secara umum, pandangan Kong Zi dan Lao Zi berbeda dalam memandang
hidup ini. Dimana disatu sisi terjun langsung, sisi yg lain menarik diri.
Kesamaannya adalah memandang hidup ini penting dan tidak memikirkan
alam nantinya. Bagi ke2 filosof itu, yg terpenting adalah bagaimana
mengisi hidup ini, buk
filsafat tiongkok jg memandang hidup itu journey, dimana ada bbrp
komentar misalnya dari kekosongan kembali kekosongan.
But bedanya itu adalah mrk tidak mau pusing urusan kematian, mau mati
kemana jg buat mrk no problemo.
ada yg bilang itu gara2 org Tionghoa gak tau alam kematian kayak
gimana, gak
simplenya begini, kalu kita bisa hidup dgn baik, maka yg namanya
kematian bukan hal yg menakutkan.
Kalu kita sdh bisa hidup kenapa mesti takut akan kematian.
kalu yg lebih sadis ngomongnya itu Mo Zi yg bilang semua teori
kematian segala macem itu buatan aja, biar org gak macem2, alias
pembodohan,
huehehehehehe ini pendapat yg ngkali salah, sebenernya ke22nya sama
baiknya kok, org yg mikir kehidupan setelah kematian hrs membekali
dirinya selama hidup.
org yg gak mikirin kehidupan setelah kematian jg membekali dirinya
dalam sikap selama hidup.
ada di DDJ disebut TianDao Chanyu shanren yg art
mrk yg berani hidup pasti berani mati huehehehehehehehe
tapi org yg berani mati belon tentu berani hidup.
noh contohne yg pada bunuh diri gara2 stress , himpitan ekonomi dsbnya.
so yg bener kalu kata owe seh beranilah hidup maka engkau tdk takut
akan mati.
wong hidup kadang lebih menakutkan dari
Ban-ban kamsia Looheng. Sangat menarik untuk dikontemplasi. Sojah en
banyak tabik. Tan Lookay
On 2/12/09, ardian_c wrote:
> secara umum, pandangan Kong Zi dan Lao Zi berbeda dalam memandang
> hidup ini. Dimana disatu sisi terjun langsung, sisi yg lain menarik diri.
>
>
Kamsia loheng,
Disini jelas perbedaanya dengan filosofi Jawa yang mengatakan bahwa hidup
itu sekedar numpang minum (urip iku mung mampir ngombe) dan yang menekankan
bahwa kehidupan yang lebih penting adalah setelah kematian, atau tujuan
akhir / asal muasal dan tempat berakhir mahluk yang disebut de
Kalau aku sih seimbang saja. Mikirin kehidupan setelah kematian saja bikin
apatis dan fatalis, sedang mikirin kehidupan saja bikin jadi egois. Tapi
yang namanya seimbang itu syusyahh 'kan ???. Sojah, Tan Lookay
>
From: "ardian_c"
>
> hehehehehehe but di budaya tionghoa jg ada trend bunuh diri lho.
> apelage kalu kalah perang , melakukan hal2 yg memalukan dsbnya.
> but itu apa stress ?
+++
Menurutku bukan karena stress, melainkan menjaga martabat dan harga diri
yang memang tidak bisa di nilai dengan sesuat
aja menghadapi kematian Ibunya! Eksistensialisme ternyata
bukan barang baru.
ZFy
From: Tantono Subagyo
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, February 12, 2009 12:51:23 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Muhun pengajaran tentang bagaimana memandang
h
Tadinya aku mengira bahwa aku ini termasuk orang tidak takut mati.( maklum
sudah merasa hidup sekarang ini tinggal bonus doangan dari target usia hidup ).
Dan sekali waktu aku kena vertigo ( seumur umur aku belum pernah mengenal apa
yang namanya vertigo, palingan sakit kepala, dikasih refagan
. Heheehe
-Original Message-
From: "gsuryana"
Date: Thu, 12 Feb 2009 22:58:53
To:
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Muhun pengajaran tentang bagaimana
memandang hidup.
Tadinya aku mengira bahwa aku ini termasuk orang tidak takut mati.( maklum
sudah merasa hidup sekarang i
12 matches
Mail list logo
