[yonsatu] Re: Gelar Perang

2002-09-21 Terurut Topik Dayan

Widya Çastrena Dharmasiddha !

At 02:16 21-09-2002 +0700, Syafril Hermansyah wrote:

Mending Pak Aden atau Kang Iwan yg cerita deh, lbh afdol krn mrk
pernah ikutan perang beneran di Timtim,

Iya, Pak, tolong dibagikan pengalaman Anda. Kalau akan dituliskan, saya
bersedia mempertimbangkan untuk dimasukkan di ksatrian.or.id. Memangnya yang
berdarahdarah demi Republik ini cuma tentara ? Atau mungkin cerita lainnya.
Saya saja sempat naksir sama keturunan Portu di sana...;)


saya kan cuma dengar-2x saat
latihan bersama Secaba Seroja saat Suskalak doang. 

Ya, tapi saya kan tidak tahu apa cerita mereka !!
:)


Atau Pak Djoni tuh yg sumber terpecaya soal ginian, ayo donk Om
Djoni cerita.

Iya, Oom...
:)

BTW Pak Djoni belum menanggapi Konga bagian III di [hankam]. Atau mungkin
tidak sampai pada saya.


 Diterjunkan di medan operasi, eh...malah dilanjutkan ! :(

Maksudnya gimana nih ?

Maksud saya, bukan saja di daerah sendiri berkelahi. Setelah ditugaskan,
perkelahian -kali ini baku tembak- juga terjadi di medan operasi. Dan kalau
mengamati bahwa Kopassus pun sudah dilawan oleh Brimob -yang kebanyakan
anggotanya adalah anak-anak 'kemarin sore'- maka tampaknya sistem penerimaan
musti diperbaiki. Bagaimana bisa menghasilkan keluaran yang baik, jika
kebanyakan anggota yang ditempatkan di lembaga kependidikan merasa bahwa
karir mereka sudah tamat, sehingga mendidik pun tidak sepenuh hati ?


Barang apaan sih Latsitarda ?

Pelatihan Integrasi Taruna Dewasa, yang pesertanya antara lain praja STPDN
dan taruna Akmil / Akpol ?


Sharif Dayan
--
-== http://www.ksatrian.or.id ==-
-== [EMAIL PROTECTED] (defense matter forum) ==-


--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu
1 Mail/day : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest




[yonsatu] Re: Gelar Perang

2002-09-21 Terurut Topik Syafril Hermansyah

On Sat, 21 Sep 2002 21:46:30 +0700 Dayan (D) wrote:

 saya kan cuma dengar-2x saat
 latihan bersama Secaba Seroja saat Suskalak doang. 
 
 Ya, tapi saya kan tidak tahu apa cerita mereka !!
 :)

Ok, sebagian dari cerita mereka ya tp bukan soal rapat perang,
melainkan antara pelajaran yg mrk dapat saat latihan dg kenyataan :

1. Perang Sangkur
   Hampir tidak pernah terjadi atau amat jarang terjadi.
   Salah satu dari mereka cerita mrk perlu melakukan perang sangkur krn
   saat itu sdg menjaga tawanan yg jumlah jauh lbh banyak dpd
   penjaganya, kemudian tawanan berontak. Stl kehabisan peluru, mrk tdk
   sempat mengisi lagi dan akhirnya bertempur dg sangkur.

   Saat itu, salah satu pelatih kami ikut nimbrung dg cerita dia
   melakukan perang sangkur di Sulsel (Kahar Muzakar), dia terpaksa
   melakukan  itu di sungai saat habis buang hajat ketemu musuh dan saat
   akan menembak ternyata senjatanya macet, demikian pula senjata
   lawannya (perang sangkur satu lawan satu).

