[yonsatu] Re: FW: [privatisasi_pertamina] Skenario Privatisasi Pertamina

2002-04-25 Terurut Topik Indradjaja Dalel
 ambil jalan senjata (militer) untuk menyelesaikan pemenuhan =
kepentingannya tersebut. Tujuannya adalah untuk menimbulkan "demokrasi =
ekonomi dunia". Selama didapat penyelesaian yang memuaskan para pihak =
tentu perang besar dapat dicegah. Sekarang terpulang kepada kemampuan =
SDM Indonesia untuk memainkannya supaya keuntungan bagi rakyat Indonesia =
bisa didapat sebanyak mungkin. Kalau arus dunia bergerak kearah sana, =
yang melawan arus akan tergilas "sooner or later"

Kalau dilihat dari uraian diatas yang penting kita punyai adalah SDM =
yang mampu, penguasaan technology, serta system regulasi yang menunjang. =
Provided para elite politik kita punya gambaran yang jelas cara =
membangun bangsa ini. Mereka dapat menciptakan kestabilan politik dan =
keamanan yang kondusif untuk itu. Moga2 ini bisa menjadi sumbang =
pikiran.=20

Sekian dulu untuk merangsang diskusi.

Salam
Indradjaja Dalel



 -Original Message-
From:   Abas F Soeriawidjaja [mailto:[EMAIL PROTECTED]]=20
Sent:   25 April 2002 11:31
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:    [yonsatu] Re: FW: [privatisasi_pertamina] Skenario Privatisasi =
Pertamina

Bung Sodik,
   Tantangan manusia sejak jaman Nabi Adam,



--[YONSATU - ITB]--
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe: <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation   : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
1 Mail/day : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>




[yonsatu] Re: FW: [privatisasi_pertamina] Skenario Privatisasi Pertamina

2002-04-24 Terurut Topik Rifki Muhida


--- Abas F Soeriawidjaja <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
> Saya, kita semua, bangsa ini, telah kehilangan/tidak
> mempunyai lagi
> character sebagai individu maupun bangsa untuk mampu
> memposisikan diri pada
Sebenarnya sederhana, karena kita bangsa malas dan
tidak berpendidikan. Coba kita lihat etos kerja rata2
orang indoneisia dan coba kita bangdingkan dengan
orang jepang, yang notabene secara fisik adalah sama.
Pegawai2 kantor kita, pejabat2 kita kebanyakan jam 2
siang udah balik pengen tidur siang dll, selain itu
dikantor mereka kurang produktif, anggota DPR saja
malas datang untuk rapat, padahal mereka hanya
mendengar dan digaji. Pendidikan kita secara rata2
sangat rendah secara kuantitatif dan kulaitatif.
Tingkat buta hurup kita masih tinggi, coba kita
bandingkan dengan jepang yang tingkat buta hurupnya
limit 0 persen, padahal mereka untuk dapat membaca
harus menghapal minimal 2000 hurup kanji beserta
kombinasi cara bacanya. Anak2 sekolah jepang belajar
membaca sampai kelas 3 SMA dan sampai kelas 3 SMP
mereka belum bisa membaca koran dengan baik.
Untuk indonesia kita hanya punya 26 hurup (abjad) dan
kita tidak juga perlu belajar susah payah "speelling"
sebagaimana anak2 SD di amerika atau inggris.
Alangkah banyak kemudahan yang kita miliki sebenarnya,
kemudahan bahasa, kemudahan sumber daya alam,
kemudahan moral karena kita masyarakat beragama
sehingga  nggak perlu banyak polisi untuk melarang
orang berbuat maksiat, kemudahan iklim (coba
bandingkan dengan dengan negara yang 4 musim, tersiksa
rek!!, terutama karena ongkos gas dan listrik yang
mahal), kemudahan geografis, kemudahan
cuaca(bandingakn jepang dengan frekwensi gempa dan
Topan yang jumlahnya sangat tinggi setiap tahun),
kemudahan kontruksi (kita nggak memerlukan desain yang
rumit untuk membuat bangunan yang dapat menahan dari
dingin dengan kaca dan engsel yang terpasang rapat dan
didnding yang kopong seerti dijepang), kemudahan
dll.
Itu yang kita, bangsa ini tidak sadar, bahwa kemudahan
itu membawa kita pada malas, kita sudah biasa dan
akrab dengan cerita2 "kabayan" yang malas dan kisah
orang2 yang sakti yang mendapatkan ilmu kegunung2 atau
dengan bertapa atau dengan mebaca jampi2 tampa harus
kerja keras. 
Semua itu membentuk karakter bangsa kita, suka atau
tidak suka kita terima, kecuali kalau kita harus
merubah karakter itu.
Memperbaiki sistem pendidikan, diantaranya menabah jam
sekolah sampai sore hari, meningkatkan anggaran
pendidikan secara drastis sehingga sampai SMA
pendidkan gratis dan gaji guru tinggi, dan semua orang
seantero negeri minimal tamat SMA. Meningkatkan
kinerja dan etos kerja, memberikan informasi yang adil
secara cuma2 untuk masayarakat, melalui pelayanan
informasi yang purna, termasuk informasi tentang
peluag usaha serta media2 bagaimana untuk mencapainya
umpamanya melaui pembinaan dan pelatihan2.
Saya pikir itu tahapan2 awal sebelum kita melangkah
lebih jauh untuk mengubah negeri ini dengan  berbagai
program besar lainnya. Kalau dua itu, malas dan
pendidikan, tidak dibenahi kita akan tetap berada pada
jalur seperti sekarang ini.
Mulai memikirkan untuk meingivestasikan minyak yang
ada dalam perut bumi indoneisa untuk sektor
pendidikan, setelah satu generasi terlewatkan saya
pikir kita akan keluar, dan menjadi bangsa yang
sejajar dengan bangsa maju manapun, kita akan punya
karakter yang ditopang oleh pendidkan yang dapat di
banggakan.

Rifki Muhida

Note: Sekolah sampai sore hari ternyata ini dapat
membentuk kebiasaan dalam bekerja ketika seseorang
kerja setelah tamat sekolah. Dulunya saya pikir
mahasiswa2 jepang yang kuliahnya tidak dibatasi waktu
seperti di sekolah TK sampai SMA, ketika mahasiswa
tidak menjalankan kebiasaan itu, ternyata dugaan saya
keliru. Ketika mereka masuk laboratorium, mereka
melakukan hal yang sama seolah2 mereka bekerja di
perusahaan. Mereka menghabiskan waktu sedikitnya 9 jam
setiap hari di lab, padahal tidak ada ketentuan harus
di lab selama itu. 

__
Do You Yahoo!?
Yahoo! Games - play chess, backgammon, pool and more
http://games.yahoo.com/

--[YONSATU - ITB]--
Online archive : 
Moderators : 
Unsubscribe: 
Vacation   : 
1 Mail/day : 




[yonsatu] Re: FW: [privatisasi_pertamina] Skenario Privatisasi Pertamina

2002-04-24 Terurut Topik Abas F Soeriawidjaja

Bung Sodik,
   Tantangan manusia sejak jaman Nabi Adam,
adalahdikuasai atau menguasai.
Setiap zaman mempunyai tantangannya sendiri, kita tidak perlu menyalahkan
keadaan.
Bangsa Indonesia pernah dengan gemilang berhasil, yaitu ketika era/zaman
kolonialisme berakhir, dan dalam zaman itu bangsa kita berhasil mengambil
posisi terdepan dan menjadi salah satu bangsa yang terdahulu menyatakan
Kemerdekaannya.
Mengapa dalam era/zaman globalisasi kita gagal mengambil posisi ? Bahkan
seperti kebingungan ??
Belajar dari sejarah kita sendiri dan sejarah bangsa lain, menurut saya, hal
pokok yang paling menentukan adalah character ( terjemahan bebasnya : sikap
hidup )
Saya, kita semua, bangsa ini, telah kehilangan/tidak mempunyai lagi
character sebagai individu maupun bangsa untuk mampu memposisikan diri pada
era/zaman globalisasi, sebagaimana the founding fathers kita memposisikan
dirinya pada era/zaman berakhirnya kolonialisme.
Bagi manusia yang berjuang, tidak ada kata terlambat !!!
Mari kita usahakan semampunya untuk mulai, bagaimanapun sederhananya, untuk
mengembalikan character sebagai individu yang merupakan bagian dari bangsa,
sebagaimana yang dicontohi oleh the founding fathers kita.

Wass.

