Re: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Rafina, kau itu esmosian kali tampaknya. Tengoklah tulisanku sekali lagi, dua kali pun tak mengapa. Ku bilang 'penampilan pada umumnya'. Sampai2 ku beri referensi kartun Benny & Mice. :-) Ibaratnya ikhwan itu suka manjangin jenggot, celananya ngantung. Jadi apakah tukang sate madura itu ikhwan? Jadi apakah para rabi, pendeta nasrani, kristen ortodok yg suka manjangin jenggot pula itu ikhwan? Merasa diri feminis, konservatif, modern bukan diri kita yg bikin, itu penilaian orang lain. Diantaranya dari cara berpenampilan, cara ngomong, berperilaku, kemudian Benny & Mice bikin kartunnya :-) Salam, l.meilany - Original Message - From: Rafina Harahap To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, June 21, 2008 4:10 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT Itu bukan feminis, eda. Itu orang-orang norak yang baru aja baca Second Sex-nya Beauvoir, keblinger. Kalo umur mereka masih kepala 2, wajarlah. Tapi kalo sudah usia kepala 4, h. :-) Sama saja kayak orang "mendadak islam" lalu bawaannya tunjuk sana-sini menghakimi orang, yang gak sama dgn dia berarti calon penghuni neraka. Lha dulu lo kecilnya ngapain aja? Emang gak ngaji ya? Kecilnya jahiliyyah? Seram amat masa kecilmu, baru kenal islam pas udah tuwak. Begitulah orang-orang yang "mendadak feminis", "mendadak islam", "mendadak artis", "mendadak dangdut", sarua kabeh. btw saya feminis 200%, ibu rumah tangga full time, dan akan menolak dengan keras jika ada yang mau mengubah tarombo batak :-) tarombo batak = silsilah batak yang isinya lelaki semua. Perempuan tidak masuk dalam silsilah bangsa batak :-) horas, rafina --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Nimbrung selintas : > Ciri perempuan feminis, [ yg aktivis perempuan diantaranya] adalah dalam berpenampilan : > > Pakai perhiasan etnik, batu2-an, kayu2, atau pake anting besar yg berjumbai-jumbai. > Pakai selendang batik, tenun, dililitkan dipinggang, dikalungkan di leher, pake jins bluwek, > Kalo pake rok model semi kain, model lilit, blusnya juga kain etnik. > Tas, sepatu bergaya etnik atau paling gak kayak indian, gipsy, atau pake sepatu teplek, jalit2, sandal kulit, sepatu kets. > Kadang2 bawa tas/ransel/tas punggung yg besar didalamnya ada laptop, notebook atau melenggang paling bawa tas pinggang. > Banyak yg suka merokok dengan PD dimana saja, bicaranya keras2. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Batak beda sama yahudi yah ? Kalau yahudi kan matrilineal. Seseorang baru diangga benar benar yahudi kalau dilahirkan oleh seorang ibu yang yahudi. Kalau minang matrilineal sepertinya nggak seketat itu yah .. Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: "Rafina Harahap" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Sat, 21 Jun 2008 09:10:37 To: Subject: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT Itu bukan feminis, eda. Itu orang-orang norak yang baru aja baca Second Sex-nya Beauvoir, keblinger. Kalo umur mereka masih kepala 2, wajarlah. Tapi kalo sudah usia kepala 4, h. :-) Sama saja kayak orang "mendadak islam" lalu bawaannya tunjuk sana-sini menghakimi orang, yang gak sama dgn dia berarti calon penghuni neraka. Lha dulu lo kecilnya ngapain aja? Emang gak ngaji ya? Kecilnya jahiliyyah? Seram amat masa kecilmu, baru kenal islam pas udah tuwak. Begitulah orang-orang yang "mendadak feminis", "mendadak islam", "mendadak artis", "mendadak dangdut", sarua kabeh. btw saya feminis 200%, ibu rumah tangga full time, dan akan menolak dengan keras jika ada yang mau mengubah tarombo batak :-) tarombo batak = silsilah batak yang isinya lelaki semua. Perempuan tidak masuk dalam silsilah bangsa batak :-) horas, rafina --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Nimbrung selintas : > Ciri perempuan feminis, [ yg aktivis perempuan diantaranya] adalah dalam berpenampilan : > > Pakai perhiasan etnik, batu2-an, kayu2, atau pake anting besar yg berjumbai-jumbai. > Pakai selendang batik, tenun, dililitkan dipinggang, dikalungkan di leher, pake jins bluwek, > Kalo pake rok model semi kain, model lilit, blusnya juga kain etnik. > Tas, sepatu bergaya etnik atau paling gak kayak indian, gipsy, atau pake sepatu teplek, jalit2, sandal kulit, sepatu kets. > Kadang2 bawa tas/ransel/tas punggung yg besar didalamnya ada laptop, notebook atau melenggang paling bawa tas pinggang. > Banyak yg suka merokok dengan PD dimana saja, bicaranya keras2. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Itu bukan feminis, eda. Itu orang-orang norak yang baru aja baca Second Sex-nya Beauvoir, keblinger. Kalo umur mereka masih kepala 2, wajarlah. Tapi kalo sudah usia kepala 4, h. :-) Sama saja kayak orang "mendadak islam" lalu bawaannya tunjuk sana-sini menghakimi orang, yang gak sama dgn dia berarti calon penghuni neraka. Lha dulu lo kecilnya ngapain aja? Emang gak ngaji ya? Kecilnya jahiliyyah? Seram amat masa kecilmu, baru kenal islam pas udah tuwak. Begitulah orang-orang yang "mendadak feminis", "mendadak islam", "mendadak artis", "mendadak dangdut", sarua kabeh. btw saya feminis 200%, ibu rumah tangga full time, dan akan menolak dengan keras jika ada yang mau mengubah tarombo batak :-) tarombo batak = silsilah batak yang isinya lelaki semua. Perempuan tidak masuk dalam silsilah bangsa batak :-) horas, rafina --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Nimbrung selintas : > Ciri perempuan feminis, [ yg aktivis perempuan diantaranya] adalah dalam berpenampilan : > > Pakai perhiasan etnik, batu2-an, kayu2, atau pake anting besar yg berjumbai-jumbai. > Pakai selendang batik, tenun, dililitkan dipinggang, dikalungkan di leher, pake jins bluwek, > Kalo pake rok model semi kain, model lilit, blusnya juga kain etnik. > Tas, sepatu bergaya etnik atau paling gak kayak indian, gipsy, atau pake sepatu teplek, jalit2, sandal kulit, sepatu kets. > Kadang2 bawa tas/ransel/tas punggung yg besar didalamnya ada laptop, notebook atau melenggang paling bawa tas pinggang. > Banyak yg suka merokok dengan PD dimana saja, bicaranya keras2.
