hukum Allah.

Bentuk khilafah tidak ditetapkan oleh Allah, jadi kebebasan kita
menentukan bentuk yg paling tepat dan relevan bagi masa kini.

Saya juga tidak yakin bahwa bentuk khilafah Rasul adalah yg tepat pada
masa kini.  Jaman sudah berubah dan RasuluLah sudah tiada dan tidak
tergantikan.

Jangan memaksakan tafsiran pribadi atau kelompok seolah2 itu adalah
kehendak Allah.  

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Anda berani menolak perintah Allah semata karena logika anda merasa 
> perintah Allah itu sesuatu yang 'jelek' (=teokrasi)?
> 
> Memang sejauh ini, sudah pasti, setidaknya menurut yang terhormat 
> Azyumardi, khilafah itu tidak ada? Bukannya dia menyitir pendapat 
> seorang ulama, dan ulama itu 'mendeskripsikan', bukan mengambil 
> kesimpulan, bahwa apa yang muncul setelah khulafaurrasyidin 
> itu 'tidak masuk kategori' khilafah.
> 
> Jadi ya ayo, mari, kalo gitu, kita pastikan bahwa kita hanya 
> meneladani bentuk khilafah sesungguhnya, yaitu spt dijalankan oleh 
> Rasul hingga para khilafah empat sesudahnya itu.
> 
> Mau?
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan"  
> wrote:
> >
> > Khilafah seperti apa yg dimaksudkan Allah?  Kalau khilafah itu 
> > adalah teokrasi absolut maka saya menolak.
> > 
> > Mari kita definisikan dulu khilafah spt apa.  Kan menurut prof 
> > Azyumardi tidak ada khilafah islamiyah yg sesungguhnya pasca Ali.
> > 
> > --
> > 
> > - In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa"  wrote:
> > >
> > > Kewajiban Menegakkan Khilafah  
> > > Jul 8, '07 2:28 AM
> > > for everyone 
> > > (Tafsir QS al-Baqarah� [2]: 30)
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para 
> > malaikat, "Sesungguhnya 
> > > Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka 
> > > berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu 
> > > orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, 
> > > padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan 
> > > Engkau?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang 
> > tidak 
> > > kalian ketahui." (QS al-Baqarah [2]: 30).
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > Tafsir Ayat 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > Allah Swt. berfirman: Wa idz qâla Rabbuka li al-malâikah 
> (Ingatlah 
> > > ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat). Huruf idz 
> > merupakan 
> > > zharf az-zamân (kata keterangan) untuk menunjukkan waktu lampau.
> > [1] 
> > > Dalam konteks kalimat ini, huruf tersebut menyimpan kata udzkur 
> > > (ingatlah). Khithâb-nya ditujukan kepada Rasulullah saw. Ini 
> > terlihat 
> > > pada dhamîr mukhâthab ka pada kata Rabbuka yang menunjuk kepada 
> > > beliau. Karena itu, Ibnu Katsir, al-Wahidi dan beberapa mufassir 
> > lain 
> > > memaknainya: Ingatlah, wahai Muhammad, ketika Tuhanmu berfirman 
> > > kepada para malaikat.[2] Seruan kepada Rasulullah saw. berarti 
> > juga 
> > > seruan kepada umatnya.
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > Perkara yang diperintahkan untuk diingat adalah kisah awal 
> > kejadian
>




Re: [wanita-muslimah] Re: Kewajiban Menegakkan Khilafah ... sedikit buat Dan

2007-07-12 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, "Sesungguhnya
 Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka
berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak
kalian ketahui." (QS al-Baqarah [2]: 30).

Khalifah itu kan maksudnya "wakil" atau "yang menggantikan".
Jadi khalifah di muka bumi ya Nabi Adam dan anak turunnya (manusia).
Lalu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali itu kan gelarnya Khalifah
Rasulullah, yang menggantikan Rasulullah.
Jaman sekarang juga banyak khalifah2, presiden2 itu kan khalifah juga kan?

wassalam
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 7/12/07, Dan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
>
>
>
> Khilafah seperti apa yg dimaksudkan Allah?  Kalau khilafah itu
>  adalah teokrasi absolut maka saya menolak.
>
>  Mari kita definisikan dulu khilafah spt apa.  Kan menurut prof
>  Azyumardi tidak ada khilafah islamiyah yg sesungguhnya pasca Ali.


[wanita-muslimah] Re: Kewajiban Menegakkan Khilafah ... sedikit buat Dan

2007-07-12 Terurut Topik rsa
Anda berani menolak perintah Allah semata karena logika anda merasa 
perintah Allah itu sesuatu yang 'jelek' (=teokrasi)?

