--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote:
sudah umum terjadi di masyarakat, Koruptor itu indentik dengan
warga keturunan, tapi Rudy Hartono, Lin Sui King, Tan Ju Hok , dll
nya Warga Indonesia.Bagaimana dengan Kasus Yvana Lee ??? waktu dia
membela Tanah Air, masih
Rekan rekan sekalian,
pada waktu ceng beng kemarin, pergi ke
beberapa makam orang tiong hoa terutama di jawa tengah dan jawa
timur
dari beberapa nama yang saya baca di bongpay, ada
beberapa hal menarik yang saya catat, al:
banyak nama tionghoa yang lahir di sekitar akhir
tahun 1800'an
giliran jadi pahlawan gak pernah pake alias ya,
malah disuruh pake peci segala biar dikirain ...
hehhehehehhe
--- BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote:
sudah umum terjadi di masyarakat, Koruptor itu
indentik dengan warga keturunan, tapi Rudy Hartono,
Lin Sui King, Tan Ju Hok , dll nya
ada seorang yg berasal dari pedesaan sekitar
borobudur, kalo mereka sedang belajar dhamma sering
ditakut2in ama org laen yg ga seiman biar pada ganti
agama tuh, karena ga tahan makin lama makin banyak yg
pindah hehehheheh
--- MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kang Nana nulis:
Saya sangat
Dear All Members,
Bagaimana kalau kita hentikan saja diskusi yang makin lama makin
menyimpang dan melebar ke perseteruan agama yang berbeda. Memang ini
satu realita dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama di Indonesia,
namun tetaplah tidak bersesuaian dengan etika milis bila pada akhirnya
Nana Sutrisna menulis :
Dalam ajaran agama islam dengan jelas
dituliskan dalam kitab
sucinya alqur'an dilarang bagi umat islam untuk memaksa umat lain untuk
memeluk agama islam. terserah orang itu mau beriman ataupun tidak.
[deleted]
Sekarang kalau memang orang islam benar
menindas dan
Setuju! Dah bosan juga tiap kali terima mail, isinya pada akhirnya cuman
membenarkan agama sendiri dan tidak berusaha mecari jalan keluar yang
sesungguhnya yang seharusnya kita diskusikan.
Ngomong2 saya sekarang sedang baca novel Romance of Three Kingdoms. Baru
kali dapat
Walaupun borobudur adalah rumah ibadah orang Buddha tapi itu kan dulu. sekarang hanya jadi tempat wisata aja lagi pula udah ratusan tahun kok penduduk disekitar borobudur beralih ke agama islam. kalau mau belajar agamanya jangan dikomunitas beragama lain dong, sebaiknya dilingkungan sendiri
Terus terang saja saya agak sakit kepala
membaca dialog e-mail dengan saudara Nana. S
Yang sudah real sajalah. Dimana warisan Jalur Sutra (Budha Statue) di Afghanistan dihancur leburkan.
Padahal yang terlebih dahulu yang mencapai
Persia dan eropa adalah pedagang dari negeri China.
Pernyataan: Karya tulis berikut bukan karya saya. Saya hanya
meneruskannya dari milis T-Net karena menilai karya tulis ini sangat
layak untuk dijadikan renungan bersama, terutama kita2 yg sudah dewasa
dan masih memiliki orang tua yg telah membesarkan kita. Postingan
aslinya dapat dilihat di:
Saya kira kalau penganut agamanya dinegara tersebut tidak ada kenapa pula arca tuhan agama tersebut perlu dipertahankan?
Itu hak bangsa Afghanistan untuk memperlakukan peninggalan apapun dinegerinya, kalau memang hal itu dianggap tidak berguna bagi mereka.
Jimmy Okberto [EMAIL PROTECTED]
Sobron Aidit :
Maafkan saya - absen hari Minggu, karena
transisi dari Amsterdam ke Paris. Banyak
urusan yang susu-asma( tetek-bengek ) yang
harus dirurus, menghabiskan banyak waktu,-
C A T A T A N K E C I L dari H O
L L A N D
Saya
rasa kalau hati kita didasari niat yang tulus, ingin saling berbagi rasa, saling
kasih dan menghormati, tidak dendam dan dengki, pastinya email-email yang saling
menyakiti tidak akan muncul lagi. Islam, Budha, Budaya China, Jawa,dll
adalah luhur adanya. Kalaupun suatu waktu mata dan
Saudara Nana
Setelah menyimak beberapa komentar anda, saya hanya bisa
menyimpulkan, anda adalah korban pendidikan Rasialis dan sekterian. mungkin anda
tidak anti Tionghoa dan agama lain, tapi cara berpikir anda sangat rasialisasi (
meminjam istilah Ariel haryanto ) dan sekterian. anda
Umumnya kita selalu melihat orang berdasarkan labelnya. Perbedaan label ini juga yang menimbulkan perbedaan antara KITA (yang berlabel sama) dan MEREKA (yang berbeda label). Perbedaan ini membuat kita tidak bisa obyektif dalam melihat permasalahan yang ada.
Kalau kita menemui orang2
Title: Menulis tentang ibu
- Original Message -
From: Han Hwie
Song
To: Chan C. T. ; k.prawira ; Nasional-list
Sent: Sunday, May 01, 2005 4:00 PM
Subject: Re: Han Hwie-Song: Ibu, Menulis tentang
ibu.esay.doc
Menulis
tentang kebijaksanaan ibu, revisited
Beberapa
penulis
Condition of Our Shared Life:
The May Tragedy in Indonesia
I. Sandyawan Sumardi, SJ
(Ed. note: Father Sandyawan, secretary of Team of
Volunteers for Humanitarian Causes, was among the
first persons to expose the organised attacks on
ethnic Chinese women in Indonesia during the May 1998
riots.
Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote:
He he he... Rinto-heng, saya yakin 100% bahwa Nana Sutrisna bukan "Ibu", melainkan "Bapak"!
Di budaya Sunda (he he he lagi...), nama-nama seperti Nana, I'i, Endang, Lili, dan beberapa lainnya lagi adalah nama para bapak.
Kitu sanes, kang Nana
Saya sepakat dengan Mas Rinto. Saya jujur, saya ini campuran Jawa dan Bali, tapi saya punya respek khusus pada etnis Cina dan juga etnis-etnis pribumi lainnya.
Saya akui, dulu saya juga sempat melakukan generalisasi dan stereotip pada beberapa etnis di Indonesia, namun kini dengan semakin
19 matches
Mail list logo