Re: [wanita-muslimah] Re: Linuxversal (was : debat kusir

2007-04-29 Terurut Topik sir BATS
asetijadi2004 wrote:

> 
> ic...
> kalo kata Jarwo Kuwat,
> "i understand brother, thank you" ;-)
> 
> Jadi kalo kita analogikan LINUX = ISLAM.
> 
> Asal kernelnya itu tetep Linux, ya tetep halal gitu ya...
> Kan distro itu cuman kulitnya saja

ss: bener pak Linux itu hanya "secuil" kernel. Tugas kernel cuma 
memahami cara kerja hard ware dengan prinsip I/O (in put / out put) agar 
bisa beroperasi : makanya dinamakan sistem operasi. wis itu thok. Nah 
untuk bisa "bekerja" atau berkarya, dibutuhkan aplikasi. Misal untuk 
mengolah kata dibutuhkan "word processor". Kalo peneliti CERN tidak 
iseng2 kita mungkin tidak ketemu yg bernama world wide web dan browser. 
Browser ini juga disebut aplikasi. Dan sekian banyak aplikasi lain yg 
bekerja berpondasikan sistem operasi; sistem operasi bekerja berbasis BIOS.

Nah kalo di-analogikan ke Islam : Qur'an itu kernel dengan module yg 
komplit, untuk bisa diterapkan dibutuhkan aplikasi (tafsir). Di Aceh 
yang langsung beroperasi secara aplikatif adalam Qanun. Untuk 
individual, lebih sering tidak membutuhkan seluruh module dalam kernel. 
Misal saya punya satu kartu vga merk ATI type RV370 maka untuk 
menjalankan vga ini saya cuma butuh SATU MODUL, jadi module lain : 
Neomagic, CyrrusLogic, Via UniChrome, Nvidia, Trident, SiS akan saya 
buang karena membebani kernel itu sendiri. Karena saya cuma punya 2 net 
adapter Linksys rt61 dan RealTek8169 maka saya hanya memelihara module 
rt61 dan r8169; module lain untuk net adapter saya buang.

Pembuat kernel (biasanya penyedia distro) karena melayani seluruh 
manusia didunia yg memiliki macam2 hardware; menyediakan seluruh module 
yg dikenal dalam kernel mereka. Sama juga Al-Qur'an menyediakan seluruh 
module yg mungkin ada di dunia ini. Tapi kita sebagai pengguna khan 
tidak memiliki "seluruh hard ware".


> 
> Cuman kenapa dengan begitu banyak distro lokal,
> "Muhammadiyah","Nahdhatul Ulama","Persis" dll, deste
> IGOS memang yang "resmi" oleh pemerintah istilahnya yang wakilnya ada
> di "MUI" tapi kok yang sedang 'hot' malah yang impor kayak UBUNTU...
> ;-))

IGOS dibesut oleh LIPI disponsori Kementrian Ristek & Kominfo. Tapi 
ingat Lipi TIDAK MEMBUAT KERNEL; untuk linux sampeyan bisa mendonlot 
source kernel dan mengkompilasi sendiri kemudian diberi nama : 
2.6.20.1-asetiyaji-R007 misalnya. Itulah kernel milik sampeyan pribadi 
yg berisi module yg sampeyan butuhkan untuk mesin sampeyan. Kalo 
sampeyan males atau tidak mampu bikin kompilasi kernel pakai aja yg 
disediakan oleh distro.

Saya dah test IGOS : live CD nya malah tidak mampu mematikan PC (saya 
dapat DVD dari InfoLinux majalah) mungkin burningnya jelek. Yang bikin 
"klenger" tidak mampu mengkonfigurasi "minimal" wired ethernet (wajib 
untuk kernel linux tahun jebot); saya cari modulenya ... TIDAK ADE !!!
saya liat mereka pakai kernel 2.6.18 :=( memang disediakan source kernel 
2.6.20. Saya terlanjur yakin untuk proyek spt inipun ada korupsi hingga 
sistem begitu jelek. Ubuntu populer kerna "jreng". Tidak ada yg khas 
nusantara sama sekali pada IGOSN ,dekstop gnome, cuma wallpaper-nya ada 
bendera merah putih. Masih lebih canggih buatan Mahasiswa semarang : 
pilinux. Saya sungguh heran dengan LIPI. Mosok kalah sama persatuan 
warnet yg membuat distro LIGOS.

Usul saya LIPI memfasilitasi saja dengan menyediakan server berbandwith 
besar, memport repository, menyediakan seluruh kernel yg ada (katakan 
big ten : red Hat, Debian, Slack, Gentoo, Mandriva, Ubuntu, Mepis, 
DamnSmall Linux,PuppyLinux, Linux) Pembuatan distro serahkan hacker2 
lokal atau UKM. Menristek menawarkan bantuan gratis Rp 50 juta bagi UKM 
yg mau mengembangkan bisnis open source.

Kalo ditarik ke agama MUI itu memfasilitasi saja, distro/tafsir serahkan 
ke hacker lokal macam Pak Chodjim, HMNA, Chae, Mia, Janoko dan Mbak Ning 
:=))

> Soal MS, bukankah keberadaannya merupakan keniscayaan
> Redhat yang katanya dulunya anak manis OSS, ternyata mulai ikut-
> ikutan MS walaupun dibungkus oleh paket "Enterprise"

Yang dimasalahkan masyarakat Open Source pimpinan Richard Stallman pada 
MS itu bukan duitnya, bukan bayarnya : Tapi perilaku MS yg monopolistik, 
padahal dia juga cuma melakukan kompilasi terhadap kernel komputer dan 
membuat distro MS Win. Perilaku MS yg tertutup dan TIDAK MEMBERIKAN PILIHAN.

