Re: [wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun ?

2007-03-13 Terurut Topik Muhammad Aly
sudahlah biar dokter yg comment.. ingin tahu sy
komment dokter indonesia...

slm,
--- "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Nimbrung :
> Pak Aly, vaksinasi itu diberikan pada orang yg
> benar2 sehat jasmani.
> Kalo sakit ndak boleh di vaksin.
> Masih banyak orang tua yg kurang pengetahuan atau
> menganggap remeh.
> Anaknya demam juga ndak ngerti; baru tahu kalo sudah
> kejang, panik.
> 
> Beberapa waktu lalu di angkot saya bersama seorang
> Ibu yg akan membawa anaknya vaksin campak.
> Saya bilang tapi anak ibu sakit [ matanya merah
> seperti berair, ingusnya mengalir terus].
> Ibu itu bilang; 'ah ini biasa, pilek melulu, tapi
> kalo dah di rumah juga main2, lari2-an'
> Masa sih pilek, batuk itu biasa? Apalagi kalo
> ingusnya sudah kental jadi warna hijau atau kuning [
> mohon maaf jijayy]
> Itu kan artinya sudah infeksi, masa dianggap nggak
> sakit?
> Saya percaya begitu sampai di puskesmas pasti
> anaknya ditolak untuk vaksinansi.
> Tapi bagaimana -anak2 yg gak ketahuan sakit-?
> Bahkan:
> Terhadap hewan juga begitu, vaksin2 kucing setahun
> sekali/6 bulan sekali dengan syarat jika kucing itu
> "sehat walafiat".
> Sekarang masalahnya bagaimana kita tahu kucing itu
> sakit atau sehat? Kucing kan gak bisa ngomong?
> 
> Sama seperti anak kecil nggak bisa ngomong kalo
> sakit/rasa gak enak di tubuhnya, bisa nya cuma
> gelisah dan rewel.
> Tapi kalo rewel, cengeng malahan ibunya marah2,
> anaknya di cubit, diomelin, ditakut2-i supaya diam.
> Bukannya diselidiki kenapa si anak jadi rewel,
> gelisah, nggak suka makan.
> :-(
> 
> salam 
> l.meilany
> 
>   - Original Message ----- 
>   From: Muhammad Aly 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Saturday, March 10, 2007 7:05 PM
>   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun
> ?
> 
> 
>   wah ketemu juga jawabannya.. Aisha sure 100% masih
>   single .. he3..
> 
>   okey lah nanti mungkin ada dokter di WM ini bisa
>   menjelaskannya.. imunisasi MMR tahun 1998 ada
> apa..?
>   kenapa sales2 obat menawarkan dagangannya di waktu
> jam
>   praktek doktet yg mengganggu antrian pasien..?
> sales
>   pasien tsb tdk daftar antri menyerobot saja..gak
>   mikir ada pasien sakit.
>   Perlu di tengok ada apa dengan depkes skrng..?
> jauh
>   sekali berubah perjuangan para dokter di masa
>   kemerdekaan dengan jaman skrng.. pelopornya dulu
> hebat
>   spt bung Tomo.
> 
>   slm,
> 
>   --- Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
>   > Pak Ali ini saudara-an dengan pak Jano? Soale
> sama
>   > ya, suka nanya status nikah dari anggota milis:)
>   > 
>   > Untuk bicara apapun kan tidak harus menikah
> dulu,
>   > apa kaitannya nikah dengan imunisasi? Banyak
>   > teman-teman yang jadi dokter muda dan belum
> menikah
>   > tapi tidak saja bicara tentang imunisasi tapi
> mereka
>   > mengurus imunisasi. Atau ada juga orang-orang
> muda
>   > yang ngurus pembuatan vaksin untuk imunisasi.
>   > Apalagi sekedar ngobrol di milis tentang
> imunisasi,
>   > apa susahnya sih? Kita bisa membaca di koran,
>   > jurnal, buku, dll atau nonton acara kesehatan di
> tv,
>   > atau mendengar pengalaman orang lain. Kita bisa
>   > menggunakan mata, telinga, hati, otak, dll yang
>   > diberikan Allah kepada kita untuk bisa memahami
>   > sesuatu termasuk tentang imunisasi. Jadi apa
>   > kaitannya nikah dengan imunisasi?:)
>   > 
>   > Tentang perkembangan anak, saya membandingkan
> teman
>   > saya menghadapi kehamilan pertama dan kedua yang
>   > beda sehingga dia mengalami keguguran sementara
> anak
>   > keduanya karena perawatan lebih baik sejak hamil
>   > sampai anaknya lahir dan tumbuh bagus. Hal itu
> untuk
>   > memperlihatkan bahwa kesehatan anak itu tidak
> hanya
>   > tergantung pada imunisasi saja. Sekarang pak Ali
>   > bisa memahaminya? Atau masih belum mengerti juga
>   > bahwa tiap orang termasuk anak-anak pak Ali itu
>   > beda-beda kondisi tubuhnya, mungkin anak kedua
> pak
>   > Ali itu lebih kuat dari anak pertama, tidak
> setiap
>   > anak yang lahir itu sehat, malah seperti teman
> saya,
>   > bayinya tidak sempat lahir karena tubuhnya
>   > benar-benar tidak sehat dan akhirnya mati di
> rahim
>   > ibunya.
>   > 
>   > Tentang kecerdasan anak, apa betul tolok ukurnya
> itu
>   > hanya dari mampu jawab ponsel, tidur teratur,
> mau
>   > main dengan siapa saja? Saya rasa itu hanya
> masalah
>   > pembiasaan saja, tidur teratur mah semuanya juga
>   > tidur teratur. Jawab ponsel, kalau dibiasakan
>   > dideka

Re: [wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun ?

2007-03-13 Terurut Topik L.Meilany
Nimbrung :
Pak Aly, vaksinasi itu diberikan pada orang yg benar2 sehat jasmani.
Kalo sakit ndak boleh di vaksin.
Masih banyak orang tua yg kurang pengetahuan atau menganggap remeh.
Anaknya demam juga ndak ngerti; baru tahu kalo sudah kejang, panik.

Beberapa waktu lalu di angkot saya bersama seorang Ibu yg akan membawa anaknya 
vaksin campak.
Saya bilang tapi anak ibu sakit [ matanya merah seperti berair, ingusnya 
mengalir terus].
Ibu itu bilang; 'ah ini biasa, pilek melulu, tapi kalo dah di rumah juga main2, 
lari2-an'
Masa sih pilek, batuk itu biasa? Apalagi kalo ingusnya sudah kental jadi warna 
hijau atau kuning [ mohon maaf jijayy]
Itu kan artinya sudah infeksi, masa dianggap nggak sakit?
Saya percaya begitu sampai di puskesmas pasti anaknya ditolak untuk vaksinansi.
Tapi bagaimana -anak2 yg gak ketahuan sakit-?
Bahkan:
Terhadap hewan juga begitu, vaksin2 kucing setahun sekali/6 bulan sekali dengan 
syarat jika kucing itu "sehat walafiat".
Sekarang masalahnya bagaimana kita tahu kucing itu sakit atau sehat? Kucing kan 
gak bisa ngomong?

