Dear Pak Indarto,
Setuju bahwa 'ketionghoaan' hanya sah di dunia budaya.
Kita boleh berbudaya Tionghoa (misalnya nama, adat istiadat dll), tapi
negara tetap Indonesia, bangsa tetap Indonesia, hukum tetap UU Indonesia.
Pembedaan lain tidak sah dan harus ditentang, seperti:
1) Status hukum (misal
Rada sulit juga saya rasa kalau Indentitas hanya dikaitkan dengan
budaya.
Kalau menurut pencerahan saya, sebenarnya masalah identitas adalah
masalah sense of belonging kepada keyakinan diri sendiri.Dan jati diri
itu sendiri terdiri dari kumpulan keyakinan dari mulai keyakinan akan
kekebudayaan,
Bapak-bapak dan Ibu-ibu yth.
Mau ikut nimbrung ni..sebelumnya perkenalkan nama saya Nurul Aini.
Biasa dipanggil Aini. Saya berasal dari yogya, sekarang tinggal di
Norway untuk meneruskan studi master saya di bidang antropologi.
Saya tertarik sekali dengan milis ini, karena kebetulan, skripsi S1
Benar pak, perasaan dan pengakuan jatidiri itulah yang menjadi
pembentuk Tionghoa sebagai etnik/suku.
Nah, perwujudan atau ekspresi sukuisme inilah yang sebaiknya hanya di
batas2 budaya, bukan hukum.
Hukum harus sama rata sama rasa untuk semua WNI, apapun suku, etnik
atau rasnya.
Jadi, maksud dar
Supaya jangan terjerumus ke debat kusir, saya coba share beberapa isi
literatur yang pernah saya baca tentang etnisitas, yang terakhir juga
dibenarkan oleh Thung Yulan (peneliti LIPI) dalam sebuah forum
diskusi kira-kira 2 atau 3 tahun lalu.
Etnisitas seorang anak manusia ditentukan oleh faktor-