2. Ranjau utk pengaman basis
   Di pelajaran, umumnya ranjau dipasang di tempat mrk berhenti atau
   basis perang. Kenyataannya, pemasangan ranjau ini sering mengenai
   teman sendiri (yg datang ke daerah itu stl mrk), baik akibat mrk
   malas membuat 'denah ranjau' utk diberikan ke markas pusat, atau
   mencabut kembali ranjau-2x tsb.

   Akhirnya mrk menggunakan 'ranjau kaleng', y.i. kaleng bekas
   'bekal makanan' mereka diikat dg tali rafia mengitari daerah
   perhentian mereka.

   Detektor ranjau makan banyak waktu, penggunaan bangalore torpedo utk
   'menyapu daerah beranjau' juga cuma menghamburkan resources saja. Mrk
   akhirnya menggunakan pancing dg multi kail yg diikat di bambu dan
   melakukan penyapuan daerah ranjau dg efektif dan murah :-)

  Diterjunkan di medan operasi, eh...malah dilanjutkan ! :(
 
 Maksudnya gimana nih ?
 
 Maksud saya, bukan saja di daerah sendiri berkelahi. Setelah
 ditugaskan, perkelahian -kali ini baku tembak- juga terjadi di medan
 operasi. Dan kalau mengamati bahwa Kopassus pun sudah dilawan oleh
 Brimob -yang kebanyakan anggotanya adalah anak-anak 'kemarin sore'-
 maka tampaknya sistem penerimaan musti diperbaiki. Bagaimana bisa
 menghasilkan keluaran yang baik, jika kebanyakan anggota yang
 ditempatkan di lembaga kependidikan merasa bahwa karir mereka sudah
 tamat, sehingga mendidik pun tidak sepenuh hati ?

Hmm...ada benarnya, Kompie D (demo) umumnya merasa sbg kompie
terbuang. Tp rasanya pointnya bukan disitu, pointnya pendidikan
kejiwaannya kurang (?).

 Barang apaan sih Latsitarda ?
 
 Pelatihan Integrasi Taruna Dewasa, yang pesertanya antara lain praja
 STPDN dan taruna Akmil / Akpol ?

Apa yg dilatih ? Apa tujuan latihan ?

 


-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED]

--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu
1 Mail/day : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest




[yonsatu] Re: Gelar Perang

2002-09-20 Terurut Topik Syafril Hermansyah

On Fri, 20 Sep 2002 20:20:53 +0700 Dayan (D) wrote:

 Kenapa ya tidak ada yg mengkaji atau mengembangkan gelar-2x perang
 tsb di masa sekarang ?
 
 Apa bedanya dengan latgab ? 

Yg sama : menyamakan persepsi antar satuan, dan koordinasi.
Yg beda : karena sudah ada pola, maka komando cukup mengatakan 'dirada
meta', maka semua komandan sektor langsung tahu apa yg harus dilakukan
tinggal menyesuaikan dg situasi dan kondisi tanpa perlu 'rapat perang'
berkepanjangan.

 Pertanyaan lain : kapan saja tiap angkatan mengadakan pelatihan
 internal tempur, yang melibatkan semua unsurnya ?

Ini pertanyaan ttg kondisi sekarang atau jika menggunaka gelar perang ?
Menurut suntzu sih, latihan terus dilakukan s/d semua anggota tempur
mengerti gelar-2x perang, dan bgm berubah dari satu gelar ke gelar
lainnya.
 
 Memang sih penerapannya akan lain kalau utk pertempuran bersenjata
 (infanteri) jaman sekarang,
 
 Kira-kira seperti apa ? 

Untuk Pasukan Penindakan Huru Hara, bisa diterapkan.

 Memangnya siapa musuh potensial kita dari LN ? Australia ?

Itu geopolitik, penerapan strategynya tentu berbeda. 
Kan di perang kita perlu lihat CUMEMU (cuaca, medan, musuh) lalu
kekuatan sendiri, dari situ baru ditentukan strategy perangnya : mau
frontal, pengepungan, gerilya dll
 
 atau formasi pesawat tempur.
 
 Masalah duit ?