Sama seperti anak kecil nggak bisa ngomong kalo sakit/rasa gak enak di 
tubuhnya, bisa nya cuma gelisah dan rewel.
Tapi kalo rewel, cengeng malahan ibunya marah2, anaknya di cubit, diomelin, 
ditakut2-i supaya diam.
Bukannya diselidiki kenapa si anak jadi rewel, gelisah, nggak suka makan.
:-(

salam 
l.meilany

  - Original Message - 
  From: Muhammad Aly 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, March 10, 2007 7:05 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun ?


  wah ketemu juga jawabannya.. Aisha sure 100% masih
  single .. he3..

  okey lah nanti mungkin ada dokter di WM ini bisa
  menjelaskannya.. imunisasi MMR tahun 1998 ada apa..?
  kenapa sales2 obat menawarkan dagangannya di waktu jam
  praktek doktet yg mengganggu antrian pasien..? sales
  pasien tsb tdk daftar antri menyerobot saja..gak
  mikir ada pasien sakit.
  Perlu di tengok ada apa dengan depkes skrng..? jauh
  sekali berubah perjuangan para dokter di masa
  kemerdekaan dengan jaman skrng.. pelopornya dulu hebat
  spt bung Tomo.

  slm,

  --- Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  > Pak Ali ini saudara-an dengan pak Jano? Soale sama
  > ya, suka nanya status nikah dari anggota milis:)
  > 
  > Untuk bicara apapun kan tidak harus menikah dulu,
  > apa kaitannya nikah dengan imunisasi? Banyak
  > teman-teman yang jadi dokter muda dan belum menikah
  > tapi tidak saja bicara tentang imunisasi tapi mereka
  > mengurus imunisasi. Atau ada juga orang-orang muda
  > yang ngurus pembuatan vaksin untuk imunisasi.
  > Apalagi sekedar ngobrol di milis tentang imunisasi,
  > apa susahnya sih? Kita bisa membaca di koran,
  > jurnal, buku, dll atau nonton acara kesehatan di tv,
  > atau mendengar pengalaman orang lain. Kita bisa
  > menggunakan mata, telinga, hati, otak, dll yang
  > diberikan Allah kepada kita untuk bisa memahami
  > sesuatu termasuk tentang imunisasi. Jadi apa
  > kaitannya nikah dengan imunisasi?:)
  > 
  > Tentang perkembangan anak, saya membandingkan teman
  > saya menghadapi kehamilan pertama dan kedua yang
  > beda sehingga dia mengalami keguguran sementara anak
  > keduanya karena perawatan lebih baik sejak hamil
  > sampai anaknya lahir dan tumbuh bagus. Hal itu untuk
  > memperlihatkan bahwa kesehatan anak itu tidak hanya
  > tergantung pada imunisasi saja. Sekarang pak Ali
  > bisa memahaminya? Atau masih belum mengerti juga
  > bahwa tiap orang termasuk anak-anak pak Ali itu
  > beda-beda kondisi tubuhnya, mungkin anak kedua pak
  > Ali itu lebih kuat dari anak pertama, tidak setiap
  > anak yang lahir itu sehat, malah seperti teman saya,
  > bayinya tidak sempat lahir karena tubuhnya
  > benar-benar tidak sehat dan akhirnya mati di rahim
  > ibunya.
  > 
  > Tentang kecerdasan anak, apa betul tolok ukurnya itu
  > hanya dari mampu jawab ponsel, tidur teratur, mau
  > main dengan siapa saja? Saya rasa itu hanya masalah
  > pembiasaan saja, tidur teratur mah semuanya juga
  > tidur teratur. Jawab ponsel, kalau dibiasakan
  > didekatkan ke ponsel dan melihat orang lain bicara
  > di ponsel, anak kan niru juga. Main dengan siapa
  > saja, kalau biasa ketemu orang lain bukan sesuatu
  > yang aneh. Tapi anak yang bisa membaca di usia 3
  > tahun dengan pembendaharaan kata-kata yang banyak
  > sehingga dia bisa menceritakan satu cerita itu
  > kemampuan di atas rata-rata. Rasanya saya pernah
  > baca di setiap tahap umur anak-anak itu ada jumlah
  > kata yang dikuasainya, misalnya anak umur 2 tahun
  > yang normal tahu sekian kata, yang 3 tahun sekian
  > kata, dll. Mungkin ada anggota lainnya yang tahu
  > tentang mengukur kecerdasan anak ini.
  > 
  > BTW, anak-anak pak Ali ini tidak pakai ASI? Pakai
  > susu kaleng/ susu formula? Setahu saya ASI itu
  > minuman terb

[wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun ?

2007-03-12 Terurut Topik miftahalzaman
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mbak Aisha.. smg cepet dpt jodoh "barokallohu fiik..,
> aamiin". 
> 
> Sy ada stock adik sy tuh.. umurnya sekitar 27 thn.. cm
> tmtn smu aja sama spt sy.. adik sy smu islam di daerah
> (smu muhammadiyah).. 5 tahun bekerja di Sol-Elite
> Marbela (five stars hotel) bagian pembelian, skrng krj
> di LN Hotel Millenium sdh 2 tahun dan baru hari ini
> diangkat jd acting Purchasing Manager

Hehehe ... 
Apa yang membuat Bapak kok merasa perlu menjadi comblang disini? Apa 
di milis lain Bapak juga menginterogasi status kawin-mawin orang? 
Jangan-jangan diem2 niatnya, yach sapa tau kena gw sendiri. 
Hehehe ... Masya Allah, penting nggak sih, Pak? Jayus bangget dech. 
Garrring, booo ... 

MZ



Re: [wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun ?

2007-03-11 Terurut Topik Muhammad Aly
Mbak Aisha.. smg cepet dpt jodoh "barokallohu fiik..,
aamiin". 

Sy ada stock adik sy tuh.. umurnya sekitar 27 thn.. cm
tmtn smu aja sama spt sy.. adik sy smu islam di daerah
(smu muhammadiyah).. 5 tahun bekerja di Sol-Elite
Marbela (five stars hotel) bagian pembelian, skrng krj
di LN Hotel Millenium sdh 2 tahun dan baru hari ini
diangkat jd acting Purchasing Manager

kali Aisha mau wisata ke abu dhabi yg betul2 dunia ..
hotel2 bintang lima di dekat laut dan melihat bulan yg
besar di mlm hari di arab he3 dan plng ke indo
nginep di sol elite diskon s/d 50 % mantep khan..

