Bung Sodik,
                   Tantangan manusia sejak jaman Nabi Adam,
adalah....dikuasai atau menguasai.
Setiap zaman mempunyai tantangannya sendiri, kita tidak perlu menyalahkan
keadaan.
Bangsa Indonesia pernah dengan gemilang berhasil, yaitu ketika era/zaman
kolonialisme berakhir, dan dalam zaman itu bangsa kita berhasil mengambil
posisi terdepan dan menjadi salah satu bangsa yang terdahulu menyatakan
Kemerdekaannya.
Mengapa dalam era/zaman globalisasi kita gagal mengambil posisi ? Bahkan
seperti kebingungan ??
Belajar dari sejarah kita sendiri dan sejarah bangsa lain, menurut saya, hal
pokok yang paling menentukan adalah character ( terjemahan bebasnya : sikap
hidup )
Saya, kita semua, bangsa ini, telah kehilangan/tidak mempunyai lagi
character sebagai individu maupun bangsa untuk mampu memposisikan diri pada
era/zaman globalisasi, sebagaimana the founding fathers kita memposisikan
dirinya pada era/zaman berakhirnya kolonialisme.
Bagi manusia yang berjuang, tidak ada kata terlambat !!!
Mari kita usahakan semampunya untuk mulai, bagaimanapun sederhananya, untuk
mengembalikan character sebagai individu yang merupakan bagian dari bangsa,
sebagaimana yang dicontohi oleh the founding fathers kita.

Wass.

----- Original Message -----
From: "Abdul Sodik" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, April 25, 2002 10:00 AM
Subject: [yonsatu] FW: [privatisasi_pertamina] Skenario Privatisasi
Pertamina