- Original Message -
From: "Abdul Sodik" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, April 25, 2002 10:00 AM
Subject: [yonsatu] FW: [privatisasi_pertamina] Skenario Privatisasi
Pertamina


> Hallo gank..akankah negara kita tercinta Indonesia mengalami nasib serupa
> dengan kapal TITANIC yang karam seabad lalu ? TENTU SAJA JANGAN KAN!
> Semoga nurani-nurani kita masih bisa peka melihat kenyataan yang terus
> berkembang di negeri kita ini, sayangnya perkembangannya tidak
> menggembirakan rakyat umumnya.
>
> Salam
> Asodik
>
> -Original Message-
> From: Firdaus Ibrahim [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
> Sent: 25 April 2002 9:11
> To: '[EMAIL PROTECTED]'
> Subject: [privatisasi_pertamina] Skenario Privatisasi Pertamina
>
>
> Issue privatisasi di tanah air telah semakin marak. Berbagai silang
pendapat
> yang mendukung dan menentang dapat dibaca di berbagai media masa.
> Privatisasi tersebut juga mengancam Pertamina. Sesuai skenario Bank Dunia,
> privatisasi Pertamina sudah di depan mata (World Bank Report 2000).
Tahapan
> divestasi Pertamina secara rincipun telah diuraikan dalam laporan World
Bank
> tersebut, yang dimulai dari penggantian UU 8/71 & 44/60 (UU Pertamina) dan
> akan diikuti divestasi asset2 Pertamina secara bertahap.
>
> Belum banyak orang yang menyadari bahwa privatisasi adalah salah satu
agenda
> kapitalis global untuk menjarah asset2 berharga di berbagai negara.
> Privatisasi dipandang oleh Ali Farazmand, Professor at School of Public
> Administration Florida Atlantic University, sebagai penjarahan besar2an
> (grand looting) atau cara kaya mendadak dalam satu malam.
>
> Agenda kapitalis global tersebut didiktekan oleh pelobby keras berat
> segelintir elite Kapitalis Korporasi Global (MNC/TNC) kepada pemerintah AS
> dan negara2 G7 dengan dana yang tidak terbatas dan dalam pertemuan2 semi
> gelap agar dapat diagendakan dalam WTO, IMF, World Bank yang dikenal
dengan
> "Structural Adjustment Policies" dan dikenal oleh para ahli sebagai
program
> "minum racun" yang terdiri dari globalisasi, liberalisasi perdagangan,
> privatisasi, pengurangan subsidi, dll. Contoh kasus Enron ( yang terlibat
> Fraud dan sedang dalam penyelidikan Kongres AS) melobby elit politik AS
> untuk mengagendakan kepentingannya di Lembaga2 Global (World Bank, WTO,
> IMF). Salah satu bentuk lobby Enron adalah pada National Energy
Development
> Policy AS, yang diketuai Dick Cheney (Wapres AS dan dikenal sebagai salah
> seorang yang telah menerima dana dari Enron) dimana dalam penyusunannya
> syarat dengan kepentingan Enron. NEDP tersebut memuat rekomendasi kepada
> Pemerintah AS untuk "memfasilitasi" sepenuhnya kepentingan Korporasi
Global,
> khusunya Enron, dan Enron juga berada dibalik salah satu agenda WTO yang
> dikenal General Agreement on Trade in Services yang memuat berbagai
> fasilitasi Korporasi Global untuk merambah batas2 internasional.
>
> Bagi negara2 yang berhutang, jika mau mendapatkan bantuan dari creditor
> (Rentenir Global) World Bank, IMF, WTO, ADB, dll harus menandatangan LOI
> yang pada intinya harus menggunakan Structural Adjustment Facilities.
Dengan
> ditandatangani LOI tersebut, oleh karenanya,  negara2 debitor masuk
> perangkap perbudakan dan harus rela melihat negerinya dihisap dan
menderita
> penjajahan gaya baru.
>
> Hal yang terkait dengan masa depan Pertamina adalah privatisasi sesuai
> skenario World Bank tersebut. Ada kata-kata manis yang beracun yang sering
> kita dengar: "go public". Pengalaman di negara2 Eropah Timur, termasuk
> Rusia, tidak hanya go public, akan tetapi rakyatnya diberikan "stock
> voucher" yang akhirnya hanya menjadi bungkus kacang karena tidak ada
> harganya. Apa lacur, privatisasi di Rusia dan beberapa negara Eropah Timur
> hanya menjadi ajang pe