Masalah prioritas, IMHO.

-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED]

--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu
1 Mail/day : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest




[yonsatu] Re: Gelar Perang

2002-09-20 Terurut Topik Dayan

Widya Çastrena Dharmasiddha !

At 22:12 20-09-2002 +0700, Syafril Hermansyah wrote:

tinggal menyesuaikan dg situasi dan kondisi tanpa perlu 'rapat perang'
berkepanjangan.

Karena kita terbiasa membentuk kepanitiaan untuk segala hal ? Di AS juga
memang hampir selalu ada Komisi Ini atau Komisi Itu, namun hampir pula
selalu ada akhir yang jelas. Sementara kita di sini -lihat saja masalah yang
sedang 'seru' di DPR- cuma untuk memperkuat kekuatan sendiri atau melemahkan
kekuatan yang lain.

Pak Syafril bisa bercerita sedikit, bagaimana biasanya 'rapat perang' TNI
dilakukan ? Kalau bisa di-cc-kan ke [hankam], supaya berkepanjangan, mirip
soal slope' tempo hari...
:)


Menurut suntzu sih, latihan terus dilakukan s/d semua anggota tempur
mengerti gelar-2x perang, dan bgm berubah dari satu gelar ke gelar
lainnya.

Kalau tentara sibuk berlatih, tentunya jarang terjadi perkelahian
antasatuan. Diterjunkan di medan operasi, eh...malah dilanjutkan !
:(

Atau kita mendayagunakan saja combat simulator ? Mungkin yang sederhana
semacam Counter Strike bisa agak 'menjinakkan' mereka, soalnya anggaran
TNI masih seret.


Untuk Pasukan Penindakan Huru Hara, bisa diterapkan.

Terakhir yang saya ketahui, yang dipakai sekarang adalah Dalhura, alias
Pengendalian blablabla.


kekuatan sendiri, dari situ baru ditentukan strategy perangnya : mau
frontal, pengepungan, gerilya dll

Bagaimana soal Hankamrata ? Dasarnnya -semula- bagus, tapi kalau melihat
gegap gempita otonomi saat ini, tampaknya jauh panggang dari api...
:(


 Masalah duit ?

Masalah prioritas, IMHO.

Bagaimana jika Latsitarda diperkerap pelaksanaannya ?


Sharif Dayan
--
-== http://www.ksatrian.or.id ==-
-== [EMAIL PROTECTED] (defense matter forum) ==-


--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu
1 Mail/day : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest




[yonsatu] Re: Gelar Perang

2002-09-20 Terurut Topik Syafril Hermansyah

On Sat, 21 Sep 2002 01:30:36 +0700 Dayan (D) wrote:

 Pak Syafril bisa bercerita sedikit, bagaimana biasanya 'rapat
 perang' TNI dilakukan ? Kalau bisa di-cc-kan ke [hankam], supaya
 berkepanjangan, mirip soal slope' tempo hari... :)

Mending Pak Aden atau Kang Iwan yg cerita deh, lbh afdol krn mrk
pernah ikutan perang beneran di Timtim, saya kan cuma dengar-2x saat
latihan bersama Secaba Seroja saat Suskalak doang. 

Atau Pak Djoni tuh yg sumber terpecaya soal ginian, ayo donk Om
Djoni cerita.

 Menurut suntzu sih, latihan terus dilakukan s/d semua anggota
 tempur mengerti gelar-2x perang, dan bgm berubah dari satu gelar
 ke gelar lainnya.
 
 Kalau tentara sibuk berlatih, tentunya jarang terjadi perkelahian
 antasatuan. 

Sudah terbukti di anak sekolah, sekolahan yg banyak kegiatannya
hampir tdk pernah terdengar ada tawuran.

 Diterjunkan di medan operasi, eh...malah dilanjutkan ! :(

Maksudnya gimana nih ?
 
