Ingat cerita saya mengenai TanGalo atau Mak Galo yang dipanggilkan
begitu karena dia sering menggunakan kata "Galo" sejak kemgali dari
Muara Rupit, Palembang? Apakah ada tambang atau mata pencaharian
terbuka waktu itu, (akhir zaman Belanda sebelum Jepang) yang
menyebabkan banyak orang merantau
Kulu, kulu, kulu!
Dahulu, 50 tahun yang lalu, tahun 1958 waktu saya berkunjung ke
Palembang saya dengar sopir angkutan di Hilir teriak-teriak: Kulu,
kulu, kulu! Pada mulanya saya tidak mengerti. Kemudian saya tahu
masudnya: Ke Hulu, ke Hulu, ke Hulu, karena orientasi arah di
Palembang rupanya
Sanak di lapau sadonyo,
Sabananyo pertanyaan ambo tu takaik jo sebuah syair nan tabik di Palembang
sekitar 1917,judulnyo SYAIR SURGA.
Salah satu baiknyo (baik ka-44) babunyi sbb:
Makrifat kita hendak berbetulan,
44
Serta bersih ta'rak[1]