Re: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Nimbrung selintas : Ciri perempuan feminis, [ yg aktivis perempuan diantaranya] adalah dalam berpenampilan : Pakai perhiasan etnik, batu2-an, kayu2, atau pake anting besar yg berjumbai-jumbai. Pakai selendang batik, tenun, dililitkan dipinggang, dikalungkan di leher, pake jins bluwek, Kalo pake rok model semi kain, model lilit, blusnya juga kain etnik. Tas, sepatu bergaya etnik atau paling gak kayak indian, gipsy, atau pake sepatu teplek, jalit2, sandal kulit, sepatu kets. Kadang2 bawa tas/ransel/tas punggung yg besar didalamnya ada laptop, notebook atau melenggang paling bawa tas pinggang. Banyak yg suka merokok dengan PD dimana saja, bicaranya keras2. Begitu juga yg berjilbab, biasanya jilbab dipakai a al gipsy, telinga kelihatan. Jilbab gaullah, pake celana jins, tasnya kebanyakan selalu besar, isinya serba rupa untuk hidup dimana saja. Kalo lagi ngumpul senang di tempat yg ada hotspot - wifi, sambil buka laptop, merokok, ngomongnya keras2. Dan yg pasti temanya bukan keluarga, gosip infotaintment, mode, resep masakan, jual beli mobil, tempat gym yg asyik dll; temanya 'berat' kadang2 bikin pengunjung sekitarnya clangap! :-)) Salam, l.meilany [ data diambil sebagian dari buku kartun Beni & Mice] - Original Message - From: h.s nurbayanti To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, June 19, 2008 5:31 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT Kalau yang mbak uraikan ini saya setuju banget. Tapi saya suka bertanya apa yang membuat seseorang itu feminis atau tidak? Ada diskusi yg menarik (buat saya) di milis sebelah. Ada yg melihat feminisme sbg sebuah agama baru. Tentu ini tidak benar, bila kita melihatnya dari kacamata semesta ilmu pengetahuan, bedanya feminisme dalam semesta ilmu pengetahuan dengan agama yg berakar ke metafisika atau apalah itu.. wilayahnya orang filsafat :P. Dan ini udah dijawab oleh feminis -akademik. Tapi saya memahami pendapat orang itu. Feminisme sbg agama disini lebih membicarakan soal hubungan si feminis dengan feminisme itu sendiri sebagai sebuah isme, atau lebih tepatnya a set of beliefs. Dalam konteks ini, feminisme sbg sebuah prinsip2, nilai2 yang diyakini. Bukan sebagai sebuah "agama" dalam pengertian agama yg "normal". Kalau kita bicara feminisme sbg sebuah "agama" atau a set of beliefs, tentu kita bicara soal tiga hal: iman, ilmu dan amal :-). Yang seringkali layaknya orang yg "beragama" ada gap antara iman, ilmu dan amal tadi :-) Seseorang bisa menjadi feminis karena buku2 yg dia baca atau karena lingkungan/tradisi atau karena keduanya. Semuanya sering bersinggungan dan berinteraksi. Ini yg menyebabkan "turun-naiknya" keimanan feminisme seseorang (hehehe.. ini saya lagi asbun saja, tapi gpp kan ya, sesekali bicara yg asbun-asbun hehehe). Maksudnya, kadang-kadang tradisi lebih kuat dari bacaan. Dalam hal ini, meskipun si "feminis" sudah melahap habis teori-teori feminis dan bahkan memperjuangkannya, mencoba "mengamalkannya", kadang2 tanpa sadar dia ternyata masih terjebak dalam budaya/tradisi patriarki. Atau sebaliknya, bisa jadi orang yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup mengenai feminisme ternyata dia bisa jadi seorang feminis, karena tradisi... Dan seperti yang mbak katakan, laki2 (atau perempuan) ada yg sebenarnya juga ingin berubah. Jadi bisa saja misalnya, seseorang yang tadinya bukan feminis, bergerak ke arah seorang feminis.. meskipun misalnya dia seorang patriarki... but benevolent (hehehe) Hehehe.. gak tau ya, berdasarkan pengalaman saya sih begitu. Saya kadang2 mengobservasi orang2 di lingkungan saya. Kadang2 saya mempertanyakan ke-feminis-an seseorang.. maksudnya, feminis tapi kok sikap dan tindak tanduknya tidak seperti feminis ya? Baik feminis perempuan maupun laki2. Di sisi lain, ada yang patriarchal (but benevolent) dan ketika dia berinteraksi dengan seorang feminis, tentunya pasti ada gesekan la.. tapi kemudian bisa menerima perubahan itu dan mampu mengubah relasi di antara keduanya. And voila... dia kok (tanpa sadar) jadi seorang feminis? weleh-weleh... bukan karena alasan di"brainwash" dng isme-isme atau ideologi feminis, tapi simply karena alasan kepraktisan dan kemanfaatan, seperti yg mbak bilang. Bukan sesuatu yg sifatnya ideologis sama sekali. Cuma sekedar alasan kepraktisan dan kemanfaatan. Sementara sebaliknya, yang melihatnya sbg sebuah ideologi, a set of beliefs, kadang2 kesulitan mengaplikasikannya di tataran praktis.. ironis. Maksudnya, meski sudah menguasai ilmunya, memiliki ilmunya, tapi rupanya interaksi dan prosesnya belum kelar... tahap amal-nya. Memang benar pepatah yg bilang: don't judge a book by its cover. Karena manusia tidak statis seperti buku. Wong buku aja bisa dicetak ulang dng cover yg berbeda toh?
Re: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Kalau yang mbak uraikan ini saya setuju banget. Tapi saya suka bertanya apa yang membuat seseorang itu feminis atau tidak? Ada diskusi yg menarik (buat saya) di milis sebelah. Ada yg melihat feminisme sbg sebuah agama baru. Tentu ini tidak benar, bila kita melihatnya dari kacamata semesta ilmu pengetahuan, bedanya feminisme dalam semesta ilmu pengetahuan dengan agama yg berakar ke metafisika atau apalah itu.. wilayahnya orang filsafat :P. Dan ini udah dijawab oleh feminis -akademik. Tapi saya memahami pendapat orang itu. Feminisme sbg agama disini lebih membicarakan soal hubungan si feminis dengan feminisme itu sendiri sebagai sebuah isme, atau lebih tepatnya a set of beliefs. Dalam konteks ini, feminisme sbg sebuah prinsip2, nilai2 yang diyakini. Bukan sebagai sebuah "agama" dalam pengertian agama yg "normal". Kalau kita bicara feminisme sbg sebuah "agama" atau a set of beliefs, tentu kita bicara soal tiga hal: iman, ilmu dan amal :-). Yang seringkali layaknya orang yg "beragama" ada gap antara iman, ilmu dan amal tadi :-) Seseorang bisa menjadi feminis karena buku2 yg dia baca atau karena lingkungan/tradisi atau karena keduanya. Semuanya sering bersinggungan dan berinteraksi. Ini yg menyebabkan "turun-naiknya" keimanan feminisme seseorang (hehehe.. ini saya lagi asbun saja, tapi gpp kan ya, sesekali bicara yg asbun-asbun hehehe). Maksudnya, kadang-kadang tradisi lebih kuat dari bacaan. Dalam hal ini, meskipun si "feminis" sudah melahap habis teori-teori feminis dan bahkan memperjuangkannya, mencoba "mengamalkannya", kadang2 tanpa sadar dia ternyata masih terjebak dalam budaya/tradisi patriarki. Atau sebaliknya, bisa jadi orang yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup mengenai feminisme ternyata dia bisa jadi seorang feminis, karena tradisi... Dan seperti yang mbak katakan, laki2 (atau perempuan) ada yg sebenarnya juga ingin berubah. Jadi bisa saja misalnya, seseorang yang tadinya bukan feminis, bergerak ke arah seorang feminis.. meskipun misalnya dia seorang patriarki... but benevolent (hehehe) Hehehe.. gak tau ya, berdasarkan pengalaman saya sih begitu. Saya kadang2 mengobservasi orang2 di lingkungan saya. Kadang2 saya mempertanyakan ke-feminis-an seseorang.. maksudnya, feminis tapi kok sikap dan tindak tanduknya tidak seperti feminis ya? Baik feminis perempuan maupun laki2. Di sisi lain, ada yang patriarchal (but benevolent) dan ketika dia berinteraksi dengan seorang feminis, tentunya pasti ada gesekan la.. tapi kemudian bisa menerima perubahan itu dan mampu mengubah relasi di antara keduanya. And voila... dia kok (tanpa sadar) jadi seorang feminis? weleh-weleh... bukan karena alasan di"brainwash" dng isme-isme atau ideologi feminis, tapi simply karena alasan kepraktisan dan kemanfaatan, seperti yg mbak bilang. Bukan sesuatu yg sifatnya ideologis sama sekali. Cuma sekedar alasan kepraktisan dan kemanfaatan. Sementara sebaliknya, yang melihatnya sbg sebuah ideologi, a set of beliefs, kadang2 kesulitan mengaplikasikannya di tataran praktis.. ironis. Maksudnya, meski sudah menguasai ilmunya, memiliki ilmunya, tapi rupanya interaksi dan prosesnya belum kelar... tahap amal-nya. Memang benar pepatah yg bilang: don't judge a book by its cover. Karena manusia tidak statis seperti buku. Wong buku aja bisa dicetak ulang dng cover yg berbeda toh? hehehe... kita terus-menerus berproses dan berinteraksi dng apa yg kita yakini. 2008/6/18 Mia <[EMAIL PROTECTED]>: > Iya betul. Laki2 atau bahkan perempuan yang merasa terancam dengan > kemandirian perempuan harus sadar ini persepsi yang keliru, karena > kemandirian perempuan itu kan bermanfaat bagi masyarakat laki2 maupun > perempuan. Tekankan manfaatnya. > > Sebaliknya perempuan yang berstandar ganda seperti yang dicontohkan > mba Herni, itu juga nggak bermanfaat karena membatasi pilihan > jodohnya sendiri. Pilihan jodoh itu nggak tergantung karir hebat ini > itu, yang penting sekufu, yang penting bisa jadi soul mate. > > Saya cuma mengingatkan, bahwa patriarki itu menguasai nggak hanya > laki2 tapi juga perempuan. Jadi sebagian laki2 ada yang feminis, > ada yang nggak , sebagian perempuan ada yang feminis, ada yang nggak, > ringkasnya gitu. > > salam > Mia > > [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Iya betul. Laki2 atau bahkan perempuan yang merasa terancam dengan kemandirian perempuan harus sadar ini persepsi yang keliru, karena kemandirian perempuan itu kan bermanfaat bagi masyarakat laki2 maupun perempuan. Tekankan manfaatnya. Sebaliknya perempuan yang berstandar ganda seperti yang dicontohkan mba Herni, itu juga nggak bermanfaat karena membatasi pilihan jodohnya sendiri. Pilihan jodoh itu nggak tergantung karir hebat ini itu, yang penting sekufu, yang penting bisa jadi soul mate. Saya cuma mengingatkan, bahwa patriarki itu menguasai nggak hanya laki2 tapi juga perempuan. Jadi sebagian laki2 ada yang feminis, ada yang nggak , sebagian perempuan ada yang feminis, ada yang nggak, ringkasnya gitu. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "h.s nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Duh, biyung... pusing aku masih gak ngerti hehehe.. > Harus segera klarifikasi nh :-) > > Kalau laki2 ada yg masih terancam dng kemandirian perempuan, harus > disadarkan ya? > Kamu sebenarnya mengingikan perubahan ini juga lho... percaya deh.. > *ting-ting* > Dan perempuan juga jangan menerapkan standar ganda ya? > Di satu sisi, dia mandiri. Di sisi lain, masih terjebak pola subordinasi > lama. > Nyari laki2 yg bisa "melebihi" dia. > Harus sadar bahwa kemandiriannya punya implikasi thd pola relasi yg berubah > juga. > Yg "mandiri" dalam pengertian "cair"? > > Karena ini bukan soal siapa yang paling punya derajat. Punya dominasi. Punya > kuasa. > Tapi sekedar pembagian tugas saja yg harusnya sifatnya cair? > Kalau ada yg gaptek, baik laki2 atau perempuan, ya diajarin. > Intinya adalah membuat yang timbang jadi seimbang lagi. > Kalau salah satu timpang, kan gak bisa menang kalau ada lomba balap bakiak > bareng :P. > Intinya (dalam bahasa yg lebih mudah saya pahami hehehe): > Asik-asik aja gitu kan? > Saya dukung deh kalau yg asik-asik aja > > :-)) > > > > 2008/6/17 Mia <[EMAIL PROTECTED]>: > > > Mba Herni, > > "Yang realitasnya" adalah bahwa laki2 maupun perempuan sama-sama > > berubah dan mengalami perubahan. "Yang seharusnya" mungkin bervariasi > > di antara laki-laki dan perempuan tergantung persepsi kita. Dalam > > persepsi umum mungkin kita mengira bahwa laki2 nggak mau berubah > > dalam relasi laki2 dan perempuan, karena kondisi yang ada. Dan ada > > juga sebagian perempuan persepsinya menolak perubahan. > > > > Jangan salah, sebagian laki-laki menginginkan perubahan karena meliat > > manfaatnya, misalnya beban tugasnya jadi lebih ringan karena di- > > sharing dengan isterinya. Yang sulit bagi sebagian cowok mungkin > > keharusan dia kudu sharing pekerjaan rumah dan mengurus anak2 juga. > > Ini kan namanya sikap ego mau menang sendiri, dan mesti dihilangkan. > > > > Betul mba Lina, yang normal adalah kalau masing2 nyaman dan menjalani > > hak/kewajiban masing2. Perubahan adalah proses normal, hikayat > > kehidupan. > > > > Di pedesaan terpencil di Indonesia, laki2 dan perempuan sama2 > > mengemban nafkah hidup dan mengurus anak. Batas tugas masing2 > > keliatan beda secara alamiah. Namun apabila mereka mengalami > > perubahan, misalnya ada teknologi baru di desa mereka yang menyentuh > > aspek ekonomi dan utilitas, lalu perempuan tertinggal karena > > teknologi baru ini, maka perubahan itu nggak memberikan manfaat > > maksimal bagi desa tersebut, karena sebagian masyarakat pelaku > > ekonomi ketinggalan. > > > > Di banyak perkotaan perubahan teknologi itu begitu bertubi2 cepat > > luar biasa, meninggalkan kebanyakan perempuan, sehingga kita berada > > dalam situasi kondisi 'nggak normal' seperti sekarang ini, dimana > > memang harus dikembalikan ke fitrahnya, seperti mba Lina bilang. > > Sebagian laki2 yang ketinggalan pun mengalami ketimpangan, bahkan > > jadi sangat berat karena mereka dituntut sebagai pencari nafkah > > tunggal. > > > > Perubahan ke arah 'normal' yang membuat kita nyaman dan menjalankan > > hak/kewajiban masing2 ini, bermanfaat bagi laki2 maupun perempuan. > > Perempuan mencapai kemandirian ekonominya, dan laki2 mengurangi > > bebannya sendiri. > > > > salam > > Mia
Re: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Duh, biyung... pusing aku masih gak ngerti hehehe.. Harus segera klarifikasi nh :-) Kalau laki2 ada yg masih terancam dng kemandirian perempuan, harus disadarkan ya? Kamu sebenarnya mengingikan perubahan ini juga lho... percaya deh.. *ting-ting* Dan perempuan juga jangan menerapkan standar ganda ya? Di satu sisi, dia mandiri. Di sisi lain, masih terjebak pola subordinasi lama. Nyari laki2 yg bisa "melebihi" dia. Harus sadar bahwa kemandiriannya punya implikasi thd pola relasi yg berubah juga. Yg "mandiri" dalam pengertian "cair"? Karena ini bukan soal siapa yang paling punya derajat. Punya dominasi. Punya kuasa. Tapi sekedar pembagian tugas saja yg harusnya sifatnya cair? Kalau ada yg gaptek, baik laki2 atau perempuan, ya diajarin. Intinya adalah membuat yang timbang jadi seimbang lagi. Kalau salah satu timpang, kan gak bisa menang kalau ada lomba balap bakiak bareng :P. Intinya (dalam bahasa yg lebih mudah saya pahami hehehe): Asik-asik aja gitu kan? Saya dukung deh kalau yg asik-asik aja :-)) 2008/6/17 Mia <[EMAIL PROTECTED]>: > Mba Herni, > "Yang realitasnya" adalah bahwa laki2 maupun perempuan sama-sama > berubah dan mengalami perubahan. "Yang seharusnya" mungkin bervariasi > di antara laki-laki dan perempuan tergantung persepsi kita. Dalam > persepsi umum mungkin kita mengira bahwa laki2 nggak mau berubah > dalam relasi laki2 dan perempuan, karena kondisi yang ada. Dan ada > juga sebagian perempuan persepsinya menolak perubahan. > > Jangan salah, sebagian laki-laki menginginkan perubahan karena meliat > manfaatnya, misalnya beban tugasnya jadi lebih ringan karena di- > sharing dengan isterinya. Yang sulit bagi sebagian cowok mungkin > keharusan dia kudu sharing pekerjaan rumah dan mengurus anak2 juga. > Ini kan namanya sikap ego mau menang sendiri, dan mesti dihilangkan. > > Betul mba Lina, yang normal adalah kalau masing2 nyaman dan menjalani > hak/kewajiban masing2. Perubahan adalah proses normal, hikayat > kehidupan. > > Di pedesaan terpencil di Indonesia, laki2 dan perempuan sama2 > mengemban nafkah hidup dan mengurus anak. Batas tugas masing2 > keliatan beda secara alamiah. Namun apabila mereka mengalami > perubahan, misalnya ada teknologi baru di desa mereka yang menyentuh > aspek ekonomi dan utilitas, lalu perempuan tertinggal karena > teknologi baru ini, maka perubahan itu nggak memberikan manfaat > maksimal bagi desa tersebut, karena sebagian masyarakat pelaku > ekonomi ketinggalan. > > Di banyak perkotaan perubahan teknologi itu begitu bertubi2 cepat > luar biasa, meninggalkan kebanyakan perempuan, sehingga kita berada > dalam situasi kondisi 'nggak normal' seperti sekarang ini, dimana > memang harus dikembalikan ke fitrahnya, seperti mba Lina bilang. > Sebagian laki2 yang ketinggalan pun mengalami ketimpangan, bahkan > jadi sangat berat karena mereka dituntut sebagai pencari nafkah > tunggal. > > Perubahan ke arah 'normal' yang membuat kita nyaman dan menjalankan > hak/kewajiban masing2 ini, bermanfaat bagi laki2 maupun perempuan. > Perempuan mencapai kemandirian ekonominya, dan laki2 mengurangi > bebannya sendiri. > > salam > Mia > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com , > "Lina Dahlan" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Saya juga mau nanya saja. Gimana caranya supaya situasi > dikembalikan > > ke keadaan semula alias normal? Sehingga tidak ada istilah 'tawar > > menawar'. Yang ada istilah 'menjalani kewajiban masing-masing' > > dengan aman dan nyaman...:-?. > > > > Batasan 'normal' itu juga apa ukurannya..:-? > > > > Kemaren saya ditanya teman (lagi makan di ruang makan)ttg kasus yg > > beredar disekitar. "Mbak, bgmn ya istrinya pak Iwan (yg ke-3)itu. > > Kata supir, istrinya itu suka ikutan kalo pak Iwannya dugem ke > > keraoke. Bahkan pak Iwannya yang nyuruh istrinya datang dan disuruh > > pake rok pendek!". > > > > Aku jawab, "yak bagus lah...kan pak Iwannya jadi gak main pere > lagi. > > Rumah tangganya bakal awet, mudah2an. Gak seperti rumah tangganya > > yang pertama dan kedua yang udah cerai-berai". Ku pikir karena udah > > gak ada posisi tawar menawar lagi. Dua-duanya dah klop dan cocok > (se- > > kufu'?). Kalo pada istri pertama keduanya kan karena ada sisi tawar > > menawar...sehingga gak ada kesepakatan, jadi bubar!. > > > > Temenku masih gak puas. "Tapi kan mbak, kalo ke pengajian kantor > itu > > istrinya pake jilbab/krudung?". Aku jwb lagi,"lah iya toh? moso mau > > dibalik, ke pengajian pake rok pendek ke dugem pake jilbab?". Kan > > harus kontekstual...:-) > > > > Sebelum temenku nyerocos lagi gak puas dan kayaknya memang dia gak > > puas, aku tutup aja pembicaraan,"udah deh, biarin aja itu urusannya > > pak Iwan. Pak Iwan yang tanggung semua itu karena dia adalah > > pilot/pemimpin di dlm rumah tangganya". Sambil beranjak dari ruang > > makan. > > > > Walaupun sebetulnya aku masih kpingin nerusin,"urus aja suami kita > > masing2, apa kita sudah yakin suami kita setia? gak punya cemceman > > diluar?". > > > > Kalo tiba2 kita temui fakta bhw suami
[wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Mba Herni, "Yang realitasnya" adalah bahwa laki2 maupun perempuan sama-sama berubah dan mengalami perubahan. "Yang seharusnya" mungkin bervariasi di antara laki-laki dan perempuan tergantung persepsi kita. Dalam persepsi umum mungkin kita mengira bahwa laki2 nggak mau berubah dalam relasi laki2 dan perempuan, karena kondisi yang ada. Dan ada juga sebagian perempuan persepsinya menolak perubahan. Jangan salah, sebagian laki-laki menginginkan perubahan karena meliat manfaatnya, misalnya beban tugasnya jadi lebih ringan karena di- sharing dengan isterinya. Yang sulit bagi sebagian cowok mungkin keharusan dia kudu sharing pekerjaan rumah dan mengurus anak2 juga. Ini kan namanya sikap ego mau menang sendiri, dan mesti dihilangkan. Betul mba Lina, yang normal adalah kalau masing2 nyaman dan menjalani hak/kewajiban masing2. Perubahan adalah proses normal, hikayat kehidupan. Di pedesaan terpencil di Indonesia, laki2 dan perempuan sama2 mengemban nafkah hidup dan mengurus anak. Batas tugas masing2 keliatan beda secara alamiah. Namun apabila mereka mengalami perubahan, misalnya ada teknologi baru di desa mereka yang menyentuh aspek ekonomi dan utilitas, lalu perempuan tertinggal karena teknologi baru ini, maka perubahan itu nggak memberikan manfaat maksimal bagi desa tersebut, karena sebagian masyarakat pelaku ekonomi ketinggalan. Di banyak perkotaan perubahan teknologi itu begitu bertubi2 cepat luar biasa, meninggalkan kebanyakan perempuan, sehingga kita berada dalam situasi kondisi 'nggak normal' seperti sekarang ini, dimana memang harus dikembalikan ke fitrahnya, seperti mba Lina bilang. Sebagian laki2 yang ketinggalan pun mengalami ketimpangan, bahkan jadi sangat berat karena mereka dituntut sebagai pencari nafkah tunggal. Perubahan ke arah 'normal' yang membuat kita nyaman dan menjalankan hak/kewajiban masing2 ini, bermanfaat bagi laki2 maupun perempuan. Perempuan mencapai kemandirian ekonominya, dan laki2 mengurangi bebannya sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya juga mau nanya saja. Gimana caranya supaya situasi dikembalikan > ke keadaan semula alias normal? Sehingga tidak ada istilah 'tawar > menawar'. Yang ada istilah 'menjalani kewajiban masing-masing' > dengan aman dan nyaman...:-?. > > Batasan 'normal' itu juga apa ukurannya..:-? > > Kemaren saya ditanya teman (lagi makan di ruang makan)ttg kasus yg > beredar disekitar. "Mbak, bgmn ya istrinya pak Iwan (yg ke-3)itu. > Kata supir, istrinya itu suka ikutan kalo pak Iwannya dugem ke > keraoke. Bahkan pak Iwannya yang nyuruh istrinya datang dan disuruh > pake rok pendek!". > > Aku jawab, "yak bagus lah...kan pak Iwannya jadi gak main pere lagi. > Rumah tangganya bakal awet, mudah2an. Gak seperti rumah tangganya > yang pertama dan kedua yang udah cerai-berai". Ku pikir karena udah > gak ada posisi tawar menawar lagi. Dua-duanya dah klop dan cocok (se- > kufu'?). Kalo pada istri pertama keduanya kan karena ada sisi tawar > menawar...sehingga gak ada kesepakatan, jadi bubar!. > > Temenku masih gak puas. "Tapi kan mbak, kalo ke pengajian kantor itu > istrinya pake jilbab/krudung?". Aku jwb lagi,"lah iya toh? moso mau > dibalik, ke pengajian pake rok pendek ke dugem pake jilbab?". Kan > harus kontekstual...:-) > > Sebelum temenku nyerocos lagi gak puas dan kayaknya memang dia gak > puas, aku tutup aja pembicaraan,"udah deh, biarin aja itu urusannya > pak Iwan. Pak Iwan yang tanggung semua itu karena dia adalah > pilot/pemimpin di dlm rumah tangganya". Sambil beranjak dari ruang > makan. > > Walaupun sebetulnya aku masih kpingin nerusin,"urus aja suami kita > masing2, apa kita sudah yakin suami kita setia? gak punya cemceman > diluar?". > > Kalo tiba2 kita temui fakta bhw suami kita punya cem-ceman..apa > reaksi kita? Keluarken jurus "sailor moon" yang "saatnya > berubah...!" ato...jurus