> Hallo gank..akankah negara kita tercinta Indonesia mengalami nasib serupa
> dengan kapal TITANIC yang karam seabad lalu ? TENTU SAJA JANGAN KAN!
> Semoga nurani-nurani kita masih bisa peka melihat kenyataan yang terus
> berkembang di negeri kita ini, sayangnya perkembangannya tidak
> menggembirakan rakyat umumnya.
>
> Salam
> Asodik
>
> -----Original Message-----
> From: Firdaus Ibrahim [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
> Sent: 25 April 2002 9:11
> To: '[EMAIL PROTECTED]'
> Subject: [privatisasi_pertamina] Skenario Privatisasi Pertamina
>
>
> Issue privatisasi di tanah air telah semakin marak. Berbagai silang
pendapat
> yang mendukung dan menentang dapat dibaca di berbagai media masa.
> Privatisasi tersebut juga mengancam Pertamina. Sesuai skenario Bank Dunia,
> privatisasi Pertamina sudah di depan mata (World Bank Report 2000).
Tahapan
> divestasi Pertamina secara rincipun telah diuraikan dalam laporan World
Bank
> tersebut, yang dimulai dari penggantian UU 8/71 & 44/60 (UU Pertamina) dan
> akan diikuti divestasi asset2 Pertamina secara bertahap.
>
> Belum banyak orang yang menyadari bahwa privatisasi adalah salah satu
agenda
> kapitalis global untuk menjarah asset2 berharga di berbagai negara.
> Privatisasi dipandang oleh Ali Farazmand, Professor at School of Public
> Administration Florida Atlantic University, sebagai penjarahan besar2an
> (grand looting) atau cara kaya mendadak dalam satu malam.
>
> Agenda kapitalis global tersebut didiktekan oleh pelobby keras berat
> segelintir elite Kapitalis Korporasi Global (MNC/TNC) kepada pemerintah AS
> dan negara2 G7 dengan dana yang tidak terbatas dan dalam pertemuan2 semi
> gelap agar dapat diagendakan dalam WTO, IMF, World Bank yang dikenal
dengan
> "Structural Adjustment Policies" dan dikenal oleh para ahli sebagai
program
> "minum racun" yang terdiri dari globalisasi, liberalisasi perdagangan,
> privatisasi, pengurangan subsidi, dll. Contoh kasus Enron ( yang terlibat
> Fraud dan sedang dalam penyelidikan Kongres AS) melobby elit politik AS
> untuk mengagendakan kepentingannya di Lembaga2 Global (World Bank, WTO,
> IMF). Salah satu bentuk lobby Enron adalah pada National Energy
Development
> Policy AS, yang diketuai Dick Cheney (Wapres AS dan dikenal sebagai salah
> seorang yang telah menerima dana dari Enron) dimana dalam penyusunannya
> syarat dengan kepentingan Enron. NEDP tersebut memuat rekomendasi kepada
> Pemerintah AS untuk "memfasilitasi" sepenuhnya kepentingan Korporasi
Global,
> khusunya Enron, dan Enron juga berada dibalik salah satu agenda WTO yang
> dikenal General Agreement on Trade in Services yang memuat berbagai
> fasilitasi Korporasi Global untuk merambah batas2 internasional.
>
> Bagi negara2 yang berhutang, jika mau mendapatkan bantuan dari creditor
> (Rentenir Global) World Bank, IMF, WTO, ADB, dll harus menandatangan LOI
> yang pada intinya harus menggunakan Structural Adjustment Facilities.
Dengan
> ditandatangani LOI tersebut, oleh karenanya,  negara2 debitor masuk
> perangkap perbudakan dan harus rela melihat negerinya dihisap dan
menderita
> penjajahan gaya baru.
>
> Hal yang terkait dengan masa depan Pertamina adalah privatisasi sesuai
> skenario World Bank tersebut. Ada kata-kata manis yang beracun yang sering
> kita dengar: "go public". Pengalaman di negara2 Eropah Timur, termasuk
> Rusia, tidak hanya go public, akan tetapi rakyatnya diberikan "stock
> voucher" yang akhirnya hanya menjadi bungkus kacang karena tidak ada
> harganya. Apa lacur, privatisasi di Rusia dan beberapa negara Eropah Timur
> hanya menjadi ajang pesta pora kaum penjarah saja.
>
> Berkaca dari Rusia, privatisasi Pertamina tidak akan berbentuk go public
> akan tetapi "strategic partnership," (karena dengan cara ini peluang KKN
> paling gampang dilakukan oleh para rent seeker/para calo) salah satu
bentuk
> "lintah darat" yang telah menghisap/merampas asset2 berharga di berbagai
> negara, dengan jalan membayar murah harga saham yang mereka kuasai yang
> kebanyakan dibawah 10 persen saja. Contoh, pada kasus Indo Cement (yang
> telah dikuasai negara cq. BPPN):  Market Value Indo Cement sebelum krisis
> adalah USD 500/ton kapasitas. Pada waktu terkena krisis merosot menjadi
USD
> 100/ton kapasitas, dan beberapa BPPN menjualnya kepada Heidelberger? Hanya
> USD 46/ton kapasitas, dan sekarang baru Direksi Indo Cement berteriak,
kita
> telah dirampok! Terlambat, nasi sudah menjadi bubur. Beberapa kasus lain
> seperti pencaplokan Chaebol Korea oleh raksasa Financial Capital Amerika,
> dan banyak lagi yang lain.
>
> Apabila penjarahan tersebut terhambat karena peraturan perundang2an negara
> terkait, maka UU terkait harus diganti, contoh UU 8/71 & UU 44/60 diganti
> dengan UU 22/2001 (UU Migas). Dana yang disediakan untuk menggati UU
(biaya
> konsultan dan biaya siluman lain) sangat besar biasanya dalam bentuk soft
> loan dan akan dibebankan ke rakyat melalui pengurangan subsidi dan
> peningkatan pajak, contoh ADB akan membantu USD 850 juta dalam bentuk soft
> loan asal UU Kelistrikan segera direalisir (Kompas, 22 April 2002). Dengan
> UU baru tersebut maka tahapan untuk mencaplok asset negara, seperti
> Pertamina dan PLN, dengan istilah "privatisasi", oleh asing tinggal
> menghitung hari, dan oleh karenanya semakin dalam bangsa masuk/tergadai ke
> dalam perangkap gurita korporasi global.
>
> Menyikapi rencana tersebut, kiranya layak dipertimbangkan pengalaman di
> berbagai negara mengenai dampak negatif privatisasi asset2 publik
tersebut,
> baik secara makro dan mikro. Pengalaman swastanisasi BUMN YPF Argentina
yang
> akhirnya dicaplok Repsol dan Gas Authority India Limited (GAIL) yang
> dicaplok BP membuat kedua perusahaan tersebut akhirnya lenyap ditelan
> Transnational Oil Corporation.
>
> Agenda privatisasi bukan hanya gejala di negara2 yang terpuruk krisis
> perekonomian, akan tetapi suatu gejala global, termasuk di negara2 maju
> asset2 publik di privatisasi. Perlawanan demi perlawanan dilakukan oleh
> kelompok anti globalisasi (termasuk privatisasi sebagai salah satu
> derivatnya) terutama marak di negara2 maju karena mereka tahu betul siapa
> dibalik agenda tersebut, Global Korporasi (Trans/Multi National
> Corporations). Privatisasi di Amerika Serikat sendiri mendapat banyak
> tentangan dari publik karena dari berbagai pengalaman di AS privatisasi
> sektor publik telah mengakibatkan tingginya harga public goods dan
services,
> menurunnya kualitas barang dan jasa publik, serta menurunnya tingkat
pelayan
> terhadap masyarakat kecil. Privatisasi di Inggris hanya menambah derita
bagi
> masyarakat karena dengan privatisasi sektor pulic menjadikan harga2
> pelayanan barang dan jasa publik. Hal yang lucu di Inggris, dengan adanya
> privatisasi Perusahaan Air Bersih, masyarakat di pinggiran kota (rural
area)
> harus membayar tari pemakaian air sumur yang diambil dari pekarangannya
> sendiri. Alasan Perusahaan air minum swasta itu sendiri adalah: "air hujan
> yang jatuh ke pekarangan Saudara dan meresap ke dalam tanah seharusnya
> mengalir ke penampungan kami. Oleh karena air itu anda pakai, maka anda
> harus bayar!!!!!
>
> Oleh karenanya, kita jangan termakan strategi pembodohan massal melalui
> raksasa mass media yang mengkampanyekan globalisasi dan privatisasi,
karena
> raksasa mass media itupun dimiliki oleh mereka. Wajar, jika mereka
> mengkampanyekan kepentingan tersembuyi (hidden agenda) mereka, tapi kita
> jangan gampang terpengaruh. Jangan pula terlalu percaya dengan para ekonom
> atau elit politik yang menjadi komparador asing yang telah dibayar untuk
> meyuarakan kepentingan Korporasi global. Kita harus tahu asbabunnuzulnya
> segala sesuatu, barulah kita mengambil sikap. Ingat, semuanya ini
menyangkut
> nasib anak cucu kita ke depan yang kalau kita tidak bertindak sekarang,
maka
> mereka akan terperangkap ke dalam perbudakan abad modern.
>
> Artikel2 yang saya akan saya lampirkan (kirimkan via email ke masing2
email
> address) akan membuka mata kita dimana selama ini kita telah termakan
> propaganda sistematis yang telah menimbulkan rasa apatis, putus asa, dan
> marah. "Ya Tuhan, kutuk apa yang engkau timpakan ke bangsa ini sehingga
> terjerembab ke dalam lumpur yang dalam". Mudah2an hal ini menjadi wacana
> bagi kita dalam menatap masa depan Pertamina, karena Pertamina bukan hanya
> milik kita, akan tetapi milik rakyat yang diamanahkan kepada kita untuk
> mengelolanya. Oleh karena itu, kita harus hati2 dengan segala propaganda
> manis tapi beracun bahwa swasta selalu lebih baik dari BUMN, dan artikel
Ali
> Farazmand (impact on globalization) dan Michel Chossudovsky (Financial
> Warfare) menelanjangi habis2an kejahatan2 kaum kapitalis global.
>
> Salam takzim,
>
> Firdaus Ibrahim ([EMAIL PROTECTED])
> 021-3816273, 0811-802534
> R: 021-7427446, F; 021-3846949
> Ahli Utama Manajemen Karir
> SDM Korporat Pertamina
>
> PS; Mengingat attachment filenya besar, maka saya hanya akan mengirimkan
> artikelnya sesuai permintaan melalui email saya di
[EMAIL PROTECTED]
>
> ---
> Outgoing mail is certified Virus Free.
> Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
> Version: 6.0.351 / Virus Database: 197 - Release Date: 4/19/2002
>
>
> ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-->
Buy
> Stock for $4 and no minimums. FREE Money 2002.
> http://us.click.yahoo.com/k6cvND/n97DAA/ySSFAA/_JjwlB/TM
> ---------------------------------------------------------------------~->
>
> To unsubscribe from this group, send an email to:
> [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
> Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/
>
>
> --[YONSATU -
ITB]----------------------------------------------------------
> Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
> Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
> Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
> 1 Mail/day     :
<mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>


--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
1 Mail/day     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>

Kirim email ke