Maaf bkn menjodohkan.. kali2 aja interest silahkan
kontact sy...sy cm bantu krn dia adik sy bingung byk
yg mau ... orgnya dah haji, tinggi agak spt org arab
bersih..he3...

atau P janoko yg carikan biar bisa buka lahan tanaman
bunga2 hidup ala jepang why not ya P Janoko he3...

kalau teman2 se-kantor sy bule3...dan non-muslim jd
improper lah...

slm canda,


 
--- jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> 
> Aisha =
>
>   Pak Ali ini saudara-an dengan pak Jano? Soale sama
> ya, suka nanya status nikah dari anggota milis:)
> 
>   ==
>
>   Jano - ko
>
>   --
>
>   Al Qur'an
>
>   24. An Nuur
>   32. Dan kawinkanlah orang-orang yang
> sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang
> layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
> lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
> mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
> kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi
> Maha Mengetahui.
>
>   ---
>
>   Berfikir positif aje dech, kan semua sudah tahu
> kalau Aisha ini Muslimah yang cantik, pinter,
> berjilbab dan lain-lain, siapa tahu Pak Ali itu
> punya saudara yang mungkin bisa berjodoh dengan
> Aisha, begitu. Pak Ali kan sudah sukses hidupnya
> jadi beliau itu sekarang tugasnya banyak mencari
> pahala:), salah satunya yaitutadi,
> "menjodohkan".
>
>   Wassalam
>
>   ---ooo0ooo---
>  
>
>   Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
>   Pak Ali ini saudara-an dengan pak Jano?
> Soale sama ya, suka nanya status nikah dari anggota
> milis:)
> 
> Untuk bicara apapun kan tidak harus menikah dulu,
> apa kaitannya nikah dengan imunisasi? Banyak
> teman-teman yang jadi dokter muda dan belum menikah
> tapi tidak saja bicara tentang imunisasi tapi mereka
> mengurus imunisasi. Atau ada juga orang-orang muda
> yang ngurus pembuatan vaksin untuk imunisasi.
> Apalagi sekedar ngobrol di milis tentang imunisasi,
> apa susahnya sih? Kita bisa membaca di koran,
> jurnal, buku, dll atau nonton acara kesehatan di tv,
> atau mendengar pengalaman orang lain. Kita bisa
> menggunakan mata, telinga, hati, otak, dll yang
> diberikan Allah kepada kita untuk bisa memahami
> sesuatu termasuk tentang imunisasi. Jadi apa
> kaitannya nikah dengan imunisasi?:)
> 
> Tentang perkembangan anak, saya membandingkan teman
> saya menghadapi kehamilan pertama dan kedua yang
> beda sehingga dia mengalami keguguran sementara anak
> keduanya karena perawatan lebih baik sejak hamil
> sampai anaknya lahir dan tumbuh bagus. Hal itu untuk
> memperlihatkan bahwa kesehatan anak itu tidak hanya
> tergantung pada imunisasi saja. Sekarang pak Ali
> bisa memahaminya? Atau masih belum mengerti juga
> bahwa tiap orang termasuk anak-anak pak Ali itu
> beda-beda kondisi tubuhnya, mungkin anak kedua pak
> Ali itu lebih kuat dari anak pertama, tidak setiap
> anak yang lahir itu sehat, malah seperti teman saya,
> bayinya tidak sempat lahir karena tubuhnya
> benar-benar tidak sehat dan akhirnya mati di rahim
> ibunya.
> 
> Tentang kecerdasan anak, apa betul tolok ukurnya itu
> hanya dari mampu jawab ponsel, tidur teratur, mau
> main dengan siapa saja? Saya rasa itu hanya masalah
> pembiasaan saja, tidur teratur mah semuanya juga
> tidur teratur. Jawab ponsel, kalau dibiasakan
> didekatkan ke ponsel dan melihat orang lain bicara
> di ponsel, anak kan niru juga. Main dengan siapa
> saja, kalau biasa ketemu orang lain bukan sesuatu
> yang aneh. Tapi anak yang bisa membaca di usia 3
> tahun dengan pembendaharaan kata-kata yang banyak
> sehingga dia bisa menceritakan satu cerita itu
> kemampuan di atas rata-rata. Rasanya saya pernah
> baca di setiap tahap umur anak-anak itu ada jumlah
> kata yang dikuasainya, misalnya anak umur 2 tahun
> yang normal tahu sekian kata, yang 3 tahun sekian
> kata, dll. Mungkin ada anggota lainnya yang tahu
> tentang mengukur kecerdasan anak ini.
> 
> BTW, anak-anak pak Ali ini tidak pakai ASI? Pakai
> susu kaleng/ susu formula? Setahu saya ASI itu
> minuman terbaik untuk bayi yang mengandung zat
> penangkal banyak penyakit. Dan susu kaleng, sebaik
> apapun kan terbuat dari susu sapi, cocoknya untuk
> bayi sapi ya?:)
> 
> Susu Indomilk? apa susu ini untuk bayi dan
> kanak-kanak? Bukannya itu susu untuk orang dewasa?
> Apa susu merek ini mutunya lebih buruk dari
> susu-susu yang pak Ali sebutkan?
> 
> MMR dan autis? hal ini dijelaskan oleh dokter KM di
> postingan lainnya yang juga men

Re: [wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun? (Virus, polusi, dll)

2007-03-11 Terurut Topik L.Meilany
Nimbrung :
Pak dana, anaknya Flora sudah ogah main skuter listrik.
Berenang, kolam renang di indonesia suka tidak sehat.
Busway; daerah tempat Flora tinggal belum dilintasi busway
Kegiatan seumur anak Flora itu yg lazim adalah mall to mall
:-))


salam 
l.meilany
  - Original Message - 
  From: Dan 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, March 10, 2007 2:15 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun? (Virus, polusi, dll)


  Oya? Anak2 saya malah kerjanya minta liburan ke Indonesia. Di Jkt
  banyak koq kegiatan anak2. Yg mereka suka misalnya main putt putt
  golf di Senayan, terus sambil naik scooter listrik. Udah gitu
  berenang pasti enggak ada capainya. Saya belum ajak ke taman safari
  dsb. Pasti ada deh yg disukai. Cuma macetnya aja, kalau begitu ya
  naik busway aja.