ummul mukminin "yang sabar dan takwa kepada > Allah". > > wassalam, > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "h.s nurbayanti" > wrote: > > > > Sepakat, mbak. > > > > Saya mau nanya aja. Kalau kita bicara relasi perempuan dan laki2. > > Ketika ada perubahan di perempuannya, bukankah ini juga > menimbulkan reaksi > > dari laki2 juga? > > Karena mereka juga terjebak pada "yang seharusnya" dan > > berhadapan dng kondisi "yang realitasnya". > > Pertanyaannya adalah gimana supaya laki2 juga bisa beradaptasi dng > perubahan > > ini? > > > > > > Wassalam, > > Herni > > > > > > 2008/6/16 Mia : > > > > > Mungkin mesti dipilah antara 'yang seharusnya' dan 'yang > realitasnya'. > > > > > > Realitasnya memang banyak perempuan yang menikah karena nggak > punya > > > posisi ekonomi, atau paling tidak kondisi keluarga dan masyarakat > > > menggiringnya ke situ. Seiring dengan ini, ada fenomena > > > memperpanjang usia lajang karena mau berkarir dulu. > > > > > > Dalam kondisi masyarakat seperti ini 'yang seharusnya' adalah > > > pe
[wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Saya juga mau nanya saja. Gimana caranya supaya situasi dikembalikan ke keadaan semula alias normal? Sehingga tidak ada istilah 'tawar menawar'. Yang ada istilah 'menjalani kewajiban masing-masing' dengan aman dan nyaman...:-?. Batasan 'normal' itu juga apa ukurannya..:-? Kemaren saya ditanya teman (lagi makan di ruang makan)ttg kasus yg beredar disekitar. "Mbak, bgmn ya istrinya pak Iwan (yg ke-3)itu. Kata supir, istrinya itu suka ikutan kalo pak Iwannya dugem ke keraoke. Bahkan pak Iwannya yang nyuruh istrinya datang dan disuruh pake rok pendek!". Aku jawab, "yak bagus lah...kan pak Iwannya jadi gak main pere lagi. Rumah tangganya bakal awet, mudah2an. Gak seperti rumah tangganya yang pertama dan kedua yang udah cerai-berai". Ku pikir karena udah gak ada posisi tawar menawar lagi. Dua-duanya dah klop dan cocok (se- kufu'?). Kalo pada istri pertama keduanya kan karena ada sisi tawar menawar...sehingga gak ada kesepakatan, jadi bubar!. Temenku masih gak puas. "Tapi kan mbak, kalo ke pengajian kantor itu istrinya pake jilbab/krudung?". Aku jwb lagi,"lah iya toh? moso mau dibalik, ke pengajian pake rok pendek ke dugem pake jilbab?". Kan harus kontekstual...:-) Sebelum temenku nyerocos lagi gak puas dan kayaknya memang dia gak puas, aku tutup aja pembicaraan,"udah deh, biarin aja itu urusannya pak Iwan. Pak Iwan yang tanggung semua itu karena dia adalah pilot/pemimpin di dlm rumah tangganya". Sambil beranjak dari ruang makan. Walaupun sebetulnya aku masih kpingin nerusin,"urus aja suami kita masing2, apa kita sudah yakin suami kita setia? gak punya cemceman diluar?". Kalo tiba2 kita temui fakta bhw suami kita punya cem-ceman..apa reaksi kita? Keluarken jurus "sailor moon" yang "saatnya berubah...!" ato...jurus ummul mukminin "yang sabar dan takwa kepada Allah". wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "h.s nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sepakat, mbak. > > Saya mau nanya aja. Kalau kita bicara relasi perempuan dan laki2. > Ketika ada perubahan di perempuannya, bukankah ini juga menimbulkan reaksi > dari laki2 juga? > Karena mereka juga terjebak pada "yang seharusnya" dan > berhadapan dng kondisi "yang realitasnya". > Pertanyaannya adalah gimana supaya laki2 juga bisa beradaptasi dng perubahan > ini? > > > Wassalam, > Herni > > > 2008/6/16 Mia <[EMAIL PROTECTED]>: > > > Mungkin mesti dipilah antara 'yang seharusnya' dan 'yang realitasnya'. > > > > Realitasnya memang banyak perempuan yang menikah karena nggak punya > > posisi ekonomi, atau paling tidak kondisi keluarga dan masyarakat > > menggiringnya ke situ. Seiring dengan ini, ada fenomena > > memperpanjang usia lajang karena mau berkarir dulu. > > > > Dalam kondisi masyarakat seperti ini 'yang seharusnya' adalah > > perempuan menikah, nggak berkewajiban mencari nafkah karena > > ditanggung suami, dst. > > > > Tentu saja terjadi perubahan di masyarakat, terutama di perkotaan. > > Di perkotaan sekarang ini 'yang realitas dan yang seharusnya' > > mengalami perubahan. Kenyataannya banyak perempuan memperpanjang > > usia lajang, bekerja, trus menikah dan berhenti kerja sementara, > > dst. Diskusi di Pekalongan ini membicarakan 'yang seharusnya' dalam > > fenomena perubahan seperti ini. Bahwa perempuan bekerja itu baik > > untuk perkembangan dirinya, keluarga dan masyarakat yang nggak > > terbebankan, dan untuk keluarganya sendiri. Bahkan meringankan beban > > suaminya, dst. Trus ditambah pula dalam diskusi ini bahwa mandiri > > dan bermanfaat bagi orang lain itu menghindarkan KDRT. > > > > Itu perubahan di perkotaan. Kalau di pedesaan, misalnya beberapa > > desa terpencil yang bener2 asli desa - perempuan dan anak perempuan > > malah memegang chain ekonomi pedesaan dari penanaman sampe > > pengolahan. Dengan kata lain ada semacam 'division of labor' yang > > natural, karena walau bagaimanapun tenaga laki2 untuk mencangkul > > lebih efisien ketimbang tenaga perempuan. > > > > Yang perlu dicermati adalah apabila terjadi perubahan di pedesaan > > (karena pedesaan pastilah berkembang ke arah perkotaan), perempuan > > sering ketinggalan (atau sengaja ditinggalkan) dalam mengikuti > > perubahan ini, misalnya bagaimana memanfaatkan teknologi baru dalam > > pengolahan. > > > > salam > > Mia > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com , > > "L.Meilany" > > wrote: > > > > > > > > Kalo baca artikel ini, kesannya bahwa perempuan di zaman sekarang > > jika menikah > > > harus punya kekuatan ekonomi, supaya tidak mudah mendapat KDRT. > > > Apa gak kebalik? Justru banyak perempuan menikah karena tak punya > > kekuatan ekonomi. > > > Suamilah yg harus bertanggungjawab terhadap urusan ekonomi. Kan > > begitu aturan klasiknya. > > > Di agama suamilah yg 'wajib' memberi duit bagi isterinya. > > > Jika istri punya penghasilan tidak wajib baginya untuk ikut > > bertanggungjawab urusan biaya rumahtangga. > > > Dengan kata lain duit milik perempuan/isteri dipergunakan sesuka > > hati, kecuali kalo memang sam