 Atau kita mendayagunakan saja combat simulator ? Mungkin yang
 sederhana semacam Counter Strike bisa agak 'menjinakkan' mereka,
 soalnya anggaran TNI masih seret.

Untuk selingan bolehlah, kecuali memang bisa membuat program sendiri
utk mensimulasikan keadaan nyata.
BTW. Schumaker konon kalahan kalau main game F1, tp jago di
kenyataan :-)

 Untuk Pasukan Penindakan Huru Hara, bisa diterapkan.
 
 Terakhir yang saya ketahui, yang dipakai sekarang adalah Dalhura,
 alias Pengendalian blablabla.

Whatever lah, pokoknya yg perlu melakukan formasi bisa menerapkan
gelar perang :-)

 Bagaimana soal Hankamrata ? Dasarnnya -semula- bagus, tapi kalau
 melihat gegap gempita otonomi saat ini, tampaknya jauh panggang
 dari api...:(

Konsepnya kan rakyatnya kuat maka negara (baca: hankam) kuat, nah
kalau rakyatnya loyo 

  Masalah duit ?
 
 Masalah prioritas, IMHO.
 
 Bagaimana jika Latsitarda diperkerap pelaksanaannya ?

Barang apaan sih Latsitarda ?

-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED]


--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu
1 Mail/day : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest




[yonsatu] Re: Gelar Perang

2002-09-18 Terurut Topik Syafril Hermansyah

On Thu, 19 Sep 2002 09:17:48 +0700 Edhie H Rahardjo (EHR) wrote:

  Kenapa ya tidak ada yg mengkaji atau mengembangkan gelar-2x perang
  tsb di masa sekarang ?
 
 Iya, pak Syafril, kalau kita lihat di film Patriot nya Mel Gibson
 saja, waktu Amerika Serikat bertempur melawan Inggris, atau dalam
 perang saudara di US, meskipun sudah memakai senapan mereka masih
 menggunakan gelar tertentu(berhadap-hadapan dengan iringan musik, dan
 tidak bergeming dengan desingan peluru tajam), kelihatannya jantan
 gitu. Tapi jantan atau bodoh ?. 

Itu teknik baru :-)
Teknik perang yg terakhir diajarkan ke saya di Suskalak dulu, tidak lagi
'langsung tiarap' saat mendengar suara tembakan atau ditembaki musuh,
melainkan cari tahu dulu asalnya, balas tembak kemudian barulah cari
perlindungan (katanya ini hasil pengalaman perang di Timtim).

 Soalnya sekarang kayaknya kalau perlu berperang tetapi tidak perlu
 mengirimkan pasukan, hanya bom, peluru kendali dan sebangsanya saja
 yang dikirimkan dari jarak jauh. 

Ingat, Gelar Perang adalah soal penempatan (positioning), untuk
menguasai keadaan disesuaikan dg resources yg ada. Jadi (kalau mau) bisa
diterapkan dimana saja, bahkan utk keperluan sipil (perlu dikaji dulu).

 Jika musuhnya sudah kelenger baru diadakan operasi pembersihan
 (mungkin  paling taktik Regu, atau Anti Gerilya dan sebagainya
 pokoknya  dalam skala kecil).

Saya setuju, makanya dicobakan dulu di Kompie Dakhura (tahukan ini
barang apa ?).
 
 Tapi rasanya pada saat Pendaratan pasukan sekutu di Normandia, tentara
 sekutu mestinya juga menggunakan sebangsa gelar gita ya? Juga
 bagaimana dengan pertempuran tank, kapal laut, dog-fight dsb. Munkin
 itu cocok kalau lawannya seimbang ya ?

Ada banyak macam gelar perang, di cerita Nagasasra Sabuk Inten (Mahesa
Jenar) bisa menggunakan teknik wulan panunggal atau cakra byuha jika
jumlah kita kecil melawan musuh yg jauh lebih banyak :-)


-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED]

--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu
1 Mail/day : mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest