belon
ketauan juntrungannya, mendingan balik lagi ke ideologi lama tapi
dijalankan dengan komitmen.
Kalu masalah system. iya nih harus ada SAP kali nih.
-Origi
nal Message-
From: No Name [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, August 26, 2005 9:59 PM
To: budaya_tionghua
Apapun alasannya, asimilasi kebudayaan jauh lebih baik ketimbang
ekslusivitas. Kebudayaan pada dasarnya dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan setempat (baca: interaksi sosial).
Budaya cina mungkin lebih cocok diaplikasikan di RRC ketimbang di
Indonesia karena memang lahir dari kondisi sosial
Hebat sekali bung ambon.
Kenapa hanya berpangkat mayor?
Bobot pertanyaannya sama seperti begini:
Jangan naik mobil, karena sering terjadi tabrakan.
Lha wong yang rusak itukan sistem yang telah salah dibangun dari
awalnya yang notabene juga dipengaruhi perubahan sosial. Perubahan
sosial itu
Kalo begitu apa untungnya berbuat kebaikan dan mengumpulkan pahala
semasa hidup? bukankah semasa hidup lebih baik menikmati dosa, entar
kalo udah mampus aja baru sibuk mencari kesempurnaan?
mohon terang lima watt
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO
[EMAIL PROTECTED]
Moh. Yamin memang anti rasialis.
Tapi sayang, cino-cino itu kebanyakan rasialis (terutama di medan).
Di mata cino-cino medan, kaum tiko/fangkui itu sebangsa kaum kotor.
Malah ada satu cino medan yang saya kenal mengatakan dengan angkuhnya
bahwa cino-cino diluar medan dan ujung pandang itu udah