Re: [wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Sepakat, mbak. Saya mau nanya aja. Kalau kita bicara relasi perempuan dan laki2. Ketika ada perubahan di perempuannya, bukankah ini juga menimbulkan reaksi dari laki2 juga? Karena mereka juga terjebak pada "yang seharusnya" dan berhadapan dng kondisi "yang realitasnya". Pertanyaannya adalah gimana supaya laki2 juga bisa beradaptasi dng perubahan ini? Wassalam, Herni 2008/6/16 Mia <[EMAIL PROTECTED]>: > Mungkin mesti dipilah antara 'yang seharusnya' dan 'yang realitasnya'. > > Realitasnya memang banyak perempuan yang menikah karena nggak punya > posisi ekonomi, atau paling tidak kondisi keluarga dan masyarakat > menggiringnya ke situ. Seiring dengan ini, ada fenomena > memperpanjang usia lajang karena mau berkarir dulu. > > Dalam kondisi masyarakat seperti ini 'yang seharusnya' adalah > perempuan menikah, nggak berkewajiban mencari nafkah karena > ditanggung suami, dst. > > Tentu saja terjadi perubahan di masyarakat, terutama di perkotaan. > Di perkotaan sekarang ini 'yang realitas dan yang seharusnya' > mengalami perubahan. Kenyataannya banyak perempuan memperpanjang > usia lajang, bekerja, trus menikah dan berhenti kerja sementara, > dst. Diskusi di Pekalongan ini membicarakan 'yang seharusnya' dalam > fenomena perubahan seperti ini. Bahwa perempuan bekerja itu baik > untuk perkembangan dirinya, keluarga dan masyarakat yang nggak > terbebankan, dan untuk keluarganya sendiri. Bahkan meringankan beban > suaminya, dst. Trus ditambah pula dalam diskusi ini bahwa mandiri > dan bermanfaat bagi orang lain itu menghindarkan KDRT. > > Itu perubahan di perkotaan. Kalau di pedesaan, misalnya beberapa > desa terpencil yang bener2 asli desa - perempuan dan anak perempuan > malah memegang chain ekonomi pedesaan dari penanaman sampe > pengolahan. Dengan kata lain ada semacam 'division of labor' yang > natural, karena walau bagaimanapun tenaga laki2 untuk mencangkul > lebih efisien ketimbang tenaga perempuan. > > Yang perlu dicermati adalah apabila terjadi perubahan di pedesaan > (karena pedesaan pastilah berkembang ke arah perkotaan), perempuan > sering ketinggalan (atau sengaja ditinggalkan) dalam mengikuti > perubahan ini, misalnya bagaimana memanfaatkan teknologi baru dalam > pengolahan. > > salam > Mia > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com , > "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > > > > Kalo baca artikel ini, kesannya bahwa perempuan di zaman sekarang > jika menikah > > harus punya kekuatan ekonomi, supaya tidak mudah mendapat KDRT. > > Apa gak kebalik? Justru banyak perempuan menikah karena tak punya > kekuatan ekonomi. > > Suamilah yg harus bertanggungjawab terhadap urusan ekonomi. Kan > begitu aturan klasiknya. > > Di agama suamilah yg 'wajib' memberi duit bagi isterinya. > > Jika istri punya penghasilan tidak wajib baginya untuk ikut > bertanggungjawab urusan biaya rumahtangga. > > Dengan kata lain duit milik perempuan/isteri dipergunakan sesuka > hati, kecuali kalo memang sama2 sepakat > > penghasilan berdua digunakan untuk keperluan rumahtangga, tapi > sebaiknya suami juga ikut berpartisipasi > > dalam urusan rumah tangga. > > > > > > Salam, > > l.meilany > > > > > > - Original Message - > > From: Dwi W. Soegardi > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > Sent: Wednesday, June 11, 2008 9:11 PM > > Subject: [wanita-muslimah] Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi > Perempuan Cegah KDRT > > > > > > > http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/11/20452112/berdayakan.ekonomi. > perempuan.cegah.kdrt. > > > > Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT > > > > Rabu, 11 Juni 2008 | 20:45 WIB > > > > PEKALONGAN, RABU - Untuk menanggulangi berbagai kasus kekerasan > dalam > > rumah tangga (KDRT), perlu adanya pemberdayaan ekonomi perempuan. > > Apabila perempuan mampu menghasilkan uang, posisi tawar terhadap > suami > > akan meningkat, sehingga suami tidak mudah melakukan kekerasan > terh > > adap isteri. > > > > Hal itu disampaikan artis dan politisi, Marissa Haque dalam acara > talk > > show bertema 'Kekerasan dalam Rumah Tangga' di Radio Kota Batik > Kota > > Pekalongan, Rabu (11/6). Selain Marissa, pembicara lain dalam > acara > > tersebut adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga > > Berencana Kota Pekalongan, Candra Herawati, dan Psikolog dari > Lembaga > > Perlindungan Perempuan Anak dan Remaja Kota Pekalongan, Nur > Agustina. > > > > Menurut Marissa, selama ini salah satu kendala dalam penanganan > KDRT > > yaitu adanya ketergantungan ekonomi perempuan terhadap suami. > Selama > > isteri terus menggantungkan hidup pada suami, posisi tawarnya akan > > rendah. Terlebih dengan meningkatnya biaya hidup, penghasilan > suami > > akan semakin terbatas untuk mencukupi kebutuhan. Potensi munculnya > > kekerasan akan semakin besar. > > > > Oleh karena itu, perlu adanya pemberdayaan ekonomi perempuan. > Apabila > > perempuan mampu menghasilkan uang, posisi tawar terhadap suami > akan > > tinggi. Pasalnya, faktor ekonomi merupakan salah satu ujung tombak > > dalam menjaga keutuhan rumah tang
[wanita-muslimah] Re: Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT
Mungkin mesti dipilah antara 'yang seharusnya' dan 'yang realitasnya'. Realitasnya memang banyak perempuan yang menikah karena nggak punya posisi ekonomi, atau paling tidak kondisi keluarga dan masyarakat menggiringnya ke situ. Seiring dengan ini, ada fenomena memperpanjang usia lajang karena mau berkarir dulu. Dalam kondisi masyarakat seperti ini 'yang seharusnya' adalah perempuan menikah, nggak berkewajiban mencari nafkah karena ditanggung suami, dst. Tentu saja terjadi perubahan di masyarakat, terutama di perkotaan. Di perkotaan sekarang ini 'yang realitas dan yang seharusnya' mengalami perubahan. Kenyataannya banyak perempuan memperpanjang usia lajang, bekerja, trus menikah dan berhenti kerja sementara, dst. Diskusi di Pekalongan ini membicarakan 'yang seharusnya' dalam fenomena perubahan seperti ini. Bahwa perempuan bekerja itu baik untuk perkembangan dirinya, keluarga dan masyarakat yang nggak terbebankan, dan untuk keluarganya sendiri. Bahkan meringankan beban suaminya, dst. Trus ditambah pula dalam diskusi ini bahwa mandiri dan bermanfaat bagi orang lain itu menghindarkan KDRT. Itu perubahan di perkotaan. Kalau di pedesaan, misalnya beberapa desa terpencil yang bener2 asli desa - perempuan dan anak perempuan malah memegang chain ekonomi pedesaan dari penanaman sampe pengolahan. Dengan kata lain ada semacam 'division of labor' yang natural, karena walau bagaimanapun tenaga laki2 untuk mencangkul lebih efisien ketimbang tenaga perempuan. Yang perlu dicermati adalah apabila terjadi perubahan di pedesaan (karena pedesaan pastilah berkembang ke arah perkotaan), perempuan sering ketinggalan (atau sengaja ditinggalkan) dalam mengikuti perubahan ini, misalnya bagaimana memanfaatkan teknologi baru dalam pengolahan. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kalo baca artikel ini, kesannya bahwa perempuan di zaman sekarang jika menikah > harus punya kekuatan ekonomi, supaya tidak mudah mendapat KDRT. > Apa gak kebalik? Justru banyak perempuan menikah karena tak punya kekuatan ekonomi. > Suamilah yg harus bertanggungjawab terhadap urusan ekonomi. Kan begitu aturan klasiknya. > Di agama suamilah yg 'wajib' memberi duit bagi isterinya. > Jika istri punya penghasilan tidak wajib baginya untuk ikut bertanggungjawab urusan biaya rumahtangga. > Dengan kata lain duit milik perempuan/isteri dipergunakan sesuka hati, kecuali kalo memang sama2 sepakat > penghasilan berdua digunakan untuk keperluan rumahtangga, tapi sebaiknya suami juga ikut berpartisipasi > dalam urusan rumah tangga. > > > Salam, > l.meilany > > > - Original Message - > From: Dwi W. Soegardi > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, June 11, 2008 9:11 PM > Subject: [wanita-muslimah] Marissa Haque: Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT > > > http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/11/20452112/berdayakan.ekonomi. perempuan.cegah.kdrt. > > Berdayakan Ekonomi Perempuan Cegah KDRT > > Rabu, 11 Juni 2008 | 20:45 WIB > > PEKALONGAN, RABU - Untuk menanggulangi berbagai kasus kekerasan dalam > rumah tangga (KDRT), perlu adanya pemberdayaan ekonomi perempuan. > Apabila perempuan mampu menghasilkan uang, posisi tawar terhadap suami > akan meningkat, sehingga suami tidak mudah melakukan kekerasan terh > adap isteri. > > Hal itu disampaikan artis dan politisi, Marissa Haque dalam acara talk > show bertema 'Kekerasan dalam Rumah Tangga' di Radio Kota Batik Kota > Pekalongan, Rabu (11/6). Selain Marissa, pembicara lain dalam acara > tersebut adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga > Berencana Kota Pekalongan, Candra Herawati, dan Psikolog dari Lembaga > Perlindungan Perempuan Anak dan Remaja Kota Pekalongan, Nur Agustina. > > Menurut Marissa, selama ini salah satu kendala dalam penanganan KDRT > yaitu adanya ketergantungan ekonomi perempuan terhadap suami. Selama > isteri terus menggantungkan hidup pada suami, posisi tawarnya akan > rendah. Terlebih dengan meningkatnya biaya hidup, penghasilan suami > akan semakin terbatas untuk mencukupi kebutuhan. Potensi munculnya > kekerasan akan semakin besar. > > Oleh karena itu, perlu adanya pemberdayaan ekonomi perempuan. Apabila > perempuan mampu menghasilkan uang, posisi tawar terhadap suami akan > tinggi. Pasalnya, faktor ekonomi merupakan salah satu ujung tombak > dalam menjaga keutuhan rumah tangga. "Jadi penanganan KDRT tidak cukup > hanya dengan polisi atau LSM bekerja," ujarnya. > > Marissa mengatakan, pemberdayaan ekonomi perempuan dapat dilakukan > dengan memberikan pinjaman modal kerja dan pendampingan usaha kepada > mereka. Selama ini, perempuan lebih telaten dalam mengelola keuangan. > Mereka juga lebih tertib dalam mengembalikan pinjaman, karena terikat > oleh lingkungannya. Persentase keberhasilan pemberdayaan usaha > perempuan dengan pemberian pinjaman modal usaha me
[wanita-muslimah] Re: MARISSA HAQUE
kalau bisa dibuktikan dgn mudah namanya bukan korupsi tapi maling. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya sudah tanya He-Man dalam postingan yang lain, dalam hal apa Hakamuddin > Jamal itu korupsi, He-Man belum jawab. Rupanya He-Man nuduh dahulu, baru > kemudian kasak-kusuk cari bukti. Karena belum dapat bukti He-Man diam saja, > artinya yang dia tuduhkan itu berkualias fitnah. > HMNA > > === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Re: MARISSA HAQUE
MH sekarang kok sering memekikkan "Allahu Akbar... Allahu Akbar" ... jadi geli melihatnya. orang2 begituan sebenarnya yg paling berbahaya.. setelah mendapatkan kekuasaan nilai2 Islam akan ditinggalkan.. yg dipentingkan adalah kelompoknya saja. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Calon independen itu nyalonin diri sendiri atau dicalonkan individu? Sepertinya tidak ya mas Ar, pimpinan di bangsa ini (di pusat dan di daerah) HARUS dicalonkan parpol. Udah biasa denger orang-orang di parpol jadi kaya raya karena para calon itu harus bayar, yang dicalonkan yang bayarnya paling besar (bisa dari uang sendiri atau ada === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/