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Flora Pamungkas"
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Betul, saya mengalami seperti yang pak Wikan kemukakan di sini.
  > Setiap tahun pulang cuti ke Indonesia, anak saya selalu sakit typhus.
  > Padahal sudah berusaha tak banyak jajan (khusus utk dia, emaknya sih
  > kesempatan,
  > beli macam2 makanan yg dikangenin).
  > Jadi tiap kali di Indonesia, hati selalu was-was. 
  > Sering saya sebentar2 memegang keningnya untuk ngecek suhu bandannya.
  > Pernah sampai 4 kali cuti, dia tidak saya ajak sowan ke rumah paman. 
  > Sebab anak selalu sedang kena typhus, tak bisa diajak pergi2. 
  > Baru tahun yang lalu saya ajak, betapa kagetnya paman dan bibi
  melihat anak
  > saya 
  > lho... ternyata kok sudah besar begini. 
  > Kami sebulan full nggak makan ayam. Jadi makan ikaaan melulu, atau
  daging
  > sapi.
  > Anak sering mengeluh jika diajak pergi2, karena selalu mabuk kendaraan.
  > Mobil bergerak dengan sebentar-sebentar nge-rem karena macet.
  > Untuk keperluan yang tak berapa banyak, pergi dari rumah jam 9 pagi, 
  > nanti sampai di rumah jam 9 malam. Waktu benar2 habis di jalanan, 
  > sampai2 jajanan di kulkas tak sempat dimakan, lupa!
  > Anak itu selalu boring total jika vacation di Ind. Tak punya teman, 
  > mau ikut pergi2 kok dapatnya mabuk kendaraan.
  > Chatting terus juga bosen 
  > 
  > Bingung juga mengisi kegiatan buat anak selama liburan.
  > 
  > Salam,
  > Flora
  > 
  > 
  > Re: Vaksin = Racun ? 
  > Posted by: "Wikan Danar Sunindyo" [EMAIL PROTECTED] wix95 
  > Fri Mar 9, 2007 2:36 am (PST) 
  > Pak Aly, kalau mau hidup natural sekalian saja ke daerah
  > pegunungan/pedesaan yang jauh dari kota. Di sana bercocok tanam,
  > beternak sapi, hidupnya jauh lebih sehat, pasti.
  > Tapi kalau separuh2, hidup di kota yang terpolusi, makan minum sih
  > natural, tapi kontak dengan virus2 jahat yang beredar di mana2, tentu
  > butuh strategi yang lain pula.
  > Ada cerita dari temen, punya anak di jerman yang hygiene dan
  > sanitasinya bagus. Di Jerman sehat-sehat saja. Pas balik ke Indonesia
  > bersentuhan dengan udara kota yang kotor, makanan minuman juga tidak
  > jelas kebersihannya. Jadinya sakit-sakitan. Makanya perlu melihat
  > kondisi dan situasi, di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
  > Orang Jerman juga kalau mau ke Indonesia vaksin dulu karena banyak
  > penyakit tropis di Indonesia yang gak ada di Jerman.
  > 
  > salim,
  > --
  > wikan
  > 
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >



   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun ?

2007-03-11 Terurut Topik jano ko

Aisha =
   
  Pak Ali ini saudara-an dengan pak Jano? Soale sama ya, suka nanya status 
nikah dari anggota milis:)

  ==
   
  Jano - ko
   
  --
   
  Al Qur'an
   
  24. An Nuur
  32. Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan 
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan 
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan 
mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha 
Mengetahui.
   
  ---
   
  Berfikir positif aje dech, kan semua sudah tahu kalau Aisha ini Muslimah yang 
cantik, pinter, berjilbab dan lain-lain, siapa tahu Pak Ali itu punya saudara 
yang mungkin bisa berjodoh dengan Aisha, begitu. Pak Ali kan sudah sukses 
hidupnya jadi beliau itu sekarang tugasnya banyak mencari pahala:), salah 
satunya yaitutadi, "menjodohkan".
   
  Wassalam
   
  ---ooo0ooo---
 
   
  Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Pak Ali ini saudara-an dengan pak Jano? Soale sama ya, suka nanya 
status nikah dari anggota milis:)

Untuk bicara apapun kan tidak harus menikah dulu, apa kaitannya nikah dengan 
imunisasi? Banyak teman-teman yang jadi dokter muda dan belum menikah tapi 
tidak saja bicara tentang imunisasi tapi mereka mengurus imunisasi. Atau ada 
juga orang-orang muda yang ngurus pembuatan vaksin untuk imunisasi. Apalagi 
sekedar ngobrol di milis tentang imunisasi, apa susahnya sih? Kita bisa membaca 
di koran, jurnal, buku, dll atau nonton acara kesehatan di tv, atau mendengar 
pengalaman orang lain. Kita bisa menggunakan mata, telinga, hati, otak, dll 
yang diberikan Allah kepada kita untuk bisa memahami sesuatu termasuk tentang 
imunisasi. Jadi apa kaitannya nikah dengan imunisasi?:)

Tentang perkembangan anak, saya membandingkan teman saya menghadapi kehamilan 
pertama dan kedua yang beda sehingga dia mengalami keguguran sementara anak 
keduanya karena perawatan lebih baik sejak hamil sampai anaknya lahir dan 
tumbuh bagus. Hal itu untuk memperlihatkan bahwa kesehatan anak itu tidak hanya 
tergantung pada imunisasi saja. Sekarang pak Ali bisa memahaminya? Atau masih 
belum mengerti juga bahwa tiap orang termasuk anak-anak pak Ali itu beda-beda 
kondisi tubuhnya, mungkin anak kedua pak Ali itu lebih kuat dari anak pertama, 
tidak setiap anak yang lahir itu sehat, malah seperti teman saya, bayinya tidak 
sempat lahir karena tubuhnya benar-benar tidak sehat dan akhirnya mati di rahim 
ibunya.

Tentang kecerdasan anak, apa betul tolok ukurnya itu hanya dari mampu jawab 
ponsel, tidur teratur, mau main dengan siapa saja? Saya rasa itu hanya masalah 
pembiasaan saja, tidur teratur mah semuanya juga tidur teratur. Jawab ponsel, 
kalau dibiasakan didekatkan ke ponsel dan melihat orang lain bicara di ponsel, 
anak kan niru juga. Main dengan siapa saja, kalau biasa ketemu orang lain bukan 
sesuatu yang aneh. Tapi anak yang bisa membaca di usia 3 tahun dengan 
pembendaharaan kata-kata yang banyak sehingga dia bisa menceritakan satu cerita 
itu kemampuan di atas rata-rata. Rasanya saya pernah baca di setiap tahap umur 
anak-anak itu ada jumlah kata yang dikuasainya, misalnya anak umur 2 tahun yang 
normal tahu sekian kata, yang 3 tahun sekian kata, dll. Mungkin ada anggota 
lainnya yang tahu tentang mengukur kecerdasan anak ini.

BTW, anak-anak pak Ali ini tidak pakai ASI? Pakai susu kaleng/ susu formula? 
Setahu saya ASI itu minuman terbaik untuk bayi yang mengandung zat penangkal 
banyak penyakit. Dan susu kaleng, sebaik apapun kan terbuat dari susu sapi, 
cocoknya untuk bayi sapi ya?:)

Susu Indomilk? apa susu ini untuk bayi dan kanak-kanak? Bukannya itu susu untuk 
orang dewasa? Apa susu merek ini mutunya lebih buruk dari susu-susu yang pak 
Ali sebutkan?

MMR dan autis? hal ini dijelaskan oleh dokter KM di postingan lainnya yang juga 
menjelaskan tentang vaksinasi, apa sekedar suntik-suntik seperti suntik ayam 
negeri?

salam
Aisha
--
>From : M Ali

(Ref)Aisha ini sdh nikah belum ya.. kok bicara imunisasi..?

Generasi yg kuat ini komentar Aisha sdh dijawab...: Dia melahirkan bayi sehat 
yang lalu diberi ASI eksklusif, lalu makanan pendamping ASI yang saya lihat 
sehat sekali, misalnya dia mencampur kuning telur+ ati ayam yang dikukus dengan 
bayam+wortel yang diblender
dengan bubur tepung beras. Dia juga memberi juice pepaya, jeruk, dll. Fisik 
bayinya berkembang bagus dan anaknya gesit sekali, ditambah dengan rajinnya 
teman saya ini merangsang kemampuan si anak, anak itu tumbuh cerdas, 3 tahun 
sudah bisa membaca dan belajar menulis, vocabnya juga banyak sehingga bisa 
cerita banyak hal.

tambahan komentar sy :
anak sy yg kedua malah hanya susu seadanya spt susu indomilk.. tp umur dua 
tahun sdh mau jawab handphone dan mudh meniru.. tidur teratur, bermain dengan 
siapa saja mau...

Anak sy yang pertama malah sy kasih special susu spt S26, nutrilon soya, ke 
dokter hampir sy rental mbl + supirnya. Anak sy Pertama lahir tahun 1998.. 
dimana saat itu byk kasus issue imun

Re: [wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun ?

2007-03-10 Terurut Topik Muhammad Aly
wah ketemu juga jawabannya.. Aisha sure 100% masih
single .. he3..

okey lah nanti mungkin ada dokter di WM ini bisa
menjelaskannya.. imunisasi MMR tahun 1998 ada apa..?
kenapa sales2 obat menawarkan dagangannya di waktu jam
praktek doktet yg mengganggu antrian pasien..? sales
pasien tsb tdk  daftar antri menyerobot saja..gak
mikir ada pasien sakit.
Perlu di tengok ada apa dengan depkes skrng..? jauh
sekali berubah perjuangan para dokter di masa
kemerdekaan dengan jaman skrng.. pelopornya dulu hebat
spt bung Tomo.

slm,

--- Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Ali ini saudara-an dengan pak Jano? Soale sama
> ya, suka nanya status nikah dari anggota milis:)
> 
> Untuk bicara apapun kan tidak harus menikah dulu,
> apa kaitannya nikah dengan imunisasi? Banyak
> teman-teman yang jadi dokter muda dan belum menikah
> tapi tidak saja bicara tentang imunisasi tapi mereka
> mengurus imunisasi. Atau ada juga orang-orang muda
> yang ngurus pembuatan vaksin untuk imunisasi.
> Apalagi sekedar ngobrol di milis tentang imunisasi,
> apa susahnya sih? Kita bisa membaca di koran,
> jurnal, buku, dll atau nonton acara kesehatan di tv,
> atau mendengar pengalaman orang lain. Kita bisa
> menggunakan mata, telinga, hati, otak, dll yang
> diberikan Allah kepada kita untuk bisa memahami
> sesuatu termasuk tentang imunisasi. Jadi apa
> kaitannya nikah dengan imunisasi?:)
> 
> Tentang perkembangan anak, saya membandingkan teman
> saya menghadapi kehamilan pertama dan kedua yang
> beda sehingga dia mengalami keguguran sementara anak
> keduanya karena perawatan lebih baik sejak hamil
> sampai anaknya lahir dan tumbuh bagus. Hal itu untuk
> memperlihatkan bahwa kesehatan anak itu tidak hanya
> tergantung pada imunisasi saja. Sekarang pak Ali
> bisa memahaminya? Atau masih belum mengerti juga
> bahwa tiap orang termasuk anak-anak pak Ali itu
> beda-beda kondisi tubuhnya, mungkin anak kedua pak
> Ali itu lebih kuat dari anak pertama, tidak setiap
> anak yang lahir itu sehat, malah seperti teman saya,
> bayinya tidak sempat lahir karena tubuhnya
> benar-benar tidak sehat dan akhirnya mati di rahim
> ibunya.
> 
> Tentang kecerdasan anak, apa betul tolok ukurnya itu
> hanya dari mampu jawab ponsel, tidur teratur, mau
> main dengan siapa saja? Saya rasa itu hanya masalah
> pembiasaan saja, tidur teratur mah semuanya juga
> tidur teratur. Jawab ponsel, kalau dibiasakan
> didekatkan ke ponsel dan melihat orang lain bicara
> di ponsel, anak kan niru juga. Main dengan siapa
> saja, kalau biasa ketemu orang lain bukan sesuatu
> yang aneh. Tapi anak yang bisa membaca di usia 3
> tahun dengan pembendaharaan kata-kata yang banyak
> sehingga dia bisa menceritakan satu cerita itu
> kemampuan di atas rata-rata. Rasanya saya pernah
> baca di setiap tahap umur anak-anak itu ada jumlah
> kata yang dikuasainya, misalnya anak umur 2 tahun
> yang normal tahu sekian kata, yang 3 tahun sekian
> kata, dll. Mungkin ada anggota lainnya yang tahu
> tentang mengukur kecerdasan anak ini.
> 
> BTW, anak-anak pak Ali ini tidak pakai ASI? Pakai
> susu kaleng/ susu formula? Setahu saya ASI itu
> minuman terbaik untuk bayi yang mengandung zat
> penangkal banyak penyakit. Dan susu kaleng, sebaik
> apapun kan terbuat dari susu sapi, cocoknya untuk
> bayi sapi ya?:)
> 
> Susu Indomilk? apa susu ini untuk bayi dan
> kanak-kanak? Bukannya itu susu untuk orang dewasa?
> Apa susu merek ini mutunya lebih buruk dari
> susu-susu yang pak Ali sebutkan?
> 
> MMR dan autis? hal ini dijelaskan oleh dokter KM di
> postingan lainnya yang juga menjelaskan tentang
> vaksinasi, apa sekedar suntik-suntik seperti suntik
> ayam negeri?
> 
> salam
> Aisha
> --
> From : M Ali
> 
> (Ref)Aisha ini sdh nikah belum ya.. kok bicara
> imunisasi..?
> 
> Generasi yg kuat ini komentar Aisha sdh dijawab...:
> Dia melahirkan bayi sehat yang lalu diberi ASI
> eksklusif, lalu makanan pendamping ASI yang saya
> lihat sehat sekali, misalnya dia mencampur kuning
> telur+ ati ayam yang dikukus dengan bayam+wortel
> yang diblender
> dengan bubur tepung beras. Dia juga memberi juice
> pepaya, jeruk, dll. Fisik bayinya berkembang bagus
> dan anaknya gesit sekali, ditambah dengan rajinnya
> teman saya ini merangsang kemampuan si anak, anak
> itu tumbuh cerdas, 3 tahun sudah bisa membaca dan
> belajar menulis, vocabnya juga banyak sehingga bisa
> cerita banyak hal.
> 
> tambahan komentar sy :
> anak sy yg kedua malah hanya susu seadanya spt susu
> indomilk.. tp umur dua tahun sdh mau jawab handphone
> dan mudh meniru.. tidur teratur, bermain dengan
> siapa saja mau...
> 
> Anak sy yang pertama malah sy kasih special susu spt
> S26, nutrilon soya, ke dokter hampir sy rental mbl +
> supirnya. Anak sy Pertama lahir tahun 1998.. dimana
> saat itu byk kasus issue imunisasi MMR kadaluarsa
> sekitar expire 5 tahun..yg diisukan dikirim dari
> amrik ke indonesia.. lebih kasihan 2 teman sy dlm
> satu perusahaan sy kerja dulu terkena autis.
> 
> Ayam negeri disuntik okey lah jd cpt besar.. tp
> letoy... coba alami

[wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun ?

2007-03-10 Terurut Topik Rani Kirana

Karena dipikiran orang-orang itu..orang yang telah menikah mempunyai 
nilai lebih dari orang yang belum/tidak menikah..
ntar..ujung-ujungnya..pasti kalau ndak nasehat-nasehat gratis atau 
kalimat-kalimat yang cederung menggurui..

biasa sih..orang rada ignorance..kurang tahu tata krama atau etika 
berbicara atau berdiskusi..

Semakin lama makin keliatan deh..kualitas dan levelnya..

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Ali ini saudara-an dengan pak Jano? Soale sama ya, suka nanya 
status nikah dari anggota milis:)
> 
> Untuk bicara apapun kan tidak harus menikah dulu, apa kaitannya 
nikah dengan imunisasi? Banyak teman-teman yang jadi dokter muda dan 
belum menikah tapi tidak saja bicara tentang imunisasi tapi mereka 
mengurus imunisasi. Atau ada juga orang-orang muda yang ngurus 
pembuatan vaksin untuk imunisasi. Apalagi sekedar ngobrol di milis 
tentang imunisasi, apa susahnya sih? Kita bisa membaca di koran, 
jurnal, buku, dll atau nonton acara kesehatan di tv, atau mendengar 
pengalaman orang lain. Kita bisa menggunakan mata, telinga, hati, 
otak, dll yang diberikan Allah kepada kita untuk bisa memahami 
sesuatu termasuk tentang imunisasi. Jadi apa kaitannya nikah dengan 
imunisasi?:)
> 
> Tentang perkembangan anak, saya membandingkan teman saya 
menghadapi kehamilan pertama dan kedua yang beda sehingga dia 
mengalami keguguran sementara anak keduanya karena perawatan lebih 
baik sejak hamil sampai anaknya lahir dan tumbuh bagus. Hal itu 
untuk memperlihatkan bahwa kesehatan anak itu tidak hanya tergantung 
pada imunisasi saja. Sekarang pak Ali bisa memahaminya? Atau masih 
belum mengerti juga bahwa tiap orang termasuk anak-anak pak Ali itu 
beda-beda kondisi tubuhnya, mungkin anak kedua pak Ali itu lebih 
kuat dari anak pertama, tidak setiap anak yang lahir itu sehat, 
malah seperti teman saya, bayinya tidak sempat lahir karena tubuhnya 
benar-benar tidak sehat dan akhirnya mati di rahim ibunya.
> 
> Tentang kecerdasan anak, apa betul tolok ukurnya itu hanya dari 
mampu jawab ponsel, tidur teratur, mau main dengan siapa saja? Saya 
rasa itu hanya masalah pembiasaan saja, tidur teratur mah semuanya 
juga tidur teratur. Jawab ponsel, kalau dibiasakan didekatkan ke 
ponsel dan melihat orang lain bicara di ponsel, anak kan niru juga. 
Main dengan siapa saja, kalau biasa ketemu orang lain bukan sesuatu 
yang aneh. Tapi anak yang bisa membaca di usia 3 tahun dengan 
pembendaharaan kata-kata yang banyak sehingga dia bisa menceritakan 
satu cerita itu kemampuan di atas rata-rata. Rasanya saya pernah 
baca di setiap tahap umur anak-anak itu ada jumlah kata yang 
dikuasainya, misalnya anak umur 2 tahun yang normal tahu sekian 
kata, yang 3 tahun sekian kata, dll. Mungkin ada anggota lainnya 
yang tahu tentang mengukur kecerdasan anak ini.
> 
> BTW, anak-anak pak Ali ini tidak pakai ASI? Pakai susu kaleng/ 
susu formula? Setahu saya ASI itu minuman terbaik untuk bayi yang 
mengandung zat penangkal banyak penyakit. Dan susu kaleng, sebaik 
apapun kan terbuat dari susu sapi, cocoknya untuk bayi sapi ya?:)
> 
> Susu Indomilk? apa susu ini untuk bayi dan kanak-kanak? Bukannya 
itu susu untuk orang dewasa? Apa susu merek ini mutunya lebih buruk 
dari susu-susu yang pak Ali sebutkan?
> 
> MMR dan autis? hal ini dijelaskan oleh dokter KM di postingan 
lainnya yang juga menjelaskan tentang vaksinasi, apa sekedar suntik-
suntik seperti suntik ayam negeri?
> 
> salam
> Aisha
> --
> From : M Ali
> 
> (Ref)Aisha ini sdh nikah belum ya.. kok bicara imunisasi..?
> 
> Generasi yg kuat ini komentar Aisha sdh dijawab...: Dia melahirkan 
bayi sehat yang lalu diberi ASI eksklusif, lalu makanan pendamping 
ASI yang saya lihat sehat sekali, misalnya dia mencampur kuning 
telur+ ati ayam yang dikukus dengan bayam+wortel yang diblender
> dengan bubur tepung beras. Dia juga memberi juice pepaya, jeruk, 
dll. Fisik bayinya berkembang bagus dan anaknya gesit sekali, 
ditambah dengan rajinnya teman saya ini merangsang kemampuan si 
anak, anak itu tumbuh cerdas, 3 tahun sudah bisa membaca dan belajar 
menulis, vocabnya juga banyak sehingga bisa cerita banyak hal.
> 
> tambahan komentar sy :
> anak sy yg kedua malah hanya susu seadanya spt susu indomilk.. tp 
umur dua tahun sdh mau jawab handphone dan mudh meniru.. tidur 
teratur, bermain dengan siapa saja mau...
> 
> Anak sy yang pertama malah sy kasih special susu spt S26, nutrilon 
soya, ke dokter hampir sy rental mbl + supirnya. Anak sy Pertama 
lahir tahun 1998.. dimana saat itu byk kasus issue imunisasi MMR 
kadaluarsa sekitar expire 5 tahun..yg diisukan dikirim dari amrik ke 
indonesia.. lebih kasihan 2 teman sy dlm satu perusahaan sy kerja 
dulu terkena autis.
> 
> Ayam negeri disuntik okey lah jd cpt besar.. tp letoy... coba 
alami spt komentar diatas mantep! spt org2 tua ... strong!
> 
> Depkes kita perlu disensor juga krn kurang kontrol...dokter2 juga 
skrng ngurusin sales2 obat aja ngambil jatah antri org2 sakit 
weleh3

[wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun ?

2007-03-10 Terurut Topik Aisha
Pak Ali ini saudara-an dengan pak Jano? Soale sama ya, suka nanya status nikah 
dari anggota milis:)

Untuk bicara apapun kan tidak harus menikah dulu, apa kaitannya nikah dengan 
imunisasi? Banyak teman-teman yang jadi dokter muda dan belum menikah tapi 
tidak saja bicara tentang imunisasi tapi mereka mengurus imunisasi. Atau ada 
juga orang-orang muda yang ngurus pembuatan vaksin untuk imunisasi. Apalagi 
sekedar ngobrol di milis tentang imunisasi, apa susahnya sih? Kita bisa membaca 
di koran, jurnal, buku, dll atau nonton acara kesehatan di tv, atau mendengar 
pengalaman orang lain. Kita bisa menggunakan mata, telinga, hati, otak, dll 
yang diberikan Allah kepada kita untuk bisa memahami sesuatu termasuk tentang 
imunisasi. Jadi apa kaitannya nikah dengan imunisasi?:)

Tentang perkembangan anak, saya membandingkan teman saya menghadapi kehamilan 
pertama dan kedua yang beda sehingga dia mengalami keguguran sementara anak 
keduanya karena perawatan lebih baik sejak hamil sampai anaknya lahir dan 
tumbuh bagus. Hal itu untuk memperlihatkan bahwa kesehatan anak itu tidak hanya 
tergantung pada imunisasi saja. Sekarang pak Ali bisa memahaminya? Atau masih 
belum mengerti juga bahwa tiap orang termasuk anak-anak pak Ali itu beda-beda 
kondisi tubuhnya, mungkin anak kedua pak Ali itu lebih kuat dari anak pertama, 
tidak setiap anak yang lahir itu sehat, malah seperti teman saya, bayinya tidak 
sempat lahir karena tubuhnya benar-benar tidak sehat dan akhirnya mati di rahim 
ibunya.

Tentang kecerdasan anak, apa betul tolok ukurnya itu hanya dari mampu jawab 
ponsel, tidur teratur, mau main dengan siapa saja? Saya rasa itu hanya masalah 
pembiasaan saja, tidur teratur mah semuanya juga tidur teratur. Jawab ponsel, 
kalau dibiasakan didekatkan ke ponsel dan melihat orang lain bicara di ponsel, 
anak kan niru juga. Main dengan siapa saja, kalau biasa ketemu orang lain bukan 
sesuatu yang aneh. Tapi anak yang bisa membaca di usia 3 tahun dengan 
pembendaharaan kata-kata yang banyak sehingga dia bisa menceritakan satu cerita 
itu kemampuan di atas rata-rata. Rasanya saya pernah baca di setiap tahap umur 
anak-anak itu ada jumlah kata yang dikuasainya, misalnya anak umur 2 tahun yang 
normal tahu sekian kata, yang 3 tahun sekian kata, dll. Mungkin ada anggota 
lainnya yang tahu tentang mengukur kecerdasan anak ini.

BTW, anak-anak pak Ali ini tidak pakai ASI? Pakai susu kaleng/ susu formula? 
Setahu saya ASI itu minuman terbaik untuk bayi yang mengandung zat penangkal 
banyak penyakit. Dan susu kaleng, sebaik apapun kan terbuat dari susu sapi, 
cocoknya untuk bayi sapi ya?:)

Susu Indomilk? apa susu ini untuk bayi dan kanak-kanak? Bukannya itu susu untuk 
orang dewasa? Apa susu merek ini mutunya lebih buruk dari susu-susu yang pak 
Ali sebutkan?

MMR dan autis? hal ini dijelaskan oleh dokter KM di postingan lainnya yang juga 
menjelaskan tentang vaksinasi, apa sekedar suntik-suntik seperti suntik ayam 
negeri?

salam
Aisha
--
>From : M Ali

(Ref)Aisha ini sdh nikah belum ya.. kok bicara imunisasi..?

Generasi yg kuat ini komentar Aisha sdh dijawab...: Dia melahirkan bayi sehat 
yang lalu diberi ASI eksklusif, lalu makanan pendamping ASI yang saya lihat 
sehat sekali, misalnya dia mencampur kuning telur+ ati ayam yang dikukus dengan 
bayam+wortel yang diblender
dengan bubur tepung beras. Dia juga memberi juice pepaya, jeruk, dll. Fisik 
bayinya berkembang bagus dan anaknya gesit sekali, ditambah dengan rajinnya 
teman saya ini merangsang kemampuan si anak, anak itu tumbuh cerdas, 3 tahun 
sudah bisa membaca dan belajar menulis, vocabnya juga banyak sehingga bisa 
cerita banyak hal.

tambahan komentar sy :
anak sy yg kedua malah hanya susu seadanya spt susu indomilk.. tp umur dua 
tahun sdh mau jawab handphone dan mudh meniru.. tidur teratur, bermain dengan 
siapa saja mau...

Anak sy yang pertama malah sy kasih special susu spt S26, nutrilon soya, ke 
dokter hampir sy rental mbl + supirnya. Anak sy Pertama lahir tahun 1998.. 
dimana saat itu byk kasus issue imunisasi MMR kadaluarsa sekitar expire 5 
tahun..yg diisukan dikirim dari amrik ke indonesia.. lebih kasihan 2 teman sy 
dlm satu perusahaan sy kerja dulu terkena autis.

Ayam negeri disuntik okey lah jd cpt besar.. tp letoy... coba alami spt 
komentar diatas mantep! spt org2 tua ... strong!