Memang sejauh ini, sudah pasti, setidaknya menurut yang terhormat 
Azyumardi, khilafah itu tidak ada? Bukannya dia menyitir pendapat 
seorang ulama, dan ulama itu 'mendeskripsikan', bukan mengambil 
kesimpulan, bahwa apa yang muncul setelah khulafaurrasyidin 
itu 'tidak masuk kategori' khilafah.

Jadi ya ayo, mari, kalo gitu, kita pastikan bahwa kita hanya 
meneladani bentuk khilafah sesungguhnya, yaitu spt dijalankan oleh 
Rasul hingga para khilafah empat sesudahnya itu.

Mau?

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Khilafah seperti apa yg dimaksudkan Allah?  Kalau khilafah itu 
> adalah teokrasi absolut maka saya menolak.
> 
> Mari kita definisikan dulu khilafah spt apa.  Kan menurut prof 
> Azyumardi tidak ada khilafah islamiyah yg sesungguhnya pasca Ali.
> 
> --
> 
> - In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa"  wrote:
> >
> > Kewajiban Menegakkan Khilafah  
> > Jul 8, '07 2:28 AM
> > for everyone 
> > (Tafsir QS al-Baqarah� [2]: 30)
> > 
> > 
> > 
> > 
> > Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para 
> malaikat, "Sesungguhnya 
> > Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka 
> > berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu 
> > orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, 
> > padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan 
> > Engkau?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang 
> tidak 
> > kalian ketahui." (QS al-Baqarah [2]: 30).
> > 
> > 
> > 
> > 
> > Tafsir Ayat 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > Allah Swt. berfirman: Wa idz qâla Rabbuka li al-malâikah 
(Ingatlah 
> > ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat). Huruf idz 
> merupakan 
> > zharf az-zamân (kata keterangan) untuk menunjukkan waktu lampau.
> [1] 
> > Dalam konteks kalimat ini, huruf tersebut menyimpan kata udzkur 
> > (ingatlah). Khithâb-nya ditujukan kepada Rasulullah saw. Ini 
> terlihat 
> > pada dhamîr mukhâthab ka pada kata Rabbuka yang menunjuk kepada 
> > beliau. Karena itu, Ibnu Katsir, al-Wahidi dan beberapa mufassir 
> lain 
> > memaknainya: Ingatlah, wahai Muhammad, ketika Tuhanmu berfirman 
> > kepada para malaikat.[2] Seruan kepada Rasulullah saw. berarti 
> juga 
> > seruan kepada umatnya.
> > 
> > 
> > 
> > 
> > Perkara yang diperintahkan untuk diingat adalah kisah awal 
> kejadian 



[wanita-muslimah] Re: Kewajiban Menegakkan Khilafah ... sedikit buat Dan

2007-07-12 Terurut Topik Dan
Khilafah seperti apa yg dimaksudkan Allah?  Kalau khilafah itu 
adalah teokrasi absolut maka saya menolak.

Mari kita definisikan dulu khilafah spt apa.  Kan menurut prof 
Azyumardi tidak ada khilafah islamiyah yg sesungguhnya pasca Ali.