Cerita sedikit : Member milis ini pasti tau DRM (Digital Right 
Management). Sebuah sistem untuk melindungi hak cipta dengan kode 
digital. Misal lagu "Cintaku Pada Islam" rilisan Chaerunisa Mahadewi 
dinyanyikan oleh Janoko, diproduksi oleh Mia Inc. Mia Inc untuk 
melindungi hak miliknya memasang drm pada produknya dan membuat player 
lagu tsb. Jadi lagu Cintaku Pada Islam produksi Mia hanya bisa diputar 
di M-Player misalnya. Kalo kepingin mutar lagu tsb dan mendengar suara 
janoko harus beli M-player buatan Mia Inc. karena lagu tsb tidak akan 
jalan di player lain. Ini yg terjadi pada iTune.

Apple malakukan survey; ternyata hanya 3 persen pengguna yg membeli 
resmi lagu ciptaan chae dari seluruh peng

[wanita-muslimah] Re: Linuxversal (was : debat kusir

2007-04-29 Terurut Topik asetijadi2004
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "sir BATS" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> On Fri, 27 Apr 2007 18:18:49 +0700, asetijadi2004 
<[EMAIL PROTECTED]>  
> wrote:
> >
> > ustadz Sabri,
> >
> > Kenapa kok jadi make buatan asing kayak UBUNTU?
> > Mengapa nilai-nilai universal linux diwujudkan menjadi UBUNTU-
ISASI?
> > Bagaimana dengan IGOS Nusantara, distro buatan bangsa kita 
sendiri?
> > Bukankah karena muncul dari diri sendiri maka sangat bisa jadi 
lebih
> > cocok dengan kepribadian dan identitas bangsa ini?
> >
> > Linux itu bukan UBUNTU,
> > UBUNTU itu bukan Linux.h...bener nggak ini ya
> > ;-))
> 
> di pc saya sekarang dual boot ubuntu dan gentoo : kenapa tidak 
IGOS  
> (Indonesia Goes Open Sources). Pertama ubuntu memperkenalkan distro 
yg  
> mudah murah meriah, saya tidak sendirian, sekarang 2 kantor cabang 
sudah  
> berubuntu ria (sekitar 17 desktop dan 9 laptop). ubuntu dukungannya 
kuat.  
> Saya belum coba IGOS. dengan ubuntu masing2 user bisa mengoprek PC 
mereka  
> sendiri, bagaimana un-install aplikasi, install aplikasi baru, 
melakukan  
> upgrade dll.
> 
> Linux itu cuma secuil kernel; linux jelAS BUKAN hanya ubuntu, tapi 
ubuntu  
> adalah linux : yang tepat Ubuntu-Linux atau Linux-Ubuntu :=)) dalam 
distro  
> linux tidak ada "buatan siapa" atau "milik siapa" semua milik 
publik  
> (General Public License) termasuk IGOS. Dalam dunia open source 
tidak ada  
> kebangsaan atau pemilik. Saya bisa saja instal linux kernel 
sendiri,  
> kompilasi modul yg dibutuhkan sesuai dengan spek komputer saya dan 
boot  
> :=) itulah GENTOO distro manual (istilahnya). IGOS dan distro lain 
tidak  
> memiliki ciri khusus cuma wall-papernya ada gambar merah putih 
hehehe dan  
> desktopnya tetap gnome (kayaknya), kernelnya tetep linux. Distro 
buatan  
> anak negri banyak ada pilinux buatan semarang, trus banyak buatan 
jogya.  
> Distro itu cuma assembling. Nah soal kernel buatan siapa, sulit 
juga misal  
> kernel 2.6 kita bisa mempreteli kernel ini hingga tidak diganduli 
modul2  
> lain yg tidak dibutuhkan. Tapi prinsipnya tetap kernel 2.6 dan 
kernel 2.1  
> yg di enhance akan jadi kernel 2.4 atau malah 2.6.
> 
> Sampeyan pasti belum mengenal linux  hingga komentarnya ngawur 
ria :=))
> 
> -- 
> Linux Registered User # 421968
>


ic...
kalo kata Jarwo Kuwat, 
"i understand brother, thank you" ;-) 

Jadi kalo kita analogikan LINUX = ISLAM.

Asal kernelnya itu tetep Linux, ya tetep halal gitu ya...
Kan distro itu cuman kulitnya saja 

Cuman kenapa dengan begitu banyak distro lokal,
"Muhammadiyah","Nahdhatul Ulama","Persis" dll, deste
IGOS memang yang "resmi" oleh pemerintah istilahnya yang wakilnya ada 
di "MUI" tapi kok yang sedang 'hot' malah yang impor kayak UBUNTU...
;-))

Soal MS, bukankah keberadaannya merupakan keniscayaan
Redhat yang katanya dulunya anak manis OSS, ternyata mulai ikut-
ikutan MS walaupun dibungkus oleh paket "Enterprise"

Bukankah "tidak ada paksaan dalam berlinux"?
Bukankah MS juga tujuannya memberi kemudahan pada user untuk bisa 
menggunakan komputer sesuai dengan kebutuhan?
Bukankah tujuannya sama, yaitu "celebrate keberadaan komputer agar 
menjadi berkah bagi umat manusia"

Mohon ustadz Sabri, 
saya jangan dianggap sesat ya...
;-))