Depkes kita perlu disensor juga krn kurang kontrol...dokter2 juga skrng 
ngurusin sales2 obat aja ngambil jatah antri org2 sakit weleh3 coba sich 
sales2 obat itu di luar jam prakter dokter..??
... 
demikian sama dengan departement perhubungan perlu di sensor...

Natural adalah dambaan kita bukan..?
slm,
ali

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun? (Virus, polusi, dll)

2007-03-09 Terurut Topik Dan
Oya?  Anak2 saya malah kerjanya minta liburan ke Indonesia.  Di Jkt
banyak koq kegiatan anak2.  Yg mereka suka misalnya main putt putt
golf di Senayan, terus sambil naik scooter listrik.  Udah gitu
berenang pasti enggak ada capainya.  Saya belum ajak ke taman safari
dsb.  Pasti ada deh yg disukai.  Cuma macetnya aja, kalau begitu ya
naik busway aja.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Flora Pamungkas"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Betul, saya mengalami seperti yang pak Wikan kemukakan di sini.
> Setiap tahun pulang cuti ke Indonesia, anak saya selalu sakit typhus.
> Padahal sudah berusaha tak banyak jajan (khusus utk dia, emaknya sih
> kesempatan,
> beli macam2 makanan yg dikangenin).
> Jadi tiap kali di Indonesia, hati selalu was-was.  
> Sering saya sebentar2 memegang keningnya untuk ngecek suhu bandannya.
> Pernah sampai 4 kali cuti, dia tidak saya ajak sowan ke rumah paman.  
> Sebab anak selalu sedang kena typhus, tak bisa diajak pergi2.  
> Baru tahun yang lalu saya ajak, betapa kagetnya paman dan bibi
melihat anak
> saya 
> lho... ternyata kok sudah besar begini.  
> Kami sebulan full nggak makan ayam.  Jadi makan ikaaan melulu, atau
daging
> sapi.
> Anak sering mengeluh jika diajak pergi2, karena selalu mabuk kendaraan.
> Mobil bergerak dengan sebentar-sebentar nge-rem karena macet.
> Untuk keperluan yang tak berapa banyak, pergi dari rumah jam 9 pagi, 
> nanti sampai di rumah jam 9 malam.  Waktu benar2 habis di jalanan, 
> sampai2 jajanan di kulkas tak sempat dimakan, lupa!
> Anak itu selalu boring total jika vacation di Ind.  Tak punya teman, 
> mau ikut pergi2 kok dapatnya mabuk kendaraan.
> Chatting terus juga bosen 
> 
> Bingung juga mengisi kegiatan buat anak selama liburan.
> 
> Salam,
> Flora
> 
> 
> Re: Vaksin = Racun ? 
> Posted by: "Wikan Danar Sunindyo" [EMAIL PROTECTED]   wix95 
> Fri Mar 9, 2007 2:36 am (PST) 
> Pak Aly, kalau mau hidup natural sekalian saja ke daerah
> pegunungan/pedesaan yang jauh dari kota. Di sana bercocok tanam,
> beternak sapi, hidupnya jauh lebih sehat, pasti.
> Tapi kalau separuh2, hidup di kota yang terpolusi, makan minum sih
> natural, tapi kontak dengan virus2 jahat yang beredar di mana2, tentu
> butuh strategi yang lain pula.
> Ada cerita dari temen, punya anak di jerman yang hygiene dan
> sanitasinya bagus. Di Jerman sehat-sehat saja. Pas balik ke Indonesia
> bersentuhan dengan udara kota yang kotor, makanan minuman juga tidak
> jelas kebersihannya. Jadinya sakit-sakitan. Makanya perlu melihat
> kondisi dan situasi, di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
> Orang Jerman juga kalau mau ke Indonesia vaksin dulu karena banyak
> penyakit tropis di Indonesia yang gak ada di Jerman.
> 
> salim,
> --
> wikan
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




[wanita-muslimah] Re: Vaksin = Racun? (Virus, polusi, dll)

2007-03-09 Terurut Topik Flora Pamungkas
Betul, saya mengalami seperti yang pak Wikan kemukakan di sini.
Setiap tahun pulang cuti ke Indonesia, anak saya selalu sakit typhus.
Padahal sudah berusaha tak banyak jajan (khusus utk dia, emaknya sih
kesempatan,
beli macam2 makanan yg dikangenin).
Jadi tiap kali di Indonesia, hati selalu was-was.  
Sering saya sebentar2 memegang keningnya untuk ngecek suhu bandannya.
Pernah sampai 4 kali cuti, dia tidak saya ajak sowan ke rumah paman.  
Sebab anak selalu sedang kena typhus, tak bisa diajak pergi2.  
Baru tahun yang lalu saya ajak, betapa kagetnya paman dan bibi melihat anak
saya 
lho... ternyata kok sudah besar begini.  
Kami sebulan full nggak makan ayam.  Jadi makan ikaaan melulu, atau daging
sapi.
Anak sering mengeluh jika diajak pergi2, karena selalu mabuk kendaraan.
Mobil bergerak dengan sebentar-sebentar nge-rem karena macet.
Untuk keperluan yang tak berapa banyak, pergi dari rumah jam 9 pagi, 
nanti sampai di rumah jam 9 malam.  Waktu benar2 habis di jalanan, 
sampai2 jajanan di kulkas tak sempat dimakan, lupa!
Anak itu selalu boring total jika vacation di Ind.  Tak punya teman, 
mau ikut pergi2 kok dapatnya mabuk kendaraan.
Chatting terus juga bosen 

Bingung juga mengisi kegiatan buat anak selama liburan.

Salam,
Flora


Re: Vaksin = Racun ? 
Posted by: "Wikan Danar Sunindyo" [EMAIL PROTECTED]   wix95 
Fri Mar 9, 2007 2:36 am (PST) 
Pak Aly, kalau mau hidup natural sekalian saja ke daerah
pegunungan/pedesaan yang jauh dari kota. Di sana bercocok tanam,
beternak sapi, hidupnya jauh lebih sehat, pasti.
Tapi kalau separuh2, hidup di kota yang terpolusi, makan minum sih
natural, tapi kontak dengan virus2 jahat yang beredar di mana2, tentu
butuh strategi yang lain pula.
Ada cerita dari temen, punya anak di jerman yang hygiene dan
sanitasinya bagus. Di Jerman sehat-sehat saja. Pas balik ke Indonesia
bersentuhan dengan udara kota yang kotor, makanan minuman juga tidak
jelas kebersihannya. Jadinya sakit-sakitan. Makanya perlu melihat
kondisi dan situasi, di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Orang Jerman juga kalau mau ke Indonesia vaksin dulu karena banyak
penyakit tropis di Indonesia yang gak ada di Jerman.

salim,
--
wikan

[Non-text portions of this message have been removed]