--

- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Kewajiban Menegakkan Khilafah  
> Jul 8, '07 2:28 AM
> for everyone 
> (Tafsir QS al-Baqarah� [2]: 30)
> 
> 
> 
> 
> Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para 
malaikat, "Sesungguhnya 
> Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka 
> berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu 
> orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, 
> padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan 
> Engkau?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang 
tidak 
> kalian ketahui." (QS al-Baqarah [2]: 30).
> 
> 
> 
> 
> Tafsir Ayat 
> 
> 
> 
> 
> Allah Swt. berfirman: Wa idz qâla Rabbuka li al-malâikah (Ingatlah 
> ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat). Huruf idz 
merupakan 
> zharf az-zamân (kata keterangan) untuk menunjukkan waktu lampau.
[1] 
> Dalam konteks kalimat ini, huruf tersebut menyimpan kata udzkur 
> (ingatlah). Khithâb-nya ditujukan kepada Rasulullah saw. Ini 
terlihat 
> pada dhamîr mukhâthab ka pada kata Rabbuka yang menunjuk kepada 
> beliau. Karena itu, Ibnu Katsir, al-Wahidi dan beberapa mufassir 
lain 
> memaknainya: Ingatlah, wahai Muhammad, ketika Tuhanmu berfirman 
> kepada para malaikat.[2] Seruan kepada Rasulullah saw. berarti 
juga 
> seruan kepada umatnya.
> 
> 
> 
> 
> Perkara yang diperintahkan untuk diingat adalah kisah awal 
kejadian 
> manusia. Sebelum menciptakan manusia, Allah Swt. terlebih dulu 
> memberitakannya kepada para malaikat. Kata al-malâikah merupakan 
> bentuk jamak dari kata al-malak. 
> 
> Kepada para malaikat itu Allah Swt. berfirman: Innî jâ'il[un] fî 
al-
> ardhi khalîfah (Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang 
khalifah 
> di muka bumi). Kata jâ'il[un] bermakna khâliq[un].[3] Adapun al-
ardh 
> adalah seluruh bumi yang kini ditempati manusia. Di situlah Allah 
> Swt. akan menjadikan khalîfah. 
> 
> Kata khalîfah berasal dari kata khalîf (wazan fa`îl). Tambahan 
huruf 
> al-hâ' berfungsi li al-mubâlaghah (untuk melebihkan).[4] Kata 
> khalîfah berarti suatu pihak yang menggantikan lainnya, menempati 
> kedudukannya, dan mewakili urusannya. Secara bahasa, seluruh 
> mufassirin sepakat, yang dimaksud dengan khalîfah di sini adalah 
Adam 
> as.[5] Namun, di antara mereka terdapat beberapa pendapat:� 
khalîfah 
> bagi siapakah Adam itu?
> 
> 
> 
> 
> Pertama: khalîfah bagi jin atau banû al-jân.[6] Alasannya, sebelum 
> manusia diciptakan, penghuni bumi adalah banû al-jân. Namun, 
karena 
> mereka banyak berbuat kerusakan, Allah Swt. kemudian mengutus para 
> malaikat untuk mengusir dan menyingkirkan mereka. Setelah mereka 
> berhasil disingkirkan sampai di pesisir dan gunung, Adam as. 
> diciptakan untuk menggantikan kedudukan dan posisi mereka. 
> 
> 
> 
> 
> Kedua: khalîfah bagi malaikat. Demikian pendapat asy-Syaukani, an-
> Nasafi, dan al-Wahidi.[7] Sebab, setelah berhasil menyingkirkan 
banû 
> al-jân, malaikatlah yang tinggal di bumi. Karena itu, yang 
digantikan 
> Adam as adalah malaikat, bukan jin atau banû al-jân.
> 
> 
> 
> 
> Ketiga: disebut khalîfah karena mereka menjadi kaum yang 
sebagiannya 
> menggantikan sebagian lainnya. Di antara yang berpendapat demikian 
> adalah Ibnu Katsir.[8] Pendapat ini didasarkan pada QS al-An`am: 
165, 
> an-Naml: 62, az-Zukhruf: 6, dan Maryam 59.[9]
> 
> 
> 
> 
> Keempat: menjadi khalîfah bagi Allah di bumi untuk menegakkan 
hukum-
> hukum-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya. Pendapat ini 
> dipilih oleh al-Baghawi, al-Alusi, al-Qinuji, al-Ajili, Ibnu 
Juzyi, 
> dan asy-Syanqithi.[10] Status ini bukan hanya disandang Adam as., 
> namun juga seluruh nabi. Mereka semua dijadikan sebagai pengganti 
> dalam memakmurkan bumi, mengatur dan mengurus manusia, 
menyempurnakan 
> jiwa mereka, dan menerapkan perintah-Nya kepada manusia.[11] 
Menurut 
> al-Qasimi, kesimpulan ini didasarkan pada QS Shad: 26. 
> 
> 
> 
> 
> Di antara keempat penafsiran itu, penafsiran keempat tampaknya 
lebih 
> dapat diterima. Penafsiran ketiga, meskipun tak bertentangan 
dengan 
> fakta kehidupan, respon malaikat menunjukkan, kedudukan khalifah 
tak 
> sekadar itu. Menurut para malaikat, khalifah di muka bumi itu 
> haruslah ahl al-thâ`ah, bukan ahl al-ma`shiyyah. Jika kedudukan 
> sebagai khalifah hanya merupakan siklus kehidupan, generasi 
> digantikan dengan generasi berikutnya, tentu tak mengharuskan 
> khalifah dari kalangan ahl al-thâ`ah. 
> 
> 
> 
> 
> Alasan yang sama juga dapat digunakan untuk menolak penafsiran 
> pertama dan kedua jika peristiwa itu benar-benar terjadi. Sebagai 
> catatan, penafsiran pertama dan kedua didasarkan pada hadis mawqûf 
> yang tidak dapat menghasilkan keyakinan.� Dalam frasa 
berikutnya 
> disebutkan: Qâlû ataj'